Anda di halaman 1dari 40

RUMAH SAKIT

ROYAL PROGRESS
Melayani dengan Penuh Cinta Kasih
Kategori Unit Kerja

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI


GAWAT DARURAT (IGD)

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS


NOMOR 038/SK/DIR/XIII/2010
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan Pelayanan Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Royal Progress diperlukan Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal Progress;
b. Bahwa sehubngan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal
Mengingat

Progress;
: 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/MENKES/PER/XII/1986

tentang

Upaya

Pelayanan

Kesehatan Swasta di bidang Medik, jo Peraturan Menteri


Kesehatan RI No. 084/Menkes/Per/II/XXI/1986;
2. Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia

No

159b/MENKES/PER/II/1988 tentang rumah Sakit.


3. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress
Nomor 11/YSP/KHU/VIII/2010 tahun 2010 tentang Struktur
Organisasi Rumah Sakit Rumah Sakit Royal Progress;
4. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress
Nomor

021/YSP/10/2007

tahun207

tentang

Direktur Royal Progress Internasional Hospital

MEMUTUSKAN
Menetapkan

Penunjukkan

Kesatu

KEPUTUSAN
PROGRESS

DIREKTUR
TENTANG

RUMAH
PEDOMAN

SAKIT

ROYAL

PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ROYAL


PROGRESS
Kedua

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran Rumah


Sakit Royal Progress sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga

Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal


Progress sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua harus
dijadikan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Royal Progress.

Keempat

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di


kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Agustus 2010
Direktur
Dr. Djoti Atmojo, Spa, MARS

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasa atas segala berkat
dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal Progress ini dapat selesai
disusun.
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini merupakan panduan
kerja bagi semua pihak yang terkait dengan unit IGD Rumah Sakit Royal Progress
dalam tata cara pelaksanaan di IGD.
Dalam Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini diuraikan tentang
standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana pelayanan keselamatan kerja dan
pengendalian mutu.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal Progress.
Jakarta, Juli 2009
Penyusun

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................
B. Ruang Lingkup..................................................................................
C. Batasan Operasional..........................................................................
D. Landasan Hukum...............................................................................

1
2
2
5

BAB II STANDAR KETENAGAAN.........................................................

A. Kualifikasi SDM...............................................................................
B. Distribusi Ketenagaan......................................................................
C. Pengaturan Jaga................................................................................

6
6
7

BAB III STANDAR FASILITAS..............................................................

10

A. Denah Ruang.....................................................................................
B. Standar Fasilitas................................................................................
C. Pemeliharaan, Perbaikan, dan Kalibrasi Peralatan............................

10
10
16

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN...................................................

17

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Tatalaksana pendaftaran pasien..........................................................


Tatalaksana sistim komunikasi IGD...................................................
Tatalaksana pelayanan triase..............................................................
Tatalaksana pengisian inform consent................................................
Tatalaksana transportasi pasien..........................................................
Tatalaksana pelayanan false emergency.............................................
Tatalaksana visum et repertum...........................................................
Tatalaksana pelayanan death on arrival (DOA)..................................
Tatalaksana sistim informasi pelayanan pra RS.................................
Tatalaksana sistim rujukan.................................................................

17
17
18
22
22
23
23
24
24
25

BAB V LOGISTIK.......................................................................................

27

BAB VI KESELAMATAN PASIEN...........................................................

31

BAB VII KESELAMATAN KERJA...........................................................

34

BAB VII PENGENDALIAN MUTU..........................................................

36

BAB IX PENUTUP.......................................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

38

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mecegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar,
sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari
maupun dalam keadaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan di tempat
kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
pedoman pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD
Rumah Sakit Royal Progress khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD Rumah Sakit Royal Progress harus berdasarkan pedoman pelayanan
Rumah Sakit Royal Progress.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan instalasi Gawat Darurat meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
-

Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat


Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badanny
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

C. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/
penyakt serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba erada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Tidak Gawat Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misal pasien dengan ilcus peptikum, TBC kulit dan sebagainya.
10. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan social.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1.

Tempat Kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tempat rekreasi,

perbelanjaan, di area olah raga dan lain-lain.


2. Mekanisme Kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu Kejadian
a. Waktu perjananan (traveling/ transport time)
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dari salah satu sistem/ogan di bawah ini, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Susunan saraf pusat


Pernafassan
Kardiovaskular
Hati
Ginjal
Pancreas

Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Trauma/cedera
Infeksi
Eracunan (poisioning)
Degenerasi (failure)
Asfiksi
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam umlah besar (excessive loss of

water and electrolit)


7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secar mantap di rumah sakit.
D. Landasan Hukum
1. Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI 436/MENKES/SK/VI/1993 tentang


berlakunya Standar Pelayanan Di Rumah Sakit.
3. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No
0701/YANMED/RSKS/GDE/VII/1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat
Darurat.
4. Undang-undang no 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah:
No Nama Jabatan
1
As Men Pelayanan

Kualifikasi Formal
SKp/SKM/

Keterangan
Besertifikat

Keperawatan
Ka Ru IGD

setingkat
DIII Keperawatan

BLS/BTCLS/PPGD
Besertifikat

Ka Instalasi Gawat

Dokter Umum

BLS/BTCLS/PPGD
Besertifikat ACL/ATLS

Darurat
Perawat Pelaksana

DIII Keperawatan

Besertifikat

BLS/BTCLS/PPGD
Besertifikat ACL/ATLS

5
6

IGD
Dokter IGD
TPK

Dokter Umum
SMU

B. D

si Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu:
a. Untuk Dinas Pagi:
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertipikat BLS.
Kategori:
1 orang Ka Ru
1 orang Pelaksana
b. Untuk Dinas Sore:
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertipikat BLS.
Kategori:
1 orang Penanggungjawab Shift
1 orang Pelaksana
c. Untuk Dinas Malam:
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertipikat BLS.
Kategori:
1 orang Penanggungjawab Shift
1 orang Pelaksana
C. Pengaturan Jaga

i
t

b
u

I. Pengaturan Jaga Perawat IGD


Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawaban oleh
Kepala Urusan (kaur) IGD dan disetujui oleh As Men Pelayanan

Keperawatan.
Jadwal dinas dibuat untuk angka waktu satu bulan dan direalisasikan ke

perawat pelaksana IGD setiap satu bulan.


Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbag serta tidak mengganggu

pelayanan, maka permintaan disetujui).


Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat penanggug jawab shift (PJ Shift)
degan syarat pendidikan minimal DIII Keperawatan dan masa kerja minimal 2

tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.


Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,

libur dan cuti.


Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahukan Kaur IGD: 2 jam sebelum dinas pagi, 4
jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kaur IGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti.
Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
maka KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang

hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.


Apabila ada tenaga perawat yang tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (tidak terencana), maka KaRu IGD akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
Apabila perawat pengganti tidak didapatkan, maka perawat yang dinas pada
shift sebelumnya wajib untuk menggantikan (prosedur pengaturan jadwal
dinas perawat IGD sesuai SOP terlampir).

II. Pengaturan Jaga DokterIGD


7

Pengaturan jadwal doter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi


Gawat Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan.
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga
di mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
-

dengan jadwal yang telah ditetapkan maka:


Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,

serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.


Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan

harus

menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter


tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yag
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dikter jaga shift sebelumya wajib
untuk menggantikan (prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai
IGD SOP terlampir).
III.

Pengaturan Jaga Dokter Konsulen


Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager
Pelayanan.
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah

diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu


sebelum jaga dimulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal seingga tidak dapat jaga

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan maka:


Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,
serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.

Untuk

yang

tidak

terencana,

dokter

yang

bersangkutan

harus

menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di


harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti,
apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan
wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
I.
Fasilitas & Sarana
IGD Rumah Sakit Royal Progress berlokasi di lantai 1 gedung utama yang
terdiri dari ruangan triase, ruang sesusitasi, ruang tindakan bedah, ruang tindakan
non bedah dan ruang observasi.
Ruang resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan bedah
terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 (dua)
tempat tidur, ruangan tindakan observasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur.
II.

Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan

Gawat Darurat Departemen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan


terhadap pasien Gawat Darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defibrillator.
a. Alat-alat untuk ruang resusitasi
1. Mesin suction (set)
2. Oxygen lengkap dengan flowmeter (1 set)
3. Laringoskope anak dan dewasa (1 set)
4. Spuit semua ukuran (masing-masing 10 buah)
5. Oropharingeal air way (sesuai kebutuhan)
6. Infus set/transfuse set (5/5 buah)
7. Brandcar fungsional diatur psisi tredelenberg, ada gantungan infus &
penghalang (1 buah)
8. Guntung besar (1 buah)
9. Defirbrilator (1 buah)
10. Monitor EKG (1 buah)
11. Trolly emergency yang berisi alat-alat untuk melakukan resusitasi (1 buah)
12. Papan resusitasi (1 buah)
13. Ambu bag (1 buah)
14. Stetoskop (1 buah)
15. Tensi meter (1 buah)
16. Thermometer (1 buah)

10

17. Tiang infus (1 buah)


b. Alat-alat untuk ruang tindakan bedah
1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set)
2. Verban segala ukuran
- 4x5 cm (5 buah)
- 4x10cm (5 buah)
3. Vena seksi set (1 set)
4. Extraksi kuku (2 set)
5. Hecting set (5 set)
6. Benang-benang /jarum segala jenis ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah)
- Silk Black2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah)
- Jarum (1 set)
7. Lampu sorot (1 buah)
8. Kassa (1 tromel)
9. Cirkimsisi set (1 set)
10. Ganti verban set (3 set)
11. Stomach tube/NGT
- Nomer 12 (3 buah)
- Nomer 16 (3 buah)
- Nomer 18 (2 buah)
12. Spkulum hidung (2 buah)
13. Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc (5 buah)
- 2,5 cc (5 buah)
14. Infus set (1 buah)
15. Dower Chateter segala ukuran
- Nomer 16 (2 buah)
- Nomer 18 (2 buah)
16. Emergency lamp (1 buah)
17. Stetoskop (1 buah)
18. Tensimeter (1 buah)
19. Thermometer (1 buah)
20. Elastis verban seusai kebutuhan
- 6 inchi (1 buah)
- 4 inchi (2 buah)
- 3 inchi (1 buah)
21. Tiang infus (2 buah)
c. Alat-alat untuk ruang tindakan non bedah
1. Stomach tube/NGT
- Nomer 16 (2 buah)
- Nomer 18 (2 buah)
- Nomer 12 (3 buah)
2. Urine bag (3 buah)
3. Otoscope
11

4.
5.
6.
7.
8.

Nebulizer (1 buah)
Mesin EKG (1 buah)
Infus set (1 buah)
IV chateter semua nomer (1 set)
Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc (5 buah)
- 5 cc (5 buah)
- 2,5 cc (5 buah)
- 10 cc (5 buah)
- 20 cc (3 buah)
- 50 cc (3 buah)
9. Tensimeter (1 buah)
10. Stetoskop (1 buah)
11. Thermometer (1 buah)
12. Tiang infus (1 buah)
d. Alat-alat untuk ruang observasi
1. Tensi meter (1 buah)
2. Oxygen lengkao dengan flow meter (1 buah)
3. Thermometer (1 buah)
4. Stetoskop (1 buah)
5. Standar infus (1 buah)
6. Infus set (1 buah)
7. IV chateter segala ukuran (1 set)
8. Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc (5 buah)
- 5 cc (5 buah)
- 2,5 cc (5 buah)
- 10 cc (5 buah)
- 20 cc (3 buah)
- 50 cc (3 buah)
e. Alat-alat dalam trolly emergency
I.
Obat Life Saving (terlampir pada standar obat IGD Rumah Sakit Royal
II.
III.

Progress)
Obat penunjang (terlampir paa standar obat IGD Rumah Sakit Royal Progress.
Alat-alat kesehatan
1. Ambu bag/ air viva untuk dewasa & anak (1 buah/1 buah)
2. Oropharingeal airway
- Nomer 3 (2 buah)
- Nomer 4 (2 buah)
3. Laryngoscope dewasa & anak (1 set)
4. Magyl forcep
5. Face mask (1 buah)
6. Urine bag non steril (5 buah)
7. Spuit semua ukuran

12

8. Infus set (1 set)


9. Endotracheal tube (dewasa & anak)
- Nomer 2,5 (1 buah)
- Nomer 3 (1 buah)
- Nomer 4 (1 buah)
- Nomer 7 (1 buah)
- Nomer 7,5 (1 buah)
- Nomer 8 (1 buah)
10. Slang oksigen sesuai kebutuhan
11. Stomach tube/NGT
- Nomer 16 (2 buah)
- Nomer 18 (2 buah)
- Nomer 12 (3 buah)
12. IV chateter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath/Terumo (2/2 buah)
- Nomer 20 cath/Terumo (2/16 buah)
- Nomer 22 cath/Terumo (2/11 buah)
13. Suction chateter segala ukuran
14. Neck collar ukuran S/M (2/1)
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit Royal Progress,
saat ini memiliki 2 (dua) unit ambulan yang kegiatannya berada dalam koordinasi
IGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


A. Perlengkapan Ambulan
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rorate
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik/stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel
B. Alat & Obat
1. Tabung oksigen (1 buah)
2. Mesin suction (1 buah)
3. Monitor EKG
4. Stetcher (1 buah)
5. Scope (2 buah)

13

6. Piala Ginjal (5 buah)


7. Tas emergency yang berisi:
- Obat-obatan untuk life saving
- Cairan infus; RL, NaCl 0,9% (5/10 kolf)
- Senter (2 buah)
- Stetoskop (3 buah)
- Tensimeter (1 buah)
- Piala ginjal (5 buah)
- Oropharingeal air way
- Gunting verbal (2 buah)
- Tongue Spatel (1 buah)
- Reflex hummer (2 buah)
- Infus set (1 buah)
- IV chateter (Nomer 20, 18: 2:2)
C. Pemeliharaan, Perbaikan Dan Kalibrasi Peralatan
Setiap peralatan yang ada baik medis dan non medis harus dilakukan
pemelihraan, perbaikan dan kalibrasi agar peralatan dapat tetap terpelihara dan
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.

Tujuan:
a. Agar peralatan yang ada dapat dgunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan.
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
diinginkan.
c. Agar peralatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.
d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis

yang diperlukan.
Prosedur:
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang intensif mengisi buku
permintaan perbaikan rangka 3 (putih, merah dan kuning) dan diantar ke
bagian teknisi beserta alat yang rusak.
b. Setelah alat di perbaiki di teknisi, alat dikembalikan ke ruang intensif
c. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh teknisi internal maka diperbaiki oleh
teknisi luar (melalui bagian pembelian).

14

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. TATALAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
- Petugas Admission
II. Perangkat Kerja
- Status medis
III.
Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien/keluarga di
bagian admission (SPO-IGD-045)
2. Bila keluarga tidak ada petuga IGD bekerja sama dengan sekuriti untuk
mencari identita pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian asmission akan memberikan
status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung di berikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga/penangung jawab melakukan
pendaftaran di bagian admission.
B. TATALAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD
I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas operator
- Dokter/perawat IGD
II. Perangkat Kerja
- Pesawat telepon
- Handphone
III.
Tatalaksana Sistim Komunikasi IGD
1. Antara IGD dengan unit lain dalam Rumah Sakit Royal Progress adalah
dengan nomor extension masing-masing unit (SPO-IGD-008).
2. Antara IGD dengan dokter konsulen/rumah sakit lain/ yang terkait dengan
pelayanan di luar rumah sakit adalah menggunaan pesawat telepon langsung
dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang dimiliki oleh dokter jaga atau
melalui bagian operator (SPO-IGD-009).
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada di lapangan menggunakan
pesawat telephone dan handphone (SPO-IGD-038).

15

C. TATALAKSANA PELAYANAN TRIASE


I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoskope
- Tensimeter
- Status medis
III.
Tatalaksana Pelayanan Triase
1. Pasien/keluarga mendaftar ke bagian admission (SPO-IGD-045).
2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan (SPO-IGD-044).
3. ATS (Australian Triage Scale) I
Keadaan mengancam kehidupan, harus segera dilaukan tindakan.
Gambaran Klinis:
a. Henti Jantung
b. Henti Nafas
c. Distress pernafasan
d. Frekuansi pernafasan <10x/menit
e. Sesak berat
f. Tekanan darah <80 mmHg atau shock pada anak dan bayi.
g. Tidak ada respon/respon hanya dengan rangsang nyeri (GCS<9)
h. Kejang yang sedang berlangsung
i. Gangguan jiwa, dengan ancaman kekerasan yang segera.
j. Overdosis obat intravena atau hipoventilasi.
k. Pasien ditempatkan di ruang resusitasi
4. ATS (Australian Triage Scale) II
Ancaman tehadap kehidupan/organ tubuh akan rusak atau gagal jika tiak di
lakukan tindakan alam 10 menit.
Gambaran klinis:
a. Resiko gangguan pada jalan nafas, ngorok berat
b. Sesak nafas
c. Sirkulasi terganggu
- Kulit dingin, perfusi buruk
- HR <50 atau >150 x/menit
- Hipotensi
- Kehilangan banyak darah
- Nyeri dada
d. Nyeri hebat dengan penyebab lain
e. BSL<2mmol/lt
f. GCS<13, penurunan respon
g. Hemiparese/dysphasia mendadak
16

h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Demam dengan tanda-tanda kejang


Asam atau basa yang mengenai mata
Multiple trauma, trauma lokal berat (fraktur berat, amputasi)
Riwayat resiko tinggi (pemakaian sedative atau obat toksik lainnya)
Keracunan
Nyeri hebat pada kehamilan di luar kandungan (extra uterine gravidarum)
Kasus-kasus psychiatri:
Kekerasan/agresivitas
Ancaman terhadap diri sendiri
Kecanduan atau beringas
Pasien ditempatkan di ruang resusitasi

5. ATS (Australian Triage Scale) III


Pemeriksaan dan pengobatan dimulai dalam waktu 30 menit berpotensi
mengancam kehidupan
Gambaran klinis:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hipertensi berat
Kehilangan banyak darah
Nafas pendek
SaO2 90-95%
BSl > 16mmol/lt
Demam sebab lain misalnya akibat kekebalan yang menurun, reaksi

steroid.
Muntah persisten
Kurang cairan (dehidrasi)
Cedera kepala
Nyeri hebat dengan sebab lain sehingga memerlukan obat analgestik
Nyeri dada bukan karena jantung
Nyeri perut, usia pasien > 65 tahun
Cedera ektremitas seang (deformitas, laserasi berat)
Terganggunya sensasi raba pada ekstremitas (denyut nadi tidak teraba)
Trauma dengan riwayat yang beresiko tinggi
Anak-anak beresiko
Psychiatri
- Sangat stress, risiko untuk melukai diri sendiri
- Psichotik mendadak
- Krisis keadaan
- Ketagihan/potensi untuk menyerang
r. Riwayat kejang
s. Pasien ditepatkan di ruang resusitasi atau ruang bedah/non bedah
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

17

6. ATS (Australian Triage Scale) IV


Pemeriksaan dan pengobatan dimulai dalam waktu 60 menit berpotensi
mengancam jiwa.
Gambaran klinis:

a. Pendarahan sedang
b. Aspirasi benda asing, tidak distress pernafasan
c. Cedera pada dada tanpa gangguan pada perafasan
d. Ceder kepala ringan tanpa penurunan kesadaran
e. Nyeri sedang
f. Muntah atau diare tanpa dehidrasi
g. Visus normal, inflamasi atau benda asing pada mata
h. Trauma ekstremitas ringan, pergelangan kaku terkilir
i. Nyeri abdomen tidak spesifik
j. Psychiatri
Masalah kesehatan mental
- Dalam pengawasan dan tidak ada risiko langsung terhadap diri sendiri

atau orang lain


k. Pasien ditempatkan di ruang bedah/non bedah
7. ATS (Australian Triage Scale) V
Penilaian dan pengobatann dimulai dalam waktu 120 menit.
Gambaran klinis:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Nyeri ringan
Resiko ringan dan tidak ada gejala klinis
Gejala ringan dari sakit yang stabil
Gejala ringan dari kondisi resiko rendah
Luka lecet yang ringan (tidak memerlukan penjahitan luka)
Imunisasi
Psikiatri
Gejala kronok
Krisis social, secara klinis pasien sehat
Pasien ditempatkan di ruang non bedah

D. TATALAKSANA PENGISIAN INFORM CONSENT


I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
III.
Tatalaksana Pengisian Inform Consent

18

1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian


informed consent pada pasien/keluarga pasien (SPO-IGD-037) disaksikan
oleh perawat.
2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
3. Setelah diisi dimasukan dalam status medik pasien.
E. TATALAKSANA TRANSPORTASI PASIEN
I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas IGD
- Supir Ambulan
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Alat tulis
III.
Tatalaksana Transportasi Pasien
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Rumah Sakit Royal
Progress sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD
(SPO-IGD-046)
2. Perawat IGD menuliskan data-data/penggunaan ambulan (nama pasien ruang
rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan).
3. Perawat IGD menghubungi bagian/supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan.
4. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
F. TATALAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat admission
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoskop
- Tensi meter
- Alat tulis
III.
Tatalaksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien/keluarga mendaftar di bagian asmission (SPO-IGD-001)
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien di ruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga/penanggung jawab
5. Bila perlu dirawat observasi pasien dianjurkan kebagian admission
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang

19

7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter.


G. TATALAKSANA PELAYANAN VISUM REPERTUM
I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum IGD
III.
Tatalaksana Pelayanan Visum Repertum
1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian (SPO-IGD-022)
2. Status permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekan medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait.
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang
asli diberikan pada pihak kepolisian
H. TATALAKSANA PELAYANAN DEATH IN ARRIVAL (DOA)
I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
- Petugas Satpam
II. Perangkat Kerja
- Senter
- Stetoskop
- EKG
- Surat Kematian
III.
Tatalaksana Pelayanan Death In Arrival (DOA)
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD (SPO-IGD020)
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
4. Jenazah ditempatkan/diserah terimakan di ruang jenazah dengan bagian
umum/keamanan.
I. TATALAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH
SAKIT
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
20

- Handphone
III.Tatalaksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
2.
-

pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD Rumah Sakit Royal Progress.
Isi informasi mencakup:
Keadaan umum (kesadaran dan tanda-tanda vital)
Peralatan yang diperlukan di IGD (suction, monitor, defibrillator)
Kemungkinan untuk di rawat di unit intensif care (SPO-IGD-011)
Perawat IGD melaporkan kepada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari
petugas ambulan.

J. TATALAKSANA SISTIM RUJUKAN


I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter IGD
- Perawat IGD
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Formulir persetujuan tindakan
- Formulir rujukan
III.Tatalaksana Sistim Rujukan
1. Alih Rawat
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan di rujuk
- Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
-

mengenai keadaan umum pasien (SPO-IGD-017)


Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi

Rumah Sakit Royal Progress/ambulan 188 sesuai kondisi pasien.


2. Pemeriksaan Diagnistik
- Pasien/keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
3.
-

informed consent.
Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
Perawat IGD menghubungi petugas ambulan Rumah Sakit Royal Progress
Spesimen
Pasien.keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan spesimen
Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
Dokter jaga mengisi formulir pemeriksaan dan diserahkan ke petugas

laboratorium
Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju.

21

BAB V
LOGISTIK
Standar obat IGD Rumah Sakit Royal Progress
I.

Obat Love Saving


a. Injeksi
No

Nama Obat

Satuan

Jumla

1
2

Adona AC 10 ml
Alupent

Ampul
Ampul

h
6
2

Aminophili

Ampul

14

4
5
6

Atripin sulfat
Buscopan
Catapres

Ampul
Ampul
Ampul

125
14
3

7
8

Cedation
Cortidex

Ampul
Ampul

5
6

9
10
11

Diazepam
Dicyone
Dormicum

Ampul
Ampul
Ampul

5
5

12

Ephinephrin

Ampul

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Lasik
Lidocain
Metro clopramide
Nicholin 250 mg
Nicholin 100 mg
Naotropil 1 gr
Novalgin
Orodexon
Phenobarbital
Pethidine
Pulmicortn Naspv
Ranitidine
Remopain
Renatoc

Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul

16
94
5
2
2
5
5
4
2
2
8
5
5
2

22

Jenis Obat
Haemostatic
Anti asthmatic dan
COPD Preparations
Anti asthmatic dan
COPD Preparations
Anti spasmodics
Anti spasmodic
Other Anti
hypertensive
Anti emetics
Corticosteroid
Hormones
Minor Transquilizer
Haemostatic
Hypnotics dan
sedative
Asatetic lokal &
general
Diuretics
Anastetic lokal
Anal emetic
Neuroprotector
Neuroprotector
Neuroprotector
Analgetik
Anti inflamasi
Sedative
Sedative
Broncodilator
Antacida
Analgetik
Antacida

27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Toradol 50 mg
Panadol
Transamin
Valium
Wit K
Trramal 100 mg
ATS 1500 u
Vaksin Engerik B-In-1
Vaksin Engerik
Kaliun Klorida
Meylon 25 ml
Meylon 100ml

Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Tube
Tube
Falcon
Falcon
Falcon

1
5
7
14
2
1
10
3
2
6
9
1

Satuan

Jumla

Analgetik
Analgetik
Haemostatics
Sedative
Anti pendarahan
Analetik
Anti tetanus
Vaksinasi hepatitis
Vaksinasi hepatitis
Elektrolit

b. Tablet
No

Nama Obat

Adalat 5 mg

Tablet

h
10

Adalat 10 mg

Tablet

10

3
4

Cedocard 5 mg
Nitrobat

Tablet
Tablet

8
10

Jumla

Jenis Obat
Anti
hypertensi/betabloker
Anti
hypertensi/betabloker
Anti angina
Nitrogliserida

c. Cairan infus
No

Nama Obat

Satuan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Asering
Dextrose 5% 250 ml
Dextrose 5% 500 ml
Dextrose 10% 500 ml
Dextrose in Saine 0,225
Dextrose 0,5 Darrow
Kaen 3B
Kaen 3A
Larutan 2A
Manitol 250cc
NaCl 0,09 % 250 ml
NaCl 0,09 % 500 ml
NaCl 3%
Ringer dextrose

Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf
Kolf

h
4
2
8
5
2
3
1
1
7
2
1
5
1
6

23

Jenis Obat

15
16
17

Ringer lactat
Ringer solution
Dex 40% 25ml

Kolf
Kolf
Flalon

13
2
6

Satuan

Jumla

d. Suppositoria
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Obat
Amicain Supp
Primperan sup child
Primperan sup adult
Paracetamol sup
Propyretic 160 mg
Proris sup
Stesolid 5 mg rect
Stesolid 10 mg rect

h
2
3
1
1
1
6
5
7

Supp
Supp
Supp
Supp
Supp
Supp
Tube
Tube

Jenis Obat
Anti emetic
Anti emetic
Anti emetic
Anti piretik, analgetik
Anti piretik, analgetik
Anti piretik, analgetik
Sedative
Sedative

II. Obat Penunjang


a. Injeksi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Obat
Cedanton
Calcium gluconas
Zantadin
Lanoxin
Neurobion 5000
Papaverin
Sotatik
Cortisone Asetat
Kanamycin 1 gr
Procain Penicillin

Satuan

Jumla

Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Ampul
Flacon
Flacon
Flacon

h
5
3
5
2
5
12
8
4
10
2

Satuan

Jumla

Jenis Obat
Anti emetic
Vitamin (elektrolit
Antasida
Cardiac drugs
Vitamin
Anti spasmudics
Anti emetic
Anti inflamasi
Antibiotic
Antibiotic

b. Obat tablet
No

Nama Obat

Aspilet

Tablet

h
7

2
3
4

Inderal
Inopamil
Isorbid

Tablet
Tablet
Tablet

5
5
2
24

Jenis Obat
Anti coagulans, anti
trombotics
Beta-blockers
Cardiac drugs

5
6
7

Merislon
Propanolol
Strocain

Tablet
Tablet
Tablet

2
3
5

8
9

Norit
Ponstan

Tablet
Tablet

15
2

25

Anti vertigo
Beta blockers
Antacis & anti
ulcerant
Analgetic &
antipiretic

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:

Asesmen resiko
Indentifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:

Kesalahana akibat melaksanakan suatu tindakan


Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien d rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1.
2.
3.
4.

Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien.


5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpnan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
26

ADVERSE EVENT
Adalah suati kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penuakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oeh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir.
KEJADIAN NYARIS CIDERA (KNC)
Near Miss
Adalah suatu kesalaham akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi:

Karena keberuntungan
Karena pencegahan
Karena peringanan

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event:
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan ataiu tidak dapat diterima,
seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.

27

Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehigga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
C.
a.
b.
c.
d.
e.

Tata Laksana
Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
Melaporkan pada dokter jaga IGD
Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
Mengobservasi keadaan umum pasien
Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden
Keselamatan

28

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14000 penduduk berusian 15-49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara-negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIB/AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migrant, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus
kulit:tato, tindik dll)
Penyakit hepatitis B dan C yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada
tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C di masyarakat mnurut perkiraan WHO
adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena
tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut di atas memperkat keinginan
untuk mengembangkan dan menalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dinkenal melalui
Kewaspadaan Umum atau Universal Precaution yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi Petugas Kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga

29

kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya,
untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan
prinsip Universal Precaution
III.

Tindakan yang Beresiko Terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
e. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

IV.

Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja

adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pegelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah terjadinya perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

30

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Royal Progress dalam
memberikan pelayanan adalah angka kematian pasien tru emergency, angka
keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan variable dumlah penderita yang
dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang
sama.
Angka ini dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.

31

BAB IX
PENUTUP
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal Progress
ini mempunyai peranan yang pentinga sebagai pedoman bagi pemberi jasa peayanan
keperawatan yang bertugas di IGD, sehingga mutu pelayanan yang diberikan kepada
pasien dapat terus ditingkatkan.
Penyususnan Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini adalah
seuatu langkah awal kesuatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan
dan kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.

32

DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Pelayanan Gawat Darurat, Depkes RI Direktorat Rumah Sakit Khusus
dan Swasta, 1995, Edisi Kedua.
2. Standar Sistem Penanggulangan gawat Daurat Terpadu (SPGDT), Sub Direktorat
Pelayanan Medik Khusus dan Matra Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Dasar
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI, 2004.

33

34

Anda mungkin juga menyukai