Kelompok Iii Observasi Proteksi Kebakaran Pasif Jalur Evakuasi
Kelompok Iii Observasi Proteksi Kebakaran Pasif Jalur Evakuasi
Disusun oleh :
Kelompok 3
- Jonson Sitompul
- Fahmi Farhat
- Anggi Muhammad K. Putra
- Jeremi Jamski Purba
- Onky Dwi Wardana
- Randi Abito
2022
DAFTAR ISI
Table of Contents
Kebakaran adalah kejadian yang sangat tidak diinginkan, kejadiannya sering terjadi
tiba-tiba akibat kelalaian manusia dan cepat meluas sehingga tidak hanya menimbulkan
kerugian material tetapi juga menimbulkan kerusakan lingkungan bahkan menimbulkan
korban jiwa.
Faktor pendukung terjadinya api reaksi pembakaran dapat dicirikan oleh empat
komponen, yaitu: bahan bakar (fuel), oksigen, panas (heat), dan reaksi pembakaran berantai
(chainreaction). Keempat komponen ini telah disimbolkan dalam bentuk geometrik padat
bersisi empat yang disebut tetrahedron api (tetrahedronoffire).
Kebakaran bisa terjadi dimanapun, salah satunya yang cukup berpotensi tinggi terjadi
kebakaran yaitu di tempat kerja. Tempat kerja adalah suatu tempat yang mempunyai unsur
tenaga kerja, usaha, dan sumber bahaya. Sumber bahaya merupakan salah satu unsur penting
yang harus diperhatikan agar dalam pekerjaan tenaga kerja mendapatkan perlindungan atas
keselamatan sehingga sumber-sumber produksi dapat dipakai secara efisien.
Usaha untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kebakaran dalam tempat kerja salah
satunya dengan cara menerapkan beberapa proteksi untuk menanggulangi jika ada kebakaran.
Proteksi tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu proteksi aktif dan pasif. Proteksi selain
bertujuan untuk menanggulangi kebakaran juga sebagai sarana pelindung atau evakuasi untuk
tenaga kerja yang berada dalam area yang terjadi kebakaran.
Salah satu proteksi kebakaran yaitu dengan menyediakan jalur dan titik evakuasi untuk
para tenaga kerja atau orang yang berada di dalam maupun di luar ruangan. Selain untuk
evakuasi orang juga dapat digunakan untuk jalur evakuasi dokumen atau material yang
berharga dalam suatu area yang terjadi kebakaran oleh petugas evakuasi secara cepat dan
selamat. Tempat yang cukup banyak terdapat material berharga dalam tempat kerja yaitu
gudang penyimpanan.
Sungai Rungau Mill merupakan industri pengolahan sawit yang memiliki penyimpanan
material, baik material padat maupun material cair yang memiliki potensi kebakaran yang
tinggi dan nilai material dalam gudang tersebut juga cukup tinggi. Sehingga perlu adanya
jalur untuk memberikan kemudahan tenaga kerja dalam proses evakuasi jika terjadi
kebakaran yang sesuai dengan regulasi atau standar.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Studi lapangan dilakukan untuk melihat dan mempelajari kondisi aktual pada tempat
yang akan diobservasi agar dapat dilakukan pembahasan. Studi lapangan dilaksanakan pada
tanggal 05 November 2022 di pabrik kelapa sawit Sungai Rungau Mill dan berfokus pada
area gudang central.
II. DASAR TEORI
PT. Binasawit Abadi Pratama atau Sungai Rungau Mill (SRUM) terletak di Jalan
Jenderal Sudirman KM 105 Sampit – Pangkalan Bun, Desa Rungau Raya, Kecamatan Danau
Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Merupakan pabrik pengolahan kelapa
sawit menjadi CPO (Crude
Crude Palm Oil)
Oil) dengan luas area 7,21 Ha dan berdiri pada Oktober
2003. Pada tahun 2022 SRUM memiliki 155 tenaga kerja, operasional pabrik 16 – 20 jam per
hari dengan kapasitas olah pabrik 80 Ton/jam.
Undang – Undang yang mengatur tentang keselamatan kerja di tempat kerja, tempat
kerja yang dimaksud adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, tetap atau
bergerak yang mempunyai tenaga kerja untuk menjalankan suatu usaha dimana terdapat
sumber – sumber bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
Pada pasal 3 menetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah
encegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah,
encegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah
encegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi
emberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian
kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi
emberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat
alat perlindungan diri pada para pekerja
g. Mencegah
encegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
Upaya penyelamatan dalam ketentuan ini bertujuan agar para penghuni atau pemakai
bangunan mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang aman pada saat
terjadi kebakaran. Sarana dan perlengkapan ke luar pada bangunan harus mudah dan jelas
terlihat atau dicapai oleh penghuni atau pemakai bangunan.
Sarana dan perlengkapan ke luar terdiri dari tangga kebakaran, koridor, pintu
kebakaran, pintu kebakaran, bukaan penyelamat, lift kebakaran, penerangan darurat,
komunikasi darurat, sistem pengendalian asap, landasan helikopter, dan peralatan pembantu
lainnya.
Berdasarkan Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 jenis tempat kerja di klasifikasikan
menurut potensi bahaya meliputi :
a. Bahaya Kebakaran Ringan, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar rendah serta menjalarnya api lambat. Meliputi tempat ibadah, perkantoran,
gedung pendidikan, perumahan, gedung perawatan, restorant, perpustakaan, perhotelan,
gedung lembaga, rumah sakit, museum, penjara.
b. Bahaya Kebakaran Sedang 1, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang dengan menimbun bahan setinggi tidak lebih 2,5 meter serta
menjalarnya api sedang. Meliputi tempat parkir, pabrik elektronik, pabrik roti, pabrik
barang gelas, pabrik minuman, pabrik permata, pabrik pengalengan, binatu, pabrik
susu.
c. Bahaya Kebakaran Sedang 2, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang dengan menimbun bahan setinggi tidak lebih 4 meter serta menjalarnya
api sedang. Meliputi penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan atau
penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakitan kayu, gudang perpustakaan,
pabrik bahan keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang
kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik
kimia dengan kemudahan terbakar sedang, pertokoan dengan pramuniaga kurang dari
50 orang.
d. Bahaya Kebakaran Sedang 3, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggiserta menjalarnya api cepat. Meliputi ruang pameran, ruang permadani,
ruang makanan, pabrik sikat, pabrik ban, pabrik karung, bengkel mobil, pabrik sabun,
pabrik tembakau, pabrik lilin, studio atau pemancar, pabrik barang plastik,
pergudangan, pabrik pesawat terbang, pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50
orang, penggergajian atau pengolahan kayu, pabrik makanan kering, pabrik minyak
nabati, pabrik tepung terigu, pabrik pakaian.
e. Bahaya Kebakaran Berat, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggi dengan menyimpan bahan cair, serat atau bahan lainnya yang
membuatmenjalarnya api cepat jika terjadi kebakaran. Meliputi pabrik kimia dengan
kemudahan terbakar tinggi, pabrik kembang api, pabrik korek api, pabrik cat, pabrik
bahan peledak, pemintalan benang atau kain, penggergajian kayu yang menggunakan
bahan mudah terbakar, studio film atau televisi, pabrik karet buatan, hangar pesawat
terbang, penyulingan minyak bumi, pabrik karet dan plastik busa.
Mengatur tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung yang mengacu pada NFPA
101 : Life Safety Code, 1997 Edition, National Fire Protection Association.
Sarana jalan keluar :
a. Koridor, sebagai akses keluar dan melayani suatu daerah yang memiliki suatu beban
hunian lebih dari 30 dan dipisahkan dari bagian lain bangunan.
b. Sarana jalan keluar, sebagai lintasan sepanjang evakuasi jika terjadi kebakaran dengan
syarat tidak boleh terhalang dengan perabot, dekorasi, atau benda lain yang
mengganggu akses menuju keluar. Lebar jalur tidak boleh ada penyempitan dan dapat
terlihat jelas menuju akses pintu keluar.
c. Pintu, setiap pintu atau jalan masuk utama yang dipersyaratkan harus dirancang dan
dibangun sehingga jalan dari lintasan ke luar dapat terlihat jelas dan langsung. Lebar
jalan keluar dibuat dengan posisi terbuka penuh atau bebas minimal 80 cm. Ketinggian
permukaan lantai pada kedua sisi lantai pintu tidak boleh berbeda lebih dari 12 mm.
Pintu harus membuka ke arah jalur jalan keluar secara mudah apabila digunakan pada
ruang eksit yang dilindungi atau apabila digunakan untuk melayani daerah yang
mengandung resiko bahaya kebakaran berat.
d. Tangga,semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan keluar sesuai persyaratan
dan harus dari konstruksi tetap yang permanen.Tangga dan bordes antar tangga harus
sama lebar dengan tanpa pengurangan lebar sepanjang arah lintasan jalan keluar.Anak
tangga dan bordes tangga harus padat, tahanan gelincirnya seragam, dan bebas dari
tonjolan atau bibir yang dapat menyebabkan pengguna tangga jatuh. Kemiringan di
bawah anak tangga pada sudut tidak lebih dari 30 derajat dan memiliki rel pegangan
tangan dengan lebar jalur lintasan minimal 75 cm dari posisi rel serta tinggi 86 – 96 cm
dari permukaan atas tangga.
e. Pencahayaan darurat, fasilitas pencahayaan darurat untuk sarana jalan ke luar harus
disediakan pada pintu keluar, saf tangga dan ruang perantara dari ruang tertutup kedap
asap. Memiliki generator sendiri yang waktu penundaan tidak lebih 10 detik dan jangka
waktu 1,5 jam dari padamnya pencahayaan normal.
f. Penandaan jalan keluar, akses jalan keluar harus diberi tanda yang mudah terlihat dari
setiap arah akses keluar. Penempatan tanda keluar pada koridor tidak lebih dari 30 m
dari tanda terdekat. Dasar tanda berukuran 15 – 20 cm diatas lantai, untuk tanda di
pintu dipasangkan pada pintu atau dekat pinggir pintu dalam jarak 10 cm dari rangka
pintu. Harus memiliki warna yang mudah terlihat dan kontras. Ukuran tulisan tidak
lebih 15 cm dan tebal tidak kurang 2 cm lebarnya serta jarak antart huruf tidak kurang 1
cm. Tanda arah harus memiliki sumber cahaya sendiri atau dapat terlihat dalam gelap.
Jalur evakuasi adalah rute yang di desain khusus untuk menghubungkan ruangan atau
bangunan pada daerah aman jika terjadi bencana alam atau insiden kebakaran.
Mengingat proses perpindahan perlu dilakukan secara cepat, maka jalur evakuasi adalah
termasuk rute pendek yang langsung menghubungkan lantai tertentu pada bangunan ke area
terbuka
Biasanya poin penting jalur evakuasi adalah tanda atau peta yang menunjukkan daerah
kawasan aman.
Syarat jalur evakuasi :
1. Harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman, dilengkapi
dengan penanda yang jelas dan mudah terlihat.
3. Bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan.
4. Amati jalur evakuasi , pintu keluar atau tangga darurat, apakah ada rintangan yang
dapat mengganggu, apakah ada petunjunk arah, apakah ada penerangan darurat,
panjang jarak tempuh mencapai pintu keluar tidak melebihi 36 meter untuk resiko
ringan, 30 meter untuk resiko sedang dan 24 meter untuk resiko berat.
2. Lebar koridor bersih minimum 1,80 m dan bebas dari barang barang yang dapat
menggangu kelancaran evakuasi
3. Koridor dilengkapi dengan petunjuk arah ke pintu darurat atau arah keluar
4. Panjang arah koridor ke pintu darurat atau arah keluar terdekat tidak lebih dari 25 m
Warehouse SRUM sudah mempunyai tinggi ruangan 2.5 meter dengan koridor yang
melebihi 1,8 meter dan bebas dari barang barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi.
2,5 m
Berikut layout jalur evakuasi didalam gudang dimana jarak tempuh terjauh menuju ke
pintu exit adalah 19 meter.
Jarak
rak titik terjauh ke
pintu exit 19 meter
3.5. Ventilasi
Ventilasi yang tersedia di gudang SRUM adalah ventilasi yang fix, tidak bisa di setting
sehingga belum memenuhi standar kepmen no 2/KPTS/1985
2/KPTS/1985. Berdasarkan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung
Gedung, standar dalam pengendalian asap
sebagai berikut :
1. Bagian-bagian
bagian ruangan pada bangunan yang digunakan untuk jalur penyelamatan
harus direncanakan bebas dari asap, bila terjadi kebakara
kebakaran,
n, melalui sistem
pengendalian asap.
2. Ruang bawah tanah, ruang tertutup, tangga kebakaran, dan atau ruang-ruang
ruang yang
diperkirakan asap akan terperangkap, harus direncanakan bebas asap dengan
menggunakan ventilasi mekanis, yang akan bekerja secara otomatis bila terjadi
kebakaran.
3. Peralatan ventilasi mekanis, maupun peralatan lainnya yang bekerja secara terpusat
harus dapat dikendalikan baik secara otomatis maupun manual dari ruang sentral.
sentral
Gambar 3.5.1 Kondisi Ventilasi pada PKS SRUM menggunakan ventilasi fix
Komunikasi darurat yang ada di gudang SRUM ialah terpasang sebuah alat yaitu panic
alarm yang dapat difungsikan dengan manual atau push button jika terjadi keadaan darurat
serta digudang terdapat nomor penting yang dapat dihubungi ke pihak terkait apabila terjadi
kebakaran.
Sesuai dengan regulasa tentang komunikasi darurat ayat 1, Sistem komunikasi darurat
terdiri dari sistem tilpon dan sistem tata suara. Komunikasi darurat yang terpasang sudah
sesuai
Pada BAB II Lingkungan dan bangunan pasal 4 tentang persyaratan bangunan pada
ayat 5 yang berbunyi :
Pintu kebakaran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lebar pintu kebakaran minimum 90 cm, membuka ke arah tangga kebakaran, dapat
menutup secara otomatis, dan dapat dibuka dengan kekuatan 10 kgf.
b. Jarak antar pintu kebakaran maksimum 25 m.
Pintu darurat pada gudang SRUM sudah memenuhi syarat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 Dimana lebar pintu sudah memenuhi yaitu 100 cm dan
dilengkapi keterangan pintu keluar. Namun pada bukaan pintu digudang tersebut bukaan ke
dalam, harusnya pintu dibuka ke arah keluar hal ini tertuang pada pasal 4 tentang persyaratan
bangunan ayat 2 point a yang berbunyi :
a. Lubang pintu bangunan perumahan dan gedung yang langsung menghadap keluar,
daun pintunya harus membuka ke luar.
Dalam pembuatan Sarana Jalan Keluar harus diberi Petunjuk Arah Keluar dan memperhatikan
ketentuan yang berlaku sesuai dengan SNI 03-1746-2000
1. Pada setiap pintu menuju ruang tertutup untuk tangga, tanda yang menyatakan
“Eksit” dan sesuai ketentuan yang berlaku harus dipasang didekat sisi kunci pintu
150 cm diatas lantai ke garis tengah dari tanda tersebut
Gambar.3.8.1 Tanda Eksit Pada PKS SRUM
2. Harus mudah terlihat disemua keadaan, penempatan tanda arah haruslah
sedemikian sehingga tidak ada titik didalam akses eksit koridor lebih dari 30 m dari
tanda tersebut
3. Tanda Exit Harus diletakkan didekat permukaan lantai sebagai tanda tambahan
diletakkan diatas lantaitidak kurang dari 15 cm dan tidak lebih dari 20 cm.
4. Tanda arah yang diterangi dari luar, harus memiliki Kata “EKSIT” atau kata lain
yang sesuai dengan huruf biasa, tidak lebih tinggi dari 15 cm dengan ketebalan
huruf tidak kurang dari 2cm lebarnya.
5. Setiap tanda arah harus diterangi yang cukup oleh sumber cahaya yang handal,
tanda arahyamg diterangi dari luar harus diterangi tidak kurang dari 54 Lux dan
rasio kontras tidak kurang dari 0,5, tanda arah yang diterangi sendiri dan tanda arah
yang diterangi listrik harus mempunyai minimum luminasi 0,21 kandel/m2, dan
sisediakan dalam jangka waktu 11/2 jam pada kejadian padamnya pencahayaan
normal.
Dari Penjelasan diatas untuk kondisi senyatanya di PKS SRUM tanda EKSIT Pada Point
pertama sudah memenuhi yaitu di letakkan pada sisi kunci pintu 150 cm diatas lantai namun
belum dilengkapi dengan tanda eksit tambahan pada 15 -20 cm diatas lantai, untuk
pencahayaan dan ukuran dari tanda nya tidak sesuai dengan persyaratan SNI 03-1746-2000
3.9. Titik Kumpul
Implementasi titik kumpul pada PT. BAP -PKS SRUM . Dalam keadaan aktual titik
kumpul tersebut berada pada jalan dan area terbuka, serta memiliki tanda dan pengaman
antara jalur keselamatan orang dipisahkan dengan jalur kendaraan sesuai dengan persyaratan
teknis bahwa tidak boleh menghalangi menghalangi akses dan manuver mobil damkar serta
dapat dijangkau oleh kendaraan dan petugas medis.
Untuk jarak dari pintu darurat menuju ke titik berkumpul yaitu 89 meter, belum sesuai
dengan persyaratan teknis yang tertuang dalam peraturan Kepmen PUPR no. 14 Tahun 2017
dimana disyaratkan jarak minimal adalah 20 meter.
3.10. Rekomendasi
Dari hasil pembahasan hasil observasi yang di dapat diklasifikasi dengan table dibawah
ini untuk sebagai rekomendasi
1 Jalur Evakuasi Jalur evakuasi sudah ada dan jalur 1. Jalur tersendiri Memenuhi
tidak ada halangan
2 Penerangan darurat Tidak ada penerangan darurat 1. Ada lampu penerangan berbentuk anak panah Belum sepenuhnya memenuhi
2. Terdapat daya terpisah/mandiri
3 Petunjuk arah keluar Sudah ada penunjuk arah 1. Arah keluar evakuasi Memenuhi
4 komunikasi darurat Sudah ada nomor penting 1. Telpon memenuhi
2. Alarm
5 Ventilasi Sudah ada ventilas 1. Ventilasi yang dapat di setting Belum memenuhi
6 Pintu darurat Sudah ada pintu exit namun tidak 1. Lebar 90 cm Belum sepenuhnya memenuhi
ada arah keluar 2. Membuka kearah keluar dan menutup otomatis
3. Jarak pintu antar 25 meter (kekuatan buka (10 kgF
7 Koridor Sudaah ada koridor yang mengarah 1. Lebar min 1,80 m memenuhi
ke jalur evakuasi 2. Jarak Stiap Koridor ke pintu tidak boleh lebih dari 25 m)
3. Jarak pintu antar 25 meter (kekuatan buka (10 kgF
Sesuai dengan tabel diatas Kepmen pu 02/KPTS/1985, Kepmen PUPR no 14 Tahun 2017
serta PUPR no 26 tahun 2008 implentasi evakuasi pada gudang milik SRUM sudah sesuai
namun ada beberapa perlu perbaikan untuk sebagai bahan rekomendasi.
Berikut rekomendasi perbaikan untuk menyesuaikan regulasi evakuasi Kepmen pu
02/KPTS/1985, Kepmen PUPR no 14 Tahun 2017 dan PUPR no 26 tahun 2008.
Rekomendasi
No Dekripsi Aktual Spesifikasi Rekomendasi
1 Penerangan darurat Tidak ada penerangan darurat 1. Ada lampu penerangan berbentuk anak panah Perlu ditambahkan penerangan
2. Terdapat daya terpisah/mandiri darurat yang berlampu dengan
daya terpisah
2 Ventilasi Sudah ada ventilas 1. Ventilasi yang dapat di setting Perlu ditambahkan ventilasi yang
dapat disetting yaitu dapat
berupa alat exhaust fan
3 Pintu darurat Sudah ada pintu exit namun tidak 1. Lebar 90 cm Perlu memodifikasi pintu agar
ada arah keluar tetapi membuka ke 2. Membuka kearah keluar dan menutup otomatis terbuka ke arah luar
dalam 3. Jarak pintu antar 25 meter (kekuatan buka (10 kgF
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
1. Memasang penerangan darurat yang memiliki daya terpisah dari daya utama agar
pada saat terjadi kebakaran maka proses evakuasi dapat berjalan dengan baik.
2. Memodifikasi Ventilasi sesuai regulasi
3. Melakukan perbaikan pintu emergency dengan bukaan keluar
1. https://www.sucofindo.co.id/id/read/2022/09/3471/kenalan-dengan-sistem-proteksi-
kebakaran-aktif. Diakses pada 04 November 2022.
2. SNI 03-1746-2000. “Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar
Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung”.
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/KPTS/1985.“Ketentuan Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung”.
4. NFPA 101 : Life Safety Code.
5. Peraturan Menteri PUPR No. 26/PRT/M/2008 Tahun 2008. “Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan”.