Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

Analisis Pangan
(Viskositas dan Vitamin C)

Oleh :
Kelompok 4
Aggota : Adelia Suryani 10307001
Khori Indriyani S 10307025
M. Rifki Abdillah 10307029
Widya Dwiyani 10307049
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 07 November 2022
Waktu : 2 x 2 Jam
Dosen Penilai : Irna Dwi Destiana, S.Pd.,M.Si.

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI
JURUSAN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Vitamin c

Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang tergolong vitamin yang
larut dalam air. Vitamin C bermanfaat bagi kesehatan tubuh, yaitu sebagai sumber
antioksidan dan menangkal radikal bebas yang dapat merusak sel. Vitamin C juga
bermanfaat sebagai senyawa pembentuk kalogen yang merupakan protein penting
penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C
merupakan sekelompok senyawa organic kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh
dalam jumlah kecil yang berguna untuk memelihara kesehatan atau menambah
daya tahan tubuh, Kekurangan vitamin C pada makanan yang dikonsumsi dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.

Vitamin C banyak ditemukan dalam bahan makanan seperti buah-buahan dan


sayur-sayuran yang dapat dihitung jumlahnya. Penentuan kadar vitamin C dlam
suatu bahan makanan bisa ditentukan dengan menggunakan dua metode yaitu
metode sepektrometri dan titrasi iodomerti. Titrasi iidometri merupakan titrasi
titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat
pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduksimetri adalah titrasi terhadap larutan zat
pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat pereduksi (reduktor). Iodimetri
adalah titrasi dengan larutan standar iodium (I2). Iodometri adalah titrasi terhadap
iodium yang dibebaskan dari suatu reaksi redoks, menggunakan larutan standar.
Titrasi dikatakan berakhir ketika larutan vitamis c sudah berubah warna yang
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran.

Dari uraian diatas maka dilakukan analisis vitamin C pada sampel tomat,
manga, jeruk, timun, buah naga, brokoli, susu cair dan youghrt dengan metode
iodometri.
1.1.2 Analisis Viskositas

Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik


dengan tekanan maupun tegangan. Kekentalan atau viskositas merupakan
pengukuran dari ketahanan zat alir (fluid) yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Viskositas diukur melalui rasio tegangan geser dengan gradien
kecepatan dalam fluida

Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul pergerakan adanya gesekan


antara lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu
cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperatur gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi yaitu gaya tarik menarik antar molekul sejenis. Sedangkan dalam zat gas
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Suatu jenis cairan yang
mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah dan sebaliknya
bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.

Pada pengujian ini menggunakan metode viscometer Ostwald. Metode ini


mengukur viskositas dengan cara membandingkan waktu alir pelarut dan larutan
polimer pada berbagai kepekatan atau konsentrasi, mengukur waktu yang di
butuhkan oleh sejumlah fluida tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan
gaya yang disebabkan oleh berat larutan itu sendiri, dengan sampel.

1.2 Tujuan Praktikum


- Mampu melakukan analisis vitamin C dengan metode titrasi iodometri
- Mampu melakukan analisis viskositas dengan viskometer Ostwald
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C
Zat yang dibutuhkan dalam tubuh adalah vitamin.Vitamin adalah zat-zat
organik kompleks yang dibutuhkan tubuh yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh.
Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh (Dani, 2009). Vitamin C
adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta
untuk menjaga kesehatan. Vitamin C juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat.vitamin C berfungsi sebagai katalis dalam reaksi-
reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia, sehingga apabila katalis ini tidak
tersedia seperti pada keadaan defisiensi vitamin, maka fungsi normal tubuh akan
terganggu (Napitupulu, 2014).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan
efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk
melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status
vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C
harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu.
Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan
makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C
(Citraningtyas, 2013). Jenis makanan yang mengandung vitamin C umumnya
terdapat pada buah-buhan dan sayur-sayuran. Buah-buahan yang mengandung
vitamin C tidak selamanya berwarna kuning. Contoh dari sebagian buah-buahan
yang mengandung vitamin C yaitu jambu Biji, kiwi, Pepaya, Jeruk, Melon, Anggur,
nanas ,Pisang, Manggis dll (Rosmainar et al., 2018).
Penentuan kadar dilakukan dengan metode iodometri dimana metode ini
merupakan salah stau metode yang mudah dan cepat untuk menentukan kandungan
asam askorbat (Septyani, 2021).

2.1.1 Brokoli
Tanaman brokoli merupakansalah satu jenis tanaman yang menjadi pilihan
untuk diaplikasikan dengan beberapa jenis tanaman yang mengandung serat lainnya
dikarenakan brokili memiliki beberapa kandungan nutrisi yang kaya akan vitamin
dan mineral. Kandungan vitamin yang dimiliki diantaranya vitamin A, C, E, K, B1,
B6 yang cukup tinggi sehingga bisa dikolaborasikan dengan seratfungsional yang
dapat menyebabkan ketidaktersediaan (unavailability) zat gizi seperti vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak (Fatharanni & Anggraini, 2017).

2.1.2 Tomat
Tomat diklasifikasikan sebagai buah dan sayuran yang mudah
dibudidayakan di berbagai wilayah Indonesia. Tingginya kandungan air, daging
buah yang segar, kulit berwarna kuning kemerahan, dengan rasa manis asam
merupakan karakteristik yang paling menarik konsumen. Pada tahun 2013,
produksi tomat Indonesia mencapai 992.780 ton, namun tahun 2014 dan 2015
mengalami penruunan sekitar 7,74% dan 4,17 % (Taufik, 2015). Vitamin C
memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh, yaitu sebagai antioksidan alami,
antikanker, menjaga kesehatan gigi dan gusi, serta menjaga daya tahan tubuh
(Tareen dkk., 2015).

2.1.3 Jeruk
Jeruk (Citrus so) merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah
tropis dan daerah subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah
tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa
lembab, serta mempunyai persyaratan air tertentu (Rukmana, 2005). Menurut
Faramade (2007), degradasi vitamin pada sari buah jeruk sangat dipengaruhi oleh
suhu penyimpanan, pada suhu 7°C kecepatan degradasi lebih kecil dibandingkan
pada suhu 28oC. Sedangkan menurut Helmiyesi et al., (2008), penyimpanan buah
jeruk selama 15 hari akan menurunkan kadar vitamin C dari 18,90 mg/110 G
menjadi 17,18 mg/100 g. Selain kandungan vitamin C, jeruk juga mengandung
komponen gula sebesar 4,93 –7,57 g, yang terdiri dari glukosa 1,02 -1,24 g; fruktosa
1,49 – 1,58 G; sukrosa 2,19 – 4,90 g serta asam malat 0,18 – 0,21 g dan asam sitrat
0,80 – 1,22 g per 100 Ml sari buah.

2.1.4 Buah Naga


Buah naga (Dragon Fruit) merupakan buah pendatang yang banyak
digemari oleh masyarakat karena memiliki khasiat dan manfaat serta nilai gizi
cukup tinggi. Bagian dari buah naga 30-35% merupa- kan kulit buah namun
seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Kulit buah naga mengandung zat warna
alami antosianin cukup tinggi. Antosianin merupakan zat warna yang berperan
memberikan warna merah berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan
dapat dijadikan alter- natif pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi
kesehatan (Citramukti, 2008). Jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada empat,
antara lain Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undatus), Buah Naga Daging
Merah (Hylocereus polyrhizus), Buah Naga Daging Super Merah (Hyloce- reus
costaricensis), dan Buah Naga Kulit Kuning Daging Putih (Selenicereus mega-
lanthus) (Winarsih, 2007).

2.1.5 Mentimun
Mentimun dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu pertama, mentimun
yang pada buahnya terdapat bintil-binti di bagian pangkalnya, dan Kedua,
mentimun yang buahnya halus. Lalu golongan mentimun yang buahnya tidak
berbintil-bintik dibedakan 3 macam, yaitu mentimun “biasa, watang, dan wuku".
Mentimun biasa ditandai dengan penampilan kulit buah yang tipis, lunak, dan pada
saat buah muda berwarna hijau keputih- putihan, namun setelah tua menjadi
berwarna cokelat. Sedangkan mentimun warang memiliki ciri-ciri: kulit buah tebal,
agak keras, buah berwarna hijau keputih-putihan dan setelah tua berwarna kuning
tua. Sementara itu mentimun wuku mempunyai ciri: kulit buah agak tebal, agak
keras, dan warna buah mudanya agak cokelat (Amin, 2015).

2.1.6 Yoghurt
Yogurt merupakan salah satu produk hasil fermentasi susu yang paling tua
dan cukup populer di seluruh dunia. Bentuknya mirip bubur atau es krim tetapi
dengan rasa agak asam. Selain dibuat dari susu segar, yogurt juga dapat dibuat dari
susu skim (susu tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan
tertentu bergantung pada kekentalan produk yang diinginkan. Selain dari susu
hewani, belakangan ini yogurt juga dapat dibuat dari campuran susu skim dengan
susu nabati (susu kacang- kacangan) (Sumantri, 2004).

2.1.7 Mangga
Mangga adalah anggota kingdom Divisi Tracheophyta, klas Plantae,
Magnoliopsida, ordo Sapindales, dan famili Anacardiaceae. Tanaman ini berasal
dari genus mangifera dengan nama spesies Mangifera indica L. Nama spesies
tanaman mangga memiliki arti "tanaman dari India berbuah mangga". Lebih dari
1000 variasi mangga yang diketahui berasal dari dua galur biji mangga -
monoembrionik (embrio tunggal) poliembrionik (banyak embrio). dan Biji
monoembrionik berasal dari India, sedangkan polyembrionik berasal dari Indochina
(Mehta,2017). Mangga merupakan tanaman berbuah musiman yang berupa pohon
dan berasal dari India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Mangga memiliki potensi untuk dikembangkan karena tingkat
keragaman genetiknya yang tinggi. Variasi pada bentuk, ukuran dan warna buah
mangga menunjukkan keragaman genetik yang tinggi (Nilasari dkk., 2013).
2.2 Viskositas
Viskositas merupakan salah satu materi fluida statis yang dipelajari saat
perkuliahan fisika dasar. Viskositas merupakan gesekan yang terjadi diantara
lapisan-lapisan yang bersebelahan di dalam fluida. Viskositas pada gas diakibatkan
oleh tumbukan antar molekul gas sedangkan viskositas pada zat cair terjadi akibat
adanya gaya-gaya kohesi antar molekul zat cair (Giancoli, 2014). Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi viskositas fluida salah satunya adalah suhu.
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun dan begitu pula sebaliknya (Sani, 2010).
Viskometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
viskositas suatu cairan. Viskometer Ostwald adalah sebuah alat yang digunakan
untuk menentukan kekentalan suatu cairan. Prinsip kerja pada viskometer ostwald
adalah berdasarkan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk
mengalir pada suatu tanda pengukuran yang ada pada bagian atas pipa kapilar yang
dibutuhkan untuk melalui dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu
sendiri, untuk menghitung viskositas dengan viskometer ostwald dilakukan dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan melewati batas "a dan b" dapat diukur
dengan menggunakan stopwatch (Meliana et al., 2022).

2.2.1 Susu
Susu merupakan salah satu komodi- tas peternakan yang penting dan
strategis. Kandungan gizi susu yang lengkap serta nilai ekonomis susu dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemenuhan kebutu- han gizi, maupun
peningkatan kesejahteraan masyarakat (Usmiyati dan Abubakar, 2009). Sebagian
besar produksi susu dimanfaatkan untuk proses pengolahan lebih lanjut menjadi
produk susu olahan. Pengolahan susu dimaksudkan untuk memperoleh produk ola-
han susu yang lebih disukai oleh konsumen dibandingkan susu segar (Resnawati,
2008).

2.2.2 Gliserol
Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi
transesterifikasi dan merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumalh
tiga buah. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan cairan yang tidak berwarna,
tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis (Pagliaro dan
Rossi., 2008). Gliserol dapat dimurnikan dengan proses destilasi agar dapat
digunakan pada industri makanan, farmasi atau juga dapat digunakan untuk
pengolahan air. Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum banyak
diolah sehingga nilai jualnya masih rendah (Prasetyo et al., 2012).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Pada praktikum kali ini mengenai analisis vitamin C dan viskositas
membutuhkan beberapa alat, yaitu :
- Bender untuk menghaluskan atau mengahancurkan sampel.
- Spektrofotometer untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel
- Neraca analitik untuk menimbang bahan atau zat yang akan digunakan sebelum
melakukan suatu percobaan yang membutuhkan suatu penimbangan.
- Labu ukur 25 ml, untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas tera atau batas
leher labu ukur.
- Gelas beaker, untuk mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan
- Buret, untuk meneteskan sejumlah reagen cair.
- Stopwatch untuk mengukur waktu
- Ruber bulb, untuk menyedot larutan
- Viskometer Ostwald, untuk mengukur waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
fluida tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan
oleh berat larutan itu sendiri.
- Piknometer, untuk menentukan massa jenis dari suatu cairan.
- Pipet, untuk memindahkan volume cairan terukur.
3.1.2 Bahan
Pada praktikum kali ini mengenai analisis vitamin C dan viskositas
membutuhkan beberapa bahan, yaitu :
- Jeruk - Buah naga
- Mangga - Youghurt
- Brokoli - Susu
- Tomat - Gliserol
- Timun
3.2 Prosedur Praktikum
Terdapat tahapan-tahapan pada proses analisis vitamin C dan viskositas ini, yaitu :
3.2.1 Vitamin C

Sampel sebanyak 10gram dihancurkan dan dihomogenkan 10


gram dalam waring blender/mortar dengan menggunakan 50 ml
larutan metafosfat-asam asetat.

Hancuran tersebut kemudian disaring dan diambil 15 ml filtrat.


Kemudian ditambahkan 0,75gram arang aktif, lalu dikocok merata.

Campurkan kemudian saring

Diambil 4 ml hasil saringan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1


tetes thiourea 10% dan 1 ml larutan dinitrofenilhidrazin.

Dibuat blanko seperti prosedur diatas tetapi tanpa penambahan


dinitrofenilhidrazin (diganti air).

Ditempatkan tabung reaksi tersebut dalam water bath 37ºC selama


3 jam

Kemudian didinginkan dalam campuran air dan es.

Ditambahkan 5 ml H2SO485% ke dalam sampel dan blanko, dan


dikocok merata.

Dibiarkan selama 30 menit


Dibaca absorbansi larutan pada panjang gelombang 540 nm

Dibuat kurva standar dengan konsentrasi asam askorbat 0.25 –1.5


μg/ml.

Dihitung konsentrasi total asam askorbat (Vitamin C) dalam


sampel.

3.2.2 Analisis Viskositas


Penentuan massa jenis air :

Piknometer ditimbang dan dicatat beratnya.

Ditambahkan air hingga penuh, kemudian ditutup dan ditimbang


kembali. Dicatat hasilnya

Penentuan Viskositas :

Viskometer dibersihkan dengan mengunakan etanol

Viskometer diletakkan pada posisi vertikal

Air sebanyak 40 mL dimasukkanmenggunakan pipetke dalam


reservoir A hingga melewati garis reservoir (kira-kira
setengahnya), kemudian air tersebut disedot menggunakan bulb
yang dipasang di pipa Bhingga batas m reservoirnya. Selama
penyedotan, pipa A ditutup.

Bulb pada pipa B dilepas, air dibiarkan turun ke garis n. Dicatat


waktu yang diperlukan untuk air mengalir dari garis m ke n.
Diulangi tahapan a-c sebanyak 3 kali

Sampel yang berbeda diperlakukan dengan tahapan yang sama


(a-d)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

Pada pengamatan kali ini diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Vitamin C (mg/100 g)
Ulangan Rata-rata
Sampel
1 2 3 4 5 6 (mg/100 g)
Mangga 70,18 67,76 67,7 48,4 53,24 48,4 50,01
Brokoli 5,5 8,14 11 7,92 12,1 18,15 9,79
Jeruk 28,23 20,46 135,5 18,92 45,98 22 20,46
Tomat 14,20 10,34 17,6 11,88 12,98 22 12,35
Timun 25,96 26,62 17,6 11,88 48,4 34,3 23,39
Buah Naga 9,68 14,3 8,8 11,44 23,98 15,62 11,97
Yoghurt 89,54 88,33 84,7 84,7 90,75 81,07 86,52

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Viskositas


No Jenis sampel Densitas sampel Hasil perhitungan viskositas
1 Susu 1,0005 0,0107
2 Gliserol 1% 0,9788 0,0084
3 Gliserol 3% 1,0136 0,0105
Adelia Suryani
10307001

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Vitamin C
Praktikum kali ini mengenai pengujian kadar vitamin C pada buah dan sayur
dengan metode titrasi iodometri dengan ulangan sebanyak 6 kali dengan
penambahan amilum sebagai indikator. Vitamin C merupakan antioksidan paling
efektif yang memiliki keuntungan memperkuat resistensi tubuh, adalah vitamin
yang gampang larut dalam air. Vitamin C dengan jumlah yang tinggi biasa
ditemukan pada sayuran dan buah-buahan (Anggreani, 2020).
Pada tabel 4.1 hasil analisis kadar vitamin C dengan metode iodometri nilai
vitamin C yang paling tinggi adalah sampel youghrt, manga dan timun dengan nilai
berturut turut 86,52mg/100g, 50,01mg/100g 23,39mg/100g. Diduga tingginya nilai
vitamin c pada youghrt karena youghr mengandung bakteri asam laktat (BAL)
tinggi yang mana apabila ditirtasi dengan iodometri akan meunjukan nilai yang
tinggi karena prinsim titrasi iodometri adalah kesetimbangan asam dan basa
(Rahayuningsih et al., 2022). Menurut penelitian (Nurbaya et al., 2020) Buah
mangga sangat kaya akan zat gizi, setiap 100 g mengandung vitamin C 61mg.
(Nurbaya et al., 2020) Kandungan vitamin C pada mentimun berkisar antara 5,50 –
10,40 mg/100 g.

Hasil analisis vitamin C sedang dimiliki oleh sampel tomat dan jeruk dengan
nilai 12,35mg/100g, dan 20,46mg/100g, diduga hal tersebut terjadi karena pada saat
proses ekstraksi yang memakan waktu cukup lama sehingga menurunkan kadar
vitamin C pada jeruk. Menurut penelitian (Fitriana & Fitri, 2020) percobaan analisis
kadar vitamin C ini menghasilkan kadar vitamin C dari jeruk berastagi adalah
13,21% atau 13,21 mg/100 gram. Sedangkan pada jeruk keprok adalah 12,33% atau
12,33 mg/100 gram. Tetapi hasil tersebut jauh berbeda dengan hasil penelitian
(Pracaya, 2003) yaitu sekitar 40-70 mg/100 gram pada jeruk. Hasil analisis
vitamin C terendah dimiliki oleh sampel buah naga, brokoli dengan nilai berturut-
turut yaitu 11,97mg/100g, 9,79mg/100g. Menurut penelitian (bilnip alida, 1967)
brokoli yang tidak melalui penambahan apapun sebanyak 5,1 mg/100 gram.
Adelia Suryani
10307001

Menurut (Jones dkk., 2015) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar
vitamin C pada tumbuhan antara lain adalah kondisi sebelum dan setelah panen,
temperatur, teknik penyimpanan lama penyimpanan kadar air dan tingkat
kematangan buah. Menurut (Sari et al., 2021) kadar vitamin C dipengaruhi oleh
tingkat kematangan buah.

Menurut (Sartika, 2020) Vitamin C dapat rusak oleh udara, pemanasan


berkepanjangan, alkali dan enzim. Dan vitamin C gampang teroksidasi bila terkena
udara, dan reaksi ini dipercepat oleh panas, cahaya, alkali, enzim, zat pengoksidasi,
dan katalis tembaga (Cu) dan besi (Fe). Vitamin C tidak stabil sehingga mudah
teroksidasi bila mengenai udara (oksigen), dan dipercepat oleh panas (Oktaviana,
2021). Menurut Perretta (2006:26), vitamin C rentan terhadap udara, cahaya, panas,
serta mudah rusak selama penyimpanan.

5.2 Viskositas

Dilakukan pengujian viskositas pada sampel susu cair, gliserol 1% dan 3%,
dengan tujuan untuk membandingkan waktu alir pelarut dan larutan polimer pada
berbagai kepekatan atau konsentrasi, mengukur waktu yang di butuhkan oleh
sejumlah fluida tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat larutan itu sendiri.

Pada tabel 4.2 hasil viskositas pada sampel yang memiliki nilai viskositas
terbesar adalah gliserol 3% yaitu 0,0105, dan yang memiliki nilai terendah adalah
gliserol 1% yaitu 0,0084 dan sampel susu yaitu 0,0107. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan kekentalan pada ketiga cairan di atas yang menyebabkan besar
kecilnya nilai viskositas.

Semakin besar angka viskositas atau kekentalan pada suatu fluida, maka akan
semakin lambat pada suati zat cair atau fluida tersebut. Dan sebaliknya jika angka
atau nilai kekentalan atau viskositas pada sebuah zat cair kecil, maka bendaakan
melaju dengan kecepatan yang tinggi di dalam suatu fluida. Dari perhitungan yang
dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin banyak waktu yang diperlukan oleh
suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut semakin besar pula.
Hal ini berarti waktu yang diperlu kan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding
Adelia Suryani
10307001

atau berbanding lurus dengan viskositasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Trutnik (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar kadar protein dalam
sampel kefir, mengakibatkan semakin tinggi pula jumlah partikel yang dapat
mengikat molekul air, hal ini berujung pada daya ikat air yang semakin besar dan
meningkatnya viskositas.
Khori Indriyani S
10307025

5.3 Vitamin C
Vitamin C memiliki peran yang sangat penting pada berbagai proses dalam
tubuh, diantaranya menjaga dan mengoptimalkan kerja sistem kekebalan tubuh,
pembentukan protein dan kolagen, neurotransmiter serta meningkatkan penyerapan
zat besi. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin C manusia perlu mengonsumsi
makanan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, tomat, brokoli, mangga, atau
buah dan sayur lain. Hal itu karena vitamin C tidak dapat diproduksi sendiri oleh
tubuh. Pada praktikum kali ini mengenai analisis vitamin C dengan menggunakan
uji kuantitatif terhadap 7 sampel buah dan sayur serta yoghurt. Berdasarkan tabel
4.1 hasil pengamatan pengujian kuantitatif vitamin C terhadap 7 sampel yaitu,
mangga, jeruk, brokoli, tomat, timun, buah naga dan yoghurt didapatkan hasil yang
berbeda pada setiap sampelnya.
Vitamin C banyak terkandung dalam sayur- sayuran dan buah-buahan.
Salah satu jenis buah yang banyak mengandung vitamin C serta disukai oleh
masyarakat adalah buah mangga. Setelah dilakukannya titrasi kadar vitamin C
dengan tambahan amilum pada iodin. Pada sampel buah mangga kandungan
vitamin C nya sebesar 50,01 mg/100g). Hasil penelitian Karinda, dkk (2013)
menunjukkan bahwa kadar vitamin C mangga dodol adalah 15,88 g/100 g buah.
Hasil penelitian Hasanah (2018) menunjukkan bahwa kadar vitamin C mangga
kweni adalah 3,48 g/100 g buah. Hasil ini menunjukkan bahwa buah mangga yang
berbeda jenisnya memiliki kadar vitamin C yang berbeda- beda pula.
Pada sampel brokoli mendapatkan hasil kadar vitamin C sebesar 9,79
mg/100g. Menurut Noviyanti et al., 2019 Brokoli merupakan salah satu sayuran
yang digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan karena
brokoli mengandung vitamin C yang cukup tinggi yaitu sebesar 89,2 mg.
Berkurangnya atau perbedaan kadar vitamin C tersebut dapat dipengaruhi oleh laju
respirasi ataupun dapat diduga karena perendaman/penyucian brokoli terlalu lama
pada saat penanganan pascapanen karena sifat vitamin C yang mudah larut dalam
air.
Pada sampel jeruk kadar vitamin C yang terkandung sebesar 20,46
mg/100g. Rendahnya nilai kadar vitamin C pada buah jeruk ini juga dapat
dipengaruhi oleh jenis/varietas sampel jeruk yang digunakan. Karena pada dasarnya
Khori Indriyani S
10307025

jeruk terkenal dengan kandungan vitamin C yang tinggi. Dari hasil uji kuantitatif
vitamin C pada buah tomat memiliki kadar vitamin C sebanyak 12,35 mg/100g.
Pada dasarnya buah tomat yang matang akan memiliki kadar vitamin C yang lebih
tinggi dibandingkan yang belum matang (mentah) ataupun lewat matang. Hal itu
disebabkan oleh meningkatnya kadar gula pada buah yang lewat matang sehingga
kadar vitamin C akan berkurang. Sedangkan pada buah yang mentah, kemampuan
tumbuhan dalam melakukan biosintetik vitamin C masih rendah. Buah terlewat
matang terkait dengan pelepasan hormon etilen yang mengaktifkan gen transkripsi
untuk sintesis enzim akan menonaktifkan aktivitas vitamin.
Pada sampel mentimun mengandung vitamin C sebesar 23,39 mg/100g.
Menurut Sumpena (2001), menyatakan bahwa dalam 100 g mentimun mengandung
10 mg vitamin C. Perbedaan tersebut dapat diduga karena jenis mentimun yang
berbeda ataupun tingkat kematangan mentimun tersebut. Pada tabel 4.1 buah naga
mengandung vitamin C sebesar 11,97 mg/100g. Menurut Ide Pangkalan 2009 buah
naga banyak mengandung nilai gizi diantaranya kadar gula 13-18 briks, air 90%,
karbohidrat 11,5g, asam 0,139g, protein 0,53g, serat 0,71g, kalsium 134,5mg,
fosfor 8,7mg, magnesium 60,4mg serta vitamin C sebesar 9,4mg. Dari hasil
pengujian vitamin C yang dilakukan dan dibandingkan dengan penelitian Ide
Pangkalan tidak berbeda jauh.
Pada sampel yoghurt memiliki hasil kandungan vitamin C sebesar 86,52
mg/100g dengan merek yoghurt yang digunakan adalah Cimory, dimana pada tabel
informasi nilai gizi pada yoghurt cimory tidak mengandung vitamin C. Hal ini dapat
diduga adanya kesalahan pada data yang di dapatkan ataupun human error. Dari uji
kuantitatif vitamin C yang telah dilakukan, selain tingkat kematangan, faktor iklim
dan kondisi lingkungan tempat tumbuh juga mempengaruhi jumlah kandungan
vitamin C. Parameter konndisi iklim yang diukur meliputi ketinggian tempat, pH
tanah, kelembapan udara, kelembapan tanah, cuaca, hari hujan, intensitas hujan dan
intensitas cahaya. Rendahnya kadar vitamin C juga dapat disebabkan oleh
manifestasi antioksidan untuk memperbaiki jaringan- jaringan yang rusak akibat
meningkatnya kadar radikal bebas dalam sel tumbuhan.
Khori Indriyani S
10307025

5.4 Viskositas
Pada tabel 4.2 hasil pengujian viskositas dengan 3 sampel yaitu susu,
gliserol 1% dan gliserol 3% memiliki hasil viskositas yang berbeda-beda. Dimana
sampel susu memiliki nilai viskositas sebesar 0,0107; gliserol 1% 0,0084 dan
gliserol 3% 0,0105. Menurut (Made & Sukmawati, 2014) seperti berat jenis,
viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar
1,5-2.0 cP. Viskositas air susu berkurang pada suhu tinggi, tetapi bertambah pada
suhu rendah; demikian pula air susu yang mengalami goncangan. viskositasnya
akan berkurang. Viskositas air susu banyak dipengaruhi oleh kasein, butiran lemak
dan derajat asam. Pada suhu 20°C viskositas whey 1.2 cP, viskositas susu skim 1,5
cp dan susu segar 2.0 cp.
Penyimpangan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain, saat
mengkalibrasi atau meng-addkan pada labu takar yang tidak sesuai dan tidak pas
dengan batas tanda kalibrasi yang sudah ditentukan. Selain itu pada saat
pengambilan sampel menggunakan pipet volume, karena bisa saja bagian atas
larutan dengan bagian bawah larutan berbeda kadar atau persentasenya meskipun
hanya 0,001% dan itu juga mempengaruhi. Maka dapat diartikan setiap kenaikan
kadar zat dalam suatu larutan akan menaikan nilai viskositas larutan tersebut karena
semakin tinggi kadar zat terlarut maka jumlah molekul akan semakin tinggi
sehingga mengakibatkan semakin tinggi gesekan antar molekul dalam suatu larutan
tersebut sehingga menaikan hambatan terhadap suatu larutan yang mengakibatkan
nilai viskositas semakin tinggi (kecepatan alir rendah) (Sukardjo,2002).
M. Rifki Abdillah
10307029

Pada praktikum analisis pangan kali ini yaitu meneganai analisis vitamin C
pada bahan pangan dan analisis viskositas pada beberapa bahan pangan juga. Pada
pelaksanaannya adapun beberapa bahan pangan yang digunakan sebagai sampel
dalam percobaan analisis vitamin C diantara nya adalah buah naga, manga, jeruk,
tomat, timun, brokoli dan youghurt, sedangkan sampel yang digunakan dalam
analisis viskositas ialah susu dan gliserol. Uji yang digunakan pada analisis vitamin
C kali ini yaitu dengan menggunakan uji kuantitatif

5.5 Vitamin C

Berdsarkan table hasil 4.1 diperoleh data nilai rata-rata dari nilai 6 kali
ulangan bahwa kadar vitamin C pada sampel manga yaitu sebesar 50,01 mg/100g.
Hasil ini menunjukkan bahwa betapa tinggi nya kadar vitamin C yang ada pada
manga. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat
kematangan pada sampel manga tersebut sehingga kandungan-kandungan yang ada
pada mangga pun dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat kematangannya
termasuk vitamin C. Menurut Khoirunnisa et al.,(2009), menyatakan bahwa bagian
mangga yang dapat dimakan ketika sudah matang itu mengandung vitamin C
sebanyak 41-65 mg/100g nya untuk mangga muda.

Pada sampel Brokoli diperoleh hasil dari pengujian vitamin C yaitu sebesar
9,79 mg/100g. Hasil ini sangatlah berbeda jauh dengan literasi yang bersumber dari
USDA, (2012) yang menyatakan bahwa kandungan vitamin c yang terdapat pada
brokoli sangatlah tinggi yaitu sebesar 89,2 mg/100 g nya. Hal ini terjadi diduga ada
beberapa faktor yang mempengaruhi nya salah satu nya bias saja faktor suhu
dimana vitamin C ini sangatlah mudah teroksidasi pada suhu tinggi.

Selanjutnya pada sampel jeruk diperoleh hasil nilai rata-rata dari 6 kali
ulangan yaitu sebesar 20,46 mg/100 g. Hasil ini sangatlah berbeda jauh dari
kandungan vitamin C menurut Pracaya, (2003) bahwa pada bauh jeruk kandungan
vitamin C yang terkandung sekitar 40-70 mg/100 g. Hal ini terjadi diduga pada saat
proses ekstraksi yang memakan waktu cukup lama sehingga menurunkan kadar
vitamin C pada jeruk.
M. Rifki Abdillah
10307029

Kemudian pada sampel Tomat dan buah naga itu diperoleh hasil nilai rata-
rata yang tidak jauh selisihnya yaitu sebesar 12,35 mg/100 g pada buah tomat dan
11,97 mg/100 g pada buah naga. Menurut Yani dan Ade, (2004) menyatakan bahwa
komposisi zat gizi pada tomat sangatlah banyak salah satunya ialah mengandung
vitamin C sebesar 40 mg/100 g nya. Kemudian pada buah naga menurut literasi dari
penelitian yang lain bahwa kadar vitamin C pada buah naga sebesar 9,4 mg/100 g
(Ide Pangkalan, 2009). Dari kedua sampel ini dapat kita tunjukkan bahwa pada
sampel tomat sangatlah jauh selisih nilainya jika dibandingkan dengan penelitian
orang lain. Hal ini diduga ketika proses ekstraksi yang cukup lama menjadikan
kadar vitamin C pada tomat menurun. Sedangkan pada sampel buah naga bahwa
hasil yang diperoleh sangatlah tidak berbanding jauh selisihnya. Hal ini terjadi
diduga tingkat kematangan pada buah naga mempengaruhi komposisi zat gizinya.

Pada sampel timun diperoleh hasil nilai rata-rata sebesar 23,39 mg/100 g.
Hasil ini tidak berbanding jauh dengan pendapatnya Arifa dkk. (2014), yang
menyatakan bahwa dalam 100 mentimun suri itu mengandung 24,86 mg vitamin C.

Dan yang terkakhir yaitu pada sampel youghurt diperoleh hasil rata-rata
sebesar 86,52 mg/100g. Menurut Database Jurnal Ilmiah Indonesia. (2008), bahwa
kadar vitamin C youghurt susu murni adalah 2,20 mg/100 g. Hasil ini sangatlah
berbanding jauh selisihnya, diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi sampel
youghurt sehingga data yang diperoleh pun begitu tinggi, salah satunya ialah seperti
perisa buah yang ditambahkan pada youghurt tersebut dan kandungan bakteri balt
yang mempengaruhi ph nya.

5.6 Viskositas

Praktikum yang telah dilaksanakan pada minggu kemarin ialah mengenai


pengukuran viskositas dan pengaruh besar suhu pada nilai viskositas suatu bahan.
Adapun bahan yang digunakan pada pengujian ini ialah susu dan gliserol dengan
konsentrasi 1% dan 3%.

Berdasarkan table hasil 4.2 diperoleh data pengujian viskositas pada sampel
susu yaitu sebesar 0,0107, gliaerol 1% sebesar 0,0084 dan gliserol 3% sebesar
0,0105. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dari ketiga sampel ini memiliki
M. Rifki Abdillah
10307029

viskositas yang berbeda-beda. Pada air susu itu memiliki viskositas yang lebih
tinggi daripada air, biasanya berkisar 1,5-2,0 cP. Pada suhu tinggi viskositas air
susu berkurang, akan tetapi pada suhu rendah menjadi bertambah demikian pula air
susu yang mengalami goncangan, viskositasnya akan berkurang. Viskositas air susu
banyak dipengaruhi oleh kasein, butiran lemak dan derajat asam. Pada suhu 20°C
viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Oleh
sebab itu visikositas susu cukup tinggi (Sukmawati, 2014). Sedangkan pada sampel
gliserol kedua perhitungan selisihnya berbeda jauh dari penelitian yang dilakukan
oleh Wahyu Suciyati et al., (2012) dimana nilai viskositas gliserolnya memperoleh
0,4425.
Widya Dwiyani
10307049

5.7 Vitamin C

Salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal adalah vitamin C atau asam
askorbat. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan
rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-
1920C, bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang
mempunyai berat molekul rendah (Karmila & Nuryanti, 2021).

Pada praktikum kali ini menganalisis vitamin C yang terdapat pada sampel
mangga, brokoli, jeruk, tomat, timun, buah naga dan yoghurt. Dengan
menggunakan titrasi iodimetri atau titrasi langsung dan amilum sebagai indikator,
titrasi ditandai dengan sampel yang awalnya tidak berwarna dan diakhiri setelah
terlihat menjadi warna biru atau lebih pekat dari warna sebelumnya.

Berdasarkan tabel 4.1 hasil pengujian vitamin C dengan 6 kali ulangan


didapat kan hasil rata rata bahwa yang memiliki Vitamin C terbesar adalah sampel
yoghurt 86,52 mg/100 g dan pada sampel brokoli kandungan vitamin terkecil 9,79
mg/100 g. Brokoli mengandung 68,00 mg vitamin C dibandingkan dengan gambas,
oyong, labu siam, leunca, paria, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi oleh tubuh
manusia (Jaharudin & Santoso, 2012)

Selain sampel brokoli dan yoghurt pada sampel mangga berdasarkan hasil
percobaan memiliki kandungan vitamin C sebebas 50,01 mg/100 g. Menurut
Khoirunnisa et al., 2009 Setiap 100 gram bagian mangga masak yang dapat
dimakan memasok vitamin C sebanyak 41 mg, bahkan hingga 65 mg untuk mangga
muda. Hasil percobaan kadar vitamin C mangga sesuai dengan literatur yang ada.
Kandungan vitamin C pada setiap 100 g buah tomat sebesar 21 mg (Dobrin dkk.,
2019) , pada hasil percobaan sampel tomat mengandung kadar vitamin C sebesar
12,35 mg/100 g.

Untuk sampel timun memiliki kandungan vitamin C sebesar 23,39 mg/100g


, menurut Rukmana (2007), menyatakan bahwa pada umumnya jumlah kandungan
vitamin C dalam mentimun segar tiap 100 g bahan sebesar 10 mg. Hal ini sesuai
dengan penelitian ini yang didapat bahwa jumlah kandungan vitamin C yang
Widya Dwiyani
10307049

terdapat pada mentimun berkisar 8,80 mg/100 g bahan samapi dengan 19,90
mg/100 g bahan. Dan pada sampel buah naga kandungan vitamin C nya sebesar
11,97 mg/100 g. Berdasarkan literatur setiap 100 gram buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) mengandung 8-9 mg vitamin C (Rahayu, 2014).

Dari ke enam sampel yang telah diuji tenyata memiliki kandungan vitamin
C yang berbeda, Hal ini sesuai menurut Nerdy (2017) bahwa pebedaan kandungan
vitamin C pada beberapa jenis varietas buah dapat disebabkan oleh suhu
pertumbuhan buah, masa pemanenan buah, penyimpanan buah dan tempat tumbuh
buah. Karena tempat tumbuh memiliki pH tanah yang berbeda-beda sehingga
mempengaruhi kandungan asam-asam organik.

5.8 Viskositas

Pada praktikum kali ini melakukan pengujian analisis viskositas dengan


menggunakan viskometer ostwald dan piknometer, adapun beberapa sampel yang
dianalisis pada pengujian ini yaitu susu , gliserol 1% dan gliserol 3%. Viskositas
merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan
didalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida maka makin sulit suatu fluida
mengalir dan makin sulit suatu benda begerak didalam fluida tersebut. Viskositas
dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara
molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Samdara, 2008).

Viskometer Ostwald merupakan salah satu jenis viskometer yang banyak


digunakan. Viskometer Ostwald memerlukan sampel yang lebih sedikit
dibandingkan viskometer yang lain (Putra, 2013). Prinsip yang digunakan adalah
dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh cairan untuk melewati dua titik yang
telah ditentukan pada sebuah tabung kapiler vertikal (Regina et al., 2018).

Sebelum mengetahui perhitungan viskositas dari ketiga sampel tersebut


maka dilakukan terlebih dahulu untuk menghitung densitas sampel dengan
menggunakan piknometer 10 ml , setelah dilakukan pengovenan beberapa kali
makan akan didapatkan berat + air dan berat + sampel yang digunakan. Maka dapat
Widya Dwiyani
10307049

dilanjutkan untuk melakukan percobaan viskositas dengan menggunakan


viskometer ostwald dengan aquades sebagai pembandingnya. Metode ini dilakukan
dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan (fluida) pada
konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada pipa viskometer. Masing-
masing perlakuan pada sampel susu, gliserol 1% dan gliserol 3% di ulangi tiga kali,
hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan nilai yang mendekati benar sebab alat
yang digunakan tidak dapat menentukan hasilnya secara pasti. Dari ketiga hasil
tersebut kemudian dirata-ratakan.

Maka berdasarkan pada tabel hasil 4.2 hasil pengujian viskositas sampel
susu memiliki viskositas paling besar diantara kedua sampel lainnya yaitu 0,0107
cP dengan rata rata kecepatan mengalir nya pada viskometer ostwald selama 7,38
detik viskositas susu biasanya berkisar 1,5–2,0 cP., pada sampel gliserol 1%
berdasarkan hasil perhitungan viskositas sebesar 0,0084 cP dan rata rata kecepatan
mengalir selama 6,36 detik sedangkan pada sampel gliserol 3% rata rata kecepatan
mengalir sampel pada viskometer ostwald selama 12,43 detik dan memiliki hasil
viskositas sebesar 0,0105 cP.

Namun berdasarkan teori Menurut Ulya dan Agustini (2012) viskositas


berbanding lurus dengan waktu alirnya. Makin besar viskositas cairan, makin sulit
cairan tersebut mengalir. Viskositas dipengaruhi oleh zat-zat terlarut dalam cairan.
Penambahan polimer dapat meningkatkan viskositas cairan. Adanya zat terlarut
makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan saat konsentrasi rendah
pun berpengaruh besar, karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida pada
jarak yang jauh. Pada sampel gliserol 3% waktu alir pada viskometer paling lama
diantara kedua sampel yaitu 12,43 detik jika dilihat dari teori seharusnya yang
memiliki nilai viskositas lebih besar adalah sampel gliserol 3% dengan waktu
mengalir paling lama, semakin banyak waktu yang diperlukan oleh suatu cairan
untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut semakin besar pula. Hal ini berarti
waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding
lurus dengan viskositasnya.

Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori dapat terjadi karena beberapa


faktor. Faktor yang mempengaruhi viskositas diantarnya ada tekanan, temperatur,
Widya Dwiyani
10307049

kekuatan dan berat antar molekul, dan kekuatan antar moleku/ yang pertama
tekanan, viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan. Faktor lainnya yaitu kekuatan antar molekul.
Semakin besar ikatanantar molekul suatu zat cair maka nilai viskositas yang
dimiliki akan semakin tinggi (Juhantoro dkk, 2012).
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini mengenai analisis
vitamin C dan analisis viskositas.

Pada analisis vitamin C dengan menggunakan metode titrasi iodimetri


didapatkan hasil pada ke 6 sampel , Kandungan vitamin C pada mangga sebesar
50,01 mg/100 g brokoli 9,79 mg/100 g jeruk 20,46 tomat 12,35 mg/100 g timun
23,39 mg/100 g buah naga 11,97 mg/100 g dan sampel yoghurt 86,52 mg/100 g.
Faktor- faktor berpengaruh adalah temperatur, konsentrasi garam dan gula, pH,
oksigen, enzim, katalis, logam, konsentrasi awal dan rasio antara konsentrasi asam
askorbat dengan asam dehidro askorbat.

Hasil viskositas pada praktikum kali ini dengan ketiga sampel berbeda yaitu
susu 0,0107 cP gliserol 1% 0,0084 cP dan gliserol 3% 0,0105 cP. Berdasarkan
perhitungan sampel susu memiliki viskositas paling besar. Faktor yang
mempengaruhi viskositas diantarnya ada tekanan, temperatur, kekuatan dan berat
antar molekul, dan kekuatan antar moleku/ yang pertama tekanan, viskositas cairan
naik dengan naiknya tekanan sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh
tekanan.

6.2 Saran
Diperlukan adanya kehati-hatian dan ketelitian dalam menjalankan
prosedur analisa sehingga data yang didapatkan memiliki keakuratan yang tinggi.
Kemudian data yang sudah diperoleh diamankan dan dicatat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anggreani, N. (2020) ‘Analisis Kadar Vitamin C Pada Jeruk Lokal Di Provinsi


Bengkulu’,Jurnal Ilmiah Pharmacy,7(2), Pp. 270–276.
Amin, A. R. (2015). Mengenal Budidaya Tanaman Mentimun Melalui Pemanfaatan
Media Informasi. Jupiter, 14(1), 66–71.
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jupiter/articlr/download/31/29.
Arifa, R.N., Syafutri, M. I., Lidiasari, E. 2014. Perbedaan Umur Panen Buah Timun
Suri (Cucumis melo I) Serta Formulasi Santan Kelapa dan Susu Terhadap
Karakteristik Es Krim. Jurnal Apliksai Teknologi Pangan 3(4): 141-151.

Bilnip alida. (1967). ANALISA KADAR VITAMIN C PADA BROKOLI


(Brassica oleracea var.Italic) DENGAN PERENDAMAN NaCl DAN TANPA
PERENDAMAN NaCl ALIDA. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local.,
1(69), 5–24.
Citramukti, I., (2008), Ekstraksi dan Uji Kualitas Pigmen Antosianin Pada Kulit
Buah Naga Merah (Hyloce- reus costaricensis), (Kajian Masa Simpan Buah
dan Penggunaan Jenis Pelarut), Skripsi Jurusan THP Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Dani, I. 2009. Alat otomatis pengukur kadar vitamin C dengan metode titrasi asam
basa. Jurnal. Neutrino, 1(2), 163-178.
Dobrin, A., Nedelus, A., Bujor, O., Mot, A., Zugravu, M. & Badulescu, L. (2019).
Nutritional Quality Parameters of the Fresh Red Tomato Varieties
Cultivated in Organic System. Scientific Papers Series B Horticulture; 63;
439–443.
Faramade, O. O., 2007. Kinetics of Ascorbic Acid Degradation in Commercial
Orange Juice Produced Locally in Nigeria. African Crop Science
Conference Proceedings. 8: 1813 - 1816.
Fatharanni, m. O., & anggraini, d. I. (n.d.) (2017). Efektivitas brokoli ( brassica
oleracea var. Italica) dalam menurunkan kadar kolesterol total pada
penderita obesitas.
Fitriana, Y. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Analisis Kadar Vitamin C pada Buah Jeruk
Menggunakan Metode Titrasi Iodometri. Sainteks, 17(1), 27.
https://doi.org/10.30595/sainteks.v17i1.8530.
Giancoli, D.C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Jilid 1 Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Helmiyesi, Hastuti,R.B. dan Prihastanti, E., 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan
Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C Pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis
var. microcarpa). Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XVI. 2: 33-37.
Hasanah, U. (2018). Penentuan Kadar Vitamin C Pada Mangga Kweni Dengan
Menggunakan Metode Todometri. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 16(1),
90-95.
Ide, Pangkalan. 2009. Health Secret Of Dragon Fruit; Mnguak Keajaiban si Kaktus
Eksotis dalam Penyembuhan Penyakit. Penebar Swadaya : Jakarta.

Irkin, R., and Eren, U. V., 2008. Research About Viable Lactobacillus bulgaricus
and Streptococcus thermophylus Number and Food Science in The Market
Yoghurt. World J. Of Dairy 3 (1): 25-28.

Jaharudin, & Santoso, B. (2012). Hidro Brokoli (Program Pendampingan Budidaya


Brokoli (Brassica oleracea L) untuk Meningkatkan Gizi Masyarakat Kampung
Akar). Psychology Applied to Work: An Introduction to Industrial and
Organizational Psychology, Tenth Edition Paul, 53(9), 44–51.
Jones, R. B., Stefanelli, D. & Tomkins, R. B. (2015). Pre-Harvest and Post-
Harvest Factors Affecting Ascorbic Acidand Carotenoid Content in
Fruitsand Vegetables. Acta Horticulturae;1106;31–41.
Juhantoro, Nanang., I Made Ariana., dan Semin Sanuri. 2012. Penentuan Properties
Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine.
Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1 ISSN: 2301-9271.
Karinda, M. Fatimawali, T., & Citraningtyas, G. (2013). Perbandingan Hasil
Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis Dan Jodometri. PHARMACON, 201).
Karmila, K., & Nuryanti, S. (2021). Analisis Vitamin C Pada Buah Rambusa
(Passiflora foetida L.). Media Eksakta, 17(1), 46–51.
https://doi.org/10.22487/me.v17i1.819
Khoirunnisa, F., dan Abdul, M. 2009.Penentuan Kadar Vitamin C Dan Kadar Serat
Kasar Yang Terkandung Dalam Buah-Buahan: Belimbing (Averhoa
carambola), Mangga (Mangifera indica), Nanas (Ananas comosus), Dan
Pepaya (Carica papaya).
Made, N. I., & Sukmawati, S. (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SUSUNAN DAN KEADAAN AIR SUSU. Bahan Ajar
Ilmu Ternak Perah, 1–26.
Mehta, Indu. (2017). History of mango-King of Fruits International Journal of
Engineering Science Invention. 6(7): 20-24.
Meliana, Syahputra, R., & Fauzan. (2022). Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas
Minyak Pelumas Shell Mysella S3N40 Pada Mesin Gas Type W18V50Sg
Di Pltmg Sumbagut -2 Peaker. Jurnal Tektro, 6(1), 92–97.
Napitupulu, M. (2014). ANALISIS VITAMIN C PADA BUAH PEPAYA , SIRSAK ,
SRIKAYA DAN LANGSAT YANG TUMBUH DI KABUPATEN
DONGGALA Analysis of Vitamin C in The Fruit of Papaya , Soursop , Sugar
Apple and Langsat That Grown in Donggala . 3(August), 58–65.
Nerdy. 2017. Determination of Vitamin C in Several Varieties of Melon Fruits by
Titrastion Method. Jurnal Natural 17(2): 118-121.
Nilasari, Agustin N, JB Suwasono Hendy, Tatik Wardiyati. (2013). Identifikasi
keragaman morfologi daun mangga (Mangifera indica L.) pada tanaman
hasil persilangan antara varietas arumanis143 dengan podang urang umur 2
tahun. Jurnal Produksi Tanaman. 1(1): 61-69.
Noviyanti, Hanifa, H., Elza. Ismail dan Joko. Susilo. (2019). Pengaruh Variasi
Jumlah Brokoli (Brassica Olarecea L.Var Italica Dengan Penambahan Jeruk
Nipis(Citrus Aurantifolia) Pada Jus Sebagai Minuman Fungsional Terhadap
Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, Aktivitas Antioksidan, dan Serat Pangan.
Skripsi Thesis. Poltekes Yogyakarta. Halaman 8-10.
Nurbaya, S. ., Hudi, L., Nurmalasari, I. ., & Amalia, A. . (2020). Gula Vitamin C
Levels andKadar Vitamin C dan Karakteristik Organoleptik Sorbet
Mentimun Rendah Organoleptic Characteristics of Low Sugar Cucumber
Sorbet. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan, 117–121.
Oktaviana, D. (2021) ‘Analisa Kadar Vitamin C Pada Infused Water Kurma Ajwa
(Phoenix Dactylifera L.) Jeruk Nipis (Citrus Xaurantifolia) Dan Kurma
Ajwa (Phoenixactylifera L.) Nanas Madu (Ananas Comosus)’. Stikes Icme
Jombang.
Pagliaro, Mario., Rossi, Michele., 2008. The Future of Glycerol: New Uses of a
Versatile Raw Material. RSC Green Chemistry Book Series.
Perretta, L. 2006. Makanan Untuk Otak. Jakarta: Erlangga.
Pracaya. (2003). Jeruk Manis Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. Penebar
Swadaya.

Putra, A. S., 2013. Disain dan Komputerisasi Viskometer Kapiler.


Rahayuningsih, J., Sisca, V., Eliyarti, & Angasa, E. (2022). Analisis Vitamin C
pada Buah Jeruk Pasaman Untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh pada
Masa Pandemi. Journal of Research and Education Chemistry (JREC), 4(1),
29–30. https://doi.org/10.25299/jrec.2022.vol4(1).9363
Rahayu, S. (2014). Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Jakarta: Infra Hijau.
Regina, O., Sudrajad, H., Syaflita, D., Fisika, P., & Riau, U. (2018). Measurement
of Viscosity Uses an Alternative Viscometer Pengukuran Viskositas
Menggunakan Viskometer Alternatif. Jurnal Geliga Sains, 6(2), 127–132.
Resnawati, H. 2008. Kualitas susu pada ber- bagai pengolahan dan penyimpanan.
Prosiding Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju
Perdagangan Bebas 2020, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Bogor.
Rosmainar, L., Ningsih, W., Putu Ayu, N., & Nanda, H. (2018). PENENTUAN
KADAR VITAMIN C BEBERAPA JENIS CABAI ( Capsicum sp. ) DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. 3(1), 1–5.
Rukmana. (2005). Jeruk Besar Potensi dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisuis.
Rukmana, S. 2007. Komposisi Kimia Sayur dan Buah. Penebar Swadaya,
Yogyakarta
Samdara, R., Bahri, S., & Muqorobin, A., 2008. Rancang Bangun Viskometer
dengan Metode Rotasi Berbasis Komputer. GRADIEN, 4 (2), 342-348.
Sani. 2010. Pengaruh Pelarut Phenol Pada Reklamasi Minyak Pelumas. Unesa
University Press.
Sari, L. D. A., Kurniawati, E., Ningrum, R. S., & Ramadani, A. H. (2021). Kadar
Vitamin C Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Tiap Fase
Kematangan Berdasar Hari Setelah Tanam. Jurnal Farmasi Dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 8(1), 74.
https://doi.org/10.20473/jfiki.v8i12021.74-82.
Sartika, A. D. D. (2020) ‘Analisis Kandungan Vitamin C Telur Itik Asin Dengan
Perendaman Kulit Jeruk Manis’. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Septyani, L. V. (2021). Pengaruh Waktu dan Suhu Pemanasan terhadap Stabilitas
Sediaan Vitamin C Diukur dengan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal Dunia
Farmasi, 5(2), 74–81. https://doi.org/10.33085/jdf.v5i2.4840
Sumantri, Indro. (2004). Pemanfaatan Mangga Lewat Masak Menjadi Fruitghurt
dengan Mikroorganisma Lactobacillus bulgaricus. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik UNDIP.
Sukardjo, 2002, Kimia Fisika, Bineka Cipta, Jakarta.
Sumpena. 2001. Budidaya Ketimun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tareen, H., Ahmed, S., Mengal, F., Masood, Z., Bibi, S. & Mengal, R. (2015).
Estimation of Vitamin C Content in Artificially Packed Juices of Two
Commercially Attracted Companies in Relation to Their Significance for
Human Health.
Taufik. (2014). Statistik Produksi Holtikultura. Jakarta: Direktorat Jenderal
Holtikultura, Kementerian Pertanian.
Trutnik, L., R. Bozanic, Z. Herceg, dan I. Drgalic. 2006. The quality of plain and
supplemented kefir from goat's and cow's milk. International Journal of
Dairy Technology 59(1): 40-46.
Ulya, Minhatul dan Rudiana Agustini. 2012. Pengaruh Suhu Polimerasi L-Asam
Laktat melalui Metode Ring Opening Polymerization (ROP) terhadap
Karakteristik Polylactic Acid (PLA). Journal of Chemistry. Vol. 1, No. 1.
Usmiyati, S, Abubakar. 2009. Teknologi Pengo- lahan Susu. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
USDA.National Nutrient Database for Standard Reference26. Broccoli, Onion,
Garlic and Coriander. United States : U.S: Departement of Agriculture
Nutrient Data Laboratory and Health; 2012.

Winarsih, S., (2007). Mengenal dan Mem- budidayakan Buah Naga. Semarang: CV
Aneka Ilmu.
Yani T & Ade Iwan S. 2004. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta
LEMBAR KONTRIBUSI

Adelia Suryani 10307001 BAB 1 dan BAB 5


Khori Indriyani S 10307025 BAB 2, dan BAB 5
M. Rifki Abdillah 10307029 BAB 3, BAB 4, BAB 5 dan editing
Widya Dwiyani 10307049 BAB 6 dan BAB 5

Anda mungkin juga menyukai