Anda di halaman 1dari 5

Perjuangan Mendaki Gunung Ciremai 3078 MDPL

Cerita ini adalah semua tentang kami yang berkeinginan untuk


menyatu dengan alam. Sebelumnya saya dan teman saya yang bernama Azid
telah merencanakan mendaki gunung jauh-jauh hari sebelum libur sekolah.
Kami mencari informasi kepada orang-orang yang sering mendaki dan
membaca referensi di internet tentang pendakian gunung.
Liburan sekolah tiba saya dan teman saya yaitu Azid, Rizki, Arul, dan
Fahmi akhirnya sepakat akan mendaki gunung pada tanggal 23 Desember
2018. Sebelum hari H-nya kami mempersiapkan kebutuhan masing-masing,
termasuk saya. Saya membawa kelengkapan tidak sesuai dengan standar
seperti, tidak menggunakan sleeping bag namun diganti dengan selimut, tidak
menggunakan tas carrier, dan menggunakan jaket biasa, ini semua karena saya
hanya memiliki uang pas-pasan tapi ingin merasakan mendaki.
Pada sore hari tanggal 22 Desember saya, Azid, dan Rizki berangkat
menggunakan motor dari Cirebon menuju Kuningan, ditengah jalan tepatnya di
desa Cipari kami terhalang hujan yang sangat deras yang memaksakan harus
menepi sejenak, setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan dan sampai di
Pondok Pesantren Roudhptul ‘Ulum kelurahan Sukamulya, yaitu tempat saya
tinggal dan belajar saat sekolah di Kuningan. Pukul 20.00 Azid dan Rizki
kembali ke Cirebon untuk menjemput Arul dan Fahmi, sementara saya dan
barang-barang tetap disini. Pada tengah malam saya mendapat kabar dari Azid
ban motornya bocor, untungnya dia masih dekat dengan kampungnya dan
akhirnya balik lagi kerumahnya. Akhirnya jadwal mendakipun tidak sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Esok paginya mereka berangkat menuju Kuningan namun ditengah
jalan motornya Rizki mendapat musibah lagi, bannya bocor parah dan harus
diganti, lalu Rizki pun membawanya ke tempat servis motor. Untungnya Rizki
membawa uang yang cukup. Akhirnya Azid, Rizki, Arul, dan Fahmi tiba di
Ponpes Roudhotul ‘Ulum pukul 15.00, kami pun harus menginap sementara
disini.
24 Desember 2018 Pukul 07.00 kami berangkat untuk mendaki,
sebelumnya kami mampir ke toko yang ada dipinggir jalan untuk membeli
kebutuhan makanan saat mendaki, setelah itu kami naik angkot 09 untuk
menuju jalan arah Palutungan sementara motornya disimpan di Ponpes.
Sampai di jalan arah menuju Palutungan kami menaiki angkot lagi yang
menuju basecamp pendakian. Suasana dingin dengan diiringi gerimis kami
sampai di basecamp pendakian, kami pun langsung daftar dan membeli tiket.
Sebelumnya kami disuruh petugas untuk membeli jas hujan karena wajib untuk
kepentingan pribadi. Disini kami berlima adalah pemula semua dan ini adalah
pertama kalinya mendaki tanpa adanya pendamping yang sudah
berpengalaman.
Pada pukul 11.00 waktu setempat kami mulai melakukan perjalanan
dari basecamp menuju pos 1 Cigowong, dengan durasi 2 jam akhirnya sampai
di pos 1 Cigowong dengan suasana gerimis ditambah kabut yang tebal. Disini
kami istirahat sejenak untuk melakukan sholat dzuhur dan mengisi persediaan
air, karena pos 1 salah satu tempat mata air di jalur Palutungan.
Kami melanjutkan perjalanan dari pos 1 menuju pos selanjutnya yaitu
pos 2 Kuta, dari pos 1 menuju pos 2 memakan durasi 30 menit. Disini kami
langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 3 Pangguyungan Badak, dengan
waktu 45 menit kami sampai di pos 3, disini kami beristirahat sejenak untuk
makan roti tawar sebagai penambah energi. Setelah itu kami melanjutkan
perjalanan menuju pos 4 Arban, disini kami sampai dengan waktu 1 jam. Di
pos ini juga kami istirahat untuk melakukan sholat ashar, karena disini sudah
masuk area hutan jadi agak sulit menentukan arah kiblat, menurut referensi
yang telah saya baca di internet untuk menentukan arah kiblat digunung sangat
mudah ada beberapa kriteria diantaranya lihat pohon yang tidak terkena cahaya
matahari pasti ada lumut disebelah barat pohon tersebut, setelah dicek
menggunakan kompas ternyata benar, lalu kami langsung melaksanakan sholat
ashar. Kita harus ingat dimanapun berada kita harus menghormati waktu.
Karena tidak ada lagi mata air terpaksa kami berwudhu menggunakan
perediaan air minum. Setelah melakukan sholat kami melanjutkan perjalanan
menuju pos 5 Tanjakan Asoy, saat melewati pos ini medan treknya sangat licin
dan sangat menantang, disini sangat pas untuk melatih kerja sama dan
kekompakan.
Terus melanjutkan perjalanan menuju Pos 6 Pasanggrahan untuk
ngecamp, demi pos ini kami waktu maghrib masih dijalan dengan ada 2 senter
saja sementara 3 senternya persiapan untuk perjalanan menuju puncak.
Akhirnya pukul 18.30 kami sampai di pos 6 Pasanggrahan, kami pun langsung
merakit tenda yang ribet sekali karena posisinya sudah malam. Alasan kami
mengecamp di pos ini karena jarak menuju puncak itu dekat. Setelah
memasang tenda kami langsung langsung melaksanakan sholat maghrib dan
isya, karena tidak ada mata air jadi kami sangat menjaga wudhu dari selepas
sholat ashar di pos 4 sampai pos 6 ini, setelah sholat mulai mengatur barang
ditenda. Setelah itu disaat mau masak mie, kami merasa apes karena panci
ketinggalan sehingga tidak bisa memasak mie, namun disitu tidak menyerah
kami berusaha mencari panci ke pendaki yang ada di sekitar, akhirnya dapat
kami langsung memasak mie. Tak lama kemudian kami tidur untuk persiapan
melanjutkan perjalanan esok paginya, tak lupa sebelum tidur memasang alarm
agar tidak kesiangan.
Pukul 02.00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak, tinggal
tersisa beberapa pos untuk menuju puncak. Dengan waktu 1 jam kami sampai
di pos7 Sanghyang Ropoh, disini kami tidak melaksanakan sholat shubuh
karena keadaan yang sangat tidak memungkinkan. Kami pun terus melanjutkan
perjalanan dan tidak lama kemudian sampai di Simpang Apuy, di Simpang
Apuy kami istirahat sejenak untuk makan roti. Disini kami diberi tugas
masing-masing ada yang membawa senter 3 orang, ada yang membawa tas,
dan saya membawa termos. Tak lama kemudian puncak Gunung Ciremai mulai
terlihat, kami pun bertambah semangat.
25 Desember 2018 pukul 05.00 WIB kami sampai di Puncak Gunung
Ciremai dengan ketinggian 3078 mdpl. Sungguh perjuangan yang tidak sia-sia
dengan melihat indahnya sunrise dan di Puncak kami memuaskan keindahan
diatas samudera awan. walau agak kecewa karena telah ribet-ribet membawa
termos ternyata kopinya ketinggalan di tenda. ‘ingat ya bukan gunung yang
harus ditaklukan, tapi dia ….. eh tapi bukan deng, nafsu diri sendiri yang
harus ditaklukan’.
Pukul 09.00 pagi Puncak mulai berkabut, akhirnya kami memilih
untuk turun dari puncak, kami mampir ke gowa walet terlebih dahulu untuk
mengisi persediaan air minum lalu menuju tempat camp di pos 6. Setelah
sampai di pos 6 kami mulai beres-beres untuk pulang dan langsung cabut.
Menyusuri pos demi pos tiba-tiba di pos 2 kami terjegat hujan lebat dengan
disertai petir, akhirnya berhenti sejenak untuk bertepi. Setelah mulai reda kami
melanjutkan perjalanan menuju pos 1 walaupun gerimis, dan jalanan licin
sekali kadang kali ada diantara kami yang terjatuh terpleset. “Menuruni
gunung memang lebih mudah daripada mendaki, tetapi keindahan bukan
terlihat dibawah, melainkan pada puncaknya”. Sampai di pos 1 Cigowong
kami tidak melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu karena kondisinya yang
basah dan kotor akhirnya melanjutkan perjalanan menuju basecamp, “abis
muncak kita makan” itulah kata-kata yang menjadi penambah semangat
walaupun tubuh letih dan dingin.
Sampai di basecamp bersyukur kami turun dengan keadaan selamat
kami pun mendapat sertifikat pendakian dan makan gratis, lalu makanlah
sambil menunggu hujan reda. Setelah reda kami pulang dengan jalan kaki
karena mau naik angkot tapi sisa uang tidak cukup, jadi memilih untuk jalan
kaki. Ditengah jalan nampak ada mobil Polisi Cigugur, kami pun ikut dengan
mobil Polisi, sampai dipersimpangan kami pun turun karena tidak sejalur dan
kami menumpang lagi mobil pick up menuju Ponpes di Kelurahan Sukamulya.
Kami berfikit ternyata salah tidak membawa motor ke basecamp, seharusnya
membawa motor walau bayar parkir yang tidak seberapa daripada naik angkot
yang mahal.
Setelah sampai di Ponpes kami pun langsung beranjak pulang
kembali ke Cirebon, pas dijalan saya melihat pucuk Gunung Ciremai yang tak
menyangka sukses menaklukannya dan memikirkan kuasa Tuhan yang telah
menciptakan keindahan semua ini. Akhirnya pukul 20.00 WIB saya sampai di
rumah dan langsung mandi, lalu melaksanakan sholat isya dan mengqodho
sholat shubuh, dzuhur dan ashar.
“Hidup ini adalah Perjuangan, saat kamu sudah mencapai di puncak
sebuah gunung. Maka akan ada gumung yang lebih tinggi untuk kamu
kalahkan”.
13 Oktober 2019.
Nama : Deni Ricky Handria
ID Istagram : deni_ricky
No Whatsapp : 085322018201
Alamat : RT/RW 02/04 Desa Kubangdeleg, Kec. Karangwareng, Kab.
Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai