Hubungan antara Efikasi Diri dan Optimisme dengan Keterikatan pada Karyawan PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo
ABSTRAK
Keterikatan karyawan merupakan faktor yang memainkan peran penting dalam upaya
peningkatan daya saing perusahaan. Karyawan yang terikat akan secara mendalam peduli dengan
apa yang dilakukannya dan berkomitmen untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaannya.
Keyakinan karyawan terhadap kemampuannya untuk dapat melakukan yang terbaik (efikasi diri)
akan membuat karyawan semakin terikat dengan perusahaan. Harapan karyawan yang positif
terhadap hasil dari apa yang telah ia kerjakan (optimisme) juga menyebabkan peningkatan
keterikatan karyawan. Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki
efikasi diri dan optimisme yang tinggi agar dapat mendorong karyawan untuk lebih terikat
terhadap perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan optimisme
dengan keterikatan pada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo, untuk
mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan keterikatan pada karyawan PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Cabang Solo dan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan
keterikatan pada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Subjek dalam
penelitian ini adalah 50 karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan
kriteria yaitu karyawan tetap, bekerja selama minimal 2 tahun dan berusia 25-44 tahun. Penelitian
ini menggunakan tiga instrumen pengumpulan data antara lain skala keterikatan karyawan yang
diadaptasi dari UWES dengan jumlah aitem valid sebanyak 17 aitem dan reliabilitas 0,953, skala
efikasi diri yang dibuat oleh peneliti dengan jumlah aitem valid sebanyak 37 aitem dan reliabilitas
0,920 dan skala optimisme yang diadaptasi dari skala yang dibuat oleh Seligman dengan jumlah
aitem valid sebanyak 18 aitem dan reliabilitas 0,779.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai F hitung 29,177 > F tabel 3,195 dengan nilai
signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan R sebesar 0,744. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara efikasi diri dan optimisme dengan keterikatan karyawan. Nilai koefisien
determinan (R Square) sebesar 0,554 artinya efikasi diri dan optimisme memberi sumbangan
efektif (SE) sebesar 55,4% terhadap keterikatan karyawan. Sedangkan sumbangan masing-masing
35,84% untuk variabel efikasi diri dan 19,56% untuk optimisme. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
efikasi diri dan optimisme memiliki sumbangan pengaruh terhadap keterikatan karyawan.
Kata kunci: keterikatan karyawan, efikasi diri, optimisme
67
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
meningkatkan kinerja karyawan yang pada perusahaan, yaitu terikat, tidak terikat dan
akhirnya akan meningkatkan efektivitas secara aktif tidak terikat. Karyawan dengan tipe
perusahaan (Hameed dan Waheed, 2011). terikat adalah karyawan yang bekerja dengan
Selain meningkatkan efektivitasnya, keinginan besar (hasrat) dan merasakan
perusahaan juga melakukan usaha dengan hubungan (koneksi) yang sangat besar dengan
menekan tingkat turn over. Turn over menjadi perusahaannya. Karyawan dengan tipe tidak
pilihan karyawan apabila karyawan merasa terikat adalah karyawan yang bekerja tetapi
tidak cocok dengan perusahaan tempatnya tidak dengan energi dan keinginan yang besar
bekerja. Karyawan yang keluar dari tempat terhadap pekerjaannya. Sedangkan karyawan
kerjanya berharap untuk memperbaiki keadaan dengan tipe secara aktif tidak terikat adalah
dengan mendapatkan pekerjaan baru yang lebih karyawan yang bukan hanya tidak bahagia
baik. Akan tetapi, bagi perusahaan turn over dalam pekerjaannya, tetapi juga sibuk untuk
yang tinggi adalah suatu hal yang akan mengekspresikan ketidakbahagiaannya (Gallup,
menimbulkan dampak negatif yaitu tidak 2006).
efisiennya kinerja perusahaan (Tariq, Ramzan Banyak penelitian yang dilakukan untuk
dan Riaz, 2013). mengetahui keterikatan karyawan. Beberapa di
Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat antaranya adalah penelitian Dale Carnegie
meningkatkan efektivitas perusahaan dan (2012) dan penelitian Gallup (2006) yang
menekan tingkat turn over, perlu adanya mengambil sampel karyawan US. Kedua hasil
keterikatan para karyawan baik secara kognitif penelitian tersebut menyatakan bahwa jumlah
maupun emosional. Keterikatan karyawan presentase karyawan terbanyak pada kategori
adalah salah satu alat yang dapat digunakan keterikatan sedang atau oleh Gallup disebut not-
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. engaged dan oleh Dale Carnegie disebut
Sebagaimana diungkapkan Vance (2006) bahwa partially engaged. Selain itu, penelitian Gallup
karyawan dengan tipe terikat di dalam (2001) dalam Rayton, Dodge dan Analeze
pekerjaannya dan berkomitmen terhadap (2012) terhadap karyawan UK, ditemukan
organisasinya akan memberikan keuntungan bahwa presentase terbanyak adalah karyawan
kompetitif yang sangat penting bagi perusahaan, kategori keterikatan sedang. Hal ini menjadi
termasuk di dalamnya adalah produktivitas yang permasalahan bagi perusahaan yang harus
lebih tinggi dan tingkat turnover karyawan yang segera dipecahkan, seharusnya perusahaan
lebih rendah. Akan tetapi, pada kenyataannya memiliki karyawan dengan tipe terikat sehingga
tidak semua karyawan perusahaan merupakan dapat digunakan sebagai alat untuk
karyawan dengan tipe terikat. berkompetisi dengan pesaingnya.
Hasil penelitian Gallup (2006) menunjukkan Pada tahun 2006, Gibbons menjelaskan
bahwa terdapat tiga tipe karyawan dalam keterikatan karyawan sebagai hubungan
68
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
emosional dan intelektual yang tinggi sehingga memeriksa peran tiga personal resources yaitu
menimbulkan perasaan kepemilikan terhadap self-efficacy, organizational-based self-esteem
pekerjaan, organisasi, manajer, atau rekan kerja dan optimism di dalam memprediksikan
dan mempengaruhi karyawan untuk keterikatan karyawan. Hasilnya menunjukkan
menerapkan upaya tambahan pada bahwa karyawan yang terikat memiliki efikasi
pekerjaannya. Banyak sekali keuntungan yang diri yang tinggi. Mereka yakin bahwa mereka
didapatkan oleh perusahaan apabila memiliki akan dapat memenuhi tuntutan-tuntutan
karyawan dengan tipe terikat. Akan tetapi, dihadapan mereka yang berkenaan dengan
menciptakan keterikatan karyawan bukan suatu konteks peran kerjanya. Selain itu, karyawan
perkara yang mudah. Menurut Vance pada yang terikat percaya bahwa secara umum
tahun 2006, keterikatan karyawan dapat mereka akan memperoleh pengalaman dengan
ditingkatkan dengan meningkatkan efikasi diri hasil yang baik di dalam hidupnya (optimis),
karyawan melalui pengembangan keterampilan. dan mereka yakin bahwa dapat memuaskan
Menurut Bandura (1977), efikasi diri adalah kebutuhannya dengan berpartisipasi dalam
suatu keyakinan bahwa seseorang dapat peran di organisasinya (organizational-based
melaksanakan perilaku yang dibutuhkan untuk self-esteem).
memproduksi suatu hasil dengan sukses. Sweetman dan Luthans (2010) menyatakan
Karyawan baru dengan efikasi diri yang lebih bahwa karakteristik yang terdapat dalam
besar akan cenderung lebih merasa aman dan psychological capital memiliki hubungan positif
secara psikologis bersedia untuk mengikat diri dengan keterikatan karyawan dalam
mereka di dalam peran barunya (Saks dan pekerjaannya. Salah satunya adalah optimisme
Gruman, 2011). yang memainkan peranan dalam mempengaruhi
Penelitian tentang hubungan efikasi diri proses pendekatan dengan tugas-tugas pekerjaan
dengan keterikatan karyawan sudah banyak karyawan.
dilakukan dan ditemukan bahwa efikasi diri Berdasarkan survei prapenelitian yang
memiliki hubungan positif dengan keterikatan dilakukan oleh peneliti, PT. Bank Tabungan
karyawan. Selain efikasi diri, terdapat faktor- Negara (Persero) cabang Solo telah mengalami
faktor lain yang mempengaruhi keterikatan peningkatan turnover karyawan sebanyak 7%
karyawan. Salah satu faktor tersebut adalah pada tahun 2013. Hal tersebut menjadi
optimisme. Optimisme adalah ekspektasi permasalahan tersendiri bagi perusahaan. Selain
terhadap hasil yang baik (Carver dan Scheier, itu, berdasarkan hasil kuisioner, didapatkan
2002). hasil bahwa 63,33% yaitu sebanyak 19
Bakker dan Leiter (2010) menjelaskan karyawan termasuk dalam kategori keterikatan
penelitian yang dilakukan oleh Xanthopoulou, sedang dan 36,67% yaitu sebanyak 11 karyawan
Bakker, Demerouti dan Schaufeli (2007) yang
69
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
memiliki tingkat keterikatan tinggi terhadap energi dan antusiasme. Kebalikannya, ketika
perusahaan. seseorang tidak terikat, mereka hanya
Berdasarkan latar belakang permasalahan menampilkan secara fisik dalam pekerjaannya.
tersebut, peneliti merumuskan permasalahan Mereka tidak menyebarkan emosi, energi dan
penelitian yaitu, apakah ada hubungan antara passion di dalam melaksanakan pekerjaannya.
efikasi diri dan optimisme dengan keterikatan Schaufeli, Salanova, Roma dan Bakker
pada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (2002) menyatakan bahwa keterikatan
(Persero) cabang Solo, apakah ada hubungan karyawan adalah suatu keadaan yang berkaitan
antara efikasi diri dengan keterikatan pada dengan pekerjaan dan digambarkan secara
karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) positif, dengan karakteristik vigor (kekuatan),
cabang Solo, dan apakah ada hubungan antara dedication (dedikasi) dan absorption
optimisme dengan keterikatan pada karyawan (pengabdian). Appalayya Meesala (2011)
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang menyatakan bahwa keterikatan karyawan mirip
Solo. dengan flow yang oleh Csikszentmihalyi (1990)
diartikan sebagai keadaan mental saat
DASAR TEORI beroperasi dalam suatu aktivitas yang membuat
1. Keterikatan Karyawan individu benar-benar terbenam ke dalam
Keterikatan karyawan adalah pemanfaatan perasaan berenegi yang terfokus, keterikatan
diri anggota organisasi dalam peran kerja yang penuh dan kesuksesan dalam proses
mereka. Ketika seseorang terikat, mereka aktivitas tersebut.
bekerja dan mengekspresikan diri secara fisik, Perusahaan Nokia Siemens Networks
kognitif dan emosional selama menampilkan (2008) dalam Robertson dan Markwick (2009)
peran kerjanya (Kahn, 1990). Keterikatan mendeskripsikan keterikatan karyawan sebagai
karyawan tidak hanya sekedar bekerja keras. kelekatan emosional terhadap perusahaan,
Akan tetapi, mengikat diri karyawan yang kebanggaan dan keinginan menjadi penyokong
sebenarnya ke dalam pekerjaan. Karyawan bagi perusahaan, pemahaman rasional terhadap
yang terikat secara mendalam peduli tentang strategi perusahaan untuk mencapai tujuan-
apa yang dilakukannya dan berkomitmen untuk tujuan, nilai-nilai, dan karyawan sudah cocok,
melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan termotivasi dan berkeinginan untuk
(Kahn, 2010). menginvestasikan usaha gigih demi mencapai
Fleck dan Inceoglu (2010) menjelaskan sesuatu yang lebih.
bahwa ketika seseorang berada dalam keadaan Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli
terikat, mereka menginvestasikan hal yang di atas, dapat disimpulkan bahwa keterikatan
lebih dari diri mereka di dalam peran kerjanya karyawan adalah suatu keterikatan karyawan
dan mereka melaksanakan pekerjaan dengan secara fisik, kognitif dan emosi terhadap peran
70
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
kerjanya dalam perusahaan, bukan hanya penentu yang paling penting didalam pemilihan
sekedar bekerja keras tetapi juga memiliki perilaku untuk mengikat dirinya dan seberapa
kepedulian dan komitmen serta sudah gigih usaha seseorang menghadapi rintangan
menginternalisasikan tujuan dan aspirasi dan tantangan. Sedangkan Liam, Page dan
perusahaan ke dalam dirinya, yang dapat Donohue (2004) menjelaskan efikasi diri secara
mengarahkan karyawan pada sikap positif dan sederhana sebagai suatu keterbukaan terhadap
usaha yang lebih untuk perusahaan, sehingga tantangan dan keinginan untuk mengeluarkan
karyawan mampu bekerja dengan energi, usaha di dalam mengejar kesuksesan.
passion, antusiasme dan memiliki Menurut Bandura (1994), efikasi diri
kecenderungan untuk tetap bertahan di dalam didefinisikan sebagai keyakinan individu
perusahaan. tentang kemampuannya untuk memperoleh
Aspek-aspek keterikatan karyawan menurut hasil yang ditargetkan. Keyakinan terhadap
Schaufelli, Salanova, Roma dan Bakker (2002) kemampuannya di dalam menyelesaikan tugas
adalah vigor (curahan energi dan mental yang memberikan dasar motivasi, kesejahteraan dan
kuat selama bekerja), dedication (perasaan prestasi pribadi bagi diri seseorang (Hefferon
terikat yang sangat kuat dalam pekerjaan) dan dan Boniwell, 2011). Lebih lanjut dijelaskan
absorption (konsentrasi penuh dan keseriusan bahwa level motivasi, keadaan afeksi dan
dalam mengerjakan pekerjaan). tindakan seseorang lebih didasarkan pada apa
Bakker (2010) menganalisis hasil penelitian yang diyakininya daripada apa yang secara
yang dilakukannya dengan Demerouti pada objektif benar.
tahun 2007 mengenai berbagai pendorong Efikasi diri dinyatakan oleh Luthans (2011)
keterikatan karyawan, sebagai berikut: active sebagai keyakinan yang meliputi persepsi
job; job resources seperti otonomi, dukungan terhadap kemampuan, keterampilan,
sosial, kesempatan untuk belajar dan tumbuh, pengetahuan dan pengalaman dengan tugas
serta umpan balik terhadap kinerja; dan spesifik, serta kekompleksan dari suatu tugas.
personal resources seperti optimisme, efikasi Selanjutnya dijelaskan bahwa individu yang
diri, resiliensi dan harga diri. memiliki efikasi diri yang tinggi akan berpikir
tentang keberhasilan dan menambah
2. Efikasi Diri keuntungan serta hasil yang positif. Sedangkan
Efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan individu dengan efikasi diri yang rendah akan
seseorang terhadap kemampuannya untuk berpikir tentang kegagalan dan menyebabkan
mengerahkan akal pikiran guna memperoleh munculnya pikiran terhadap hasil yang negatif.
suatu hasil khusus (Luthans dan Youssef, Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
2004). Menurut Maddux (2002), sebagai suatu dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah
keyakinan, efikasi diri dinyatakan menjadi keyakinan individu terhadap kemampuan
71
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
72
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
mengharapkan hasil yang baik, yang membuat ini menggunakan alat ukur berupa skala
individu mengatribusikan masalah dan psikologi model modifikasi likert, sebagai
hambatan yang muncul di dalam hidupnya berikut:
sebagai sesuatu yang bersifat tidak stabil, 1. Skala Keterikatan Karyawan
eksternal dan penyebabnya spesifik sehingga Skala keterikatan karyawan pada penelitian
individu tetap terus melanjutkan usahanya ini menggunakan adaptasi UWES (Utrech
untuk mencapai tujuan. Work Engagement Scale) yang disusun
Aspek-aspek optimisme menurut Seligman berdasarkan aspek-aspek yang dirumuskan
(1990) adalah permanence (menetap), oleh Schaufeli, dkk (2002) yang terdiri dari
pervasiveness (menyebar) dan personalization vigor, dedication dan absorption.
(internal dan eksternal). 2. Skala Efikasi Diri
Skala efikasi diri yang digunakan pada
METODE PENELITIAN penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
Variabel kriterium dalam penelitian ini dengan menggunakan aspek-aspek yang
adalah keterikatan karyawan. Sedangkan dirumuskan oleh Bandura (1977), yaitu:
variabel prediktornya adalah efikasi diri dan magnitude, generality dan strenght.
optimisme. 3. Skala Optimisme
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Skala optimisme yang digunakan pada
karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) penelitian ini adalah adaptasi alat ukur
cabang Solo, sejumlah 181 karyawan. optimisme yang disusun oleh Seligman
Sedangkan sampel yang digunakan adalah 50 (1990) dengan menggunakan aspek-aspek
karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) yang dirumuskannya, yaitu: permanent,
cabang Solo yang memiliki beberapa pervassiveness dan personalization.
karakteristik yaitu, pegawai tetap, masa kerja Uji validitas isi dilakukan dengan telaah
minimal dua tahun dan usia antara 25-44 tahun. butir pernyataan berdasarkan professional
Teknik pengambilan sampel yang digunakan judgement yaitu dosen pembimbing.
dalam penelitian ini adalah purposive sampling Selanjutnya akan dilakukan uji daya beda aitem
yaitu teknik pengambilan sampel yang dengan menggunakan Pearson Product
digunakan apabila peneliti memiliki Moment (Riduwan, 2009). Sedangkan uji
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini
sampelnya (Riduwan, 2009). menggunakan formula Alpha Cronbach.
Penelitian dilakukan di PT. Bank Tabungan Teknik analisis data yang digunakan untuk
Negara (Persero) Cabang Solo pada tanggal 6 menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian
Mei 2014 sampai dengan 14 Mei 2014. ini adalah teknik analisis regresi berganda
Teknik pengumpulan data dalam penelitian untuk pengujian hipotesis satu dan teknik
73
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
74
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Berdasarkan gambar dapat ini dapat diterima, yaitu ada hubungan positif
diatas
diketahui bahwa titik-titik yang ada pada dan signifikan antara efikasi diri dan optimisme
scatterplots tidak membentuk pola yang dengan keterikatan karyawan.
jelas dalam persebarannya. Selain itu, titik- Koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,744,
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka dapat dikatakan terjadi hubungan yang
pada sumbu Y. Oleh karena itu, dapat kuat antara efikasi diri dan optimisme dengan
disimpulkan bahwa tidak ada keterikatan karyawan. Selain itu, koefisien
heteroskedastisitas. determinasi (R2) sebesar 0,554 yang berarti
Pada penelitian ini, uji autokorelasi dengan keterikatan karyawan sebesar 55,4%.
dilakukan dengan melihat nilai DW. Jika Sedangkan 44,6% sisanya merupakan pengaruh
DW terletak antara dU dan 4-Du berarti dari variabel lain di luar penelitian.
tidak ada autokorelasi. Berdasarkan hasil uji 2. Uji Korelasi Parsial
autokorelasi diketahui bahwa nilai DW Berdasarkan hasil uji korelasi parsial antara
sebesar 1,887. Sedangkan data tabel DW efikasi diri dengan keterikatan karyawan
dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) diketahui bahwa nilai korelasi 0,535, yang
sebesar 50, serta k sebesar 2 diperoleh dL berarti ada hubungan yang sedang antara efikasi
sebesar 1,4625 dan dU sebesar 1,6283 dan diri dengan keterikatan karyawan. Sedangkan
nilai (4-dU) sebesar Dengan hasil uji korelasi parsial antara optimisme
2,3717.
demikian, nilai DW terletak di antara dU dengan keterikatan karyawan menunjukkan nilai
dan (4-dU), sehingga disimpulkan bahwa korelasi sebesar 0,366, yang berarti ada
tidak ada autokorelasi. hubungan yang rendah antara optimisme dengan
75
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
keterikatan karyawan. Arah hubungan kedua pernyataan yang diungkapkan oleh Chaudary,
variabel pada kedua uji korelasi tersebut adalah Rangnekar dan Barua (2012) bahwa efikasi diri
positif karena nilai r positif, yang berarti bahwa dalam setting pekerjaan memiliki hubungan
semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi yang positif dengan keterikatan karyawan.
pula tingkat keterikatan karyawan; dan nilai r Karyawan yang memiliki efikasi diri yang
positif, yang berarti bahwa semakin tinggi tinggi tidak akan mengalami disonansi emosi
optimisme maka semakin tinggi pula tingkat yang dapat menurunkan keterikatan karyawan
keterikatan karyawan. meskipun dihadapkan pada emotional job
Sumbangan efektif efikasi diri dan demands (Heuven, Bakker, Schaufeli dan
optimisme dengan keterikatan karyawan sebesar Huisman, 2006). Karyawan yang memiliki
55,4%, terdiri dari 35,84% sumbangan efektif tingkat efikasi diri yang tinggi akan
efikasi diri dengan keterikatan karyawan dan mengeluarkan usaha yang lebih keras dan
19,56% sumbangan efektif optimisme dengan menghadapi tantangan dengan kegigihannya.
keterikatan karyawan. Berbeda dengan karyawan yang memiliki
Hasil kategorisasi variabel keterikatan tingkat efikasi diri yang rendah, yang akan cepat
karyawan, efikasi diri dan optimisme menyerah dengan keadaan yang sulit (Bandura,
menunjukkan bahwa secara umum responden 1997). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
berada pada kategori keterikatan karyawan, bahwa efikasi diri yang tinggi akan
efikasi diri dan optimisme yang sedang yaitu mengarahkan karyawan pada tingkat keterikatan
sebanyak 42% responden, 58% responden dan yang tinggi terhadap perusahaannya, baik secara
38% responden. fisik, kognitif maupun emosional.
Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien
PEMBAHASAN korelasi parsial antara Optimisme dengan
Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien Keterikatan Karyawan diperoleh sebesar
korelasi parsial antara Efikasi diri dengan 3,152 > sebesar 2,012 dan nilai
Keterikatan Karyawan diperoleh sebesar signifikansi sebesar 0,010 < p sebesar 0,05,
4,34 > sebesar 2,012 dan nilai signifikansi yang berarti bahwa hubungan antara optimisme
sebesar 0,000 < p sebesar 0,05, yang berarti dengan keterikatan karyawan adalah signifikan.
bahwa hubungan antara efikasi diri dengan Sedangkan arah hubungan kedua variabel ini
keterikatan karyawan adalah signifikan. adalah positif karena nilai r positif, yang berarti
Sedangkan arah hubungan kedua variabel ini bahwa semakin tinggi optimisme maka semakin
adalah positif karena nilai r positif, yang berarti tinggi pula tingkat keterikatan karyawan. Hasil
bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin penelitian tersebut mendukung salah satu
tinggi pula tingkat keterikatan karyawan. Hasil pernyataan yang diungkapkan oleh Bakker dan
penelitian tersebut mendukung salah satu Leiter (2010) yang menjelaskan penelitian dari
76
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Xanthopoulou, Bakker, Demerouti dan hubungan yang positif dan signifikan antara
Schaufeli (2007) bahwa optimisme merupakan Efikasi Diri dan Optimisme dengan Keterikatan
salah satu prediktor dari keterikatan karyawan. Karyawan. Hal tersebut sesuai dengan hasil
Optimisme akan membimbing karyawan penelitian Bakker dan Demerouti (2008) yang
kepada perasaan memiliki pekerjaannya dan menemukan bahwa keterikatan karyawan dapat
perasaan menuju keberhasilan sesuai tujuan dibangun dengan meningkatkan job resources
organisasi sehingga dapat meningkatkan dan personal resources (antara lain: efikasi diri,
produktivitas dan mendorong munculnya optimisme). Selain itu, karyawan dengan
keterikatan karyawan (Harter, Schmidt dan psychological capital (antara lain: efikasi diri
Hayes, 2000; Wellins, Bernthal dan Phelps, dan optimisme) yang tinggi akan mengalami
2008). Perasaan memiliki terhadap pekerjaan lebih banyak emosi-emosi positif yang pada
membuat karyawan lebih lekat dengan akhirnya berhubungan dengan keterikatan
pekerjaannya, sehingga di dalam menghadapi karyawan (Avey, Wernsing dan Luthans, 2008).
suatu permasalahpun, karyawan akan memiliki Kemudian, pada hasil analisis determinasi
energi yang lebih banyak untuk berusaha. Hal diperoleh angka sebesar 0,554. Hal ini
tersebut dapat terjadi karena karyawan yang menunjukkan bahwa persentase sumbangan
memiliki optimisme tinggi akan cenderung pengaruh variabel Efikasi Diri dan Optimisme
membingkai pikirannya dengan pola pikir mempunyai hubungan positif dengan
positif, sehingga membuatnya terhindar dari Keterikatan Karyawan sebesar 55,4% atau dapat
stres yang dapat mengganggu kesehatan mental dikatakan bahwa Efikasi Diri dan Optimisme
(Khalatbari, 2012). Menurut Robinson, bersama-sama mampu memberikan kontribusi
Perryman dan Hayday (2004), kesehatan mental terhadap Keterikatan Karyawan sebesar 55,4%.
atau biasa disebut sebagai kesehatan psikis Sisanya sebesar 44,6% dipengaruhi oleh faktor
merupakan salah satu faktor yang menjadi lain yang tidak teliti, antara lain: kepemimpinan,
pendorong munculnya keterikatan karyawan. sistem dan strategi perusahaan (Wellins, dkk,
Oleh karena itu, karyawan yang memiliki 2008), job resources dan job demands (Segers,
optimisme tinggi akan lebih terikat dengan Prins dan Brouwers, 2010). Sedangkan
perusahaannya, baik secara fisik, kognitif dan sumbangan relatif Efikasi Diri terhadap
emosional. Keterikatan Karyawan adalah 64,69% dan
Selanjutnya, hasil uji hipotesis secara sumbangan relatif Optimisme terhadap
simultan menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang Keterikatan Karyawan adalah 35,31%.
diperoleh adalah sebesar 29,177 > Ftabel sebesar Sumbangan efektif Efikasi Diri terhadap
3,195 dan p-value sebesar 0,000 (0,000 < 0,05), Keterikatan Karyawan adalah 35,84% dan
yang berarti bahwa hipotesis yang diajukan sumbangan efektif Optimisme terhadap
dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat Keterikatan Karyawan adalah 19,56%.
77
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
78
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
79
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
Carver, Charles S dan Scheier, Michael F. 2002. Hefferon, Kate dan Boniwell, Ilona. 2011.
Optimism. Edited by Snyder dan Lopez, Positive Psychology: Theory, Research
Handbook Of Positive Psychology, pp: and Applications, pp: 95-96. New York:
231-243. New York: Oxford University McGraw-Hill Companies.
Press.
Heuven, Ellen., Bakker, Arnold B., Schaufeli,
_______. 2009. Optimism. Edited by Lopez, Wilmar B dan Huisman, Noortje. 2006.
The Encyclopedia of Positive The Role of Self-Efficacy in Performing
Psychology, pp: 656-663. United Emotion Work. Journal of Vocational
Kingdom: Willey Blackwell. Behavior, 69, pp: 222-235.
Fleck, Steven dan Inceoglu, Ilke. 2010. A Luthans, Fred. 2011. An Evidence-Based
Comprehensive Framework for Approach: Organizational Behavior, pp:
Understanding and Predicting 204-205. New York: McGraw-Hill
Engagement. Edited by Albrecht, Companies
Handbook of Employee Engagement:
Perspectives, Issues, Research and Luthans, Fred dan Youssef, Carolyn M. 2004.
Practice, pp: 31-42. UK: Edward Elgar Human, Social, and Now Positive
Publishing Limited. Psychological Capital Management:
Investing in People for Competitive
Gallup. 2006. Gallup study: Engaged Advantage. Organizational Dynamics,
Employees Inspire Company Innovation. Volume. 33, No. 2, pp: 143-160.
The Gallup Management Journal. Edisi:
12 Oktober 2006. Tersedia pada: Maddux, James E. 2002. Self-Efficacy: The
http://gmj.gallup.com/content/24880/Gal Power of Believing You Can. Edited by
lup-Study-Engaged-Employees-Inspire- Snyder dan Lopez, Handbook of Positive
Company.aspx. 6 November 2013, Psychology, pp: 277-287. New York:
12:34. Oxford University Press.
80
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN
81