Anda di halaman 1dari 18

Powered by TCPDF (www.tcpdf.

org)
ALAT UKUR
SIKAP MODERASI BERAGAMA

Tim Peneliti:
Dr. Rena Latifa, M.Psi. : Ketua
Muhamad Fahri, M.Pd. : Anggota
Naufal Fadhil Mahida : Anggota

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2021
Literatur Review

Sikap

Definisi sikap

APA mendefinisikan sikap sebagai evaluasi yang relatif bertahan dan umum terhadap
suatu objek, orang, kelompok, masalah, atau suatu konsep mulai dari negatif hingga positif.
Sikap menyediakan ringkasan evaluasi terhadap objek berdasarkan keyakinan tertentu, emosi,
dan perilaku masa lalu terhadap objek tersebut sehingga seseorang dapat menilai objek dalam
dimensi negatif hingga positif (VandenBos, 2007). Eagly dan Chaiken (dalam Haddock & Maio,
2008) mengatakan bahwa sikap adalah kecenderungan psikologis yang diungkapkan dengan
mengevaluasi entitas tertentu berdasarkan tingkatan kesukaan atau ketidaksukaan. Haddock dan
Maio (2008) menyimpulkan bahwa sikap meliputi penilaian evaluatif terhadap sesuatu berupa
kesukaan atau ketidaksukaan, kesetujuan atau ketidaksetujuan mengenai suatu objek atau
seseorang (Haddock & Maio, 2008). Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa sikap adalah
predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten favorable atau unfavorable
mengenai objek tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap orang membentuk kepercayaan
terhadap suatu objek dimana kepercayaan ini berkaitan dengan bagaimana seseorang
mengatribusi objek tersebut sehingga terbentuklah sikap favorable dan unfavorable. (Fishbein &
Ajzen, 1975)

Para ahli mendefinisikan bahwa sikap adalah disposisi seseorang untuk merespon secara
favorable atau unfavorable kepada sebuah objek, seseorang, institusi, atau kejadian. walaupun
definisi formal mengenai sikap bervariasi (Fishbein & Ajzen; 1975).

Dimensi dan Indikator Sikap

Haddock dan Maio (2008) menjelaskan bahwa sikap memiliki multikomponen yaitu
afektif, kognitif, dan perilaku. afektif yaitu komponen mengenai perasaan atau emosi yang
berasosiasi dengan sikap terhadap suatu objek dimana dalam komponen ini terdapat mere
exposure effect dimana perasaan atau keinginan untuk menyukai suatu objek meningkat sebagai
akibat dari seringnya terpapar oleh objek tersebut. Kedua, kognisi yaitu komponen mengenai
pikiran, kepercayaan, dan atribusi yang berasosiasi dengan objek. kognitif dapat mempengaruhi
sikap terhadap objek melewati pertimbangan secara sadar mengenai karakteristik negatif dan
positif sebuah objek. Ketiga, perilaku yaitu komponen mengenai perilaku di masa lalu terhadap
suatu objek akan mempengaruhi sikap terhadap objek tersebut. hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh
Bem. Bem (dalam Haddock & Maio, 2008) menjelaskan bahwa setiap orang seringkali tidak
memiliki akses terhadap sikap mereka sendiri khususnya ketika sikap mereka terhadap sesuatu
itu ambigu atau lemah. Mereka harus melewati penalaran mengenai penilaian terhadap perilaku
mereka di masa lalu. Hal ini disebut dengan self-perception theory.

Haddock dan Maio (2008) menjelaskan sikap dapat dilihat dari dua perspektif yaitu one-
dimensional dan two-dimensional. One-dimensional yaitu perspektif melihat sikap negatif dan
positif dalam satu kontinum atau satu dimensi dimana kutub negatif di satu sisi dan kutub positif
di sisi lainnya. Two-dimensional yaitu perspektif melihat sikap positif sebagai satu dimensi dan
sikap negatif di dimensi lainnya. Perspektif two-dimensional dapat membedakan jika seseorang
memiliki sifat ambivalen terhadap suatu objek. Persekptif one-dimensional tidak dapat
membedakan ketika seseorang memiliki sikap yang ambivalen atau tidak memiliki sikap
terhadap suatu objek (Haddock & Maio, 2008).

Ajzen menjelaskan bahwa sikap dapat dinilai dari tiga dimensi respon yaitu kognitif,
afektif, dan konatif. Kognitif mengacu pada respon persepsi terhadap suatu objek. Respon secara
kognitif dibentuk setelah seseorang mengatribusi karakteristik objek. Hasil dari atribusi ini
selanjutnya menjadi beliefs yang menentukan sikap favorable atau unfavorable seseorang
terhadap suatu objek. Afektif mengacu pada perasaan terhadap objek, baik dinyatakan secara
verbal dan respon fisiologis yang muncul terhadap objek. Konatif yaitu kecenderungan
perilaku-perilaku, intensi-intensi, aksi-aksi mengenai suatu objek. Respon konatif dapat
dinyatakan dengan ekspresi dari intensi perilaku dan perilaku yang terlihat mengenai objek.
(Ajzen, 2005).

Instrumen sikap

Terdapat dua tipe pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap yaitu explicit measure of
attitude dan implicit measure of attitude. Explicit measure of attitude adalah pengukuran sikap
dengan menanyakan langsung kepada responden mengenai apa sikap mereka terhadap sesuatu.
tipe ini menggunakan teknik pengukuran likert scale yaitu pengukuran sikap menggunakan skala
angka dimana angka terendah dan tertinggi menunjukan sikap terhadap sesuatu. Semantic
differential scale yaitu teknik pengukuran sikap menggunakan dua kata sifat yang saling
bertentangan dan direntangkan di dua sisi yang berbeda (Haddock & Maio, 2008).

Sivacek and Crano dalam penelitiannya mengenai efek vested interest terhadap hubungan
antara sikap dan perilaku dengan 7-skala poin untuk menilai sikap mahasiswa terhadap naiknya
batas minimal meminum minuman keras menjadi 21 tahun di Michigan dimana respon
merupakan setuju dan tidak setuju (Sivacek & Crano, 1982). Chaiken dan Yates (1985)
menggunakan dua single item untuk melihat sikap terhadap capital punishment dan censorship
dimana terdapat dua pilihan yaitu i favor capital punishment - i oppose capital punishment dan i
favor censorship - i oppose censorship yang direntangkan dengan 11- skala poin (Chaiken &
Yates, 1985).

Definisi Moderasi Beragama

Secara etimologi, kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-
sedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari
sikap sangat kelebihan dan kekurangan), dan di dalam bahasa Inggris, kata moderation sering
digunakan dalam pengertian average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned
(tidak berpihak), di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian
kata moderasi, yakni: 1. n pengurangan kekerasan, dan 2. n penghindaran keekstreman
(Kementrian Agama, 2019). Istilah ‘Moderasi’ (Ar. Wasathiyyah; Syn. tawassuth, i’tidal,
tawaazun, iqtishad) memiliki makna yang dekat dengan ‘keadilan’, yang berarti mengambil
posisi tengah diantara dua pilihan ekstrim (kanan-kiri). Lawan dari ‘wasathiyyah’ adalah
‘tatharruf’, yang berarti ‘kecenderungan berpihak pada arus pinggir’ atau lebih dikenal dengan
istilah ‘extrimisme (eng. extremism), radikalisme (eng. radicalism), dan berlebihan (eng.
excess)’. Dalam penggunaan bahasa Arabnya, istilah ‘wasathiyyah’ juga memiliki makna
‘pilihan terbaik (Eng. best choice) (Kamali, 2015).

Kata ‘Wasath’ dalam penggunaan linguistik B. Arab berkaitan dengan makna ‘superioritas
(eng. superiority), keadilan (eng. justice), kemurnian (eng. purity), kemuliaan (eng. nobility), dan
status yang dijunjung tinggi (eng. status elevated)’. ‘Wasathiyyah’ juga bermakna ‘kekuatan
(eng. strength), seperti matahari di siang hari yang merupakan posisi terpanas dibandingkan
posisi saat pertama terbit dan posisi tenggelamnya. Atau kekuatan yang dimiliki oleh pemuda
yang berada di tengah antara kelemahan masa kanak-kanak dan masa tua. Demikian pula, Al-
Qur’an menyebut istilah ‘al shalah al-wustha’ (Al-Baqarah (2); 238) yang bermakna shalat yang
paling baik, yaitu shalat ‘ashar (sore hari), yang merupakan shalat yang dilakukan di tengah-
tengah shalat lima waktu (Kamali, 2015).

Selain itu, Al-Qur’an juga menyebut umat Islam sebagai umat yang paling tengah
‘ummatan wasathan’ juga berarti komunitas terbaik yang diciptakan oleh Allah, sebagaimana
disebutkan dalam teks lain (Ali ‘Imran (3); 110), untuk dedikasinya yang menyeru pada kebaikan
dan mencegah kerusakan dan kemungkaran serta komitmennya dalam melestarikan bumi dan
menegakan keadilan. Kata ‘Wasthiyyah’ didefinisikan juga sebagai ‘postur / model yang
dianjurkan terlaksana /terealisasi pada orang-orang yang memiliki sifat dan kecerdasan yang
sehat, dibedakan dengan keengganan terhadap keduanya (ekstrimisme dan sikap abai / tidak
peduli)’. Hal tersebut merupakan konsep rasional dengan tanpa adanya konotasi dogmatis, tetapi
juga memiliki nilai budi pekerti yang luhur sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang ada di dalam
agama (Kamali, 2015).

Dimensi dan Indikator Moderasi Beragama

Risalah Bogor merupakan komitmen umat Islam untuk menjunjung tinggi konsep wasathiyah
Islam yang disepakati oleh sekitar 100 tokoh Islam, ulama dan cendekiawan Muslim dari
Indonesia dan seluruh dunia, termasuk di diantaranya Grand Syekh Al Azhar, Ahmed
Muhammad Ahmed Al-Thayyeb. Komitmen tersebut terbentuk dari pertemuan yang bertajuk
High Level Consultation of World Moslem’s Scholars on Wasathiyah Islam yang dilaksanakan di
Bogor-Indonesia pada 3 Maret 2018 (Sasongko & Muhyiddin, 2018). Risalah Bogor secara
bertahap dirumuskan dari 12 inti menjadi 7 inti nilai moderasi Islam (wasathiyah), sebagai
berikut (Ramadhan & Syauqillah, 2018);
1) Tawassuth, yang merupakan sikap untuk senantiasa mengambil jalan tengah atau jalan yang
lurus dengan kebenaran tanpa bersikap ekstrim (berlebihan) dalam satu opsi/jalan/sudut pandang
dan praktik.
2) I’tidal, yang bermakna keseimbangan dan keadilan yang didasari pada prinsip keadilan yang
proporsional dan tidak ekstrim serta berlebihan.
3) Tasamuh, dimaksudkan untuk mengakui dan menghormati keragaman dalam segala aspek
kehidupan.
4) Syura, yaitu bersandar pada konsultasi dan penyelesaian masalah melalui musyawarah untuk
mencapai konsensus.
5) Ishlah, yaitu terlibat dalam reformasi dan perbuatan baik yang konstruktif untuk khalayak
bersama.
6) Qudwah, yaitu upaya merintis inisiatif mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia.
7) Muwwatanah, yaitu sikap mengakui negara bangsa (komitmen terhadapnya) dan menghormati
kewarganegaraan.

Metodologi penyusunan alat ukur sikap moderasi beragama


Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Indonesia dengan kriteria sebagai berikut;
beragama Islam, berstatus warga Negara Indonesia, usia minimal 18 tahun, pernah
menyaksikan/membaca ceramah/status sosial media tentang syiar dan dakwah keagamaan di
media-media (seperti youtube, sosial media, website dan blog), mengikuti/memfavoritkan salah
satu tokoh agama Islam yang aktif di media digital. Sedangkan sample responden berjumlah 305
responden (N=305). Dan peserta FGD berjumlah 15 orang dengan kriteria; 5 orang memiliki
pemahaman agama yang fundamental, 5 orang berlatar belakang keagamaan yang moderat, dan 5
orang sisanya memiliki latar belakang keagamaan yang liberal. Hal tersebut bertujuan untuk
mendapatkan item-item moderasi beragama dari sudut pandang dan latar belakang keagamaan
yang variatif. Hasil FGD menghasilkan instrumen pengukuran wawasan, sikap dan intensi
masyarakat dalam dimensi moderasi beragama yang kemudian dilakukan survey terhadap sample
yang telah disebutkan di atas.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Sikap moderasi beragama
variabel sikap dikemas dalam indikator nilai-nilai moderasi beragama yang diadopsi dari
gagasan Risalah Bogor 2018 meliputi nilai-nilai sebagai berikut; Tawassuth (jalan tengah/jalan
lurus dengan kebenaran dan tidak ekstrim pada satu pandangan), I’tidal (keseimbangan dan
keadilan), Tasamuh (penghormatan pada keragaman kehidupan), Syura (musyawarah demi
kesapakatan konsensus), Ishlah (partisipasi kebaikan yang konstruktif demi kemashlahatan
bersama), Qudwah (inisiatif kebaikan demi kemuliaan dan kesejahteraan manusia),
Muwwathanah (akomodatif negara, bangsa dan budaya).
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel adalah sebagai berikut:

a. Sikap
Merupakan hasil evaluasi yang relatif bertahan dan umum terhadap suatu objek, orang,
kelompok, masalah, atau suatu konsep mulai dari negatif hingga positif. Sikap menyediakan
ringkasan evaluasi terhadap objek berdasarkan keyakinan tertentu, emosi, dan perilaku masa lalu
terhadap objek tersebut sehingga seseorang dapat menilai objek dalam dimensi negatif hingga
positif (American Psychological Association Dictionary, 2015).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang didistribusikan kepada
masyarakat melalui formulir online (google form). Setiap responden dalam penelitian ini mengisi
angket yang berisikan tentang; 1). Demografi responden (Jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, afiliasi keagamaan, dan pekerjaan, 2). Alat ukur wawasan responden tentang moderasi
beragama, 3). Alat ukur sikap responden tentang moderasi beragama, 4). Alat ukur intensi
responden terhadap tokoh agama. Alat ukur disusun berdasarkan pertimbangan hasil FGD
dengan partisipan yang mewakili berbagai macam latar belakang sudut pandang keagamaan
tentang moderasi beragama.
Skala Sikap Moderasi Beragama
Dalam instrumen sikap ini juga terdapat 2 komposisi, yaitu: 1). Indikator sikap yang
meliputi; kepercayaan yang dimiliki responden tentang moderasi beragama, perasaan yang
dirasakan responden tentang moderasi beragama, dan pengalaman masa lalu responden yang
berasosiasi dengan moderasi beragama. 2). Nilai moderasi beragama yang meliputi; tawassuth,
i’tidal, tasamuh, syura, ishlah, qudwah dan muwwathanah.

Table 3.2
Blue Print Sikap Moderasi Beragama
No Indikator Sikap Item Contoh Item
Saya meyakini moderasi beragama
18,19,20, sangat diperlukan untuk menjaga
1 Kepercayaan (Belief) keharmonisan kehidupan
21,22
berbangsa.
Saya senang mengakomodir orang
23,24,25, lain untuk bermusyawarah mencari
2 Perasaan (Emotions) jalan tengah saat terjadi perbedaan
26
pendapat.
Pengalaman masa Saya dapat menengahi teman yang
lalu (past behaviors 27,28,29, sedang berbeda pendapat tentang
3
associated with 30 ajaran/mazhab/tradisi.
object)

4. Exploratory Factor Analysis dan Confirmatory Factor Analysis

1) Hasil Extraction Exploratory Factor Analysis Skala Sikap Moderasi Beragama


Skala sikap moderasi beragama terdiri atas tiga belas item. Exploratory Factor Analysis
dilakukan untuk melihat banyaknya dimensi yang diukur oleh item-item skala sikap moderasi
beragama. Analisis EFA dilakukan menggunakan metode principle component dengan kriteria
nilai eigenvalue > 1. Penentuan banyaknya dimensi yang diukur oleh item-item sikap moderasi
beragama yaitu
1. Berdasarkan kriteria bilangan eigenvalue yang dihasilkan lebih besar dari satu (Kaiser,
1960).
2. Berdasarkan kumulatif varians dengan batas minimun lebih dari 50%.
3. Berdasarkan scree plot atau scree test yang dibuat dengan memplotkan eigenvalue(Cattell,
1966).
Extraction Sums of Squared
Initial Eigenvalues Loadings
% of Cumulative % of Cumulative
Component Total Variance % Total Variance %
1 3.927 30.205 30.205 3.927 30.205 30.205
2 1.652 12.704 42.909 1.652 12.704 42.909
3 1.600 12.311 55.220 1.600 12.311 55.220
4 .931 7.158 62.378
5 .834 6.413 68.791
6 .807 6.210 75.001
7 .738 5.676 80.678
8 .656 5.046 85.723
9 .650 4.999 90.722
10 .465 3.579 94.301
11 .285 2.189 96.490
12 .243 1.871 98.361
13 .213 1.639 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Berdasarkan Analisis EFA yang dilakukan dengan menggunakan metode Principal Component
Analysis dan dibandingkan dengan kriteria diatas, maka banyaknya faktor adalah;
1. Berdasarkan kriteria bilangan eigenvalue yang dihasilkan lebih besar dari satu (Kaiser,
1960). Item-item variabel Sikap mengukur tiga (3) dimensi dengan perincian dimensi
pertama memiliki nilai eigenvalue 3.927, dimensi kedua memiliki nilai eigenvalue 1.652,
dan dimensi tiga (3) memiliki eigenvalue 1.600.
2. Berdasarkan kumulatif varians dengan batas minimun lebih dari 50%, Item-item variabel
Sikap mengukur tiga (3) dimensi dimana ketiga dimensi tersebut menjelaskan sebesar 55 %
dari varians item-item sikap.
3. Berdasarkan scree plot atau scree test yang dibuat dengan memplotkan eigenvalue, item-
item sikap mengukur tiga (3) dimensi terlihat dari curamnya tiga (3) titik pada Scree Plot.
Dengan terpenuhinya kriteria diatas, terdapat tiga (3) dimensi yang diukur oleh item-item skala
sikap moderasi beragama.
(2) Hasil Rotation Exploratory Factor Analysis Skala Sikap Moderasi Beragama

Setelah tiga dimensi ditemukan dari hasil extraction factor, Rotasi dilakukan untuk mengetahui
item-item yang mengukur tiga (3) dimensi yang telah diketahui. Rotasi yang digunakan adalah
varimax. Berikut adalah tabel hasil rotasi item.

Rotated Component Matrixa


Component
1 2 3
S18 .855 .163 .005
S19 .849 .192 .041
S20 .825 .137 -.061
S21R .698 .010 .343
S22R .695 .063 .384
S23R .080 .362 .593
S24R .048 .199 .607
S25 .047 .651 .130
S26 .098 .826 .000
S27 .157 .706 -.120
S28R .075 -.144 .625
S29 .188 .408 .279
S30R .099 -.047 .662
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with
Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 4 iterations.
Indikator Nomor Kalimat Nomor Kalimat
Item Awal Item
Setelah
EFA
Belief S18 Saya meyakini moderasi S18 Saya meyakini moderasi
beragama sangat beragama sangat
diperlukan untuk diperlukan untuk
menjaga keharmonisan menjaga keharmonisan
kehidupan berbangsa kehidupan berbangsa
S19 Bagi saya, moderasi S19 Bagi saya, moderasi
beragama sangat beragama sangat
diperlukan bagi diperlukan bagi
masyarakat Indonesia masyarakat Indonesia
yang multikultural yang multikultural
S20 Saya meyakini moderasi S20 Saya meyakini moderasi
beragama sangat beragama sangat
diperlukan agar tidak diperlukan agar tidak
terjadi isu sara di terjadi isu sara di
kalangan masyarakat kalangan masyarakat
S21R Moderasi beragama tidak S21R Moderasi beragama
diperlukan, karena agama tidak diperlukan, karena
sudah memiliki jalan agama sudah memiliki
kebenarannya masing- jalan kebenarannya
masing masing-masing
S22R Moderasi beragama tidak S22R Moderasi beragama
diperlukan, karena tidak diperlukan, karena
mencerminkan mencerminkan
ketidaktegasan dalam ketidaktegasan dalam
beragama beragama
Emotions S23R Saya merasa tidak S25
nyaman saat berbeda Saya merasa senang
pendapat dengan orang memuliakan orang lain
lain terkait perbedaan dari berbagai latar
ajaran/mazhab/tradisi belakang apapun
S24R Saya tidak merasa S26 Saya senang
bersalah jika harus mengakomodir orang
mengeluarkan kata-kata lain untuk
yang dapat menyinggung bermusyawarah mencari
orang lain, demi jalan tengah saat terjadi
membela keyakinan saya. perbedaan pendapat.
S25 S27 Saya dapat menengahi
Saya merasa senang teman yang sedang
memuliakan orang lain berbeda pendapat
dari berbagai latar tentang
belakang apapun ajaran/mazhab/tradisi
S26 Saya senang S29 Saya berupaya untuk
mengakomodir orang lain menghindari sikap
untuk bermusyawarah berlebihan dalam
mencari jalan tengah saat memaksakan keyakinan
terjadi perbedaan saya pada orang lain.
pendapat.
Past S27 S23R Saya merasa tidak
Behavior Saya dapat menengahi nyaman saat berbeda
teman yang sedang pendapat dengan orang
berbeda pendapat tentang lain terkait perbedaan
ajaran/mazhab/tradisi ajaran/mazhab/tradisi
S28R Saat ada teman yang S24R Saya tidak merasa
membaca ayat alquran bersalah jika harus
dengan dialek daerah mengeluarkan kata-kata
asalnya, saya yang dapat menyinggung
menyalahkannya dan orang lain, demi
memintanya untuk membela keyakinan
membaca ayat alquran saya.
dengan benar.
S29 S28R Saat ada teman yang
membaca ayat alquran
dengan dialek daerah
Saya berupaya untuk asalnya, saya
menghindari sikap menyalahkannya dan
berlebihan dalam memintanya untuk
memaksakan keyakinan membaca ayat alquran
saya pada orang lain. dengan benar.
S30R Saya mau melakukan S30R Saya mau melakukan
satu tindakan kekerasan satu tindakan kekerasan
demi membela agama demi membela agama
saya. saya.

Berdasarkan paparan diatas, Hasil analisis Rotasi EFA dimensi beliefs dengan item
S18,S19,S20,S21R,S22R sesuai dengan apa yang diteorikan yaitu mengukur dimensi belief.
Sedangkan, terdapat perbedaan antara apa yang diteorikan dan hasil analisis EFA. Berdasarkan
apa yang diteorikan, dimensi emotions dijelaskan oleh item S23R,S24R,S25,S26 dan dimensi
past behavior dijelaskan oleh item S27,S28R,S29,S30R. Berdasarkan hasil analisis EFA,
S25,S26,S27,S29 mengukur dimensi emotions dan S23,S24R,S28R,S30R mengukur dimensi
past behaviors.

2) Hasil Uji Validitas Skala Sikap Moderasi Beragama menggunakan Confirmatory Factor
Analysis
Analisis CFA second order dilakukan untuk mengkonfirmasi item-item mengukur dimensi
skala sikap moderasi beragama setelah dilakukannya EFA. Skala sikap moderasi beragama
terdiri atas tiga belas item. Validitas unidimensional alat ukur diuji menggunakan CFA untuk
meyakinkan apakah benar item-item tersebut mengukur variabel tersebut. Analisis CFA second
order dilakukan untuk melihat item-item dan dimensi yang diukur dalam variabel sikap. Hasil
CFA dengan model second order, didapatkan tidak fit, dengan Chi-Square = 952.46, df = 65 , P-
Value = 0.000 dan RMSEA = 0.212. Penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model, di
mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 43.91, df = 31, P-Value = 0.06, dan RMSEA = 0.037.
Langkah selanjutnya adalah melaporkan hasil uji validitas setiap item moderasi beragama.
Adapun hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Hasil Uji Validitas Item Sikap Moderasi Beragama
Dimensi Item Koefisien Std.Error Nilai-t Keterangan
Beliefs S18 0.97 -0.03 32.33 Valid
S19 1 --- --- Valid
S20 0.89 -0.04 25.31 Valid
S21 0.62 -0.06 11 Valid
S22 0.64 -0.05 11.87 Valid
Emotions S25 0.97 -0.14 6.94 Valid
S26 1 --- --- Valid
S27 0.76 -0.08 9.18 Valid
S29 1.13 -0.16 6.88 Valid
Past S23R 1 --- --- Valid
Behavior S24R 0.91 0.14 6.66 Valid
S28R 0.49 0.12 4.1 Valid
S30R 0.7 0.12 5.73 Valid
Ket: Valid=Nilai-t>1.96, Koefisien = 1 artinya anchor item
Berdasarkan table di atas, terlihat bahwa seluruh item dinyatakan valid untuk mengukur
sikap moderasi beragama. Dengan demikian, seluruh item tersebut dapat digunakan ketika
mengukur variabel sikap moderasi beragama.
Daftar Pustaka
Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behaviour : Second Edition (2nd ed.). Open
Univerisity Press.
Cattell, R. B. (1966). The scree test for the number of factors. Multivariate Behavioral Research,
1(2), 245–276. https://doi.org/10.1207/s15327906mbr0102_10
Chaiken, S., & Yates, S. (1985). Affective-Cognitive Consistency and Thought-Induced Attitude
Polarization. Journal of Personality and Social Psychology, 49(6), 1470–1481.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.49.6.1470
Haddock, G., & Maio, G. R. (2008). Attitudes: Content, structure and functions. Introduction to
social psychology: A European perspective (pp. 112–133).
Kaiser, H. F. (1960). The Application of Electronic Computers to Factor Analysis. Educational
and Psychological Measurement, 20(1), 141–151.
https://doi.org/10.1177/001316446002000116
Kamali, M. H. (2015). The Middle Path Of Moderation In Islam: The Qurʼānic Principle Of
Wasaṭiyyah. Oxford University Press.
Kementerian Agama (Ed.). (2019). Moderasi Beragama (Cetakan Pertama). Badan Litbang Dan
Diklat, Kementerian Agama Ri.
Ramadhan, J., & Syauqillah, M. (2018). An Order To Build The Resilience In The Muslim
World Againsts Islamophobia: The Advantage Of Bogor Message In Diplomacy World &
Islamic Studies. 5(2), 22.
Sivacek, J., & Crano, W. D. (1982). Vested interest as a moderator of attitude-behavior
consistency. Journal of Personality and Social Psychology, 43(2), 210–221.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.43.2.210
LAMPIRAN A : ITEM AWAL

Sikap Moderasi Beragama


Nama :
Jenis Kelamin: P / L
Domisili :
Usia :
Pendidikan Terakhir:

Petunjuk Pengisian

Saudara/i diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang
paling sesuai dengan diri saudara/i pada kolom jawaban yang sudah disediakan. Tidak ada
jawaban benar dan salah dalam kuesioner ini. Adapun pilihan jawaban sebagai berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

No. Item STS TS KS S SS

Saya meyakini moderasi beragama sangat diperlukan untuk


1 menjaga keharmonisan kehidupan berbangsa

Bagi saya, moderasi beragama sangat diperlukan bagi


2 masyarakat Indonesia yang multikultural

Saya meyakini moderasi beragama sangat diperlukan agar tidak


3 terjadi isu sara di kalangan masyarakat

Moderasi beragama tidak diperlukan, karena agama sudah


4 memiliki jalan kebenarannya masing-masing

Moderasi beragama tidak diperlukan, karena mencerminkan


5 ketidaktegasan dalam beragama

6
Saya merasa tidak nyaman saat berbeda pendapat dengan orang
lain terkait perbedaan ajaran/mazhab/tradisi

Saya tidak merasa bersalah jika harus mengeluarkan kata-kata


yang dapat menyinggung orang lain, demi membela keyakinan
7 saya.

Saya merasa senang memuliakan orang lain dari berbagai latar


8 belakang apapun

Saya senang mengakomodir orang lain untuk bermusyawarah


9 mencari jalan tengah saat terjadi perbedaan pendapat.

Saya dapat menengahi teman yang sedang berbeda pendapat


10 tentang ajaran/mazhab/tradisi

Saat ada teman yang membaca ayat alquran dengan dialek


daerah asalnya, saya menyalahkannya dan memintanya untuk
11 membaca ayat alquran dengan benar.

Saya berupaya untuk menghindari sikap berlebihan dalam


12 memaksakan keyakinan saya pada orang lain.

Saya mau melakukan satu tindakan kekerasan demi membela


13 agama saya.
LAMPIRAN B : ITEM SETELAH UJI VALIDASI

Sikap Moderasi Beragama


Nama :
Jenis Kelamin: P / L
Domisili :
Usia :
Pendidikan Terakhir:

Petunjuk Pengisian

Saudara/i diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang
paling sesuai dengan diri saudara/i pada kolom jawaban yang sudah disediakan. Tidak ada
jawaban benar dan salah dalam kuesioner ini. Adapun pilihan jawaban sebagai berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

No. Item STS TS KS S SS

Saya meyakini moderasi beragama sangat diperlukan untuk


1 menjaga keharmonisan kehidupan berbangsa

Bagi saya, moderasi beragama sangat diperlukan bagi


2 masyarakat Indonesia yang multikultural

Saya meyakini moderasi beragama sangat diperlukan agar tidak


3 terjadi isu sara di kalangan masyarakat

Moderasi beragama tidak diperlukan, karena agama sudah


4 memiliki jalan kebenarannya masing-masing

Moderasi beragama tidak diperlukan, karena mencerminkan


5 ketidaktegasan dalam beragama

6 Saya merasa senang memuliakan orang lain dari berbagai latar


belakang apapun

Saya senang mengakomodir orang lain untuk bermusyawarah


7 mencari jalan tengah saat terjadi perbedaan pendapat.

Saya dapat menengahi teman yang sedang berbeda pendapat


8 tentang ajaran/mazhab/tradisi

Saya berupaya untuk menghindari sikap berlebihan dalam


9 memaksakan keyakinan saya pada orang lain.

Saya merasa tidak nyaman saat berbeda pendapat dengan orang


10 lain terkait perbedaan ajaran/mazhab/tradisi

Saya tidak merasa bersalah jika harus mengeluarkan kata-kata


yang dapat menyinggung orang lain, demi membela keyakinan
11 saya.

Saat ada teman yang membaca ayat alquran dengan dialek


daerah asalnya, saya menyalahkannya dan memintanya untuk
12 membaca ayat alquran dengan benar.

Saya mau melakukan satu tindakan kekerasan demi membela


13 agama saya.

Anda mungkin juga menyukai