Anda di halaman 1dari 6

PENDAKIAN KE GUNUNG GEDE PANGRANGO

musim panas Mendaki gunung saat ini telah menjadi bagian hidup bagi para remaja. Hal ini
bisa dibuktikan dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan hampir di seluruh gunung
yang ada di Indonesia.Setiap pendaki tentunya memiliki debut dalam pendakiannya. Saya
sedikit bangga karena memulai pendakian sebelum munculnya film – film bertemakan
gunung dalam artian ketika itu mendaki gunung masih belum menjadi trend sekarang.

Pendakian pertama saya mulai pada Agustus 2014, dan gunung pertama yang saya
daki adalah Gunung Cikuray yang berada di perbatasan Jawa Barat. Dalam cerpen kali Ini
saya akan menceritakan pengalaman spendakian naik gunung saya yang pendakian ke 5
saya ke gunung Gede Pangrango pada bulan Februari 2019.Pendakian kali ini saya di ajak
oleh teman saya dari salah satu sekolah yang ada di Jakarta barat, alasan dia mengajak saya
karena pendakian kali ini adalah pendakian yang menurut saya memiliki jumlah peserta
yang sangat banyak berjumlah sekitar 17 pendaki hal ini lah yang mendorong saya untuk
mengikuti pendakian bersama kawan saya.

Seperti sebelumnya pendakian kita semua berkumpul di salah satu tempat yang
tidak jauh dari sekolah tersebut untuk melakukan diskusi atau pembagian tugas masing-
masing agar pendakian berjalan dengan lancar Suasana diskusi pada saat itu agak sedikit
berdebat perihal tentang siapa yang akan bawa tenda logistic dan lain-lain, karena pada
saat itu pendakian mayoritas adalah pemula atau orang yang baru pertama kali naik
gunung hal ini lah yang menjadi perdebatan antara saya, teman saya dan senior sekolah
pada saat itu.

Hasil akhir diskusi yang menurut saya sangat memakan waktu itu memutuskan
pendakian kali ini di pimpin oleh bang moko salah satu senior pencinta alam di sekolah
tersebut, saya dan teman saya yang bernama fadlan bertugas sebagai membawa
perlengkapan pendakian dan peserta lainnya membawa logistic dan perlengkapan
pribadi.Tiba lah hari H pendakian Selepas Shalat Ashar, kami telah berkumpul di tempat
kita diskusi. Setelah semuanya berkumpul kami ber 4 selaku senior di pendakian kali ini
memberikan arahan terkait pendakian kali ini agar tidak melakukan hal-hal merugikan diri
kita dan orang lain.

Selepas memberikan arahan kami semua mengecek barang-barang pendakian


supaya alat pendakian tidak ada yang tertinggal dan tidak lupa mengingatkan barang
bawaan pribadi seperti obat-obatan pakaian pribadi dan pakaian hangat, karena digunung
rawan yang namanya hipotermia yang dapat menyebabkan kematian dan itu adalah musuh
utuma para pendaki.Setelah semuanya sudah selesai memberi arahan semua pendaki
memasukan barang-barang pendakian kedalam tas carriel masing- masing agar tidak
tertinggal di lokasi. Setelah selesai kami menunggu jemputan sampai jam menunjukan
pukul 21:30. Pendakian kali ini kita mengunakan mobil ELF yang menurut saya sangat
berdesakan, sebenarnya saya ingin menaiki motor dengan fadlan tetapi demi kebersamaan
kami tetap di mobil ELF walaupun harus berdesak-desakan.
Singkat cerita pada pukul 01.30 kami sudah memasuki kawasan puncak dan
memutuskan untuk berhenti sejenak dan melegakan badan sambil menikmati suasana di
puncak pas yang begitu sejuk. Dari puncak pass kami menuju Basecamp Putri di cianjur
dan ber istirahat sampai waktu menunjukan pagi.Pada saat itu kami mendaki ketika musim
panas berlangsung dan biasanya moment itulah yang pas bagi para pendaki untuk
melakukan hiking. Tetapi kata orang-orang walapun kita mendaki musim panas setiap
gunung memiliki cuaca tersendiri dan tidak menutup kemungkinan di atas gunung akan
hujan.

 Gunung Gede Pangrango memiliki 3 jalur pendakian yaitu, jalur Cibodas,


Salabintana, dan Putri, jalur Putri ini terdiri dari 5 pos yang harus kami lalui. Saya dan
teman-teman memilih jalur Putri, yang merupakan jalur favorit bagi para pendaki.
Berjalanlah kami menuju basecamp pendaftaran, harga tiketnya waktu itu sekitar Rp
75000. Setelah pendaftaran selesai kami melakukan breefing. Pendakian ini di pimpin oleh
Bang Moko. Jalur putri ini menurut saya lebih dominan dengan kontur tanah yang cukup
terjal dan sering diselimuti oleh akar-akar pohon yang masih tumbuh dengan selisi waktu
antar posnya yaitu kurang lebih sekitar 2 sampai 3 jam, bahkan lebih

Sampailah kami di pos 1, setelah berjalan kurang lebih 1 jam 30 menit. Tibalah
kami dipos 1 ini kami semua kelelahan dan memutuskan untuk istirahat sejenak.
Perjalanan kali ini pun terus berlanjut menuju pos 2, dari track ini kalian akan memasuki
kawasan hutan dan tidak terlihat apa apa tetapi sejuk dan adem itu plusnya.Waaaah tidak
terasa akhirnya sampai juga di pos 2, yang memakan waktu kurang lebih 2 jam. Lalu kami
istirahat kurang lebih 30 menit sambil menunggu teman saya minum dan ada pula yang
makan siang sambil makan mie instan, rata-rata semua sudah kelelahan dan perjalanan
kami lanjutkan menuju pos 3, disinilah air sangat dihemat sekali dari bawah, ketika ada
yang haus saya hanya membagi dua cepuk air saja hahahahaha. Hutan masih menjadi
teman ditemani suara –suara burung yang berkicau hahaha... .Waktu pun cepat belalu
tidak terasa kami semua sudah sampai di pos 3, dan ternyata di pos 3 ini salah satu dari
teman kita ada yang cidera pergelangan kaki mau tidak mau perjalaan kita sedikit
terhambat perlahan demi perlahan untuk menuju pos 4.

Perjalanan kita berlanjut ke pos 4 begitu sangat pelan dikarenakan kita bergantian
membantu teman kita yang cidera. Sampai pukul 17:00 kami pun sampai di pos 4, dan
disini saya berpikir gimana cara sebagian harus sudah sampai di pos 5 untuk membuka
tenda dan menyiapkan makanan. Jadilah kita di bagi 3 kelompok, kelompok pertama di
pimpim sama temen saya yang bernama Fadlan karena semua perlengkapan pendakian
seperti tenda dan lain-lain sama temen saya ini, kelompok ke dua dimpimpin sama bang
moko karena di kelompok 2 ini kebanyakan pendaki pemula jadi bang moko yang
beratanggung jawab, dan kelompok ke tiga di pimpin sama saya sendiri bersama 4 orang
lainnya yang bergantian membantu pendaki yang cidera ini, sesampainya di pos 4 itu
sekitar pukul 19:30 istirahat sejenak untuk meluruskan badan dan menyeduh kopi, dan
sampai tiba-tiba hujan turun yang intensitasnya tidak terlalu deras jas hujan pun di
keluarkan. Teman teman saya merasa aneh termasuk saya karena setau saya ini belum
masuk musim penghujan, tetapi ketua rombongan dengan nada yang santai mengucap kata
“Gunung Punya Cuacanya Sendiri jadi tidak aneh di daerah kota digunung belum tentu
sama dengan di kota disini saya baru mengerti betapa pentingnya tau medan dan
Persiapan yang matang”.

Hujan masih rintik-rintik dan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan,


perjalanan pun menuju pos 5 yang biasa kita sebut surken atau Alun-alun Surya kencana,
perjalanan menuju pos 5 menurut saya sangat terlalu terjal di tambah lagi kita harus
membantu teman kita yang kakinya cidera, kita memperkiran sesampainnya di pos 5 atau
Alun-alun Surya Kencana itu sekita pukul 22.30 tetapi apalah yang kita rencanakan itu jauh
dari kata berhasil melainkan hanya sebuah ekspetasi jam 22.30 kita masih di jalur
pedakian.Sampai-sampai bang moko turun lagi untuk membantu kita membawakan tas
cariel yang menurut saya itu salah satu penghambat kita untuk lebih cepat sampai ke Pos 5.

Sesudah tas kita dibawakan bang moko perjalanan kita lebih terasa ringan
walaupun tidak begitu berpengaruh terhadap kondisi fisik kita yang sudah mulai kelelahan,
disatu sisi teman kita yang cidera sudah mulai prustasi karena pendakian kali ini gara-gara
dia jadi terhambat.Tetapi saya menengkan dia agar tidak bebicara asal kalo digunung dan
dia mulai mengucap istigfar salah satu teman saya berbicara “kita berangkat bareng
pulangnya pun harus bareng” seketika dia menjadi semangat lagi untuk menaklukkan jalur
pendakian gunung putrid walaupun dengan keadaan yang menurut saya sangan mustahil.

Dan akhir nya sekitar pukul jam 23.30 kita sampai di pos 5 atau Alun-alun Surya
Kencana, sesampainya di pos 5 teman kami yang sudah sampai terlebih dahulu sudah
menyiapkan makan untuk kami ber 5, menurut saya inisiatif seperti ini memang di
perlukan dalam sebuah pendakian.Selesai kita makan kita berbincang bincang sambil
menyeduh kopi untuk menghangatkan tubuh kita. Saya fadlan dan bang moko berada di
dalam 1 tenda kita ber 3 tidak tidur sampai pagi untuk berjaga takut hal yang tidak di
inginkan terjadi, karena salah satu teman kita ada yang mulai kedingingan parah atau bisa
kita sebut gejala hipotermia, di satu sisi kita juga sangat kelelahan dan butuh istirahat.

Singkat cerita hari menjelang subuh dan saat-saat seperti ini sudah mulai
mendengar suara-suara pendaki yang ingin pergi kepuncak saya fadlan dan bang moko
membangunkan 1 persatu dan menanyakan pengen kepuncak atau tidak, dan yang sakit
kita tidak tanyakan atau kita membiarkan dia beristirahat agar nanti turun
mempunyai tenaga lebih.

Waktu menunjukan pukul jam 05.30 sekitar 12 orang dari rombongan kami berangkat
kepuncak di pimpin oleh bang moko saya fadlan dan dimas berjaga di tenda dan selalu
melihat ke tenda temen-teman kita yang sakit, kita tidak memaksakan dia bangun seita
teman saya bilang “ bang itu yang tidur kita bangunin atau jangan”, saya berkata “jangan
biarin dia bangun sendiri saja baru nanti kita masakin makanan agar tenaga dia terisi pas
mau turun”. Walaupun kita hanya di tenda tetapi kita mempunyai cerita tersendiri sampai-
sampai kami bertemu dengan pendaki asal depok yang baru memulai pendakian jam 19.00
malam kita bercerita satu sama lain pas kita bercerita tentang pendakian kita dia terkejut
karena dari jam 07.00 pagi kita sampai di surken sekitar 23.30 berarti sekitar 16 jam 30
menit.
Dan kita menceritakan panjang lebar ke dia sampai di bilang salut lu mau nemenin temen
lu yang cidera itu kalo gue sih belem tentu mau sontak dia berbicara sambil menunggu
teman- teman saya yang turun dari puncak saya fadlan dan dimas bercerita kisah kita
masing-masing yang pastinya tentang pendakian dan dari situ kita mendapatkan pelajaran
bahwa mendaki lebih enak ketika kita tidak membawa banak anggota agar mengurangi
resiko kita, karena semakin banyak kita membawa anggota pendakian semangin berat
tanggung jawab yang kita terima sehabis kita bercerita dengan pendaki depok dia dan 5
teman nya melanjutkan perjalan menuju puncak dan turun lewat jalur cibodas atau dalam
istilah pendakian pendaki lintas atau tidak mendirikan tenda.

Karena dalam pendakian pun ada perlombaannya seperti waktu tercepat dalam
pendakian atau running track jalur pendakian cibodas putri, singkat cerita yang dari
puncak turun sekitar jam 09.30 sehabis itu dia tidak lupa mengambil air untuk perjalan turun
ke basecamp. Setelah kita makan kita beres beres melipat tenda dan tidak lupa untuk
membersihkan sampah yang kita abis pakai karena setiap gunung mempunya slogan bawa turun
kembali sampah mu.

Karena sudah ada peraturan yang mengharuskan kita membawa turun sampah yang
kita bawa agar ekosistem gunung tetap terjaga dan tidak mencemari lingkungan yang ada
jikalau kita tidak membawa sampah turun kembali kita satu rombongan akan di kenakan
dendan 10 kali lipat harga tiket pendakian karena itu sudah ketetapan balai taman nasional
gunung gede pangrango.

Dan pendakian ke puncak gede temen saya atau senior dari sekolah tersebut yang
bernama bang moko bercerita karena ada kejadian lucu pas kelompok ini mendaki
kepuncak, yang awalnya dia bercerita pas mau masuk jalur pendakian puncak dia sudah
peringatkan untuk jalur ke puncak memang tidak terlalu bahaya atau bisa di bilang tidak
terjal akan tetapi licin karena banyak pasirnya.

Singkat cerita pas di pertengahan jalur pendakian menuju puncak juniornya ini
tidak tau kenapa dia terpeleset, pas ditanya sama bang moko kenapa dia terpeleset dengan
muka polosnya dia menjawab “lah ngga tau bang saya juga terpeleset karena apa”, sekita di
bilang seperti itu sontak semuanya tertawa ada temennya yang bilang “ngga ada angin
ngga ujan dia kepeleset ada-ada aja lu” ucap salah satu temannya. Sehabis kejadian itu
sekitar 30 menit rombongan itu sampai di puncak gunung Gede dengan ketinggian 2958
Meter Diatas Permukaan Laut atau yang biasa disingkat (MDPL) dengan cuaca yang bisa di
bilang labil kadang cerah kadang mendung seketika namum para pendaki pemula ini
sangat menikmati pendakian kali ini.

Setelah bang moko bercerita ada salah satu pendaki pemula ini ngomong kepada
saya dengan keheranan, bang kok ngga kepuncak alasannya kenapa, sontak saya jawab
karena sudah pernah kepuncaknya namun menurut dia jawaban itu ngga bisa dia terima
karena sebelum-sebelumnya dia di kasih tau sama temen saya yang bernama fadlan bahwa
kalo saya akan kepuncak gede untuk pendakian kali ini tetapi nyatanya tidak jadi.
Pas dia berbicara seperti itu kemudian baru saya jelaskan dengan rinci, kenapa saya
tidak ke puncak untuk oendakian kali ini dikarenakan menurut saya pribadi kondisi fisik
saya yang tidak memungkinkan untuk ke puncak dikarenakan pas sebelunya saya sudah
terlalu menghabiskan tenaga saya ketika mendaki jadi alangkah baiknya saya tidak
kepuncak dari pada memaksakan tetapi kedepannya akan menyusahkan orang lain.

Dari situ dia baru mengerti alasan saya tidak ke puncak untuk pendakian kali ini dan
dari situ dia meminta maaf di karenakan gara-gara temennya cidera saya tidak jadi
kepuncak lantas saya nasihatin kedia kalo puncak sebenernya itu bukan puncak gunung
Gede yang saat kita daki melainkan puncak sebenarnya adalah rumah kita sendiri. Setelah
berbincang-bincang kita semua membereskan peralatan gunung seperti tenda dan lain-
lainnya agar tidak tertinggal di Surken. Setelah dirasa semua sudah selesai kita melakukan
perjalanan turun ke basecamp sekitar pukul 11.30 dan kali ini tidak di bagi kelompok kita
bareng-bareng turun ke basecamp perjalan turun kali sangan terasa ringan karena logistic
yang kita bawa sudah berkurang, tetapi tetap saja yang tugasnya membawa tenda hanya
berkurang sedikit bebannya.

Menurut saya perjalanan turun lebih terjal dari pada naik salah sedikit kita
menginjak bisa berakibat fatal buat kita dan orang lain yang berada di bawah kita, tidak
sedikit orang yang jatuh akibat kesalahan sendiri penyebab dari orang tersebut jatuh itu
bisa di karenakan tidak focus dan salah berpijak sehinga terpeleset dan jatuh. Sekitar pukul
13.00 saya dan rombongan tiba di pos 4 dengan perkiraan saya untuk perjalanan turun
tidak akan lewat sampai jam 18.00 karena biasanya kalo membawa rombongan perjalanan
turun akan memakan waktu yang agak sediki lama bisa sampai malam.

Setelah istirahat sejenak kami melakukan perjalanan lagi menuju pos 3, lagi dan lagi
di rombongan kita ada yang terpeleset karena hilangnya focus dan tidak menginjak di
tanah yang keras melainkan di tanah yang agak basah mengakibatkan dia kehilangan
keseimbangan dan terjatuh, sekitar pukul 14.30 kami 1 rombongan tiba di pos 3 dan
seperti biasa kami isitirahat karean menurut kami kalau sudah melepati trak dari pos 4
menuju pos 3 itu tracknya sudah tidak terlalu terjal jadi kita memutuskan untuk menyeduh
kopi dan mengobrol dengan pendaki yang lain.

Seketika waktu sudah menunjukan pukul 15.10 yang menurut saya itu sudah
melebih waktu istirahat dan saya mengingatkan bang moko untuk segera berangkat karena
waktu sudah menunjukan pukul 15.10, setelah itu dia kaget dan memutuskan untuk segera
berangkat supaya sampai basecamp tidak sampai magrib atau lewat magrib. Ternyata eh
ternyata sepanjang jalur dari pos 3 menuju pos 2 itu sudah banyak pendaki yang berhenti
sejenak dari sini lah perjalanan kita sedikit terhambat dikarenakan kita harus berhati-hati
karena banyak pendaki oleh sebab itu terjadi penumpukan pendaki yang turun disekitar
jalur pendakian.
Dan perkiraan kami atau jadwal yang sebelumnya kita rencanakan berantakan
dikarenakan kita jam 17.30 baru sampai pos 2 dan itu benar-benar sangan melelahkan, kita
turun di jalur pendakian itu bergantian dengan rombongan lain dikarenakan jalur
pendakian yang sempit dan ramainya pendaki jadi tidak sebanding dengan jalur pendakian
atau bisa di bilang kelebihan kapasitas.

Setelah menunggu beberapa lama kita menjutkan perjalanan menuju ke pos 1,


waktu sudah menunjukan pukul 18.00 pada saat itu lampu kepala kita sudah ada sebagian
yang batrainya sudah abis karena lampu kepala yang kita punya itu kebanyakan di cash
bukan yang baterai ganti, dan sebagian lagi menggunakan HP untuk menerangi jalan dan
itu sangat menyusahkan bagi pendaki pemula. Tapi kami sudah meminalisir agar yang
pendai pemula tetap menggunakan lampu kepala sedangkan saya dan teman-teman yang
sudah biasa naik gunung menggunakan HP walaupun agak ribet tetapi ini solusi terbaik
agar tidak ada lagi yang terpeleset karena tidak bisa menjaga keseimbangan karena
biasanya pendaki pemula kalau turun dari pendakian selalu memegang ranti atau pokok
kayu agar tidak terjatuh atau terpeleset.

Jam 19.30 kami baru tiba di pos 1 disini kami langsung berangkat tanpa adanya
berhenti karena kita harus sampai basecamp jangan sampai lewat jam 21.00 di takutkan
sampai Jakarta bisa sangat malam dan takutnya yang hari senin beraktivitas kesekolah atau
bekerja akan kecapean dikarenakan kurangnya istirahat. Singkat cerita kami semua
rombongan sampai basecamp pukul 20.50 dan Sesampainya di basecamp kami bersih-
bersih makan ngopi dan lain sebagainya tidak lupa membeli cindramata seperti baju gelang
lonceng kecil dan gelang, sesudah semuanya beres kami semua menuju mobil untuk
melakukan perjalan pulang menuju Jakarta.

Hati- hati dalam melakukan pendakian karena banyak juga pendaki yang meninggal
dikarenakan mendaki tidak mengikuti SOP atau melanggar aturan yang telah di tetapkan
oleh Balai Besar Taman Nasional. Dikarenakan setiap gunung mempunyai peraturan
peraturan tersendiri jadi kita sebagai pendaki sebelum melakukan pendakian harus
melakukan observasi ke gunung yang mau kita tuju, salah satu cotoh kita mau melakukan
pendakian ke gunung A kita bisa observasi melalui google supaya kita tidak buta medan
yang akan kita lalui nantinya jadinya bisa meminimalisir kecelakan pendaki.

Oleh karena itu saya selaku orang melakukan pendakian menghimbau kepada
pendaki lama atau yang baru mau melakukan pendakian agar untuk mengobservasi
keadaan gunung yang mau kita tuju agar tidak ada lagi kecelakaan pendaki yang sampai
bisa menghilangkan nyawa.

Anda mungkin juga menyukai