Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum Vol. IX/No.

1/Jan-Mar/2021

RESTRUKTURISASI KREDIT BANK BERMASALAH hubungan perkreditan antara bank dengan


DAN ASPEK HUKUMNYA1 nasabahnya berlangsung mulus dan aman,
Oleh : Achmad Giffary2 dalam arti kata debitur bertanggungjawab atas
Atie Olii3 pinjamannya. Tidak sedikit terjadi kredit bank
Firdja Baftim4 bermasalah yang ditinjau dari segi jenis aktiva
produktif maka kredit digolongkan atas empat
ABSTRAK golongan berdasarkan kelancarannya, yaitu:
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk lancar, tidak lancar, diragukan, dan macet.5
mengetahui bagaimana penyelesaian kredit Nasabah debitur yang tidak memenuhi
bank bermasalah secara restrukturisasi dan apa prestasi membayar angsuran kredit bank dan
konsekuensi hukum dari restrukturisasi kredit bunga serta biaya lainnya, serta yang tidak
bank. Dengan menggunakan metode penelitian sempurna membayar angsuran misalnya setiap
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Restrukturisasi bulan harus mengangsur Rp. 5.000.000,- tetapi
kredit bank adalah perubahan atas struktur, yang dibayar hanya sebesar Rp. 3.000.000.-
substansi dan klausul perjanjian kredit dengan merupakan contoh tidak sempurna memenuhi
yang baru dan meringankan pihak nasabah suatu prestasi. Demikian pula dalam hal
debitur dalam pemenuhan kewajibannya, baik terlambat memenuhi prestasi, seperti
dengan jalan memberikan kredit baru, terlambat berbulan-bulan mengangsur kredit
memperpanjang jangka waktu kredit, ke bank yang menyebabkan sebagai suatu
menghapuskan bunga dan pokok yang situasi kredit bermasalah.
tertunggak, sehingga nasabah debitur dapat Pada kredit bermasalah, umumnya karena
melanjutkan usahanya. 2. Restrukturisasi kredit kredit itu tidak lancar atau kredit tersebut
bank adalah langkah yang ditempuh oleh diragukan pemenuhannya oleh debitur,
karena nasabah debitur masih bersifat berbeda dari kriteria sebagai suatu kredit
kooperatif, senantiasa menjalin hubungan macet. Menurut Muhammad Djumhana,6 yang
dengan bank, dan memiliki itikad baik serta juga menyebutkannya dengan kredit
berpeluang melanjutkan usahanya. Bagi bank, bermasalah bahwa, membicarakan kredit
restrukturisasi merupakan langkah sebelum bermasalah, sesungguhnya membicarakan
ditetapkannya nasabah debitur sebagai risiko yang terkandung dalam setiap pemberian
nasabah yang menyandang kredit macet, kredit.
dengan konsekuensinya seperti eksekusi objek Dari uraian tersebut, apakah suatu kredit
jaminan yang tercantum pada klausul Perjanjian dinyatakan sebagai kredit macet dapat
Kredit. direstrukturisasi? Berikutnya ialah apa urgensi
Kata kunci: Restrukturisasi, Kredit Bank atau pentingnya restrukturisasi kredit bagi
Bermasalah, Aspek Hukumnya nasabah debitur dan bank selaku kreditur, serta
akibat dari ditempuhnya restrukturisasi kredit
PENDAHULUAN tersebut.
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 B. Rumusan Masalah
tentang Perbankan, sebagaimana telah dirubah 1. Bagaimana penyelesaian kredit bank
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bermasalah secara restrukturisasi?
menyatakan bahwa kegiatan usaha Bank Umum 2. Apa konsekuensi hukum dari
adalah menyalurkan kredit (Pasal 6 huruf b). restrukturisasi kredit bank?
Kredit yang disalurkan oleh bank kepada
nasabahnya merupakan utang yang sewaktu C. Metodologi Penelitian
sesuai yang diperjanjikan harus dikembalikan
oleh nasabah selaku debitur. Tidak selamanya
5 Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, 2017. Bank dan
1 Artikel Skripsi. Lembaga Keuangan, Cetakan Ke-4, Jakarta: RajaGrafindo
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Persada, hlm. 142
17071101001 6 Muhammad Djumhana, 2006. Hukum Perbankan Di
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Indonesia, Cetakan Ke-V, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm.
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 551

22
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum adalah suatu proses tawar menawar atau
normatif. Pada penelitian hukum normatif, pembicaraan untuk mencapai suatu
bahan pustaka merupakan data dasar yang kesepakatan terhadap masalah tertentu yang
dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data terjadi diantara para pihak.8 Mirip dengan
sekunder.7 Sumber data diperoleh dari negosiasi ialah konsultasi dan mediasi.
beberapa bahan hukum, yakni bahan hukum Konsultasi adalah cara yang dilakukan oleh para
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan pihak untuk membicarakan berbagai aspek
hukum tersier. yang dihadapi. Sedangkan mediasi adalah suatu
proses negosiasi untuk memecahkan masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN melalui pihak luar yang tidak memihak.9
A. Penyelesaian Kredit Bank Secara Penyelesaian kredit bank bermasalah
Restrukturisasi melalui restrukturisasi sebenarnya belum
Bentuk penyelesaian kredit bank sampai pada taraf adanya sengketa atau
bermasalah melalui proses restrukturisasi konflik. Nasabah debitur yang kreditnya
merupakan bentuk penyelesaian kredit secara bermasalah oleh karena mempunyai
internal, belum sampai kepada penyelesaian tanggungjawab dan itikad baik dalam pelunasan
sengketa baik sengketa yang diselesaikan kreditnya, merupakan nasabah debitur yang
melalui pengadilan (litigasi) maupun non litigasi patut untuk dilindungi oleh karena memiliki
seperti melalui alternatif penyelesaian itikad baik (goede throuw), seperti tetap
sengketa. menjalin komunikasi dengan bank yang
Penyelesaian secara internal berlangsung bersangkutan, tetap berusaha untuk mencari
hanya di antara bank selaku kreditur dengan solusi penyelesaian kreditnya yang bermasalah,
nasabah debitur untuk membahas berbagai dan lain sebagainya.
aspek menyangkut pemberian kredit yang Langkah restrukturisasi kredit bermasalah
sudah bermasalah. Penyelesaian berdasarkan pada dasarnya adalah perbaikan atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam perubahan terhadap struktur perjanjian kredit
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang bank itu sendiri. Restrukturisasi kredit adalah
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, upaya perbaikan dalam bidang perkreditan
maka lingkup dari Alternatif Penyelesaian bank terhadap nasabah debitur yang
Sengketa relevan pada proses restrukturisasi mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya.
kredit bank bermasalah. Restrukturisasi kredit adalah kebijakan yang
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dilakukan oleh perbankan untuk memberikan
merumuskan pada Pasal 1 Angka 11, bahwa kemudahan pembayaran kredit pada debitur,
“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah guna menghindari kredit macet. Suatu kredit
lembaga penyelesaian sengketa atau beda dapat merugikan pihak bank maupun pihak
pendapat melalui prosedur yang disepakati nasabah itu sendiri, sehingga upaya
para pihak, yakni penyelesaian di luar penanganan atau penyelesaiannya menjadi titik
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, pusat perhatian.
mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli.” Pada perjanjian kredit bank tercantum suatu
Berdasarkan rumusan tersebut, yang relevan klausul yaitu Dispute settlement (Alternative
untuk ditempuh pada proses restrukturisasi Dispute Resolution) yang merupakan klausul
kredit bank antara lainnya : konsultasi, mengenai metode penyelesaian sengketa yang
negosiasi dan mediasi. timbul antara kreditur dan debitur sebagai
Kedudukan nasabah debitur yang kreditnya akibat dari perjanjian kredit.10 Klausul tentang
bermasalah dengan menempuh penyelesaian penyelesaian sengketa hanya terjadi manakala
sengketa dengan bank menurut cara konsultasi,
negosiasi maupun mediasi, merupakan cara- 8 Munir Fuady, 2003. Arbitrase Nasional (Alternatif
cara yang lazim digunakan. Pada cara negosiasi Penyelesaian Sengketa Bisnis), Cetakan Ke-2, Bandung:
misalnya, yang dimaksudkan dengan negosiasi Citra Aditya Bakti, hlm. 42
9 Ibid, hlm. 47
10 “Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Kredit (Credit
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006. Penelitian Agreement), Dimuat pada:
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Ke-9, https://bhakti.wordpress.com/2012/08/24/14. Diakses
Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm. 24 tanggal 15 September 2020

23
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

di antara bank selaku kreditur dengan nasabah b. Bahwa implikasi pandemi Corona Virus
debitur dihadapkan pada masalah tertentu, Disease 2019 (COVID 19) telah berdampak
termasuk dalam kredit macet. antara lain terhadap perlambatan
Penyelesaian sengketa bermasalah melalui pertumbuhan ekonomi nasional,
restrukturisasi kredit adalah bentuk penurunan penerimaan negara, dan
penyelesaian secara internal yang belum peningkatan belanja negara dan
sampai diselesaikan melalui pengadilan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai
(litigasi), tetapi bentuk atau cara penyelesaian upaya Pemerintah untuk melakukan
melalui konsultasi dan negosiasi adalah praktik penyelamatan kesehatan dan
yang tepat dan benar. Penyelesaian secara perekonomian nasional, dengan fokus pada
mediasi oleh karena melibatkan pihak luar bank belanja untuk kesehatan, jaring pengaman
maupun nasabah yakni sebagai mediator, sosial (social safety set), serta pemulihan
kurang cocok untuk diterapkan oleh karena perekonomian termasuk dunia usaha dan
proses restrukturisasi kredit hanya sebatas masyarakat yang terdampak.
ditempuh oleh bank dengan nasabah yang Selain Perppu tersebut, langkah dan
bersangkutan. kebijakan diterbitkan ialah berupa Peraturan
Masalah perkreditan juga terkait erat Otoritas Jasa Keuangan No. 11/POJK.03/2020,
dengan fungsi pengawasan bank yang dilakukan yang ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2020
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan dan diundangkan pada tanggal 16 Maret 2020.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang POJK tersebut secara khusus mengatur pada
Otoritas Jasa Keuangan. Pengawasannya antara Bab III tentang Restrukturisasi Kredit atau
lain diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Pembiayaan.
Nomor 21 Tahun 2011 yang berbunyi sebagai
berikut “Untuk melaksanakan tugas pengaturan B. Konsekuensi Hukum Dari Restrukturisasi
dan pengawasan di sektor Perbankan Kredit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Restrukturisasi kredit dengan jalan
Otoritas Jasa Keuangan. menambah kredit baru, sebenarnya juga
Restrukturisasi kredit bank bersifat massal mengandung risiko. Hal tersebut, karena kredit
misalnya yang terjadi di banyak negara, yang lama pun bermasalah, apalagi jika
khususnya di Indonesia dengan merebaknya menambah kredit yang baru. Bagi pihak bank,
pandemi Virus Corona. Pemerintah Republik penambahan kredit dengan ditempuh oleh
Indonesia menerbitkan kebijakan hukum untuk karena melalui penilaiannya bahwa masalah
mengatasinya berdasarkan pada Peraturan yang dihadapi oleh nasabah debitur adalah
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor keterbatasan dana berupa kredit.
1 Tahun 2020, yang ditetapkan dan Berikutnya, dalam hal penghapusan
diundangkan pada tanggal 31 Maret 2020. tunggakan pokok dan bunga pada waktu
Beberapa bahan pertimbangan restrukturisasi kredit, sebenarnya bagi bank hal
(Konsiderans) Peraturan Pemerintah Pengganti itu akan mengurangi pendapatan bank yang
Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020, berbasis bunga. Tetapi, melalui penghapusan
antara lainnya menimbang sebagai berikut: dan juga pengurangan tunggakan tersebut,
a. Bahwa penyebaran Corona Virus Disease akan mengurangi beban bagi nasabah debitur.
2019 (COVID 19) yang dinyatakan oleh Sedangkan mengenai jangka waktu kredit
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health melalui restrukturisasi kredit, adalah
Organization sebagai pandemi pada penambahan jangka waktu dari jangka waktu
sebagian besar negara-negara di seluruh semula.
dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan Jangka waktu atau durasi kredit pertama
peningkatan dari waktu ke waktu dan telah (semula) yakni selama 5 (lima) tahun, ketika
menimbulkan korban jiwa dan kerugian kredit menjadi bermasalah pada tahun
material yang semakin besar, sehingga keempat, maka dilakukan restrukturisasi kredit
berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dengan penambahan waktu yang menampung
dan kesejahteraan masyarakat; satu tahun kredit lama yang bermasalah. Hal
tersebut bagi nasabah debitur akan

24
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

memberikan peluang besar mengembangkan yang ada dalam perjanjian, tetapi


usahanya tanpa harus menghadapi kredit terhadap dokumen-dokumen lainnya.
bermasalah. g. Penggunaan kata-kata yang tidak
Penambahan jangka waktu melalui tergambarkan. Debitur sepatutnya untuk
restrukturisasi kredit pada hakikatnya akan menegosiasikan penggunaan kata-kata
mengikat nasabah yang bersangkutan dalam sifat yang memiliki fleksibilitas dan tidak
jangka waktu yang lama, dengan tergambarkan.
konsekuensinya akan terjadi nasabah debitur h. Grace period atau masa tenggang.
seumur hidupnya berkutat pada upaya Debitur menginginkan untuk
penyelesaian kreditnya. merundingkan dalam sebuah periode
Restrukturisasi kredit dengan sendirinya pemulihan di mana kreditur mengizinkan
merubah perjanjian kredit, baik dalam sejumlah untuk memperbaiki pelanggaran-
klausulnya maupun aspek-aspek lain yang pelanggaran yang dibuat oleh debitur
menyertainya. Perjanjian kredit yang lama dan tidak dengan segera menyatakan
hendaknya dirubah dengan yang baru dengan sebagai sebuah peristiwa kelalaian
sejumlah klausul di dalamnya yang dari segi (default).
kepentingan nasabah debitur, beberapa hal i. Fleksibilitas. Secara umum debitur harus
yang perlu diperhatikan adalah:11 memiliki fleksibilitas dalam
a. Debitur harus melakukan evaluasi atau merundingkan dana kredit yang
klausul-klausul yang dibebankan diterimanya. Dana kredit harus
terhadapnya dan memproyeksikan memberikan manfaat bagi peningkatan
dengan kondisi keuangan, praktik bisnis kondisi keuangan dan aplikasi dalam
dan kebutuhan pertumbuhan bisnis, kegiatan bisnisnya.
dengan mulai melakukan negosiasi untuk j. Pengalihan manajemen. Selama
penghapusan klausul-klausul tertentu. memperoleh fasilitas kredit dari kreditur,
b. Dalam mengevaluasi akibat dari klausul- debitur terikat untuk tidak melakukan
klausul yang bersifat membatasi, debitur perubahan-perubahan manajemen,
perlu meminta penegasan dari kreditur. misalnya melakukan penggabungan atau
Klausul-klausul yang bersifat membatasi konsolidasi tanpa memperoleh
ini akan menutup ruang gerak debitur. persetujuan dari pihak kreditur.
c. Tersedianya kreditur yang memberi Restrukturisasi kredit bank adalah awal baru
dukungan dana bagi debitur. ketika nasabah debitur dihadapkan pada
d. Peluang untuk mengakhiri perjanjian. masalah kewajiban membayar kredit bank.
Klausul ini umumnya dihindari oleh Perubahan pada perjanjian kredit berarti
kreditur, karena jika peluang untuk membuat perjanjian kredit baru dengan
mengakhiri ini secara terbuka diberikan mengadopsi berbagai aspek pada perjanjian
tentunya akan merugikan pihak kreditur. kredit lama.
Kreditur dapat kehilangan debiturnya Klausul-klausul pada perjanjian kredit baru
yang potensial. hasil restrukturisasi dengan sendirinya
e. Standar hubungan di antara kreditur dan menghapus klausul-klausul lama yang
debitur. Klausul hubungan antara merupakan hasil negosiasi antara nasabah
kreditur dan debitur yang bersifat debitur dengan bank selaku kreditur.
membatasi ruang gerak debitur, tentunya Perubahan atau penggantian klausul melalui
harus dihindari. Misalnya, debitur harus perjanjian kredit bank yang baru adalah langkah
selalu memelihara manajemen yang awal dan baru bagi nasabah debitur dalam
memuaskan bagi kreditur. melanjutkan kegiatan usahanya.
f. Referensi silang. Debitur harus bersikap Bagi bank selaku kreditur, upaya
hati-hati terhadap klausul-klausul yang restrukturisasi kredit merupakan upaya penting
tidak saja mendasarkan terhadap hal-hal dalam menghindari kerugian yang lebih besar.
Pada pembukuan perbankan dan Laporan
Keuangan Bank yang bersifat Laporan Tahunan,
akan diketahui kredit bermasalah termasuk
11 Johannes Ibrahim Kosasih, Op Cit, hlm. 86-87

25
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

kredit macet, sehingga pilihan melalui debitur yang terjadi “by the operation of law”
restrukturisasi adalah bentuk penyelamatan dan merupakan mandatory rule bahwa setiap
kredit yang bermanfaat bagi bank dalam barang bergerak ataupun tidak bergerak milik
menghindari kerugian yang lebih besar. debitur menjadi tanggungan utangnya kepada
Bank selaku kreditur yang dihadapkan pada kreditur. Dasar hukumnya adalah Pasal 1131
kredit macet yang besar, akan menggerogoti KUH Perdata.
modal dan aset perbankan itu sendiri sehingga Dengan demikian, apabila misalnya seorang
selain restrukturisasi kredit yang ditempuh, debitur dalam keadaan wanprestasi, maka
upaya penghapusbukuan (write off) menjadi lewat kewajiban jaminan umum ini, kreditur
langkah terakhir. Berdasarkan data Otoritas dapat minta pengadilan untuk menyita dan
Jasa Keuangan, total nilai hapus buku pada melelang seluruh harta debitur, kecuali atas
akhir tahun 2019 tercatat Rp. 430,74 triliun, harta tersebut ada hak-hak lainnya yang
naik 9,84 persen secara tahunan. Apalagi OJK bersifat prefensial. Terdapat pula jaminan
telah merelaksasi restrukturisasi kredit macet khusus adalah setiap jaminan utang yang
dan memberi kepastian payung regulasi khusus bersifat kontraktual, yakni yang terbit dari
untuk kredit berpotensi macet.12 perjanjian tertentu (jadi tidak timbul dengan
Penghapusbukuan kredit secara jelas sendirinya), yang khusus ditujukan terhadap
merugikan bank karena tetap tercantum barang-barang tertentu, seperti gadai, hipotek,
sebagai kredit macet, tidak tertagih dengan dan lain sebagainya.
segala konsekuensi yang dapat timbul dalam Benda objek jaminan seperti tanah atau
pengelolaan kredit tersebut. Penghapusbukuan rumah yang dijadikan jaminan pemberian
kredit macet merupakan langkah yang dihindari kredit, ketika kredit macet akan dihadapkan
pihak bank, oleh karena risiko kerugian yang pada akibat hukumnya yakni langkah bank
lebih besar dibandingkan dengan restrukturisasi melakukan eksekusi atas kehendaknya sendiri
kredit. (kewenangannya) guna mengambil pelunasan
Perubahan perjanjian kredit melalui utang kredit.
restrukturisasi adalah dasar hukum baru dari Eksekusi objek jaminan seperti Hak
adanya hubungan hukum antara nasabah Tanggungan adalah suatu langkah akhir, yakni
debitur dengan bank selaku kreditur. Hubungan suatu langkah yang sebelumnya dapat dimulai
dan dasar hukum baru tersebut dengan dengan melakukan restrukturisasi kredit
sendirinya menggantikan perjanjian kredit yang bermasalah. Manakala bagi pihak bank,
lama. Perubahan perjanjian kredit melalui suatu ternyata nasabah debitur tidak kooperatif serta
restrukturisasi kredit adalah langkah yang tidak beritikad baik menyelesaikan kewajiban
ditempuh sebelum bank menetapkan langkah membayar kredit beserta pokok dan bunganya,
akhir berupa eksekusi terhadap objek jaminan maka langkah eksekusi dapat ditempuh.
pemberian kredit. Berbeda dengan restrukturisasi kredit,
Pemberian kredit oleh bank senantiasa hubungan antara nasabah debitur dengan bank
diikuti dengan klausul adanya jaminan senantiasa terjalin, maka pada eksekusi
khususnya dengan objek Hak Tanggungan. jaminan dengan sendirinya hubungan menjadi
Jaminan ini pada dasarnya bagi pihak bank, putus. Pada objek jaminan kredit bank adalah
telah terhindar dari kemungkinan kerugian di Hak Tanggungan seperti hak atas tanah, hak
masa mendatang apabila terjadi kredit macet. atas rumah (bangunan) dan lainnya, ketentuan
Munir Fuady menjelaskan jaminan sebagai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
jaminan utang bersifat umum dan yang bersifat Hak Tanggungan meletakkan beberapa dasar
khusus,13 bahwa yang dimaksud dengan terhadap Hak Tanggungan, yaitu:14
jaminan umum adalah jaminan dari pihak a. Disesuaikan dengan perkembangan
ekonomi.
b. Dimungkinkan adanya Hak Tanggungan
12 “Bank pilih restrukturisasi Kredit Bermasalah Daripada atas Hak Pakai atas Tanah.
Hapus Buku,” Dimuat pada: https://lifepal.co.id/media/
restrukturisasi-kredit-bermasalah-memang-bisa-menjadi-
solusi-namun-tetap-musti-pahami-kosekuensinya. Diakses
tanggal 15 September 2020
13 Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Op Cit, hlm. 55-56 14 Munir Fuady, Ibid, hlm. 86-87

26
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

c. Pemberlakukan prinsip pemisahan m. Jangka waktu melaksanakan pencoretan


horizontal antara tanah dengan segala (roya) yang lebih tegas kepada petugas
sesuatu yang ada di atasnya. Kantor Pertanahan.
d. Ketegasan tentang Kuasa Pembebanan n. Sanksi yang lebih tegas bagi PPAT dan
Hak Tanggungan (Surat Kuasa Notaris.
Pembebanan Hak Tanggungan (SKPHT), o. Dan lain-lain.
yakni harus memenuhi syarat: Akibat hukum karena nasabah debitur
- Dibuat di depan PPAT atau Notaris; wanprestasi terhadap pemenuhan kewajiban
- Tidak dapat disubstitusi; pembayaran kredit bank, dapat menimpa
- Harus berbentuk kuasa khusus, tidak nasabah debitur seperti status objek hak
dapat dicampur dengan perbuatan tanggungan dilelang guna pelunasan kredit.
hukum lain; Eksekusi terhadap objek hak tanggungan pada
- Tidak dapat ditarik kembali oleh pemberian kredit bank karena telah diatur
pemberi kuasa; secara jelas dan tegas pada klausul perjanjian
- Jangka waktu kuasa terbatas; kredit bank, menjadi langkah terakhir yang
- Tegasnya konsekuensi hukum jika ditempuh oleh pihak bank.
jangka waktu lewat, yaitu kuasa Sebelum eksekusi objek hak tanggungan,
tersebut batal demi hukum. maka langkah penting yang ditempuh ialah
e. Penyusutan Hak Tanggungan, sesuai melalui restrukturisasi kredit, yang berarti
dengan penyusutan jumlah utang (atas bahwa tidak ada akibat hukum bagi nasabah
beberapa hak atas tanah dan jika debitur misalnya terhadap ancaman eksekusi
diperjanjikan). objek hak tanggungan. Melalui restrukturisasi
f. Penjualan objek (eksekusi) hak kredit, maka hubungan hukum antara nasabah
tanggungan beragam. bank dengan bank akan semakin terjalin
g. Janji-janji dalam akta hak tanggungan dengan erat oleh karena adanya klausul
yang lebih beragam. penambahan kredit baru, pengurangan
h. Batas waktu pendaftaran hak tanggungan tunggakan serta perpanjangan jangka waktu
yang terbatas. (grace period) dari kredit yang bersangkutan.
i. Ketegasan tentang saat lahirnya hak
tanggungan, yakni ketika didaftarkan. PENUTUP
j. Penegasan tempat irah-irah, yakni pada A. Kesimpulan
sertifikat hak tanggungan, bukan pada 1. Restrukturisasi kredit bank adalah
akta hak tanggungan. perubahan atas struktur, substansi dan
k. Diperluas wewenang Ketua Pengadilan klausul perjanjian kredit dengan yang
Negeri, sehingga berwenang dalam hal- baru dan meringankan pihak nasabah
hal : debitur dalam pemenuhan kewajibannya,
- Pembersihan sebagaimana dimaksud baik dengan jalan memberikan kredit
dalam Pasal 19 ayat (3); baru, memperpanjang jangka waktu
- Perintah pencoretan (roya) jika kredit, menghapuskan bunga dan pokok
kreditur enggan berpartisipasi; yang tertunggak, sehingga nasabah
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri debitur dapat melanjutkan usahanya.
bahwa dapat dilaksanakan janji dalam 2. Restrukturisasi kredit bank adalah
akta hak tanggungan atas tanah langkah yang ditempuh oleh karena
tentang kewenangan pihak kreditur nasabah debitur masih bersifat
untuk mengelola objek hak kooperatif, senantiasa menjalin
tanggungan apabila debitur hubungan dengan bank, dan memiliki
wanprestasi. itikad baik serta berpeluang melanjutkan
l. Preferensi yang lebih tegas (hanya usahanya. Bagi bank, restrukturisasi
piutang kepada negara yang dapat merupakan langkah sebelum
mengalahkannya). ditetapkannya nasabah debitur sebagai
nasabah yang menyandang kredit macet,
dengan konsekuensinya seperti eksekusi

27
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

objek jaminan yang tercantum pada Mertokusumo Sudikno, tt, Mengenal Hukum.
klausul Perjanjian Kredit. Suatu Pengantar, Cetakan Ke-2,
Yogyakarta : Liberty.
B. Saran Muljadi Kartini dan Widjaja Gunawan, 2008.
Pembaruan Undang-Undang Perbankan Seri Hukum Harta Kekayaan : Hak
melalui RUU Perbankan perlu mempertegas Tanggungan, Cetakan Ke-3, Jakarta :
aturan mengenai restrukturisasi kredit. Selain Kencana.
itu, RUU Perbankan harus segera dibahas dan Purwanti Sari, 2015. Kamus Perbankan, Cetakan
diundangkan mengingat perkembangan baru Ke-1, Bandung : Nuansa Cendekia.
daam masyarakat yang belum atau kurang jelas Setiawan I Ketut Oka, 2016. Hukum Perikatan,
diaturnya sekarang ini. Cetakan Pertama, Jakarta : Sinar
Perlu nasabah debitur menunjukkan Grafika.
itikad baik dalam pengelolaan dan pembayaran Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, 2006.
kredit bank, oleh karena kredit itu bukan Penelitian Hukum Normatif. Suatu
bersifat gratis melainkan adalah utang yang Tinjauan Singkat, Cetakan Ke-9, Jakarta
harus dibayar. : RajaGrafindo Persada
Subekti R dan Tjitrosudibio R., 2002. Kitab
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Hukum Perdata,
Buku : Cetakan Ke-32 (Edisi Revisi), Jakarta :
Abdullah Thamrin dan Tantri Francis, 2017. Pradnya Paramita.
Bank dan Lembaga Keuangan, Cetakan
Ke-4, Jakarta : RajaGrafindo Persada. Peraturan Perundang-Undangan:
Badrulzaman Mariam Darus, 1994. Aneka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Hukum Bisnis, Cetakan Ke-1, Bandung : Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Alumni. (UUPA).
Djumhana Muhammad, 2006. Hukum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan Di Indonesia, Cetakan Ke-V, Perbankan.
Bandung : Citra Aditya Bakti. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Fuady Munir, 2003. Arbitrase Nasional Perubahan Atas Undang-Undang
(Alternatif Penyelesaian Sengketa Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Bisnis), Cetakan Ke-2, Bandung : Citra Perbankan.
Aditya Bakti. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
_______, 2003. Hukum Kontrak (Dari Sudut Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Pandang Hukum Bisnis), Cetakan Benda-Benda yang Berkaitan dengan
Pertama, Bandung : Citra Aditya Bakti. Tanah.
_______, 2015. Hukum Kontrak, Buku Kesatu, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Cetakan KE IV, Bandung : Citra Aditya Otoritas Jasa Keuangan.
Bakti. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
_______, 2015. Konsep Hukum Perdata, Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Cetakan Ke-2, Jakarta : RajaGrafindo Kebijakan Keuangan Negara dan
Persada. Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
HS Salim, 2006. Perkembangan Hukum Kontrak Penanganan Pandemi Corona Virus
Di Luar KUH Perdata, Cetakan Pertama, Disease 2019 (COVID 19) Dan/Atau
Jakarta : RajaGrafindo Persada. Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
_______, 2017. Teknik Pembuatan Akta yang Membahayakan Perekonomian
Perjanjian (TPA Dua), Cetakan Pertama, Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem
Jakarta : RajaGrafindo Persada. Keuangan.
Kosasih Johannes Ibrahim, 2019. Akses Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
Perkreditan dan Ragam Fasilitas Kredit 11/POJK.01/2016 tentang Layanan
Dalam Perjanjian Kredit Bank, Cetakan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Pertama, Jakarta : Sinar Grafika Teknologi Informasi.

28
Lex Privatum Vol. IX/No. 1/Jan-Mar/2021

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor


32/POJK.03/2018 tentang Batas Sumber Lainnya
Maksimum Pemberian Kredit dan Bahan Kuliah Hukum Perdata pada Fakultas
Penyediaan Dana Besar Bagi Bank Hukum Universitas Sam Ratulangi,
Umum. Manado.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Bahan Kuliah Hukum Perbankan pada Fakultas
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Hukum Universitas Sam Ratulangi,
Perekonomian Nasional Sebagai Manado.
Countercyclical Dampak Penyebaran Bahan Kuliah Hukum Jaminan pada Fakultas
Coronavirus Disease 2019. Hukum Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Website :
“Bank pilih restrukturisasi Kredit Bermasalah
Daripada Hapus Buku,” Dimuat pada :
https://lifepal.co.id/media/
restrukturisasi-kredit-bermasalah-
memang-bisa-menjadi-solusi-namun-
tetap-musti-pahami-kosekuensinya.
Diakses tanggal 15 September 2020
“Bank” dimuat pada : wikipedia.org. diakses
tanggal 15 September 2020
“Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Kredit
(Credit Agreement), Dimuat pada : https
://bhakti.wordpress.com/2012/08/24/1
4. Diakses tanggal 15 September 2020
“OJK Sebut Banyak Salah Paham Program
Restrukturisasi Kredit.” Pada
:https//financial.bisnis.com/read/20200
507/90/1237517/ojk-sebut-banyak-
salah-paham-program-restrukturisasi-
kredit. Diakses tanggal 15 September
2020
“Restrukturisasi Kredit Bermasalah Memang
Bisa Menjadi Solusi, Namun Tetap
Musti Pahami Konsekuensinya,” Dimuat
pada : https://lifepal.co.id/media/
restrukturisasi-kredit-bermasalah-
memang-bisa-menjadi-solusi-namun-
tetap-musti-pahami-konsekuensinya.”
Diakses tanggal 15 September 2020

“Restrukturisasi Kredit”, Dimuat pada :


https://id.wikipedia.org/wiki/restruktur
isasi kredit :
text=restrukturisasi%20kredit20adalah
%20terminologi%20keuangan%penuru
nan%20bunga. Diakses Tanggal 15
September 2020
“Restrukturisasi Kredit”, Dimuat pada :
wikipedia.org/wiki/ restrukturisasi-
kredit. Diakses tanggal 15 September
2020

29

Anda mungkin juga menyukai