Dimas Anggi Setyawan UTS 190811636843 B
Dimas Anggi Setyawan UTS 190811636843 B
Perlindungan yang diperoleh oleh anak Punk dalam suatu komunitas itulah
yang membuat anak Punk dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman
dengan cara masuk dan ikut serta dalam komunitas Punk.Perlindungan
tersebut dapat menimbulkanindividu bersikap damai dengan kepercayaan,
tolong menolong, dan keramahan untuk menjalin suatu hubungan
interpersonal yang baik pada setiap anggota dalam kelompok atau yang
disebut dengang Agreeableness(Cloninger, 2009). Hoerny (Suprapti &
Nashori, 2007) menyatakan bahwa tidak hanya melakukan interaksi
dengan orang lain namun juga terdapat faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi kebutuhan akan rasa aman yaitu pengaruh kebudayaan,
adat istiadat, dan peran di masyarakat. Kebutuhan akan rasa aman dapat
terpenuhi jika anggota Punk yang masuk dalam komunitas dapat
menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan mematuhi norma-norma yang
berlaku dalam komunitas Punk atau yang sering disebut konformitas.
Fuhrman (Rianton, 2013) Konformitas adalah kecenderung individu untuk
menerima dan berperilaku sesuai standar dalam kelompok yang menaungi.
Konformitas
Baron & Byrne (Wilujeng, 2013)berpendapat bahwa konformitas adalah
sebuah perubahan keyakinan dan perilaku yang berdasarkan pada hasil dari
adanya tekanan dalam kelompok baik nyata maupun tidak. (Sarwono &
Meinarno, 2009) menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya konformitas yaitu tidak ingin terlihat aneh dari
kelompok, tidak dapat untuk konsisten, kurang adanya kepercayaan diri,
mencoba menyenangkan kelompoknya, dapat diterima oleh lingkungan
kelompok. Tiga aspek konformitas yang dikemukakan Sears, dkk (Rianton,
2013) yaitu peniruan, penyesuaian, dan kepercayaan.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuantitatif
dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini berfokus pada 3
variabel, yaitu :
1. Variabel tergantung : Kebutuhan akan Rasa Aman
2. Variabel bebas I : Agreeableness (social adaptability),
Variabel bebas II : Konformitas
Subjek dari penelitian ini adalah anggota komunitas Punkdengan populasi
yang digunakan adalah komunitas Punk di Jawa Tengah yaitu Rembang,
Semarang, dan Pekalongan dengan jumlah total 150 dengan usia 18-25
tahun dan lama masuk dalam anggota komunitas Punk dari 7 bulan- 5
tahun.
Sampel yang akan dipakai diambil dari anggota komunitas Punk Rembang,
Semarang, dan Pekalongan dengan karakteristik anggota komunitas Punk
aktif, berusia 18-25 tahun, lama menjadi anggota 7 bulan-5 tahun, bersedia
mengikuti penelitian. Sampel yang didapat peneliti dalam penelitian ini
adalah 86 subjek.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kebutuhan
akan rasa aman yang berisi 24 aitem dengan 12 favorable dan 12
unfavorable, diperoleh 11 aitem yang berdaya beda tinggi memiliki kisaran
nilai antara 0,376-0,260 dengan reliabilitas 0,648.Skala Agreeableness
adalah 36 dengan 18 favorable dan 18 unfavorable, 22 aitem memiliki
daya beda tinggi dan memiliki koefisien korelasi skor aitem total bergerak
dari 0,484-0,281 dengan reliabilitas 0,790. Skala Konformitas terdiri dari
24 aitem dibagi menjadi 12 pernyataanfavorable dan 12
unfavorabledengan 19 aitem berdaya beda tinggi memiliki kisaran nilai
antara0,638-0,256 dan reliabilitas 0,807. Uji hipotesis menggunakan teknik
analisis regresi dua predictor dengan bantuan program SPSS 20.0.
Result : Berdasarkan analisis mendapatkan hasil korelasi r(x1,2)ysebesar 0,472, r²
sebesar 0,222, Fhitung sebesar 11,866, dengan taraf signifikansi 0,000
(p<0,01). Hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menjukkan bahwa
terdapat hubungan yang sangat signifikan antara Agreeableness dan
konformitas dengan kebutuhan akan rasa aman pada anggota komunitas
Punk di Jawa Tengah.
Conclusion : Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa
adanya hubungan sangat siginifikan antara Agreeableness dan konformitas
dengan kebutuhan akan rasa aman pada anggota komunitas Punk di Jawa
Tengah. Hasil penelitian tersebut didukung dengan skor r(x1,2)y = 0,472,
r² = 0,222, Fhitung = 11,866 dan signifikansi 0,000 (p<0,01), maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa hipotesisi yang sudah diajukan peneliti
dapat diterima. Sumbangan efektif pada Agreeableness dan konformitas
berpengaruh sebesar 22,2 % terhadap kebutuhan akan rasa aman sementara
77,8 % dipengaruhi oleh faktor lainnya yang ada diluar penelitian ini.
Hipotesis kedua menunjukkan terdapat adanya hubungan positif yang
signifikan antara Agreeableness dengan kebutuhan akan rasa aman pada
anggota komunitas Punk. Sedangkan pengujian hipotesis yang terakhir
dapat menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara
konformitas dengan kebutuhan akan rasa aman pada anggota komunitas
Punk di Jawa Tengah. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa rerata
kebutuhan akan rasa aman memiliki kategori tinggi. Hasil tersebut juga
sama dengan rerata Agreeableness yang termasuk dalam kategori tinggi,
sementara rerata konformitas pada anggota komunitas Punktermasuk
dalam kategori sedang.
Kelebihan & :
kekurangan - Kekurangan pada penelitian ini merujuk pada salah satu variable yang
artikel kurang memiliki hubungan terhadap variable lainnya, variable
dependen ini seharusnya memerhatikan variable independent dalam
penelitian ini.
- Artikel ini memiliki kelebihan validitas data dari jumlah responden
yang mengikuti tes, dengan mengangkat judul anak punk, peneliti
mampu menggolongkan siapa saja yang menjadi subjek dengan benar.
Pendapat & : Kelompok Punk memiliki tujuan memper-erat pertemanan, dari yang
tanggapan sekedar teman menjadi keluarga. Banyak memiliki prinsip hidup Equality
artinya memilki rasa yang sama dalam perjuangan. Group punk ini
menawarkan kebutuhan sosial seseorang untuk dipenuhi, sesuai menurut
Robbins (1998) bahwa seseorang akan mendapatkan dampak positive
seperti Interaksi Sosial ; artinya seseorang memenuhi kebutuhan untuk
bersosial dan berinteraksi kepada orang lain. Dukungan Sosial : berupa
Social Approval atau dukungan kelompok terhadap perbuatan yang
disetujui, dan Belief Confirmation yaitu penekanan dukungan pada apa
yang kita percayai oleh kelompok. Karakter Grup ; seseorang yang
bergabung dengan kelompok tertentu akan mendapatkan identitas sesuai
bagaimana karakter kelompok tersebut. Meliputi keahlian dan daya Tarik.
Komunitas punk memiliki korelasi agreeableness dan konformitas yang
tinggi, hal tersebut sangat wajar karena mereka akan bersikap sesuai
dengan lingkungan mereka ketika mendapatkan rasa aman. Rasa aman
sendiri meningkatkan konformitas pada kelompok, artinya rasa aman yang
tinggi memicu munculnya konformitas yang tinggi pula.
ARTIKEL II
Judul Artikel : HUBUNGAN IDENTITAS SOSIAL DENGAN PERILAKU AGRESIF
PADA GENG MOTOR
Nama Jurnal : Psikologia
Volume & : Volume 8 & Halaman 73-78
halaman
Tahun : 2013
Penulis : Risa Fadila
artikel
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara identitas
sosial (kelekatan, komitmen, dan afeksi terhadap kelompok) dengan
perilaku agresif pada geng motor di Kota Medan. Hasil menunjukkan
adanya hubungan yang positif yang signifikan antara identitas sosial
dengan perilaku agresif pada geng motor, yang mengindikasikan semakin
tinggi kelekatan, komitmen, dan afeksi yang dirasakan individu terhadap
geng motornya, semakin tinggi pula kemungkinan individu tersebut untuk
terlibat dalam perilaku agresif bersama geng motornya.
Introduction :
Kehadiran geng motor di Indonesia melengkapi salah satu bentuk
kenakalan remaja yang meresahkan. Di Salemba, Jakarta, geng motor
menyerang PT. Dok Bayu Bahari dan kantor polisi Tanjung Priok, yang
melukai dua orang dan satu unit mobil rusak (Antara, 2012). Kemudian
empat orang anggota geng motor merusak hotel Dafam, Semarang, Jawa
Tengah (Antara, 2012). Salah satu pelajar SMUN 9 Bandung, dipukuli
bertubi- tubi dan dipaksa geng motor untuk menyerahkan barang berharga
(Utama, 2012). Di Makassar, terjadi kekerasan yang mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa. Geng motor di Medan juga sangat meresahkan.
Banyak bentuk kekerasan yang dilakukan oleh geng motor, seperti
perkelahian antar anggota geng motor, pemukulan yang dilakukan pada
anggota geng motor lain yang tidak disukai, pemalakan atau pemerasan
yang dilakukan terhadap anak sekolah, perkelahian dengan anak sekolah,
mencaci maki orang yang tidak disukai, terutama yang berasal dari geng
lain (Nugraha, 2009). Selain korban tewas maupun luka, kerugian material
sudah sangat banyak. Menurut data Indonesia Police Watch (IPW), dalam
setahun terakhir 60 orang tewas sebagai akibat aksi geng motor (Ramelan,
2012) .
Juwita (2007), psikolog sosial mengatakan bahwa perilaku- perilaku
kekerasan yang dilakukan oleh geng motor bisa disebut sebagai perilaku
agresif, yang dapat menyebabkan korban jiwa. Menurut Myers (1996),
perilaku agresi merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan
maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Salah satu faktor yang
menyebabkan perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok atau
geng. Seseorang akan mudah terpengaruh melakukan perilaku agresi pada
saat mendapat provokasi secara langsung dari kelompoknya (Sarwono,
2002). Kelompok teman sebaya merupakan hal yang sangat penting bagi
remaja, dimana umumnya anggota geng motor berusia 14 sampai 22 tahun,
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, menghargai, menyediakan informasi,
menaikkan harga diri, dan memberikan remaja suatu identitas. Persetujuan
atau penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang kuat dalam dan
tingkah laku maskulin dan identitas seseorang (Santrock, 2003).
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan cara partisipan
anggota geng motor di Medan. Jumlah partisipan dalam penelitian ini
adalah 84 orang yang terdiri dari yaitu 39 anggota geng RnR, 8 anggota
AIDS, 19 anggota NKB, dan 18 anggota Ezto. Teknik sampling dalam
penelitian ini menggunakan metode incidental sampling. Kami
memberikan reward bagi setiap partisipan yang ikut serta.
Untuk penelitian ini, dibuat skala identitas sosial dan perilaku agresif yang
berisikan aitem-aitem untuk mengukur variabel penelitian berdasarkan
aspek-aspek identitas sosial yang diungkapkan oleh Tajfel (1978) dan
dimensi perilaku agresif oleh Atkinson (1999). Skala ini disebarkan kepada
partisipan dengan mendatangi secara langsung untuk diisi. Semua aitem
dibuat dalam bentuk skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban
(sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai). Skala
disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (yang mendukung) dan
unfavourable (yang tidak mendukung). Rentang nilai untuk pilihan
jawaban dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favourable
adalah 1 untuk sangat tidak sesuai, 2 untuk tidak sesuai, 3 untuk sesuai,
dan 4 untuk sangat sesuai, dan sebaliknya untuk aitem-aitem unfavourable.
Result :
Hampir seluruh partisipan yang berhasil kami temui merupakan laki-laki
(96%) dan hanya 4% yang berjenis kelamin perempuan. Mayoritas masih
berusia remaja (93%), yaitu antara 17 sampai 22 tahun.