PT Central Pertiwi Bahari adalah anak perusahaan PT. Central Proteina Prima, Tbk.
(CPP). PT. Central Pertiwi Bahariadalah salah satu perusahaan yangbergerak dalam budidaya
udangterintegrasi yang meliputi pembangunandan pengembangan tambak udang untuk dijual
kepada petani udang, udang pakan ternak dan pembibitan untuk memasokpetani. Perusahaan
ini berdiri pada 8 Juni 1994 dengan nama PT. Central Pertiwi Bratasen, namun akhirnya
berganti nama menjadi PT.Central Pertiwi Bahari. Perusahaan yang memiliki sekitar 4000
karyawan ini terletak diTulang Bawang, Lampung.
Pada tanggal 12 Maret 2013 terjadi bentrokan antara petambak plasma Forum Silaturahmi
(Forsil) dengan plasma P2K (Petambak Pro-Kemitraan ) dan karyawan yang sedang tugas
ronda di Pos Ronda PLO dan Pos Ronda FPD. Kedua kubu yang bentrok tersebut memang
sudah sejak Desember 2012 mempunyai perbedaan sikap terhadap perusahaan PT. Central
Pertiwi Bahari yang slah satunya menyebabkan semakin turunnya produksi. Menurut situs
Lampost.co.id dari sekitar 3.400 petambak milik perusahaan CPB, hanya 600 yang
berproduksi. Menghadapi masalah tersebut ada beberap hal yang dilakukan perusahaan
sebagai pengendalian dengan tujuan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.
Setelah masalah pro-kontra para petambak yang mengakibatkan menurunnya produksi ini
mereda, perusahaan mengadakan Repressive control agar masalah yang sama tidak terjadi
lagi di masa yang akan datang. Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
yaitu menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan
perbaikannya, memberikan penilaian terhadap pelaksananya, dalam hal ini para petambak,
dan memberi sanksi hukuman kepada mereka. Setelah analisis dilakukan, diketahui bahwa
penyebab menurunnya produksi tersebut adalah karena adanya hasutan yang dilakukan oleh
forsil kepada par petambak sehingga petambak tidak berani menybar bibit. Hasil analisis ini
kemudian ditindak lanjuti oleh pihak manajemen dengan melakukan internal
controllingdengan formal controlling yang dilakukan oleh atasan kepada para petambak.
Petambak yang akhirnya mulai memproduksi kembali tetap menjadi objek pengendalian oleh
pihak manajemen perusahaan. Pihak manajemen tetap melakukan pengendalian berkala
selama proses produksi berjalan. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan
menggunakan alat-lat pengendalian berupa budget maupun non-budget. Pengendalian
dengan alat non-budget yang dilakukan oleh perusaan CPB ini adalah sebagai berikut:
1. Personal observation, pengawasan langsung secara pribadi oleh pimpinan perusahaan
terhadap para bawahan yang sedang bekerja.
2. Report, laporan yang dibuat oleh para manajer.
3. Financial statement, daftar laporan keuangan yang biasanya terdiri dari Balance sheet dan
Income Statement (neraca rugi laba).
4. Statistic, merupakan pengumpulan data, informasi, dan kejadian yang tealh berlalu.
5. Intenal Audit, pengendalian yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan yang meliputi
bidang-bidang kegiatan secara menyeluruh yang menyangkut masalah keuangan.Auditing ini
juga menyangkut pengendalian persediaan yang baik, pembayaran barang yang dibeli, dan
pemeriksaan yang cukup, apakah barang yang telah dibayar benar-benar telah diterima.
Perusahaan Central Pertiwi Bahari dengan melakukan proses pengendalian yang ketat sejak
terjadinya konflik antar kubu pro-kontra perusahaan tersebut makin hari makin membaik
keadaannya. Menurut Republika Online, hingga Maret 2014 CPB sudah membudidayakan
udang pada lebih dari 1.500 areal tambak, dengan hasil panen sesuai dengan standar budi
daya yang ditetapkan. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pengendalian oleh
manajemen dapat mengatasi masalah-masalah yang ada di perusahaan termasuk didalamnya
masalah produksi.
Terkait hal di atas, di simpulkan bahwa system harus memiliki keseluruhan kemampuan akuisisi data
dan pemrosesan data yang manajemen dapat sesuaikan dengan perubahan ekonomi.