Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

Hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

"‫"اﻟوزن وزن أھل ﻣﻛﺔ و اﻟﻣﻛﯾﺎل ﻣﻛﯾﺎل أھل اﻟﻣدﯾﻧﺔ‬

“timbangan berat mengikuti timbangan penduduk mekah dan kail (ukuran volume)
mengikuti penduduk madinah”

Diriwayatkan oleh an-nasai dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma dari Nabi shallallahu alaihi
wa sallam :

" ‫“اﻟﻣﻛﯾﺎل ﻣﻛﯾﺎل أھل اﻟﻣدﯾﻧﺔ و اﻟوزن وزن أھل ﻣﻛﺔ‬

“kail mengikuti kail ahli madinah, dan timbangan berat mengikuti timbangan penduduk
mekah”

Dan diriwayatkan oleh abu daud dari ibnu umar bahwa ia berkata : bersabda Nabi shallallahu
alaihi wa sallam :

"‫"اﻟوزن وزن أھل ﻣﻛﺔ و اﻟﻣﻛﯾﺎل ﻣﻛﯾﺎل أھل اﻟﻣدﯾﻧﺔ‬

“timbangan berat mengikuti timbangan penduduk mekah dan kail (ukuran volume) mengikuti
penduduk madinah”

Dan diriwayatkan dengan beberapa riwayat yang maknanya serupa :

Berkata al-Khatabi : ”Hadist ini datang untuk menjelaskan jenis-jenis yang berkaitan
dengannya hukum-hukum syariat yang berhubungan dengan hak Allah tanpa berkaitan
dengan hak manusia dalam jual beli mereka dan penghidupan mereka”

Dan perkataannya shallallahu alaihi wa sallam : ”dan timbangan berat mengikuti timbangan
penduduk makah”. Maka yang dimaksud adalah timbangan emas dan perak dan tidak
mencakup jenis yang lain, dan maknanya adalah : timbangan yang berhubungan dengan harta
zakat uang adalah timbangan penduduk mekah.

Dan perkataannya : ”dan kail (timbangan volume) mengikuti penduduk madinah” yang
dimaksud adalah sha’ yang menjadi standar kafarat, zakat fitrah maka harus mengikuti
standar penduduk madinah.

Dan berkata ath-Thahawi :


Alasannya adalah karena mekah adalah kota dagang yang diperdagangkan didalamnya
berbagai jenis barang dan mata uang dan makah adalah tanah yang tidak memiliki tumbuhan
dan pertanian sebagaimana perkataan Ibrahim alaihi salam :

"‫"رﺑﻧﺎ إﻧﻲ أﺳﻛﻧت ﻣن ذرﯾﺗﻲ ﺑواد ﻏﯾر ذي زرع‬

“wahai rabbku, sesungguhnya aku menitipkan keturunanku di lembah yang tidak ada
tanaman” (ibrahim : 38)

Dan sebaliknya untuk kota madinah yang memiliki kurma dan pertanian maka mayoritas
perdagangannya menggunakan timbangan dan kail maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menggunakan ukuran sesuai dengan ukuran 2 kota ini agar diikuti kota-kota lain sesuai
kebutuhannya

Dan ath-Thahawi juga berkata : dan sunnah telah melarang menjual secara salam barang
mauzun (barang yang ditimbang) dengan mauzun, begitu juga jual beli salam makiil (barang
yang diukur dengan volume) dengan makiil, namun diperbolehkan jual beli makil dengan
mauzun atau mauzun dengan makil, dan sunnah melarang jual beli mauzun dengan mauzun
kecuali jika setara takarannya begitu juga dengan jual beli makil dengan makil.

Maka pengelompokan barang yang termasuk kedalam kelompok mauzun secara syariat
adalah barang yang termasuk kedalam kelompok mauzun menurut penduduk mekah pada
zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, begitu juga dengan barang yang termasuk ke dalam
makil maka secara syariat adalah barang yang termasuk kedalam makil menurut penduduk
madinah dizaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan hal itu tidak berubah meskipun adat
dan kebiasaan berubah.
BAB 2

NAMA-NAMA TIMBANGAN YANG DIGUNAKAN DIZAMAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA


SALLAM

A. Dirham (2,975 gram)

B. Dinar

C. Mitsqal

D. Daniq

E. Qirathf uqyah

G. Nasy

H. Nawat

I. Rathl

J. Qinthar (berbeda pendapat ulama dalam penentuannya, yang rajih adalah tidak ada
batasnya, hanya menggambarkan harta yang banyak)

Penjelasan detail setiap ukuran :

Dirham :

Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama apakah dirham diketahui kadarnya atau tidak

Maka pendapat pertama adalah : dirham tidak diketahui kadarnya di zaman Nabi shallallahu
alaihi wa sallam sampai Abdul Malik bin Marwan mencetaknya.

Berkata Abu Umar Yusuf bin Abdullah an-Namri dalam kitab “al-istidzkar”:

Berkata Abu Ubaid : dirham tidak diketahui kadarnya sampai zaman Abdul Malik Bin Marwan
kemudian ia mengumpulkannya dan menjadikan 10 dirham setara dengan 6 mitsqal

Dan Abu Ubaid berkata : dan pada saat itu dirham terbagi menjadi dirham dari 8 daiq yang
jelek, atau dirham dari 4 daiq yang bagus

Maka bersepakatlah ulama di zaman itu untuk menggabungkan 4 daniq bagus ke 8 yang jelek
maka menjadi 12 maka akhirnya 1 dirham setara dengan 6 daniq dan dinamai kail.

Dan berkata Abu Muhammad Abdul Haq Bin Uthiyah bahwa dirham di zaman Nabi terbagi
menjadi 2:

1. As-sauda’ al-wafiyah : 8 daniq

2. Ath-thabariyah al-itq : 4 daniq


Dan dahulu manusia berzakat menggunakan 2 standar yang besar dan kecil, maka ketika
Abdul Malik Bin Marwan ingin mencetak dirham maka ia takut apabila dirham dicetak dengan
ukuran kecil maka akan mengurangi zakat dan apabila dicetak dengan ukuran besar maka
akan memberatkan masyarakat maka akhirnya ia mengambil jalan dengan dengan mengambil
rata-rata keduanya yaitu 6 daniq dan akhirnya masyarakat berzakat dengan ukuran tersebut.

Pendapat kedua : dirham diketahui kadarnya dizaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Al-Azafi menyebutkan bahwa Abu Ja’far Ad-Dawudi ketika menyebutkan pendapat yang
mengatakan bahwa dirham tidak diketahui dizaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam
mengatakan ”ini adalah pendapat yang fasid, dan tidak mungkin masyarakat pada saat itu
tidak mengetahui salah satu pokok agama dan tidak mengetahui dalilnya”

Dan berkata Abu Umar Bin Abdil Bar : tidak boleh uqyah pada zaman Nabi tidak diketahui
berat dirhamnya lalu diwajibkan zakat dengan standar tersebut dan tidak diketahui beratnya

Dan pernyataan bahwa pada zaman Abdul Malik Bin Marwan diselesaikan perbedaan dalam
masalah dirham hanyalah permasalahan tidak dicetaknya dirham oleh kaum muslimin pada
saat itu,dirham yang dipakai pada saat itu adalah dirham romawi dan persia sehingga
berubah-ubahlah ukurannya, ada yang kecil, besar, berbeda-beda bentuk hingga akhirnya
para ulama memiliki pemikiran untuk melakukan standarisasi dan akhirnya mereka
mengumpulkan semua jenis dirham tersebut lalu mencetak semuanya dalam 1 cetakan.

Dan berkata Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar : aku tidak menyangka bahwa Abdul Malik dan
ulama pada zamannya menentang pokok agama, namun mereka hanya membenci cetakan
dirham yang ada di zaman mereka dari romawi dan mencetaknya dengan cetakan islam.

Dan berkata Abu Sulaiman Hamd Bin Muhammad Alkhathabi dalam kitab “Maalim Sunan”
setelah menyebut hadits yang ada di bab pertama.

”dan maknanya adalah : bahwa timbangan berat yang berkaitan dengan zakat mata uang
adalah timbangan penduduk mekah, dan itulah dirham islam yang sudah disesuaikan : 10
dirham setara 7 mitsqal”

Dan dirham standar yang dipakai sebagai dinar Islam diseluruh negari adalah 6 daniq dan itu
adalah standar ahli mekah”

Berat dirham dan standarisasinya (perbedaan pendapat antara para ulama yang
berpendapat dirham sudah diketahui di zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam)

Pendapat pertama : dirham sudah memiliki ukuran standar sejak zaman jahiliyah dan hanya
diganti bentuknya saja

Dan uqyah : beratnya 40 dirham, dan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:

"‫"ﻟﯾس ﻓﯾﻣﺎ دون ﺧﻣﺳﺔ أواق ﻣن اﻟورق ﺻدﻗﺔ‬


“perak yang tidak mencapai 5 uqyah tidak terkena zakat”

Dan itu adalah 200 dirham

Pendapat kedua : dirham sudah memiliki kadar yang jelas namun tidak memiliki ukuran
standar pada zaman jahiliyah.

Dalilnya : hadits yang diriwayatkan imam bukhari dan muslim dari Jabir Radhiyallahu Anhu :

(‫)ﻓرزن ﻟﻲ ﺛﻣن اﻟﺑﻌﯾر ﻓﺄرﺟﺢ ﻟﻲ‬:‫"اﺷﺗرى ﻣﻧﻲ اﻟﻧﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ و ﺳﻠم ﺑﻌﯾرا ﺑﺄوﻗﯾﺗﯾن و درھم أو درھﻣﯾن"و ﻓﯾﮫ‬

“Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam membeli dariku unta seharga 2 uqyah ditambah 1 dirham
atau 2 dirham”dan didalamnya:”maka ia menimbang untukku harga unta tersebut
merajihkannya untukku”

Penggabungan antara 2 pendapat dalam masalah tidak diketahuinya dirham:

Pendapat yang mengatakan bahwa : dirham sudah diketahui di zaman Nabi Shallallahu Alaihi
Wa Sallam maka yang diketahui adalah kadarnya dan bukan bentuknya

Pendapat yang mengatakan bahwa dirham tidak diketahui dizaman Nabi Shallallahu Alaihi
Wa Sallam dan baru diketahui di zaman Abdul Malik Bin Marwan maksudnya adalah bahwa
dirham sudah diketahui kadarnya namun tidak diketahui bentuknya secara spesifik.

Tambahan (bukan berasal dari kitab):

Secara ringkas, perbedaan pendapat dalam masalah tidak diketahuinya kadar dirham adalah
sebagai berikut :

A. pendapat yang mengatakan dirham tidak diketahui kadarnya secara spesifik dizaman nabi
shallallahu alaihi wa sallam

B. pendapat yang mengatakan dirham sudah diketahui pendapatnya dizaman nabi


shallallahu alaihi wa sallam,dan pendapat ini terbagi menjadi dalam masalah diketahui
tidaknya cetakan dirham dizaman nabi shallallahu alaihi wa sallam:

1. dirham sudah memiliki bentuk standar dizaman jahiliyah

2. dirham hanya diketahui kadarnya saja dizaman jahiliyah

Kadar dirham :

Kadar dirham secara syariat diperselisihkan oleh para ulama menjadi 2 pendapat:

A. pendapat pertama : dirham seberat 6 daniq, yaitu seberat 50, 4 biji syair (barley/jelai) yang
berukuran sedang, kasar, belum dihilangkan kulit luarnya setelah dipotong dari tangkainya
dan dihilangkan bagian yang bukan bijinya.
B. pendapat kedua :

Dinar : 83,2 biji gandum secara umum(barley/jelai)

Dirham : 57,61 biji gandum secara umum(barley/jelai)

Dan tidak ada perbedaan secara hakikat dalam masalah ini menurut Ustadz Abul Abbas
Utsman Bin Albina karena meskipun kedua angkanya berbeda namun satuannya pun berbeda
dalam perbedaan kriteria jenis biji gandum yang dipakai.

Mitsqal Dan Dinar :

Berkata Al-Khathabi bahwa dinar dibawa kepada arab di zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa
Sallam dari Romawi.

Dan berkata Ibnu Abdil Bar dalam At-Tamhid dalam hadits dengan sanad yang tidak shahih
bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:

(‫)اﻟدﯾﻧﺎر أرﺑﻌﺔ و ﻋﺷرون ﻗﯾراط‬

“dinar itu 24 qirath”

Dan berkata Ibnu Abdil Bar : hadits ini meskipun tidak shahih sanadnya tapi dengan perkataan
para ulama tentangnya dan kesepakatan manusia atas maknanya,bisa dipakai

Dan abu walid bin rusyd menuliskan dalam Kitab Al-Kabir tambahan atas hadits tersebut :

(‫)و اﻟﻘﯾراط ﺛﻼث ﺣﺑﺎت اﻟﺷﻌﯾر‬

“Dan Qirath Itu 3 Biji Syair”

Dan berkata juga abu walid bin rusyd:dinar itu 72 biji syair dan tidak ada perbedaan pendapat
didalamnya seperti perbedaan pendapat dalam dirham

Dan mitsqal : Nama untuk semua yang memiliki berat besar maupun kecil, dan biasanya
digunakan untuk yang kecil, dan menjadi kebiasaan orang untuk menyebut dinar dengan
mitsqal (wallahu a’lam)

Daniq : tidak ada perbedaan pendapat bahwa daniq adalah seperenam dirham, maka
mengikut perhitungan bahwa dirham adalah 50,4 biji syair dengan kriteria sebagaimana
dalam pendapat pertama dalam dirham, maka daniq adalah 8,4 biji syair sesuai kriteria
pendapat pertama

Qirath : seperduapuluhempat dinar, yaitu 3 biji syair

Dan berkata ibnu abdil bar dalam at-tamhid dalam hadits dengan sanad yang tidak shahih
bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:

(‫)اﻟدﯾﻧﺎر أرﺑﻌﺔ و ﻋﺷرون ﻗﯾراط‬


“dinar itu 24 qirath”

Uqyah : 40 dirham perak

Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"‫"ﻟﯾس ﻓﯾﻣﺎ دون ﺧﻣﺳﺔ أواق ﻣن اﻟورق ﺻدﻗﺔ‬

“perak yang tidak mencapai 5 uqyah tidak terkena zakat”

Dan itu adalah 200 dirham

Nasy : Setengah Uqyah

Sebagaimana disebutkan oleh hadits Riwayat Imam Muslim dari Abi Salamah Bin
Abdurrahman : Aku bertanya oleh Aisyah Radhiyallahu Anha ketika ditanya tentang mahar
Nabi untuk istri-istrinya maka beliau berkata : 12 uqyah dan nasy.

Kemudian Aisyah Radhiyallahu Anha bertanya : apakah engkau tau berapakah nasy itu?
Kemudian aku bertanya : Tidak, kemudian Aisyah Radhiyallahu Anha berkata : setengah uqyah

Nawath : berkata abu ubaid : 5 dirham

Berkata Almubarid : emas seberat 1 nawath nilainya 5 dirham, maka ini salah, orang arab
menggunakan nawath untuk 5 dirham, sebagaimana pula ia menggunakan nasy untuk 20
dirham, begitu juga uqyah untuk 40 dirham

Mud, Rathl, Dan Sha’ :

Disebutkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya dari Anas Radhiyallahu
Anhu Dia berkata : dahulu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berwudhu dengan satu
mud dan mandi dengan satu sha sampai 5 mud.

Ada perbedaan pendapat dalam masalah mud dan sha’:

Pendapat pertama:

Berkata ibrahim dan orang yang sepakat dengannya dari ahli iraq : sha’ Nabi seberat 8 rathl
dan mudnya adalah 2 rathl (sha’ air)

Dan juga dikatakan : sha’ berada diantara 7 rathl sampai 8 rathl

Dan dalilnya adalah :

Dahulu Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mandi dengan 1 sha,

Dan diriwayatkan oleh albaihaqi bahwa nabi shallallahu alaihi wa sallam:

(‫)ﻛﺎن ﯾﻐﺗﺳل ﺑﺛﻣﺎﻧﯾﺔ رطل‬


“Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam dahulu mandi dengan 8 rathl”

Maka sha = 8 rathl

Pendapat kedua:

Berkata Ishaq Bin Rahawaih ,sha : 5 1/3 rathl (sha makanan pokok) di zaman kami, dan mud
seperempatnya, dan ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu Ubaid

Dalilnya adalah : tidak ada perbedaan bahwa penduduk hijaz ketika berdagang dan penetapan
hukum dalam zakat fitrah, fidyah, kafarat bahwa kadar mud adalah : 1 1/3 rathl dan sha’
adalah : 5 1/3 rathl

Dan sha’ adalah : 1/3 faraq maka faraq adalah : 16 rathl

Dan qisth : setengah sha’

Berkata Khalil Bin Ahmad : faraq adalah alat mengukur volume (mikyal)

Berkata Ibnu Wahab : faraq adalah mikyal dari kayu

Berkata Ibnu Syihab : faraq adalah 5 qisth dengan qisth bani umayyah

Berkata Muhammad Bin Isa Al-A’sya : faraq :3 sha

Dan dikatakan pula : faraq itu 6 qisth

Dan berkata Imam Ahmad Bin Hanbal : faraq adalah 16 rathl

Ukuran sha’ Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam:

Berkata syaikh Abi Ishaq Asy-Syirazi dalam nuktah : meriwayatkan Umar Bin Habib Al-Qadhi
maka ia berkata : aku haji bersama Abu Ja’far Al-Manshur, maka ketika sampai madinah ia
berkata : datangkan kepadaku sha’ Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam maka didatangkan
kepadanya, maka ia mengukurnya dan mendapati ukurannya adalah 5 rathl dan sepertiga
untuk penduduk iraq.

Berkata Abu Ubaid : dan ukuran inilah yang diamalkan dengannya, dan diperselisihkan ukuran
rathl maka ada yang mengatakan : rathl adalah 128 dirham

Dan ada yang mengatakan : rathl sebesar 130 dirham secara kail (volume)

Dan mud adalah : 260 dirham secara volume (2 kali rathl)

Ukuran mud Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam:


Diceritakan dari Abu Ja’far Ad-Dawudi : bahwa ia ditanya tentang berat mud Nabi Shallallahu
Alaihi Wa Sallam :

Maka ia berkata : 17 uqyah dan sepertiga dirham

Jika dibagi dengan ukuran mud dengan satuan rathl ya itu 1 1/3 rathl

Maka rathl : adalah 12 4/5 uqyah

Dan itu adalah 128 dirham secara volume

Dan dikatakan bahwa itu adalah : 11 5/9 uqyah, dan uqyah adalah berat 10 dirham secara
volume, dan itu adalah 100+0,5+5/7 dirham

Qinthar :

Berkata alharawi : qinthar menurut istilah orang arab adalah harta yang banyak

Berkata alqadhi iyadh : qinthar aslinya dalam bahasa arab adalah harta yang banyak

Dan dikatakan juga : qinthar itu 40 uqyah emas

Dan dikatakan juga : 1200 dinar

Tambahan : perhitungan setiap jenis timbangan berat:

Dirham : 2,975 gram (50,4 biji syair dengan kriteria tertentu)(berat 2,975 gram adalah
pendapat jumhur,adapun hanafiyah maka 3,125 gram)

Dinar : 4,25 gram (72 biji syair dengan kriteria tertentu)

Mitsqal : 4,25 gram (10 dirham=7 mitsqal)

Qirath : 1/24 dinar (0,1771 gram)(pendapat jumhur)(jika mengikuti pendapat hanaifiah maka
qirath adalah 1/20 dinar setara 0,2125 gram)

Daniq : seperenam dirham

Uqyah : 40 dirham perak (119 gram) (pendapat jumhur, adapun pendapat hanaifiyah maka
tinggal disesuaikan dengan dirham menurut hanafiyah) secara mata uang yang digunakan
untuk zakat dan lainnya/adapun secara berat maka uqyah adalah 10 dirham dalam satuan
berat.

Nasy : setengah uqyah dalam ukuran mata uang

Nawat : 5 dirham secara mata uang(ada perbedaan pendapat dalam nawat)

Mud : 1 1/3 rathl

Rathl : 128 dirham


Almann : 2 rathl

Sha : 4 mud

Faraq : 16 rathl

Qinthar : harta yang banyak


BAB 3

SATUAN KAIL (VOLUME) YANG DIPAKAI SECARA SYARIAT

A. Mud

B. Sha’

C. Faraq

D. Araq

E. Wasaq

A. Mud :

Berkata Al-Khathabi : mud itu dihitung ketika seorang laki-laki membuka tangannya lalu
diletakkan makanan diatas kedua tangannya

Berkata Ibnu Qutaibah : adapun penduduk hijaz maka tidak ada perbedaan pendapat diantara
mereka sepengetahuanku bahwa mud : 1 1/3 rathl

Berkata Abu Ja’far Ahmad Bin Nashr Ad-Dawudi : sepakat penduduk haramain (makkah dan
madinah) bahwa mud : 1 1/3 rathl

Berkata Al-Azafi : kami mencoba mengukur mud ini dengan tangan yang berbeda-beda

Maka jika tangannya besar maka ia berlebih

Jika tangannya kecil maka ia kurang

Maka kami temukan tangan berukuran sedanglah yang pas

Berkata Abu Hanifah dan An-Nakhai:mud adalah 2 rathl

B. Sha :

1. Pendapat pertama : berkata abu ubaid : adapun penduduk hijaz maka tidak ada perbedaan
pendapat bahwa sha adalah 5 1/3 rathl

Berkata Asy-Syafii rahimahullah : sha Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah 4 mudnya
shallallahu alaihi wa sallam yaitu 1 1/3 rathl,maka sha adalah:5 1/3 rathl

2. Pendapat : penduduk iraq berpendapat bahwa mud Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam 2
rathl dan sha’nya adalah 8 rathl

Ketika Ar-Rasyid Haji, Abu Yusuf Ya’qub Bin Ibrahim berdiskusi dengan Imam Malik
rahimahullah dalam masalah sha’ dan mud, maka Imam Malik memanggil keturunan
muhajirin dan anshar dari penduduk madinah dan mereka datang dengan mikyal-mikyal
mereka yang diwarisi dari kakek-kakek mereka para sahabat Nabi Shallallahu Wa Alaihi Wa
Sallam yang biasa digunakan di zaman Nabi Shallallahu Wa Alaihi Wa Sallam, maka semuanya
berukuran sama dan mereka semua mengatakan : ini kami ambil dari kakek, paman, atau
bapaknya sampai mencapai derajat kesepakatan yang menghilangkan keraguan dan
mewajibkan yakin lalu malik mengeluarkan sha’ dan ia mengatakan : ini sha’ Nabi Shallallahu
Alaihi Wa Sallam. maka abu yusuf mengukurnya dan mendapati bahwa semuanya berukuran
1 1/3 rathl, maka ia mengubah pendapat penduduk kufah tentang sha’ dan mud dan
memegang pendapat penduduk madinah.

C. Faraq : 3 sha, 16 rathl

D. Araq : 15-20 sha

E. Wasaq : 60 sha Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam yaitu 320 rathl menurut penduduk hijaz

Berkata Ibnu Darid : wasaq beratnya 500 rathl

Wasaq juga bisa dibaca wasiq, dan wasiq adalah 80 mukuk

Mukuk adalah : 3 kil

Dan satu kil : 600 dirham

Qafiz : 8 mukuk, dan mukuk adalah ; 1 ½ sham (dan mukuk adalah ukuran orang iraq)

Irdib : 24 sha, ukuran orang mesir

Nashif : berkata Ibnu Darid : nashif adalah satu jenis ukuran yang diukur dengannya sesuatu

Qisth : setengah sha, wallahu a’lam.


BAB 4

PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG ORANG YANG PERTAMA KALI MENSTANDARISASI


DIRHAM

1. pendapat pertama : berkata Al-Qadhi Abu Al-Hasan Ali Bin Muhammad Al-Mawardi : bahwa
Umar Bin Khathab Radhiyallahu Anhu ketika melihat perbedaan jenis-jenis dirham yang
dipakai :

a) Baghli : 8 daniq
b) Ath-thabari : 4 daniq
c) Maghribi : 3 daniq
d) Yamani : 1 daniq

Maka ia berkata : ”cari yang paling sering dipakai dari ukuran yang paling atas sampai paling
bawah, maka baghli dan ath-thabari yang sering dipakai lalu kemudian dikumpulkan yaitu 12
daniq dan diambil setengahnya yaitu 6 daniq

Berkata Abu Muhammad Hasan Bin Abu Al-Hasan Ali Bin Muhammad Bin Abdul Malik Bin Al-
Qathan dalam (Maqalatihi Fil Akyal Wa Al-Awzan): disini ada isyarat bahwa Umar Bin
Khathab-lah yang menstandarisasi dirham namun tidak mengganti tulisan luarnya

2. pendapat yang kedua : orang yang pertama kali menstandarisasinya adalah Mush’ab Bin
Az-Zubair dengan perintah saudaranya Abdullah Bin Zubair tahun 70 hijriah dan ia
mencetaknya dengan tulisan ‫ ﺑرﻛﺔ‬disatu sisi dan ‫ ﷲ‬disatu sisi lainnya

3. pendapat ketiga : orang yang pertama kali menstandarisasi dirham dan mencetaknya
adalah Abdul Malik Bin Marwan dan pada zaman itu dirham memiliki 2 jenis :

a) As-Sauda’ Al-Wafiyah : 8 daniq


b) Ath-Thabariyah Al-Itq : 4 daniq

Lalu bersepakat ulama zaman itu untuk mengambil rata-rata keduanya yaitu 6 daniq lalu
dicetak dirham setara 6 daniq
Bab 5

AS-SIKKAH

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam ahmad dalam musnadnya:

(‫)ﻧﮭﻰ ﻋن ﻛﺳر ﺳﻛﺔ اﻟﻣﺳﻠﻣﯾن إﻻ ﻣن ﺑﺄس‬

“Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam melarang merusak sikkah kaum muslimin kecuali jika ada
keperluan”

Sikkah yang dimaksudkan adalah dinar dan dirham yang sudah distandarisasi,dan dinamakan
sikkah karena dinar dan dirham tersebut ditempa (sikkah)

Selesai Alhamdulillah.

Mohon maaf atas segala kekurangan karena ini pertamakalinya kami


menterjemahkan kitab klasik

Ini hanya ringkasan dan sudah disesuaikan, untuk memperdalam ilmu sebaiknya
membaca kitab asli.

Kitab ini ditulis oleh Ahmad Bin Ali Al-Maqrizi pada bulan ramadhan tahun 841
hijriah.

Anda mungkin juga menyukai