Anda di halaman 1dari 6

Hari Pertama, Sabtu 11 Februari 2023.

Tim terdiri dari delapan orang anggota yang diberi nama Team Alpha oleh salah satu senior
sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum KPA Zenith Cakrawala, Ikramullah, S.Hut. Anggtota
team yaitu Herman Dunggio (Leader), Kamal Korompot (Navigator), Asti (Medis) Rana dan
Fani (Chef) Wito (Logistik), Riklan Harundja (Dokumentasj) Arham (Wepeer). Tim berangkat
dari sekretariat KPA Zenith Cakrawala pada pukul 08.48 WITA. Jalur pendakian yang di pilih
adalah Jalur Kilo 7 yang terletak di Desa Komus, Kecamatan Kaidipang, Bolmut. Alasan tim
memilih jalur sebab ini merupakan jalur yang paling umum dilalui para anggota diksar
sebelumnya dan memiliki rute pendakian yang paling landai.

Tim menggunakan mobil salah satu senior sekaligus pendiri KPA Zenith Cakrawala, yaitu Kak
Muchlis Ntoma, ST. Namun sebelum itu kami melakukan chek-list kembali barang bawaan
agar kiranya tak ada yang tertinggal.

Merasa semua barang sudah pas tanpa ada masalah sedikitpun. Kami lanjut melaksanakan
upacara pelepasan tepat pukul 08.30 WITA, yang dimana dipimpin langsung oleh Yusman
Hunow untuk sedikit memberikan arahan dan juga wejangan kepada tim saat setelah
berada di dalam hutan hingga nanti kembali pulang. Setelah mendengar arahan serta
nasihat dari Kak Yusman Hunow tim melakukan doa bersama, yang dimana dipimpin oleh
ketua tim Alpha saudara Herman Dunggio, berharap kegiatan outdor kami berjalan lancar
tanpa ada kendala sedikitpun. Selepas memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kami melakukan salam semangat khas KPA Zenith Cakrawala untuk membakar semangat
kami untuk memulai perjalanan.

Dengan selesainya segala ritual upacara pemberangkatan pagi itu, kami langsung menaiki
mobil untuk mengantarkan kami ke pintu masuk pendakian. Selama berada di dalam mobil
kami beserta panitia pelaksana PEDAS KPA Zenith Cakrawala saling berbincang dan
bersenda gurau untuk mengisi kekosongan dalam perjalanan. Macam-macam cara konyol
dilakukan agar bisa menimbulkan tawa riya. Mobil melaju kencang menerobos jalan-jalan
aspal yang sudah tak lagi mulus, matahari lumayan terik menyengat kulit kami siang itu.
Namun tak menghalangi semangat kami untuk menyelesaikan tugas ini, akhirnya tak terasa
kami sampai di lokasi di titik awal melakukan perjalanan pukul 09.25 WITA, sebelum
memasuki pintu rimba yang sebenarnya.

Saat setelah berada di titik awal pendakian dan selesai menurunkan barang-barang bawaan
selama dua hari di tengah hutan. Kami kembali melakukan pengecekkan ulang oleh panitia
PEDAS mengenai kesiapan anggota tim selama berada di tengah hutan. Merasa semua
sudah clear tanpa ada kendala, tim pun memulai perjalanan menuju pintu rimba dimana
perjalanan sebenarnya di mulai.

Pukul 09.48 tim sudah tiba dipintu rimba dan melakukan break selama kurang lebih 2 menit
sebelum akhirnya memasuki hutan belantara kilo 7. Namun sebelum itu kami melakukan
push up sebanyak 25 kali sebagai tanda penghormatan kepada alam dan rimba raya. Dalam
perjalanan dari pintu rimba hingga mulai berada di dalam hutan, tim banyak disuguhkan
oleh pemandangan alam yang memanjakan mata, mulai dari kicauan burung-burung yang
seakan menyambut kami, suara riu gemuru air sungai, bahkan hawa sejuk pepohonan yang
begitu rindang terpampang sejauh mata memandang.

Pukul 10.22, kami tiba di POS 1.


Saat berada di pos 1, beberapa teman-teman sibuk merehatkan tubuh mereka demi
mengembalikan tenaga. Ada yang minum air demi memuaskan dahaga yang kehausan,
mengemil makanan ringan yang dibawa, sesekali bercanda demi menghilangkan penat.
Setelah tenaga mulai kembali pulih kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2 yang
jaraknya lumayan jauh dan track yang lumayan menguras tenaga. Namun saat menuju
perjalanan ke post 2 beberapa teman memutuskan untuk istirahat makan sekalian nanti pas
tiba di poat 3. Jadi kami pun sepakat untuk merimbas perjalanan yang cukup melelahkan
dan menguras tenaga untuk bisa tiba di post 3 lebih cepat.

Pukul 11.34, kami pun tiba di POST 3.


Di post 3 kami melakukan istirahat dengan semaksimal mungkin agar bisa memanfaatkan
waktu yang diberikan panitia untuk makan siang. Tanpa menunggu lama kami langsung
bergegas membuat bivak untuk menaruh barang-barang dan tempat untuk menyediakan
makan siang dan juga memasak air untuk membuat kopi.

Kami membagi tugas mencari bahan-bahan untuk membuat bivak, Herman Dunggio
mencari daun woka (Livistona) untuk dijadikan atap penutup bivak dan juga alas untuk
menaruh barang-barang dan juga tempat untuk makanan kami makan siang bersama.
Sedang kan Kamal, Arham, dan Wito mencari kayu untuk digunakan membangun tiang
bivak. Riklan mengabil bagian mengambil air untuk bahan memasak nanti. Sedangkan ketiga
srikiandi Asti, Rana, dan Fani mulai sibuk mempersiapkan makanan yang sudah disediakan
dari rumah masing-masing untuk kami makan nanti siang pas berada ditengah hutan.

Saat semua telah selesai disiapkan, baik dari bivak, makan siang, dan segala hal penting.
Kami langsung makan siang pada pukul 12.12 WITA dengan cara liwet menggunakan daun
woka. Sebenarnya tradisi makan bersama di dalam satu wadah besar atau di atas daun
pisang di Indonesia bermula dari tradisi santri yang berlaku di pondok pesantren zaman
dahulu. Istilah makan bersama di atas daun pisang yang memanjang dan disertai lauk dan
sayur ini dalam bahasa Jawa disebut bancakan atau liwetan. Nasi liwet yang di susun
memanjang mengikuti alur daun pisang dengan disertai lauk dan sayur, kemudian disantap
secara berhadap-hadapan. Tradisi ini kini sangat digilai oleh masyarakat perkotaan. Bahkan
sebagian restoran moderen menawarkan model penyajian nasi di atas daun ini dengan gaya
mewah dan trendi. Dan cara ini sangat produktif apabila kita berpetualangan di alam
terbuka apalagi bersama tim pendakian.

Akhirnya pukul 12.14 kami selesai makan meski dengan cara cegatan ala-ala pasukan militer
sedang berada dalam medan perang, cepat dan rakus tapi nikmat. Dan lanjut mendaki pukul
12.23 WITA. Namun sebelum meninggalkan post 3, tim mengalami sedikit keterlambatan
perjalanan. Disebabkan salah satu anggota tim, yaitu Herman Dunggio yang sebagai leader
mengalami lecet pada bagian jari kelingking dan ibu jarinya, karena gesekan dari sepatu
yang sudah basa dengan air. Mau tidak mau kakinya harus dibersikan dan dibalut dengan
hansa plas oleh Asti yang berlaku sebagai medis tim. Selesai melakukan penanganan darurat
kepada ketua tim, kami pun melanjutkan perjalanan menuju post 4 di mana tempat untuk
melakukan navigasi darat demi mencari titik kordinat dimana posisi kami berada sebelum
menuju post 5, yaitu bascamp terakhir.

Selama perjalanan dari post 3 menuju post 4, kami banyak berbincang-bincang apa saja
yang menjadi topik untuk dibicarakan. Mulai dari alasan kenapa mau mengikuti Pendidikan
Dasar KPA Zenith Cakrawala ini. Dan jawabannya ada berbagaia macam, ada yang sangant
menginspirasi, ada juga yang bisa mengocok perut karena jawaban yang terasa sangat lucu
untuk didengar. Asik-asik mengobrol sepanjang perjalanan, kami sugukan dengan fenomana
langkah bagi teman-teman, yaitu tepat pukul 12.35 WITA, kami berjumpa dengan
sekelompok kawanan Macaca/Monyet/Yakis, yang seakan memberi salam kepada kami saat
memasuki hutan, terdengar jelas dari suara-suara yang mereka perdengarkan.

Sedikit mengenai Monyet Sulawesi Utara. Macaca nigra dalam bahasa lokal disebut Yaki
atau monyet hitam Sulawesi adalah satwa endemik Indonesia yang terdapat di pulau
Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau disekitarnya. Yaki hidup di hutan primer dan
sekunder, daerah pesisir maupun di dataran tinggi hingga ketinggian 2000 meter di atas
permukaan laut (dpl). Dari beberapa habitat hidupnya, yaki lebih menyukai tinggal di hutan
primer, karena cocok untuk tempat tidur dan mencari makan.

Macaca nigra secara klasifikasi masuk kedalam filum chordata, klas mamalia, ordo primata,
family cercophithecidae serta tergolong dalam genus Macaca.
Secara anatomi, selain mempunyai rambut berwarna hitam juga mempunyai ciri yang unik
dengan jambul di atas kepalanya. Yaki hanya memiliki ekor sepanjang 20 sentimeter, selain
itu, ciri yang paling mencolok adalah terjadinya pembengkakan pada bagian belakang betina
(buttocks) dan berwarna kemerahan pada saat estrus. Warna tubuh Yaki betina dan muda
lebih pucat jika dibandingkan dengan Yaki jantan dewasa.

Perilaku social dari Yaki dimana setiap kelompok didominasi oleh Yaki betina. Dalam
kelompoknya, Yaki memberlakukan sistem matrilineal atau anggota tetap dari kelompok
adalah Yaki betina, sedangkan Yaki jantan sering berpindah-pindahkelompok.

Jenis makanan yang dimakan oleh yaki tidak berbeda jauh seperti halnya monyet-monyet
lain yang hidup di hutan, seperti memakan berbagai bagian tumbuhan, seperti daun, pucuk
daun, biji, bunga, umbi, danbuahserta memakan beberapaj enis serangga, moluska dll.

Pukul 12.52 WITA, kami mendapat hadiah terspesial di tengah hutan. Sebab kenapa? Kami
disambut oleh sekawanan burung Julang atau burug taon untuk sebutan lokal. Dan dari
sinilah nama tim kami diberi nama Team Julang Katulistiwa.

Sedikit mengenai burung Julang Sulawesi atau Rangkok. Julang sulawesi (Rhyticeros cassidix)
adalah spesies burung rangkong dalam famili Bucerotidae yang endemik di Sulawesi. Bagi
masyarakat Sulawesi, setidaknya terdapat tiga nama lokal untuk menyebut jenis burung ini
yaitu Allo, Taong, dan Lupi. Pada 2013, Julang Sulawesi dipindahkan kedudukan genusnya
dari Aceros ke Rhyticeros.

Julang sulawesi menghuni hutan primer dan hutan rawa. Terkadang ditemukan di hutan
sekunder yang tinggi dan petak hutan yang tersisa dengan lahan pertanian yang luas.
Terkadang pula mengunjungi hutan bakau. Julang Sulawesi biasa terbang di atas dan
sekeliling tajuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terpisah, tetapi terkadang
berkelompok sampai lima puluh individu atau lebih. Ketika terbang sayapnya berbunyi
berisik seperti mesin uap.

Semakin memasuki pedalaman hutan, kami banyak menjumpai berbagai macam


tetumbuhan liar yang sangat memanjakan mata. Namun lebih masuk lagi ke dalam hutan
yaitu pukul 13.07 tepat pad track 002-85 kami banyak menjumpai pohon-pohon tumbang
dibeberapa titik karena ulah para tangan-tangan nakal penebang liar. Padahal dampak dari
penebangan pohon secara liar sangat mempengaruhi alam sekitar. Serta dampak ekonomi
yang muncul dari penebangan liar bukan hanya karena kerugian finansial dampak akibat
hutan gundul hilangnya pohon, akan tetapi lebih berdampak pada ekonomi dalam arti luas,
seperti hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan keragaman produk di masa depan
(opprotunity cost). Sesunguhnya pendapatan yang diperoleh masyarakat pelaku
penebangan liar dari kegiatan ilegalnya itu sangatlah kecil, karena porsi pendapatan
terbesar dipetik oleh para penyandang dana (cukong).

Berikut adalah kerugian akibat penebangan hutan secara liar :


- Penebangan liar atau illegal logging ini juga mengakibatkan timbulnya berbagai
anomali di sektor kehutanan. Salah satu anomali terburuk sebagai akibat maraknya
dampak akibat kerusakan hutan adalah ancaman proses deindustrialisasi sektor
kehutanan.
- Sektor kehutanan nasional yang secara konseptual bersifat berkelanjutan karena
ditopang oleh sumber daya alam yang bersifat terbaharui yang ditulang punggungi
oleh aktivitas industrialisasi kehutanan di sektor hilir dan pengusahaan hutan
disektor hulu, kini sudah berada di titik ambang kehancuran.
- Penebangan liar juga sangat merugikan bagi kehidupan, karena keberadaan hutan
sangatlah penting sebagai penjaga keseimbangan alam. Seperti yang telah kita
ketahui tentang penyebab pemanasan global, yang merupakan salah satu contoh
dampak dari penebangan liar.
- Pemanasan global bukan hanya bersumber dari asap kendaraan bermotor tapi juga
dipengaruhi oleh keadaan hutan yang tidak seimbang. Kita tahu bahwa daun bisa
menetralisir karbondioksida, itulah sebabnya kenapa hutan disebut paru-paru dunia.
Jadi seandainya hutan masih terjaga mungkin global warming tidak akan terjadi.

Namun sayang, para tangan-tangan jahil para penebang liar tidak menyedari hal
tersebut. Bahkan seakan-akan pura-pura lupa dan bodo amat. Miris!

Pukul 14.33 WITA, kami memasuki track jalur yang mulai menyusahkan dan menguras
banyak tenaga. Medannya lumayan curam dan menurun. Disini tim harus menggunakan
taknik dan juga berpikir cepat agar tidak salah langkah, jika salah berpijak bisa saja jatuh
dan tergelincir dan jatuh ke jurang. Kerja tim pun akhirnya makin nampak dijalur ini,
kami sangat mengedepankan keselamatan tiga kawan cewek terlebih dahulu sebelum
memimikirkan diri kami sendiri. Sebab itu sudah menjadi tanggung jawab dan janji kami
sebelum memasuki hutan. Dan Alhmadulillah, kami semua berhasil melewati jalur curam
tersebut dengan selamat meski ada dari salah satu anggota kami, yaitu Herman Dunggio
selaku leader yang banyak mengalami crash/terpeleset saat melwati jalur curam
tersebut. Namun itu tak membuat mentalnya lemah, sebab kata lemah tak pernah
berlaku dalam kamusnya.

Anda mungkin juga menyukai