Anda di halaman 1dari 16

Volume 

25 Nomor 2, Juli 2020: 229-244 E-ISSN: 2579-6518
DOI:10.20885/psikologika.vol25.iss2.art5 P-ISSN: 1410-1289

Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 
Program Studi Magister Profesi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, Bandung

Abstrak. Salah satu kunci keberhasilan perubahan organisasi ialah faktor sumber daya manusia
yang dimilikinya, terutama pada sikap kesiapan untuk berubah (readiness for change). Di sisi
lain,  perubahan  organisasi  biasanya  menimbulkan  emosi  negatif  bagi  karyawan,  sehingga
karyawan perlu didukung dengan kesejahteraan karyawan di tempat kerja (workplace well-
being). Oleh karena itu, penelitian ini menguji pengaruh kesejahteraan karyawan di tempat
kerja terhadap kesiapan untuk berubah, dengan hipotesis penelitian bahwa terdapat pengaruh
kesejahteraan  di  tempat  kerja  terhadap  kesiapan  untuk  berubah.  Metode  penelitian  ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan BUMN
di  Indonesia  yang  sementara  ini  sedang  melakukan  beberapa  perubahan,  dengan  jumlah
responden penelitian sebanyak 98 karyawan pelaksana yang dipilih menggunakan teknik simple
random sampling. Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner Kesejahteraan di Tempat
Kerja dari Maulana (2018) yang diadaptasi dari Workplace Well-Being Index dari Page (2005),
dan kuesioner Kesiapan untuk Berubah yang diadaptasi langsung dari Readiness for Change
Questionnaire dari Holt et al. (2007). Analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (.00 < .05) dari kesejahteraan di tempat
kerja terhadap kesiapan untuk berubah sebesar 35.5%.
Kata Kunci: kesejahteraan di tempat kerja, kesiapan untuk berubah, sumber daya manusia

The Role of Workplace Well-Being toward Readiness for Change 

Abstract. One of the keys to the success of organization changes is its human resource factor,
especially in readiness for change. On the other hand, organization changes normally could
have a negative emotions for employees, so employees should be supported by the well-being
of  employees  in  the  workplace  (workplace  well-being).  Therefore,  this  study  attempted  to
examine  the effect  of  workplace well-being  on  readiness for  change,  through the  research
hypothesis which withnessing an effect of workplace well-being on readiness for change. This
research method used a quantitative approach. This research was conducted at a state-owned
company in Indonesia, which is currently undergoing some organizational changes, as many
as  98  participants  using  simple  random  sampling  techniques.  This  research  measuring
instrument by using a Workplace Well-Being questionnaire from Maulana (2018) which was
adapted from the Workplace Well-Being Index of Page (2005), and a Readiness for Change
questionnaire which was adapted directly from The Readiness for Change Questionnaire of
Holt,dkk. (2007). Regression analysis was used to analyze the data. The results of this study
imply that there is a significant effect (.00 < .05) of workplace well-being on readiness for
change of 35.5%.
Keywords: human resources, readiness for change, workplace well-being

Korespondensi: Muhammad Noerul Akhbar. Email: muhammadnoerulakhbar@gmail.com

229
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

Era  disruptif  pada  masa  ini  ditandai Konsep  yang  digunakan  untuk
dengan  berkembang  pesatnya  inovasi  yang menjelaskan jenis reaksi dan sikap ini adalah
digagas  oleh  pelaku  industri  baru,  seperti kesiapan untuk berubah (readiness for change).
inovasi  teknologi  dari  luring ke  daring. Beberapa ahli berupaya menjelaskan kesiapan
Perubahan  ini  kemudian  berdampak untuk berubah, di antaranya Armenakis et al.
terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat (1993) dengan mendefinisikan kesiapan untuk
zaman  sekarang  yang  semakin  mudah  dan berubah sebagai keyakinan, sikap, dan intensi
cepat,  sehingga  mengubah  gaya  hidup individu  yang  mengarah  pada  dukungan
masyarakat  zaman  sekarang.  Meskipun terhadap perubahan. Kemudian, Hanpachern
demikian, perubahan ini berlangsung cepat et al.  (1998)  menjelaskan  bahwa  kesiapan
dan tidak dapat ditolak. Oleh karena itu, hal untuk  berubah  ialah  sejauh  mana  individu
ini  mengancam  keberadaan pelaku  industri secara  mental,  psikologis,  maupun  fisik  siap
lama  yang  tidak  mampu  mengikuti atau prima untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kebutuhan  gaya  hidup  masyarakat  zaman pengembangan organisasi. Terakhir, Holt et al.
sekarang. Era disruptif ini seperti virus yang (2007) menjelaskan kesiapan untuk berubah
mewabah  dan  meluas  secara  cepat,  mulai sebagai  suatu  sikap  komprehensif  yang
pada  dunia bisnis, perbankan,  transportasi, dipengaruhi secara simultan oleh: (a) apa yang
sosial  masyarakat,  dan  hubungan diubah (isi),  (b)  bagaimana  perubahan  itu
kemasyarakatan,  sehingga  hanya diimplementasikan (proses),  (c)  keadaan  di
menyisakan dua pilihan yakni berubah atau mana perubahan itu terjadi (konteks), dan (d)
punah (Sugiarto, 2018). karakteristik  individu  yang  diminta  untuk
Berkenaan dengan hal tersebut, sebagian berubah (atribut  individual).  Hal  tersebut
besar ahli perilaku organisasi sepakat bahwa secara  kolektif  terefleksikan  ke  dalam  aspek
faktor manusia menjadi anteseden yang paling kognitif  maupun  emosional  individu  untuk
mungkin menjadi faktor keberhasilan inisiatif menunjukkan sejauh mana individu cenderung
perubahan organisasi (Armenakis et al., 1993). menerima,  menganut,  dan  mengadopsi
Seringkali,  proses  perubahanlah  yang perubahan untuk mengubah kondisi saat ini.
menentukan  apakah  hasil  perubahan  akan Konsekuensi  dari  kesiapan  untuk
berhasil atau tidak, misalkan penerimaan dan berubah  itu  sendiri  sangat  erat  terhadap
dukungan dari karyawan sangat penting dalam keberhasilan perubahan organisasi. Armenakis
keberhasilan  perubahan  organisasi.  Oleh et al.  (1993)  menjelaskan  bahwa  karyawan
karena  itu,  penting  untuk  memahami  sikap yang bersedia dan siap mengadopsi perubahan
karyawan  terhadap  perubahan  organisasi tentu  dapat  mengurangi  kemungkinan
dalam proses perubahan. kegagalan  dalam  menerapkan  perubahan.

230 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

Rafferty  et al.  (2013)  menjelaskan  bahwa Ada  banyak  faktor  yang  dapat
dampak dari  kesiapan  untuk  berubah  dapat memengaruhi  kesiapan  untuk  berubah  pada
berupa  perilaku  dukungan  terhadap diri karyawan. Holt et al. (2007) menjelaskan
perubahan  (change supportive behaviours), ada  empat  perspektif  yang  memengaruhi
performa  kerja  (job performance), dan  sikap kesiapan  untuk  berubah  yaitu:  isi,  konteks,
kerja  (job attitudes).  Oleh  karena  itu,  secara proses,  dan  atribut  individu.  Faktor  atribut
umum, kesiapan untuk berubah meningkatkan individual menjadi  salah  satu  faktor  yang
keberhasilan  implementasi  perubahan cukup penting memengaruhi kesiapan untuk
organisasi.  Hal  ini  juga  didukung  dari  hasil berubah. Hal  ini  dikarenakan  selama
penelitian  Hallgrimsson  (2008)  yang perubahan  organisasi,  karyawan  akan
menunjukkan  bahwa  peningkatan  kesiapan cenderung  mengalami  emosi  negatif,  seperti
untuk  berubah  dapat  meningkatkan perasaan cemas, stres, dan sebagainya. Maka
implementasi perubahan dalam organisasi. dari  itu,  organisasi  perlu  menjaga
Ada  empat  dimensi  yang  membentuk kesejahteraan  karyawan  di  tempat  kerja
kesiapan  untuk  berubah  dalam  diri  individu, (workplace well-being) selama perubahan agar
yaitu:  (a)  kesesuaian  (appropriateness),  (b) tetap  positif  untuk  membantunya  dalam
dukungan manajemen (management support), menghadapi perubahan.
(c) efikasi terhadap perubahan (change efficacy),   Konsep  kesejahteraan  (well-being)
dan (d) keyakinan personal (personal valence) karyawan di tempat kerja merupakan konsep
(Holt  et al.,  2007).  Dimensi  kesesuaian, yang cukup luas dengan berbagai pandangan
yaknimengenai  perasaan  individu  bahwa dari para ahli (De Simone, 2014). Tahun 2005,
perubahan  yang  diajukan  akan  tepat  bagi Page  (2005)  memperkenalkan  istilah baru
organisasi atau menjawab kebutuhan organisasi. dalam  konsep  kesejahteraan  di  tempat  kerja
Dimensi  dukungan  manajemen, menjelaskan yakni  workplace well-being. Page  (2005)
tentang keyakinan individu bahwa para manajer menjelaskan  bahwa  kesejahteraan  di  tempat
akan  mendukung  dan berkomitmen  terhadap kerja berbeda  dengan  konsep  kesejahteraan
pelaksanaan  perubahan.  Dimensi  efikasi dari  para  ahli  sebelumnya  yang  tidak
terhadap perubahan, yakni mengenai perasaan menyentuh  secara  spesifik  aspek  pekerjaan
individu bahwa ia mampu mengimplementasikan dan  tempat  pekerjaan  itu  sendiri.
perubahan  dengan  baik.  Dimensi  keyakinan Kesejahteraan  di  tempat  kerja didefinisikan
personal, menjelaskan  mengenai  keyakinan sebagai  “an affective sense of well-being
individu  atas  manfaat/keuntungan  yang  akan resulting from the satisfaction of intrinsic and/
didapatkan secara personal apabila perubahan or extrinsic work values”.  Artinya  bahwa
tersebut diimplementasikan. kesejahteraan  di  tempat  kerja sebagai  rasa

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 231
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

sejahtera  yang  dihasilkan  dari  kepuasan seimbang,  dan  memiliki  kesejahteraan


terhadap nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik dari psikologis. Bagi organisasi, akan meningkatkan
pekerjaan.  Kesejahteraan  di  tempat  kerja kinerja  dan  produktivitas  karyawan,
terdiri dari: afek karyawan secara umum (core menurunkan  pengunduran  diri  (turnover),
affect) dan kepuasan karyawan terhadap nilai sehingga  menjaga  karyawan  yang  bertalenta
intrinsik  dan/atau  ekstrinsik  dari  pekerjaan (Black  Dog  Institute.,  2018).  Beberapa
(Page, 2005). penelitian  juga  membuktikan  kontribusi
Kesejahteraan di tempat kerja dibangun positif kesejahteraan di tempat kerja, seperti
dari dua dimensi, yakni dimensi intrinsik dan penelitian  yang  dilakukan  oleh  Mangundjaya
ekstrinsik. Dimensi intrinsik kesejahteraan di (2012) yang menemukan bahwa kesejahteraan
tempat  kerja terdiri  dari  aspek-aspek di  tempat  kerja memberikan  kontribusi
mengenai  perasaan  karyawan  terkait  tugas terhadap munculnya keterikatan karyawan dan
yang dimiliki dalam ranah kerja mereka. Faktor modal  psikologis. Penelitian  yang  dilakukan
ini terdiri dari lima aspek, yaitu: (a) tanggung Fridayanti  et al.  (2019)  menemukan  adanya
jawab  dalam  kerja,  (b)  makna  pekerjaan,  (c) pengaruh  kesejahteraan  di  tempat  kerja
kemandirian dalam pekerjaan, (d) penggunaan terhadap  kesehatan  mental  karyawan.
kemampuan  dan  pengetahuan  dalam  kerja, Penelitian yang dilakukan Isham et al. (2020)
serta (e) perasaan berprestasi dalam bekerja. menjelaskan  bahwa  kesejahteraan  menjadi
Sementara  itu,  dimensi  ekstrinsik salah  satu  pendorong  tingkat  produktivitas
kesejahteraan  di  tempat  kerja terdiri  dari yang lebih tinggi, meskipun hubungan antara
aspek-aspek  mengenai  perasaan  karyawan pertumbuhan produktivitas dan kesejahteraan
terkait lingkungan pekerjaan mereka. Faktor melibatkan  banyak  faktor  moderator  dan
ini  terdiri  dari  delapan  aspek,  yakni:  (a) mediator.
penggunaan  waktu  yang  sebaik-baiknya,  (b) Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
kondisi  kerja,  (c)  supervisi,  (d)  peluang ialah untuk melihat pengaruh kesejahteraan di
promosi, (e) pengakuan terhadap kinerja yang tempat  kerja terhadap  kesiapan  untuk
baik,  (f)  penghargaan  sebagai  individu  di berubah.  Sejauh  penelusuran  yang  telah
tempat  kerja,  (g)  upah,  dan  (h)  keamanan dilakukan,  sampai  saat  ini  masih  sedikit
pekerjaan (Page, 2005). penelitian terdahulu  yang melihat hubungan
Ada  beberapa  konsekuensi  positif  dari antara  kedua  konsep  ini  di  Indonesia,  yakni
karyawan  yang  memiliki  kesejahteraan  di hanya  penelitian  yang  dilakukan  oleh
tempat  kerja,  baik  dari  segi  karyawan  itu Fachruddin  dan  Mangundjaya  (2012)  yang
sendiri  maupun  organisasi.  Bagi  karyawan, menemukan  bahwa  tidak  ada  pengaruh
tentunya  karyawan  akan  sehat,  hidup kesejahteraan  di  tempat  kerja terhadap

232 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

kesiapan  untuk  berubah.  Penelitian  ini menggunakan  tabel  pengukuran  jumlah


mengambil lokasi penelitian pada perusahaan sampel dari tabel Krejcie dan Morgan (1970).
yang  sedang  melakukan  transformasi Berdasarkan  tabel  tersebut,  jumlah  sampel
organisasi.  Penelitian  ini  diharapkan yang diharapkan dalam penelitian ini sebanyak
memberikan  sumbangan  ilmiah  untuk 98 karyawan. Teknik pengambilan sampel yang
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam digunakan dalam penelitian ini menggunakan
mengenai  konsep  tentang  kesejahteraan  di teknik  simple random sampling.  Teknik
tempat  kerja  dan  kesiapan  untuk  berubah, pengambilan  sampel  ini  adalah  salah  satu
serta  mengembangkan  teori  dan  menguji metode  probability sampling yang  memilih
secara metodologis pengaruh kesejahteraan di subjek  penelitian  secara  acak  sehingga  tiap
tempat  kerja terhadap  kesiapan  untuk subjek  memiliki  peluang  sama  untuk  dipilih
berubah.  Penelitian  ini  juga  diharapkan (Dawson, 2007).
bermanfaat  secara  praktis  sebagai  bahan Pengukuran
pertimbangan  bagi  pihak  manajemen Metode  pengumpulan  data  pada
organisasi  dalam  mengelola  proses penelitian  ini  ialah  melalui  penyebaran
transformasi  organisasi,  terutama  terhadap kuesioner dengan tipe kuesioner persepsi diri.
sumber daya manusia yang dimiliki. Kuesioner  penelitian  ini  menggunakan  dua

Metode kuesioner,  yakni  kuesioner  Kesejahteraan  di


Tempat  Kerja dari  Maulana  (Maulana,  2018)
Subjek penelitian yang  diadaptasi  dari  Workplace Well-Being
Penelitian  ini  dilakukan  di  salah  satu Index dari Page (2005) dan kuesioner Kesiapan
organisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk Berubah yang diadaptasi langsung dari
di Indonesia. Organisasi ini sedang melakukan Readiness for Change Questionnaire dari Holt et
transformasi organisasi, sehingga berdampak al. (2007).
juga terhadap perubahan visi-misi organisasi, Kuesioner  dalam  penelitian  ini  melalui
restrukturisasi,  digitalisasi  teknologi,  dan serangkaian  tahap  untuk  mendapatkan
perubahan  kebijakan  internal  pendukung properti psikometri yang baik, sehingga alat tes
lainnya.  Subjek  dari  penelitian  ini  ialah ini  dapat  diandalkan  untuk  melihat  kondisi
karyawan pelaksana tetap kantor pusat dengan kesejahteraan  di  tempat  kerja dan  kesiapan
jumlah populasi sebesar 131 karyawan. Cukup untuk berubah karyawan. Beberapa prosesnya,
besarnya  jumlah  karyawan  sehingga yakni  dimulai  dengan  uji  validitas  isi  dengan
diperlukan  proses pengambilan  sampel.  Oleh melalui  penelaahan  alat  ukur  secara
sebab  itu,  untuk  menentukan  jumlah  sampel keseluruhan.  Penelaahan  ini  meliputi
ideal  yang  mewakili  penelitian,  peneliti kesesuaian  antara  butir  pernyataan  dengan

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 233
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

dimensi,  dan  tata  bahasa  pada  setiap  butir


parametrik,  maka  diperlukan  pemenuhan
pernyataan yang mencerminkan representasi
syarat  parametrik,  yakni  setidaknya  data
dari  hal  yang  hendak  diukur.  Penelaahan  ini
bersifat  interval  dan  memenuhi  uji  asumsi
melalui  penilaian  dua  ahli  yang  berlatar
regresi.  Oleh  karena  itu,  beberapa  langkah
belakang  profesor  dan  psikolog  di  bidang
dalam analisis data penelitian ini, yakni dimulai
Psikologi Industri dan  Organisasi. Setelah itu,
dengan  upaya  transformasi  data  dari  data
dilanjutkan proses validitas melalui uji korelasi
ordinal  yang  didapatkan  dari  kuesioner
butir  total  (daya  diskriminan)  dan  uji
penelitian diubah menjadi data interval. Salah
reliabilitas alat tes. Adapun daya diskriminan
satu  caranya  dengan  menggunakan  teknik
dari kuesioner Kesejahteraan di Tempat Kerja
transformasi  sederhana  Method of Successive
berkisar  dari  nilai  .427  hingga  .824  dengan
Interval (MSI). Kemudian, langkah selanjutnya
reliabilitas sebesar 0.896. Sedangkan, validitas
dilakukan  uji  asumsi  regresi,  yakni  uji
kuesioner  Kesiapan  untuk  Berubah berkisar
normalitas, linieritas, dan homoskedastisitas.
dari nilai .310 hingga .676 dengan reliabilitas
Terakhir, dilakukan analisis  regresi untuk uji
sebesar .862.
hipotesis penelitian.
Analisis data penelitian
Hasil
Analisis  data  yang  digunakan  untuk
melihat  pengaruh  kesejahteraan  di  tempat Hasil analisis deskriptif

kerja terhadap kesiapan untuk berubah yakni Berdasarkan  analisis  deskriptif,


analisis regresi. Karena menggunakan analisis didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1
Kategorisasi Kesejahteraan di Tempat Kerja Subjek
Kategori  n  % 
Sejahtera  40  40.82 
Cukup sejahtera   58  59.18 
Tidak sejahtera  0  .00 
N 98  100 

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa kategori  sejahtera  sebanyak  40  karyawan


sebagian  besar  karyawan  memiliki (40.82%).  Tidak  terdapat  karyawan  yang
kesejahteraan  di  tempat  kerja pada  kategori memiliki  kesejahteraan  di  tempat kerja pada
cukup sejahtera yakni sebanyak 58 karyawan kategori  tidak  sejahtera.  Hasil  tersebut
(59.18%).  Kemudian,  jumlah  karyawan  yang menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
memiliki  kesejahteraan  di  tempat kerja pada merasa cukup sejahtera terhadap pekerjaannya.

234 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

Tabel 2
Perbandingan Rata-Rata Dimensi Kesejahteraan di Tempat Kerja
Dimensi  M  Kategori 
Afek Umum (Core affect)  4.39  Tinggi 
Dimensi Intrinsik  4.27  Sedang 
Dimensi Ekstrinsik  4.12  Sedang 
Catatan. M = Skor rata-rata.

Berdasarkan Tabel 2, didapatkan bahwa afek sementara dimensi ekstrinsik memiliki skor rata-
umum (core affect) memiliki skor rata-rata 4.39 rata 4.12 dalam kategori sedang. Hasil tersebut
dalam kategori tinggi, dimensi intrinsik memiliki menunjukkan bahwa dimensi yang paling rendah
skor  rata-rata  4.27  dalam  kategori  sedang, dimiliki karyawan ialah dimensi ekstrinsik.

Tabel 3
Perbandingan Skor Rata-Rata Aspek Dimensi Intrinsik dan Ekstrinsik Kesejahteraan di Tempat Kerja
Dimensi 
kesejahteraan di  Aspek-aspek  M  Kategori 
tempat kerja 
Tanggung jawab dalam kerja  4.44  Tinggi 
Makna pekerjaan  4.68  Tinggi 
Kemandirian dalam pekerjaan  4.40  Tinggi 
Dimensi intrinsik 
Penggunaan kemampuan dan pengetahuan 
4.46  Tinggi 
dalam kerja 
Perasaan berprestasi dalam bekerja  3.36  Sedang 
Penggunaan waktu yang sebaik-baiknya  4.66  Tinggi 
Kondisi kerja  4.45  Tinggi 
Supervisi  4.68  Tinggi 
Peluang promosi  3.82  Sedang 
Dimensi ekstrinsik 
Pengakuan terhadap kinerja yang baik  3.46  Sedang 
Penghargaan sebagai individu di tempat kerja  4.40  Tinggi 
Upah  4.04  Sedang 
Keamanan pekerjaan  3.43  Sedang 
Catatan. M = Skor rata-rata.

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan bahwa kemandirian  dalam  pekerjaan,  terakhir


di antara aspek-aspek dalam dimensi intrinsik perasaan  berprestasi  dalam  bekerja.  Hasil
kesejahteraan di tempat kerja, aspek makna tersebut  menunjukkan  bahwa  karyawan
pekerjaan  memiliki  skor  rata-rata  tertinggi, merasa puas terhadap sebagian besar aspek
diikuti  dengan  aspek  penggunaan pekerjaan.  Kemudian,  berdasarkan  Tabel  3,
kemampuan  dan  pengetahuan  dalam  kerja, didapatkan pula bahwa di antara aspek-aspek
aspek tanggung jawab dalam pekerjaan, aspek dalam  dimensi  ekstrinsik  kesejahteraan  di

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 235
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

tempat kerja, aspek supervisi menjadi aspek terakhir  aspek  keamanan  pekerjaan.  Hasil


dengan skor rata-rata paling tinggi. Kemudian, tersebut  menunjukkan  bahwa  karyawan
diikuti  dengan  aspek  penggunaan  waktu merasa puas terhadap perlakuan dari atasan,
sebaik-baiknya,  aspek  kondisi  kerja,  dan waktu kerja, kondisi kerja, dan penghargaan
aspek  penghargaan  sebagai  individu  di sebagai karyawan. Namun,  karyawan masih
tempat kerja. Keempat aspek ini berada pada cukup  puas/belum  sepenuhnya  puas
kategori  tinggi.  Adapun  aspek  yang  masih terhadap upah, kesempatan karier, pengakuan
berada  pada  kategori  sedang  yakni  aspek dari  organisasi  terhadap  kinerja  yang
upah,  aspek  peluang  promosi,  aspek diberikan  kepada  karyawan,  dan  posisi
pengakuan  terhadap  kinerja  yang  baik,  dan pekerjaan karyawan saat ini.

Tabel 4
Kategorisasi Kesiapan untuk Berubah Subjek
Kategori  n  % 
Tinggi  47  47.96 
Sedang  51  52.04 
Rendah  0  0.00 
N 98  100 

Berdasarkan  Tabel  4,  didapatkan sebanyak  47  karyawan  (47.96%).  Tidak


bahwa  sebagian  besar  karyawan  memiliki terdapat  karyawan  yang  berada  pada
kesiapan  untuk  berubah pada  kategori kategori  rendah.  Hasil  tersebut
sedang  yakni  sebanyak  51  karyawan menunjukkan  bahwa  sebagian  besar
(52.04%). Kemudian, diikuti dengan jumlah karyawan cukup siap menerima perubahan
karyawan yang berada pada kategori tinggi yang dilakukan organisasinya.

Tabel 5
Perbandingan Rata-Rata Dimensi Kesiapan untuk Berubah
Dimensi  M  Kategori 
Kesesuaian  4.60  Tinggi 
Dukungan manajemen  3.90  Sedang 
Efikasi terhadap perubahan  4.30  Sedang 
Keyakinan personal  4.20  Sedang 
Catatan. M = Skor rata-rata.

Berdasarkan Tabel 5, didapatkan bahwa dimensi  kesiapan  untuk  berubah.  Hasil


dimensi kesesuaian menjadi dimensi tertinggi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
yang  dimiliki  karyawan  di  antara  empat karyawan  sudah  merasa  yakin  bahwa

236 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

perubahan  yang  dilakukan  pihak  organisasi dengan  dukungan  dan  komitmen  dari  pihak
sudah  tepat.  Di  sisi  lain,  di  antara  empat manajemen  organisasi  terhadap  perubahan
dimensi  kesiapan  untuk  berubah, dimensi yang dilakukan.
dukungan  manajemen menjadi  dimensi
Hasil analisis hipotesis
terendah  yang  dimiliki  karyawan.  Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar Berdasarkan analisis regresi, didapatkan
karyawan  masih  belum  sepenuhnya  yakin hasil sebagai berikut:

Tabel 6
Hasil Uji Regresi Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah
Variabel  p  R2 
Kesejahteraan di tempat kerja * Kesiapan 
.00*  .355 
untuk berubah 
Catatan. *signifikansi pada p < .05.

Berdasarkan  Tabel  6,  diperoleh  hasil kerja  terhadap  kesiapan  untuk  berubah.
bahwa  kesejahteraan  di  tempat  kerja Keberhasilan organisasi mengacu pada sikap
berpengaruh  signifikan  terhadap  kesiapan karyawan,  baik  sikap  terhadap  diri  sendiri,
untuk  berubah (<  .05).  Hasil  tersebut terhadap pekerjaan, maupun terhadap kondisi
menunjukkan bahwa rasa sejahtera karyawan lingkungan kerja (Moorhead & Griffin, 1995).
yang  diperoleh  dari  pekerjaannya Tentunya, sikap karyawan terhadap pekerjaan
berkontribusi terhadap peningkatan kesiapan menjadi  poin  utama  dalam  mencapai  tujuan
karyawan dalam menerima perubahan yang organisasi,  termasuk  perubahan  yang
dilakukan  organisasi.  Adapun  besar dilakukan  organisasi.  Salah  satu  sikap
kontribusi  kesejahteraan  di  tempat  kerja karyawan  yang  dibutuhkan  dalam  proses
terhadap  pembentukan  kesiapan  untuk perubahan organisasi ialah kesiapan karyawan
berubah dalam diri karyawan sebesar 35.5%. mengikuti  perubahan  organisasi  atau  yang
Sementara,  sebesar  64.5%  dari  kesiapan biasa dikenal sebagai kesiapan untuk berubah.
untuk  berubah yang  dimiliki  karyawan Peran  kesiapan  untuk  berubah karyawan
dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain yang dalam  proses  perubahan  organisasi  dapat
tidak diteliti dalam penelitian ini. dikatakan sebagai sentral, baik dari perspektif
konsolidasi perubahan dan dari kemungkinan
Pembahasan
keberhasilan  di  masa  depan  dari  program
Penelitian ini bertujuan untuk menguji perubahan  yang  sedang  berlangsung.  Hal  ini
pengaruh kesejahteraan karyawan di tempat mengingat bahwa salah satu alasan mendasar

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 237
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

mengapa upaya perubahan organisasi sangat karakteristik  individu  yang  akan


sulit  dicapai  adalah  faktor  individu  dalam mengimplementasikan  inisiatif  perubahan
organisasi (Ahmad & Aworinde, 2019; Devos (perspektif atribut individual). Dalam hal ini,
et al.,  2002).  Oleh  karena  itu,  penting  untuk kesehateraan  di  tempat  kerja  menjadi  salah
mengidentifikasi variabel yang berkontribusi satu  variabel  dalam  faktor  atribut  individual.
terhadap kesiapan untuk berubah. Salah satu Hal  ini  juga  didukung  dari  hasil  penelitian
variabel  yang  dinilai  penting  untuk  diteliti Yamin  dan  Handoyo  (2014)  dengan
adalah kesejahteraan di tempat kerja. menemukan bahwa faktor yang memengaruhi
Berdasarkan  hasil  pengujian  hipotesis kesiapan untuk berubah dapat dikategorikan
yang  dapat  dilihat  di  Tabel  6,  didapatkan menjadi dua faktor, yakni faktor individu dan
bahwa  terdapat  pengaruh  kesejahteraan  di faktor tempat kerja.
tempat  kerja  terhadap  kesiapan  untuk Kesejahteraan  di  tempat  kerja
berubah.  Artinya,  kesejahteraan  di  tempat merupakan rasa sejahtera yang dihasilkan dari
kerja yang  dimiliki  karyawan  berkontribusi kepuasan  karyawan  terhadap  nilai-nilai
terhadap peningkatan kesiapan untuk berubah intrinsik dan ekstrinsik dari pekerjaan mereka.
dalam  diri  karyawan.  Dengan  didapatkan Oleh sebab itu, hal ini kemudian menghasilkan
koefisien  determinasi  sebesar  .355,  hal  ini derajat  perasaan  sejahtera  di  tempat  kerja
menunjukkan bahwa kontribusi kesejahteraan yang dapat berbeda-beda pada tiap karyawan.
di  tempat  kerja  terhadap  kesiapan  untuk Kesejahteraan  di  tempat  kerja yang  dimiliki
berubah sebesar  35.5%.  Sementara,  sebesar karyawan  kemudian  akan  berkontribusi
64.5%  dari  kesiapan  untuk  berubah terhadap  munculnya  sikap  positif  karyawan
dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain yang terhadap  organisasi.  Dalam  hal  ini,  jika
tidak diteliti dalam penelitian ini. karyawan  merasa  sejahtera  di  tempat
Hasil  penelitian  ini  sesuai  pandangan kerjanya,  rasa  sejahtera  ini  kemudian
Holt et al. (2007) dengan menjelaskan bahwa memunculkan sikap positif karyawan, seperti
terdapat empat perspektif yang memengaruhi keterikatan karyawan (employee engagement).
kesiapan untuk berubah yaitu: (a) atribut dari Hal  ini  didukung  dari  hasil  penelitian
inisiatif  perubahan  yang  akan Mangundjaya (2011) dan Kurniadewi (2017)
diimplementasikan (perspektif isi), (b) atribut dengan menemukan bahwa terdapat pengaruh
dari  lingkungan  dimana  inisiatif  perubahan signifikan  kesejahteraan  di  tempat  kerja
akan diimplementasikan (perspektif konteks), terhadap  keterikatan  karyawan. Adapun  ciri
(c)  langkah-langkah  yang  diambil  dalam karyawan yang terikat ialah: (a) karyawan lebih
mengimplementasikan  inisiatif  perubahan percaya kepada organisasi, (b) tertarik bekerja
(perspektif  proses),  dan  (d)  atribut  atau lebih, dan (c) selalu mengikuti perkembangan

238 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

yang ada di lapangan (Alagona & Simon, 2010; karyawan terhadap  kesiapan  untuk  berubah


Robinson et al., 2004; Verèiè & Vokiæ, 2017). didukung dari hasil penelitian Zulkarnain dan
Meskipun  karyawan  bekerja  lebih,  mereka Hadiyani  (2014)  dengan  menemukan  bahwa
mengalami emosi positif seperti rasa bahagia, terdapat  pengaruh  signifikan  keterikatan
antusias,  dan  optimis  (Bakker  &  Demerouti, karyawan terhadap  kesiapan  untuk  berubah
2008). Oleh karena itu, karyawan yang terikat karyawan.  Dengan  demikian,  secara
memiliki penilaian yang positif terhadap diri konseptual, adanya pengaruh kesejahteraan di
dan  organisasi  serta  memiliki  reaksi  afektif tempat kerja yang dimiliki karyawan terhadap
yang positif, seperti harapan dan optimisme. munculnya kesiapan untuk berubah karyawan
Pada  situasi  perubahan  organisasi, dapat dijelaskan melalui keterikatan karyawan.
adanya  penilaian  positif  karyawan  terhadap Berdasarkan  hasil  penelitian  ini,
organisasi memengaruhi kesiapan perubahan sebagian  besar  karyawan  merasa  cukup
kognitif (cognitive change readiness) dalam diri sejahtera  dengan  apa  yang  diberikan
karyawan.  Karyawan  memiliki  pandangan organisasi,  baik  dari  aspek  pekerjaan  itu
positif  terhadap  perubahan  yang  dilakukan sendiri  maupun  dari  aspek  lingkungan
organisasi. Karyawan menilai perubahan yang pekerjaan yang dapat dilihat di Tabel 1. Pada
dilakukan pihak manajemen organisasi adalah situasi  perubahan  organisasi  saat  ini,  rasa
hal  yang  pantas,  tepat,  dan  bermanfaat. sejahtera  karyawan  yang  didapatkan  dari
Sementara, adanya  afektif yang  positif dalam organisasi  kemudian  berkontribusi  dalam
diri  karyawan  memengaruhi  kesiapan memunculkan sikap positif karyawan terhadap
perubahan afektif (affective change readiness) organisasi,  salah  satunya  kesiapan  untuk
dalam diri karyawan. Karyawan tetap mampu berubah.  Karyawan  yang  merasa  cukup
merasa bahagia dan optimis terhadap  segala sejahtera  di  organisasi  menjadi  cenderung
perubahan  yang  dilakukan  organisasi.  Oleh cukup  siap  menerima  perubahan  yang
sebab itu, dengan adanya kesiapan perubahan dilakukan  organisasi  sebagaimana  dapat
kognitif  dan  afektif dalam  diri  karyawan, dilihat  di  Tabel  4.  Hal  tersebut  dikarenakan
mereka  menjadi  lebih  siap  menerima karyawan  yang  merasa  cukup  sejahtera  dari
perubahan  yang  dilakukan  organisasi. pekerjaannya membuat mereka cukup terikat
Kesiapan  perubahan  kognitif  dan  afektif ini terhadap  pekerjaannya.  Karyawan  berusaha
sendiri  merupakan  dua  aspek  yang menyelesaikan tugas yang diberikan, meskipun
merefleksikan  sejauh  mana  karyawan belum  proaktif  terhadap  pekerjaanya
cenderung  menerima  perubahan  yang dikarenakan masih belum terikat sepenuhnya.
dilakukan organisasi (Holt et al., 2007; Rafferty Oleh sebab itu, walaupun saat ini ada tuntutan
et al.,  2013).  Adanya  pengaruh  keterikatan perubahan  dari  organisasi,  karyawan  yang

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 239
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

merasa  cukup  sejahtera  terhadap pihak manajemen perlu menerapkan efisiensi


pekerjaannya  memilih  tetap  berusaha keuangan  yang  berdampak  terhadap
mengikuti  kebijakan  perubahan  organisasi pengurangan  keuntungan karyawan  dan
daripada  melakukan  resistensi  terhadap perubahan sistem manajemen Sumber Daya
perubahan, meskipun karyawan masih belum Manusia  (SDM)  seperti  penilaian  kinerja
proaktif terhadap perubahan tersebut. maupun  sistem  karier  dalam  rangka
Sebagian besar karyawan merasa cukup rekonfigurasi  SDM  yang  tepat  untuk
sejahtera  dikarenakan  masih  ada  beberapa mendukung  tujuan  perubahan.  Oleh  karena
aspek  yang  belum  memuaskan  karyawan, itu,  pertanyaan-pertanyaan  yang  biasanya
terutama  di  dalam  dimensi  ekstrinsik  yang muncul  dalam  benak  karyawan  ketika
dapat  dilihat  di  Tabel  2  dan  3.  Hal  ini organisasi  melakukan  perubahan,  seperti
menunjukkan bahwa karyawan masih belum bagaimana  dengan  karier/posisi  saya
sepenuhnya  sejahtera  terhadap  aspek-aspek selanjutnya,  bagaimana  gaji  saya
lingkungan pekerjaannya (dimensi ekstrinsik) dibandingkan  dengan  orang  lain,  dan
saat  ini  dibandingkan  dengan  aspek sebagainya.  Dengan  kata  lain,  adanya
pekerjaannya  (dimensi  intrinsik)  itu  sendiri. perubahan  organisasi  menimbulkan  emosi
Berdasarkan perbandingan skor rata-rata tiap negatif  dalam  diri  karyawan  seperti
aspek di antara dimensi ekstrinsik yang dapat kecemasan, rasa tidak aman, dan kepercayaan
dilihat di Tabel 3, didapatkan bahwa karyawan yang  rendah  (Buono  &  Bowditch,  1989).
masih  merasa  cukup  puas  terhadap  aspek Berkenaan dengan hasil penelitian ini, masih
peluang promosi, pengakuan atas kinerja yang adanya keluhan karyawan terhadap beberapa
baik, dan keamanan pekerjaan. Ketiga aspek ini aspek dalam dimensi ekstrinsik kesejahteraan
tampak berkaitan erat  dengan kebijakan dari di  tempat  kerja  kemudian  memengaruhi
pihak manajemen organisasi. penilaian karyawan. Dalam hal ini, karyawan
Transformasi organisasi yang dilakukan menjadi ragu atau masih kurang yakin dengan
pihak  manajemen  pada  umumnya komitmen  dan  dukungan  pihak  manajemen
membutuhkan penyelarasan pilar-pilar model organisasi terhadap perubahan (management
operasional  organisasi  yang  mencakup support) yang dapat dilihat di Tabel 5.
struktur  dan  tata  kelola,  proses  penilaian Penilaian  karyawan  yang  belum  yakin
kinerja,  proses  bisnis,  dukungan  teknologi, sepenuhnya  dengan  dukungan  dari  pihak
rekonfigurasi  sumber  daya,  serta manajemen  organisasi  berdampak  pula
pengembangan  kemampuan  dan  budaya terhadap  efikasi  perubahan karyawan.
organisasi (Pratama, 2015). Dengan demikian, Berdasarkan Tabel 5, karyawan masih merasa
transformasi  organisasi  biasanya  menuntut belum sepenuhnya yakin dengan kemampuan

240 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

yang dimilikinya saat ini untuk menyukseskan mengadopsi perubahan yang diusulkan pihak
perubahan. Hal ini disebabkan salah satunya manajemen  organisasi,  sehingga  akan
karena  karyawan  merasa  masih  kurang mendorong  performa  kerja  karyawan  yang
didukung  dengan  fasilitas  pelatihan  dan pada  akhirnya  akan  dapat  mengurangi
pengembangan  diri  oleh  pihak  manajemen kemungkinan  kegagalan  dalam  menerapkan
organisasi agar karyawan bisa menyesuaikan perubahan.
diri dengan tuntutan perubahan. Hal ini sesuai Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
pandangan  Rafferty  et al.  (2013)  yang penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  oleh
menjelaskan  bahwa  penilaian  karyawan Fachruddin  dan  Mangundjaya  (2012)  yang
terhadap  dukungan  manajemen akan menemukan  tidak  terdapat  pengaruh  dari
berpengaruh  terhadap  efikasi  terhadap kesejahteraan  di  tempat  kerja terhadap
perubahan pada karyawan. Selain itu, penilaian kesiapan untuk berubah. Hal tersebut bisa jadi
karyawan  yang  belum  yakin  sepenuhnya disebabkan  oleh  beberapa  faktor  sesuai
dengan  dukungan  dari  pihak  manajemen pandangan  Holt  et al.  (2007),  yaitu:  (a)
organisasi  tampaknya  berdampak  juga karakteristik organisasi (perspektif konteks)
terhadap  keyakinan  personal  karyawan. yang  berbeda,  dalam  hal  ini  penelitian
Berdasarkan Tabel 5, karyawan masih belum sebelumnya  dilakukan  di  perusahaan  swasta
sepenuhnya yakin dengan manfaat yang akan minyak dan gas bumi, sementara penelitian ini
didapatkan  setelah  mengimplementasikan dilakukan  di  perusahaan  BUMN;  (b)  konten
perubahan. Hal ini bisa jadi disebabkan salah perubahan  yang  berbeda  dari  organisasi
satunya  karena  karyawan  merasa  efisiensi (perspektif isi); dan (c) proses atau langkah-
keuangan  yang  diterapkan  oleh  pihak langkah  yang  diambil  masing-masing  pihak
manajemen  organisasi  justru  mengurangi manajemen  organisasi  dalam
keuntungan yang didapatkan karyawan seiring mengimplementasikan perubahan (perspektif
perubahan yang dilakukan organisasi. proses)  tentu  berbeda.  Selain  itu,  hasil
Berdasarkan  hasil  dan  pembahasan, penelitian  yang  berbeda  dengan  penelitian
maka  perlu  dilakukan  peningkatan sebelumnya kemungkinan disebabkan karena
kesejatheraan  di  tempat  kerja, terutama pengambilan  data  dari  kedua  penelitian  ini
terhadap dimensi ekstrinsik dan aspek khusus dilakukan  dengan  menggunakan kuesioner
di  dalamnya  sebagai  upaya  untuk persepsi diri, sehingga  data yang didapatkan
meningkatkan  kesiapan untuk  berubah  pada sangat  bergantung  dengan  penilaian  subjek
subjek penelitian. Peningkatan kesiapan untuk penelitian itu sendiri.
berubah pada diri karyawan diharapkan akan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
membuat karyawan menerima, merangkul, dan proporsi sampel di setiap bagian/departemen

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 241
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

belum  seimbang  atau  tidak  merata,  sehingga mempertimbangkan  faktor-faktor  lain  yang
tidak  semua  karyawan  dari  berbagai  level dapat  berpengaruh terhadap  kesiapan untuk
tercakup sebagai subjek penelitian. Selain itu, berubah, seperti  keterikatan  karyawan,
subjek dalam penelitian ini hanya mengambil dukungan  organisasi, dan  lainnya.  Kedua,
dari  salah  satu  perusahaan  BUMN,  sehingga penelitian  selanjutnya  diharapkan  lebih
hasil  penelitian  ini  kurang  representatif melakukan  kontrol  terhadap  faktor  lainnya
terhadap kondisi perusahaan lain. yang  dapat  memengaruhi  kesiapan  untuk
berubah,  seperti  konten  perubahan,  proses
Simpulan
perubahan,  hingga  jenis  organisasi.  Ketiga,
Berdasarkan  temuan  penelitian, penelitian  selanjutnya  diharapkan
didapatkan  bahwa  kesejahteraan  di  tempat menggunakan  teknik  proportionate stratified
kerja  yang  dimiliki  karyawan  berkontribusi random sampling dengan  tujuan  untuk
terhadap kesiapan untuk  berubah karyawan. membandingkan  kondisi  karyawan  antar
Dengan  kata  lain,  karyawan  yang  merasa bagian/departemen dan melibatkan karyawan
sejahtera  terhadap  pekerjaannya,  akan dari berbagai level dalam organisasi. Sehingga,
membuat  karyawan  lebih  siap  dalam hasil  penelitian  dapat  lebih  menggambarkan
menghadapi  perubahan  organisasi.  Berbagai kondisi  keseluruhan  karyawan  dalam
penelitian juga telah membuktikan kontribusi organisasi.
kesejahteraan  di  tempat  kerja  dalam
memunculkan sikap positif karyawan terhadap Referensi
organisasi,  seperti  komitmen,  keterikatan Ahmad,  A.  H.,  &  Aworinde,  O.  B.  (2019).  Are
fiscal  deficits  inflationary  in  African
terhadap  organisasi,  dan  sebagainya.  Oleh
countries?  A  new  evidence  from  an
karena  itu,  organisasi  memang  perlu asymmetric  cointegration  analysis.
North American Journal of Economics and
memperhatikan  aspek  kesejahteraan
Finance,  50.  https://doi.org/10.1016/
karyawan di tempat kerja, khususnya selama j.najef.2019.100999
perubahan dilakukan. Armenakis,  A.,  Harris,  S.,  &  Mossholder,  K.
(1993).  Creating  readiness  for
Saran organizational change. Human Relations,
46,  681–704.  https://doi.org/10.1177/
Terdapat  beberapa  saran  bagi  peneliti 001872679304600601
lain yang berminat mengkaji mengenai topik
Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards
dalam  penelitian  ini.  Pertama,  melihat a  model  of  work  engagement.  Career
Development International,  13(3),  209–
kontribusi  kesejahteraan  di  tempat  kerja
223.  https://doi.org/10.1108/
terhadap  kesiapan  untuk  berubah  hanya 13620430810870476
sebesar  35,5%,  sehingga  diharapkan Black  Dog  Institute.  (2018).  Workplace
wellbeing. Resource and Support. https:/
penelitian  selanjutnya  dapat

242 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah

/ w w w. b la c kdo g i n s t i tu t e . o r g . a u / Holt, D. T., Armenakis, A. A., Feild, H. S., & Harris
resources-support/wellbeing/ S. G. (2007). Readiness for organizational
workplace-wellbeing/ change; The systematic development of
a scale. The Journal of Applied Behavioral
Buono,  A.  F.,  &  Bowditch,  J.  L.  (1989).  The Science, 43(2), 232–255. https://doi.org/
Human Side of Mergers and Acquisitions, 10.1177/0021886306295295
Managing Collisions Between People,
Cultures, and Organizations. Beard Books. Isham, A., Mair, S., & Jackson, T. (2020). Well-
being and productivity: A review of the
Dawson, C. (2007). A practical guide to research literature. In CUSP Working Paper Series
methods 3ed. How to books. (No.  22).  https://www.cusp.ac.uk/
De  Simone,  S.  (2014).  Conceptualizing themes/s1/wp22/
wellbeing in the workplace. International Krejcie,  R.  V,  &  Morgan,  D.  W.  (1970).
Journal of Business and Social Science, Determining  sample  size  for  research
5(12),  118–122.  http://ijbssnet.com/ activities. Educational and Psychological
journal/index/2963 Measurement, 30(3), 607–610. https://
Devos,  G.,  Vanderheyden,  K.,  &  Broek,  H.  D. d o i . o r g / 1 0 . 1 1 7 7 /
(2002).  A  framework  for  assesing 001316447003000308
commitment  to  change:  Process  and Kurniadewi,  E.  (2017).  Psychological  capital
context  variables  of  organizational dan  workplace  well-being  sebagai
change.  In  Vlerick Leuven Gent prediktor  bagi  employee  engagement.
Management School Working Paper Jurnal Psikologi Integratif, 4(2), 95–112.
Series.  https://repository.vlerick.com/ https://doi.org/10.14421/jpsi.2016.42-
handle/20.500.12127/757 02
Fachruddin, D. F., & Mangundjaya, W. H. (2012). Mangundjaya,  W.  L.  (2011).  Pengaruh
The impact of workplace well-being and workplace  well-being  terhadap
psychological  capital,  to  the  individual psychological  capital  dan  employee
readiness  for  change.  Proceedings 4th engagement. Proceedings: Strategic Roles
Asian Psychological Association,  1–18. of I/O Psychology in Building Creative
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/ Society.  https://www.academia.edu/
wustari/publication/workplace_well- 7182903/Pengaruh_Workplace_Well_
being_psychological_capital_to_irfc.pdf Being_terhadap_Psychology_Capital_dan_
Fridayanti, F., Kardinah, N., & Fitri, T. (2019). Employee_Engagement
Peran  workplace  well-being  terhadap Maulana, F. (2018). Pengaruh workplace well-
mental  health:  Studi  pada  karyawan being terhadap intensi turnover pada
disabilitas.  Psympathic/ : Jurnal Ilmiah karyawan [Universitas Muhammadiyah
Psikologi,  6(20),  191–200.  https:// Malang].  http://eprints.umm.ac.id/
doi.org/10.15575/psy.v6i2.5754 39591/
Hallgrimsson, T. (2008). Organizational change Moorhead,  G.,  &  Griffin,  R.  W.  (1995).
and change readiness: Employees’ Organizational behaviour: Managing
attitudes during times of proposed merger people and organizations.  Mifflin
[University  of  Tromso].  https:// company.
munin.uit.no/handle/10037/1542
Page, K. M. (2005). Subjective well-being in the
Hanpachern, C., Morgan, G. A., & Griego, O. V. workplace. Deakin University.
(1998).  An  extension  of  the  theory  of
margin:  A  framework  for  assessing Pratama, A.  (2015). Manajemen  perusahaan:
readiness  for  change.  Human Resource transformasi  yang  paripurna.  In
Development Quarterly, 9(4), 45–56. m.bisnis.com.  https://m.bisnis.com/

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020 243
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti 

amp/read/20150920/237/474342/ Verèiè, A. T., & Vokiæ, N. P. (2017). Engaging
manajemen-perusahaantransformasi- employees  through  internal
yang-paripurna. communication. Public Relations Review,
43(5),  885–893.  https://doi.org/
Rafferty, A. E., Jimmieson, N. L., & Armenakis, 10.1016/j.pubrev.2017.04.005
A.  A.  (2013).  Change  readiness:  A
multilevel  review.  Journal of Yamin, A., & Handoyo, S. (2014). Faktor-faktor
Management Studies,  39(1),  110–135. yang  mempengaruhi  readiness  for
h t t p s : / / do i . o r g / 1 0 . 1 1 7 7 / change pada pekerja di PT. X area Jatim
0149206312457417 dan Balinus. Insan Media Psikologi, 16(3),
1–13.  http://journal.unair.ac.id/
Robinson, D., Perryman, S., & Hayday, S. (2004). INSAN@faktor-faktor-yang-
The drivers of employee engagement mempengaruhi-readiness-for-change-
report. Institute for Employment Studies. pada-pekerja-di-pt-x-area-jatim-dan-
h t t p s : / / w w w . e m p l o y m e n t- b a l i n u s - a r t i c le - 1 0 5 2 2 - m e d i a - 8 -
s tu d i e s . c o. u k / re s o u rc e / dr ive r s - category-10.html
employee-engagement
Zulkarnain,  &  Hadiyani,  S.  (2014).  Peranan
Simon, H. (2010). Engaging employees through komitmen  organisasi  dan  employee
whole  leadership.  Strategic HR Review, engagement  terhadap  kesiapan
9(3),  11–17.  https://doi.org/10.1108/ karyawan  untuk  berubah.  Jurnal
14754391011040028 Psikologi, 41(1), 17–33. https://doi.org/
Sugiarto,  E.  C.  (2018).  Disrupsi dan Humas 10.22146/jpsi.6955
Pemerintah 4.0. Kementrian Sekretariat

Negara  Republik  Indonesia.  https://
Received 7 February 2020
s e tn e g . g o . i d / b a c a / i n de x / Revised 27 February 2020
disrupsi_dan_humas_pemerintah_40 Accepted 30 May 2020

244 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 2 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai