Anda di halaman 1dari 3

KASUS PENGENDALIAN PADA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PT

CETRAL PERTIWI BAHARI (Dasar Manajemen)

PT Central Pertiwi Bahari adalah anak perusahaan PT. Central Proteina Prima, Tbk.
(CPP). PT. Central Pertiwi Bahariadalah salah satu perusahaan yangbergerak dalam budidaya
udangterintegrasi yang meliputi pembangunandan pengembangan tambak udang untuk dijual
kepada petani udang, udang pakan ternak dan pembibitan untuk memasokpetani. Perusahaan
ini berdiri pada 8 Juni 1994 dengan nama PT. Central Pertiwi Bratasen, namun akhirnya
berganti nama menjadi PT.Central Pertiwi Bahari. Perusahaan yang memiliki sekitar 4000
karyawan ini terletak diTulang Bawang, Lampung.

Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki tambak terbesar di Indonesia dan


terintegrasi vertikal mulai dari indukan udang, pembesaran benur, budidaya udang, pabrik
pakan udang, proses panen, pembekuan dan pemrosesan udang hingga ekspor. Perusahaan ini
sudah menggunakan teknologi seperti pusat tenaga listrik dan  pengolahan air untuk
budidayaudang, serta pengolahan dan dan mesin cold storage. Hasil udang dari perusahaan
ini ada yang diekspor ke Amerika, Jepang dan negara-negara Eropa, dan ada juga yang dijual
ke petani maupun masyarakat lokal.

Pengendalian atau controlling adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan


penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat
diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.
Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk
menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan.
Jadi pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga
hasil akhir diketahui. Dengan pengendalian diharapkan pemanfaatan unsure-unsur
manajemen efektif dan efisien.

Dalam proses pengendalian (kontrol) dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut ini :


1.      Menentukan standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar pengendalian.
2.      Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3.      Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila
ada.
4.      Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan
sesuai dengan rencana.

Pada tanggal 12 Maret 2013 terjadi bentrokan  antara petambak plasma Forum Silaturahmi
(Forsil) dengan plasma P2K (Petambak Pro-Kemitraan ) dan karyawan yang sedang tugas
ronda di Pos Ronda PLO dan Pos Ronda FPD. Kedua kubu yang bentrok tersebut memang
sudah sejak Desember 2012 mempunyai perbedaan sikap terhadap perusahaan PT. Central
Pertiwi Bahari yang slah satunya menyebabkan semakin turunnya produksi. Menurut situs
Lampost.co.id dari sekitar 3.400 petambak milik perusahaan CPB, hanya 600 yang
berproduksi. Menghadapi masalah tersebut ada beberap hal yang dilakukan perusahaan
sebagai pengendalian dengan tujuan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.

Tidak hanya internal control, namun juga sudh ada external control dalam menghadapi


bentrok tersebut. Aparat hokum dan TNI langsung turun tangan dalam upaya pengendalian
suasana bentrok di Tulang Bawang, namun tidak dapat dihindarkan 3 orang tewas dalam
bentrok tersebut, serta puluhan orang luka-luka. Dalam rangka penyelesaian masalah ini,
dibentuklah tim penyelesaian konflik di tambak PCB yang di ketuai oleh Wakil Bupati
Tulang Bawang, Heri Wardoyo. Pihak-pihak terkait melakukan runding mengenai
perdamaian. Pengendalian ini merupakan salah satu pengendalian pada saat proses dilakukan.

Setelah masalah pro-kontra para petambak yang mengakibatkan menurunnya produksi ini
mereda, perusahaan mengadakan Repressive control agar masalah yang sama tidak terjadi
lagi di masa yang akan datang. Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
yaitu menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan
perbaikannya, memberikan penilaian terhadap pelaksananya, dalam hal ini para petambak,
dan memberi sanksi hukuman kepada mereka. Setelah analisis dilakukan, diketahui bahwa
penyebab menurunnya produksi tersebut adalah karena adanya hasutan yang dilakukan oleh
forsil kepada par petambak sehingga petambak tidak berani menybar bibit. Hasil analisis ini
kemudian ditindak lanjuti oleh pihak manajemen dengan melakukan internal
controllingdengan formal controlling yang dilakukan oleh atasan kepada para petambak.

Petambak yang akhirnya mulai memproduksi kembali tetap menjadi objek pengendalian oleh
pihak manajemen perusahaan. Pihak manajemen tetap melakukan pengendalian berkala
selama proses produksi berjalan. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan
menggunakan alat-lat pengendalian berupa budget  maupun non-budget.  Pengendalian
dengan alat non-budget yang dilakukan oleh perusaan CPB ini adalah sebagai berikut:
1.      Personal observation, pengawasan langsung secara pribadi oleh pimpinan perusahaan
terhadap para bawahan yang sedang bekerja.
2.      Report, laporan yang dibuat oleh para manajer.
3.      Financial statement, daftar laporan keuangan yang biasanya terdiri dari Balance sheet dan
Income Statement (neraca rugi laba).
4.      Statistic, merupakan pengumpulan data, informasi, dan kejadian yang tealh berlalu.
5.      Intenal Audit, pengendalian yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan yang meliputi
bidang-bidang kegiatan secara menyeluruh yang menyangkut masalah keuangan.Auditing ini
juga menyangkut pengendalian persediaan yang baik, pembayaran barang yang dibeli, dan
pemeriksaan yang cukup, apakah barang yang telah dibayar benar-benar telah diterima.

Jenis-jenis pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan


produksi udang yaitu:
1.      Pengendalian karyawan, ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
petambak. Pengendalian berkala selalu dilakukan oleh pihak manajemen kepada para
petambak dalam seluruh proses produksi. Sejak tebar benih hingga proses pemanenan.
2.      Pengendalian produksi, ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
3.      Pengendalian waktu, ditujukan kepada penggunaan waktu, waktu selalu direncakanan sejak
waktu penebaran benih hingga waktu pemanenan.
4.      Pengendalian teknis, ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan
tindakan dan teknis pelaksanaan.

Perusahaan Central Pertiwi Bahari dengan melakukan proses pengendalian yang ketat sejak
terjadinya konflik antar kubu pro-kontra perusahaan tersebut makin hari makin membaik
keadaannya. Menurut Republika Online, hingga Maret 2014 CPB sudah membudidayakan
udang pada lebih dari 1.500 areal tambak, dengan hasil panen sesuai dengan standar budi
daya yang ditetapkan. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pengendalian oleh
manajemen dapat mengatasi masalah-masalah yang ada di perusahaan termasuk didalamnya
masalah produksi.

Terkait hal di atas, di simpulkan bahwa system harus memiliki keseluruhan kemampuan akuisisi data
dan pemrosesan data yang manajemen dapat sesuaikan dengan perubahan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai