1/Jan-Mar/2021
22
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum adalah suatu proses tawar menawar atau
normatif. Pada penelitian hukum normatif, pembicaraan untuk mencapai suatu
bahan pustaka merupakan data dasar yang kesepakatan terhadap masalah tertentu yang
dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data terjadi diantara para pihak.8 Mirip dengan
sekunder.7 Sumber data diperoleh dari negosiasi ialah konsultasi dan mediasi.
beberapa bahan hukum, yakni bahan hukum Konsultasi adalah cara yang dilakukan oleh para
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan pihak untuk membicarakan berbagai aspek
hukum tersier. yang dihadapi. Sedangkan mediasi adalah suatu
proses negosiasi untuk memecahkan masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN melalui pihak luar yang tidak memihak.9
A. Penyelesaian Kredit Bank Secara Penyelesaian kredit bank bermasalah
Restrukturisasi melalui restrukturisasi sebenarnya belum
Bentuk penyelesaian kredit bank sampai pada taraf adanya sengketa atau
bermasalah melalui proses restrukturisasi konflik. Nasabah debitur yang kreditnya
merupakan bentuk penyelesaian kredit secara bermasalah oleh karena mempunyai
internal, belum sampai kepada penyelesaian tanggungjawab dan itikad baik dalam pelunasan
sengketa baik sengketa yang diselesaikan kreditnya, merupakan nasabah debitur yang
melalui pengadilan (litigasi) maupun non litigasi patut untuk dilindungi oleh karena memiliki
seperti melalui alternatif penyelesaian itikad baik (goede throuw), seperti tetap
sengketa. menjalin komunikasi dengan bank yang
Penyelesaian secara internal berlangsung bersangkutan, tetap berusaha untuk mencari
hanya di antara bank selaku kreditur dengan solusi penyelesaian kreditnya yang bermasalah,
nasabah debitur untuk membahas berbagai dan lain sebagainya.
aspek menyangkut pemberian kredit yang Langkah restrukturisasi kredit bermasalah
sudah bermasalah. Penyelesaian berdasarkan pada dasarnya adalah perbaikan atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam perubahan terhadap struktur perjanjian kredit
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang bank itu sendiri. Restrukturisasi kredit adalah
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, upaya perbaikan dalam bidang perkreditan
maka lingkup dari Alternatif Penyelesaian bank terhadap nasabah debitur yang
Sengketa relevan pada proses restrukturisasi mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya.
kredit bank bermasalah. Restrukturisasi kredit adalah kebijakan yang
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dilakukan oleh perbankan untuk memberikan
merumuskan pada Pasal 1 Angka 11, bahwa kemudahan pembayaran kredit pada debitur,
“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah guna menghindari kredit macet. Suatu kredit
lembaga penyelesaian sengketa atau beda dapat merugikan pihak bank maupun pihak
pendapat melalui prosedur yang disepakati nasabah itu sendiri, sehingga upaya
para pihak, yakni penyelesaian di luar penanganan atau penyelesaiannya menjadi titik
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, pusat perhatian.
mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli.” Pada perjanjian kredit bank tercantum suatu
Berdasarkan rumusan tersebut, yang relevan klausul yaitu Dispute settlement (Alternative
untuk ditempuh pada proses restrukturisasi Dispute Resolution) yang merupakan klausul
kredit bank antara lainnya : konsultasi, mengenai metode penyelesaian sengketa yang
negosiasi dan mediasi. timbul antara kreditur dan debitur sebagai
Kedudukan nasabah debitur yang kreditnya akibat dari perjanjian kredit.10 Klausul tentang
bermasalah dengan menempuh penyelesaian penyelesaian sengketa hanya terjadi manakala
sengketa dengan bank menurut cara konsultasi,
negosiasi maupun mediasi, merupakan cara- 8 Munir Fuady, 2003. Arbitrase Nasional (Alternatif
cara yang lazim digunakan. Pada cara negosiasi Penyelesaian Sengketa Bisnis), Cetakan Ke-2, Bandung:
misalnya, yang dimaksudkan dengan negosiasi Citra Aditya Bakti, hlm. 42
9 Ibid, hlm. 47
10 “Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Kredit (Credit
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006. Penelitian Agreement), Dimuat pada:
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Ke-9, https://bhakti.wordpress.com/2012/08/24/14. Diakses
Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 24 tanggal 15 September 2020
23
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
di antara bank selaku kreditur dengan nasabah b. Bahwa implikasi pandemi Corona Virus
debitur dihadapkan pada masalah tertentu, Disease 2019 (COVID 19) telah berdampak
termasuk dalam kredit macet. antara lain terhadap perlambatan
Penyelesaian sengketa bermasalah melalui pertumbuhan ekonomi nasional,
restrukturisasi kredit adalah bentuk penurunan penerimaan negara, dan
penyelesaian secara internal yang belum peningkatan belanja negara dan
sampai diselesaikan melalui pengadilan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai
(litigasi), tetapi bentuk atau cara penyelesaian upaya Pemerintah untuk melakukan
melalui konsultasi dan negosiasi adalah praktik penyelamatan kesehatan dan
yang tepat dan benar. Penyelesaian secara perekonomian nasional, dengan fokus pada
mediasi oleh karena melibatkan pihak luar bank belanja untuk kesehatan, jaring pengaman
maupun nasabah yakni sebagai mediator, sosial (social safety set), serta pemulihan
kurang cocok untuk diterapkan oleh karena perekonomian termasuk dunia usaha dan
proses restrukturisasi kredit hanya sebatas masyarakat yang terdampak.
ditempuh oleh bank dengan nasabah yang Selain Perppu tersebut, langkah dan
bersangkutan. kebijakan diterbitkan ialah berupa Peraturan
Masalah perkreditan juga terkait erat Otoritas Jasa Keuangan No. 11/POJK.03/2020,
dengan fungsi pengawasan bank yang dilakukan yang ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2020
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan dan diundangkan pada tanggal 16 Maret 2020.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang POJK tersebut secara khusus mengatur pada
Otoritas Jasa Keuangan. Pengawasannya antara Bab III tentang Restrukturisasi Kredit atau
lain diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Pembiayaan.
Nomor 21 Tahun 2011 yang berbunyi sebagai
berikut “Untuk melaksanakan tugas pengaturan B. Konsekuensi Hukum Dari Restrukturisasi
dan pengawasan di sektor Perbankan Kredit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Restrukturisasi kredit dengan jalan
Otoritas Jasa Keuangan. menambah kredit baru, sebenarnya juga
Restrukturisasi kredit bank bersifat massal mengandung risiko. Hal tersebut, karena kredit
misalnya yang terjadi di banyak negara, yang lama pun bermasalah, apalagi jika
khususnya di Indonesia dengan merebaknya menambah kredit yang baru. Bagi pihak bank,
pandemi Virus Corona. Pemerintah Republik penambahan kredit dengan ditempuh oleh
Indonesia menerbitkan kebijakan hukum untuk karena melalui penilaiannya bahwa masalah
mengatasinya berdasarkan pada Peraturan yang dihadapi oleh nasabah debitur adalah
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor keterbatasan dana berupa kredit.
1 Tahun 2020, yang ditetapkan dan Berikutnya, dalam hal penghapusan
diundangkan pada tanggal 31 Maret 2020. tunggakan pokok dan bunga pada waktu
Beberapa bahan pertimbangan restrukturisasi kredit, sebenarnya bagi bank hal
(Konsiderans) Peraturan Pemerintah Pengganti itu akan mengurangi pendapatan bank yang
Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020, berbasis bunga. Tetapi, melalui penghapusan
antara lainnya menimbang sebagai berikut: dan juga pengurangan tunggakan tersebut,
a. Bahwa penyebaran Corona Virus Disease akan mengurangi beban bagi nasabah debitur.
2019 (COVID 19) yang dinyatakan oleh Sedangkan mengenai jangka waktu kredit
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health melalui restrukturisasi kredit, adalah
Organization sebagai pandemi pada penambahan jangka waktu dari jangka waktu
sebagian besar negara-negara di seluruh semula.
dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan Jangka waktu atau durasi kredit pertama
peningkatan dari waktu ke waktu dan telah (semula) yakni selama 5 (lima) tahun, ketika
menimbulkan korban jiwa dan kerugian kredit menjadi bermasalah pada tahun
material yang semakin besar, sehingga keempat, maka dilakukan restrukturisasi kredit
berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dengan penambahan waktu yang menampung
dan kesejahteraan masyarakat; satu tahun kredit lama yang bermasalah. Hal
tersebut bagi nasabah debitur akan
24
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
25
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
kredit macet, sehingga pilihan melalui debitur yang terjadi “by the operation of law”
restrukturisasi adalah bentuk penyelamatan dan merupakan mandatory rule bahwa setiap
kredit yang bermanfaat bagi bank dalam barang bergerak ataupun tidak bergerak milik
menghindari kerugian yang lebih besar. debitur menjadi tanggungan utangnya kepada
Bank selaku kreditur yang dihadapkan pada kreditur. Dasar hukumnya adalah Pasal 1131
kredit macet yang besar, akan menggerogoti KUH Perdata.
modal dan aset perbankan itu sendiri sehingga Dengan demikian, apabila misalnya seorang
selain restrukturisasi kredit yang ditempuh, debitur dalam keadaan wanprestasi, maka
upaya penghapusbukuan (write off) menjadi lewat kewajiban jaminan umum ini, kreditur
langkah terakhir. Berdasarkan data Otoritas dapat minta pengadilan untuk menyita dan
Jasa Keuangan, total nilai hapus buku pada melelang seluruh harta debitur, kecuali atas
akhir tahun 2019 tercatat Rp. 430,74 triliun, harta tersebut ada hak-hak lainnya yang
naik 9,84 persen secara tahunan. Apalagi OJK bersifat prefensial. Terdapat pula jaminan
telah merelaksasi restrukturisasi kredit macet khusus adalah setiap jaminan utang yang
dan memberi kepastian payung regulasi khusus bersifat kontraktual, yakni yang terbit dari
untuk kredit berpotensi macet.12 perjanjian tertentu (jadi tidak timbul dengan
Penghapusbukuan kredit secara jelas sendirinya), yang khusus ditujukan terhadap
merugikan bank karena tetap tercantum barang-barang tertentu, seperti gadai, hipotek,
sebagai kredit macet, tidak tertagih dengan dan lain sebagainya.
segala konsekuensi yang dapat timbul dalam Benda objek jaminan seperti tanah atau
pengelolaan kredit tersebut. Penghapusbukuan rumah yang dijadikan jaminan pemberian
kredit macet merupakan langkah yang dihindari kredit, ketika kredit macet akan dihadapkan
pihak bank, oleh karena risiko kerugian yang pada akibat hukumnya yakni langkah bank
lebih besar dibandingkan dengan restrukturisasi melakukan eksekusi atas kehendaknya sendiri
kredit. (kewenangannya) guna mengambil pelunasan
Perubahan perjanjian kredit melalui utang kredit.
restrukturisasi adalah dasar hukum baru dari Eksekusi objek jaminan seperti Hak
adanya hubungan hukum antara nasabah Tanggungan adalah suatu langkah akhir, yakni
debitur dengan bank selaku kreditur. Hubungan suatu langkah yang sebelumnya dapat dimulai
dan dasar hukum baru tersebut dengan dengan melakukan restrukturisasi kredit
sendirinya menggantikan perjanjian kredit yang bermasalah. Manakala bagi pihak bank,
lama. Perubahan perjanjian kredit melalui suatu ternyata nasabah debitur tidak kooperatif serta
restrukturisasi kredit adalah langkah yang tidak beritikad baik menyelesaikan kewajiban
ditempuh sebelum bank menetapkan langkah membayar kredit beserta pokok dan bunganya,
akhir berupa eksekusi terhadap objek jaminan maka langkah eksekusi dapat ditempuh.
pemberian kredit. Berbeda dengan restrukturisasi kredit,
Pemberian kredit oleh bank senantiasa hubungan antara nasabah debitur dengan bank
diikuti dengan klausul adanya jaminan senantiasa terjalin, maka pada eksekusi
khususnya dengan objek Hak Tanggungan. jaminan dengan sendirinya hubungan menjadi
Jaminan ini pada dasarnya bagi pihak bank, putus. Pada objek jaminan kredit bank adalah
telah terhindar dari kemungkinan kerugian di Hak Tanggungan seperti hak atas tanah, hak
masa mendatang apabila terjadi kredit macet. atas rumah (bangunan) dan lainnya, ketentuan
Munir Fuady menjelaskan jaminan sebagai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
jaminan utang bersifat umum dan yang bersifat Hak Tanggungan meletakkan beberapa dasar
khusus,13 bahwa yang dimaksud dengan terhadap Hak Tanggungan, yaitu:14
jaminan umum adalah jaminan dari pihak a. Disesuaikan dengan perkembangan
ekonomi.
b. Dimungkinkan adanya Hak Tanggungan
12 “Bank pilih restrukturisasi Kredit Bermasalah Daripada atas Hak Pakai atas Tanah.
Hapus Buku,” Dimuat pada: https://lifepal.co.id/media/
restrukturisasi-kredit-bermasalah-memang-bisa-menjadi-
solusi-namun-tetap-musti-pahami-kosekuensinya. Diakses
tanggal 15 September 2020
13 Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Op Cit, hlm. 55-56 14 Munir Fuady, Ibid, hlm. 86-87
26
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
27
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
objek jaminan yang tercantum pada Mertokusumo Sudikno, tt, Mengenal Hukum.
klausul Perjanjian Kredit. Suatu Pengantar, Cetakan Ke-2,
Yogyakarta : Liberty.
B. Saran Muljadi Kartini dan Widjaja Gunawan, 2008.
Pembaruan Undang-Undang Perbankan Seri Hukum Harta Kekayaan : Hak
melalui RUU Perbankan perlu mempertegas Tanggungan, Cetakan Ke-3, Jakarta :
aturan mengenai restrukturisasi kredit. Selain Kencana.
itu, RUU Perbankan harus segera dibahas dan Purwanti Sari, 2015. Kamus Perbankan, Cetakan
diundangkan mengingat perkembangan baru Ke-1, Bandung : Nuansa Cendekia.
daam masyarakat yang belum atau kurang jelas Setiawan I Ketut Oka, 2016. Hukum Perikatan,
diaturnya sekarang ini. Cetakan Pertama, Jakarta : Sinar
Perlu nasabah debitur menunjukkan Grafika.
itikad baik dalam pengelolaan dan pembayaran Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, 2006.
kredit bank, oleh karena kredit itu bukan Penelitian Hukum Normatif. Suatu
bersifat gratis melainkan adalah utang yang Tinjauan Singkat, Cetakan Ke-9, Jakarta
harus dibayar. : RajaGrafindo Persada
Subekti R dan Tjitrosudibio R., 2002. Kitab
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Hukum Perdata,
Buku : Cetakan Ke-32 (Edisi Revisi), Jakarta :
Abdullah Thamrin dan Tantri Francis, 2017. Pradnya Paramita.
Bank dan Lembaga Keuangan, Cetakan
Ke-4, Jakarta : RajaGrafindo Persada. Peraturan Perundang-Undangan:
Badrulzaman Mariam Darus, 1994. Aneka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Hukum Bisnis, Cetakan Ke-1, Bandung : Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Alumni. (UUPA).
Djumhana Muhammad, 2006. Hukum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan Di Indonesia, Cetakan Ke-V, Perbankan.
Bandung : Citra Aditya Bakti. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Fuady Munir, 2003. Arbitrase Nasional Perubahan Atas Undang-Undang
(Alternatif Penyelesaian Sengketa Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Bisnis), Cetakan Ke-2, Bandung : Citra Perbankan.
Aditya Bakti. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
_______, 2003. Hukum Kontrak (Dari Sudut Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Pandang Hukum Bisnis), Cetakan Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Pertama, Bandung : Citra Aditya Bakti. Tanah.
_______, 2015. Hukum Kontrak, Buku Kesatu, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Cetakan KE IV, Bandung : Citra Aditya Otoritas Jasa Keuangan.
Bakti. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
_______, 2015. Konsep Hukum Perdata, Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Cetakan Ke-2, Jakarta : RajaGrafindo Kebijakan Keuangan Negara dan
Persada. Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
HS Salim, 2006. Perkembangan Hukum Kontrak Penanganan Pandemi Corona Virus
Di Luar KUH Perdata, Cetakan Pertama, Disease 2019 (COVID 19) Dan/Atau
Jakarta : RajaGrafindo Persada. Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
_______, 2017. Teknik Pembuatan Akta yang Membahayakan Perekonomian
Perjanjian (TPA Dua), Cetakan Pertama, Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem
Jakarta : RajaGrafindo Persada. Keuangan.
Kosasih Johannes Ibrahim, 2019. Akses Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
Perkreditan dan Ragam Fasilitas Kredit 11/POJK.01/2016 tentang Layanan
Dalam Perjanjian Kredit Bank, Cetakan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Pertama, Jakarta : Sinar Grafika Teknologi Informasi.
28
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021
29