Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

BAB II ISI

BAB III PENUTUP

3.1 SARAN

3.2 KESIMPULAN

KATA PENGANTAR
KARYA TULIS
PENGEMBARAAN 1 DI GUNUNG LAWU

MAHASISWA EKONOMI DAN BISNIS PECINTA


ALAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya
tulis ini dapat tersusun hingga selesai . Karya tulis ini telah kami susun dengan maksimal,
tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan
kami semoga karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulis ini
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari


sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini.

                                                                                       Semarang, Maret 2016

                                                                                               Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gunung Lawu adalah salah satu dari gunung tertinggi di Jawa Tengah. Dengan keindahan
flora, fauna serta pemandangan sekitar pastinya Gunung Lawu menjadi Gunung favorit bagi
para Mapala atau Pecinta Alam Lainnya. Tetapi ternyata Gunung Lawu memiliki banyak
mitos dan pantangan yang harus ditaati oleh para pendaki.

Kajian karya tulis ini akan memusatkan pembahasan tentang kondisi alam sekitar gunung,
flora fauna yang terdapat di gunung lawu, dan pendakian Gunung Lawu via cemara kandang.
Selain itu kami juga akan membahas beberapa dari sejarah, mitos, pantangan dan kebersihan
lingkungan jalur pendakian Lawu tentunya.

Melalui karya tulis ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan bagi para Pecinta Alam
khususnya tentang kondisi alam Gunung Lawu. Dan tentunya bisa menarik minat para
pembaca agar bisa lebih mencintai alam sekitar kita.
BAB II ISI

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara dua kabupaten yaitu
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Pada tanggal 26-28 Febuari 2016 diadakan pengembaran pertama wajib untuk anggota muda
MAHEPALA. Pengembaraan pertama Anggota Muda MAHEPALA diadakan di Gunung
Lawu dengan via cemara kandang. Untuk pengembaraan pertama ini diikuti oleh 10 Anggota
Muda MAHEPALA dan 5 Anggota Tetap MAHEPALA sebagai pendamping.

Hari Pertama, kami memulai perjalanan dari Semarang pukul 08.00 WIB. Pukul 15.00 WIB
kami sampai Basecamp Cemoro Kandang. Setelah persiapan fisik, mental dan sedikit
pengarahan dari pembimbing, Anggota Muda melakukan tracking menuju pos 2 Gunung
Lawu via Cemoro Kandang. Dalam kondisi hujan, kami memulai tracking dengan menyusuri
hutan. Basecamp menuju pos pertama ini kami menelusuri hutan pinus. Setelah melakukan
trecking yang cukup lama, akhirnya kami menemukan pos 1 atau biasa disebut Pos
Tamansari bawah. Setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2.
Selama tracking menuju pos 2 ini medannya masih sama yaitu menelusuri hutan, dan banyak
ditemukan pohon pohon tumbang yang menghambat jalur mendaki. Setelah cukup lama
menelusuri hutan akhirnya kami tiba di pos 2 pukul 22.00 WIB. Dengan kondisi gerimis dan
pakaian kami basah kami langsung membangun tenda dan mulai memasak. Ketika memasak
sempat ada seekor musang yang tiba tiba berlari menuju hutan. Setelah selesai makan kami
lanjutkan dengan tidur.

Hari Kedua, kami mulai dengan memasak. Dan salah dua dari kami melakukan penanaman
di pos 2 ini. Di pos 2 ini terlihat bagaimana bekas bekas pepohonan yang terbakar. Maka dari
itu, kita melakukan penanaman di pos 2 ini. Dari sini kami juga belajar bagaimana mendaki
selain bertujuan untuk liburan dan bersih jalur, setidaknya menyiapkan 1 bibit untukditanam
dilahan yang masih kosong. Kepedulian sekecil ini bisa berguna bagi anak cucu kita.

Setelah memasak dan melakukan penanaman, kami melanjutkannya dengan sarapan, bersih
diri, dan packing. Setelah semua siap, pembimbing memberikan pengarahan kepada anggota
muda. Tracking menuju pos 3 pun dimulai. Jalur trecking di pos 2 menuju pos 3 ini memutar
dan bebatuan. Selama tracking menuju pos 3, cuaca sangat tidak mendukung dengan
turunnya hujan. Setelah beberapa saat akhirnya kami sampai di pos 3. Setelah istirahat cukup,
tenaga terpenuhi, kami melanjutkan tracking menuju pos 4. Menuju pos 4 ini ada sumber air
yang bernama “sendang panguripan”. Tracking menuju pos 4 ini kita masuk alam terbuka dan
jalurnya terjal. Setelah beberapa saat akhirnya sampai juga di pos 4.
Kami beristirahat sebentar dengan meminum susu hangat yang kami buat di pos 3 dan teh
hangat yang ditawarkan oleh pendaki lain. Setelah badan lumayan hangat kami melanjutkan
perjalan menuju pos 5. Kabut-kabut yang semakin naik sedikit menghambat perjalanan kami
menuju pos 5. Akhirnya kami menemukan pos kecil, pos sebagai pertigaan antara puncak
hargo dumilah dan warung mbok yem.

Setelah berkumpul di pos 5, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp mbok yem.
Selama perjalanan kami menemukan sebuah pemandangan menarik, yaitu rumah botol.
Rumah yang terbuat dari kumpulan sampah botol.

Dan pada akhirnya pukul 17.30 WIB kami sampai di warung mbok yem. Warung yang
terkenal sebagai warung tertinggi.
Setelah sampai dengan kondisi yang lelah dan kedinginan, dan basah akibat hujan akhirnya
diputuskan untuk menginap di warung mbok Yem.

Hari ketiga, di warung mbok yem ini saya menyempatkan ke luar untuk melihat kondisi
lingkungan sekitar.

Di warung mbok yem terdapat ayam hutan, kijang, dan bunga mawar.Dan terlihat bagaimana
kondisi disekitar warung mbokyem, yaitu sampah-sampah yang berserakan.

Setelah merasakan udara pagi, kami lanjutkan bersih diri, lalu berkumpul di depan warung
untuk melanjutkan trecking di puncak. Disini kami pergi ke puncak tanpa membawa beban.
Jadi hanya butuh 20 menit bagi kami untuk sampai puncak hargo dumilah dari warung mbok
yem. Lalu kami berkumpul lagi, dan mendapat hukuman 3 set dari pembimbing kami karena
melakukan kesalahan saat pendakian.

Lalu kami melanjutkan dengan upacara kecil dengan menyanyikan lagu Indonesia raya, dan
setelah itu kami diberi waktu untuk berfoto bersama.
Setelah selesai dengan berfoto, kami kembali menuju warung mbok yem lalu packing dan
makan pagi, sebelum akhirnya kami lanjutkan dengan tracking turun.

Tracking turun lebih santai, jadi kami memanfaatkannya untuk melihat kondisi alam disekitar
perjalanan turun. Dalam perjalanan menuju mbok yem ke pos 5 kami menemukan beberapa
tanaman yang selalu kami temukan saat kami tracking naik di sepanjang perjalanan.

Karena habis kebakaran tumbuhan yang ada di gunung lawu tidak terlalu banyak, sehingga
hanya beberapa tumbuhan yang kami temukan di sepanjang perjalanan melalui cemoro
kandang ini. Saat tracking turun tidak terasa kami sudah sampai di pos 4 karena perjalanan
lebih mudah tidak seperti saat tracking naik. Di pos 4 kami hanya istirahat sebentar dan
langsung perjalanan ke pos 3. Pada saat menuju ke pos 3 dalam tengah perjalanan hujan deras
mengguyur tubuh kami tetapi kami lanjutkan tetap berjalan, sampai di pos 3 kami berteduh
dan memasak air hangat untuk menghangatkan tubuh kami. Karena salah satu dari kami drop
karena kedinginan kami memutuskan menunggu hujan sampai benar-benar reda, sambil
menunggu kami membuat makanan karena saat itu waktunya makan siang. Setelah hujan
reda dan semua sudah tidak kedinginan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan
kami menujun pos 2 dalam perjalanan kami menemukan burung jalak yang pernah kami
temukan saat kami membuat tenda di pos 2, kami tidak sempat memotret burung jalak itu
karena saat kami mendekat burung jalak itu langsung terbang.

Jalak Lawu atau penduduk sekitar menyebutnya Jalak Gading, merupakan species burung
endemik yang sering terlihat oleh para pendaki. Burung ini ramah dan jinak, tidak heran jika
burung ini biasa menjadi teman seperjalanan para pendaki gunung Lawu. Jalak Lawu atau
jalak Gading ini akan mengikuti para pendaki gunung atau para pejiarah dan akan
memberitahu jalan ke arah puncak. Burung Jalak Gading atau yang lebih dikenal dengan
“jalak Lawu” hampir sepanjang jalan di jalur pendakian, lebih-lebih bagi para pendaki yang
mendapat “ berkah dari Sunan Lawu” para pendaki ini selalu diikuti burung jalak gading
yang dianggap “keramat” sebagai penunjuk jalan untuk menuju Puncak. Burung ini tidak
besar hanya sebesar jalak Ungu dan jalak Bali. Bulunya berwarna coklat, bagian dada
berwarna kuning emas, paruh dan kakinya kuning, nampak begitu jinak.

Namun kalau Jalak Gading ini diganggu, dilempari dll Jalak Gading ini akan membuat sesat
para Pendaki Gunung Lawu, entah bagaimana caranya yang jelas jangan mengganggu
Burung Jalak Gading kalau tidak ingin tersesat malahan Jalak Gading ini akan mengantar
para pendaki sampai ke Puncak Gunung Lawu.

Dalam tengah perjalanan ke pos 2 juga hujan deras tetapi kami tetap terus berjalanan karena
semakin kami berhenti untuk beristirahat badan kami semakin kedinginan. Karena cuacanya
hujan jalan menjadi licin sehingga kami harus selalu berhati-hati dalam berjalan, walaupun
diantara kami sempat terpleset berkali-kali.

Sampai juga kami di pos 2 tetapi kami langsung berjalan ke pos 1 tidak lupa kami melihat
lingkungan di sekitar perjalanan yang kami lewati karena habis terbakar kami hanya
mendapat foto beberapa pohon yang sudah tidak terdapat daunnya.

Dalam perjalanan ke pos 1 hujan tetap mengguyur tubuh kita jalan yang kami lalui banyak
yang tergenang air jadi kami harus selalu berhati-hati, tidak lupa kami menolong teman-
teman yang butuh bantuan agar tidak terjatuh saat berjalan.

Dalam perjalanan turun kami tidak lupa mengambil sampah yang terdapat di sepanjang jalan
yang kami lalui karna tujuan kami naik gunung tidak hanya sebagai rekreasi atau kesenangan
tetapi kami juga melindungi lingkungan di sekitar kami agar tetap bersih.

Sampai di pos 1 kami langsung melanjutkan ke basecamp tempat kami pertama datang,
dalam perjalanan juga masih turun hujan dan jalan-jalan juga semakin licin sehingga kami
juga harus hati-hati.

Sampai di basecamp kami langsung bersih diri dan berganti pakaian yang kering, tidak lupa
kami mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Semarang. Kami memanaskan montor dan
mobil yang akan kami tumpangi menuju Semarang karena sudah 3 hari tidak pernah di
hidupkan.

Setelah semua sudah siap kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Semarang, tidak
lupa kami mengenakan jas hujan karena cuaca masih hujan. Dalam perjalanan tidak lupa
kami berdoa agar perjalanan lancar karena hujan jalan menjadi licin. Karena kami memulai
perjalanan jam 6 malem jalanan menjadi gelap dan jalan yang kami lalui juga memiliki
beberapa belokan yang tajam. Sehingga kami harus berhati-hati dalam mengendarai, dalam
perjalanan kami mampir terlebih dahulu ke rumah neneknya mas dika untuk beristirahat dan
makan sejenak. Karena hari sudah semakin malam dan mobil yang membawa tas carier harus
masuk bengkel, yang memakai montor pulang terlebih dahulu tanpa membawa tas carier.

Dalam perjalanan cuaca sudah tidak hujan lagi tetapi udara semakin dingin karena hari sudah
semakain larut malam. Kami akhirnya sampai Semarang jam setengah 1 malam dan kami
langsung pulang masing-masing.

BAB III PENUTUP

3.1 SARAN

Saran kami saat kita naik gunung kita harus menjaga lingkungan di sekitar pendakian
karena itu semua tanggung jawab kita semua dengan 3 peraturan mapala:
1. Jangan membunuh apapun kecuali waktu
2. Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak
3. Jangan mengambil apapun kecuali gambar

3.2 KESIMPULAN

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan


Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Banyak fauna yangterdapat di Gunung Lawu seperti :
musang, kijang, ayam hutan, jalak lawu. Dan untuk flora seperti : pohon pinus, bunga
edelwies, bunga mawar.

Dengan kondisi lingkungan gunung Lawu sehabis terbakar, dan masih terdapat sampah
sampah yang berserakan, kita sebagai mapala sebaiknya membantu merawat lingkungan
sekitar lawu dengan melakukan penanaman dan membantu mengurangi sampah di jalur
cemoro kandang. Sehingga dengan kelestarian alam gunung lawu, masih bisa dinikmati oleh
anak cucu kita. SALAM LESTARI!!!!

Anda mungkin juga menyukai