Abstrak
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan
kesiapan untuk berubah pada karyawan di PT. X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuantitatif korelasional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh dengan
populasi berjumlah 80 karyawan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
pembagian kuesioner, disusun menggunakan skala efikasi diri dan skala kesiapan untuk berubah.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji korelasi Pearson product-
moment. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa variabel efikasi diri memiliki
hubungan dengan variabel kesiapan untuk berubah. Nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0.000
(p< 0.05) dengan nilai korelasi sebesar 0.505. Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel efikasi diri
memiliki hubungan yang signifikan dan bersifat searah atau positif dengan variabel kesiapan untuk
berubah. Jika karyawan memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi, maka kesiapan karyawan untuk
berubah juga tinggi. Begitupula sebaliknya, jika tingkat efikasi diri karyawan rendah, maka kesiapan
untuk berubah pada karyawan juga akan rendah.
Kata Kunci : efikasi diri, kesiapaniuntuk berubah, karyawan
Abstract
The research was conducted to know the relationship between self-efficacy and readiness to change
in employees at PT. X. The method used in this research is a quantitative correlation. The sampling
technique used was the saturated sampling technique with a population of 80 employees. The data
collection technique in this study is by distributing questionnaires compiled using a self-efficacy
scale and a readiness to change scale. Analysis of the data used in this study using the Pearson
product-moment correlation test. The results obtained indicate that the self-efficacy variable has a
relationship with the readiness to change variable. The significance value obtained is 0.000 (p < 0.05)
with a correlation value of 0.505. It can conclude that the self-efficacy variable has a significant and
positive relationship with the readiness to change variable. If the employee has a high level of self-
efficacy, the employee's readiness to change is also high. Vice versa, if the employee's self-efficacy
level is low, the employee's readiness to change will also be low.
Keywords: self-efficacy, readiness to change, employees
12
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022, Character : Jurnal Penelitian Psikologi
dan karyawan perlu mempersiapkan diri untuk berubah. dilakukan. Berdasarkan aspek kesiapan untuk berubah,
Kesiapan karyawan untuk berubah penting untuk dapat diuraikan bahwa individu atau karyawan yang
melanjutkan kelancaran organisasi. Hal itu disebabkan mempunyai kesiapan untuk berubah ialah karyawan yang
karena keefektivitasan perubahan sebuah perusahaan yakin bahwa perubahan yang dilakukan oleh perusahaan
dipengaruhi oleh kesiapan karyawan untuk berubah. merupakanicara yang harus dilakukan untuk
Kesiapan karyawan dapat ditunjukkan dalam bentuk menyelesaikan permasalahan organisasi, serta dapat
positif ataupun negatif. Bila karyawan memiliki kesiapan memberikan manfaat bagi karyawan itu sendiri. Adanya
untuk berubah dalam bentuk positif, karyawan tersebut dukungan dari anggota organiisasi yang lainnyaa untuk
akan menerima perubahan dan mentaati rencana berubah dan memiliki kepercayaan diri mengenai
perubahan yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk kemampuannya dalam menyukseskan perubahan yang
memunculkan kesiapan dalam bentuk positif, karyawan dilakukan.
harus lebih dulu memiliki kepercayaan pada perubahan Studi pendahuluan telah dilakukan di PT. X yang
yang dilakukan oleh organisasi (Holt, 2007). merupakan perusahaan alih daya, diketahui bahwa
Kepercayaan karyawan terhadap perubahan yang perusahaan tersebut menerapkan sistem pergantian posisi
dilakukan organisasi dapat dikatakan sebagai awal yang kerja atau disebut juga rotasi kerja. Pemberlakuan rotasi
harus dimiliki agar proses perubahan berjalan dengan kerja tersebut bertujuan agar karyawan tidak hanya
lancar. Namun, jika karyawan menunjukkan sikap negatif menguasai satu bidang saja, dan hal tersebut merupakan
terhadap perubahan, karyawan akan menunjukkan implementasi dari knowledge enlargement (perluasan
penolakan atau ketidaksiapan. Ketidaksiapan tersebut pengetahuan). Karyawan diharapkan dapat memiliki
dapat ditunjukkan dengan menurunnya loyalitas pada kemampuan dalam beberapa bidang yang berbeda,
perusahaan, berkurangnya motivasi dalam bekerja, sehingga jika salah satu anggota dalam bagian tertentu
meningkatnya kesalahan kerja, dan kedisiplinan yang memiliki masalah dalam pekerjaannya kemudian
berkurang (Sopiah, 2008). kurangnya karyawan dalam bagian tersebut dapat
Kesiapaniuntuk berubah merupakan evaluasi digantikan oleh karyawan di bagian yang lainnya.
positif dari perilaku dan sikap terhadap perubahan Karyawan perusahaan tersebut memiliki beberapa respon
(Armenakis et al., 1993). Adapun Holt et al (2007) yang berbeda terhadap perubahan tersebut, terkadang
mengemukakan kesiapan untuk berubah ialah perilaku karyawan menerima dengan senang hati ketika dipindah
karyawan yang dipengaruhi oleh proses terjadinya tugaskan di bagian yang lain, namun juga ada karyawan
perubahan, perilaku seseorang dalam menghadapi yang ketika dipindah tugaskan di bagian yang berbeda
perubahaniyang bersamaan dengan peran menyeluruh merasa apakah ia telah melakukan kesalahan, dan merasa
dalam proses perubahan. Kesiapaniperubahan menurut tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam bagian
Ford dan Foster-Fishman (2012) yaitu sejauh mana yang berbeda kemudian menyebabkan kehilangan
karyawan memiliki kepercayaan bahwa perubahan itu motivasi bekerja, dan kurangnya produktivitas. Selain itu,
penting dilakukan dengan tujuan memperbaiki keadaan pada tahun ini telah dilakukan merger antara PT. X
saat ini, dan mempunyai hasil yangipositif untuk diri dengan PT induk. Setelah terjadi merger karyawan merasa
sendiri dan juga perusahaan. Dapat diambil kesimpulan, beban kerja relatif bertambah dari sebelumnya, beban
bahwa kesiapaniuntuk berubah merupakan perilaku kerja yang bertambah tersebut berupa penambahan tugas
pada karyawan dikarenakan semakin luas cakupan
karyawan dalam menerima proses perubahan dan
wilayah dari PT induk sehingga pengelolaan karyawan
memiliki kepercayaan bahwa perubahan yang terjadi
alih dayanya semakin bertambah. Setiap perputaran atau
mempunyai manfaat yang positif bagi kepentingan diri
pergantian karyawan diharuskan lapor kepada PT Induk.
sendiri maupun organisasi.
Fenomena penerapan sistem rotasi kerja pada
Aspekikesiapan untuk berubah menurut Holt et al
perusahaan X mau tidak mau mengharuskan karyawan
(2007) yaitu appropriateness yang menjelaskan
untuk dapat selalu siap terhadap perubahan yang dihadapi,
keyakinaniindividu bahwa perubahan yang dilakukan
selain itu dengan terjadinya merger yang membuat beban
perusahaan tepat dan dapat menghasilkan keuntungan,
kerja karyawan relatif bertambah. Karyawan memberikan
change specific efficacy yang menjelaskan keyakinan
respon yang berbeda-beda terhadap perubahan yang
individuiterhadap kemampuannya dalam menerapkan terjadi. Respon positif ataupun negatif yang diberikan
perubahan, management support yang menjelaskan karyawan dapat menunjukkan kesiapan karyawan terhadap
keyakinan atau persepsi individu bahwa pimpinan perubahan. Berdasarkan studi pendahuluan, fenomena ini
perusahaan memberikan dukungan dalam perubahan yang dapat dikaji dengan konsep kesiapan untuk berubah pada
dijalankan, dan personal benefit ialah mengenai karyawan.
keuntungan yang diperoleh individu dari perubahan yang
13
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kesiapan Untuk Berubah pada Karyawan
14
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022, Character : Jurnal Penelitian Psikologi
15
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kesiapan Untuk Berubah pada Karyawan
dengani1,00 maka yang berarti jika koefisien reliabilitas nilai tertinggi (max) sebesar 214, kemudian untuk nilai
semakin tinggi mendekati 1,00 maka pengukuran terendah (min) mendapatkan nilai sebesar 170. Nilai rata-
semakinireliabel (Azwar, 2019). Berikut hasil uji rata (mean) dari variabel kesiapan untuk berubah sebesar
reliabilitas pada skala efikasiadiri dan skala kesiapan 190.16, dan untuk nilai standart devitiation sebesar 7.144.
untuk berubah: 1. Hasil Uji Asumsi
Tabel 1. IndeksiNilai Reliabilitas Hasil Uji Normalitas
AlatiUkur Nilai Keterangan Uji normalitas ini dilakukan guna untuk
iReliabilitas mengetahui data pada kedua variabel apakah data
(Alpha berdistribusi normal atau tidak normal. Untuk mengetahui
Cronbach) uji normalitas data pada penelitian ini dugunakan uji
Efikasi Diri 0.956 Reliabel Kolmogorov-Smirnov denganibantuan aplikasi SPSS 26.0
Kesiapan
0.981 Reliabel foriwindows. MenurutiSugiyono (2015) data yang
Untuk Berubah
memiliki distribusi normal akan memiliki
Berdasarkan hasil di atasimaka dapatidiambil nilaiiprobabilitias lebih besar dari 0.05 (p > 0.05),
kesimpulan bahwa skala efikasi diri dan skala kesiapan danidata yang tidakiberdistribusi normal akan memiliki
untuk berubah mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi
nilai probablitias kurang dari 0.05i (p < 0.05).
dan mendekati nilai 1.00. Skala efikasi diri mendapatkan
nilaiisebesar 0.956, dan skala kesiapan untuk berubah Tabeli3. Kategoriisignifikansi Normalitas Data
mendapatkan nilai sebesar 0.981. Nilai Keterangan
Penelitianiiini menggunakaniteknik analisis iSignifikansi
Sig>0.05 Distribusiidata normal
dataikorelasi product moment. Analisis ini bertujuan
Sig<0.05 Distribusiidata tidak
untukimengetahui suatu hubungan atau korelasi pada normal
variabel efikasi diri dengan kesiapan untuk berubah
karyawan. Selanjutnya, uji normalitasidata dilakukan Hasiliujiinormalitas terhadap variabel efikasi diri
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji linearitas dan variabel kesiapan untuk berubah ialah sebagai berikuti:
data dilakukan dengan teknik test for linearity. Tabel 4, Hasil Uji Normalitas Data
Keseluruhan analisis penelitian ini dibantu dengan aplikasi Variabeli Sig. Keterangan
SPSS 26.0 for windows. Efikasi Diri 0.137 Data
DistribusiiNormal
HASILiDAN PEMBAHASAN Kesiapan Untuk 0.200 Data
Hasili Berubah DistribusiiNormal
Hasil penelitian yang telah dikumpulkan dari 50 Berdasarkanitabel di atas, ujiinormalitas yang
responden diolah menggunakan SPSS versi 26.0. Hasil telah dilakukan menunjukkan nilai signifikansi pada
analisis statistic deskriptifidata pada penelitianiini dapat variabeliefikasi diri sebesar 0.137, dan pada variabel
dilihat sebagai berikut: kesiapan untuk berubah sebesar 0.200. Nilai
Tabel 2. iStatistik Deskriptif signifikansiidari kedua variabel menunjukkan lebih dari
N Min Max Mean Std. 0.05 (p>0.05). Sehinggaidapat diambil kesimpulan
Dev bahwaivariabel efikasi diriidan kesiapan untuk berubah
Efikasi 50 130 168 147.86 8.246 dalam penelitian ini mempunyai data yang berdistribusi
Diri normal.
Kesiapan 50 170 214 190.16 7.144
Untuk Hasil UjiiLinearitas
Berubah Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui
Berdasarkan hasil dari descriptive statistic di atas, adakahihubungan yang linear antara variabel efikasi diri
penelitian ini menggunakan jumlah responden sebanyak dengan kesiapan untuk berubah. Dalamipenelitian ini
50. Variabel efikasi diri dalam penelitian ini mendapatkan digunakan tesifor linearity dengan bantuan aplikasi
nilai tertinggi (max) sebesar 168, kemudian untuk nilai SPSSi26.0 foriwindows. Data yang dianggap linearijika
terendah (min) mendapatkan nilai sebesar 130. Nilai rata- nilai signifikansinya kurangidari 0.05 (p < 0.05).
rata (mean) yang didapatkan untuk variabel efikasi diri
yaitu sebesar 147.86 dan nilai standart devitiation sebesar
8.246. Pada variabel kesiapan untuk berubah mendapatkan
16
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022, Character : Jurnal Penelitian Psikologi
Tabel 5. Ketentuan Signifikansi Linearitas Data kurangidari 0.05 makaidata tersebut tidak signifikan atau
Nilaii Keterangan tidak memiliki hubungan.
Signifikansi
Sig>0.05 Non-Lineari Tabel 8. Nilai Koefisien Korelasi
Sig<0.05 Lineari Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Hasil uji linearitas menggunakan test for linearity 0,60 – 0,799 Kuat
padaikedua variabel dapatidilihat pada tabel di bawah ini: 0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
Tabel 6. HasiliUji Linearitasiberdasarkan Linearity 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Variabeli Sig. Keteranganin
Hasil dari uji hipotesis antara variabel efikasi diri
Efikasi Diri*Kesiapan 0.000 Linier
dengan variabel kesiapan untukiberubah, sebagai berikut:
Untuk Berubah
Tabel 9. HasiliUji Jipotesis ProductiMoment
Berdasarkanihasil dari uji iinearitas yangitelah Variabeli Pearson Sig. Ket.
dilakukan, menunjukkan nilaiisignifikansi dari variabel Correlation
efikasi diri dengan variabel kesiapan untuk berubah Efikasi 0.505** 0.000 Signifikan
berdasarkan linearity sebesari0.000. Nilaiisignifikansi Diri*Kesiapan
berdasarkan linearity menunjukkan kurang dari 0.05 Untuk
Berubah
(p<0.05) sehinggaidapat disimpulkan bahwaivariabel
** Correlationiis significant at the 0.01 level (2-
efikasi diri dan variabel kesiapan untuk berubah tailed).
memilikiihubungan yang linear.
Selanjutnya uji linearitas dilihat menggunakan Berdasarkanitabel di atas, menunjukkan nilai
devitiation from linearity, data yang dianggap memenuhi signifikans p sebesari0.000 (p=0.000) berarti kurang
kaidah linearitas jika memiliki nilaiisignifikansi lebih dari darii0.05 (p<0.05) isehingga dapat diambil kesimpulan
0.05i (p>0.05), sebaliknya jikainilai signifikansi kurang bahwa variabeliefikasi diri dan variabelikesiapan untuk
dari 0.05 maka terdapat hubungan linear pada error di berubah memiliki hubungan yang signifikan. Nilai
model linear antara kedua variabel. Berikut hasil uji koefisian korelasi dari kedua variabel yaitu sebesar 0.505.
linearitas berdasarkan devitiation from linearity pada Nilai koefisien korelasi tersebut berada pada interval
variabeliefikasi diri dan variabel kesiapaniuntuk berubah. koefisiensi korelasi 0.40-0.599 yang berarti variabel
efikasi diri dan variabel kesiapan untuk berubah memiliki
Tabel 7. Hasil Uji Linearitas devitiation from linearity
hubungan yang cukup kuat. Nilai koefisien korelasi
Variabel Sig. Keterangan
tersebut juga mengungkapkan hubungan kedua variabel
Efikasi Diri*Kesiapan Untuk 0.476 Linier
pada arah yang positif, dimana jika semakin tinggi nilai
Berubah
efikasi diri maka semakin tinggi juga nilai dari kesiapan
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi dari untuk berubah. Begitu pula sebaliknya, jika efikasi diri
variabel efikasi diri dengan variabel kesiapan untuk semakin rendah, maka semakin rendah juga kesiapan
berubah berdasarkan devitiation from linearity sebesar untuk berubah.
0.476.), dan nilai signifikansi berdasarkan devitiation
menunjukkan lebih dari 0.05i (p>0.05). Berdasarkan Pembahasan
halitersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa diidalam Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
data error tidak terdapatipola linear pada deviasi atau erorr. mengetahui ihubungan antara variabel efikasi diri dengan
variabel kesiapanauntuk berubah pada karyawan PT. X.
2. Hasil Uji Hipotesis Pertanyaan dalam penelitian ini ialah adakah
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji dan hubunganiantara efikasi diri dengan kesiapan untuk
mengetahui adakah hubungan antara variabel efikasi diri
berubah pada karyawan.. berdasarkan hasil analisisiyang
dengan variabel kesiapan untuk berubah. Uji hipotesis
telah dilakukan terdapat hubungan yang signifikan antara
data yang dilakukan dalam penelitian ini
kedua variabel. Hasil nilai signifikansi kedua variabel
menggunakaniteknik korelasiiproduct moment dan
yang didapatkan yaitu sebesar 0.000. Hasil nilai signifikan
dianalisis menggunakan bantuan SPSS 26.0 for windows.
tersebut kurang dari 0.05 (p<0.05), yang berarti
Data yang memiliki hubungan jika taraf signifikansi antara
terdapatiihubungan yang signifikan antara efikasi diri
dua variabel memiliki nilai probabilitas lebihibesar
denganakesiapan untuk berubah pada karyawan PT. X.
darii0.05 (p>0.05), sebaliknya jika nilai probabilitasnya
Selanjutnya, nilai koefisienikorelasi (r) antara
17
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kesiapan Untuk Berubah pada Karyawan
keduaivariabel tersebut didapatkan sebesar 0.505 yang dilakukan dapat memberikan keuntungan bagi
(r=0.505), dan nilai koefisien korelasi beradaipada interval perusahaan, Aspek kedua dari kesiapan untuk berubah
0.40-0.599. Hal tersebut menunjukkan hubungan yang yaitu change specific efficacy, pada aspek ini kesiapan
dimiliki antar variabel cukup kuat. Selain itu, arah individu untuk berubah dilihat dari keyakinan karyawan
hubungan dalam penelitian ini menunjukkan arah yang terhadap kemampuannya dalam menerapkan perubahan
positif antara kedua variable, sehingga dapat diambil yang dilakukan. Karyawan memiliki keyakinan terhadap
kesimpulan semakin tinggi efikasi diriamaka semakin kemampuannya dalam menerapkan perubahan yang
tinggi pula kesiapan untuk berubah pada karyawan diinginkan oleh perusahaan, serta mampu untuk berkinerja
perusahaan tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila efikasi dengan baik. Karyawan yakin memiliki kemampuan yang
diri semakinirendah maka semakin rendai pula kesiapan dibutuhkan untuk perubahan yang diterapkan sehingga
untuk berubah. Maka dari itu, pertanyaan pada penelitian mereka dapat melaksanakan perubahan tersebut dengan
ini mendapatkan hasil bahwa adanyaiihubungan yang mudah dan membantu mensukseskan perubahan tersebut.
Selanjutnya, aspek ketiga dari kesiapan untuk
signifikan antara efikasi diri denganikesiapan untuk
berubah yaitu management support. Aspek ini melihat
berubahipada karyawan.
keyakinan atau persepsi karyawan terhadap pimpinan
Kesiapaniuntuk berubah menurut Holt et al (2007) perusahaan dalam memberikan dukungan terhadap
merupakan perilaku karyawan yang dipengaruhi oleh perubahan yang dijalankan. Pengadaan perubahan dalam
proses terjadinya perubahan, karakteristik individu dalam sebuah perusahaan, dukungan pemimpin berperan penting
menghadapi perubahan yang bersamaan dengan peran terhadap kelancaran atau kesuksesan perubahan tersebut.
menyeluruh dalam proses perubahan. Karyawan yang Karyawan akan memilikiikesiapan untuk berubah yang
memiliki kesiapan untuk menghadapi perubahan terhadap tinggi apabila mendapatkan sebuah dukungan
sistem kerja, perubahan teknologi maupun kebijakan akan (Mardhatillah & Rahman, 2020). Bila individu merasa
mudah beradaptasi dan menjalankannya dengan baik. bahwa lingkungannya mendukung perubahan, maka
Sebaliknya, karyawan yang tidak siap terhadap perubahan individu akan memiliki kesiapan untuk berubah lebih
yang terjadi akan cenderung menolak, sulit beradaptasi tinggi (Fradipta & Mulyana, 2020). Bentuk dukungan dari
dan tidak mampu menjalankan perubahan tersebut dengan pimpinan PT. X pada karyawan yaitu dengan membantu
baik. Selain itu, kesiapan yang dimiliki oleh karyawan karyawan beradaptasi dengan perubahan, pimpinan
akan membantunya beradaptasi dengan hal baru, dan memberikan arahan jelas dan menekankan pentingnya
membantu karyawan untuk dapat cepat belajar sehingga perubahan ini dilakukan. Dukungan pimpinan kepada
dapat memiliki kinerja yang baik. karyawan akan membuat karyawan berfikir bahwa
Terdapat empat aspek untuk mengetahui kesiapan perubahan yang dilakukan tidak hanya tanggung jawab
untuk berubah pada individu, aspek tersebut dinyatakan dari karyawan saja, namun pimpinan juga memiliki
oleh Holt et ali (2007) diantaranya yaitu appropriateness, komitmen untuk mendukung perubahan tersebut.
ichange specific efficacy, management support, dan Dimensi keempat dari kesiapan untuk berubah
personal valence. Aspek pertama yaitu appropriateness, yaitu personal valence, aspek ini berkaitan dengan
pada aspek ini karyawan yang dianggap siap terhadap keyakinan karyawan mengenai keuntungan yang
perubahan akan memiliki keyakinan bahwa perubahan didapatkan dari perubahan yang dilakukan. Armenakis dan
yang dilakukan tepat dan dapat menguntungkan bagi Haris (2002) menyatakan bahwa individu yang
perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menganggap perubahan yang dilakukan tidak memberikan
aspek appropriateness menunjukkan rata-rataipaling nilai tertentu bagi dirinya, maka perubahan tersebut akan
tinggi dari tiga aspek lainnya yaitu sebesar 49.06. Hal ini cenderung mendapatkan penolakan. Karyawan PT. X
menunjukkan bahwa aspek appropriateness secara menilai perubahan yang diterapkan dapat menambah
signifikan memprediksiikesiapan untuk berubah pada pengalaman dan peluang karir baru. Walaupun beban
karyawan perusahaan tersebut. Sejalan dengan penelitian kerja menjadi lebih berat setelah adanya perubahan,
yang dilakukan oleh Mardhatillah dan Rahman (2020), karyawan meyakini hal itu sebagai mendapatkan
dalamipenelitiannya menemukan bahwa aspek pengalaman baru. Dengan memiliki keyakinan bahwa
appropriateness memprediksi kesiapan untukiberubah perubahan dapat memberikan keuntungan bagi dirinya,
pada karyawan secara signifikan. Berdasarkan analisa sehingga karyawan menyikapi perubahan dengan positif,
lebih lanjut yang dijelaskan dengan mean pada aspek Efikasi diri merupakan faktor penting bagi
appropriateness, karyawan meyakini bahwa perubahan kesuksesan sebuah perubahan (Bernerth, 2004). Kesiapan
yang diterapkan oleh perusahaan sudah tepat bagi terhadap sebuah perubahan akan muncul ketika karyawan
perusahaan. Karyawan juga percaya bahwaiperubahan memiliki efikasi diri tentang proses perubahan (Fatima et
18
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022, Character : Jurnal Penelitian Psikologi
al.,2020) Keyakinan mengenai kemampuan untuk dapat memperhatikan tingkat tuntutan tugas yang memiliki level
melaksanakan perubahan dan dapat bekerja lebih baik, hambatan yang berbeda pada kinerja (Bandura et al.,
akan menimbulkan kesiapan terhadap perubahan. Maka 1997). Efikasi diri yang dimiliki setiap individu berbeda
dari itu, meningkatkan keyakinan berupa efikasi diri dan terbatas berdasarkan tuntutan tugas yang diberikan
karyawan terhadap perubahan akan membuat mereka dari tugas yang sederhana atau tugasiyang sulit. Bentuk
dapat menyambut baik proses perubahan. Menurut efikasi diri dari aspek ini pada karyawan di PT. X ialah
Bandura, efikasi diri memiliki hubungan dengan saat karyawan memiliki keyakinan untuk mampu
keyakinan individu bahwa ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan, mulaiidari tugas
melakukanitindakan yang diharapkan (Bandura et al., yang sederhana hingga tugas yang sulit. Karyawan juga
1997). MenurutiHolt et al (2007) efikasi diri memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan
mempengaruhi dampak secara jangka panjang terhadap tiap tugas tersebut dengan maksimal.
mental karyawan yang kemudian akan mempengaruhi Aspek kedua yaitu generality, pada aspek ini
tingkat kesiapan untuk berubah pada individu. Maka, karyawan memiliki keyakinan terhadap kemampuannya
karyawan yang mempunyai efikasi diri yang baik maka dalam mengerjakan tugas pada bidang tertentu atau bidang
akan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi. yang bervariasi. Bandura et al (1997) menjelaskan bahwa
Efikasi diri juga diusulkan oleh beberapa penulis sebagai terdapat berbagai dimensi umum seperti tingkat kesamaan
kontributor penting untuk kesiapan untuk berubah kegiatan, gaya kemampuan yang berhubungan dengan
(Andrew & Mohankumar, 2017). perilaku, kognitif, atau afektif properti kualitatif dari
Efikasi diri memberikanipengaruh yang positif situasi dan ciri-ciri pribadi individu. Inidividu mungkin
iterhadap kesiapan untuk berubah pada karyawaniPT.X. akan merasa dirinya tergantung pada apa yang dikerjakan,
Karyawan PT. X yang mempunyai efikasiidiri yang baik melakukan berbagai pekerjaan maupun jenis kegiatan
tertentu. Pada aspek ini karyawan PT. X memiliki
maka akan lebih siap menghadapi perubahan yang
keyakinan atas kemamampuan mengerjakan pekerjaan
diterapkan oleh perusahaan. Ditunjukkan dengan rasa
diluar bidangnya, serta karyawan mampu menyelesaikan
percaya pada perusahaan bahwa perubahan yang
tugas yang sulit berdasarkan pengalaman yang terdahulu.
dilakukan ialah demi kebaikan perusahaan, serta sikap
Aspek terakhir strength, mendapat rata-rata sebesar 50.14
yakin terhadap kemampuannya bahwa karyawan mampu
menjadi rata-rata tertinggi dari aspek efikasi diri lainnya.
mengerjakan tiap tugas yang diberikan dan memberikan
Pada aspek ini karyawan dinilai seberapa kuat keyakinan
respon positif terhadap perubahan yang diterapkan
karyawan terhadap kemampuannya dalam menghadapi
perusahaan. Terdapat respon positif yang diberikan
hambatan saat melaksanakan suatu tugas. Kekuatan
karyawan dengan adanya kesadaran pada karyawan PT.X
keyakinan tersebut dapat dilihat dari ketekunan karyawan
mengenai implementasi knowledge enlargement yang
dalam menghadapi permasalahan ketika mengerjakan
diterapkan perusahaan dalam bentuk rotasi kerja.
suatu tugas yang sulit dan tidak mudah menyerah terhadap
Karyawan akan mengembangkan sikap dan perilaku
tugas tersebut. Keyakinan yang lemah terhadap efikasi
positif untuk organisasi berdasarkan faktor situasional,
diri akan menyebabkan hasil yang negatif, karena
kemudian karyawan dapat mengembangkan sikap positif
pengalaman yang tidak valid, sedangkaniindividu yang
berdasarkan kemauan individu tersebut (Andrew &
mempunyai keyakinan yang kuat pada kemampuannya
Mohankumar, 2017). Sikap positif tersebut dapat berupa
maka mereka akan gigih dengan berbagai upaya untuk
ketekunan, kerja keras, dan berusaha memberikan usaha
menyelesaikan tugas terlepas dari kesulitan atau hambatan
yang tinggi untuk menghasilkan perubahan yang
yang dihadapi (Bandura et al., 1997). Sejalan dengan
diharapkan. Menurut Pajares, seseorangiyang memiliki
pernyataan Bandura di Susilowati (2019) bahwaiefikasi
efikasiidiri yang tinggi akan memiliki kecenderungan
diri melekatikeyakinan individu terhadap kemampuan
untuk selalu menganalisis situasi yang dapat merugikan
diriiiyang dimiliki dalam mengkontrol lingkungannya.
dengan rasa kontrol dan berusaha memberikan usaha yang
Fakta di lapangan mengungkapkan bahwa karyawan PT.
lebih gigih (Andrew & Mohankumar, 2017).
X tidak mudah merasa putus asa saat dihadapkan pada
Menurut Bandura et al (1997), terdapat tiga aspek
tugas yang sulit serta selalu berusaha mencari jalan keluar
untuk mengukuriefikasi diri yaituimagnitude, generality,
untuk menyelesaikannya.
dan strength. Aspek pertama yaitu magnitude, aspek ini
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian
menjelaskan keyakinan individu terhadap kemampuannya
yang dilakukan sebelumnya yang menyatakanibahwa
dalam mengerjakan tugas berdasarkan tingkat kesulitan
efikasi diri memberikan dampak positif pada kesiapan
tugas. Rata-rata yang didapatkan dalam penelitian ini
untuk berubah (Meria & Tamzil, 2021; Susilowati, 2019;
untuk aspek magnitude ialah sebesar 48.64. Persepsi
Angkawijaya, 2018; Emza, 2016). Penelitian ini
kapasitas kemampuan seseorang dapat diukur dengan
19
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kesiapan Untuk Berubah pada Karyawan
menunjukkan bahwaiefikasi diri memiliki hubungan yang yang diberikan oleh karyawan, serta adanya dukungan dari
positif denganikesiapan untuk berubah padaikaryawan di pimpinan perusahaan. Serta pengalaman yang telah
PT. X. Analisis lanjut yang ditunjukkan dengan mean dimiliki karyawan membuat karyawan lebih mudah
ditemukan bahwa karyawan yang memiliki pengalaman mengatasi perubahan yang terjadi.
kerja lebih dari sama dengan 5 tahun kerja memiliki Saran
efikasi diri yang cukup tinggi dibandingkan dengan Setelah dilaksanakan penelitian ini, terdapat
karyawan yang memiliki masa kerja dibawah 5 tahun, saran yang perlu diperhatikan, antara lain:
yang berarti pengalaman kerja dapat mempengaruhi sikap
1. BagiiPerusahaan.
positif karyawan terhadap perubahan perusahaan. Sejalan
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
dengan hasil penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan
efikasi diri memiliki hubungan dengan kesiapan
oleh Andrew & Muhankumar (2017) menunjukkan bahwa
untuk berubah pada karyawan. Pentingnya bagi
kepercayaan diri, kualifikasi yang lebih tinggi,
perusahaan memperhatikan kesiapan karyawan untuk
pengalaman kerja telah meningkatkan kemauan dan sikap
berubah dengan menyiapkan dan melakukan
positif terhadap kesiapan karyawan untuk perubahan
peningkatan efikasi diri karyawan. Selain itu,
organisasi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
pemimpin perlu berkomitmen mendukung karyawan
terdapat hubungan yang signifikan dan positif secara
dalam melaksanakan perubahan yang diterapkan.
statistik antara efikasi diri dan kesiapan karyawan untuk
Komitmen dapat ditunjukkan dengan memberikan
perubahan organisasi. Penelitian lainnya oleh Susilowati et
dukungan secara material dan emosional kepada
al (2019) dilakukan pada karyawan senior dalam
karyawan saat melakukan perubahan. Serta,
menghadapi perubahan ditentukan oleh variabel efikasi
perusahaan dapat melakukan pelatihan dan evaluasi
diri, hasil statistik menunjukkan variabel efikasi diri
yang bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri
mempengaruhi kesiapaniindividu untuk berubah secara
karyawan. Meningkatnya efikasi diri karyawan akan
positif dan signifikan, kesiapan pada karyawan senior membuat karyawan dapat lebih siap dalam menerima
dalam menghadapi perubahan ditentukan oleh efikasi diri. perubahan yang dilakukan perusahaan. Perusahan
Bernerth (2004) mengungkapkan untuk membangun rasa juga perlu menjelaskan mengenai pentingnya
kesiapan karyawan untuk berubah, menciptakan efikasi perubahan tersebut, sehingga karyawan akan
diri untuk perubahan merupakan langkah pertama. mengerti bahwa perubahan yang dilaksanakan akan
Penelitianiyang dilakukan oleh Solfema et al (2019) juga dapat berdampak positif bagi karyawan dan juga
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kesiapan kerja, perusahaan.
harus terlebih dahulu meningkatkan efikasi diri. 2. Bagi peneliti
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
PENUTUP
dapatimengkaji lebih lanjut variabel lainnya yang
Simpulan
berhubungan dengan kesiapaniuntuk berubah,
Kesimpulaniyang diambil dari penelitian ini yaitu
sehingga dapat menjadi referensi bagi perusahaan
adanyaihubungan yang signifikan antara efikasi diri untuk dapat meningkatkan kesiapan berubah pada
dengan kesiapan untuk berubah, hubunganiyang terjadi karyawan. Serta mengingat masih belum banyak
bersifat positif antara variabel efikasi diri dengan variabel penelitian mengenai kesiapan untuk berubah dan
kesiapan untuk berubah pada subjek penelitian dengan efikasi diri dalam lingkup perusahaan, diharapkan
nilaiisignifikansi yang diperoleh sebesar 0.00 (p<0.05) peneliti selanjutnya dapat mengkaji kedua variabel
idan memiliki nilaiikoefisien korelasiisebesar 0.505 ini pada lingkup perusahaan dengan karakteristik
(r=0.505). Hal ini berarti bila individuimemiliki tingkat karyawan yang berbeda. Selain itu, jumlah sampel
efikasi diri yang tinggi, maka individu tersebut akan yang digunakanipada penelitian selanjutnya perlu
memiliki kesiapaniuntuk berubah lebih besar. Sebaliknya, lebih besar lagi sehingga hasil penelitian yang
bila individu memiliki tingkat efikasi diri rendahimaka didapatkan dapat digeneralisasikan pada perusahaan
kesiapaniuntuk berubah yang dimiliki individu tersebut secara umum.
akan rendah. Maka, penting bagi perusahaan untuk
memperhatikan kesiapan untuk berubah karyawan dengan DAFTAR PUSTAKA
menciptakan dan meningkatkan efikasi diri karyawan Andrew, A., & Mohankumar, S. (2017). The relationship
sebagai langkah awal menyiapkan perubahan. Penelitian between Self-efficacy and Employee Readiness for
ini menemukan bahwa karyawan memiliki kesiapan untuk Organizational Change. International Journal of
berubah yang baik, ditunjukkan dengan respon positif Engineering Research and General Science, 5(1),
16–27.
20
Volume 9 Nomor 4 Tahun 2022, Character : Jurnal Penelitian Psikologi
21
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kesiapan Untuk Berubah pada Karyawan
22