Anda di halaman 1dari 11

KESEHATAN DAERAH MILITER XVI / PATTIMURA

RUMAH SAKIT TK. II Prof. dr. J. A. LATUMETEN

PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAT BEDAH


DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT TK. II. Prof.dr.J.A.LATUMETEN

Disahkan dengan keputusan Kepala Rumah Sakit Tingkat II Prof.dr.J.A.Latumeten


Nomor Kep : 333 / VI / 2022
DAFTAR ISI
Halaman
Keputusan Kepala Rumah Sakit TK.II.Prof.dr.J.A.Latumetten
Nomor Kep : 333 / VI / 2022 tanggal 2Juni 2022

Tentang Panduan Penggunaan Inplat di Kamar Bedah di lingkungan Rumah Sakit TK.II.
Prof.dr.J.A.Latumetten Ambon…………………………………………………………… 1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………… 1
2. Pengertian ………………………………………………………… 1
3. Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II RUANG LINGKUP


1. Ruang lingkup…................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA
1. Tata laksana Penggunaan Implat ………………………........................ 4
2 Modifikasi surgical safety checklist ……………………………………… 4
3. Kualifikasi dan Pelatihan Staf ............................................................ 4
4. Pelaporan Implat ................................................................. 4
5. Reccoll implat ................................................................... 4
6 Pengendalian Infeksi ..................................................................... 5
7. Instruksi Khusus kepada pasien setelah operasi .................................. 5
8. Kemampuan Penelusuran ( traceability) ............................................. 5.
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................................. 6
BAB V PENUTUP. ............................................................................................... 7
Lampiran
Keputusan karumkit Tk. II Prof. dr. J. A. Latumeten
Nomor : Kep 333 / VI/2022
Tanggal : 2 Juni 2022

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di Rumah Sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan,
baik elektif maupun cito, yang membutuhkan keadaan steril. Banyak tindakan bedah yang menggunakan
Implan prostetik antara lain panggul, lutut, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan pembedahan seperti ini
mengharuskan tindakan rutin yang dimodifikasi dengan mempertimbangkan factor-faktor tertentu.

Peralatan kesehatan merupakan salah satu factor penting dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi
maupun fungsi pengelolaan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya
asuhan pasien operasi yang menggunakan implant dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal
khusus tentang tindakan yang dimodifikasi.

2. Pengertian
Implant adalah suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur dan fungsi suatu bagian
biologis. Penggunaan implan di Rumah Sakit Tk II Prof. dr. J. A. Latumeten yang sering menggunakan
implant antara lain femur, fibula, tibia, clavicula, humerus, radius ulna, lensa mata, dj stein dan hernia mess.
Penilaian kebutuhan implant pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan implant sesuai kemampuan
Rumah Sakit, kebutuhan implant dan pengembangan pelyanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau
perkembangan teknologi.

Perencanaan kebutuhan implant dilakukan karena factor :


a. Perkembangan teknologi
b. Kesesuaian terhadap standar keselamatan
c. Keterserdiaan jumlah dan jenis implant
d. Anggran pembelian barang
3. Tujuan
a. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien operasi dengan pemasangan implant

b. Terciptanya pengendalian infeksi yang khusus bagi pasien operasi yang terpasang implant
c. Memudahkan dalam hal penelusuran pasien jika terjadi penarikan kembali alat implant
d. Terciptanya alur pelaporan terkait penggunaan implant pada pasien operasi
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Ruang lingkup asuhan pasien operasi yang menggunakan implant mencakup:


a. Pemilihan implant berdasarkan peraturan perundang-undang mengacu pada pedoman pelyanan
farmasi

b. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implant di kamar operasi dan
pertimbangan khusus untuk penandaan lokasi operasi

c. Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implant
d. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implant
e. Proses pelaporan multifungsi implant sesuai dengan standar
f. Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus
g. Instruksi khusus pada pasien setelah operasi
h. Kemampuan penelusursn alat jika terjadi penarikan kembali alat
BAB III
TATA LAKSANA

1. Impalan yang akan di pergunakan di Rumah Sakit Tk II Prof. dr. J. A. Latumeten telah melalui proses
pengkajian implementasi terhadap mutu dan keselamatan pasien yang dilakukan oleh tim penampisan
teknologi medis dan obat. Ada pun beberapa implan yang digunkan di Rumah Sakit Tk II Prof. dr. J. A.
Latumeten Antara Lain :

a. Peralatan bedah ( hernia mess )


b. Orthopaedi ( Implan Tulang )
c. Inplat Obgyn

2. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implant di kamar operasi dan
pertimbangan khusus untuk penandaan lokasi operasi

a. Setiap tindakan operasi yang memerlukan pemasangan implant harus dilakukan pencatatan
b. Untuk memastikan ketersediaan implant yang akan dipasang pada tubuh pasien, petugas kesehatan
harus melakukan pengecekan alat atau implant dan menulisnya dalam form checklist keselamtan
pasien (surgical safety checklist)

c. Penandaan letak operasi menjadi bagian penting dalam pemilihan implant yang akan dipasang, apabila
implant tersebut memiliki bentuk atau model yang berbedah untuk sisi yang berbedah

d. Untuk itu pada operasi yang memiliki umur lateralisasi dan di perlukan pemasangan implant, petugas
kesehatan wajib melaporkan terlebih dahulu mengenai lokasi yang akan dipasang implant kepada
DPJP

3. Kualifikasi dan pelatihan Staf


Petugas yang bisa melakukan pemasangan implan harus mempunyai keterampilan khusus atau
berkopetensi dalam pemasangan implan sesuai dengan RKK

4. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implant Dicatat dalam bentuk tabel IKP
dalam bentuk formulir ( lampiran I )

5. Proses pelaporan malfungsi implant ( recall )


a. Jika didapati malfungsi terkait implant yang dipasang dalam tubuh pasien maka Rumah Sakit akan
melakukan pelaporan terkait hal ini kepada penyelenggara peralatan (implant)

b. Jika ditemukan kesepakatan untuk melakukan penarikan implant (recall) implant maka Rumah Sakit
harus melakukan penelusuran kembali (traceability) terhadap pasien-pasien yang telah terpasang
implant tersebut.

6. Pertimbangan Pengendalian Infeksi yang khusus


a. Semua pasien yang menjalani operasi dengan pemasangan implant dilakuakan survelens sebelum
tindakan operasi, meliputi perawatan pra operasi, intra operasi, post operasi dan perawatan luka
operasi

b. Antibiotic profilaksis diberikan secara sistemik dan harus memenuhi syarat dan diberikan tidak lebih
dari 24 jam sesuai panduan PPRA

c. Untuk mencegah terjadi nya IDO di kamar operasi maka sebelum melakukan tindakan operasi harus
berfokus pada :

1) Kebersihan tangan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun ( chlorhexidin 4 % ) sesuai dengan prosedur
cucitangan bedah

2) Memakai APD
3) Pembersihan lingkungan
4) Pensterilan peralatan instrumen
5) Pasien yang akan dilakukan operasi khusus nya operasi elektif di wajib kan mandi terlebih dahulu
menggunakan sabun Chlorhexidin 2 %

d. Survelens pada pasien operasi dengan implant dilakukan sampai batas waktu satu tahun pasca
operasi.

e. Koordinasi dengan rawat jalan, rawat inap serta Komite PPIRS terkait pencatatan khusus
Infeksi Daerah Operasi (IDO) yang ditemukan pada pasien yang terpasang implan

7. Intruksi khusus kepada pasien setelah operasi


a. Setiap pasien denagan rencana operasi pemasangan implant harus dilakukan atau diberikan informasi
edukasi post pemasangan implan yang ditulis di formulir edukasi

b. Pemberian informasi terhadap pasien yang pemasangan implan yang mau pulang maka dilakukan
intruksi khusus di catat di chat planing pasien meliputi :

1) Menyarankan pada pasien untuk segera memeriksakan diri ke Rumah Sakit jika didapati tanda-
tanda demam, muncul kemerahan, bengkak, atau nanah dari luka operasi seperti terjadi
peningkatan rasa nyeri pada daerah operasi. Kondisi ini menjadi tanda-tanda terjadinya infeksi
atau penolakan tubuh ternadap implant

2) Pasien dengan pemasangan implant pasca operasi harus memiliki kedisplinan dalam
mengkomsumsi obat-obatan immunosupresan untuk mencegah kerusakan implant akibat proses
penolakan yang terjadi

3) Memiliki gaya hidup sehat pasca operasi penting untuk menimalkan terjadinya resiko komplikasi.

4) Dan lain – lain sesuai kebutuhan atau kondisi pasien

8. Kemampuan penelusuran (traceability) terhadap recall alat implant


Petugas kamar operasi menempelkan barcode atau menulis nomer seri implan dalam rekam medis pasien
di laporan operasi.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Identitas dan pengumpulan data pasien operasi yang terpasang implant tersedia di unit kamar operasi

2. Untuk memastikan ketersediaan implant dan prosedur keselamatan pasien, pada lembar surgical safety
checklist juga disertakan modifikasi asuhan tentang implant yang akan digunakan
BAB V

PENUTUP

Pelayanan bedah dan anestesi di Rumah Sakit merupakan salah satu bagian dari pelyanan kesehatan yang
berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang kesehatan.

Untuk menjamin keselamatan pasien, Rumah sakit dituntut dalam proses perencanaan dan pengadaan
peraltan medis atau implant yang konprehensif dan bersinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan
pengadaan yang berkesinambungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan.

Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuhan dalam pengelolaan implant pada pasien operasi.

Ditetapkan di Ambon
Pada Tanggal 02 Juni 2022
Lampiran I

FORMULIR IKP PEMASANGAN IMPLAN


NAMA PASIEN NOMOR REKAM NOMER SERI IKP
MEDIS IMPLAN YA TIDAK

Anda mungkin juga menyukai