Anda di halaman 1dari 15

PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

Hubungan antara Efikasi Diri dan Optimisme dengan Keterikatan pada Karyawan PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo

Relationship between Self-Efficacy and Optimism with


Engagement on The Employees of PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Branch of Solo

Vicka Pratiwi Putri , Aditya Nanda Priyatama , Nugraha Arif Karyanta

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebalas Maret

ABSTRAK
Keterikatan karyawan merupakan faktor yang memainkan peran penting dalam upaya
peningkatan daya saing perusahaan. Karyawan yang terikat akan secara mendalam peduli dengan
apa yang dilakukannya dan berkomitmen untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaannya.
Keyakinan karyawan terhadap kemampuannya untuk dapat melakukan yang terbaik (efikasi diri)
akan membuat karyawan semakin terikat dengan perusahaan. Harapan karyawan yang positif
terhadap hasil dari apa yang telah ia kerjakan (optimisme) juga menyebabkan peningkatan
keterikatan karyawan. Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki
efikasi diri dan optimisme yang tinggi agar dapat mendorong karyawan untuk lebih terikat
terhadap perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan optimisme
dengan keterikatan pada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo, untuk
mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan keterikatan pada karyawan PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Cabang Solo dan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan
keterikatan pada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Subjek dalam
penelitian ini adalah 50 karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan
kriteria yaitu karyawan tetap, bekerja selama minimal 2 tahun dan berusia 25-44 tahun. Penelitian
ini menggunakan tiga instrumen pengumpulan data antara lain skala keterikatan karyawan yang
diadaptasi dari UWES dengan jumlah aitem valid sebanyak 17 aitem dan reliabilitas 0,953, skala
efikasi diri yang dibuat oleh peneliti dengan jumlah aitem valid sebanyak 37 aitem dan reliabilitas
0,920 dan skala optimisme yang diadaptasi dari skala yang dibuat oleh Seligman dengan jumlah
aitem valid sebanyak 18 aitem dan reliabilitas 0,779.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai F hitung 29,177 > F tabel 3,195 dengan nilai
signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan R sebesar 0,744. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara efikasi diri dan optimisme dengan keterikatan karyawan. Nilai koefisien
determinan (R Square) sebesar 0,554 artinya efikasi diri dan optimisme memberi sumbangan
efektif (SE) sebesar 55,4% terhadap keterikatan karyawan. Sedangkan sumbangan masing-masing
35,84% untuk variabel efikasi diri dan 19,56% untuk optimisme. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
efikasi diri dan optimisme memiliki sumbangan pengaruh terhadap keterikatan karyawan.
Kata kunci: keterikatan karyawan, efikasi diri, optimisme

PENDAHULUAN daya saingnya agar dapat bertahan hidup. Salah


Era globalisasi berdampak pada munculnya satu faktor yang berperan penting bagi
banyak perusahaan baru. Peningkatan jumlah perusahaan adalah karyawan karena manusia
perusahaan secara otomatis meningkatkan pula berada pada posisi terdepan yang menentukan
persaingan di dalam dunia bisnis sehingga tercapainya rencana-rencana perusahaan (Terry
setiap perusahaan harus dapat meningkatkan dan Rue, 2005). Pengembangan karyawan akan

67
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

meningkatkan kinerja karyawan yang pada perusahaan, yaitu terikat, tidak terikat dan
akhirnya akan meningkatkan efektivitas secara aktif tidak terikat. Karyawan dengan tipe
perusahaan (Hameed dan Waheed, 2011). terikat adalah karyawan yang bekerja dengan
Selain meningkatkan efektivitasnya, keinginan besar (hasrat) dan merasakan
perusahaan juga melakukan usaha dengan hubungan (koneksi) yang sangat besar dengan
menekan tingkat turn over. Turn over menjadi perusahaannya. Karyawan dengan tipe tidak
pilihan karyawan apabila karyawan merasa terikat adalah karyawan yang bekerja tetapi
tidak cocok dengan perusahaan tempatnya tidak dengan energi dan keinginan yang besar
bekerja. Karyawan yang keluar dari tempat terhadap pekerjaannya. Sedangkan karyawan
kerjanya berharap untuk memperbaiki keadaan dengan tipe secara aktif tidak terikat adalah
dengan mendapatkan pekerjaan baru yang lebih karyawan yang bukan hanya tidak bahagia
baik. Akan tetapi, bagi perusahaan turn over dalam pekerjaannya, tetapi juga sibuk untuk
yang tinggi adalah suatu hal yang akan mengekspresikan ketidakbahagiaannya (Gallup,
menimbulkan dampak negatif yaitu tidak 2006).
efisiennya kinerja perusahaan (Tariq, Ramzan Banyak penelitian yang dilakukan untuk
dan Riaz, 2013). mengetahui keterikatan karyawan. Beberapa di
Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat antaranya adalah penelitian Dale Carnegie
meningkatkan efektivitas perusahaan dan (2012) dan penelitian Gallup (2006) yang
menekan tingkat turn over, perlu adanya mengambil sampel karyawan US. Kedua hasil
keterikatan para karyawan baik secara kognitif penelitian tersebut menyatakan bahwa jumlah
maupun emosional. Keterikatan karyawan presentase karyawan terbanyak pada kategori
adalah salah satu alat yang dapat digunakan keterikatan sedang atau oleh Gallup disebut not-
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. engaged dan oleh Dale Carnegie disebut
Sebagaimana diungkapkan Vance (2006) bahwa partially engaged. Selain itu, penelitian Gallup
karyawan dengan tipe terikat di dalam (2001) dalam Rayton, Dodge dan Analeze
pekerjaannya dan berkomitmen terhadap (2012) terhadap karyawan UK, ditemukan
organisasinya akan memberikan keuntungan bahwa presentase terbanyak adalah karyawan
kompetitif yang sangat penting bagi perusahaan, kategori keterikatan sedang. Hal ini menjadi
termasuk di dalamnya adalah produktivitas yang permasalahan bagi perusahaan yang harus
lebih tinggi dan tingkat turnover karyawan yang segera dipecahkan, seharusnya perusahaan
lebih rendah. Akan tetapi, pada kenyataannya memiliki karyawan dengan tipe terikat sehingga
tidak semua karyawan perusahaan merupakan dapat digunakan sebagai alat untuk
karyawan dengan tipe terikat. berkompetisi dengan pesaingnya.
Hasil penelitian Gallup (2006) menunjukkan Pada tahun 2006, Gibbons menjelaskan
bahwa terdapat tiga tipe karyawan dalam keterikatan karyawan sebagai hubungan

68
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

emosional dan intelektual yang tinggi sehingga memeriksa peran tiga personal resources yaitu
menimbulkan perasaan kepemilikan terhadap self-efficacy, organizational-based self-esteem
pekerjaan, organisasi, manajer, atau rekan kerja dan optimism di dalam memprediksikan
dan mempengaruhi karyawan untuk keterikatan karyawan. Hasilnya menunjukkan
menerapkan upaya tambahan pada bahwa karyawan yang terikat memiliki efikasi
pekerjaannya. Banyak sekali keuntungan yang diri yang tinggi. Mereka yakin bahwa mereka
didapatkan oleh perusahaan apabila memiliki akan dapat memenuhi tuntutan-tuntutan
karyawan dengan tipe terikat. Akan tetapi, dihadapan mereka yang berkenaan dengan
menciptakan keterikatan karyawan bukan suatu konteks peran kerjanya. Selain itu, karyawan
perkara yang mudah. Menurut Vance pada yang terikat percaya bahwa secara umum
tahun 2006, keterikatan karyawan dapat mereka akan memperoleh pengalaman dengan
ditingkatkan dengan meningkatkan efikasi diri hasil yang baik di dalam hidupnya (optimis),
karyawan melalui pengembangan keterampilan. dan mereka yakin bahwa dapat memuaskan
Menurut Bandura (1977), efikasi diri adalah kebutuhannya dengan berpartisipasi dalam
suatu keyakinan bahwa seseorang dapat peran di organisasinya (organizational-based
melaksanakan perilaku yang dibutuhkan untuk self-esteem).
memproduksi suatu hasil dengan sukses. Sweetman dan Luthans (2010) menyatakan
Karyawan baru dengan efikasi diri yang lebih bahwa karakteristik yang terdapat dalam
besar akan cenderung lebih merasa aman dan psychological capital memiliki hubungan positif
secara psikologis bersedia untuk mengikat diri dengan keterikatan karyawan dalam
mereka di dalam peran barunya (Saks dan pekerjaannya. Salah satunya adalah optimisme
Gruman, 2011). yang memainkan peranan dalam mempengaruhi
Penelitian tentang hubungan efikasi diri proses pendekatan dengan tugas-tugas pekerjaan
dengan keterikatan karyawan sudah banyak karyawan.
dilakukan dan ditemukan bahwa efikasi diri Berdasarkan survei prapenelitian yang
memiliki hubungan positif dengan keterikatan dilakukan oleh peneliti, PT. Bank Tabungan
karyawan. Selain efikasi diri, terdapat faktor- Negara (Persero) cabang Solo telah mengalami
faktor lain yang mempengaruhi keterikatan peningkatan turnover karyawan sebanyak 7%
karyawan. Salah satu faktor tersebut adalah pada tahun 2013. Hal tersebut menjadi
optimisme. Optimisme adalah ekspektasi permasalahan tersendiri bagi perusahaan. Selain
terhadap hasil yang baik (Carver dan Scheier, itu, berdasarkan hasil kuisioner, didapatkan
2002). hasil bahwa 63,33% yaitu sebanyak 19
Bakker dan Leiter (2010) menjelaskan karyawan termasuk dalam kategori keterikatan
penelitian yang dilakukan oleh Xanthopoulou, sedang dan 36,67% yaitu sebanyak 11 karyawan
Bakker, Demerouti dan Schaufeli (2007) yang

69
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

memiliki tingkat keterikatan tinggi terhadap energi dan antusiasme. Kebalikannya, ketika
perusahaan. seseorang tidak terikat, mereka hanya
Berdasarkan latar belakang permasalahan menampilkan secara fisik dalam pekerjaannya.
tersebut, peneliti merumuskan permasalahan Mereka tidak menyebarkan emosi, energi dan
penelitian yaitu, apakah ada hubungan antara passion di dalam melaksanakan pekerjaannya.
efikasi diri dan optimisme dengan keterikatan Schaufeli, Salanova, Roma dan Bakker
pada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (2002) menyatakan bahwa keterikatan
(Persero) cabang Solo, apakah ada hubungan karyawan adalah suatu keadaan yang berkaitan
antara efikasi diri dengan keterikatan pada dengan pekerjaan dan digambarkan secara
karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) positif, dengan karakteristik vigor (kekuatan),
cabang Solo, dan apakah ada hubungan antara dedication (dedikasi) dan absorption
optimisme dengan keterikatan pada karyawan (pengabdian). Appalayya Meesala (2011)
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang menyatakan bahwa keterikatan karyawan mirip
Solo. dengan flow yang oleh Csikszentmihalyi (1990)
diartikan sebagai keadaan mental saat
DASAR TEORI beroperasi dalam suatu aktivitas yang membuat
1. Keterikatan Karyawan individu benar-benar terbenam ke dalam
Keterikatan karyawan adalah pemanfaatan perasaan berenegi yang terfokus, keterikatan
diri anggota organisasi dalam peran kerja yang penuh dan kesuksesan dalam proses
mereka. Ketika seseorang terikat, mereka aktivitas tersebut.
bekerja dan mengekspresikan diri secara fisik, Perusahaan Nokia Siemens Networks
kognitif dan emosional selama menampilkan (2008) dalam Robertson dan Markwick (2009)
peran kerjanya (Kahn, 1990). Keterikatan mendeskripsikan keterikatan karyawan sebagai
karyawan tidak hanya sekedar bekerja keras. kelekatan emosional terhadap perusahaan,
Akan tetapi, mengikat diri karyawan yang kebanggaan dan keinginan menjadi penyokong
sebenarnya ke dalam pekerjaan. Karyawan bagi perusahaan, pemahaman rasional terhadap
yang terikat secara mendalam peduli tentang strategi perusahaan untuk mencapai tujuan-
apa yang dilakukannya dan berkomitmen untuk tujuan, nilai-nilai, dan karyawan sudah cocok,
melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan termotivasi dan berkeinginan untuk
(Kahn, 2010). menginvestasikan usaha gigih demi mencapai
Fleck dan Inceoglu (2010) menjelaskan sesuatu yang lebih.
bahwa ketika seseorang berada dalam keadaan Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli
terikat, mereka menginvestasikan hal yang di atas, dapat disimpulkan bahwa keterikatan
lebih dari diri mereka di dalam peran kerjanya karyawan adalah suatu keterikatan karyawan
dan mereka melaksanakan pekerjaan dengan secara fisik, kognitif dan emosi terhadap peran

70
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

kerjanya dalam perusahaan, bukan hanya penentu yang paling penting didalam pemilihan
sekedar bekerja keras tetapi juga memiliki perilaku untuk mengikat dirinya dan seberapa
kepedulian dan komitmen serta sudah gigih usaha seseorang menghadapi rintangan
menginternalisasikan tujuan dan aspirasi dan tantangan. Sedangkan Liam, Page dan
perusahaan ke dalam dirinya, yang dapat Donohue (2004) menjelaskan efikasi diri secara
mengarahkan karyawan pada sikap positif dan sederhana sebagai suatu keterbukaan terhadap
usaha yang lebih untuk perusahaan, sehingga tantangan dan keinginan untuk mengeluarkan
karyawan mampu bekerja dengan energi, usaha di dalam mengejar kesuksesan.
passion, antusiasme dan memiliki Menurut Bandura (1994), efikasi diri
kecenderungan untuk tetap bertahan di dalam didefinisikan sebagai keyakinan individu
perusahaan. tentang kemampuannya untuk memperoleh
Aspek-aspek keterikatan karyawan menurut hasil yang ditargetkan. Keyakinan terhadap
Schaufelli, Salanova, Roma dan Bakker (2002) kemampuannya di dalam menyelesaikan tugas
adalah vigor (curahan energi dan mental yang memberikan dasar motivasi, kesejahteraan dan
kuat selama bekerja), dedication (perasaan prestasi pribadi bagi diri seseorang (Hefferon
terikat yang sangat kuat dalam pekerjaan) dan dan Boniwell, 2011). Lebih lanjut dijelaskan
absorption (konsentrasi penuh dan keseriusan bahwa level motivasi, keadaan afeksi dan
dalam mengerjakan pekerjaan). tindakan seseorang lebih didasarkan pada apa
Bakker (2010) menganalisis hasil penelitian yang diyakininya daripada apa yang secara
yang dilakukannya dengan Demerouti pada objektif benar.
tahun 2007 mengenai berbagai pendorong Efikasi diri dinyatakan oleh Luthans (2011)
keterikatan karyawan, sebagai berikut: active sebagai keyakinan yang meliputi persepsi
job; job resources seperti otonomi, dukungan terhadap kemampuan, keterampilan,
sosial, kesempatan untuk belajar dan tumbuh, pengetahuan dan pengalaman dengan tugas
serta umpan balik terhadap kinerja; dan spesifik, serta kekompleksan dari suatu tugas.
personal resources seperti optimisme, efikasi Selanjutnya dijelaskan bahwa individu yang
diri, resiliensi dan harga diri. memiliki efikasi diri yang tinggi akan berpikir
tentang keberhasilan dan menambah
2. Efikasi Diri keuntungan serta hasil yang positif. Sedangkan
Efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan individu dengan efikasi diri yang rendah akan
seseorang terhadap kemampuannya untuk berpikir tentang kegagalan dan menyebabkan
mengerahkan akal pikiran guna memperoleh munculnya pikiran terhadap hasil yang negatif.
suatu hasil khusus (Luthans dan Youssef, Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
2004). Menurut Maddux (2002), sebagai suatu dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah
keyakinan, efikasi diri dinyatakan menjadi keyakinan individu terhadap kemampuan

71
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

mengkoordinasikan dan menyusun menghubungkan masalah yang dialaminya


keterampilan serta kemampuan di dalam sebagai sesuatu yang permanen, menyeluruh
mengerahkan motivasi, akal pikiran dan dan internal. Oleh karena itu, optimisme
rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan, dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi pada
serta menghadapi tantangan dan rintangan. motivasi, prestasi dan kesejahteraan fisik, serta
Aspek-aspek efikasi diri menurut Bandura tingkat yang lebih rendah pada gejala depresi
(1977) adalah magnitude (tingkat kesulitan (Reivich dan Gillham, 2003).
tugas), generality (luas cakupan perilaku) dan Srivastava dan Angelo (2009) menjelaskan
strength (kekuatan keyakinan). optimisme sebagai kecenderungan untuk
mengharapkan hasil yang baik. Carver dan
3. Optimisme Scheier (2002) menambahkan bahwa
Pada tahun 2002, Myers menyatakan bahwa optimisme adalah kualitas kepribadian dasar
optimisme adalah kecenderungan pendekatan yang mempengaruhi bagaimana seseorang
positif dalam hidup. Optimisme memiliki berorientasi terhadap peristiwa di dalam
dampak penting bagi kesehatan baik fisik hidupnya, menghadapi permasalahan dan
maupun psikologis (Carver dan Scheier, 2009). tindakan mereka untuk terikat di dalam
Menurut kamus bahasa indonesia, definisi penyelesaian masalah tersebut.
optimisme adalah sikap atau pandangan hidup Menurut Avey, Wernsing dan Luthans
yang memandang segala hal baik dan (2008), optimisme berbeda dengan efikasi diri
mengharapkan hasil yang baik pula. Menurut yang meyakini bahwa hasil positif akan terjadi
Reivich dan Gillham (2003), individu yang karena didasarkan pada kemampuan
memiliki optimisme akan cenderung personalnya yang akan membimbing pada
mengalami lebih sedikit gejala depresi dan kesuksesan dalam menghadapi perubahan.
gejala fisik, serta lebih banyak penggunaan Individu yang memiliki optimisme akan
strategi coping yang efektif daripada individu mengharapkan hasil yang positif tanpa
yang tidak memiliki optimisme (pesimis). memperdulikan kemampuan personal, tetapi
Seligman (1990) menjelaskan optimisme cenderung untuk mempertahankan harapan
dan pesimisme yang dikaitkan dengan positif mengenai apa yang akan terjadi pada
kecenderungan individu di dalam memikirkan dirinya secara personal sepanjang proses
penyebab dari peristiwa yang terjadi di dalam perubahan. Menurut Carver dan Scheier (2002),
hidupnya. Individu yang optimis akan individu yang memiliki optimisme cenderung
cenderung menghubungkan masalah yang untuk percaya diri dan gigih.
dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat Berdasarkan beberapa pengertian ahli di
sementara, spesifik dan eksternal. Sedangkan atas, dapat disimpulkan bahwa optimisme
individu yang pesimis akan cenderung adalah kecenderungan individu untuk

72
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

mengharapkan hasil yang baik, yang membuat ini menggunakan alat ukur berupa skala
individu mengatribusikan masalah dan psikologi model modifikasi likert, sebagai
hambatan yang muncul di dalam hidupnya berikut:
sebagai sesuatu yang bersifat tidak stabil, 1. Skala Keterikatan Karyawan
eksternal dan penyebabnya spesifik sehingga Skala keterikatan karyawan pada penelitian
individu tetap terus melanjutkan usahanya ini menggunakan adaptasi UWES (Utrech
untuk mencapai tujuan. Work Engagement Scale) yang disusun
Aspek-aspek optimisme menurut Seligman berdasarkan aspek-aspek yang dirumuskan
(1990) adalah permanence (menetap), oleh Schaufeli, dkk (2002) yang terdiri dari
pervasiveness (menyebar) dan personalization vigor, dedication dan absorption.
(internal dan eksternal). 2. Skala Efikasi Diri
Skala efikasi diri yang digunakan pada
METODE PENELITIAN penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
Variabel kriterium dalam penelitian ini dengan menggunakan aspek-aspek yang
adalah keterikatan karyawan. Sedangkan dirumuskan oleh Bandura (1977), yaitu:
variabel prediktornya adalah efikasi diri dan magnitude, generality dan strenght.
optimisme. 3. Skala Optimisme
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Skala optimisme yang digunakan pada
karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) penelitian ini adalah adaptasi alat ukur
cabang Solo, sejumlah 181 karyawan. optimisme yang disusun oleh Seligman
Sedangkan sampel yang digunakan adalah 50 (1990) dengan menggunakan aspek-aspek
karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) yang dirumuskannya, yaitu: permanent,
cabang Solo yang memiliki beberapa pervassiveness dan personalization.
karakteristik yaitu, pegawai tetap, masa kerja Uji validitas isi dilakukan dengan telaah
minimal dua tahun dan usia antara 25-44 tahun. butir pernyataan berdasarkan professional
Teknik pengambilan sampel yang digunakan judgement yaitu dosen pembimbing.
dalam penelitian ini adalah purposive sampling Selanjutnya akan dilakukan uji daya beda aitem
yaitu teknik pengambilan sampel yang dengan menggunakan Pearson Product
digunakan apabila peneliti memiliki Moment (Riduwan, 2009). Sedangkan uji
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini
sampelnya (Riduwan, 2009). menggunakan formula Alpha Cronbach.
Penelitian dilakukan di PT. Bank Tabungan Teknik analisis data yang digunakan untuk
Negara (Persero) Cabang Solo pada tanggal 6 menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian
Mei 2014 sampai dengan 14 Mei 2014. ini adalah teknik analisis regresi berganda
Teknik pengumpulan data dalam penelitian untuk pengujian hipotesis satu dan teknik

73
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

analisis korelasi parsial untuk pengujian b. Uji Linearitas


hipotesis dua dan tiga. Uji linearitas dalam penelitian ini
menggunakan test for linearity. Dua
HASIL- HASIL variabel dikatakan linear jika
Hasil uji daya beda aitem skala keterikatan
signifikansinya (linearity) kurang dari 0,05.
karyawan menunjukkan bahwa seluruh aitem
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa
valid sejumlah 17 aitem dengan indeks daya
hubungan antara keterikatan karyawan
beda berkisar antara 0,597 sampai 0,888; skala
dengan efikasi diri menghasilkan nilai
efikasi diri sejumlah 37 aitem valid dengan
signifikansi (linearity) sebesar 0,000; dan
indeks daya beda berkisar antara 0,285 sampai
hubungan antara keterikatan karyawan
0,776; dan skala optimisme sejumlah 18 aitem
dengan optimisme menghasilkan nilai
valid dengan indeks daya beda berkisar antara
signifikansi (linearity) sebesar 0,000.
0,287 sampai 0,581. Sedangkan hasil uji
Kedua nilai signifikansi kurang dari 0,05
reliabilitas skala keterikatan karyawan
sehingga dapat disimpulkan bahwa antara
menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar
variabel keterikatan karyawan dengan
0,953; skala efikasi diri sebesar 0,920; dan
efikasi diri terdapat hubungan yang linear
skala optimisme sebesar 0,779.
dan antara variabel keterikatan karyawan
Hasil uji asumsi yang harus dipenuhi
dengan optimisme juga terdapat hubungan
sebelum menggunakan teknik analisis regresi
yang linear.
berganda, sebagai berikut:
2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Multikolinearitas
a. Uji Normalitas
Pada penelitian ini, uji multikolinieritas
Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan melihat nilai Variance
menggunakan uji One Sample Kolmogorov-
Inflation Factor (VIF) pada model regresi.
Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05.
Apabila nilai VIF < 10, maka variabel
Data dinyatakan berdistribusi normal jika
tersebut tidak terjadi persoalan
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil
multikolinieritas atau dengan kata lain tidak
uji normalitas menunjukkan bahwa nilai
ada multikolinieritas. nilai Variance
signifikansi keterikatan karyawan sebesar
Inflation Factor (VIF) kedua variabel
0,609 > 0,05; efikasi diri sebesar 0,174 >
prediktor, yaitu variabel efikasi diri dan
0,05; dan optimisme sebesar 0,083 > 0,05.
variabel optimisme adalah sebesar 1,480.
Signifikansi ketiga variabel penelitian
Dengan demikian, nilai VIF lebih kecil dari
menunjukkan nilai diatas 0,05; jadi data
10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
variabel penelitian telah terdistribusi secara
antarvariabel prediktor tidak ada
normal.
multikolinieritas.

74
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

b. Uji Heteroskedastisitas Setelah dilakukan uji asumsi dasar dan uji


Pada penelitian ini, hasil uji asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah
heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
melihat titik-titik pada pola scatterplots. yang telah diajukan dalam penelitian dengan
teknik analisis regresi ganda.
1. Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh
nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000 < 0,05.
Sedangkan hasil perhitungan Fhitung sebesar
29,177 dan Ftabel sebesar 3,195, maka dapat
disimpulkan Fhitung > Ftabel. Berdasarkan hasil

Gambar 1 tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa


Scatterplots sebagai Uji Heteroskedastisitas hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian

Berdasarkan gambar dapat ini dapat diterima, yaitu ada hubungan positif
diatas
diketahui bahwa titik-titik yang ada pada dan signifikan antara efikasi diri dan optimisme
scatterplots tidak membentuk pola yang dengan keterikatan karyawan.
jelas dalam persebarannya. Selain itu, titik- Koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0,744,

titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka dapat dikatakan terjadi hubungan yang
pada sumbu Y. Oleh karena itu, dapat kuat antara efikasi diri dan optimisme dengan
disimpulkan bahwa tidak ada keterikatan karyawan. Selain itu, koefisien
heteroskedastisitas. determinasi (R2) sebesar 0,554 yang berarti

c. Uji Autokorelasi sumbangan pengaruh efikasi diri dan optimisme

Pada penelitian ini, uji autokorelasi dengan keterikatan karyawan sebesar 55,4%.
dilakukan dengan melihat nilai DW. Jika Sedangkan 44,6% sisanya merupakan pengaruh
DW terletak antara dU dan 4-Du berarti dari variabel lain di luar penelitian.
tidak ada autokorelasi. Berdasarkan hasil uji 2. Uji Korelasi Parsial
autokorelasi diketahui bahwa nilai DW Berdasarkan hasil uji korelasi parsial antara

sebesar 1,887. Sedangkan data tabel DW efikasi diri dengan keterikatan karyawan
dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) diketahui bahwa nilai korelasi 0,535, yang
sebesar 50, serta k sebesar 2 diperoleh dL berarti ada hubungan yang sedang antara efikasi
sebesar 1,4625 dan dU sebesar 1,6283 dan diri dengan keterikatan karyawan. Sedangkan
nilai (4-dU) sebesar Dengan hasil uji korelasi parsial antara optimisme
2,3717.
demikian, nilai DW terletak di antara dU dengan keterikatan karyawan menunjukkan nilai
dan (4-dU), sehingga disimpulkan bahwa korelasi sebesar 0,366, yang berarti ada
tidak ada autokorelasi. hubungan yang rendah antara optimisme dengan

75
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

keterikatan karyawan. Arah hubungan kedua pernyataan yang diungkapkan oleh Chaudary,
variabel pada kedua uji korelasi tersebut adalah Rangnekar dan Barua (2012) bahwa efikasi diri
positif karena nilai r positif, yang berarti bahwa dalam setting pekerjaan memiliki hubungan
semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi yang positif dengan keterikatan karyawan.
pula tingkat keterikatan karyawan; dan nilai r Karyawan yang memiliki efikasi diri yang
positif, yang berarti bahwa semakin tinggi tinggi tidak akan mengalami disonansi emosi
optimisme maka semakin tinggi pula tingkat yang dapat menurunkan keterikatan karyawan
keterikatan karyawan. meskipun dihadapkan pada emotional job
Sumbangan efektif efikasi diri dan demands (Heuven, Bakker, Schaufeli dan
optimisme dengan keterikatan karyawan sebesar Huisman, 2006). Karyawan yang memiliki
55,4%, terdiri dari 35,84% sumbangan efektif tingkat efikasi diri yang tinggi akan
efikasi diri dengan keterikatan karyawan dan mengeluarkan usaha yang lebih keras dan
19,56% sumbangan efektif optimisme dengan menghadapi tantangan dengan kegigihannya.
keterikatan karyawan. Berbeda dengan karyawan yang memiliki
Hasil kategorisasi variabel keterikatan tingkat efikasi diri yang rendah, yang akan cepat
karyawan, efikasi diri dan optimisme menyerah dengan keadaan yang sulit (Bandura,
menunjukkan bahwa secara umum responden 1997). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
berada pada kategori keterikatan karyawan, bahwa efikasi diri yang tinggi akan
efikasi diri dan optimisme yang sedang yaitu mengarahkan karyawan pada tingkat keterikatan
sebanyak 42% responden, 58% responden dan yang tinggi terhadap perusahaannya, baik secara
38% responden. fisik, kognitif maupun emosional.
Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien
PEMBAHASAN korelasi parsial antara Optimisme dengan
Berdasarkan hasil uji signifikansi koefisien Keterikatan Karyawan diperoleh sebesar
korelasi parsial antara Efikasi diri dengan 3,152 > sebesar 2,012 dan nilai
Keterikatan Karyawan diperoleh sebesar signifikansi sebesar 0,010 < p sebesar 0,05,
4,34 > sebesar 2,012 dan nilai signifikansi yang berarti bahwa hubungan antara optimisme
sebesar 0,000 < p sebesar 0,05, yang berarti dengan keterikatan karyawan adalah signifikan.
bahwa hubungan antara efikasi diri dengan Sedangkan arah hubungan kedua variabel ini
keterikatan karyawan adalah signifikan. adalah positif karena nilai r positif, yang berarti
Sedangkan arah hubungan kedua variabel ini bahwa semakin tinggi optimisme maka semakin
adalah positif karena nilai r positif, yang berarti tinggi pula tingkat keterikatan karyawan. Hasil
bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin penelitian tersebut mendukung salah satu
tinggi pula tingkat keterikatan karyawan. Hasil pernyataan yang diungkapkan oleh Bakker dan
penelitian tersebut mendukung salah satu Leiter (2010) yang menjelaskan penelitian dari

76
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

Xanthopoulou, Bakker, Demerouti dan hubungan yang positif dan signifikan antara
Schaufeli (2007) bahwa optimisme merupakan Efikasi Diri dan Optimisme dengan Keterikatan
salah satu prediktor dari keterikatan karyawan. Karyawan. Hal tersebut sesuai dengan hasil
Optimisme akan membimbing karyawan penelitian Bakker dan Demerouti (2008) yang
kepada perasaan memiliki pekerjaannya dan menemukan bahwa keterikatan karyawan dapat
perasaan menuju keberhasilan sesuai tujuan dibangun dengan meningkatkan job resources
organisasi sehingga dapat meningkatkan dan personal resources (antara lain: efikasi diri,
produktivitas dan mendorong munculnya optimisme). Selain itu, karyawan dengan
keterikatan karyawan (Harter, Schmidt dan psychological capital (antara lain: efikasi diri
Hayes, 2000; Wellins, Bernthal dan Phelps, dan optimisme) yang tinggi akan mengalami
2008). Perasaan memiliki terhadap pekerjaan lebih banyak emosi-emosi positif yang pada
membuat karyawan lebih lekat dengan akhirnya berhubungan dengan keterikatan
pekerjaannya, sehingga di dalam menghadapi karyawan (Avey, Wernsing dan Luthans, 2008).
suatu permasalahpun, karyawan akan memiliki Kemudian, pada hasil analisis determinasi
energi yang lebih banyak untuk berusaha. Hal diperoleh angka sebesar 0,554. Hal ini
tersebut dapat terjadi karena karyawan yang menunjukkan bahwa persentase sumbangan
memiliki optimisme tinggi akan cenderung pengaruh variabel Efikasi Diri dan Optimisme
membingkai pikirannya dengan pola pikir mempunyai hubungan positif dengan
positif, sehingga membuatnya terhindar dari Keterikatan Karyawan sebesar 55,4% atau dapat
stres yang dapat mengganggu kesehatan mental dikatakan bahwa Efikasi Diri dan Optimisme
(Khalatbari, 2012). Menurut Robinson, bersama-sama mampu memberikan kontribusi
Perryman dan Hayday (2004), kesehatan mental terhadap Keterikatan Karyawan sebesar 55,4%.
atau biasa disebut sebagai kesehatan psikis Sisanya sebesar 44,6% dipengaruhi oleh faktor
merupakan salah satu faktor yang menjadi lain yang tidak teliti, antara lain: kepemimpinan,
pendorong munculnya keterikatan karyawan. sistem dan strategi perusahaan (Wellins, dkk,
Oleh karena itu, karyawan yang memiliki 2008), job resources dan job demands (Segers,
optimisme tinggi akan lebih terikat dengan Prins dan Brouwers, 2010). Sedangkan
perusahaannya, baik secara fisik, kognitif dan sumbangan relatif Efikasi Diri terhadap
emosional. Keterikatan Karyawan adalah 64,69% dan
Selanjutnya, hasil uji hipotesis secara sumbangan relatif Optimisme terhadap
simultan menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang Keterikatan Karyawan adalah 35,31%.
diperoleh adalah sebesar 29,177 > Ftabel sebesar Sumbangan efektif Efikasi Diri terhadap
3,195 dan p-value sebesar 0,000 (0,000 < 0,05), Keterikatan Karyawan adalah 35,84% dan
yang berarti bahwa hipotesis yang diajukan sumbangan efektif Optimisme terhadap
dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat Keterikatan Karyawan adalah 19,56%.

77
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

Berdasarkan hasil kategorisasi skala efikasi diri yang sedang terhadap


Keterikatan Karyawan diketahui bahwa 42% perusahaannya.
subjek penelitian memiliki tingkat keterikatan Berdasarkan hasil kategorisasi skala
karyawan yang sedang, 38% memiliki tingkat Optimisme diketahui bahwa 38% subjek
keterikatan yang tinggi, 18% memiliki tingkat penelitian memiliki tingkat optimisme yang
keterikatan yang sangat tinggi dan sisanya sedang, 34% memiliki tingkat optimisme yang
sebesar 2% memiliki tingkat keterikatan rendah. sangat tinggi, 20% memiliki tingkat optimisme
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa yang tinggi, 6% memiliki tingkat optimisme
mayoritas karyawan PT. Bank Tabungan yang rendah dan sisanya sebesar 2% memiliki
Negara (Persero) Cabang Solo memiliki tingkat tingkat optimisme sangat rendah. Oleh karena
keterikatan yang sedang terhadap itu, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
perusahaannya. Keterikatan yang terdapat di karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
dalam diri karyawan terhadap perusahaannya Cabang Solo memiliki tingkat optimisme yang
akan mengarahkan karyawan untuk tidak hanya sedang terhadap perusahaannya.
bekerja keras, akan tetapi benar-benar mengikat Berdasarkan pemaparan hasil analisis dan
diri karyawan yang sebenarnya ke dalam pembahasan di atas, penelitian ini pada intinya
pekerjaan dan secara mendalam peduli tentang telah dapat menjawab hipotesis mengenai
apa yang dilakukannya serta berkomitmen untuk hubungan antara Efikasi Diri dan Optimisme
melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan dengan Keterikatan pada Karyawan PT. Bank
(Kahn, 2010). Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo, baik
Karyawan yang terikat akan memiliki secara bersama-sama maupun secara parsial.
kewaspadaan terhadap situasi bisnis dan bekerja Namun, penelitian ini tidak terlepas dari
bersama rekan-rekannya untuk meningkatkan adanya keterbatasan pada prosesnya, antara lain
kinerja di dalam pekerjaan dan meningkatkan lamanya penelitian dikarenakan kesibukan dan
keuntungan bagi perusahaan (Robinson, jam kerja karyawan yang padat sehingga butuh
Perryman dan Hayday, 2004). cukup lama untuk dapat mengumpulkan seluruh
Berdasarkan hasil kategorisasi skala Efikasi skala penelitian.
Diri diketahui bahwa 58% subjek penelitian
memiliki tingkat efikasi diri yang sedang, 30% PENUTUP
memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi, 10% A. Kesimpulan
memiliki tingkat efikasi diri yang sangat tinggi Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
dan sisanya sebesar 2% memiliki tingkat efikasi dapat diambil beberapa poin kesimpulan sebagai
diri rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan berikut:
bahwa mayoritas karyawan PT. Bank Tabungan 1. Terdapat hubungan yang positif dan
Negara (Persero) Cabang Solo memiliki tingkat signifikan antara efikasi diri dan optimisme

78
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

dengan keterikatan pada karyawan PT. Bank 3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Bagi peneliti yang melakukan penelitian
2. Terdapat hubungan yang positif dan dengan salah satu atau lebih variabel yang
signifikan antara efikasi diri dengan sama, diharapkan dapat melakukan
keterikatan pada karyawan PT. Bank penyempurnaan pada bagian-bagian yang
Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. menjadi kelemahan pada penelitian ini,
3. Terdapat hubungan yang positif dan misalnya dengan melakukan perbaikan
signifikan antara optimisme dengan prosedur, memperluas ruang lingkup dan
keterikatan pada karyawan PT. Bank alat ukur yang digunakan.
Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo.
B. Saran DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Avey, James., Wernsing, Tara S dan Luthans,
Fred. 2008. Can Positive Employee Help
dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat
Positive Organizational Change? Impact
dikemukakan, yaitu: of Psychological Capital and Emotions
on Relevant Attitudes and Behaviors.
1. Bagi Perusahaan
The Journal of Applied Behavioral
Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan Science, Volume 44, No. 1, pp: 48-70.
efikasi diri dan optimisme di dalam diri
Bakker, Arnold B. 2010. Engagement and Job
karyawan dengan melakukan pelatihan- Crafting: Engaged Employees Creat
Their Own Great Place to Work. Edited
pelatihan yang dapat meningkatkan
by Albrecht, Handbook of Employee
keyakinan karyawan terhadap Engagement: Perspectives, Issues,
Research and Practice, pp: 229-244.
kemampuannya dan memiliki pola pikir
UK: Edward Elgar Publishing Limited.
positif yang selalu mengharapkan hasil
Bakker, Arnold B dan Demerouti, Evangelia.
positif dari setiap yang dikerjakannya.
2008. Towards a Model of Work
2. Bagi Karyawan Engagement. Career Development
International, Volume 13, No. 3, pp:
Karyawan diharapkan dapat meningkatkan
209-223.
keyakinannya terhadap kemampuan diri di
Bakker, Arnold B dan Leiter, Michael P. 2010.
dalam melaksanakan peran kerja melalui
Work Engagement: A Handbook of
upaya memberikan yang terbaik yang dapat Essential Theory and Research, pp: 181-
196. New York: Psychology Press.
ia berikan kepada perusahaan. Selain itu,
karyawan diharapkan dapat meningkatkan Bandura, Albert. 1977. Social Learning Theory,
pp: 79-85. New Jersey: Prentice Hall.
kecenderungan untuk mengharapkan
kesuksesan dari setiap yang _______. 1994. Self-efficacy, pp: 2-15. New
usaha
York: Academic Press.
dilakukannya melalui pembingkaian pikiran
secara positif terhadap masa depan. _______. 1997. Self-Efficacy in Changing
Societies, pp: 1-45. New York:
Cambridge University Press.

79
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

Carver, Charles S dan Scheier, Michael F. 2002. Hefferon, Kate dan Boniwell, Ilona. 2011.
Optimism. Edited by Snyder dan Lopez, Positive Psychology: Theory, Research
Handbook Of Positive Psychology, pp: and Applications, pp: 95-96. New York:
231-243. New York: Oxford University McGraw-Hill Companies.
Press.
Heuven, Ellen., Bakker, Arnold B., Schaufeli,
_______. 2009. Optimism. Edited by Lopez, Wilmar B dan Huisman, Noortje. 2006.
The Encyclopedia of Positive The Role of Self-Efficacy in Performing
Psychology, pp: 656-663. United Emotion Work. Journal of Vocational
Kingdom: Willey Blackwell. Behavior, 69, pp: 222-235.

Chaudary, Richa., Rangnekar, Santosh and Kahn, William. A. 1990. Psychological


Barua, Mukesh Kumar. 2012. Impact of Conditions of Personal Engagement and
Occupational Self-efficacy on Employee Disengagement at Work. Academy of
Engagement: An Indian Perspective. Management Journal, Volume 33, No.4,
Journal of the Indian Academy of pp: 692-724.
Applied Psychology, Volume 38, No. 2,
pp: 329-338. Khalatbari, Javad. 2012. The Relationship
between Optimism and Mental Health in
Dale Carnegie Training. 2012. What Drives A Non-Profit Student Branch of
Employee Engagement and Why It Tonekabon. Indian Journal of
Matters, pp: 2-3. US: Dale Carnegie & Fundamental and Applied Life Sciences,
Associates. Volume 2, No. 2, pp: 304-311.

Fleck, Steven dan Inceoglu, Ilke. 2010. A Luthans, Fred. 2011. An Evidence-Based
Comprehensive Framework for Approach: Organizational Behavior, pp:
Understanding and Predicting 204-205. New York: McGraw-Hill
Engagement. Edited by Albrecht, Companies
Handbook of Employee Engagement:
Perspectives, Issues, Research and Luthans, Fred dan Youssef, Carolyn M. 2004.
Practice, pp: 31-42. UK: Edward Elgar Human, Social, and Now Positive
Publishing Limited. Psychological Capital Management:
Investing in People for Competitive
Gallup. 2006. Gallup study: Engaged Advantage. Organizational Dynamics,
Employees Inspire Company Innovation. Volume. 33, No. 2, pp: 143-160.
The Gallup Management Journal. Edisi:
12 Oktober 2006. Tersedia pada: Maddux, James E. 2002. Self-Efficacy: The
http://gmj.gallup.com/content/24880/Gal Power of Believing You Can. Edited by
lup-Study-Engaged-Employees-Inspire- Snyder dan Lopez, Handbook of Positive
Company.aspx. 6 November 2013, Psychology, pp: 277-287. New York:
12:34. Oxford University Press.

Gibbons, John. 2006. Employee Engagement: A Meesala, Appalayya. 2011. Identification of


Review of Current Research and Its Engaged Employee Groups: Who All are
Implications, pp: 5. United State of the Full-Throttles, the Wet-Behind-the-
America: The Conference Board, Inc. Ears, and the Past-the-Primes in India?.
Interdisciplinary Journal of
Hameed, Abdul dan Waheed, Ameer. 2011. Contemporary Research in Bussiness,
Employee Development and Its Affect Volume. 3, No. 5, pp: 157-181.
on Employee Performance A Conceptual
Framework. International Journal of Myers, David. 2002. Social Psychology 7
Business and Social Science, Volume 2 edition, pp: 54-62. New York: The
No. 13, pp: 224-229. McGraw-Hill Companies.

80
PUTRI, et al / HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN

Page, Liam F dan Donohue, Ross. 2004. Albrecht, Handbook of Employee


Positive Psychological Capital: A Engagement: Perspectives, Issues,
Preliminary Exploration of the Research and Practice, pp: 149-158.
Construct. Working Paper Series 51/04, UK: Edward Elgar Publishing Limited.
pp: 2-10. Monash University.
Seligman, Martin E. P. 1990. Learned
Rayton, Bruce., Dodge, Tanith., Analeze, Optimism: How to Change Your Mind
Gillian D., Marks, dan Spencer. 2012. And Your Life, pp: 44-51. New York: A
The Evidence: Employee Engagement Division of Random House.
Task Force “Nailing The Evidence”
Workgroup, pp: 4-5. UK: University of Srivastava, Sanjay dan Angelo, Kimberly. 2009.
Bath School of Management. Optimism, Effects on Relationships.
Edited by Reis and Sprecher,
Reivich, Karen dan Gillham, Jane. 2003. Encyclopedia of Human Relationships,
Learned Optimism: The Measurement of pp: 1181-1184. United States of
Explanatory Style. Edited by Lopez dan America: Sage Publications.
Snyder, Positive Psychological
Assesment: A Handbook Models and Sweetman, David dan Luthans, Fred. 2010. The
Measures, pp: 57-74. US: American Power of Positive Psychology:
Psychological Association. Psychological Capital and Work
Engagement. Edited by Bakker dan
Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Leiter, Work Engagement: A Handbook
Tesis, pp: 63-218. Bandung: Alfabeta. of Essential Theory and Research, pp:
54-68. New York: Psychology Press.
Robertson, Gemma dan Markwick, Carl. 2009.
Employee Engagement: A Review of Tariq, Muhammad Naeem., Ramzan,
Current Thingking, pp: 7. UK: Institude Muhammad dan Riaz, Aisha. 2013. The
For Employment Studies. Impact of Employee Turnover on the
Efficiency of the Organization.
Robinson, D., Perryman, S dan Hayday, S. Interdisciplinary Journal of
2004. The Drivers of Employee Contemporary Research in Business,
Engagement, pp: 9-23. UK: The Institute Volume 4, No. 9, pp: 700-711.
for Employment Studies.
Terry, George R dan Rue, Leslie W. 2005.
Saks, Jamie A dan Gruman, Alan M. 2011. Dasar-Dasar Manajemen, pp: 74.
Getting Newcomers Engaged: The Role Jakarta: Bumi Aksara.
of Socialization Tactics. Journal of
Managerial Psychology, Volume 26, Vance, Robert J. 2006. Employee Engagement
No. 5, pp: 383-402. and Commitment: A guide to
understanding, measuring and
Schaufelli, Wilmar B., Salanova, Marisa., increasing engagement in your
Roma, Vicente Gonzalez dan Bakker, organization, pp: 5-21. United State of
Arnold B. 2002. The Measurement of America: The SHRM Foundation.
Engagement and Burnout: A Two
Sample Confirmatory Factor Analytic Wellins, Richard S., Bernthal, Paul dan Phelps,
Approach. Journal of Happiness Studies, Mark. 2008. Employee Engagement: The
3, pp: 71-92. Key to Realizing Competitive Advantage,
pp: 2-27. Development Dimensions
Segers, Jesse., Prins, Peggy De dan Brouwers, International (DDI) Inc.
Sonja. 2010. Leadership and
Engagement: A Brief Review of The
Literature, A Proposed Model, and
Practical Implications. Edited by

81

Anda mungkin juga menyukai