PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
TENTANG
BUKU PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT Mawar
Ditetapkan di Denpasar
, Pada tanggal 2016
RUMAH SAKIT MAWAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Instalasi gawat darurat merupakan bagian dari rumah sakit yang menjadi garda terdepan dari
pelayanan rumah sakit. Terutama menangani kasus – kasus yang akut dan ancaman kematiannya
tinggi. Oleh sebab itu, maka pelayanan IGD haruslah dapat mengatasi kesakitan dan menghindari
resiko kematian dengan penyediaan sarana dan prasarana yang standar.
IGD Rumkit MAWAR sudah beroperasi sejak tahun 1950, semula bernama Dinas Kesehatan
Tentara, setiap tahunnya selalu dilakukan pembenahan dari semua aspek pelayanan. Pada tahun
2014 pembenahan dilakukan lebih terarah dan terstruktur, diupayakan mengacu pada aturan
standar pelayanan gawat darurat Kemenkes. Pembenahan dilakukan dengan maksud sebagai
persiapan akreditasi rumah sakit, disamping hal yang lebih penting adalah dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan IGD Rumkit MAWAR .
Buku pedoman tatakelola ini dibuat sebagai pedoman kerja bagi petugas yang bekerja di IGD
Rumkit MAWAR agar tercipta keteraturan kerja, mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan sehingga dapat diharapkan menghasilkan pelayanan yang akuntabel.
Dalam hal isi, buku pedoman ini memang masih jauh dari sempurna, tetapi para petugas IGD
akan terus memperbaikinya dari berbagai aspek dengan bantuan seluruh unit terkait di Rumkit
MAWAR .
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat sesuai standar
b. Tujuan Khusus:
1) Adanya perencanaan pelayanan keperawatan gawat darurat,
2) Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat,
3) Adanya pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat,
4) Adanya asuhan keperawatan gawat darurat,
5) Adanya pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat,
6) Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan gawat darurat
3. Ruang Lingkup
b. Triage
Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
c. Prioritas
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
d. Survey Primer
Survey primer dalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
e. Survey Sekunder
Survey sekunder adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera
diatasi.
j. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1) Tempat kejadian :
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d) Kecelakaan di sekolah
e) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3) Waktu kejadian
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time)
b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
k. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
l. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1) Susunan saraf pusat
2) Pernafasan
3) Kardiovaskuler
4) Hati
5) Ginjal
6) Pancreas
Kegagalan (kerusakan) System/organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1) Trauma/cedera
2) Infeksi
3) Keracunan (poisoning)
4) Degerenerasi (failure)
5) Asfiksi
6) Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolit)
7) Dan lain-lain.
Buku pedoman ini dimaksudkan untuk menjadi panduan bagi petugas yang bekerja di
IGD Rumkit MAWAR . Hingga terciptanya mutu pelayanan IGD Rumkit MAWAR yang lebih
baik dari waktu ke waktu. IGD Rumkit MAWAR mempunyai kemampuan pelayanan level II
yang sesuai dengan kelas Rumkit MAWAR yaitu kelas B, dengan adanya perbaikan sarana
prasarana dan peralatan yang ada saat ini, fungsi IGD dilaksanakan secara optimal.
5. Landasan Hukum
Pelayanan IGD Rumkit MAWAR berdasarkan landasan hukum sebagai berikut yaitu:
a. Undang Undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
b. Undang Undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
c. Permenkes no. 1333 tahun 1999 tentang standar pelayanan rumah sakit.
d. Permenkes no. 129 tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal.
e. Permenkes no. 856 tahun 2009 tentang standar pelayanan IGD
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
6. Kualifikasi SDM
Kualifikasi
No. Nama Jabatan Keterangan
Formal
7. Distribusi Ketenagaan
8. Pengaturan Jaga
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Koordinator UGD
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke unit
terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan
jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter
tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi
Gawat Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh
dokter jaga yang pada saat itu libur Apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan
maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk menggantikan (Prosedur pengaturan
jadwal jaga dokter IGD sesuai SPO terlampir).
a. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Koordinator IGD.
b. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu bulan serta sudah diedarkan ke
unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Koordinator IGD atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum tanggal
jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Koordinator IGD atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut sudah
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Koordinator IGD wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen
pengganti (Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir).
BAB III
STANDAR FASILITAS
b. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator.
1) Alat – alat untuk ruang resusitasi :
a) Mesin suction (1 set)
b) Oxigen lengkap dengan flowmeter (1 set)
c) Laringoskope anak & dewasa (1 set)
d) Spuit semua ukuran (masing – masing 10 buah)
e) Oropharingeal air way (sesuai kebutuhan)
f) Infus set / transfusi set (5/5 buah)
g) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang (1 buah)
h) Gunting besar (1 buah)
i) Defribrilator (1 buah)
j) Monitor EKG (1 buah)
k) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi (1 buah)
l) Papan resusitasi (1 buah)
m) Ambu bag (1 buah)
n) Stetoskop (1 buah)
o) Tensi meter (1 buah)
p) Thermometer (1 buah)
q) Tiang Infus (1 buah)
6) Ambulan
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Rumkit MAWAR saat ini memiliki 2
(empat) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian
umum.
a) Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
(1) Perlengkapan Ambulance
(a) Ac
(b) Sirine
(c) Lampu rotater
(d) Sabuk pengaman
(e) Sumber listrik / stop kontak
(f) Lemari untuk alat medis
(g) Lampu ruangan
(h) Wastafel
2) Tablet
3) Cairan Infus
4) Suppositoria
b. Obat penunjang
1) Injeksi
2) Obat tablet
b. Perangkat Kerja
1) Stetoscope
2) Tensimeter
3) Status medis
Sumber daya manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan para
pasien di IGD. Dokter dan paramedis yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat melakukan triage
secepat dan setepat mungkin, agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat
triage.Triage dikelompokan dalam beberapa macam dengan tanda sebagai berikut :
a. Pasien Dengan Label Merah
Pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat
Setiap pasien masuk gawat darurat dilakukan pemeriksaan dan terencana tindakan sesuai
dengan kasusnya. Pasien yang tidak gawat darurat di bagi dua yaitu pasien poliklinik atau pasien
yang perlu rawat inap. Pasien poliklinik dilakukan pemeriksaan diruang khusus yaitu untuk pasien
yang tidak gawat darurat, kemudian di pulangkan sedangkan pasien yang perlu rawat inap di kirim
ke ruang inap sesuai dengan penyakitnya setelah dilakukan pemeriksaan.
Pasien gawat darurat langsung masuk ruang gawat darurat untuk dilakukan resusitasi atau
tindakan lain yang diperlukan sesuai dengan kasus gawat darurat pasien dilakukan pemindahan ke
pelayanan intensif atau tindakan oprasi jika kondisi telah stabil dan keluarga diberi inform consent
untuk tindakan observasi.
Sedangkan prosedur yang harus dilakukan saat pasien datang antara lain sebagai berikut :
a. Pasien datang langsung dibawa ke ruang triase.
b. Dokter/perawat melakukan seleksi pasien secara cepat dan tepat, kemudian pasien
diberi label warna yang sesuai (pada korban massal).
c. Dalam keadaan tertentu langsung dilakukan resusitasi di tempat resusitasi.
d. Pasien ditempatkan di ruangan sesuai dengan kasusnya untuk mendapatkan tindakan
pemeriksaan dan pengobatan selanjutnya :
1) Luka-luka di ruang tindakan bedah
2) Tindakan resusitasi di ruang resusitas
3) Non bedah di Ruang tindakan non bedah.
a. Identifikasi pasien erat kaitannya dengan proses triage yang dapat digolongkan menjadi
dua (2) sistem, yaitu :
1) Non Disaster
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien.
2) Disaster
Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak.
17. Tata Laksana Pendaftaran Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan
b. Perangkat Kerja
1) Berkas rekam medis
2) Komputer
3) Alat tulis
4) brosur /liflat
c. Tata Laksana Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan, Rawat Inap dan IGD
1) Pendaftaran Rawat Jalan
a) Keluarga pasien mendaftar ke bagian pendaftaran
b) Petugas pendaftaran melakukan identifikasi pasien rawat jalan
c) Petugas pendaftaran menanyakan status pasien ( BPJS Dinas, BPJS umum,
kontak, Umum)
d) petugas pendaftaran memberikan informasi seputar persyaratan sesuai dengan
jaminan kesehatan yang dimiliki pasien
e) Untuk pasien dinas atau integrasi
Bagian informasi /pendaftaran mendata pasien dan menanyakan surat rujukan
dari kesatuan jika ada serta kartu anggota /KU 1
f) Untuk pasien umum
Pasien masuk rawat IGD perawat IGD memberikan informasi kepada keluarga
untuk melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran petugas pedaftaran
melakukan pendataan status pasien, petugas pendaftaran memberikan
informasi dan gambaran seputar fasilitas dan biaya rumah sakit, setelah selesai
mendata pasien petugas pendaftaran menyerahkan berkas rekam medis ke
perawat/dokter IGD. Dokter IGD menetukan apakah pasien rawat jalan/rawat
inap jika rawat jalan keluarga pasien di arahkan ke bagian kasier dan apotek
untuk administrsi setelah selesai dokter memberikan surat resum untuk
keperluan control berikutnya
g) Pasien kontrak
Pasien masuk rawat IGD perawat IGD memberikan informasi kepada keluarga
untuk melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran petugas pedaftaran
melakukan pendataan status pasien, petugas pendaftaran menayakan kartu
jaminan kesehatan, memberikan informasi dan gambaran seputar fasilitas dan
biaya rumah sakit, setelah selesai mendata pasien petugas pendaftaran
menyerahkan berkas rekam medis ke perawat/dokter IGD. Dokter IGD
menetukan apakah pasien rawat jalan/rawat inap jika rawat jalan keluarga
pasien di arahkan ke bagian kasier dan apotek untuk administrsi setelah selesai
dokter memberikan surat resum untuk keperluan control berikutnya
a. Karakteristik PNPK
1) Sahih / valid
2) Reproducible
3) Cost – effective
4) Representatif, seringkali multidisiplin
5) Dapat diterapkan dalam praktek.
6) Fleksibel
7) Jelas
8) Terjadwal untuk dilakukan revisi
9) Dapat digunakan untuk audit klinis
c. Tampilan PNPK
1) Tampilan PNPK dibakukan, dengan sampul yang menunjukan pengesahan dari
Kementrian Kesehatan serta organisasi profesi yang terlibat dalam pembuatan
PNPK.
2) Para pakar yang langsung terlibat dalam pembuatan PNPK dicantumkan sebagai
kontributor.
19. Tata Laksana Penundaan Pelayanan
Pelayanan HCU diperuntukan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan medik, terintegrasi dan berkelanjutan. Serta mencegah
fragmentasi pengelolaan berdasarkan orientasi organ.
a. Etika Kedokteran
Landasan dasar dari etika kedokteran adalah “falsafah dasar kedokteran ”yaitu“ saya
akan senantiasa mengutamakan keselamatan pasien, tidak merugikan pasien dan
berorientasi untuk dapat secara optimal memperbaiki kondisi kesehatan pasien.
b. Indikasi Yang Benar
Pasien yang dirawat dengan gangguan akut yang masih diharapkan reversible (pulih
kembali) mengingat HCU adalah tempat perawatan yang memerlukan biaya tinggi.
e. Asas Prioritas
Tiap dokter primer dapat mengusulkan agar pasiennya bisa dirawat di HCU asalkan
sesuai dengan indikasi masuk yang benar.
g. Kemitraan Profesi
Agar tercapai hasil yang optimal maka perlu peningkatan mutu SDM secara
berkelanjutan, memyeluruh dan mencakup semua profesi.
i. Kontinuitas Pelayanan
Untuk efektifitas keselamatan dan ekonomisnya pelayanan HCU, maka perlu
dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi High Care Unit (HCU). Fungsi utama HCU
adalah menjadi unit perawatan antara dari bangsal rawat dan ICU. Di HCU tidak
diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan
dari pemantauan yang tinggi.
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau
potensial.
3) Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik
pasien. Yang dapat dibagi sesuai kriteria pasien berdasarkan kondisi kesehatan dan
kebutuhan akan pelayanan berkelanjutan seperti pasien pulang normal, pulang kritis,
pulang mandiri atau masih ketergantungan. Kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang
disingkat dengan method, yaitu:
a) Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b) Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kontinuitas perawatannya.
c) Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien
pulang, yang dilakukan oleh pasien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan,perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat
berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
d) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
e) Outpatient referral
Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas
lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinue.
f) Diet
Pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada pasien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Pasien dan pemberi perawatan
harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di
rumah.
6) Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjut dari proses
pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat
dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
7) Dokumentasi
Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien (Informed Consent)
dan atau keluarga setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan tersebut.
Seluruh isian formulir discharge planning didokumentasikan secara lengkap dalam
catatan rekam medik dan diinformasikan kepada pasien.
a. Pengaturan Transfer
1) Rumkit MAWAR memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter senior (dr ICU),
DPJP, dr IGD/ dr ruangan, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis
(perawat ICU), petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang
untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
11) Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter
ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
12) Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer Rumkit MAWAR (DPJP/
PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan
negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien
rujukan, tim transfer Rumkit MAWAR harus memastikan tersedianya peralatan
medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
13) Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar Rumkit MAWAR dipegang oleh
dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
14) Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.
15) Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik
di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi
kedua belah pihak.
16) Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang
sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama
dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-
pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung
dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang
merujuk
17) Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal
ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas
dengan lebih efisien.
1) Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2) Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya
penyakit / kondisi pasien).
3) Dokter senior (dr ICU/ dr Anesthesi), bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer
berlangsung.
4) Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5) Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr ICU/ dr
Anestesi selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a) Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b) Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c) Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6) Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat /
derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter ICU/
DPJP).
a) Derajat 0
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat,
atau paramedis (selama transfer).
b) Derajat 1
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim
perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau
dokter (selama transfer).
c) Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat /
paramedis lainnya).
d) Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi
dan perawat ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).
e. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Transfer
Petugas
keterampilan yang Peralatan
Pasien pendamping
dibutuhkan Utama
(minimal)
1 2 3 4
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat / 1. Bantuan hidup dasar 1. Oksigen
Petugas yang 2. Pelatihan tabung gas 2. Suction
berpengalaman 3. Pemberian obat-obatan 3. Tiang infus
(sesuai dengan 4. Kenal akan tanda portabel
kebutuhan deteriorasi 4. Pompa infus
pasien) 5. Keterampilan dengan
trakeostomi dan baterai
suction 5. Oksimetri
denyut
1 2 3 4
Derajat 2 Perawat dan 1. Semua ketrampilan di 1. Semua
Petugas atas, ditambah; peralatan di
keamanan/ TPK 2. Dua tahun pengalaman atas,
dalam perawatan ditambah;
intensif (oksigenasi, 2. Monitor EKG
sungkup pernapasan, dan tekanan
defibrillator, monitor) darah
3. Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi 1. Monitor ICU
dan TPK/ dokter harus di atas portabel yang
Petugas standar minimal lengkap
keamanan Dokter: 2. Ventilator
1. Minimal 6 bulan dan peralatan
pengalaman mengenai transfer yang
perawatan pasien memenuhi
intensif dan bekerja di standar
ICU minimal.
2. Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
3. Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan
pernapasan, minimal
level ST 3 atau
sederajat.
4. Harus mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis
Perawat:
1. Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis
5) Rawat Bersama
a) Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai bidang /disiplin dan
kompetensinya saja. Bila ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan
multi disiplin, maka perlu dilakukan rawat bersama.
b) DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin lain sesuai
kebutuhan.
c) Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama dengan beberapa cara
antara lain;
(1) Penyakit yang terberat, atau
(2) Penyakit yang memerlukan tindakan segera atau
(3) Dokter yang pertama mengelola pasien.
Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama antara DPJP yang
mengelola pasien dan keputusan rapat dicatat dalam berkas rekam medis.
8) DPJP Utama di OK
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan pembedahan, sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP
tambahan. Dalam melaksanakan tugas mengikuti SOP masing-masing, akan
tetapi semua harus mengikuti prosedur Save Surgery check list (sign in, time out
dan sign out) serta dicatat dalam berkas rekam medis.
c) Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau
Penolakan Tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut :
(1) Ayah/Ibu Adopsi
(2) Saudara – saudara Kandung
(3) Induk Semang
d) Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed
Consent) atau penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka
menurut hak sebagai berikut:
(1) Ayah/Ibu kandung
(2) Wali yang sah
(3) Saudara – Saudara Kandung
f) Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medik diberikan pleh mereka menurut urutan hal tersebut.
(1) Suami/ Istri
(2) Ayah/ Ibu Kandung
(3) Anak- anak Kandung
(4) Saudara – saudara Kandung
24. Pengelolaan
a. Perencanaan Alat
1) Perencanaan peralatan medis dan non medis disusun berdasarkan hasil
pengkajian, perkiraan kebutuhan, jumlah, jenis pelayanan, dan spesifikasi untuk
mencapai pelayanan medis dan non medis di instansi gadar
2) Dalam membuat perencanaan peralatan medis dan non medis di instalasi gadar
harus memperhatikan beberapa kriteria yaitu kriteria struktur, kriteria proses dan
kriteria hasil.
a) Kriteria struktur meliputi :
(1) Adanya mekanisme perencanaan peralatan medis dan non medis
(2) Adanya standar peralatan medis dan non medis
(3) Adanya data dan informasi jenis pelayanan
(4) Adanya pedoman penghitung kebutuhan alat
(5) Adanya tenaga yang merencanakan peralatan keperawatan dan
kebidanan
b) Kriteria proses meliputi :
(1) Adanya mekanisme perencanaan peralatan medis dan non medis
sesuai standar
(2) Menyusun perencanaan alat secara “ bottom up “
(3) Melaksanakan koordinasi sesuai unit kerja terkait dalam menyusun
perencanaan alat
(4) Kriteria hasil meliputi adanya dokumen perencanaan peralatan medis
dan non medis.
b. Pengadaan Alat
1) Proses pengadaan alat medis dan non medis dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku di rumah sakit untuk mencapai tujuan pelayanan medis dan non
medis
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam pengadaan alat medis dan non
medis maka harus ditunjang dengan :
a) Mekanisme yang jelas pengadaan alat medis dan non medis
b) Dibutuhkan tim pengadaan barang / alat yang dibutuhkan
c) Adanya tim penerima alat yang ditunjuk sesuai sprint karumkit
d) Adanya tenaga keperawatan dalam tim teknis pengadaan penerimaan alat
yang di tetapkan oleh kepala rumah sakit
e) Adanya usulan rencana kebutuhan peralatan medis dan non medis
f) Adanya manual alat
g) Adanya program pelatihan penggunaan alat dan peltihan alat tertentu
h) Pengadaan peralatan harus mempertimbangkan beberapa aspek :
(1) Alat tenun
(a) Menyerap keringat
(b) Mudah dibersihkan
(c) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan
(d) Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien
(e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
(f) Tidak menyebabkan iritasi / perlukaan kulit
(2) Alat Kesehatan
(a) Mudah dibersihkan
(b) Tidak mudah berkarat
(c) Aman penggunaan baik petugas maupun klien
(d) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
(e) Untuk alat – alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan
ergonomic
(f) Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat
(g) Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur
i) Alat pencatatan dan pelaporan
(1) Bahasa sederhana dan mudah di mengerti
(2) Mudah diisi
(3) Ukuran, jenis kertas dan desin terstandar
j) Pemilihan peralatan medis dan non medis didasarkan atas kebutuhan klien
dan provider
k) Sistem distribusi peralatan medis dan non medis (sentralisasi dan
disentralisasi)
c. Distribusi alat
1) Penetapan pendistribusian peralatan medis dan non medis ke unit kerja untuk
mencapai tujuan pelayanan medis dan non medis
2) Untuk menunjang kebijakan rumah sakit dalam pendistribusian peralatan medis
dan non medis di instalasi gadar perlu ditunjang oleh :
a) Mekanisme pendistribusian peralatan
b) Daftar usulan kebutuhan
c) Adanya daftar pendistribusian yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3) Pendistribusian alat yang bersifat rutin (alat kebersihan / alat rumah tangga)
dilakukan setiap bulan pada minggu pertama
4) Pendistribusian alat tenun dan alkes insidentil sesuai dengan kebutuhan
ruangan / unit kerja terkait
d. Penggunaan alat
1) Untuk menjamin alat berfungsi dengan baik sesuai masa pakai umur tekhnis dan
aman bagi pasien dan keluarganya maka pimpinan rumah sakit telah menetapkan
penggunaan peralatan medis dan non medis di instalasi gawat darurat secara
tepat dan bebas sesuai sop / protop
2) Protap penggunaan alat medis dan non medis di instalasi gadar perlu ditunjang
dengan adanya :
a) SPO/ protap penggunaan alat medis dan non medis
b) Tenaga terlatih untuk menggunakan alat tersebut
c) Melaksanakan pencatatan frekuensi penggunaan alat tertentu secara
teratur dan berkala
d) Sebelum menggunakan alat perawat harus :
i. Memahami SPO / protap penggunaan alat medis dan non medis di
instalasi gawat darurat
ii. Mengecek apakah alat tersebut sudah siap pakai
iii. Melakukan kalibrasi alat sesuai jadwal
iv. Mencatat frekwensi penggunaan alat dalam buku yang disediakan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
a. Melaksanakan identifikasi daerah yang berisiko dari aspek gedung dan fasilitas.
b. Melaksanakan pemberian identias kepada staf, pengunjung, vendor, dan area beresiko
c. Melakukan pencegahan kejadian cedera pada pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
d. Melaksanakan pengendalian lingkungan selama masa pembangunan dan renovasi
e. Melaksanakan pemeriksaan seluruh gedung pemeriksaan pasien
f. Melaksanakan proteksi kehilangan dan kerusakan fasilitas
g. Memastikan bahwa rumah sakit bahwa rumah sakit sebagai kawasan bebas rokok
h. Memastikan bahwa badan independen dalam fasilitas pelayanan mematuhi program
keselamatan dan keamanan,bahan berbahaya, magement keadaan darurat,
pengamanan kebakaran.
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok, yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
d. Pengeloaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
e. Pengeloaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit Mawar meliputi semua bidang pelayanan yang ada
dan harus dilakukan secara terencana, terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continue).
Pelayanan gawat darurat adalah salah satu faktor penting dalam proses tindakan penyelamatan
jiwa pasien (Life Saving), sehingga pelayanan ini menjadi salah satu kunci utama dalam proses
pelayanan medik di rumah sakit.
Indikator mutu yang digunakan di Rumkit MAWAR dalam memberikan pelayanan adalah :
Maksud kerangka acuan ini adalah sebagai pedoman di Rumah Sakit Mawar untuk
melakukan evaluasi hasil pelayanan gawat darurat terhadap angka keterlambatan pelayanan
pertama gawat darurat (Emergency Response Time Rate).
Tujuan utama dari kerangka acuan ini adalah untuk memberikan acuan bagi petugas gawat
darurat rumah sakit dalam menghitung angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat
(Emergency Response Time Rate).
32. Penilaian
a. Definisi Operasional
1) Pelayanan pertama gawat darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan
terhadap pasien gawat dan atau darurat dilayani oleh petugas IGD Rumah Sakit
> 5 menit.
2) Petugas IGD adalah petugas yang bekerja di IGD Rumah Sakit Mawar yang telah
dilatih PPGD.
3) Tindakan Life Saving adalah tindakan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa
yang sedang terancam karena penyakit atau luka yang dideritanya.
b. Formula
Banyaknya pasien Gadar yang dilayani > 5 mnt per bulan x 100%
Total pasien yang dilayani di IGD pada bulan tsb
c. Waktu Penilaian
Bulan :
No Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 1. Pasien Gadar yang
dilayani > 5 mnt X X X X X X X X X X X X
Kepala instalasi IGD secara berkala membuat evaluasi tiap 3 bulan dan 6 bulan untuk menilai
pelaksanaan dan keberhasilan program. Hal yang sangat diperhatikan adalah yang berkaitan
dengan indikator mutu pelayanan. Data untuk evaluasi berasal dari laporan rutin tiap bulan yang
disusun oleh petugas penanggung jawab pelaporan.
Untuk kegiatan yang berasal dari program baik berupa pendidikan, pelatihan dan sebagainya,
dilaporkan perkegiatan sesuai dengan TOR nya. Laporan kegiatan dibuat oleh petugas yang
melaksanakan dan evaluasinya dibuat oleh kepala ruangan bersama kepala instalasi .
Hasil evaluasi beserta rekomendasi disampaikan ke manajemen rumah sakit untuk dilakukan
tindak lanjut. Sedangkan laporan kinerja IGD.
untuk konsumsi umum akan dimuat didalam Buletin IGD, yang masih merupakan merupakan
rencana program masa yang akan datang.
BAB IX
PENUTUP
Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Unit Kerja Instalasi Gawat Darurat yang telah kami
susun untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan di IGD Rumah Sakit Mawar .
Selanjutnya buku pedoman ini akan kami evaluasi setiap satu tahun sekali dan revisi sesuai
dengan masukan dan perkembangan situasi saat ini.