Anda di halaman 1dari 1

PANDERMAN

Pertama kali saya mendaki gunung, saya mendaki ke Gunung Panderman. Saya waktu itu
diajak kakak saya untuk mendaki bersama teman-temannya yang lain. Kejadian itu sekitar 7 tahun
yang lalu sewaktu saya masih kelas 6 dan saya hanya mengikuti saja kemanapun itu yang penting
bagi saya adalah pengalamannya.
Saya berangkat sore untuk berkumpul di rumah salah seorang teman kakak saya di daerah
Purwosari. Saya menunggu lama, karena masih teman yang lain belum datang alias molor. Setelah
semua berkumpul, saya beserta rombongan akhirnya berangkat menuju Gunung Panderman sekitar
sore hampir maghrib. Di perjalanan, rombongan terpisah yang menyebabkan saling tunggu dan
memakan waktu. Saat hampir mendekati pos pendakian tiba-tiba sepeda kakak saya macet karena
jalan menanjak yang curam. Saya pun akhirnya disuruh untuk ikut teman kakak saya menunngu di
atas. Setelah sampai di pos pendakian, saya berkumpul dengan kawan yang lain untuk berdoa agar
diberi keselamatan selama mendaki dan mengecek semua perlengkapan yang sekiranya ada kurang
bisa dilengkapi.
Setelah semua dirasa cukup, saya beserta kawan yang lain mulai berangkat naik ke arah
Gunung Panderman. Sesampainya di loket masuk Gunung Panderman, kami diarahkan jalannya agar
tidak tersesat. Setelah selesai, saya pun melanjutkan perjalanan yang tertunda tadi. Saat berada di
area gunung, aku melihat sekitar karena keadaan sangat gelap yang sekiranya saya bisa
mengenangnya di pendakian pertama ini. Saya pun sambil terus melanjutkan perjalanan, hingga tiba
di suatu titik jalan ini memeliki kemiringan yang hampir 90⸰, sehingga mengharuskan saya merayap.
Setelah melewati itu, saya melanjutkan perjalanan dengan santai sambil terus menikmati suasana
mendaki di tengah malam. Di tengah perjalanan, seorang teman saya menemukan jalan buntu dan
saya beserta kawan yang lain memutuskan untuk beristirahat sembari menunngu untuk mencari
jalan. Setelah lama menunggu, kami semua sepakat untuk turun lagi karena memang sudah tidak ada
jalan lagi. Setelah turun, kami menemukan jalan yang benar menuju atas dan terihat banyak tenda di
sana. Karena saya paling kecil sendiri diantara rombongan, saya mendapat perhatian lebih dan
ditanya apakah saya baik-baik saja, saya menjawab “pusing” dan disitulah saya digendong untuk bisa
sampai atas. Sesampainya di atas,tepatnya di Latar Ombo, kami tidak membangun tenda, tendanya
hanya di gelar untuk alas bagi yang mau tidur karena rombongan kami berjumlah sekitar 16 orang
dan waktu sudah menunjukkan pukul 03.00. Jadi, saya tidur dengan langsung menhadap langit yang
kebetulan banyak bintang yang indah di atas sana. Saya hanya tidur sebentar karena saat sunrise,
saya diajak untuk melihat. Disitu saya sangat senang, meskipun tidak sampai puncak tetap bisa
menikmati keindahan alam di bawah sana, dengan udara sejuk yang membuat saya rindu kembali.
Sekitar pukul 07.30, kami bersiap-siap untuk turun. Setelah semua selesai, kami pun turun
dengan meninggalkan kenangan di sana. Di perjalanan turun, saya bergurau dengan kawan yang lain
“kak gendong” dia menjawab “boleh, tapi kalau kamu bisa bergelendot di tas carrier ini’ saya hanya
diam, karena gabisa. Sambil bergurau, saya sambil melihat di atas pohon yang ternyata banyak
monyetnya. Hingga tidak terasa saya sudah sampai di tempat pos awal dan saya beserta kawan
lainnya melanjutkan perjalanan menuju Pantai Goa Cina.

NAMA : TRI WIDYA FATIKASARI


NIM : 202269110065

Anda mungkin juga menyukai