Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2015, Vol. 4, No. 2, 125-139

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI


PADA PEKERJA LEPAS BIRO KONSULTAN

Ginanjar dan Benedicta P. Dwi Riyanti


Magister Psikologi Profesi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
thegilifourteen@gmail.com; benedictariyanti@yahoo.com

Abstrak

Dengan kepuasan kerja, sebuah perusahaan dapat lebih menjaga komitmen para
karyawannya terhadap organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah asumsi
di atas juga berlaku untuk pekerja lepas. Contohnya kepuasan kerja pekerja lepas di Biro
Konsultan PT. B. Lingkungan kerja yang kekeluargaan, rekan kerja dari perguruan tinggi
yang sama, keahlian tersalurkan dengan baik, dan pekerjaan yang tidak membuat bosan
menjadi sumber kepuasan kerja pekerja di sana. Kepuasan kerja para pekerja lepas membuat
mereka mampu berkomitmen terhadap Biro Konsultan PT. B walaupun sudah memiliki
pekerjaan di perusahaan lain. Penelitian ini dilakukan pada seluruh pekerja lepas di Biro
Konsultan PT. B. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan dua
kuesioner, yaitu Minessota Satisfaction Questionnaire dan Organizational Commitment
Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja
dengan komitmen afektif dan komitmen normatif, sedangkan kepuasan kerja tidak memiliki
hubungan dengan komitmen kontinuitas. Dengan demikian semakin puas para pekerja lepas
di Biro Konsultan PT. B dalam bekerja, maka mereka akan semakin berkomitmen secara
emosional terhadap Biro Konsultan PT. B dan secara moral merasa wajib untuk tetap berada
di Biro Konsultan PT. B. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pihak Biro
Konsultan PT. B untuk memperhatikan tiga aspek kepuasan kerja yang masih kurang, yaitu
aspek status sosial, aspek kesempatan untuk maju, aspek kepastian dan keamanan, dengan
memfasilitasi dan memberikan kepercayaan kepada para pekerja lepas untuk memegang
tanggung jawab yang lebih tinggi sehingga mereka dapat lebih menunjukkan keahliannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tetap terbuka ruang untuk membangun komitmen
pada organisasi untuk pekerja lepas dengan mengelola kepuasan kerja mereka.

Kata kunci: kepuasan kerja, komitmen organisasi, pekerja lepas

Abstract

With job satisfaction, a company can better maintain the commitment of its
employees. This study aims to explore the applicability of the assumption for freelance
workers. For example, freelance workers in Bureau Consultant PT. B experience close
working relationship, have co-workers from the same college, opportunity to use their
expertise, and interesting tasks which become sources for their job satisfaction. Satisfying
with their job can make them able to commit to Bureau Consultant PT. B despite having a job
at another company. The participant of this study are all freelancer working at the Bureau
Consultant PT. B. The quantitative approach used in this study with two questionnaires,
Minessota Satisfaction Questionnaire and Organizational Commitment Questionnaire.
Results of the study show that there is a positive relationship between job satisfaction with
affective commitment and normative commitment, while job satisfaction doesn’t have a
relationship with continuance commitment. Therefore, the more freelancer in Bureau

125
Consultant PT. B satisfied with their work, they will be more committed emotionally to
Bureau Consultant PT. B and morally feel obliged to remain in Bureau Consultant PT. B.
Based on the results, it is suggested to Bureau Consultant PT. B to pay attention to three
aspects of job satisfaction are still lacking, the aspect of social status, aspects of the
opportunity to move forward, the aspect of certainty and security, to facilitate and give
confidence to the freelancers to hold the higher responsibility so that they can better
demonstrate their competencies at work. This will lead to more satisfied workers. This study
indicate that it is possible to build organizational commitment for freelance worker by
managing their job satisfaction.

Keywords: job satisfaction, organizational commitment, freelance worker

Sumber daya manusia di dalam memotivasi mereka untuk bekerja lebih


sebuah perusahaan merupakan ujung baik. Anggota yang berkomitmen tinggi
tombak dari kesuksesan perusahaan akan saling menerima, belajar dari anggota
tersebut. Karyawan yang dimaksud yang lain dan berpartisipasi penuh dalam
tentunya yang berkualitas dan mampu setiap kegiatan organisasi.
bekerja sesuai dengan tuntutan perusahaan. Penelitian sebelumnya mengenai
Untuk mampu bekerja sesuai dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi
tuntutan, karyawan harus memiliki dari Hasthakirti (2002), menyatakan
kemampuan yang sesuai dan merasa bahwa terdapat hubungan antara kepuasan
nyaman dengan pekerjaannya. Salah satu kerja dan komitmen organisasi. Dalam
faktor yang dapat membuat karyawan penelitian tersebut, komitmen organisasi
nyaman dengan pekerjaannya adalah yang dikorelasikan dengan kepuasan kerja
kepuasan karyawan akan pekerjaannya. dibagi ke dalam tiga komponen, yaitu
Menurut Hoppeck (dalam As’ad, 1984), komitmen afektif, komitmen kontinuitas,
kondisi ini disebut sebagai kepuasan kerja, dan komitmen normatif. Kepuasan kerja
yang didefinisikan sebagai penilaian dari dan komitmen afektif memiliki hubungan
pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya positif yang signifikan, begitu pula dengan
dirasakan dapat memuaskan kepuasan kerja dan komitmen normatif.
kebutuhannya. As’ad (1984) Sebaliknya, kepuasan kerja dan komitmen
menambahkan bahwa kepuasan kerja kontinuitas tidak memiliki hubungan yang
didefinisikan sebagai perasaan seseorang signifikan. Gunlu, dkk. (2010) juga
terhadap pekerjaan, dimana perasaan ini menyatakan bahwa adanya hubungan
merupakan refleksi dari perilaku seseorang positif antara kepuasan kerja dengan
terhadap pekerjaannya. komitmen organisasi.
Jika karyawan memiliki kepuasan Tidak hanya memiliki hubungan
dalam bekerja, karyawan akan cenderung yang signifikan, kepuasan kerja juga
berkomitmen terhadap organisasi memiliki pengaruh yang signifikan dengan
tempatnya bekerja. Komitmen terhadap komitmen organisasi. Seperti pada
organisasi menurut Allen dan Mayer penelitian yang dilakukan oleh Seniati
(1997) sebagai perasaan karyawan untuk (2006) yang berjudul pengaruh masa
wajib tinggal dengan organisasi, perasaan kerja, trait kepribadian, kepuasan kerja,
yang dihasilkan dari internalisasi tekanan dan iklim psikologis terhadap komitmen
normatif diberikan pada seorang individu dosen pada Universitas Indonesia, yang
sebelum masuk atau setelah masuk. Chan menyatakan bahwa ada pengaruh langsung
(2006), dalam penelitiannya menemukan yang positif dan bermakna dari kepuasan
bahwa komitmen yang tinggi dari anggota kerja terhadap komitmen dosen pada
kelompok akan memberikan energi dan universitas. Selain itu, hasil lain yang

126
diperoleh dari penelitian yang dilakukan hatinya hanya pada satu perusahaan
oleh Seniati (2006) adalah kepuasan kerja tertentu saja. Namun di sisi lain karyawan
merupakan variabel mediator antara iklim kontrak juga memiliki peluang untuk
psikologis dan komitmen dosen pada memiliki komitmen organisasi tinggi,
universitas. Wijaya (2012) dalam karena jika mereka tidak memiliki
penelitiannya juga mengemukakan bahwa komitmen organisasi tinggi, perusahaan
secara keseluruhan kepuasan kerja dapat mengeluarkan karyawan tersebut
memberikan pengaruh kepada komitmen begitu saja dan mereka kesulitan untuk
organisasi karyawan. Penelitian lain yang mencari pekerjaan di perusahaan lain. Bisa
dilakukan oleh Parwita (2013), mengenai juga ketika karyawan kontrak tidak
pengaruh kepuasan kerja dan komitmen berkomitmen terhadap perusahaan
organisasi, juga menyatakan bahwa tertentu, maka sudah menyalahi kontrak
kepuasan kerja berkorelasi positif dengan kerja yang disepakati oleh karyawan
komitmen organisasi. kontrak dan perusahaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian Umumnya responden penelitian
di atas, dapat terlihat bahwa kepuasan untuk komitmen organisasi adalah
kerja dan komitmen organisasi memang karyawan tetap atau praktisi profesional.
memiliki hubungan yang positif, bahkan Selain karyawan tetap atau praktisi
kepuasan kerja berpengaruh secara profesional, yang menjadi responden
langsung kepada komitmen organisasi. penelitian adalah dosen di sebuah
Penelitian lain mengenai komitmen universitas seperti penelitian yang
organisasi yang dilakukan oleh dilakukan oleh Herlina (1998) di atas.
Kusumastutty (2002) menambahkan Freelancer memiliki bahasa ilmiah yaitu
bahwa tidak terdapat perbedaan komitmen pekerja lepas. Menurut Silvia (2008),
organisasi antara freelancer dan karyawan pekerja lepas adalah seseorang yang
tetap atau pegawai fulltime. Hasil memasuki situasi kerja untuk jangka waktu
penelitian tersebut membuktikan bahwa tertentu; dapat seminggu, sebulan atau
status kerja kerja sebagai karyawan tetap tergantung perencanaannya. Pekerja lepas
atau pun freelancer tidak akan melakukan pekerjaan sampingan yang
mempengaruhi komitmennya terhadap biasanya diberlakukan untuk proyek
organisasi tempat ia bekerja. Hasil khusus atau untuk bisnis musiman (Smit,
penelitian yang berbeda muncul dari dalam Silvia, 2008). Oleh sebab itu,
penelitian yang dilakukan oleh Herlina pekerja lepas dapat melakukan dua atau
(1998) yang menyatakan bahwa komitmen lebih pekerjaan dalam satu hari kerja.
organisasi dosen kontrak lebih tinggi Penelitian tentang komitmen
dibandingkan dengan dosen tetap. Justru organisasi dengan mengambil biro
karyawan yang memiliki status kontrak lah konsultan sebagai tempat penelitian masih
yang memiliki komitmen organisasi lebih terbatas, terlebih lagi pada biro konsultan
tinggi dibanding karyawan tetap menurut psikologi. Fenomena yang ada di biro
hasil penelitian ini. konsultan psikologi yang akan dibahas ini
Sebenarnya terdapat karakteristik sesuai menggambarkan konstruk kepuasan
yang khas dari pekerja freelance. Mereka kerja dan komitmen organisasi, dan juga
bisa jadi tidak merasa terbebani untuk menjadikan pekerja lepas sebagai
berkomitmen terhadap suatu perusahaan, responden penelitiannya. Biro Konsultan
karena jika dikeluarkan dari sebuah yang dimaksud adalah Biro Konsultan PT.
perusahaan mereka tidak segan untuk B. Biro Konsultan PT. B berdiri pada
mencari perusahaan lain yang mau tanggal 9 September 1999 di Jakarta, yang
mempekerjakan dirinya. Mereka juga bisa menangani jasa konsultasi psikologi di
jadi bekerja pada beberapa perusahaan bidang Psikologi Industri dan Organisasi,
sekaligus, sehingga tidak mengikatkan Psikologi Klinis, dan Psikologi Pendidikan

127
dan Sekolah. Seiring dengan Kepala Divisi Pendidikan dan Sekolah.
perkembangan dan kebutuhan klien, jasa Seorang kepala divisi biasanya merangkap
konsultasi Psikologi Klinis dihapuskan sebagai seorang pimpinan proyek
oleh Biro Konsultan PT. B karena (pimpro), namun jika kepala divisi yang
kurangnya permintaan dari klien. bersangkutan berhalangan, maka dapat
Sebelumnya Biro Konsultan PT. B juga digantikan oleh karyawan lain yang ikut di
menyediakan jasa pelatihan dengan tema dalam proyek tersebut dan dirasa mampu
yang diajukan oleh klien, namun karena untuk memimpin proyek.
semakin sedikitnya permintaan klien maka Kepala divisi membawahi
jasa pelatihan dihapuskan juga oleh Biro karyawan yang saat ini berjumlah lima
Konsultan PT. B. Sampai saat ini, jasa belas orang. Karyawan di Biro Konsultan
yang masih diberikan oleh Biro Konsultan PT. B biasa disebut dengan associate.
PT. B adalah jasa di bidang Psikologi Associate ini yang merupakan freelancer
Industri dan Organisasi, dan Psikologi atau pekerja lepas. Karakteristik dari
Pendidikan dan Sekolah. pekerja lepas di Biro Konsultan PT. B
Hingga saat ini Biro Konsultan PT. sedikit berbeda dengan karakteristik
B memiliki enam klien tetap yang secara pekerja lepas pada umumnya yang bekerja
berkala menggunakan jasa Biro Konsultan pada sebuah Biro Konsultan. Pekerja lepas
PT. B, diantaranya Bank CA, CA Finance, di Biro Konsultan PT. B menjadi
PT. WAS, PT. Ind, PT. Obat, Tbk, dan administrator sebuah psikotes dari awal
Perguruan M. Serupa dengan penyedia hingga akhir, dan bahkan ada yang sampai
jasa konsultasi psikologi lain, klien-klien menulis sebuah laporan psikologi dari para
memberi kepercayaan kepada Biro peserta psikotes. Selain itu, pekerja lepas
Konsultan PT. B juga dalam proses yang terbentuk dalam tim juga harus
rekrutmen dan promosi di perusahaannya mempersiapkan sendiri alat tes yang
melalui pemberian psikotes. Setelah digunakan untuk psikotes. Jika tidak
pemberian psikotes, Biro Konsultan PT. B sedang menjalani sebuah proyek, pekerja
berkewajiban untuk membuat laporan lepas diminta untuk melakukan kontrol
psikologi dari kandidat-kandidat yang kualitas (quality control atau QC) terhadap
diterima atau dipertimbangkan untuk laporan psikologi yang telah dibuat.
masuk ke perusahaan klien. Pemberian Pekerja lepas juga diminta untuk
psikotes dan pembuatan laporan psikologi memberikan cap dan emboss Biro
yang dilakukan oleh Biro Konsultan PT. B Konsultan PT. B pada laporan psikologi
disebut dengan proyek. yang telah lolos QC, serta membuat buku
Dalam struktur organisasi Biro yang berisi laporan psikologi bagi klien
Konsultan PT. B, jabatan tertinggi berada yang meminta. Rata-rata pekerja lepas
di tangan pemilik sekaligus pelaksana yang bekerja di Biro Konsultan PT. B
harian Biro Konsultan PT. B. Pemilik adalah mereka yang baru lulus sarjana atau
sekaligus pelaksana harian Biro Konsultan program magister, belum ada pengalaman
PT. B terdiri dari tujuh orang yang terbagi kerja, dan pekerja yang ingin mencari
menjadi dua bagian, yaitu lima orang yang pengalaman di dunia kerja (khususnya
masih aktif dan dua orang yang tidak pengalaman kerja di biro konsultan).
begitu aktif. Dua orang yang tidak begitu Alasan pertemanan atau berasal dari
aktif hanya sesekali ikut serta dalam perguruan tinggi yang sama juga menjadi
proyek, namun masih aktif dalam karakteristik yang khas dari pekerja lepas
memberikan ide-ide demi kemajuan Biro di Biro Konsultan PT. B.
Konsultan PT. B. Pemilik sekaligus Secara teknis, pekerja lepas di Biro
pelaksana harian membawahi dua orang Konsultan PT. B terdiri dari tiga level,
kepala divisi, yaitu Kepala Divisi yaitu pekerja lepas senior, pekerja lepas
Psikologi Industri dan Organisasi dan junior, dan pekerja lepas berstatus magang.

128
Pekerja lepas senior adalah pekerja lepas sebagai staf ahli atau jabatan lain pada
yang selalu mengikuti proyek yang sedang suatu perusahaan yang hanya bekerja
dijalani Biro Konsultan PT. B dan terikat selama tiga hari dalam seminggu.
dengan proses berlangsungnya proyek. Sedangkan menurut pakar Human
Salah seorang dari pekerja lepas senior Resources (HR), Heathfield (2014),
biasanya merupakan pimpinan proyek menyatakan bahwa karyawan paruh waktu
(pimpro) jika kepala divisi sedang merupakan temporary employee atau
berhalangan untuk memimpin sebuah karyawan sementara yang dipekerjakan
proyek. Pekerja lepas junior juga terdiri untuk membantu pengusaha untuk
dari dua jenis, yaitu pekerja lepas yang memenuhi tuntutan bisnis yang belum
menetap bekerja di Biro Konsultan PT. B, memungkinkan pemilik perusahaan untuk
dan pekerja lepas yang bekerja di Biro menghindari biaya menyewa karyawan
Konsultan PT. B namun memiliki biasa. Harapan pemilik perusahaan adalah
pekerjaan di perusahaan lain selain di Biro bahwa jika karyawan sementara berhasil,
Konsultan PT. B. Pekerja lepas yang maka karyawan sementara akan
memiliki pekerjaan di perusahaan lain dipekerjakan.
rata-rata siap membantu ketika dibutuhkan Seiring dengan perkembangan dan
dalam mendukung proyek yang sedang kemajuan Biro Konsultan PT. B, saat ini
dilaksanakan Biro Konsultan PT. B. setiap hari kerja Biro Konsultan PT. B
Terakhir adalah pekerja lepas selalu menjalankan proyek yang diberikan
berstatus magang, yaitu pekerja lepas yang oleh klien. Bahkan dalam satu hari bisa
berstatus karyawan paruh waktu dan hanya berada di beberapa tempat berbeda.
diminta membantu proyek di Biro Padatnya proyek yang dijalankan, tidak
Konsultan PT. B sewaktu-waktu. Rata-rata diimbangi dengan jumlah pekerja lepas
pekerja lepas magang masih berstatus yang dimiliki Biro Konsultan PT. B.
mahasiswa atau hanya ikut proyek di biro Pekerja lepas Biro Konsultan PT. B saat
konsultan sesekali. Pekerja lepas magang ini sudah banyak yang berfokus pada
dapat juga dikatakan sebagai pekerja lepas pekerjaannya di perusahaan lain dan tidak
cadangan atau hanya dipanggil jika Biro selalu dapat diikutsertakan dalam proyek
Konsultan PT. B kekurangan anggota Biro Konsultan PT. B karena
untuk sebuah proyek. Perbedaan mendasar kesibukannya. Jika memang sangat
antara pekerja lepas senior, pekerja lepas membutuhkan bantuan pekerja lepas, Biro
junior, dan pekerja lepas magang adalah Konsultan PT. B hanya bisa mengandalkan
pekerjaan pekerja lepas magang hanya pekerja lepas dari mahasiswa-mahasiswa
sebatas sampai proses psikotes selesai dan yang sedang kerja praktik atau memang
tidak sampai membuat laporan. Sedangkan sedang bekerja paruh waktu di Biro
pekerja lepas junior dan senior sebagian Konsultan PT. B. Ketika Biro Konsultan
besar adalah psikolog yang harus membuat PT. B tidak memiliki pekerja lepas yang
laporan. cukup untuk diperbantukan di proyek-
Pekerja lepas yang memiliki proyek yang sedang dijalankan oleh Biro
pekerjaan di perusahaan lain merupakan Konsultan PT. B, maka proyek tersebut
pekerja paruh waktu karena pekerja lepas cenderung mengalami penundaan. Jika
tersebut tidak terikat kontrak atau ikatan proyek tetap dipaksakan untuk
kerja dan hanya bekerja di Biro Konsultan dilaksanakan akan banyak menemui
PT. B sebagai pekerjaan sampingan. kesulitan dan kinerja para pekerja lepas
Menurut kamus Bank Indonesia (2014), (biasanya berjumlah tiga orang jika
pekerja paruh waktu adalah pekerja yang dipaksakan) tidak optimal. Kesulitan yang
bertugas hanya dalam sebagian waktu dari ditemui pekerja lepas diantaranya tidak
ketentuan waktu kerja atau hari kerja dapat menangani dan mengontrol pelamar
normal, misalnya seseorang yang ditunjuk satu per satu dan juga akan kesulitan saat

129
mewawancarai pelamar. Jika sebuah menurut pengakuan pekerja lepas yang
proyek dari klien mengalami penundaan, diwawancarai, ada pula pekerja lepas yang
maka klien tersebut akan mencari biro secara sukarela membantu segala hal, dari
konsultan lain yang dapat langsung persiapan alat tes untuk psikotes hingga
melaksanakannya dan efeknya Biro urusan administrasi di kantor pusat Biro
Konsultan PT. B akan kehilangan Konsultan PT. B. Hal-hal yang mendorong
pemasukan dari klien tersebut. pekerja lepas untuk bekerja dan membantu
Walaupun beberapa pekerja lepas secara sukarela di Biro Konsultan PT. B
tidak lagi memilih bekerja di Biro termasuk ke dalam faktor-faktor kepuasan
Konsultan PT. B dan lebih mementingkan kerja yang dikemukakan Dawis, Weiss,
bekerja di perusahaan lain, ada pula Lofquist, dan England (1967).
pekerja lepas yang sudah bekerja di Berdasarkan penelitian sebelumnya
perusahaan lain juga memilih untuk tetap mengenai hubungan antara kepuasan kerja
bekerja dan terus membantu Biro dan komitmen organisasi, serta pemaparan
Konsultan PT. B secara sukarela. fenomena bahwa faktor-faktor kepuasan
Berdasarkan wawancara singkat yang kerja para pekerja lepas membuat mereka
dilaksanakan kepada salah satu pekerja bertahan dan bekerja secara sukarela di
lepas Biro Konsultan PT. B, ada beberapa Biro Konsultan PT. B, maka penelitian
pekerja lepas Biro Konsultan PT. B yang dilakukan untuk mencari tahu ada atau
sering ikut serta proyek dengan sukarela tidaknya hubungan antara kepuasan kerja
tanpa diminta meskipun saat itu ia ada dan komitmen organisasi pada pekerja
banyak pekerjaan atau harus mengikuti lepas di Biro Konsultan PT. B. Penelitian
rapat di perusahaan tempat ia bekerja. pada perusahaan yang bertaraf biro
Biarpun tidak ada ikatan atau perjanjian konsultan psikologi belum banyak terlihat,
kerja seperti kontrak kerja, pekerja lepas demikian pula pada pekerja freelance,
tersebut secara sukarela membantu proyek untuk itu hasil dari penelitian ini dapat
di Biro Konsultan PT. B dan merasa juga dijadikan acuan untuk penelitian
berkewajiban untuk membantu selanjutnya yang memiliki topik serupa,
menyelesaikan proyek-proyek Biro dan secara khusus sebagai bahan acuan
Konsultan PT. B sampai selesai dengan untuk menyusun intervensi yang tepat
hasil sebaik-baiknya. dalam strategi meningkatkan kepuasan
Menurut pengakuan dari pekerja kerja para pekerja lepas di Biro Konsultan
lepas yang diwawancarai tersebut, pekerja PT. B.
lepas yang sukarela membantu proyek
Biro Konsultan PT. B tersebut merasa METODE
lingkungan kerja Biro Konsultan PT. B Pendekatan Penelitian
menyenangkan dan kekeluargaan sehingga Penelitian ini termasuk penelitian
menjadi pendorong pekerja lepas tersebut non-experimental dengan pendekatan
sukarela membantu proyek. Selain itu, kuantitatif. Menurut Kumar (2005), jika
adanya rekan kerja yang berasal dari melihat pada jenis penelitian berdasarkan
perguruan tinggi yang sama juga membuat tujuan (objektivitas), penelitian ini
mereka dapat menikmati bekerja di Biro termausk ke dalam jenis penelitian korelasi
Konsultan PT. B. Keahlian dan (correlational research) karena peneliti
kemampuan yang mereka miliki juga dapat ingin mencari tahu ada atau tidaknya
tersalurkan dengan baik, sesuai dengan hubungan antara dua variabel yaitu
bidang kerjanya. Aktivitas pekerjaan yang kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
tidak membuat bosan juga menjadi salah Jika dikategorikan berdasarkan jumlah
satu pendorong pekerja lepas tersebut kontak yang dilakukan kepada responden
sukarela membantu proyek di Biro atau jumlah pengambilan data, penelitian
Konsultan PT. B. Tidak hanya proyek, ini termasuk ke dalam jenis penelitian

130
cross-sectional karena pengambilan data Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
hanya dilakukan sebanyak satu kali. Penelitian
Penelitian cross-sectional dilakukan untuk Pendekatan yang digunakan dalam
melihat kebiasaan dari sebuah fenomena, penelitian ini adalah pendekatan
situasi, masalah dengan melihat populasi kuantitatif, oleh karena itu alat ukur yang
(Kumar, 2005). digunakan disajikan dalam bentuk
kuesioner. Kuesioner yang disajikan terdiri
Variabel Penelitian dari dua set kuesioner, yaitu kuesioner
Kepuasan Kerja Minessota Satisfaction Questionnaire
Kepuasan kerja adalah penilaian (MSQ) dan Organizational Commitment
para pekerja lepas Biro Konsultan PT. B Questionnaire (OCQ). MSQ terdiri dari 20
mengenai seberapa jauh pekerjaannya item mengenai 20 aspek kepuasan kerja,
dirasakan dapat memuaskan kebutuhannya sedangkan OCQ terdiri dari 24 item
dengan melibatkan perasaannya, yang mengenai tiga komponen komitmen
diukur menggunakan kuesioner Minessota organisasi, yaitu komitmen afektif,
Satisfaction Questionnaire (MSQ). komitmen kontinuitas, dan komitmen
normatif. Selain itu, di dalam kuesioner,
Komitmen Organisasi peneliti menambahkan lembar kesediaan
Komitmen organisasi adalah untuk menjadi responden penelitian serta
derajat seberapa jauh para pekerja lepas lembar data diri yang dapat dijadikan data
secara emosi terikat dan terlibat dalam demografi.
organisasi, dan secara psikis menunjukkan
perasaan tertentu terhadap orgnisasi, serta Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
memberikan penilaian terhadap organisasi Dengan ketersediaan jumlah
tersebut. Derajat tersebut dilihat dari skor responden yang terbatas maka uji
kuesioner Organizational Commitment psikometrik terhadap kuesioner yang
Questionnaire (OCQ) yang menunjukkan dipakai dilakukan bersamaan dengan
persepsi para pekerja lepas mengenai pengambilan data. Kedua kuesioner
komitmennya terhadap Biro Konsultan PT. tersebut pada dasarnya sudah cukup sering
B. digunakan dalam berbagai studi tentang
kepuasan kerja dan komitmen organisasi
Responden Penelitian sebelumnya. Untuk kuesioner MSQ
Responden penelitian ini adalah terdapat 15 item yang valid dalam
seluruh pekerja lepas di Biro Konsultan mengukur kepuasan kerja. Berikut tabel
PT. B, yaitu sebanyak 15 orang pekerja hasil uji validitas kuesioner MSQ:
lepas. Pekerja lepas tersebut memiliki
karakteristik telah bekerja di Biro Tabel 1 : Hasil Uji Validitas Kuesioner
Konsultan PT. B selama minimal 3 bulan MSQ
agar mereka telah cukup mengikuti Nomor Correcte Nomor Correcte
rutinitas kegiatan di Biro Konsultan PT. B Item d Item- Item d Item-
seperti psikotes, menyiapkan alat tes, Total Total
Correlati Correlati
kontrol kualitas (quality control), dan
on on
penulisan laporan (bagi pekerja lepas yang Item1 0,375 Item11 0,719
sudah bergelar Psikolog). Berdasarkan Item2 0,589 Item12 0,355
penelitian yang dilakukan oleh Harrel Item3 0,448 Item13 0,589
(1976), ditemukan bahwa masa kerja Item4 0,721 Item14 0,840
seseorang akan mempengaruhi kepuasan Item5 0,692 Item15 0,580
kerja orang tersebut. Item6 0,687 Item16 0,320
Item7 0,424 Item17 0,428
Item8 0,643 Item18 -0,054

131
Item9 0,637 Item19 0,406 karena bernilai di bawah 0,344 (koefisien tabel
Item10 -0,057 Item20 0,636 korelasi Gravetter & Wallnau (2007), n=24)
Keterangan: item 1, item 10, item 12, item 16,
dan item 18 dinyatakan tidak valid karena Metode Analisis Data
bernilai di bawah 0,378 (koefisien tabel Metode analisis data yang
korelasi Gravetter & Wallnau (2007), n=20) digunakan adalah metode perhitungan
statistik non-parametrik. Perhitungan
Kuesioner MSQ juga terbukti statistik non-parametrik digunakan karena
reliabel dan memiliki kekonsistenan yang sumber data yang digunakan memiliki data
baik jika suatu saat responden diukur berskala ordinal, yaitu tingkat kepuasan
kembali menggunakan kuesioner MSQ, kerja dan tingkat komitmen organisasi.
dengan nilai reliabilitas sebesar 0,906. Selain itu, responden yang diambil adalah
Menurut Anastasi & Urbina (1997), sebanyak 15 orang, di mana sampel
sebuah alat ukur dinyatakan reliabel dengan jumlah 15 orang merupkan sampel
apabila nilai Cronbach’s Alpha sebesar ≥ kecil dan dapat dipastikan menggunakan
0,8. perhitungan statistik non-parametrik
Sedangkan pada kuesioner OCQ, (Corder & Foreman, 2009). Tujuan
terdapat 18 item valid dalam mengukur penelitian ini adalah untuk mencari tahu
komitmen organisasi. Kuesioner OCQ ini ada atau tidaknya hubungan antara
juga dinyatakan reliabel dan memiliki kepuasan kerja dan komitmen organisasi,
kekonsistenan yang baik jika suatu saat maka perhitungan statistik yang digunakan
responden diukur kembali menggunakan adalah perhitungan korelasi Spearman
kuesioner OCQ, dengan nilai reliabilitas dengan alasan kedua variabel, kepuasan
sebesar 0,911 (α ≥ 0,8; 0,911 ≥ 0,8). kerja dan komitmen organisasi, adalah
peringkat atau ranks (tingkat kepuasan
Tabel 2: Hasil Uji Validitas Kuesioner kerja dan tingkat komitmen organisasi)
OCQ (Gravetter & Wallnau, 2007).
Nomor Correcte Nomor Correct
Item d Item- Item ed Item-
Total Total HASIL DAN PEMBAHASAN
Correlat Correla
ion tion Hasil penelitian menunjukkan nilai
Item1 0,817 Item13 0,551 korelasi Spearman antara kepuasan kerja
Item2 0,125 Item14 -0,117 dan komitmen afektif yang diperoleh
Item3 0,518 Item15 -0,255 sebesar 0,835, sedangkan nilai koefisien
Item4 0,674 Item16 0,415 korelasi pada tabel korelasi Spearman
Item5 0,606 Item17 0,527 dengan df = n – 2 = 15 – 2 = 13 adalah
Item6 0,618 Item18 0,362 0,703. Oleh karena itu, nilai perhitungan
Item7 0,803 Item19 0,612 korelasi Spearman lebih besar dari
Item8 0,558 Item20 0,651 koefisien korelasi pada tabel korelasi
Item9 0,204 Item21 0,536
Spearman sehingga H0 dapat ditolak.
Item10 0,372 Item22 0,559
Item11 0,176 Item23 0,713 Berarti ada hubungan positif antara
Item12 0,588 Item24 -0,039 kepuasan kerja dan komitmen afektif
Keterangan: item 2, item 9, item 11, item 14, secara signifikan.
item 15, dan item 24 dinyatakan tidak valid

132
Hasil Perhitungan Korelasi Kepuasan Kerja dan Komitmen Afektif
Tabel 3: Perhitungan Korelasi Spearman Antara Kepuasan Kerja dan Komitmen
Afektif
Kepuasan Kerja Komitmen Afektif

Spearman' Kepuasan Koefisien 1 0,835**


s rho Kerja Korelasi
Sig. (2-tailed) 0
N 15 15
Komitmen Koefisien 0,835** 1
Afektif Korelasi
Sig. (2-tailed) 0
N 15 15
Keterangan: Korelasi signifikan pada α = 0.05 (2-tailed).

Hasil Perhitungan Korelasi Kepuasan Kerja dan Komitmen Afektif


Tabel 4: Perhitungan Korelasi Spearman Antara Kepuasan Kerja dan Komitmen
Kontinuitas
Kepuasan Kerja Komitmen
Kontinuitas
Spearm Kepuasan Koefisien 1 0,515*
an's rho Kerja Korelasi
Sig. (2- 0,05
tailed)
N 15 15
Komitmen Koefisien .515* 1
Kontinuitas Korelasi
Sig. (2- 0,05
tailed)
N 15 15
Keterangan: Korelasi signifikan pada α = 0.01 (2-tailed).

Nilai korelasi Spearman antara perhitungan korelasi Spearman lebih kecil


kepuasan kerja dan komitmen kontinuitas dari koefisien korelasi pada tabel korelasi
yang diperoleh sebesar 0,515, sedangkan Spearman sehingga H0 gagal ditolak (Ha
nilai koefisien korelasi pada tabel korelasi ditolak). Berarti tidak ada hubungan antara
Spearman dengan df = n – 2 = 15 – 2 = 13 kepuasan kerja dan komitmen kontinuitas
adalah 0,56. Oleh karena itu, nilai secara signifikan.

Hasil Perhitungan Korelasi Kepuasan Kerja dan Komitmen Normatif


Tabel 5: Perhitungan Korelasi Spearman Antara Kepuasan Kerja dan Komitmen
Normatif
Kepuasan Kerja Komitmen Normatif

Spearma Kepuasan Koefisien 1 0,588*


n's rho Kerja Korelasi
Sig. (2-tailed) 0,021
N 15 15
Komitmen Koefisien 0,588* 1
Normatif Korelasi

133
Sig. (2-tailed) 0,021
N 15 15
Keterangan: Korelasi signifikan pada α = 0.05 (2-tailed)

Nilai korelasi Spearman antara kepuasan Biro Konsultan PT. B diperlukan dan
kerja dan komitmen normatif yang dihargai demi menunjang pekerjaan di
diperoleh sebesar 0,588, sedangkan nilai Biro Konsultan PT. B. Kompensasi yang
koefisien korelasi pada tabel korelasi diterima oleh para pekerja lepas pun sesuai
Spearman dengan df = n – 2 = 15 – 2 = 13 dengan yang dikerjakannya ketika mereka
adalah 0,56. Oleh karena itu, nilai telah menjalani sebuah proyek. Pada aspek
perhitungan korelasi Spearman lebih besar kebebasan, para pekerja lepas di Biro
dari koefisien korelasi pada tabel korelasi Konsultan PT. B diberikan keleluasaan
Spearman sehingga H0 ditolak. Berarti ada dalam menggunakan kemampuan yang
hubungan positif antara kepuasan kerja dimilikinya untuk membantunya dalam
dan komitmen normatif secara signifikan. bekerja. Para pekerja lepas pun didukung
untuk belajar demi mengembangkan
Skor Rata-rata Setiap Aspek Kepuasan kemampuan yang dimilikinya. Suasana
Kerja kerja kekeluargaan di Biro Konsultan PT.
Tabel 6: Skor Rata-rata Setiap Aspek B membuat para pekerja lepas memiliki
Kepuasan Kerja hubungan dekat dengan owner sekaligus
Nomor Aspek Rata-rata pelaksana harian Biro Konsultan PT. B.
Item Ada pula aspek yang memperoleh
2 Kebebasan 3,133 nilai rata-rata rendah, diantaranya aspek
3 Variasi dalam pekerjaan 2,8 status sosial, kepastian dan keamanan, dan
4 Status sosial 2,33 kesempatan untuk maju. Para pekerja lepas
5 Supervisi 3,267
yang bekerja di Biro Konsultan PT. B rata-
6 Supervisi teknis 3,067
7 Nilai moral 3,4
rata bekerja dengan rutinitas pekerjaan
8 Kepastian dan 2,6 yang hampir sama, maksudnya tingkat
keamanan kesulitan pekerjaan yang dikerjakan tidak
9 Pelayanan sosial 3,067 meningkat dan cenderung sama.
11 Penggunaan 3,133 Tanggungjawabnya pun serupa. Dengan
kemampuan tanggung jawab yang serupa dalam setiap
13 Kompensasi (upah atau 3,133 pekerjaan, para pekerja lepas memiliki
imbalan) kepuasan kerja dari aspek status sosial
14 Kesempatan untuk maju 2,6 yang tergolong rendah. Dawis, Weiss,
15 Tanggung jawab 2,867 Lofquist, dan England (1967) juga
17 Kondisi kerja 2,733
mengungkapkan bahwa semakin tinggi
19 Penghargaan dan 3
pengakuan (recognition)
jabatan atau tanggung jawab seorang
20 Prestasi kerja 3 individu, maka semakin penting pula
individu tersebut dalam pekerjaannya yang
Berdasarkan tabel di atas, terdapat dapat membuatnya puas. Selain itu,
beberapa aspek yang bernilai rata-rata dengan adanya tanggung jawab yang
tinggi, diantaranya adalah kebebasan, serupa tersebut membuat rasa aman para
supervisi, penggunaan kemampuan, dan pekerja lepas dalam pekerjaan yang
kompensasi (upah atau imbalan). Aspek diambilnya menjadi semakin berkurang.
kepuasan kerja dari segi penggunaan
kemampuan dan kompensasi bisa memiliki Skor Rata-rata Setiap Komponen
rata-rata tinggi karena memang Komitmen Organisasi
kemampuan dan keahlian pekerja lepas di

134
Tabel 7: Skor Rata-rata Setiap tereliminasi sehingga komitmen
Komponen Komitmen Organisasi kontinuitas tidak dapat terukur dengan
Komponen Rata-rata Nilai Rata- baik. Item-item pada komitmen afektif dan
Komitmen rata komitmen normatif pun ada yang
Organisasi Maksimum terliminasi, sehingga proporsi item untuk
Komitmen 56,86 75 mengukur komitmen afektif dan komitmen
Afektif normatif jadi tidak seimbang.
Komitmen 56,75 75
Hal di atas dikarenakan adanya
Kontinuitas
Komitmen 50,43 75
limitasi penelitian berupa kondisi para
Normatif pekerja lepas yang bekerja berpindah-
pindah keluar kota sehingga peneliti hanya
Secara umum komitmen organisasi dapat menemui dan mengambil data
yang dimiliki oleh para pekerja lepas sebanyak satu kali. Dengan pengambilan
tergolong masih kurang dari nilai rata-rata data sebanyak satu kali tersebut, peneliti
maksimum yang mungkin diperoleh akhirnya melakukan uji validitas dan
masing-masing komponen, yang artinya reliabilitas bersamaan dengan pengambilan
para pekerja lepas masih kurang memiliki data yang tidak memungkinkan peneliti
komitmen terhadap organisasi. Ketiga nilai untuk merevisi item-item yang memiliki
rata-rata komponen komitmen organisasi nilai validitas yang rendah.
pun bernilai di bawah nilai rata-rata Kepuasan kerja juga dinyatakan
maksimum yang mungkin diperoleh para tidak memiliki hubungan dengan
pekerja lepas. Jika melihat dari perolehan komitmen kontinuitas pada kesimpulan di
nilai rata-rata yang didapatkan para atas. Asumsi peneliti mengenai komitmen
pekerja lepas, nilai rata-rata komitmen kontinuitas tidak relevan dengan kondisi
afektif memperoleh nilai rata-rata para pekerja lepas di Biro Konsultan PT. B
tertinggi. Artinya, rata-rata para pekerja terbukti dari adanya kesimpulan tersebut.
lepas lebih memiliki dorongan dan Melihat penjelasan dari komitmen
keinginan untuk terus bekerja di Biro kontinuitas di atas, dikatakan bahwa
Konsultan PT. B secara emosional karyawan bekerja berdasarkan komitmen
dibandingkan bekerja di Biro Konsultan kontinuitas bertahan dalam organisasi
PT. B dengan mempertimbangkan untung karena mereka butuh melakukan hal
rugi yang didapatkan ketika bekerja dan tersebut karena tidak adanya pilihan lain,
merasa berkewajiban bertahan di Biro sedangkan yang terjadi di Biro Konsultan
Konsultan PT. B secara moral. PT. B adalah para pekerja lepas Biro
Konsultan PT. B bertahan bukan karena
Pembahasan tidak memiliki pilihan bekerja di tempat
Berdasarkan hasil yang diperoleh lain, melainkan mereka memiliki banyak
pada bab 4, terdapat beberapa item yang pilihan untuk bekerja di perusahaan lain.
tereliminasi pada kuesioner MSQ dan Contohnya ada beberapa pekerja lepas
kuesioner OCQ. Item-item yang yang juga bekerja di perusahaan lain
tereliminasi pada kuesioner MSQ otomatis sambil bekerja di Biro Konsultan PT. B
tidak dapat mengukur beberapa aspek atau bahkan memilih untuk bekerja
kepuasan kerja yang dikemukakan oleh sepenuhnya di perusahaan lain.
Dawis, Weiss, Lofquist, dan England Selain itu, mengenai nilai rata-rata
(1967). Aspek-aspek tersebut adalah pada aspek-aspek kepuasan kerja, pada
aktivitas dalam pekerjaan, kekuasaan, tabel 6 terlihat bahwa ada beberapa aspek-
kebijakan perusahaan dan praktiknya, aspek yang bernilai rata-rata besar, yaitu
kreativitas, dan rekan kerja. Begitu pula aspek kebebasan, supervisi, penggunaan
dengan kuesioner OCQ, item-item pada kemampuan, dan kompensasi (upah dan
komitmen kontinuitas banyak yang imbalan), yang artinya Biro Konsultan PT.

135
B sudah memperhatikan kepuasan kerja kesempatan untuk memegang tanggung
para pekerja lepas dari aspek-aspek jawab lebih atau memegang jabatan yang
tersebut. Dengan adanya suasana kerja lebih tinggi dari sebelumnya. Jabatan yang
kekeluargaan di Biro Konsultan PT. B, memungkinkan saat ini menurut peneliti
membuat para pekerja lepas memiliki adalah jabatan sebagai seorang pimpinan
hubungan yang dekat dengan atasannya, proyek (pimpro). Adapun pekerja lepas
bahkan dengan pemilik sekaligus yang sudah mendapatkan kesempatan
pelaksana harian di Biro Konsultan PT. B. memiliki tanggung jawab lebih adalah
Kedekatan antara atasan dengan para pekerja lepas yang sudah sering mengikuti
pekerja lepas memunculkan kepuasan proyek tertentu.
dalam bekerja. Aspek lain yang memiliki nilai
Para pekerja lepas juga diberikan rata-rata yang kurang adalah aspek status
kebebasan untuk menggunakan dan sosial. Dawis, Weiss, Lofquist, dan
mengembangkan kemampuannya, England (1967) mengemukakan bahwa
sehingga para pekerja lepas dapat terus tingkat dan jabatan seorang individu dalam
belajar. Kemampuan para pekerja lepas pekerjaannya dapat menunjukkan status
juga sangat diakui oleh Biro Konsultan PT. sosial dan posisi individu tersebut
B. Kemampuan di sini misalnya seperti sehingga dapat meningkatkan kepuasan
kemampuan dalam menjadi administrator kerjanya. Asumsi peneliti berkaitan
psikotes ataupun membuat laporan dengan aspek kesempatan untuk maju
psikologi. Upah yang diterima oleh para adalah jika kesempatan untuk maju masih
pekerja lepas pun sudah sesuai dengan kurang diberikan oleh Biro Konsultan PT.
pekerjaan dan beban kerja yang dikerjakan B, maka pekerja lepas pun tidak dapat
oleh mereka, sehingga para pekerja lepas menunjukkan status sosial yang
merasa sudah cukup puas dalam bekerja dimilikinya. Ketidakmampuan pekerja
sehari-hari di Biro Konsultan PT. B. lepas menunjukkan status sosialnya
Ada pula beberapa aspek yang mengakibatkan dirinya kurang memiliki
masih harus lebih diperhatikan oleh Biro kepuasan dalam bekerja.
Konsultan PT. B, diantaranya aspek status Setelah aspek kesempatan untuk
sosial, kepastian dan keamanan, dan maju dan status sosial, aspek kepuasan
kesempatan untuk maju. Jika melihat kerja lain yang memiliki nilai rata-rata
kembali pada teori yang dikemukakan oleh kurang adalah aspek kepastian dan
Dawis, Weiss, Lofquist, dan England keamanan. Asumsi peneliti adalah dengan
(1967) pada pembuatan kuesioner MSQ, tidak adanya kesempatan untuk maju serta
jika individu (dalam hal ini adalah pekerja status sosial yang tidak dapat ditunjukkan
lepas) mendapatkan kesempatan untuk dengan baik memunculkan rasa kurang
maju dan berkembang maka individu aman terhadap pekerjaan yang dijalani
tersebut akan merasa puas dengan para pekerja lepas. Kurang dapat
pekerjaannya. Pada Biro Konsultan PT. B, terpenuhinya kebutuhan rasa aman akan
pekerja lepas sudah diberikan kesempatan pekerjaan membuat para pekerja lepas
untuk belajar dan berkembang. Cara Biro kurang memiliki kepuasan dalam bekerja.
Konsultan PT. B untuk mengembangkan Terlebih lagi ketika rasa kurang aman
para pekerja lepas adalah dengan sering terhadap pekerjaan dialami oleh pekerja
mengikutsertakan pekerja lepas dalam lepas yang memang ingin memperoleh
proyek yang berbeda-beda. Hal tersebut pengalaman berkarir di Biro Konsultan
dimaksudkan agar pekerja lepas dapat Psikologi tersebut.
memperoleh pengalaman yang kaya dan
belajar dari pengalaman mengikuti proyek SIMPULAN DAN SARAN
yang berbeda-beda tersebut. Namun, di sisi
lain para pekerja lepas belum memiliki Simpulan

136
Berdasarkan hasil yang telah komitmen organisasi yang tereliminasi
diperoleh dari perhitungan statistik, saat pengujian validitas dan reliabilitas
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kuesioner.
kepuasan kerja memiliki hubungan dengan
komitmen afektif dan komitmen normatif, Saran praktis
namun kepuasan kerja tidak memiliki Berdasarkan hasil pembahasan dan
hubungan dengan komitmen kontinuitas. diskusi, ada beberapa aspek kepuasan
Pola hubungan yang ditunjukkan antara kerja yang masih harus ditingkatkan,
kepuasan kerja dengan komitmen afektif diantaranya aspek status sosial, aspek
dan normatif merupakan pola hubungan kesempatan untuk maju, dan aspek
yang positif yang artinya semakin para kepastian dan keamanan. Untuk
pekerja lepas di Biro Konsultan PT. B meningkatkan ketiga aspek tersebut,
memiliki kepuasan dalam bekerja, maka sebaiknya perusahaan lebih memfasilitasi
mereka akan semakin berkomitmen secara para pekerja lepas demi mendapatkan
emosional terhadap Biro Konsultan PT. B kesempatan untuk maju dengan
dan secara moral merasa wajib untuk tetap memberikan kepercayaan memegang tugas
berada di Biro Konsultan PT. B. Begitu atau tanggung jawab yang lebih tinggi dan
pula sebaliknya. Kesimpulan penelitian ini lebih menunjukkan kemampuan yang
pun serupa dengan kesimpulan dari dimilikinya. Misalnya seperti memberikan
penelitian Hasthakirti (2002). Hasil variasi tanggung jawab kepada pekerja
penelitian ini menunjukkan bahwa untuk lepas dengan menjadikannya seorang
pekerja lepas, komitmen organisasi tetap pimpinan proyek (pimpro). Jika pekerja
dapat dibangun agar keterikatan secara lepas sudah pernah atau sering menjadi
emosional dan rasa bertanggungjawab pimpro, pekerja lepas tersebut dapat
melaksanakan kewajiban terhadap direkomendasikan ke jabatan yang lebih
organisasi tetap tinggi. Komitmen tersebut tinggi, misalnya pekerja lepas senior.
dapat dibangun melalui pengelolaan Dengan diberikannya kesempatan
kepuasan kerja karyawan. kepada para pekerja lepas untuk
memegang tanggung jawab yang lebih
Saran tinggi, diharapkan para pekerja lepas dapat
Saran Metodologis lebih meningkatkan status sosialnya dan
1. Sebaiknya penyebaran kuesioner merasa bahwa dirinya adalah bagian
dilakukan oleh peneliti langsung, penting dari perusahaan. Selain itu, dengan
sehingga ketika ada kesulitan diberikannya kesempatan untuk
pemahaman atau keterbacaan dari memegang tanggung jawab lebih,
responden, dapat ditangani atau diharapkan rasa aman dalam bekerja di
dijelaskan langsung oleh peneliti dan perusahaan dapat terbentuk dan tidak ada
meminimalisir kesalahan persepsi dari lagi rasa kekhawatiran terhadap
item yang disajikan. pekerjaannya.
2. Dengan adanya limitasi dalam Sebagai penutup, kaitan antara
pengambilan data menggunakan kepuasan kerja dan komitmen organisasi
kuesioner dan responden yang sulit ternyata terjadi juga pada karyawan lepas
ditemui (bekerja berpindah-pindah), dan tidak hanya merupakan bahasan untuk
sebaiknya pengambilan data ditambah karyawan tetap saja. Dengan demikian
dengan menggunakan metode kualitatif terbuka ruang untuk membangun
yaitu wawancara. Wawancara komitmen organisasi pada karyawan lepas
dilakukan agar semua aspek kepuasan agar kontribusi mereka bagi organisasi
kerja dan komitmen organisasi dapat juga bermakna.
terukur dan tergali ketika ada aspek
kepuasan kerja dan komponen

137
DAFTAR PUSTAKA Harrel, T. W. (1976). Industrial
psychology. New Delhi: Oxpord
Allen, J., Meyer, J. P., (1997). The & IBH Publishing Company.
measurement and antecedents of Hasthakirti, Hayuswari. (2002). Hubungan
affective, continuance, and antara kepuasan kerja dengan
normative commitment to komitmen terhadap organisasi.
organization. Journals of Skripsi Sarjana, diterbitkan.
Occupational Psychology, 63, 1- Universitas Katolik Indonesia
18. Atma Jaya, Jakarta.
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Heathfield, S. M., (2014). Temporary
Psychological testing. Upper employees help organizations
Saddle River: NJ Prentice Hall. deal with seasonal customer
As’ad, M. (1984). Psikologi industri (5th fluctuations. Diunduh pada 3
ed). Yogyakarta: Liberty. November 2014 dari
Bank Indonesia. (2014). Kamus bisnis dan http://humanresources.about.com
Bank. Diunduh pada 21 /od/glossaryt/g/temp_employee.h
November 2014 dari tm
http://www.mediabpr.com/kamus- Herlina, M. G., (1998). Komitmen
bisnis- organisasi Dosen-dosen purna
bank/pekerja_paruh_waktu.aspx waktu di FE UKRIDA ditinjau
Chan, S. H., (2006). Organizational dari karakteristik personal dan
identification and commitment of status kepegawaian. Tesis
members of a human Pascasarjana, diterbitkan.
development organization. Universitas Katolik Indonesia
Journal of Management Atma Jaya, Jakarta.
Development, 25(3), 249 – 268 Kumar, R. 2005. Research Methodology.
Corder, G.W. & Foreman, D.I. (2009). London: Sage Publicaton.
Nonparametric statistics for non- Kusumastutty, D. L., (2002). Perbedaan
statisticians: A step-by- step komitmen organisasi dan kontrak
approach. Hoboken, NJ: John psikologis antara pegawai
Wiley & Sons, Inc. freelance dan pegawai fulltime.
Dawis, R. V., Weiss D. J., Lofquist, L. H., Skripsi Sarjana, diterbitkan.
& England G. W. (1967). Universitas Katolik Indonesia
Instrumentation for the Theory of Atma Jaya, Jakarta.
Work Adjustment. Minnesota Parwita, G. B. S., (2013). Pengaruh
Studies in Vocational kepuasan kerja terhadap
Rehabilitation: XXI. komitmen organisasi dan disiplin
Gravetter, F. J. & Wallnau, L. B. (2007). kerja (studi pada dosen Yayasan
Statistic for the behavioral Universitas Mahasaraswati
sciences (6th edition). Belmont: Denpasar). Tesis Pascasarjana,
Thompson/Wadsworth. diterbitkan. Universitas Udayana,
Gunlu, E., Aksarayli, M., Sahin Perçin, N., Denpasar.
(2010). Job satisfaction and Seniati, L. (2006). Pengaruh masa kerja,
organizational commitment of trait kepribadian, kepuasan kerja,
hotel managers in Turkey. dan iklim psikologis terhadap
International Journal of komitmen dosen pada Universitas
Contemporary Hospitality Indonesia.Makara, Sosial
Management, 22(5), 693 – 717 Humaniora, 10(2), Desember
2006, 88-97.

138
Silvia, S. (2008). Pengaruh berkarya
sebagai SPG (Sales Promotion
Girl) terhadap service oriented
attitude: Studi kasus pada 20 (dua
puluh) mahasiswi Universitas
Kristen Petra Surabaya. Skripsi
Sarjana, diterbitkan. Universitas
Kristen Petra Surabaya.
Wijaya, E. (2012). Pengaruh kepuasan
kerja terhadap komitmen
organisasional pada PT. Ikagriya
Darmapersada. Skripsi Sarjana,
diterbitkan. Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

139

Anda mungkin juga menyukai