Anda di halaman 1dari 20

OBSERVASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASIF JALUR

EVAKUASI CENTRAL WAREHOUSE


PT. BINASAWIT ABADI PRATAMA – SUNGAI RUNGAU MILL

Disusun oleh :
Kelompok 3

Ketua : Arisandi Agustin Pandiangan


Anggota:

- Jonson Sitompul
- Fahmi Farhat
- Anggi Muhammad K. Putra
- Jeremi Jamski Purba
- Onky Dwi Wardana
- Randi Abito

PELATIHAN KOORDINATOR PEMADAM KEBAKARAN (KELAS B)


ANGKATAN I
PT. BINASAWIT ABADI PRATAMA

2022
DAFTAR ISI

Table of Contents

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2


I. PENDAHULUAN............................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 3
1.2. Tujuan dan Manfaat................................................................................................. 4
1.3. Pelaksanaan Studi Lapangan .................................................................................... 4
II. DASAR TEORI ................................................................................................................ 5
2.1. Profil Perusahaan ..................................................................................................... 5
2.2. Dasar Hukum ........................................................................................................... 5
2.2.1. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 ..................................................................... 5
2.2.2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/KPTS/1985 .................................. 6
2.2.3. Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 ......................................................................... 6
2.2.4. SNI 03-1746-2000............................................................................................... 7
2.2.5. Kepmenaker PUPR No. 14 tahun 2017 .................................................................. 8
III. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 10
3.1. Identifikasi Material ............................................................................................... 10
3.2. Analisa Resiko ........................................................................................................ 10
3.3. Operasional Gudang Central .................................................................................. 11
3.4. Jalur Evakuasi ....................................................................................................... 11
3.5. Ventilasi ................................................................................................................. 13
3.6. Komunikasi Darurat .............................................................................................. 14
3.7. Pintu Darurat ......................................................................................................... 15
3.8. Petunjuk Arah Keluar ............................................................................................ 15
3.9. Titik Kumpul ......................................................................................................... 17
3.10. Rekomendasi ......................................................................................................... 18
IV. PENUTUP .................................................................................................................. 19
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 19
4.2. Saran ..................................................................................................................... 19
V. REFERENSI .................................................................................................................. 20
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebakaran adalah kejadian yang sangat tidak diinginkan, kejadiannya sering terjadi
tiba-tiba akibat kelalaian manusia dan cepat meluas sehingga tidak hanya menimbulkan
kerugian material tetapi juga menimbulkan kerusakan lingkungan bahkan menimbulkan
korban jiwa.

Faktor pendukung terjadinya api reaksi pembakaran dapat dicirikan oleh empat
komponen, yaitu: bahan bakar (fuel), oksigen, panas (heat), dan reaksi pembakaran berantai
(chainreaction). Keempat komponen ini telah disimbolkan dalam bentuk geometrik padat
bersisi empat yang disebut tetrahedron api (tetrahedronoffire).

Kebakaran bisa terjadi dimanapun, salah satunya yang cukup berpotensi tinggi terjadi
kebakaran yaitu di tempat kerja. Tempat kerja adalah suatu tempat yang mempunyai unsur
tenaga kerja, usaha, dan sumber bahaya. Sumber bahaya merupakan salah satu unsur penting
yang harus diperhatikan agar dalam pekerjaan tenaga kerja mendapatkan perlindungan atas
keselamatan sehingga sumber-sumber produksi dapat dipakai secara efisien.

Usaha untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kebakaran dalam tempat kerja salah
satunya dengan cara menerapkan beberapa proteksi untuk menanggulangi jika ada kebakaran.
Proteksi tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu proteksi aktif dan pasif. Proteksi selain
bertujuan untuk menanggulangi kebakaran juga sebagai sarana pelindung atau evakuasi untuk
tenaga kerja yang berada dalam area yang terjadi kebakaran.

Salah satu proteksi kebakaran yaitu dengan menyediakan jalur dan titik evakuasi untuk
para tenaga kerja atau orang yang berada di dalam maupun di luar ruangan. Selain untuk
evakuasi orang juga dapat digunakan untuk jalur evakuasi dokumen atau material yang
berharga dalam suatu area yang terjadi kebakaran oleh petugas evakuasi secara cepat dan
selamat. Tempat yang cukup banyak terdapat material berharga dalam tempat kerja yaitu
gudang penyimpanan.

Sungai Rungau Mill merupakan industri pengolahan sawit yang memiliki penyimpanan
material, baik material padat maupun material cair yang memiliki potensi kebakaran yang
tinggi dan nilai material dalam gudang tersebut juga cukup tinggi. Sehingga perlu adanya
jalur untuk memberikan kemudahan tenaga kerja dalam proses evakuasi jika terjadi
kebakaran yang sesuai dengan regulasi atau standar.
1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukan observasi ini antara lain :


1. Mengetahui resiko bahaya yang ada di area gudang Sungai Rungau Mill
2. Mengetahui sistem evakuasi di area gudang ketika terjadi kebakaran

Manfaat studi lapangan penanggulangan kebakaran ini antara lain :


1. Memberikan informasi mengenai jalur evakuasi di area gudang Sungai Rungau Mill
2. Memberikan informasi untuk saran dan perbaikan dalam sistem evakuasi di gudang
Sungai Rungau Mill

1.3. Pelaksanaan Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk melihat dan mempelajari kondisi aktual pada tempat
yang akan diobservasi agar dapat dilakukan pembahasan. Studi lapangan dilaksanakan pada
tanggal 05 November 2022 di pabrik kelapa sawit Sungai Rungau Mill dan berfokus pada
area gudang central.
II. DASAR TEORI

2.1. Profil Perusahaan

PT. Binasawit Abadi Pratama atau Sungai Rungau Mill (SRUM) terletak di Jalan
Jenderal Sudirman KM 105 Sampit – Pangkalan Bun, Desa Rungau Raya, Kecamatan Danau
Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Merupakan pabrik pengolahan kelapa
sawit menjadi CPO (Crude
Crude Palm Oil)
Oil) dengan luas area 7,21 Ha dan berdiri pada Oktober
2003. Pada tahun 2022 SRUM memiliki 155 tenaga kerja, operasional pabrik 16 – 20 jam per
hari dengan kapasitas olah pabrik 80 Ton/jam.

Gambar 2.1 Sungai Rungau Mill

2.2. Dasar Hukum

2.2.1. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970

Undang – Undang yang mengatur tentang keselamatan kerja di tempat kerja, tempat
kerja yang dimaksud adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, tetap atau
bergerak yang mempunyai tenaga kerja untuk menjalankan suatu usaha dimana terdapat
sumber – sumber bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
Pada pasal 3 menetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah
encegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah,
encegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah
encegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi
emberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian
kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi
emberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat
alat perlindungan diri pada para pekerja
g. Mencegah
encegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

2.2.2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/KPTS/1985

Upaya penyelamatan dalam ketentuan ini bertujuan agar para penghuni atau pemakai
bangunan mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang aman pada saat
terjadi kebakaran. Sarana dan perlengkapan ke luar pada bangunan harus mudah dan jelas
terlihat atau dicapai oleh penghuni atau pemakai bangunan.
Sarana dan perlengkapan ke luar terdiri dari tangga kebakaran, koridor, pintu
kebakaran, pintu kebakaran, bukaan penyelamat, lift kebakaran, penerangan darurat,
komunikasi darurat, sistem pengendalian asap, landasan helikopter, dan peralatan pembantu
lainnya.

2.2.3. Kepmenaker No. 186 Tahun 1999

Berdasarkan Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 jenis tempat kerja di klasifikasikan
menurut potensi bahaya meliputi :
a. Bahaya Kebakaran Ringan, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar rendah serta menjalarnya api lambat. Meliputi tempat ibadah, perkantoran,
gedung pendidikan, perumahan, gedung perawatan, restorant, perpustakaan, perhotelan,
gedung lembaga, rumah sakit, museum, penjara.
b. Bahaya Kebakaran Sedang 1, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang dengan menimbun bahan setinggi tidak lebih 2,5 meter serta
menjalarnya api sedang. Meliputi tempat parkir, pabrik elektronik, pabrik roti, pabrik
barang gelas, pabrik minuman, pabrik permata, pabrik pengalengan, binatu, pabrik
susu.
c. Bahaya Kebakaran Sedang 2, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang dengan menimbun bahan setinggi tidak lebih 4 meter serta menjalarnya
api sedang. Meliputi penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan atau
penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakitan kayu, gudang perpustakaan,
pabrik bahan keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang
kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik
kimia dengan kemudahan terbakar sedang, pertokoan dengan pramuniaga kurang dari
50 orang.
d. Bahaya Kebakaran Sedang 3, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggiserta menjalarnya api cepat. Meliputi ruang pameran, ruang permadani,
ruang makanan, pabrik sikat, pabrik ban, pabrik karung, bengkel mobil, pabrik sabun,
pabrik tembakau, pabrik lilin, studio atau pemancar, pabrik barang plastik,
pergudangan, pabrik pesawat terbang, pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50
orang, penggergajian atau pengolahan kayu, pabrik makanan kering, pabrik minyak
nabati, pabrik tepung terigu, pabrik pakaian.
e. Bahaya Kebakaran Berat, tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggi dengan menyimpan bahan cair, serat atau bahan lainnya yang
membuatmenjalarnya api cepat jika terjadi kebakaran. Meliputi pabrik kimia dengan
kemudahan terbakar tinggi, pabrik kembang api, pabrik korek api, pabrik cat, pabrik
bahan peledak, pemintalan benang atau kain, penggergajian kayu yang menggunakan
bahan mudah terbakar, studio film atau televisi, pabrik karet buatan, hangar pesawat
terbang, penyulingan minyak bumi, pabrik karet dan plastik busa.

2.2.4. SNI 03-1746-2000

Mengatur tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung yang mengacu pada NFPA
101 : Life Safety Code, 1997 Edition, National Fire Protection Association.
Sarana jalan keluar :
a. Koridor, sebagai akses keluar dan melayani suatu daerah yang memiliki suatu beban
hunian lebih dari 30 dan dipisahkan dari bagian lain bangunan.
b. Sarana jalan keluar, sebagai lintasan sepanjang evakuasi jika terjadi kebakaran dengan
syarat tidak boleh terhalang dengan perabot, dekorasi, atau benda lain yang
mengganggu akses menuju keluar. Lebar jalur tidak boleh ada penyempitan dan dapat
terlihat jelas menuju akses pintu keluar.
c. Pintu, setiap pintu atau jalan masuk utama yang dipersyaratkan harus dirancang dan
dibangun sehingga jalan dari lintasan ke luar dapat terlihat jelas dan langsung. Lebar
jalan keluar dibuat dengan posisi terbuka penuh atau bebas minimal 80 cm. Ketinggian
permukaan lantai pada kedua sisi lantai pintu tidak boleh berbeda lebih dari 12 mm.
Pintu harus membuka ke arah jalur jalan keluar secara mudah apabila digunakan pada
ruang eksit yang dilindungi atau apabila digunakan untuk melayani daerah yang
mengandung resiko bahaya kebakaran berat.
d. Tangga,semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan keluar sesuai persyaratan
dan harus dari konstruksi tetap yang permanen.Tangga dan bordes antar tangga harus
sama lebar dengan tanpa pengurangan lebar sepanjang arah lintasan jalan keluar.Anak
tangga dan bordes tangga harus padat, tahanan gelincirnya seragam, dan bebas dari
tonjolan atau bibir yang dapat menyebabkan pengguna tangga jatuh. Kemiringan di
bawah anak tangga pada sudut tidak lebih dari 30 derajat dan memiliki rel pegangan
tangan dengan lebar jalur lintasan minimal 75 cm dari posisi rel serta tinggi 86 – 96 cm
dari permukaan atas tangga.
e. Pencahayaan darurat, fasilitas pencahayaan darurat untuk sarana jalan ke luar harus
disediakan pada pintu keluar, saf tangga dan ruang perantara dari ruang tertutup kedap
asap. Memiliki generator sendiri yang waktu penundaan tidak lebih 10 detik dan jangka
waktu 1,5 jam dari padamnya pencahayaan normal.
f. Penandaan jalan keluar, akses jalan keluar harus diberi tanda yang mudah terlihat dari
setiap arah akses keluar. Penempatan tanda keluar pada koridor tidak lebih dari 30 m
dari tanda terdekat. Dasar tanda berukuran 15 – 20 cm diatas lantai, untuk tanda di
pintu dipasangkan pada pintu atau dekat pinggir pintu dalam jarak 10 cm dari rangka
pintu. Harus memiliki warna yang mudah terlihat dan kontras. Ukuran tulisan tidak
lebih 15 cm dan tebal tidak kurang 2 cm lebarnya serta jarak antart huruf tidak kurang 1
cm. Tanda arah harus memiliki sumber cahaya sendiri atau dapat terlihat dalam gelap.

2.2.5. Kepmenaker PUPR No. 14 tahun 2017

Mengatur tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung salah satunya mengatur


pendukung sarana evakuasi. Sarana pendukung evakuasi yaitu rencana evakuasi, sistem
peringatan bahaya bagi pengguna, pencahayaan eksit dan tanda arah, area tempat berlindung,
titik berkumpul, dan lift kebakaran.
Titik berkumpul merupakan tempat yang digunakan pengguna bangunan setelah proses
evakuasi. Perancangan dan penyediaan titik berkumpul harus memperhatikan:
a. Kesesuaian sebagai lokasi akhir yang dituju dalam rute evakuasi
b. Keamanan dan kemudahan akses pengguna dan pengunjung bangunan gedung
c. Jarak amanminimum titik berkumpul adalah 20 mdari bahaya termasuk
runtuhanbangunan gedung
d. Kemungkinan untuk mampu difungsikan secara umum oleh para pengguna dan
pengunjung bangunan gedung
e. Kapasitas titik berkumpul
III. PEMBAHASAN

3.1. Identifikasi Material

Identifikasi material terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui jenis material,


kategori serta sumber energi yang tersedia di area tersebut.

3.2. Analisa Resiko

Setelah mengetahui dan mengidentifikasi material, maka selanjutnya dapat dilakukan


analisa resikonya. Berikut analisa resiko di area gudang :
3.3. Operasional Gudang Central

3.4. Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi adalah rute yang di desain khusus untuk menghubungkan ruangan atau
bangunan pada daerah aman jika terjadi bencana alam atau insiden kebakaran.
Mengingat proses perpindahan perlu dilakukan secara cepat, maka jalur evakuasi adalah
termasuk rute pendek yang langsung menghubungkan lantai tertentu pada bangunan ke area
terbuka
Biasanya poin penting jalur evakuasi adalah tanda atau peta yang menunjukkan daerah
kawasan aman.
Syarat jalur evakuasi :
1. Harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman, dilengkapi
dengan penanda yang jelas dan mudah terlihat.

2. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup

3. Bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan.

4. Amati jalur evakuasi , pintu keluar atau tangga darurat, apakah ada rintangan yang
dapat mengganggu, apakah ada petunjunk arah, apakah ada penerangan darurat,
panjang jarak tempuh mencapai pintu keluar tidak melebihi 36 meter untuk resiko
ringan, 30 meter untuk resiko sedang dan 24 meter untuk resiko berat.

Adupun peraturan menurut SNI 03-1746-2000 sebagi berikut :


1. Tinggi ruangan minimal 2,3 m. Bila ada tonjolan dari langit langit, tinggi minimal 2
m. Bila ada tangga minimal 2 m.

2. Lebar koridor bersih minimum 1,80 m dan bebas dari barang barang yang dapat
menggangu kelancaran evakuasi

3. Koridor dilengkapi dengan petunjuk arah ke pintu darurat atau arah keluar

4. Panjang arah koridor ke pintu darurat atau arah keluar terdekat tidak lebih dari 25 m

5. Jarak dari lantai dasar ke lantai mezanin minimal 2,2 meter

Gambar 3.4.1 Tinngi Area Sirkulasi

Warehouse SRUM sudah mempunyai tinggi ruangan 2.5 meter dengan koridor yang
melebihi 1,8 meter dan bebas dari barang barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi.
2,5 m

3.4.2 Gambar jalur evakuasi di Warehouse PKS SRUM

Berikut layout jalur evakuasi didalam gudang dimana jarak tempuh terjauh menuju ke
pintu exit adalah 19 meter.

Jarak
rak titik terjauh ke
pintu exit 19 meter

3.4.3 Gambar layout jalur evakuasi Warehouse PKS SRUM

3.5. Ventilasi

Ventilasi yang tersedia di gudang SRUM adalah ventilasi yang fix, tidak bisa di setting
sehingga belum memenuhi standar kepmen no 2/KPTS/1985
2/KPTS/1985. Berdasarkan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung
Gedung, standar dalam pengendalian asap
sebagai berikut :
1. Bagian-bagian
bagian ruangan pada bangunan yang digunakan untuk jalur penyelamatan
harus direncanakan bebas dari asap, bila terjadi kebakara
kebakaran,
n, melalui sistem
pengendalian asap.
2. Ruang bawah tanah, ruang tertutup, tangga kebakaran, dan atau ruang-ruang
ruang yang
diperkirakan asap akan terperangkap, harus direncanakan bebas asap dengan
menggunakan ventilasi mekanis, yang akan bekerja secara otomatis bila terjadi
kebakaran.
3. Peralatan ventilasi mekanis, maupun peralatan lainnya yang bekerja secara terpusat
harus dapat dikendalikan baik secara otomatis maupun manual dari ruang sentral.
sentral

Gambar 3.5.1 Kondisi Ventilasi pada PKS SRUM menggunakan ventilasi fix

3.6. Komunikasi Darurat

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang


Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung pasal 33
tentang komunikasi darurat.
1. Sistem komunikasii darurat terdiri dari sistem ttelpon dan sistem tata suara.
2. Sistem tilpon harus direncanakan sedemikian rupa , sehingga bila terjadi kebakaran
masih dapat bekerja minimum 1 (satu) buah pada tiap
tiap-tiap
tiap lantai dan 1 (satu) buah
pada lif kebakaran.
3. Sistem tata suara yang terpusat harus di
direncanakan
rencanakan agar dapat digunakan untuk
menyampaikan pengumuman dan istruksi bila terjadi kebakaran pada tingkat awal.

3.6.1 Gambar Panic alarm dan nomor telepon penting

Komunikasi darurat yang ada di gudang SRUM ialah terpasang sebuah alat yaitu panic
alarm yang dapat difungsikan dengan manual atau push button jika terjadi keadaan darurat
serta digudang terdapat nomor penting yang dapat dihubungi ke pihak terkait apabila terjadi
kebakaran.
Sesuai dengan regulasa tentang komunikasi darurat ayat 1, Sistem komunikasi darurat
terdiri dari sistem tilpon dan sistem tata suara. Komunikasi darurat yang terpasang sudah
sesuai

3.7. Pintu Darurat

Pada BAB II Lingkungan dan bangunan pasal 4 tentang persyaratan bangunan pada
ayat 5 yang berbunyi :
Pintu kebakaran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lebar pintu kebakaran minimum 90 cm, membuka ke arah tangga kebakaran, dapat
menutup secara otomatis, dan dapat dibuka dengan kekuatan 10 kgf.
b. Jarak antar pintu kebakaran maksimum 25 m.

Pintu darurat pada gudang SRUM sudah memenuhi syarat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 Dimana lebar pintu sudah memenuhi yaitu 100 cm dan
dilengkapi keterangan pintu keluar. Namun pada bukaan pintu digudang tersebut bukaan ke
dalam, harusnya pintu dibuka ke arah keluar hal ini tertuang pada pasal 4 tentang persyaratan
bangunan ayat 2 point a yang berbunyi :
a. Lubang pintu bangunan perumahan dan gedung yang langsung menghadap keluar,
daun pintunya harus membuka ke luar.

3.8. Petunjuk Arah Keluar

Dalam pembuatan Sarana Jalan Keluar harus diberi Petunjuk Arah Keluar dan memperhatikan
ketentuan yang berlaku sesuai dengan SNI 03-1746-2000

1. Pada setiap pintu menuju ruang tertutup untuk tangga, tanda yang menyatakan
“Eksit” dan sesuai ketentuan yang berlaku harus dipasang didekat sisi kunci pintu
150 cm diatas lantai ke garis tengah dari tanda tersebut
Gambar.3.8.1 Tanda Eksit Pada PKS SRUM
2. Harus mudah terlihat disemua keadaan, penempatan tanda arah haruslah
sedemikian sehingga tidak ada titik didalam akses eksit koridor lebih dari 30 m dari
tanda tersebut
3. Tanda Exit Harus diletakkan didekat permukaan lantai sebagai tanda tambahan
diletakkan diatas lantaitidak kurang dari 15 cm dan tidak lebih dari 20 cm.
4. Tanda arah yang diterangi dari luar, harus memiliki Kata “EKSIT” atau kata lain
yang sesuai dengan huruf biasa, tidak lebih tinggi dari 15 cm dengan ketebalan
huruf tidak kurang dari 2cm lebarnya.
5. Setiap tanda arah harus diterangi yang cukup oleh sumber cahaya yang handal,
tanda arahyamg diterangi dari luar harus diterangi tidak kurang dari 54 Lux dan
rasio kontras tidak kurang dari 0,5, tanda arah yang diterangi sendiri dan tanda arah
yang diterangi listrik harus mempunyai minimum luminasi 0,21 kandel/m2, dan
sisediakan dalam jangka waktu 11/2 jam pada kejadian padamnya pencahayaan
normal.

Gambar 3.8.2 tanda exit

Dari Penjelasan diatas untuk kondisi senyatanya di PKS SRUM tanda EKSIT Pada Point
pertama sudah memenuhi yaitu di letakkan pada sisi kunci pintu 150 cm diatas lantai namun
belum dilengkapi dengan tanda eksit tambahan pada 15 -20 cm diatas lantai, untuk
pencahayaan dan ukuran dari tanda nya tidak sesuai dengan persyaratan SNI 03-1746-2000
3.9. Titik Kumpul

3.9.1 Gambar titik kumpul

Implementasi titik kumpul pada PT. BAP -PKS SRUM . Dalam keadaan aktual titik
kumpul tersebut berada pada jalan dan area terbuka, serta memiliki tanda dan pengaman
antara jalur keselamatan orang dipisahkan dengan jalur kendaraan sesuai dengan persyaratan
teknis bahwa tidak boleh menghalangi menghalangi akses dan manuver mobil damkar serta
dapat dijangkau oleh kendaraan dan petugas medis.

3.9.2 Gambar jarak evakuasi ke titik kumpul

3.9.3 layout jarak evakuasi ke titik kumpul

Untuk jarak dari pintu darurat menuju ke titik berkumpul yaitu 89 meter, belum sesuai
dengan persyaratan teknis yang tertuang dalam peraturan Kepmen PUPR no. 14 Tahun 2017
dimana disyaratkan jarak minimal adalah 20 meter.
3.10. Rekomendasi

Dari hasil pembahasan hasil observasi yang di dapat diklasifikasi dengan table dibawah
ini untuk sebagai rekomendasi

System proteksi Pasif Gudang Central


Kepmen PU 02/kpts/1985

No Dekripsi Aktual Spesifikasi Standar

1 Jalur Evakuasi Jalur evakuasi sudah ada dan jalur 1. Jalur tersendiri Memenuhi
tidak ada halangan
2 Penerangan darurat Tidak ada penerangan darurat 1. Ada lampu penerangan berbentuk anak panah Belum sepenuhnya memenuhi
2. Terdapat daya terpisah/mandiri

3 Petunjuk arah keluar Sudah ada penunjuk arah 1. Arah keluar evakuasi Memenuhi
4 komunikasi darurat Sudah ada nomor penting 1. Telpon memenuhi
2. Alarm
5 Ventilasi Sudah ada ventilas 1. Ventilasi yang dapat di setting Belum memenuhi
6 Pintu darurat Sudah ada pintu exit namun tidak 1. Lebar 90 cm Belum sepenuhnya memenuhi
ada arah keluar 2. Membuka kearah keluar dan menutup otomatis
3. Jarak pintu antar 25 meter (kekuatan buka (10 kgF
7 Koridor Sudaah ada koridor yang mengarah 1. Lebar min 1,80 m memenuhi
ke jalur evakuasi 2. Jarak Stiap Koridor ke pintu tidak boleh lebih dari 25 m)
3. Jarak pintu antar 25 meter (kekuatan buka (10 kgF

Kepmen PUPR no. 14 Tahun 2017


No Dekripsi Aktual Spesifikasi Standar

1 Jarak Tempuh Max Ke Jarak tempuh 20 feet 75 Kaki (feet) memenuhi


pintu Darurat(Gudang)

PUPR no. 26 tahun 2008


No Dekripsi Aktual Spesifikasi Standar
1 Akses Exit Sudah ada pintu exit namun tidak ada 1. Tanda EXIT harus bisa diraba memenuhi
arah keluar 2. Tanda EXIT tidak melebihi jarak pandang 30 m atau kurang dari
tanda terdekat
3. Tanda EXIT 15 - 20 cm diatas lantai, pada pintu EXIT dipasang
dipintu atau 10 cm dari kosen pintu

Sesuai dengan tabel diatas Kepmen pu 02/KPTS/1985, Kepmen PUPR no 14 Tahun 2017
serta PUPR no 26 tahun 2008 implentasi evakuasi pada gudang milik SRUM sudah sesuai
namun ada beberapa perlu perbaikan untuk sebagai bahan rekomendasi.
Berikut rekomendasi perbaikan untuk menyesuaikan regulasi evakuasi Kepmen pu
02/KPTS/1985, Kepmen PUPR no 14 Tahun 2017 dan PUPR no 26 tahun 2008.
Rekomendasi
No Dekripsi Aktual Spesifikasi Rekomendasi
1 Penerangan darurat Tidak ada penerangan darurat 1. Ada lampu penerangan berbentuk anak panah Perlu ditambahkan penerangan
2. Terdapat daya terpisah/mandiri darurat yang berlampu dengan
daya terpisah

2 Ventilasi Sudah ada ventilas 1. Ventilasi yang dapat di setting Perlu ditambahkan ventilasi yang
dapat disetting yaitu dapat
berupa alat exhaust fan
3 Pintu darurat Sudah ada pintu exit namun tidak 1. Lebar 90 cm Perlu memodifikasi pintu agar
ada arah keluar tetapi membuka ke 2. Membuka kearah keluar dan menutup otomatis terbuka ke arah luar
dalam 3. Jarak pintu antar 25 meter (kekuatan buka (10 kgF
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi lapangan di Warehouse PKS Sungai Rungau dapat


diidentifikasi bahwa terdapat potensi resiko kebakaran dari material padat dan cair yang
mudah terbakar dari sumber bahaya listrik, petir,reaksi kimia dan sumber bahaya lainnya, di
dalam gudang sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan berupa proteksi aktif dan
pasif. Proteksi Pasif terhadap kebakaran di Warehouse di Sungai Rungau Mill telah tersedia
berupa jalur evakuasi, kompartemen, ventilasi, safety sign (poster), Jalur KTD dan sarana
pendukung lainnya,namun perlu di sesuaikan dan dilengkapi sesuai dengan peraturan/standar
yang berlaku sehingga proteksi yang di buat dapat efektif dalam upaya penanggulangan
kebakaran. Sistem proteksi pasif di gudang central PKS Sungai Rungau sudah cukup baik
namun masih ada yang perlu diperbaiki untuk menyesuaikan dengan regulasi yang berlaku
seperti :
1. Belum adanya penerangan darurat yang memiliki daya terpisah
2. Ventilasi masih bersifat statis dan tidak bisa disetting
3. Arah bukaan pintu darurat masih membuka kedalam

4.2. Saran

1. Memasang penerangan darurat yang memiliki daya terpisah dari daya utama agar
pada saat terjadi kebakaran maka proses evakuasi dapat berjalan dengan baik.
2. Memodifikasi Ventilasi sesuai regulasi
3. Melakukan perbaikan pintu emergency dengan bukaan keluar

4. Rutin melakukan pemeliharaan terhadap jalur evakuasi berupa pemeliharaan jalur,


safety sign ( tanda Keluar/Exit yang mudah terlihat dapat terlihat jika kondisi gelap)
5. Melakukan sosialisasi dan simulasi tanggap darurat kebakaran secara rutin sehingga
personil KTD dan karyawan Gudang selalu tanggap bila terjadi kondisi kebakaran.
V. REFERENSI

1. https://www.sucofindo.co.id/id/read/2022/09/3471/kenalan-dengan-sistem-proteksi-
kebakaran-aktif. Diakses pada 04 November 2022.
2. SNI 03-1746-2000. “Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar
Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung”.
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/KPTS/1985.“Ketentuan Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung”.
4. NFPA 101 : Life Safety Code.
5. Peraturan Menteri PUPR No. 26/PRT/M/2008 Tahun 2008. “Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan”.

Anda mungkin juga menyukai