Anda di halaman 1dari 3

NRP : 3203021127 Nama : Adeline Priscilla L

TUGAS 2A HUKUM BISNIS 08-02-2022

1. Sebutkanlah perbedaan antara ‘perikatan dalam arti luas’ dengan ‘perikatan dalam arti
sempit’!

2. Sebutkanlah perbedaan antara ‘perikatan yang sempurna’ dengan ‘perikatan yang tidak
sempurna/perikatan alamiah’!

3. Sebutkanlah persamaan dan perbedaan antara ‘reële executie’ dengan ‘parate executie’!

4. Sebutkanlah persamaan dan perbedaan antara ‘absolute overmacht’ dengan ‘relative


overmacht’!

KETENTUAN PENGERJAAN TUGAS :

1. DIKETIK (jangan lupa nama dan NIM)

2. WAJIB DI-UPLOAD DI BELLA PALING LAMBAT HARI INI SELASA 08 FEBRUARI 2022 PUKUL
13.20!

3. SELAMAT MENGERJAKAN!

Jawaban :

1. Perbedaan yang paling mencolok antara perikatan dalam arti luas dan perikatan dalam
arti sempit adalah cakupannya.
- Hukum perikatan dalam arti luas meliputi hukum harta kekayaan, hukum keluarga,
hukum waris, dan hukum pribadi. Jadi perikatan dalam arti luas mencakup lebih banyak
hukum di dalamnya.
- Sedangkan hukum perikatan dalam arti sempit adalah periktan yang terdapat dalam
hukum harta kekayaan. Hukum perikatan dalam arti sempit hanya meliputi hukum harta
kekayaan. Jadi dalam arti ini cakupannya sempit dan tidak banyak.
2. Jadi perikatan sempurna dan perikatan tidak sempurna dapat dilihat dari cara
menagihnya.
- Perikatan sempurna adalah perikatan yang selalu dapat ditagih atau dituntut. Jadi pada
perikatan ini pasti akan selalu ditagih dan dituntut, kita tidak dapat menolaknya atau
mengembalikannya lagi. Jadi kita wajib untuk membayar dan memenuhinya. Perikatan
ini juga memiliki hak untuk menagih atau meuntut pembayaran karena seseorang wajib
untuk memenuhinya.
- Sedangkan perikatan tidak sempurna adalah perikatan yang secara sukarela dapat
dipenuhi (dibayar) tidak diperkenankan untuk meminta Kembali apa yang telah
dibayarkan. Untuk perikatan ini berada di tengah-tengah antara perikatan moral atau
kepatutan dalam suatu perikatan atau perikatan hukum yang tidak sempurna. Perikatan ini
juga tidak memiliki hak untuk menagih atau menuntut pembayaran, jadi tergantung pada
seseorang ingin memenuhi atau tidak.
3. Persamaan ‘reële executie’ dengan ‘parate executie’
- ‘reële executie’ dengan ‘parate executie’ sama-sama merupakan pelaksanaan prestasi
dari perikatan. Kedua istilah ini sama – sama merupakan pelaksanaan pemenuhan
prestasi. Keduanya merupakan pelaksanaan nyata seseorang untuk mewujudkan
prestasinya sendiri yang sudah menjadi haknya. Jadi pada kedua istilah ini, sama-sama
mewujudkan prestasinya sendiri yang sudah menjadi haknya. Kedua eksekusi ini sama-
sama sulit dilakukan jika tidak ada bantuan debitur.

Perbedaan ‘reële executie’ dengan ‘parate executie’

- Perbedaanya, ‘reële executie’ harus menunggu keputusan hakim. Apakah hakim memberi
kekuasaan pada kreditur untuk mewujudkan sendiri haknya atas biaya debitur atau tidak.
Semua itu bergantung pada keputusan hakim dan harus melalui perantara hakim. Pada
eksekusi nyata (reël) seperti prestasi membuat patung, pertunjukan sulap, tanpa bantuan
debitur untuk berbuat sesuatu menjadi sulit karena tidak semua orang dapat
melakukannya.
- Sedangkan ‘parate executie’ kreditur mengeksekusi sendiri (benda jaminan) tanpa
perantaraan hakim. Jadi tidak perlu melalui hakim. Misalnya seperti gadai, hipotik.
Eksekusi ini akan sulit dilakukan tanpa bantuan debitur, misalnya penyerahan benda yg
masih ada dlm tangan debitur.
4. Persamaan ‘absolute overmacht’ dengan ‘relative overmacht’
- Menurut saya, hampir tidak ada persamaan antara keduanya karena dua-duanya memiliki
pandangan dan perspektif yang berbeda. Yang satu melihat dari pandangan objektif yang
satunya lagi melihat dari pandangan subjektif. Mungkin persamaan yang dapat dilihat
adalah pada kedua kasus ini debitur sama-sama mengalami kerugian dan ajaran ini sama-
sama merupakan suatu keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh debitur karena
terjadi peristiwa yg bukan kesalahan debitur, peristiwa mana tidak dapat diketahui, atau
tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan.

Perbedaan ‘absolute overmacht’ dengan ‘relative overmacht’

- Pada ajaran ‘absolute overmacht’ mengatakan bahwa objek perikatan tidak mungkin
dipenuhi oleh siapapun. Ajaran ini lebih memandang suatu permasalahan dari sisi
objektif. Bagi ajaran ini, tidak aka nada orang yang dapat memenuhinya baik dari sisi
kreditur maupun debitur. Ajaran ini menganggap pemenuhan prestasi sama sekali tidak
mungkin dilakukan. Menurut ajaran obyektif overmacht ini ada jika setiap orang sama
sekali tidak mungkin memenuhi prestasi yg berupa obyek perikatan. Dalam hal ini secara
otomatis overmacht mengakhiri perikatan karena tidak mungkin dipenuhi (perikatan
menjadi batal tetap).
- Sedangkan pada ajaran ‘relative overmacht’ menganggap bahwa perikatan masih dapat
dilaksanakan, tapi dengan kerugian besar bagi debitur. Jadi ajaran ini masi menganggap
bahwa masih ada cara untuk memenuhi prestasi walaupun debitur harus mengalami
kerugian yang sangat besar. Dasar ajaran ini adalah kesulitan. Menurut ajaran subyektif,
debitur masih mungkin memenuhi pretasi, walaupun mengalami kesulitan atau bahaya,
misalnya mngeluarkan uang atau biaya yg banyak, atau kemungkinan ditahan oleh yg
berwajib. Dalam hal ini secara otomatis overmacht masih seperti memberi kesempatan
dan peluang. Bagi pandangan subjektif, pemenuhan prestasi memerlukan pengorbanan
besar yg tidak seimbang, atau menimbulkan kerugian yg besar sekali bagi debitur.

Anda mungkin juga menyukai