ASTRA
INTERNASIONAL TBK
I. PENDAHULUAN
Secara umum kata perubahan sering diartikan sebagai kondisi yang berbeda dari
kondisi sebelumnya. Perubahan itu terjadi sebagai akibat dari suatu proses yang
terjadi kemudian dan menggambarkan antara sebelum dan sesudah dari peristiwa
tersebut. Perbedaan antara sebelum dan sesudah itu mungkin berkaiatan dengan
perubahan fsikk ide atau gagasank yang hasil akhirnya mungkin positif (growth)k
mungkin negatif (stagnation) atau mundur (collaps). Kurt Lewin (1951) dalam
teorinya yang dikenal force feld theoryk mengungkapkan bahwa kondisi atau
keadaan merupakan equilibrium (keseimbangan) dari dua kekuatan yang
berlawanan dimana sisi yang satu menunjukkan kekuatan dan menuntut adanya
perubahan (driving forces) dan disisi lain terdapat kekuatan yang mempertahankan
keberadaan (status quo) yang senantiasa menghambat terjadinya perubahan
(restraining forces). Berdasarkan teori itu perubahan dapat dilakukan dengan
menambah atau memperkuat driving forces dan memperkecil restraining forces.
Konsep perubahan Schermerhorn (1991) cit Rochyadi (2008)k melihat ada dua
konsep tentang perubahan yaitu perubahan yang terencana (planned change) dan
perubahan yang tidak terencana (unplanned change). Perubahan yang terencana
(planned change) merupakan sebuah reaksi langsung terhadap persepsi seseorang
tentang adanya suatu celah kinerja. Artinya suatu perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan kenyataan yang diharapkan tidak menunjukkan kesenjangan.
Sedangkan perubahan yang tidak terencana yaitu suatu keadaan yang terjadi
secara spontan tanpa adanya perhatian seorang agen perubahan yang mungkin
dapat merusak.
Krisis ekonomi menyebabkan Astra harus melakukan penjadwalan pembayaran
utang dengan para kreditur. Pada periode 1998-1999k Astra terpaksa mem-PHK
20.000 karyawan tetap dan 5.000 pegawai kontrak sehingga jumlah karyawan Astra
tinggal sekitar 100.000 orang. Tetapik bisnis harus tetap berjalan. Masuknya Cycle
& Carriage (didukung raksasa fnansial Jardine Matheson) sebagai pemegang saham
utama Astra dan dibukanya peluang investasi 100% kepada investor asing di
Indonesia menyebabkan berubahnya kompetisi di pasar.
Liberalisasi perekonomian harus dijawab dengan langkah yang tepat. Hal tersebut
menyebabkan PT. Astra Internasional Tbk. melakukan perubahan manajemen sejak
tahun 2001. Manajemen Astra melakukan transformasi bisnis dan manajemen agar
Astra menjadi perusahaan yang excellent. Berdasarkan studi kasus PT. Astra
Internasional Tbkk makalah ini akan membahas faktor penyebabk langkah-langkahk
tujuan dan hasil perubahan manajemen PT. Astra Internasional Tbkk
III. PEMBAHASAN
Grup Astra merupakan kelompok bisnis nasional yang memiliki sistem manajemen
termaju di Indonesia. Astra menyebut sistem manajemennya dengan nama Astra
Management System (AMS). Sistem manajemen ini menjadi roda penggerak
organisasi Astra untuk mewujudkan visik misik tujuank motok dan flosof korporat
Astra. Kehadiran AMS menjadi cermin PT. Astra Internasional Tbk sebagai organisasi
yang tanggap terhadap perubahan dan seringkali menjadi motor perubahan dalam
konteks bisnis nasional. Menurut Dean Anderson dkk (2001) cit Rochyadi (2008)k
faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan adalah Lingkungan
(environment)k sukses menembus pasar (market place requirements for success),
kepentingan usaha (business imperative)k kepentingan organisasi (organizational
imperatives)k kepentingan budaya (cultural imperatives)k perilaku pemimpin dan
karyawan (learder and employe behavior) dan kerangka pikir pemimpin dan
personal atau karyawan (leader and employee mindset).
Manajemen perubahan atau change management merupakan pendekatan
terstruktur dalam rangka membawa PT. Astra Internasional Tbk dari kondisi saat ini
(current state) ke masa depan yang diinginkan (desired future state) untuk
mencapai kinerja yang lebih baik. Dalam lingkungan PT. Astra Internasional Tbkk
perubahan tersebut meliputi perubahan didalam struktur organisasik prosesk tata
laksanak sumber daya manusiak pola pikir dan budaya kerja. Fokus utama dari dari
manajemen perubahan adalah sumber daya manusia yang pada akhirnya akan
mengarah kepada pembelajaran organisasi (Building Learning Organization).
Pembelajaran organisasi merupakan kegiatan organisasi ketika pemimpin dan
karyawan secara terus menerus meningkatkan kapasitas mereka untuk mencapai
tujuank saat pola pikir baru dipeliharak aspirasi kolektif bebask diutamakan dalam
rangka perbaikan dan orang-orangnya memiliki keinginan untuk belajar.
Manajemen perubahan selalu dibutuhkan oleh PT.Astra Internasional Tbk untuk
menciptakan tata kelola organisasi dan bisnis yang lebih efektifk produktifk efsiank
kreatifk dan mempunyai kinerja. Melalui perubahan yang jelas dan terbukak PT.Astra
Internasional Tbk berpotensi untuk memperkuat dirinya melalui kinerja dan
komunikasi serta integrasi dalam kolaborasi yang menyatukan semua fakta
keunggulan di lingkungan PT.Astra Internasional Tbk secara profesional.
Manajemen perubahan PT.Astra Internasional Tbk harus memastikan bahwa setiap
kegiatan perubahan dilakukan secara terencana dan terukurk sehingga
keberhasilan penerimaan setiap orang terhadap perubahan yang diinginkan dapat
diwujudkan secara sempurna. Astra terus melakukan perubahan sejalan dengan
prinsip kaizen (continous improvement)k yaitu :
1. Berfokus pada pelanggan; fokus utama adalah kualitas produk yang bermuara
pada kepuasan pelanggan.
2. Mengadakan peningkatan secara terus menerus; Kualitas total merupakan sine
qua non untuk
keberlangsungan.
3. Mengakui masalah secara terbuka; Membangun kultur yang tidak saling
menyalahkan.
4. Mempromosikan keterbukaan; Ilmu pengetahuan adalah untuk saling dibagikan
& hubungan-hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber
efsiensi yang lebih besar
5. Menciptakan tim kerja; pertamak pengaruh antar sesama teman dan
kepemimpinan bisa memelihara disiplin untuk memastikan bahwa tidak ada
seorangpun dibiarkan mengganggu keseimbangan didalam tim dan
keharmonisan antar timk keduak setiap orang diberi semangat untuk
memanfaatkan pendidikan dan pelatihan guna memastikan bahwa kontribusi
pribadi menambah nilai pada hasil hasil tim.
6. Memanajemeni proyek melalui tim fungsional silang; menggunakan sumber
daya antar departemen bahkan dari luar perusahaan.
7. Memelihara proses hubungan yang benar;Mendesain dan memastikan proses
hubungan antar manusianya.
8. Mengembangkan disiplin pribadi; Melalui pendidikank agamak dan norma norma
sosial untuk menjaga keutuhan
9. Memberikan informasi pada semua karyawan; Misik nilaik produkk kinerjak
manusia dan rencana perusahaan dari tantangan perusahaan menjadi tantangan
pribadi.
10. Memberikan wewenang kepada setiap karyawan; Melalui pelatihan dalam
berbagai keahliank dorongan semangatk tanggung jawab pengambilan
keputusank akses pada sumber-sumber data dan anggarank timbal balikk rotasi
pekerjaan dan penghargaan.
Selain menggunakan prinsip kaizenk PT.Astra Internasional Tbk menerapkan
delapan langkah perubahan teori Kotter (1997) yaitu incease urgency, build the
guiding team, get the right vision, communicating for buy in, empower action,
create short term win, don’t let up, make change stick. serta menggunakan peta
perjalanan manajemen transisi untuk merealisasikannya (gambar 2)k yaitu :
1. Stagnation : keadaan dimana terjadi suasana “depresi” atau hiperaktif di
dalam organisasi
2. Preparation : keadaan dimana para pimpinan mulai mencoba merencanakan dan
mengkomunikasikan perubahan yang dimaksud.
3. Implementation : keadaan dimana berbagai inisiatif perubahan dilakukan oleh
sejumlah besar orang-orang di dalam organisasi pada berbagai level manajemen.
4. Determination : keadaan dimana terjadi konfikk pertengkarank kegagalan dan
keberhasilan yang tidak signifkan.
5. Fruition : keadaan dimana manfaat dari perubahaan benar-benar dirasakan.
Pada tahapan preparation, PT Astra menerapkan Enterprise Risk Management
(ERM). PT. Astra Internasional Tbk. melepaskan sahamnya di banyak perusahaan
manufakturk khususnya di bidang otomotif dan bisnis terkait. Astra kini berhadapan
langsung dengan konsumen yang sangat berbeda karakter dan perilakunya. Faktor
tersebut mengharuskan Astra harus mendesain ulang fokus dan strategi bisnis
Inti dari manajemen resiko enterprise adalah bahwa setiap entitas yang ada
mempunyai nilai untuk stakeholder. Semua entitas selalu menghadapi
ketidakpastian dan yang menjadi tantangan adalah bagaimana mengelolak
mengidentifkasi seberapa besar kemungkinan ketidakpastian yang mungkin
diterima untuk meningkatkan nilai stakeholder. Ketidakpastian merepresentasikan
dan peluang dimana memiliki potensi untuk mengikis atau mengubah nilai.
Manajemen resiko enterprise membuat pengelolaan ketidakpastian menjadi lebih
efektif terkait dengan resiko dan peluang dengan tujuan untuk mempertinggi nilai.
Manajemen resiko enterprise meliputi :
1. Menyelaraskan resiko keinginan dan strategi : mempertimbangkan entitas
resiko keinginan dalam mengevaluasi alternatif yang strategisk mengeset objek-
objek yang terkait dan mengembangkan mekanisme untuk mengelola resiko
terkait.
2. Mengubah keputusan respon adanya resiko : ERP menyediakan aturan untuk
mengidentifkasi dan memilih alternatif respon / pencegahan adanya resikok
mengurangi resikok membagi resiko dan menerima resiko.
3. Mengidentifkasi dan mengelola resiko perusahaan : setiap perusahaan
menghadapi resiko dengan kondisi berbeda sebagai bagian dari organisasi dan
manajemen resiko memfasilitasi respon yang efektif ke pengaruh-pengaruh terkait
dan mengintegrasikan respon ke berbagai resiko yang mungkin timbul.
4. Meraih peluang : dengan mempertimbangkan jangkauan event yang
potensialk pihak manajemen diposisikan untuk mengidentifkasi dan proaktif
merealisasikan peluang.
5. Memperbaiki penyebaran kapital (development of capital) : mendapatkan
informasi resiko yang handal dan mengijinkan pihak manajemen untuk
memprediksi semua kebutuhan kapital yang efektif dan mengubah alokasi kapital.
Selanjutnya pada tahap implementation, PT. Astra Internasional Tbk. melakukan
perubahan organisasi dan menetapkan fgur-fgur yang tepat untuk mengisi posisi
yang ada berdasarkan kebutuhan organisasi serta kompetensi baru yang
dibutuhkan. Setiap perubahan memberikan dampak yang kuat terhadap individu
karena awalnyak setiap perubahaan mendatangkan ketidakpastian. Ketidakpastian
ini hadir karena perubahaan merupakan sesuatu yang ambigu dan tidak dapat
diketahui dengan pasti hasilnya. Setiap individu memiliki persepsi masing-masing
mengenai ketidakpastian. Hal tersebut mempengaruhi efektiftas perubahaan
karena faktor yang dapat menghambat perubahan adalah ketakutan akan
ketidakpastian. Oleh sebab itu diperlukan kesiapan untuk melakukan antipasi
terhadap ketidakpastian yang terjadi. Kesiapan ini tidak hanya diperlukan
organisasi tetapi juga oleh sumber daya manusianyak karena sikap dan reaksi
manusia terhadap perubahaan turut mempengaruhi efektivitas perubahaan itu
sendirik baik bagi individu itu sendiri maupun bagi organisasi.