Anda di halaman 1dari 14

KETIDAKSIAPAN SUATU ORGANISASI DALAM MERESPON

PERUBAHAN DI MASA PANDEMI COVID-19: STUDI KASUS PADA


INDUSTRI PERHOTELAN DI INDONESIA

Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perubahan yang
diampu oleh:
Dr. Eny Endah Pujiastuti, M. Si

Disusun Oleh:

Melina Nur Halima (152180076)

Manajemen Perubahan/D

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2020/2021
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata telah menjadi salah satu sektor industri yang tumbuh
paling pesat di dunia. Bagi Indonesia, pariwisata merupakan sektor yang
penting dalam perekonomian. Pasalnya sektor pariwisata menjadi sumber
penghasilan devisa negara dan pencipta lapangan kerja. Berbagai program
pengembangan pariwisata dari tahun ke tahun terus ditingkatkan melalui
perluasan potensi pariwisata di daerah. Selain itu, perkembangan pariwisata
juga diharapkan mampu mengenalkan Indonesia ke dunia internasional
sehingga akan menarik wisatawan dari luar. Peningkatan sektor pariwisata
pastinya juga tidak terlepas dari dukungan industri perhotelan. Karena kita
ketahui bahwa hubungan industri perhotelan dengan pariwisata saling
berkaitan erat. Industri perhotelan menjadi salah satu penyokong
pertumbuhan dunia pariwisata. Ketika pariwisata di Indonesia mengalami
peningkatan pasti akan diimbangi dengan peningkatan penyediaan layanan
penginapan. Namun, seiring dengan perubahan lingkungan yang sangat
dinamis industri pariwisata saat ini mengalami keterpurukan. Bagaimana
tidak, pada awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan adanya wabah virus
corona (COVID-19) yang menyebar hampir ke semua negara. COVID-19
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang pertama kali
ditemukan di Wuhan China pada akhir 2019. Banyak sektor bisnis di dunia
yang terkena imbas dari adanya COVID-19 ini.
Perkembangan penularan COVID-19 ini signifikan karena tersebar
di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Dengan menurunya
perkembangan industri pariwisata saat ini tentu akan berimbas juga dalam
industri perhotelan. Industri perhotelan merupakan salah satu industri yang
menerima dampak sangat besar dalam Pandemi ini. Menurut data
Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indoneisa (PHRI) yang dilansir dari
(kompas.com) menunjukkan sebanyak 1266 hotel telah memberhentikan
operasionalnya untuk sementara. Hal ini terpaksa dilakukan sebagai
langkah taktis guna menghindari kerugian yang lebih besar karena tingkat
hunian anjlok hingga titik terdasar dan paling buruk dalam sejarah

1
perhotelan Indonesia. Menurut Senior Director of Research Colliers
International Indonesia Ferry Salanto yang dikutip dari (Kompas.com)
menuturkan bahwa perhotelan menjadi sektor paling terpukul diantara
sektor property lainnya. Namun Demikian, seburuk apapun situasi ditengah
Pandemi, tetap masih menyisikan setitik harapan. Meskipun pilihannya
Cuma dua, tutup atau tetap beroperasi dengan mencari dan menganalisis
peluang-peluang yang ada.
Perubahan wajib bagi industri perhotelan untuk bertahan hidup dan
tetap kompetitif dalam lingkungan saat ini. Lingkungan yang dinamis,
membuat industri perhotelan terus dihadapkan dengan kebutuhan untuk
mengimplementasikan perubahan baik dalam strategi, proses, struktur, dan
budaya. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan
suatu perubahan. Salah satu faktor tersebut adalah kesiapan untuk berubah.
Kesiapan berubah tercermin dalam dukungan untuk perubahan, keterbukaan
terhadap perubahan, komitmen untuk berubah, penerimaan dan adaptasi
terhadap perubahan serta penolakan tentang perubahan (Raffery et.al, 2013,
hal 121). Oleh karena itu, bisnis harus siap merespon perubahan lingkungan
secara efektif dan efisien. Lingkungan yang dinamis mendorong suatu
perusahaan/industri untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi,
karena perubahan sangat penting agar suatu bisnis dapat bertahan.
Motivasi utama penulis untuk membangun paper ini karena fakta
baru-baru ini tentang wabah COVID-19 yang tak kunjung berakhir
memberikan dampak yang sangat hebat bagi industri perhotelan di
Indonesia. Seluruh hotel di Indonesia cukup terdampak karena masyarakat
dihimbau untuk tidak menjalankan aktivitas berpergian keluar rumah
terutama berwisata. Akibatnya, pelaku bidang industri perhotelan merasa
tidak siap dengan adanya perubahan lingkungan seperti ini. Melihat
ketidakisapan sektor perhotelan pasti terjadi karena tidak adanya persiapan
dan strategi yang matang untuk menghadapi pandemi COVID-19. Sektor
perhotelan harus dapat menerima dampak yang ditimbulkan dalam
lingkungan yang dinamis dan menanggapinya dengan kesiapan untuk

2
berubah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai dampak ketidaksiapan industri perhotelan dan strategi yang tepat
untuk merespon perubahan yang terjadi di masa pandemi COVID-19.
B. Rumusan Masalah?
1. Apa dampak ketidaksiapan untuk berubah industri perhotelan di
indonesia pada masa pandemi COVID-19?
2. Bagaimana Strategi Industri Perhotelan Dalam Mengatasi
Ketidaksiapan Untuk Berubah Di Masa Pandemi COVID-19?
C. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Teoritik
a. Perubahan Organisasi

Lingkungan yang dinamis menjadi salah satu alasan utama


suatu organisasi melakukan perubahan. Perubahan merupakan
perpindahan dari keadaan sekarang menuju keadaan yang lebih baik
atau yang diinginkan. Menurut By (2005, p. 369) dalam buku Role
of Organization Culture in Creating Readiness for Change Project
mendefinisikan perubahan organisasi sebagai proses untuk
memikirkan kembali dan memperbarui arah strategis organisasi.
Perubahan selalu menjadi bagian yang penting dari siklus hidup
organisasi. Baik secara sadar ataupun tidak sadar individu,
kelompok, atau organisasi pasti mengalami perubahan. Menurut
Palmer, Ian et.al .dalam bukunya Managing Organizational
Change: A Multiple Perspective Approach menyebutkan bahwa
perubahan dapat mencangkup, strategi, struktur, teknologi, sistem
dan prosedur, praktik manajemen sumber daya manusia, hubungan
internal dan eksternal, gaya kepemimpinan, dan budaya. Masalah ini
tidak independent, dalam praktiknya mereka berpasangan erat dan
harus saling menguatkan.

3
b. Kesiapan untuk Berubah
Organisasi harus mengubah cara mereka beroperasi suapaya
dapat bertahan hidup di lingkungan yang dinamis. Menurut Holt
et.al (2007,p.233) dalam buku Role of Organization Culture in
Creating Readiness for Change Project alasan rendahnya tingkat
keberhasilan dalam perubahan bisa disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya kesalahan menejemen, kurangnya sumber daya kritis, dan
resistensi karyawan terhadap perubahan. Konsep yang paling
banyak dibahas adalah kesiapan untuk berubah dalam merespon
lingkungan yang dinamis. Dengan kata lain, untuk menghindari
kegagalan dalam melakukan perubahan perlu adanya kesiapan yang
dibuat. Menurut buku Role of Organization Culture in Creating
Readiness for Change Project Definisi kesiapan perubahan yang
paling luas dan diterima dalam organisasi diberikan oleh Armenakis
et.al (1993). Mereka mendefinisikan kesiapan perubahan sebagai
keyakinan, sikap, dan niat mengenai sejauh mana perubahan
dibutuhkan dan kapasitas organisasi untuk berhasil melakukan
perubahan tersebut.

Kesiapan untuk berubah juga dapat dipengaruhi oleh faktor


individu. Menurut Palmer, Ian et.al .dalam bukunya Managing
Organizational Change: A Multiple Perspective Approach
mendefinisikan kesiapan individu untuk perubahan adalah
kecenderungan, bahkan mungkin ketidaksabaran, untuk menyambut
dan menerima perubahan. Oleh karena itu, yang mendasari kesiapan
perubahan individu adalah lima keyakinan:

1. Perbedaan: Keyakinan bahwa perubahan itu dibutuhkan.

2. Sesuai: Keyakinan bahwa perubahan yang diajukan merupakan


tanggapan yang tepat.

4
3. Kemanjuran: kemampuan yang dapat dirasakan oleh individu
untuk mengimplementasikan suatu perubahan

4. Dukungan kepala atasan: Keyakinan bahwa organisasi


(manajemen, rekan kerja) akan memberikan sumber daya dan
informasi.

5. Valensi: Evaluasi individu atas biaya dan keuntungan pribadi;


tidak ada manfaat, tidak evaluasi kesiapan yang positif secara
keseluruhan.

2. Kajian Empirik
Paper ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang
menjadi bahan acuan pertimbanagan dan referensi yang digunakan
sebagai tujuan empirik dalam paper ini antara lain:
1. Jurnal milik Susanto, Alfonsus B (2008) yang berjudul
Organiztional Readiness for Change: A Case Study on Change
Readiness in a Manufacturing Company in Indonesia. Jurnal ini
membahas tentang aspek kesiapan organisasi yang terdiri dari
persepsi terhadap upaya perubahan, visi untuk perubahan,, saling
percaya dan hormat, ganti inisiatif, dukungan manajemen,
penerimaan, dan mengelola perubahan. Penulis juga mengukur
masing-masing dari aspek kesiapan untuk berubah dalam sebuah
perusahaan manufaktur di Indonesia. Pengukuran kesiapan
dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada karyawan
perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil dari pengukuran ini
menunjukkan bahwa perusahaan X telah memenuhi persyaratan
untuk memulai perubahan dengan sukses. Oleh karena itu mereka
telah memperoleh status siap berubah. Dalam jurnal ini penulis juga
mengatakan bahwa sebelum menerapkan program perubahan,
organisasi harus mengukur kesiapan orang-orangnya berdasarkan
tujuh aspek, dimana aspek-aspek skor rendah harus diberi perhatian

5
khusus. Dengan demikian, organisasi akan meningkatkan
kesiapanya dalam menerapkan program perubahan.
2. Jurnal milik Anton and Almeida (2020) yang berjudul COVID-19
Impact and Recovery Strategies: The Case of the Hospitality
Industri in Spain. Jurnal ini membahas tentang dampak dari krisis
pandemi COVID-19 pada industri perhotelan di spanyol dan respon
atau langkah yang diambil untuk keluar dari situasi tersebut. Dalam
penelitian juga disebutkan bahwa ketika situasi krisis seperti
COVID-19 terjadi, perusahaan perhotelan dipaksa untuk mengubah
strategi operasi mereka. Penelitian-penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit kesiapan untuk
merespon situasi krisis di industri perhotelan. Masalah paling
mengkhawatirkan untuk keramahan sektor terkait COVID-19
adalah masalah keuangan dan ketidakpastian terkait durasi pandemi
serta ketakutan di kalangan turis. Penelitian ini menyebut bahwa
Lima grup hotel Spanyol telah menetapkan tujuan bersama untuk
melindungi kesehatan pelanggan dan karyawan, menerapkan
standar kebersiahn yang ketat di fasilitas dan dalam prosesnya,
mempromosikan jarak sosial dan sebisa mungkin menghindari
kontak langsung antara karyawan dengan pelanggan dengan
memperkuat digitalisasi. Oleh karena itu, temuan dalam jurnal ini
merekomendasikan perubahan dalam perolehan pendapatan,
rencanakan pasca dan langkah-langkah perlindungan kesehatan
untuk membangkitkan kepercayaan wisatawan. Dalam arti ini,
menyarankan kebutuhan untuk memperkuat kesehatan dan
keselamatan baik untuk pelanggan maupun karyawan agar tidak ada
yang menjadi bagian dari masalah ini.

6
D. Pembahasan
1. Dampak Ketidaksiapan Industri Perhotelan Untuk Berubah Pada
Masa Pandemi COVID-19 di Indonesia
Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang cukup
terdampak dalam masa pandemi COVID-19. Menurunya perkembangan
industri tersebut tentu akan berimbas juga ke dalam industri perhotelan.
Melihat kondisi tersebut suatu perusahaan harus melakukan perubahan
agar dapat bertahan hidup. Perubahan ini wajib bagi industri perhotelan
agar tetap kompetitif. Ada salah satu faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan perubahan salah satu faktor tersebut adalah kesiapan untuk
berubah.
Perubahan yang terjadi memang dapat secara tiba-tiba dan
membuat suatu perusahaan, organisasi, masyarakat maupun individu
harus beradaptasi. Namun disisi lain, banyak individu, organisasi,
maupun perusahaan yang tidak siap dalam menghadapi situasi pandemi
ini. Ketidaksiapan tersebut dikarenakan kondisi ini belum pernah terjadi
sebelumnya. Semenjak COVID-19 masuk dan tersebar keseluruh kota
di Indonesia, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan
kegiatan di rumah saja dan membatasi kegiatan berpergian diluar.
Berkaiatan dengan hal tersebut, banyak bisnis yang tidak siap untuk
menerima perubahan yang terjadi, salah satunya di industri perhotelan.
Industri perhotelan sendiri mengalami dampak yang cukup besar
dari adanya pandemi ini. Banyak bisnis hotel di wilayah Indonesia
mengalami penurunan pengunjung, bahkan banyak hotel yang mungkin
terpaksa harus melakukan PHK kepada karyawannya. Menurut data
dari BPS yang dilansir dari (Republika.co.id) menunjukkan bahwa
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia
sepanjang bulan Maret 2020 mencapai rata-rata 32,24 persen atau turun
16,98 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 20,64
persen jika dibandingkan dengan bulan maret 2019. Selain itu, dampak
pandemi COVID-19 dalam industri perhotelan yang cukup signifikan

7
terjadi di daerah Bali. Menurut Dirut PT Hotel Indonesia Natour yang
dilansir dari (kompas.com) mengatakan bahwa didaerah lain dampak
penurunan memang terjadi namun tidak begitu signifikan seperti di Bali.
Melihat kondisi diatas, penting bagi perusahaan untuk merespon
perubahan lingkungan yang terjadi. Siap tidak siap setiap perusahaan
pasti mengalami perubahan agar binsis tersebut dapat bertahan dan tetap
kompetitif. Karena apabila perusahaan tidak siap menghadapi
perubahan yang ada, maka perusahaan tersebut akan kesulitan juga
untuk bertahan. Oleh karena itu, alasan ketidaksiapan inilah yang
membuat industri perhotelan di Indonesia menerima dampak yang
cukup besar dari adanya pandemi COVID-19.
2. Strategi Industri Perhotelan Dalam Mengatasi Ketidaksiapan
Untuk Berubah Di Masa Pandemi COVID-19
Ketidaksiapan industri perhotelan untuk berubah di masa
pandemi ini membuat industri tersebut harus menerima dampak yang
sangat besar. Namun, ketidaksiapan tersebut dapat diatasi dengan
menerima dan menamkan keyakinan bahwa perusahaan siap untuk
menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Kesiapan ini dapat
dilakukan misalnya dengan menanamkan lima nilai keyakinan kesiapan
perubahan di tiap individu dalam suatu perusahaan. Hal itu sesuai
dengan pendapat Palmer, Ian et.al .dalam bukunya Managing
Organizational Change: A Multiple Perspective Approach yang
mengemukakan bahwa terdapat lima keyakinan yang mendasari
kesiapan perubahan individu.Pertama, keyakinan bahwa perubahan itu
dibutuhkan. Industri perhotelan harus dapat menanamkan keyakinan
kepada individu yang ada dalam perusahaanya untuk selalu merespon
perubahan lingkungan yang dinamis agar perusahaan tersebut tetap
kompetitif. Kedua, Keyakinan bahwa perubahan yang diajukan
merupakan tanggapan atau langkah yang tepat. Seiring dengan waktu
yang terus berjalan, maka perusahaan perhotelan harus menanamkan
keyakinan bahwa perubahan itu juga akan terus ada dan tiap individu di

8
dalamnya harus yakin bahwa perubahan merupakan langkah yang tepat
untuk suatu bisnis agar bisa bertahan ditengah perubahan dan gejolak
lingkungan. Ketiga, yaitu kemampuan yang dirasakan oleh individu
untuk mengimplementasikan perubahan. Setiap individu dalam suatu
industri perhotelan yang sudah siap menerima perubahan, maka
individu tersebut dapat mengimplementasikan perubahan. Keempat,
keyakinan bahwa organisasi (manajemen, rekan kerja) akan
memberikan sumber daya dan informasi. Agar suatu peubahan dapat
berhasil perlu adanya dukungan baik dari manajemen maupun rekan
kerja. Dan yang terkahir, yaitu evaluasi individu. Setelah perubahan
tersebut diterapkan, maka akan ada evaluasi terkait dengan efektif atau
tidak perubahan yang telah dilakukan tersebut baik untuk individu
maupun perusahan.
Kesiapan perubahan melibatkan transformasi individu karena
merekalah yang menjadi aktor utama keberhasilan perubahan dalam
suatu organisasi. Sebelum menerapkan program perubahan, perusahaan
perhotelan juga harus mengukur kesiapan orang-orangnya berdasarkan
tujuh aspek kesiapan untuk berubah. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Susanto, Alfonsus B (2008) yang berjudul Organiztional
Readiness for Change: A Case Study on Change Readiness in a
Manufacturing Company in Indonesia. Penelitian ini membahas tentang
aspek kesiapan organisasi dalam menghadapi perubahan. Implikasi
aspek ini untuk industri perhotelan yaitu, Pertama, mengukur persepsi
terhadap upaya perubahan. Perusahaan perhotelan dapat mengukur
karyawannya berdasarkan pengalaman mereka apakah masih merasa
ragu-ragu mengenai kemampuan perusahaan untuk melakukan
perubahan. Kedua, mengukur visi untuk perubahan. Kondisi ini
mengukur karyawan perhotelan apakah mereka sudah paham mengenai
tujuan akhir yang ingin dicapai dan seberapa efektifkah pola komunikasi
mengenai perubahan tersebut. Ketiga, saling percaya dan hormat.
Dalam hal ini perusahaan perhotelan dapat mengukur karyawannya

9
tentang seberapa koorperatif mereka terkait dengan perubahan yang
terjadi. Keempat, ganti inisiatif. Ini mengukur tentang keikutsertaan dari
para karyawan guna mendukung perubahan yang terjadi. Kelima,
dukungan manajemen. Kondisi ini mengukur tentang seberapa optimal
dukungan dari pihak manajemen terhadap proses perubahan. Dukungan
ini bisa berupa aturan, kebijakan cara memimpin, maupun kompensasi
yang diterima pegawai hotel seiring dengan proses perubahan. Keenam,
yaitu penerimaan, apakah perubahan tersebut dapat diterima oleh para
karyawan hotel. Dan yang terakhir mengelola perubahan. Kondisi ini
mengukur terkait dengan seberapa mampukah sutu perusahaan dalam
mengelola perubahan. Pemimpin dalam perusahaan perhotelan harus
mampu mengelola perubahan karena ini merupakan fondasi yang
penting untuk menumbuhkan kepercayaan karyawan terhadap program
perubahan.

Industri perhotelan saat ini juga harus difokuskan dalam


bagaimana membangun kepercayaan pada wisatawan di masa pandemi
COVID-19 dengan memperkuat merek mereka dan berdaptasi dalam
kondisi “new normal”. Misalnya dengan mengubah strategi operasi
mereka dan gencar mengadakan kampanye yang bertujuan untuk
membangu kepercayaan turis untuk menginap di hotel mereka.
Beberapa inisiatif tersebut sejalan dengan penelitian Anton and Almeida
(2020) yang berjudul COVID-19 Impact and Recovery Strategies: The
Case of the Hospitality Industry in Spain. Penelitian ini membahas
tentang dampak dari krisis pandemi COVID-19 pada industri perhotelan
di spanyol dan respon atau langkah yang diambil untuk keluar dari
situasi tersebut. penelitian tersebut merekomendasikan perubahan salah
satunya perubahan dalam langkah-langkah perlindungan kesehatan
untuk membangkitkan kepercayaan wisatawan. Untuk bisa bertahan
dalam kondisi pandemi COVID-19 perusahaan hotel di Indonesia harus
mengubah strategi operasi mereka misalnya dengan menetapkan tujuan
bersama untuk melindungi kesehatan pelanggan dan karyawan,

10
menerapkan standar kebersihan yang ketat di semua fasilitas,
mengkampanyekan untuk selalu menjaga jarak dan sebisa mungkin
menghindari kontak langsung antara karyawan dengan pelanggan
dengan memperkuat teknologi digital yang ada. Langkah-langkah lain
yang juga dapat membantu mengatasi dampak yang dirasakan industri
perhotelan di Indonesia dapat dilakukan juga dengan mengadakan
kampanye yang bertujuan untuk membangun kepercayaan turis dengan
cara pengalihan program pemasaran dan penjualan serta paket promosi.
Kampanye ini juga bertujuan untuk menciptakan nilai kepada
wisatawan dengan menunjukkan bahwa hotel tersebut telah menerapkan
protokol kesehatan yang ketat guna mencegah penularan COVID-19.
Dan perusahaan hotel di Indonesia harus menjamin kesehatan
wisatawan yang menginap di hotelnya. Dengan demikian, pandemi yang
berdampak parah pada industri perhotelan di Indonesia dapat teratasi
dengan menerapkan strategi tersebut.

E. Kesimpulan
Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang cukup besar bagi
industri perhotelan di Indonesia. Kondisi ini memang terjadi secara tiba dan
membuat suatu perusahaan bisnis harus mampu beradaptasi agar tetap bisa
bersaing. Namun disisi lain, banyak perusahaan bisnis khususnya industri
perhotelan merasa tidak siap dalam menghadapi perubahan lingkungan
yang terjadi. Akibatnya tidak sedikit industry perhotelan di Indonesia
mengalami penurunan jumlah tamu yang menginap dan ada juga yang
terpaksa harus merumahkan para karyawannya. Melihat kondisi tersebut
penting bagi suatu bisnis untuk merespon perubahan lingkungan yang
dinamis agar siap menghadapi peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba seperti
COVID-19 ini. Kesiapan tersebut dapat dilakukan misalnya dengan
menanamkan lima nilai keyakinan kesiapan perubahan di tiap individu suatu
perusahaan terutama di dalam industri perhotelan Indonesia. Selain itu ,
sebelum menerapkan program perubahan, perusahaan perhotelan di
Indonesia juga perlu mengukur kesiapan individu di dalamnya berdasarkan

11
tujuh aspek kesiapan untuk berubah seperti yang telah disebutkan diatas.
Disamping fokus terhadap individu di dalamnya, industri perhotelan juga
harus memfokuskan bagaiamana mereka memberikan sebuah layanan yang
bertujuan untuk mencegah penularan COVID-19 kepada wisatawan
misalnya dengan mengubah strategi operasi mereka dan gencar
mengadakan kampanye untuk membangun kepercayaan wisatawan yang
menginap di hotel mereka. Dengan demikian, pandemi COVID-19 yang
berdampak parah pada industri perhotelan di Indonesia dapat segera teratasi
dengan menerapkan perubahan strategi tersebut.
F. Saran

Pandemi COVID-19 membuat industri perhotelan harus lebih


tanggap lagi dalam merespon perubahan lingkungan yang terjadi. Adanya
COVID-19 ini maka industri perhotelan harus meningkatkan kualitas
pelayanan yang dapat membangun kepercayaan wisatawan untuk bisa
kembali menginap di hotel mereka. Perusahaan hotel dapat memaksimalkan
digitalisasi sehingga dapat meminimalkan kontak antara karyawan dan juga
wisatawan. Selain itu, tiap-tiap hotel yang ada di Indonesia harus bisa
menjamin bahwa hotel tersebut layak untuk dikunjungi dengan menerapkan
protkol kesehatan yang ketat di semua fasilitas yang ada dihotel. Langkah
ini juga harus sejalan dengan bagaimana di masa pandemi seperti sekarang
kita sebagai pihak manajer perusahaan hotel untuk selalu mengedepankan
keamanan dan kesehatan wisatawan. Dengan demikian, wisatawan akan
merasa aman dan nyaman ketika menginap di hotel tersebut dan potensi
penularan COVID-19 tidak akan terjadi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Armenakis A. A., Harris S. G., Mossholder K. W. 1993. Creating readiness for


organisational change. Human Relations, 46 (6), 681-703.

Holt D. T., Armenakis A. A., Feiald H. S. , Harris S.G. 2007. Readiness for
organizational change: the systematic development of a scale. Journal of
Applied Behavioural Science, 43, 232-255.

José Miguel Rodríguez-Antón & María del Mar Alonso-Almeida, 2020. "COVID-
19 Impacts and Recovery Strategies: The Case of the Hospitality Industry
in Spain," Sustainability, MDPI, Open Access Journal, vol. 12(20), pages
1-17

Palmer I., Dunford R., and Buchanan, David A. 2017. Managing Organizational
Change : A Multiple Perspective Approach. New York: McGraw-Hill
Education.

Rafferty A. E., Jimmieson N. L., Armenakis A. A. 2013. Change readiness: a


multilevel review. Journal of Management, 39 (1), 110-135.

Rajput, M., and Anna N. 2013. Role of Organizational Culture in Creating


Readiness for Change Project

Susanto, alfonsus B., 2008, Organizational Readiness for Change : A Case Study
on Change Readiness in Manufacturing Company in Indonesia.
International Journal of Management Perspective. International
Business and Tourism Society

https://properti.kompas.com/read/2020/04/10/155307821/bisnis-perhotelan-di-
antara-hantaman-pandemi-dan-harapan-akhir-tahun?page=all

https://republika.co.id/berita/qcmn68396/ini-imbas-penurunan-sektor pariwisata-
akibat-covid19

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/26/102900465/saat-pandemi COVID-
19-berdampak-pada-bisnis-perhotelan-saat-ini?page=all

13

Anda mungkin juga menyukai