Namaku Kadek Astina atau biasa dipanggil As, Aku lahir di Desa Tajun. Suatu hari di sekolaku tepatnya sekolah SMP Negeri 3 Kubutambahan,ketua pramuka mengadakan perkemahan di luar desa, kami sebagai siswa sangat senang tentunya dan para siswa diminta untuk memberi tahu orang tuanya apakah diberikan izin atau tidak untuk ikut perkemahan itu. Sampai dirumah aku memberi tahu orang tuaku dan mereka mengijinkannya, Aku sangat senang.
Keesokan harinya aku pergi ke sekolah, sampainya di
sekolah aku bertanya kepada teman teman apakah mereka diberikan izin, dan mereka juga diberikan izin, kami sangat senang karena bisa ikut perkemahan. Pada saat jam pulang para siswa di suruh kumpul di padmasana, disana diadakan pengumuman mengenai perkemahan yang akan dilaksanakan, dan betapa kejutannya kami semua karena perkemahan di luar di batalkan dikarenakan cuaca lagi musim hujan,kami sangat kecewa akan tetapi perkemahan di lakukan di sekolah, dan siswa diminta membawa perlengkapan kemah seperti pada umumnya.
Keesokannya di hari perkemahan kami ke sekolah jam 2
siang untuk berkumpul sesama kelas dan melaksanakan perkemahan, aku dan teman di berikan tugas untuk membuat tenda dan teman teman lainnya bertugas membuat makanan, ketika kami sedang membuat tenda betapa malangnya cuaca tiba-tiba mendung dan terjadi hujan deras padahal tenda belum selesai dibangun, aku dan teman teman bergegas mengumpulkan barang barang, karena pembina pramuka mengimbau untuk berteduh dahulu di dalam kelas, dikarenakan hujan terlalu deras pembina pramuka mengumumkan bahwa siswa berkemah di dalam aula sekolah, sore harinya sesudah mandi dan menyiapkan makanan untuk makan, kami menyiapkan tempat untuk tidur, tepat jam 9 malam kami dan para siswa lainnya diajak menonton film di aula, itu sangat seru dan menyenangkan, jam set 11 kemudian terjadi hal yang sangat menakutkan, yaitu ada salah satu siswa yang kerasukan, dan disinilah tragedi terjadi. Aku dan teman teman yang lainnya panik dan keluar dari aula untuk melihat siswa yang di ruang kelas 8D sedang kerasukan, Para guru dan pembina berusaha menenangkan siswa yang kerasukan itu dan ternyata berhasil. Rencananya jam 12 akan di adakan pencarian jejak di kuburan, akan tetapi agenda ini dibatalkan oleh pembina pramuka karena siswa kerasukan, dan pembina pramuka takut kalau akan ada siswa yang akan kerasukan lagi, dan benar sekali setelah situasi sudah membaik, tepat jam 12 ada satu siswa lagi yang kerasukan, bertepatan dengan kami yang sudah tertidur, kami tebangun dan berlarian keluar dari aula karena saking kagetnya, semua siswa yang di aula lari, dan para guru juga pembina pramuka mengimbau siswa agar tetap tenang, anggota osis berusaha menenangkan siswa yang sedang kerasukan, karena saking kuatnya mahluk yang merasuki, anggota osis sampai kewalahan. Aku dan para siswa lainnya dihimbau untuk melaksanakan persembahyangan yaitu Puja Tri Sandya dan bernyanyi lagu Om Bhur Bwah Swah, Seluruh siswa sedang sembahyang dan suasana sangat menyeramkan, akan tetapi semua siswa harus tetap fokus sembahyang agar siswa yang kerasukan bisa cepat sadar. Setelah siswa sudah tidak kerasukan, kami para siswa dihimbau untuk kembali ke aula untuk tidur, karena pagi jam 6 akan di adakan senam dan masak masak, aku dan semua siswa kembali ke aula untuk tidur dan istirahat.
Pagi hari jam set 6 aku bangun dan mendapatkan bahwa
senter ku sudah hilang tapi aku ikhlaskan, aku bergegas untuk cuci muka dan berkumpul untuk senam bersama teman-teman ku, selesai senam aku mandi dan berganti pakaian pramuka karena ada pelantikan, setelah berganti pakaian aku dan semua siswa kumpul di lapangan untuk pelantikan, kami diberi pengumuman dan disiram air bunga untuk menyatakan kita sudah dilantik. Setelah itu kami diberi istirahat dan aku bersama teman teman berkumpul untuk makan sebentar di aula sebelum pulang, setelah makan aku dan teman teman merapikan barang barang yang dibawa untuk pulang, aku pulang bersama temanku dan ibunya, Sampai dirumah aku mandi dan bersiap untuk tidur. TIRTA YATRA BERSAMA TEMAN SEKELAS
Oleh: Gede Dandi Putra
Darmawan Namaku Gede dandi putra Darmawan, saya biasa dipanggil dandi, saya berasal dari desa tajun, Banjar dinas pudeh, saya anak kelahiran 2005 yang sekarang sudah berusia 18 tahun, dan juga sudah kelas 12, Saya bersekolah di SMA NEGERI 1 KUBUTAMBAHAN. Disini saya akan membagikan cerita saya bersama temen-teman sekelas saya tentang keseruan kami saat melaksanakan Tirta yatra ke dua pura dan satu tempat wisata yang ada di Bali, yaitu pura Besakih, pura goa lawah, dan taman ujung Karangasem Bali.
Suatu hari ditanggal 10 Juni 2023, SMA 1
KUBUTAMBAHAN mengadakan Tirta yatra bertepatan dengan hari pembagian rapot yang hanya diikuti oleh kls 11 saja, saat itu saya sangatlah senang bisa ikut Tirta yatra dan temen-teman saya juga ikut senang karena sekolah mengadakan Tirta yatra. Ketikan sudah tanggal 10 saya bangun jam 5 untuk siap-siap mengganti pakaian dan membawa bekal untuk perjalan nanti, setelah sampai disekolah saya dan teman- teman saya langsung diabsen untuk mengetahui siapa yang tidak hadir, setalah abis absen saya dan temen kelas saya langsung bergegas menuju bus yang telah berada dipinggir jalan. Setalah sampai di bus saya menikmati perjalanan menuju pura pertama yaitu pura Besakih di Karangasem, saya dan teman- teman saya bernyayi di dalam bus dan seru- seruan hingga saya capek dan beristirahat sejenak di bus tak lama kemudian saya dan teman-teman sampai dipura Besakih dan kami segara melakukan persembahyangan bersama. Saat sudah selesai bersembahyang saya dan teman-teman sangatlah merasa lapar lalu kami bergegas mecari tempat makan, hingga kami berhasil menemukan tempat makan tersebut dan saya dan teman-teman langsung memesan makanan. Sesudah habis makan dan beristirahat saya dan teman-teman saya langsung bergegas ke bus untuk persembahyangan ke pura berikutnya yaitu pura goa lawah, kelungkung.
Setelah begitu lama perjalanan saya dan teman-teman
akhirnya sampai juga, meski saya merasa sangat lelah tapi rasa lelah saya hilang karena melihat keindahan pura goa lawah tersebut, dan saat itu juga pengalaman kedua saya bisa nangkil di pura goa lawah lagi. Saya dan teman- teman melakukan persembahyangan bersama lagi. Setelah selesai sembahyang saya dan teman-teman malukukan foto bareng di areal pura goa lawah, saya dan teman-teman melakukan foto bareng untuk dijadikan kenang-kenangan saat nangkil di pura goa lawah. Dan saya dan teman-teman kembali beristirahat sejenak untuk perjalanan terakhir ke tempat wisata taman ujung Karangasem untuk membagikan rapot apakah naik kelas atau tidak. Saat itu saya sangatlah percaya diri karena saya pasti naik kelas dan mendapat rangking 10 besar. Dan saya dan teman-teman kembali naik bus untuk perjalanan terakhir ke teman ujung Karangasem.
Setelah hampir 2 jam perjalan akhirnya saya dan teman-
teman sampai di tempat wisata taman ujung Karangasem, disitu saya dan teman-teman langsung berganti pakaian yang tadinya pakain adat menjadi pakain jalan-jalan. Setelah berganti pakain saya dan teman-teman langsung menuju kedalam tempat wisata saat itu saya kaget melihat isi keindahan taman ujung tersebut karena itu kali pertama saya berkunjung ke tempat wisata tersebut disitu saya melihat rombongan orang-orang yang melakukan take video dan pemapilannnya sungguh luar biasa. Saat itu juga saya dan teman yang lainnnya terpisah akhirnya saya mencari teman yaang terpisah tersebut, karena tempatnya terlalu luas saya dan teman yang masih bersama saya capek dan beristirahat sambil foto-foto di tempat saya beristirahat. Tidak lama kemudian hal yang ditunggu-tunggu pun terjadi yaitu pembagian rapot, meski saya dan teman saya telat datang ke lokasi pembagian rapot karena Kami asik foto-foto. Setelah sampai di tempat pembagian rapot, saya langsung mengambil rapot saya dan langsung menandatangani kertas pengambilang rapot bahwa saya hadir saat pengambilan rapor tersebut. Dan saya sangat senang dengan hasil nilai saya, sesuai harapan saya berhasil naik kelas dan mendapatkan ranking 10 besar yang membuat saya gembera sekali, dan ada juga teman- teman saya yang semuanya naik kelas tapi kurang puas dengan hasil nilai dan rankingnya. Setelah itu saya dan teman-teman kelas dan guru wali melukan foto bersama sebagai kenang-kenangan. Dan juga saya dan teman- teman saya kembali berjalan-jalan dan menikmati keindahan taman ujung yang luar biasa indah. saya dan teman saya menghabiskan waktu disana Berjam-jam hingga waktu pulang tiba. Sesudah sampai di bus saya dan teman-teman kembali melanjutkan perjalan pulang, karena lama waktu perjalanan saya memutuskan tidur sejenak di dalam bus hingga larut malam.
Setalah bangun dari tidur, akhirnya bus sampai juga di
desa tamblang saya dan teman-teman langsung bergegas turun dari bus dan berjalan ke sekolah untuk mengambil sepeda motor. Saat berjalan kesekolah saya merasa sangat lelah dan juga letih karena berjalan. Hingga sampai disekolah saya langsung mengambil motor dan bergegas pulang ke rumah, begitu juga dengan teman- teman saya, yang bergegas pulang ke rumahnya masing- masing. Susudah saya sampai rumah, saya langsung mandi dan setelah itu, saya langsung menceritakan ke ibu saya tentang keseruan dan pengalaman pertama saya melakukan Tirta yatra bersama teman-teman dan saya tidak akan pernah melupakannya. HARI TERBURUKKU
Oleh: Komang Widiarsana
Haii Namaku Widiarsana, saya biasa dipanggil Sane, Suatu hari di Minggu yang cerah aku berniat untuk bermain ke rumah teman ku ,tapi tiba tiba kerabat ku di kampung menelpon ku dan memberi kabar bahwa nenek ku sedang sakit, ibu dan ayah ku berniat untuk menjenguk nya di kampung, aku ingin ikut tetapi aku ingat bahwa besok sekolah dan akan ada ulangan harian, jadi aku berniat untuk tidak ikut, ibu ku pun berkata kepada ku,"Komang kamu nga apa apa kan dirumah sendirian ibu dan ayah mungkin akan menginap satu atau dua hari di sana, Kamu berani kan sendirian di rumah?"."Ya tidak apa-apa buk aku berani kok sendirian di rumah" kata ku, ibu dan ayah ku pun pergi ke kampung.
Malam pun tiba aku merasa aneh karena rumah terasa
sepi dan sunyi aku pun bergegas pergi kekamar dan mengunci semua ruangan dan aku pun tidur, keesokan harinya aku bangun kesiangan jam 6:33, biasanya ada ibu yang membangunkan ku agar tidak kesiangan, aku pun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, saat di tengah perjalanan motor yang ku bawa mogok karena bensin nya habis, untung saja aku berpapasan dengan sahabat ku nama nya Bayu aku, Bayu berkata "Mang motor kamu kenapa, mogok?", aku pun menjawab " Iya nih motor ku mogok bensin nya habis, aku ngga bawa uang lagi", "Ohh yaudah kamu kesekolah sama aku aja, motor kamu taruh disini dulu nanti pulang sekolah aku anter beli bensin, nanti pakai uang aku dulu" kata bayu sambil memberikan helemnya. "Loh kok helem nya dikasih aku yu, trus kamu engga pake? entar di stop sama pks loh yu, btw Makasih banyak yaa yu udah mau bantuin aku" kata ku sambil tersenyum."enggapa lah mang aku pake topi aja, entar aku trobos aja pintu nya biar kita engga di stop dan dicatat. Aku dan Bayu pun pergi ke sekolah, namun saat tiba di sekolah pintu gerbang sudah di tutup namun ada pks dan siswa yang terlambat. "Eitsss tunggu dulu ini kok yang bawa engga pake helem kenapa yang numpang yang pake, sedangkan yang bawa pake topi" kata salah satu pks, bayu pun menjawab ini topi ajaib jangan salah, kalau di lempar dari atas gedung topi ini tidak akan pecah, kalo helem kan pecah", salah satu pks pun menjawab menjawab bener juga ya... ehhhh salah mana ada, topi kan kain mana bisa pecah,kalian bisa aja , kalian berdua diem disini tunggu upacara selesai baru kalian bisa masuk ya dan tunggu hukuman nya juga ya ha ha ha... ,aku dan Bayu pun menunggu dan kami berniat untuk mencoba membuka pintu gerbang tapi kami dilihat oleh Guru dan kami pun disuruh berdiri di depan barisan upacara sampai upacara selesai.
Saat upacara selesai kami disuruh berlari mengelilingi
lapangan sebanyak 10 kali, dipikiran kuu berkata 100 kali pun ku jabanin kata ku dalam hatiii sambil tersenyum ,setelah berlari aku kira hukuman nya sudah selesai ternyata belum, kami disuruh untuk membersihkan Wc sekolah sebanyak 1 wc, tapi wc ini bisa dibilang wc terkotor, banyak puntungan rokok dan sisa kencing yang belum disiram, aku menahan rasa mual dan berusaha bisa membersihkan nya, aku dan Bayu merasa kelelahan, aku merasa bersalah kepada Bayu karena ku dia ikut dihukum, aku berniat meminta maaf kepadanya," yu aku minta maaf ya karena aku kamu ikut dihukum, kalau kamu ngga nolongin aku mungkin kamu ngga ikut dihukum". Bayu pun berkata "Ahh santay aja kalii den kau kan sahabatku. Hukuman segini mah masih kecil bagi ku". Setelah kami menyelesaikan hukuman, Aku dan Bayu bergegas ke kelas masing-masing namun ternyata pelajaran sudah dimulai, untung nya Aku diperbolehkan untuk masuk oleh guru. Sepulang sekolah Bayu pun membantu ku untuk mendorong motor ku sampai ke pom bensin dan kami pulang bersama sama, Kejadian hari ini tidak akan pernah kulupakan. Untung aku punya sahabat seperti Bayu. BELAJAR MENGEMUDIKAN MOBIL BERSAMA AYAH Oleh: Gede Supadma Namaku Gede Supadma, biasa dipanggil Desu, umurku sekarang adalah 17 tahun, dan saya lahir di Desa Tamblang dusun Kaja Kangin, dan sekarang saya sekolah di SMA Negeri 1 Kubutambahan, sebagai anak sulung dari tiga bersaudara yang lahir pada 5 Juni 2006, waktu saya berumur 16 tahun saya memiliki keinginan untuk bisa mengendarai mobil, dan pada waktu itu saya meminta kepada ayah saya untuk mengajari saya mengemudikan mobil, saya memiliki cerita masa lalu yang membawa saya kembali ke masa-masa indah saat saya belajar mengemudi bersama ayah saya, ayah adalah sosok yang selalu terlihat tenang, berpengalaman, dan memiliki kesabaran yang luar biasa, dia adalah guru terbaik yang bisa saya minta saat itu. Pada suatu musim panas yang cerah, saat saya berusia 16 tahun, ayah memberitahu saya bahwa saatnya untuk memulai pelajaran mengemudi, saya ingat dengan jelas bagaimana hati saya berdebar-debar saat pertama kali duduk di kursi mobil, mobil yang saya waktu itu digunakan belajar mengemudi, terasa besar dan kuat, dan saya merasa cemas untuk pertama kali menginjak pedal gas, waktu itu tangan saya gemetar memegang setir mobil, akan tetapi ayah saya mengatakan untuk menenangkan diri agar tidak takut, dengan cara menarik nafas, lalu menahannya sebentar lalu dihembuskan, dan cara tersebut berhasil membuat tenang. Ayah duduk di sebelah saya, memberi saya instruksi dengan tenang, dia menjelaskan setiap bagian mobil, mulai dari setir hingga pedal gas, dan mengingatkan saya akan pentingnya keselamatan di jalan, pertama-tama, dia mengajari saya bagaimana cara menghidupkan mesin, mengganti gigi, dan berhenti dengan mulus, pada saat saya mencoba menghidupkan mesin mobil, saya sangat berhati-hati, lalu saya menginjak kopling, dan memulai memasukan gigi mobil yang dimulai dari gigi 1, lalu melepaskan pedal kopling secara pelan-pelan bersamaan dengan pedal gas mobil, dan mobil bisa berjalan dengan pelan, awalnya saya tidak percaya diri dan takut membuat kesalahan, tapi ayah saya memberikan nasihat agar tetap tenang dan percaya diri dalam mengendarai mobil. Kami mulai di area parkir yang sepi, di mana saya bisa berlatih tanpa tekanan dari lalu lintas, ayah dengan sabar mengarahkan saya melewati berbagai latihan, seperti memarkir, membuat putaran tiga langkah, dan melaju mundur, meskipun seringkali saya membuat kesalahan dan merasa cemas, ayah selalu memberi semangat dan mengingatkan saya bahwa ini adalah bagian dari belajar, saya latihan mengemudikan mobil setiap 2 kali dalam seminggu, dan setiap latihan saya merasa semangat dalam menjalaninya agar lebih cepat bisa mengendarai mobil, sedikit demi sedikit saya sudah mulai ahami bagaimana caranya mengemudi dengan baik dan benar, dan saya mencoba mengendarabisa memi mobil diparkiran yang kosong, dan tanpa adanya arahan dari ayah saya, dan saya selalu mengingat apa yang sudah diajarkan ayah saya pada saat waktu latihan sebelumnya, saya mencoba perlahan-lahan menjalankan mobil, dan saya mengatur perasaan saya agar tetap tenang, dan saya mencoba perlahan menjalankan mobil, saya sudah merasa bisa mengendarai mobil, tanpa adanya arahan dari ayah saya, dan ayah saya bangga atas apa yang dia ajarkan kepada saya waktu latihan, dan sudah bisa melakukannya tanpa adanya beliau disebelah saya pada saat mengendarai mobil. Pada saat yang tepat, ayah memutuskan untuk membawa saya ke jalan raya, ini adalah momen yang paling menegangkan, sejujurnya saya takut pertama kali berada dijalan raya untuk mengendarai mobil, ketika saya menggabungkan diri ke dalam lalu lintas yang sesungguhnya, ayah tetap tenang di sebelah saya, memberikan petunjuk dan nasihat yang dia ajarkan kepada saya untuk selalu waspada, dan mengikuti peraturan lalu lintas di jalan raya, saya menenangkan diri agar tidak takut dalam mengendarai mobil dijalan raya, dan saya pun mulai mencoba menjalankan mobil dengan pelan-pelan, dan selalu mengingat apa yang telah diajarkan oleh beliau kepada saya, dan saya pun sudah bisa mengendarai mobil dijalan raya, dengan rasa percaya diri, dan tanpa adanya rasa takut. Saat kami mengemudi bersama adalah waktu berharga yang memungkinkan kami untuk saling berkomunikasi dengan lebih baik, selain itu, ini adalah kesempatan bagi saya untuk belajar banyak hal dari ayah, bukan hanya tentang mengemudi, tetapi juga tentang tanggung jawab, kesabaran, dan rasa percaya diri. Beberapa bulan kemudian, saya berhasil bisa mengendarai mobil dengan lancar dijalan raya dan merasa bangga dengan pencapaian itu, pengalaman belajar mengemudi bersama ayah akan selalu menjadi kenangan indah dalam sejarah pribadi saya, itu bukan hanya tentang menguasai keterampilan mengemudi, tetapi juga tentang hubungan yang kuat antara seorang anak dan ayahnya, yang tumbuh melalui proses bersama. HARI APES TIDAK ADA DI KALENDER Oleh: Ketut Pasek Guna Arta Pagi itu tgl 10 September 2022 masih teringat jelas di pikiranku, jam 5 subuh alarm hp ku sudah berbunyi dengan suara yang kencang, menandakan kalau hari sudah pagi seperti biasa aku bangun walau aku merasa sedikit malas, tetapi aku harus berangkat sekolah untuk mengikuti pembelajaran, aku bangun dari tempat tidur dan segera ke kamar mandi setelah selesai mandi aku pun berganti baju dan siap-siap untuk berangkat sekolah, tidak lupa aku sembahyang setelah itu berpamitan dan berangkat ke sekolah. Di perjalanan aku mengendarai motor dengan kecepatan normal karna jam masih 06.30 aku membawa motor dengan santai sambil menikmati perjalanan, dan aku sampai di sekolah jam 06.50 aku memarkirkan motor ku di parkir bawah. Setelah itu aku bergegas pergi ke kelas untuk melakukan piket, jam 07.15 bel berbunyi semua berkumpul di padmesana untuk mengikuti persembahyangan, setelah itu kami pergi ke kelas masing-masing, untuk mengikuti pelajaran seperti biasanya. Jam 15.30 pel berbunyi menandakan jam pelajaran sudah selesai aku dan teman- temanku bergegas pulang, di perjalanan pulang langit mulai mendung aku buru-buru pulang karna tidak membawa jas hujan, di perjalanan hujan mulai turun rintik-rintik aku membawa motor masih dengan kecepatan normal dan tiba-tiba di depan ku ada kakek- kakek menyebrang aku pun terkejut terus membanting stang ke arah kanan sembari membunyikan klakson, kakek itu tiba-tiba terkejut bukannya menghindar kakek itu malah mencari aku alhasil tabrakan tidak bisa di hindari lagi. Aku tersadar dengan kepala masih sakit orang-orang sudah banyak berkerumun aku berusaha berjalan mencari kakek itu, aku sangat terkejut melihat kekek itu berlumuran darah yang keluar dari kepalanya, aku sampe tidak bisa berkata-kata, kakek itu langsung di masukan ke dalam mobil dan di larikan ke rumah sakit, karena orang-orang melihat aku baik-baik saja karna tidak ada luka yang keras jadi aku tidak di ajak ke rumah sakit aku berusaha membawa motor sendiri walau motor ku sudah hancur, di sampainya di rumah aku memberi tau kepada ibuku bahwa aku mengalami kecelakaan sambil menangis aku menceritakan semua kejadian tadi, dan tiba-tiba aku mual kepala ku yang tadi berbenturan sangat sakit dan pandangan ku buram, ibuku dengan panik langsung menelepon bapak yang sedang kerja tapi karna hujan sinyal jelek, telepon tidak bisa tersambung, ibuku bergegas memanggil paman ku untuk mengantarkan ku ke rumah sakit. Di perjalanan aku hanya berfikir kalau kepala ku ini gagar otak, ibuk ku meyakinkan ku bahwa tidak akan kenapa-kenapa, dan setibanya aku di rumah sakit aku langsung di larikan ke ruang UGD untuk memeriksa keadaanku, rasa deg-degan menunggu hasilnya, setelah menunggu beberapa saat aku di nyatakan tidak gagar otak hanya benturan ringan saja aku merasa sangat bahagia, setelah itu aku di izinkan pulang di perjalanan aku berfikir bahwa tuhan sangat baik kepadaku aku sangat bersyukur masih di berikan kesehatan, sesampai nya di rumah aku langsung mandi dan segera beristirahat. MELAWAN ARUS DAN MENCIPTAKAN ARUS SENDIRI Oleh: Kadek Ari Suta Pada suatu waktu, di sebuah desa kecil yang terletak di tepi sungai, hiduplah seorang pemuda bernama Sutta, Dia lahir pada tahun 2005 ,tepat pada tanggal 23 September lalu dia berumur 18 tahun, dia anak kedua dari tiga bersaudara, ayahnya seorang petani dan ibunya merupakan ibu rumah tangga, dia merupakan seorang anak yang tumbuh dengan perkembangan zaman yang sangat pesat,yang membawa dampak negatif serta positif nya terhadap kehidupan,dia tumbuh dengan selalu memperhatikan sekitarnya,dan selalu menganalisis segala sesuatu kejadin yang terjadi padanya dan yang terjadi kepada orang lain disekitarnya, dia selalu memperhatikan teman - teman sebayanya yang banyak terjerumus ke dampak negatif dari pergaulan yang kurang baik (merokok,minum- minuman keras dan sebagainya). Namun, Sutta memiliki tekad yang kuat untuk tidak terbuai oleh arus pergaulan negatif tersebut, ia tahu bahwa mengikuti teman-teman sebaya akan membawanya ke jalan yang salah, sebagai anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih, Sutta memiliki pegangan kuat terhadap nilai-nilai yang baik. Setiap hari Sutta menyaksikan teman-temannya terlibat dalam tindakan merokok, minum-minuman keras, dan bahkan terlibat dalam kegiatan kriminal, namun, Sutta tetap teguh pada pendiriannya, ia sering ditawari hal - hal negatif tersebut namun selalu Ia menolak tawaran- tawaran negatif tersebut dengan lembut, tanpa menghakimi teman-temannya. Suatu hari ketika Sutta menghadiri acara di tetangganya dia berkumpul dengan teman-teman nya yang sedang asik ngobrol satu sama lain, Sutta ditawari rokok dan minuman oleh temannya akan tetapi Sutta dengan lembut menolak tawaran dari temannya, tetapi temannya memaksa dan mencoba memaksa Sutta agar menerimanya, Sutta yang terdesak kembali menegaskan bahwa dia tidak merokok, bahkan ada seorang temannya yang mengatakan bahwa Sutta seperti orang pingitan dan mencela Sutta, namun Sutta menanggapi dengan santai dan tersenyum kecil kepadanya. Kesetiaan Sutta pada nilai-nilai positif akhirnya membuatnya menjadi contoh bagi teman-temannya, mereka mulai menghormati keputusan Sutta dan terinspirasi oleh keteguhannya, beberapa di antara mereka bahkan mulai merenungkan tindakan mereka sendiri. Dalam perjalanan hidupnya, Sutta memahami bahwa melawan arus pergaulan tidak hanya tentang menolak hal-hal negatif, tetapi juga tentang membantu orang lain untuk mengikuti jalan yang benar, ia membuktikan bahwa dengan tekad dan keteguhan hati, kita dapat mengubah arah pergaulan dan memberikan pengaruh positif pada lingkungan kita. Kisah Sutta adalah bukti bahwa melawan arus pergaulan tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga dapat menjadi fondasi untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. PERJALANAN MELAWAN KENAKALAN DI SEKOLAH Oleh: I Made Sudarsa (05) Cerita ini dimulai di sebuah desa kecil yang yang bernama desa Depeha, Sudarsa adalah seorang pemuda berusia 17 tahun yang penuh potensi. Dia memiliki rambut hitam yang klimis dan mata cokelat yang tajam, tetapi pada suatu waktu, kenakalan telah merasukinya. Sudarsa adalah siswa yang cerdas, tetapi juga cenderung bosan dengan rutinitas sekolah yang monoton, itu adalah saat-saat ketika godaan kenakalan mulai menghampirinya, bersama beberapa teman sekelasnya, dia mulai terlibat dalam kenakalan seperti bolos sekolah, merokok, dan mencoba minuman keras, mereka merasa ini adalah cara untuk melarikan diri dari kebosanan dan tekanan belajar. Kehidupan Sudarsa mulai berubah drastis ketika dia terjebak dalam lingkaran kenakalan yang semakin dalam, mereka mulai membolos sekolah secara teratur, menyelinap keluar dari rumah pada malam hari, dan berusaha untuk mendapatkan kesenangan sementara dari tindakan yang melanggar hukum, semua ini terjadi tanpa pengetahuan orang tua mereka. Namun, sementara kenakalan memberikan sensasi kebebasan sesaat, Sudarsa merasa ada sesuatu yang salah. Dia tahu bahwa dia harus mencari jalan keluar dari lingkaran kenakalan ini sebelum semuanya terlambat. Tapi dia tidak tahu bagaimana melakukannya. Suatu hari, nasib membawanya bertemu dengan seorang guru yang peduli, Bu Lestari, Bu Lestari adalah guru matematika yang tegas tetapi juga memiliki hati yang baik, dia melihat potensi dalam Sudarsa dan merasa ada yang salah. Dia memutuskan untuk berbicara dengan Sudarsa setelah sekolah. Percakapan itu menjadi titik balik bagi Sudarsa, Bu Lestari mendengarkan cerita hidupnya, kebosanan di sekolah, dan tekanan dari teman-temannya, dia kemudian memberikan nasihat yang berharga kepada Sudarsa tentang pentingnya pendidikan dan bagaimana kenakalan hanya akan menghancurkan masa depannya. Percakapan itu menginspirasi Sudarsa untuk melakukan perubahan dalam hidupnya, pertama, dia memutuskan untuk berhenti merokok dan berhenti mencoba minuman keras, kemudian, dia mulai berbicara dengan teman- temannya tentang keputusannya untuk kembali ke sekolah dan berfokus pada pendidikan, beberapa dari mereka merespon positif, sementara yang lain masih terjebak dalam kenakalan. Sudarsa juga mulai berbicara dengan orang tuanya tentang perubahannya. Mereka awalnya sangat marah, tetapi akhirnya mereka menyadari bahwa anak mereka benar-benar berusaha untuk memperbaiki diri. Mereka memberikan dukungan penuh kepada Sudarsa dan membantunya untuk kembali ke sekolah. Kembali ke sekolah tidak mudah bagi Sudarsa, dia harus mengatasi banyak keterlambatan dan kesulitan dalam mengejar pelajaran yang dia tinggalkan, namun, dia bekerja keras, belajar dengan tekun, dan berusaha untuk mengejar ketertinggalan, Bu Lestari dan beberapa guru lainnya memberikan dukungan tambahan. Saat teman-temannya melanjutkan perilaku kenakalan, Sudarsa tetap teguh pada keputusannya untuk memperbaiki diri, dia merasakan bahwa pendidikan adalah kuncinya untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik, semua perjuangannya akhirnya membuahkan hasil, dan dia berhasil meraih nilai yang baik di sekolah. Sudarsa berhasil lulus dari sekolah menengah dan melanjutkan ke perguruan tinggi, dia memilih untuk mengambil jurusan yang sesuai dengan minatnya dan memiliki impian untuk menjadi seorang guru, dia ingin memberikan pengarahan kepada generasi muda agar tidak terjebak dalam kenakalan seperti dirinya dahulu. Kisah hidup Sudarsa menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama teman-temannya yang pernah terlibat dalam kenakalan, beberapa dari mereka akhirnya mengikuti jejaknya dan memperbaiki diri mereka sendiri. Kisah Sudarsa adalah cerita tentang perjuangan melawan kenakalan dan pengambilan tanggung jawab atas masa depannya, itu adalah cerita tentang pengaruh positif seorang guru dan dukungan dari orang-orang yang peduli dalam mengubah hidup seseorang. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa meskipun kita mungkin terjebak dalam lingkaran kenakalan, kita selalu memiliki kesempatan untuk memilih jalan yang lebih baik, dengan tekad dan dukungan yang tepat, kita dapat mengatasi hambatan dan mencapai kesuksesan. Sudarsa adalah contoh nyata bahwa perubahan adalah mungkin, dan bahwa masa depan yang cerah selalu ada bagi mereka yang bersedia berjuang untuk itu.