Cerita ini adalah semua tentang kami yang berkeinginan untuk
menyatu dengan alam. Sebelumnya saya dan teman saya yang bernama Azid telah merencanakan mendaki gunung jauh-jauh hari sebelum libur sekolah. Kami mencari informasi kepada orang-orang yang sering mendaki dan membaca referensi di internet tentang pendakian gunung. Liburan sekolah tiba saya dan teman saya yaitu Azid, Rizki, Arul, dan Fahmi akhirnya sepakat akan mendaki gunung pada tanggal 23 Desember 2018. Sebelum hari H-nya kami mempersiapkan kebutuhan masing-masing, termasuk saya. Saya membawa kelengkapan tidak sesuai dengan standar seperti, tidak menggunakan sleeping bag namun diganti dengan selimut, tidak menggunakan tas carrier, dan menggunakan jaket biasa, ini semua karena saya hanya memiliki uang pas-pasan tapi ingin merasakan mendaki. Pada sore hari tanggal 22 Desember saya, Azid, dan Rizki berangkat menggunakan motor dari Cirebon menuju Kuningan, ditengah jalan tepatnya di desa Cipari kami terhalang hujan yang sangat deras yang memaksakan harus menepi sejenak, setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Pondok Pesantren Roudhptul ‘Ulum kelurahan Sukamulya, yaitu tempat saya tinggal dan belajar saat sekolah di Kuningan. Pukul 20.00 Azid dan Rizki kembali ke Cirebon untuk menjemput Arul dan Fahmi, sementara saya dan barang-barang tetap disini. Pada tengah malam saya mendapat kabar dari Azid ban motornya bocor, untungnya dia masih dekat dengan kampungnya dan akhirnya balik lagi kerumahnya. Akhirnya jadwal mendakipun tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Esok paginya mereka berangkat menuju Kuningan namun ditengah jalan motornya Rizki mendapat musibah lagi, bannya bocor parah dan harus diganti, lalu Rizki pun membawanya ke tempat servis motor. Untungnya Rizki membawa uang yang cukup. Akhirnya Azid, Rizki, Arul, dan Fahmi tiba di Ponpes Roudhotul ‘Ulum pukul 15.00, kami pun harus menginap sementara disini. 24 Desember 2018 Pukul 07.00 kami berangkat untuk mendaki, sebelumnya kami mampir ke toko yang ada dipinggir jalan untuk membeli kebutuhan makanan saat mendaki, setelah itu kami naik angkot 09 untuk menuju jalan arah Palutungan sementara motornya disimpan di Ponpes. Sampai di jalan arah menuju Palutungan kami menaiki angkot lagi yang menuju basecamp pendakian. Suasana dingin dengan diiringi gerimis kami sampai di basecamp pendakian, kami pun langsung daftar dan membeli tiket. Sebelumnya kami disuruh petugas untuk membeli jas hujan karena wajib untuk kepentingan pribadi. Disini kami berlima adalah pemula semua dan ini adalah pertama kalinya mendaki tanpa adanya pendamping yang sudah berpengalaman. Pada pukul 11.00 waktu setempat kami mulai melakukan perjalanan dari basecamp menuju pos 1 Cigowong, dengan durasi 2 jam akhirnya sampai di pos 1 Cigowong dengan suasana gerimis ditambah kabut yang tebal. Disini kami istirahat sejenak untuk melakukan sholat dzuhur dan mengisi persediaan air, karena pos 1 salah satu tempat mata air di jalur Palutungan. Kami melanjutkan perjalanan dari pos 1 menuju pos selanjutnya yaitu pos 2 Kuta, dari pos 1 menuju pos 2 memakan durasi 30 menit. Disini kami langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 3 Pangguyungan Badak, dengan waktu 45 menit kami sampai di pos 3, disini kami beristirahat sejenak untuk makan roti tawar sebagai penambah energi. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4 Arban, disini kami sampai dengan waktu 1 jam. Di pos ini juga kami istirahat untuk melakukan sholat ashar, karena disini sudah masuk area hutan jadi agak sulit menentukan arah kiblat, menurut referensi yang telah saya baca di internet untuk menentukan arah kiblat digunung sangat mudah ada beberapa kriteria diantaranya lihat pohon yang tidak terkena cahaya matahari pasti ada lumut disebelah barat pohon tersebut, setelah dicek menggunakan kompas ternyata benar, lalu kami langsung melaksanakan sholat ashar. Kita harus ingat dimanapun berada kita harus menghormati waktu. Karena tidak ada lagi mata air terpaksa kami berwudhu menggunakan perediaan air minum. Setelah melakukan sholat kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5 Tanjakan Asoy, saat melewati pos ini medan treknya sangat licin dan sangat menantang, disini sangat pas untuk melatih kerja sama dan kekompakan. Terus melanjutkan perjalanan menuju Pos 6 Pasanggrahan untuk ngecamp, demi pos ini kami waktu maghrib masih dijalan dengan ada 2 senter saja sementara 3 senternya persiapan untuk perjalanan menuju puncak. Akhirnya pukul 18.30 kami sampai di pos 6 Pasanggrahan, kami pun langsung merakit tenda yang ribet sekali karena posisinya sudah malam. Alasan kami mengecamp di pos ini karena jarak menuju puncak itu dekat. Setelah memasang tenda kami langsung langsung melaksanakan sholat maghrib dan isya, karena tidak ada mata air jadi kami sangat menjaga wudhu dari selepas sholat ashar di pos 4 sampai pos 6 ini, setelah sholat mulai mengatur barang ditenda. Setelah itu disaat mau masak mie, kami merasa apes karena panci ketinggalan sehingga tidak bisa memasak mie, namun disitu tidak menyerah kami berusaha mencari panci ke pendaki yang ada di sekitar, akhirnya dapat kami langsung memasak mie. Tak lama kemudian kami tidur untuk persiapan melanjutkan perjalanan esok paginya, tak lupa sebelum tidur memasang alarm agar tidak kesiangan. Pukul 02.00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak, tinggal tersisa beberapa pos untuk menuju puncak. Dengan waktu 1 jam kami sampai di pos7 Sanghyang Ropoh, disini kami tidak melaksanakan sholat shubuh karena keadaan yang sangat tidak memungkinkan. Kami pun terus melanjutkan perjalanan dan tidak lama kemudian sampai di Simpang Apuy, di Simpang Apuy kami istirahat sejenak untuk makan roti. Disini kami diberi tugas masing-masing ada yang membawa senter 3 orang, ada yang membawa tas, dan saya membawa termos. Tak lama kemudian puncak Gunung Ciremai mulai terlihat, kami pun bertambah semangat. 25 Desember 2018 pukul 05.00 WIB kami sampai di Puncak Gunung Ciremai dengan ketinggian 3078 mdpl. Sungguh perjuangan yang tidak sia-sia dengan melihat indahnya sunrise dan di Puncak kami memuaskan keindahan diatas samudera awan. walau agak kecewa karena telah ribet-ribet membawa termos ternyata kopinya ketinggalan di tenda. ‘ingat ya bukan gunung yang harus ditaklukan, tapi dia ….. eh tapi bukan deng, nafsu diri sendiri yang harus ditaklukan’. Pukul 09.00 pagi Puncak mulai berkabut, akhirnya kami memilih untuk turun dari puncak, kami mampir ke gowa walet terlebih dahulu untuk mengisi persediaan air minum lalu menuju tempat camp di pos 6. Setelah sampai di pos 6 kami mulai beres-beres untuk pulang dan langsung cabut. Menyusuri pos demi pos tiba-tiba di pos 2 kami terjegat hujan lebat dengan disertai petir, akhirnya berhenti sejenak untuk bertepi. Setelah mulai reda kami melanjutkan perjalanan menuju pos 1 walaupun gerimis, dan jalanan licin sekali kadang kali ada diantara kami yang terjatuh terpleset. “Menuruni gunung memang lebih mudah daripada mendaki, tetapi keindahan bukan terlihat dibawah, melainkan pada puncaknya”. Sampai di pos 1 Cigowong kami tidak melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu karena kondisinya yang basah dan kotor akhirnya melanjutkan perjalanan menuju basecamp, “abis muncak kita makan” itulah kata-kata yang menjadi penambah semangat walaupun tubuh letih dan dingin. Sampai di basecamp bersyukur kami turun dengan keadaan selamat kami pun mendapat sertifikat pendakian dan makan gratis, lalu makanlah sambil menunggu hujan reda. Setelah reda kami pulang dengan jalan kaki karena mau naik angkot tapi sisa uang tidak cukup, jadi memilih untuk jalan kaki. Ditengah jalan nampak ada mobil Polisi Cigugur, kami pun ikut dengan mobil Polisi, sampai dipersimpangan kami pun turun karena tidak sejalur dan kami menumpang lagi mobil pick up menuju Ponpes di Kelurahan Sukamulya. Kami berfikit ternyata salah tidak membawa motor ke basecamp, seharusnya membawa motor walau bayar parkir yang tidak seberapa daripada naik angkot yang mahal. Setelah sampai di Ponpes kami pun langsung beranjak pulang kembali ke Cirebon, pas dijalan saya melihat pucuk Gunung Ciremai yang tak menyangka sukses menaklukannya dan memikirkan kuasa Tuhan yang telah menciptakan keindahan semua ini. Akhirnya pukul 20.00 WIB saya sampai di rumah dan langsung mandi, lalu melaksanakan sholat isya dan mengqodho sholat shubuh, dzuhur dan ashar. “Hidup ini adalah Perjuangan, saat kamu sudah mencapai di puncak sebuah gunung. Maka akan ada gumung yang lebih tinggi untuk kamu kalahkan”. 13 Oktober 2019. Nama : Deni Ricky Handria ID Istagram : deni_ricky No Whatsapp : 085322018201 Alamat : RT/RW 02/04 Desa Kubangdeleg, Kec. Karangwareng, Kab. Cirebon.