Anda di halaman 1dari 9

EPIDEMIOLOGI PERILAKU

Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin Pada Penduduk Umur ≥3


Tahun Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Sulawesi Tenggara Riskesdes
2018

NAMA : NINING ASTIKA

NIM : J1A120198

KELAS : PROMKES

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Latar Belakang

Makanan asin merupakan makanan yang dominan rasa asin


serta mengandung natrium. Anjuran Kemenkes dalam mengkonsumsi
natrium perharinya yaitu <2000 mg. Natrium tidak hanya dari garam
dapur saja sebagai contoh makanan asin yang mengandung natrium
tinggi adalah produk olahan makanan seperti ikan yang di awetkan,
abon, makanan kalengan, asinan buah dan sebagainya (Kemenkes,
2019).

Konsumi makanan asin dengan kategori sering akan


berdampak pada jumlah natrium yang masuk dalam tubuh.
Mengkonsumsi natrium tinggi akan berdampak pada tubuh meretensi
cairan yang meningkatkan tekanan darah dan kelebihan asupan
natrium juga dapat memperkecil ukuran diameter arteri sehingga
jantung dengan keras memompa melalui ruang yang kecil dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Hal ini benarkan dengan
hasil penelitian Andriansz, Rottie, Lolong (2016) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan asin dengan
kejadian hipertensi pada.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan keadaan tekanan


darah sistole dan diastole meningkat 140/90 mmHg lebih dalam kurun
waktu 2 kali pengukuran tekanan darah pada kondisi beristirahat.
Hipertensi ialah kondisi saat tekanan darah mengalami peningkatan
serta menekan pembuluh darah secara kronik. Aktivitas fisik dan
konsumsi makanan asin merupakan salah satu faktor yang berkaitan
dengan kejadian hipertensi. Masyarakat yang banyak mengkonsumsi
makanan asin dan memiliki aktivitas fisik yang kurang akan beresiko
tereka hipertensi lebih besar.

Tahun 2018 World Health Organization menyatakan prevalensi


hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Asia
Tenggara memiliki angka prevalensi sebesar 36% total penduduk.
World Health Organization (WHO) secara global memperkirakan
sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi pada
tahun 2017 (WHO 2017). World Heart Federation tahun 2018
memperkirkan 40% dari penduduk doseluruh dunia menderita
hipertensi (World Heart Federation 2018). Hipertensi menyebabkan 8
juta penduduk diseluruh dunia meninggal setiap tahunnya, dimana
hampir 1,5 juta penduduk diantaranya terdapat di kawasan Asia
Tenggara (Tarigan et al. 2018).

Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi


di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18
tahun adalah sebesar 34,1% dengan provinsi prevalensi tertinggi
adalah Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah dalah provinsi
Papua sebesar 22,2%. Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah hipertensi
tahun 2015 sebesar 22.312 penderita, tahun 2016 sebesar 29.749
penderita, tahun 2017 meningkat menjadi 31.817 orang (38,60%),
tahun 2017 masih meningkat dengan jumlah 36.243 penderita (Dinkes
Sultra 2017; Dinkes Sultra 2018). Data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Kendari penderita Hipertensi pada tahun 2016
sebanyak 10.559 penderita. Pada tahun 2017 sebanyak 9.933
penderita,pada tahun 2018 sebanyak 13.140 penderita Hipertensi
(Dinkes Kota Kendari 2018).

Berdasarkan Riskesdas Nasional tahun 2018 hipertensi di


Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,31 % dan prevalensi
hipertensi di Provinsi Riau selama lima tahun terakhir juga mengalami
peningkatan sebesar 7,5%. Provinsi Riau penyakit hipertensi
merupakan urutan kedua dalam sepuluh penyakit terbanyak (Dinkes
Provinsi Riau, 2019) yang sering dialami kelompok lanjut usia dengan
prevalensi pada kelompok umur 55-64 tahun 45.6%, kelompok umur
65-74 tahun 61.8% dan kelompok umur 75 tahun ke atas 72.5%.
(Ridwan, 2014).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 bahwa terdapat 23,7


% dari 1,7 juta kematian akibat hipertensi di Indonesia. Kalimantan
Selatan merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi dengan
kisaran 44,1%, sedangkan Provinsi Papua memiliki prevalensi
terendah yaitu 22,2%, namun khusus Provinsi Sulawesi Tenggara
menduduki urutan ke 18 dari 34 provinsi dengan prevalensi hipertensi
mencapai 29,8%.2 Berdasarkan pada pernyataan Dinas Kesehatan
Sulawesi Tenggara tahun 2019 kasus hipertensi masih menempati
urutan ke dua dari 10 penyakit tertinggi tercatat, yaitu berjumlah
57.160 kasus (26,8%) dan Kabupaten Buton Utara kasus hipertensi
tercatat, yaitu sebesar 2.724 kasus (26,4%).

Proporsi kebiasaan konsumsi makanan asin pada penduduk


umur ≥3 tahun menurut kabupaten/kota, provinsi sulawesi tenggara
riskesdes 2018 untuk kota kendari menduduki urutan pertama
kemudian disusul kabupaten/kota konawe selatan dan yang paling
rendah adalah kabupaten/kota konawe kepulauan

Dalam bidang kesehatan tentunya tidak terlepas dari suatu


masalah dan untuk mengetahui penyebab masalah tersebut dalam
perencanaan progam kesehatan terdapat beberapa cara, salah satunya
adalah dengan menggunakan diagram Fishbone. Diagram Fishbone
(Tulang Ikan) yang ditemukan oleh Ishikawa merupakan metode yang
sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia untuk membantu
dan memampukan setiap orang atau organisasi dalam mengidentifikasi
faktor penyebab masalah dan menyelesaikan masalah dengan tuntas
sampai ke akarnya. Berikut adalah gambar dari diagram fishbone
mengenai Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin Pada
Penduduk Umur ≥3 Tahun Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi
Sulawesi Tenggara Riskesdes 2018 dengan masalah Rendahnya
pengetahuan tentang konsumsi makanan asin bisa menyebabkan
hipertensi :
Gejala kondisi tubuh
yang mengalami
dehidrasi
Biasa dengan makanan asin

Gunakan cuka
sebagai pengganti
garam dalam olahan
Edukasi Mengonsum
makanan
mengenai batas Bawa botol si buah dan
asupan garam minuman sayuran
kemanapun pergi
Rendahnya pengetahuan
tentang konsumsi
makanan asin bisa
menyebabkan
hipertensi
Edukasi mengenai Mengganti cemilan
Mengontrol dan asin dengan cemilan
mengelola stress buah Memasak mandiri
Kurangi dengan baik
konsumsi
cemilan saat
stress Edukasi mengenai
Konsumsi bahay
cemilan jeruk mengonsumsi
makanan junkfood
Masukan bumbu
bebas garam dalam
Suka konsumsi
masakan
Stress cemilan

Kebiasaan konsumsi
makanan cepat saji
Daftar Pustaka

Amalina, F., Ilmi, M. B., Hayati, R., & Fauzan, A. (2022). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pra Lansia di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Sungai Karias. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 11(2),
260. https://doi.org/10.36565/jab.v11i2.533
B, H., Akbar, H., Langingi, A. R. C., & Hamzah, S. R. (2021). Analisis Hubungan
Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Journal Health &
Science : Gorontalo Journal Health and Science Community, 5(1), 194–201.
https://doi.org/10.35971/gojhes.v5i1.10039
Fitri, Ihsan, H., & Siti Hadrayanti Ananda. (2022). Hubungan Konsumsi Natrium
dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Pesisir
Lingkungan Lemo-Lemo, Kabupaten Bombana. 9, 1–7.
Kamalia, L. O. (2022). Studi Etnografi Perilaku Konsumsi Makanan Laut (
Seafood ) Pada Penderita Hipertensi Ethnographic Study of Seafood
Consumption Behavior in Hypertension Sufferers. Jurnal Healthy Mandala
Waluya, 1(2), 96–108.
Kesehatan Marendeng, J., Rafiqah Masykur, A., Basri, M., Yunding, M., Yaman,
I., Muslim Indonesia, U., Kesehatan Kabupaten Majene, D., Kementerian
Kesehatan, P. R., & Studi Ilmu Keperawatan Stikes Marendeng, P. (2022).
Pemetaan Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Usila Diwilayah
Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. VI, No.
I(I), 1–14. http://e-jurnal.stikmar.ac.id/DOI:https://doi.org/
Konawe, S., & Circumference, W. (2022). https://stikes-nhm.e-
journal.id/OBJ/index. 77–85.
Marsita, S., Nurmawan, & Indriastuti, D. (2020). Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi pada Lansia Di Wilayah Pesisir Puskesmas Abeli Kota Kendari.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Celebes, 02(01), 18–24.
Masitah, R., & Sulistya. (2021). Jurnal Kesehatan Jurnal Kesehatan. Jurnal
Kesehatan, 8(1), 10–15.
Musdalifah, Indriastuti, D., & Syahwal, M. (2020). Budaya Makan Masyarakat
Pesisir Yang Beresiko Terjadi Hipertensi Pada Lansia Dini di Kabupaten
Konawe. Jurnal Keperawatan, 4(2), 2.
Norliani. (2020). Aktivitas Fisik , Konsumsi Makanan Asin dan Kejadian
Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan Physical Activity , Consumption
of Salty Foods and the Occurrence of. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA), 2(1),
1–8.
Rizal, Y., Maharani, N., Putri, A., & Kaloka, R. M. (2022). “ Sakti ”
Mengendalikan Hipertensi di UPT Puskesmas Sambit Kabupaten Ponorogo.
5(2), 207–217.
Ulva, S. M., & Iriyanti, E. (2021). Risk Factors of Hypertension Incidence at the
Age of 20-45 Years. MIRACLE Journal Of Public Health, 4(2), 214–223.
https://doi.org/10.36566/mjph/vol4.iss2/258
Yulianda, H. (2021). Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Asin Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Provinsi Riau. Naskah Publikasi, i–14.
Amalina, F., Ilmi, M. B., Hayati, R., & Fauzan, A. (2022). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pra Lansia di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Sungai Karias. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 11(2),
260. https://doi.org/10.36565/jab.v11i2.533
B, H., Akbar, H., Langingi, A. R. C., & Hamzah, S. R. (2021). Analisis Hubungan
Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Journal Health &
Science : Gorontalo Journal Health and Science Community, 5(1), 194–201.
https://doi.org/10.35971/gojhes.v5i1.10039
Fitri, Ihsan, H., & Siti Hadrayanti Ananda. (2022). Hubungan Konsumsi Natrium
dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Pesisir
Lingkungan Lemo-Lemo, Kabupaten Bombana. 9, 1–7.
Kamalia, L. O. (2022). Studi Etnografi Perilaku Konsumsi Makanan Laut (
Seafood ) Pada Penderita Hipertensi Ethnographic Study of Seafood
Consumption Behavior in Hypertension Sufferers. Jurnal Healthy Mandala
Waluya, 1(2), 96–108.
Kesehatan Marendeng, J., Rafiqah Masykur, A., Basri, M., Yunding, M., Yaman,
I., Muslim Indonesia, U., Kesehatan Kabupaten Majene, D., Kementerian
Kesehatan, P. R., & Studi Ilmu Keperawatan Stikes Marendeng, P. (2022).
Pemetaan Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Usila Diwilayah
Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. VI, No.
I(I), 1–14. http://e-jurnal.stikmar.ac.id/DOI:https://doi.org/
Konawe, S., & Circumference, W. (2022). https://stikes-nhm.e-
journal.id/OBJ/index. 77–85.
Marsita, S., Nurmawan, & Indriastuti, D. (2020). Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi pada Lansia Di Wilayah Pesisir Puskesmas Abeli Kota Kendari.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Celebes, 02(01), 18–24.
Masitah, R., & Sulistya. (2021). Jurnal Kesehatan Jurnal Kesehatan. Jurnal
Kesehatan, 8(1), 10–15.
Musdalifah, Indriastuti, D., & Syahwal, M. (2020). Budaya Makan Masyarakat
Pesisir Yang Beresiko Terjadi Hipertensi Pada Lansia Dini di Kabupaten
Konawe. Jurnal Keperawatan, 4(2), 2.
Norliani. (2020). Aktivitas Fisik , Konsumsi Makanan Asin dan Kejadian
Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota Medan Physical Activity , Consumption
of Salty Foods and the Occurrence of. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA), 2(1),
1–8.
Rizal, Y., Maharani, N., Putri, A., & Kaloka, R. M. (2022). “ Sakti ”
Mengendalikan Hipertensi di UPT Puskesmas Sambit Kabupaten Ponorogo.
5(2), 207–217.
Ulva, S. M., & Iriyanti, E. (2021). Risk Factors of Hypertension Incidence at the
Age of 20-45 Years. MIRACLE Journal Of Public Health, 4(2), 214–223.
https://doi.org/10.36566/mjph/vol4.iss2/258
Yulianda, H. (2021). Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Asin Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Provinsi Riau. Naskah Publikasi, i–14.

Anda mungkin juga menyukai