PENDAHULUAN
Terlebih dalam hal toleransi beragama dimana hal tersebut sangat dibutuhkan
untuk bertoleransi satu dengan yang lain karena setiap orang memiliki hak untuk
Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28E ayat (1) menyatakan bahwa:
Penodaan Agama yakni agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong
Hu Cu.
Pancasila khususnya dalam Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” sehingga
setiap agama diberlakukan sama seperti agama yang lain. Menurut Dr. Abdul
1
Majid Najjar, kebebasan beragama adalah suatu kebebasan seseorang untuk dapat
berusaha untuk menyesuaikan hidupnya baik dari sisi pemikiran, tingkah laku,
diskriminasi, serta tanpa adanya suatu pemaksaan dalam bentuk apapun untuk
kebebasan beragama tersebut tercantum dalam Pasal 28I ayat (1) Undang-Undang
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.”
Ketentuan lain yang terkait dengan hal itu tercantum juga dalam Pasal 29 ayat (2)
masing dan bersifat universal sehingga dapat berlaku dimana saja oleh karena itu
hak asasi manusia tidak boleh dirampas oleh siapapun. 3 Hak asasi manusia
mengenai kebebasan beragama diatur lebih lanjut dalam Pasal 22 ayat (1)
1
Komnas HAM, 2014, “Jurnal HAM: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia”, Jurnal HAM,
Vol.11.Tahun 2014, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, hlm.4.
2
Undang-Undang Dasar 1945.
3
Susani Triwahyuningsih, September 2018, “Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia
(HAM) di Indonesia”, Jurnal Hukum, Vol.2, No.2, Universitas Merdeka Ponorogo,hlm. 113.
2
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang
rumah atau tempat beribadah. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama dapat
upaya untuk mendirikan rumah ibadah tersebut sering terjadi penolakan yang
berasal dari masyarakat setempat atau pun terdapat permasalahan lain seperti tidak
IMB oleh pemerintah daerah dengan alasan tertentu, adanya keluhan dari pemeluk
agama yang minoritas, lain dari itu ada juga protes dari masyarakat terhadap
pemanfaatan rumah tinggal sebagai tempat beribadah dan lain sebagainya.5 Setiap
pemeluk agama yang akan mendirikan rumah ibadat harus mendapatkan izin dari
Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006
4
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
5
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011,
Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia (Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006), Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta, Hlm. 4.
3
“Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-
sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat
beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.”6
tercantum dalam Pasal 14 Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
yaitu:
Salah satu contoh konflik yang terjadi saat ini mengenai perizinan
6
Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian
Rumah Ibadat.
7
Ibid.
4
Yogyakarta. Konflik tersebut terjadi karena adanya penolakan untuk mendirikan
rumah ibadat dari masyarakat sekitar. Berdasarkan latar belakang di atas maka
B. Rumusan Masalah
Sedayu?
Sedayu?
C. Tujuan Penelitian
Immanuel Sedayu.
Immanuel Sedayu.
D. Manfaat Penelitian
Sedayu.
5
2. Secara praktis: memberi sumbangan pemikiran bagi Kepala/ Wakil Kepala
E. Keaslian Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi dengan judul
karya asli penulis dan bukan merupakan duplikasi atau pun plagiasi dari hasil
karya penulis lain. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari:
Kabupaten Magelang)
b. Identitas :
Kalijaga Yogyakarta
6
5) Tahun penelitian : 2014
c. Rumusan Masalah :
d. Tujuan Penelitian :
Hal yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
7
ingin mencoba membuat suatu pengaturan
pariwisata.
8
Perbedaan dengan penulis adalah terletak pada letak lokasi
Sedayu.
b. Identitas
Yogyakarta
c. Rumusan Masalah :
9
2) Bagaimana respon dan strategi umat Buddha dalam menyikapi
d. Tujuan Penelitian :
Bantul.
menyikapi PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 dan upaya umat Buddha
10
tersebut menjadi sebuah vihara,
11
anggota yayasan dan melakukan
Immanuel Sedayu.
F. Batasan Konsep
1. Problematika
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 &
8 Tahun 2006 adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/wali kota untuk
8
Muhammad Tri Ramdhani & Siti Ramlah, 2015, “Problematika Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam SDN-3 Telangkah Desa Hampailit Kabupaten Katingan”,
Jurnal Hadratul Madaniyah, Vol. 2/Nomor 2/Desember/2015, hlm. 29.
12
f. Metode Penelitian
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung kepada responden
b. Data Sekunder
9
Depri Liber Sonata, 2014, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik
Khas dari Metode meneliti Hukum”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 No. 1,
Januari-Maret 2014, hlm.27
10
Muh. Aspar, Metode Penelitian Hukum,
https://www.academia.edu/14393951/METODE_PENELITIAN_HUKUM , diakses pada
tanggal 25 Oktober 2019, pukul 12.00 WIB.
13
Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Bangunan Gedung.
2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang tidak memiliki daya
mengikat bagi subyek hukum yang dapat diperoleh dari buku, jurnal,
dilakukan dengan:
a. Wawancara
11
Ibid.
14
12
tanya jawab untuk memperoleh informasi. Wawancara dalam
4. Lokasi Penelitian
Yogyakarta.
5. Responden
rumah Ibadah.
12
S. Nasution, 2004, Metode Research (Penelitian Ilmiah) Usul Tesis, Desain Penelitian,
Hipotesis, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara, Angket, Bumi Aksara,
Jakarta, hlm. 113.
15
8. Analisis Data
a) Data Primer
keterangan, maupun penjelsan dari responden dan data lain yang tidak
dapat dikuantitatifkan.
b) Data Sekunder
Data sekunder berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
BAB I: PENDAHULUAN
16
BAB II: PEMBAHASAN
tersebut.
17