“timbangan berat mengikuti timbangan penduduk mekah dan kail (ukuran volume)
mengikuti penduduk madinah”
Diriwayatkan oleh an-nasai dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma dari Nabi shallallahu alaihi
wa sallam :
“kail mengikuti kail ahli madinah, dan timbangan berat mengikuti timbangan penduduk
mekah”
Dan diriwayatkan oleh abu daud dari ibnu umar bahwa ia berkata : bersabda Nabi shallallahu
alaihi wa sallam :
“timbangan berat mengikuti timbangan penduduk mekah dan kail (ukuran volume) mengikuti
penduduk madinah”
Berkata al-Khatabi : ”Hadist ini datang untuk menjelaskan jenis-jenis yang berkaitan
dengannya hukum-hukum syariat yang berhubungan dengan hak Allah tanpa berkaitan
dengan hak manusia dalam jual beli mereka dan penghidupan mereka”
Dan perkataannya shallallahu alaihi wa sallam : ”dan timbangan berat mengikuti timbangan
penduduk makah”. Maka yang dimaksud adalah timbangan emas dan perak dan tidak
mencakup jenis yang lain, dan maknanya adalah : timbangan yang berhubungan dengan harta
zakat uang adalah timbangan penduduk mekah.
Dan perkataannya : ”dan kail (timbangan volume) mengikuti penduduk madinah” yang
dimaksud adalah sha’ yang menjadi standar kafarat, zakat fitrah maka harus mengikuti
standar penduduk madinah.
“wahai rabbku, sesungguhnya aku menitipkan keturunanku di lembah yang tidak ada
tanaman” (ibrahim : 38)
Dan sebaliknya untuk kota madinah yang memiliki kurma dan pertanian maka mayoritas
perdagangannya menggunakan timbangan dan kail maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menggunakan ukuran sesuai dengan ukuran 2 kota ini agar diikuti kota-kota lain sesuai
kebutuhannya
Dan ath-Thahawi juga berkata : dan sunnah telah melarang menjual secara salam barang
mauzun (barang yang ditimbang) dengan mauzun, begitu juga jual beli salam makiil (barang
yang diukur dengan volume) dengan makiil, namun diperbolehkan jual beli makil dengan
mauzun atau mauzun dengan makil, dan sunnah melarang jual beli mauzun dengan mauzun
kecuali jika setara takarannya begitu juga dengan jual beli makil dengan makil.
Maka pengelompokan barang yang termasuk kedalam kelompok mauzun secara syariat
adalah barang yang termasuk kedalam kelompok mauzun menurut penduduk mekah pada
zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, begitu juga dengan barang yang termasuk ke dalam
makil maka secara syariat adalah barang yang termasuk kedalam makil menurut penduduk
madinah dizaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan hal itu tidak berubah meskipun adat
dan kebiasaan berubah.
BAB 2
B. Dinar
C. Mitsqal
D. Daniq
E. Qirathf uqyah
G. Nasy
H. Nawat
I. Rathl
J. Qinthar (berbeda pendapat ulama dalam penentuannya, yang rajih adalah tidak ada
batasnya, hanya menggambarkan harta yang banyak)
Dirham :
Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama apakah dirham diketahui kadarnya atau tidak
Maka pendapat pertama adalah : dirham tidak diketahui kadarnya di zaman Nabi shallallahu
alaihi wa sallam sampai Abdul Malik bin Marwan mencetaknya.
Berkata Abu Umar Yusuf bin Abdullah an-Namri dalam kitab “al-istidzkar”:
Berkata Abu Ubaid : dirham tidak diketahui kadarnya sampai zaman Abdul Malik Bin Marwan
kemudian ia mengumpulkannya dan menjadikan 10 dirham setara dengan 6 mitsqal
Dan Abu Ubaid berkata : dan pada saat itu dirham terbagi menjadi dirham dari 8 daiq yang
jelek, atau dirham dari 4 daiq yang bagus
Maka bersepakatlah ulama di zaman itu untuk menggabungkan 4 daniq bagus ke 8 yang jelek
maka menjadi 12 maka akhirnya 1 dirham setara dengan 6 daniq dan dinamai kail.
Dan berkata Abu Muhammad Abdul Haq Bin Uthiyah bahwa dirham di zaman Nabi terbagi
menjadi 2:
Pendapat kedua : dirham diketahui kadarnya dizaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Al-Azafi menyebutkan bahwa Abu Ja’far Ad-Dawudi ketika menyebutkan pendapat yang
mengatakan bahwa dirham tidak diketahui dizaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam
mengatakan ”ini adalah pendapat yang fasid, dan tidak mungkin masyarakat pada saat itu
tidak mengetahui salah satu pokok agama dan tidak mengetahui dalilnya”
Dan berkata Abu Umar Bin Abdil Bar : tidak boleh uqyah pada zaman Nabi tidak diketahui
berat dirhamnya lalu diwajibkan zakat dengan standar tersebut dan tidak diketahui beratnya
Dan pernyataan bahwa pada zaman Abdul Malik Bin Marwan diselesaikan perbedaan dalam
masalah dirham hanyalah permasalahan tidak dicetaknya dirham oleh kaum muslimin pada
saat itu,dirham yang dipakai pada saat itu adalah dirham romawi dan persia sehingga
berubah-ubahlah ukurannya, ada yang kecil, besar, berbeda-beda bentuk hingga akhirnya
para ulama memiliki pemikiran untuk melakukan standarisasi dan akhirnya mereka
mengumpulkan semua jenis dirham tersebut lalu mencetak semuanya dalam 1 cetakan.
Dan berkata Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar : aku tidak menyangka bahwa Abdul Malik dan
ulama pada zamannya menentang pokok agama, namun mereka hanya membenci cetakan
dirham yang ada di zaman mereka dari romawi dan mencetaknya dengan cetakan islam.
Dan berkata Abu Sulaiman Hamd Bin Muhammad Alkhathabi dalam kitab “Maalim Sunan”
setelah menyebut hadits yang ada di bab pertama.
”dan maknanya adalah : bahwa timbangan berat yang berkaitan dengan zakat mata uang
adalah timbangan penduduk mekah, dan itulah dirham islam yang sudah disesuaikan : 10
dirham setara 7 mitsqal”
Dan dirham standar yang dipakai sebagai dinar Islam diseluruh negari adalah 6 daniq dan itu
adalah standar ahli mekah”
Berat dirham dan standarisasinya (perbedaan pendapat antara para ulama yang
berpendapat dirham sudah diketahui di zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam)
Pendapat pertama : dirham sudah memiliki ukuran standar sejak zaman jahiliyah dan hanya
diganti bentuknya saja
Dan uqyah : beratnya 40 dirham, dan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
Pendapat kedua : dirham sudah memiliki kadar yang jelas namun tidak memiliki ukuran
standar pada zaman jahiliyah.
Dalilnya : hadits yang diriwayatkan imam bukhari dan muslim dari Jabir Radhiyallahu Anhu :
()ﻓرزن ﻟﻲ ﺛﻣن اﻟﺑﻌﯾر ﻓﺄرﺟﺢ ﻟﻲ:"اﺷﺗرى ﻣﻧﻲ اﻟﻧﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ و ﺳﻠم ﺑﻌﯾرا ﺑﺄوﻗﯾﺗﯾن و درھم أو درھﻣﯾن"و ﻓﯾﮫ
“Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam membeli dariku unta seharga 2 uqyah ditambah 1 dirham
atau 2 dirham”dan didalamnya:”maka ia menimbang untukku harga unta tersebut
merajihkannya untukku”
Pendapat yang mengatakan bahwa : dirham sudah diketahui di zaman Nabi Shallallahu Alaihi
Wa Sallam maka yang diketahui adalah kadarnya dan bukan bentuknya
Pendapat yang mengatakan bahwa dirham tidak diketahui dizaman Nabi Shallallahu Alaihi
Wa Sallam dan baru diketahui di zaman Abdul Malik Bin Marwan maksudnya adalah bahwa
dirham sudah diketahui kadarnya namun tidak diketahui bentuknya secara spesifik.
Secara ringkas, perbedaan pendapat dalam masalah tidak diketahuinya kadar dirham adalah
sebagai berikut :
A. pendapat yang mengatakan dirham tidak diketahui kadarnya secara spesifik dizaman nabi
shallallahu alaihi wa sallam
Kadar dirham :
Kadar dirham secara syariat diperselisihkan oleh para ulama menjadi 2 pendapat:
A. pendapat pertama : dirham seberat 6 daniq, yaitu seberat 50, 4 biji syair (barley/jelai) yang
berukuran sedang, kasar, belum dihilangkan kulit luarnya setelah dipotong dari tangkainya
dan dihilangkan bagian yang bukan bijinya.
B. pendapat kedua :
Dan tidak ada perbedaan secara hakikat dalam masalah ini menurut Ustadz Abul Abbas
Utsman Bin Albina karena meskipun kedua angkanya berbeda namun satuannya pun berbeda
dalam perbedaan kriteria jenis biji gandum yang dipakai.
Berkata Al-Khathabi bahwa dinar dibawa kepada arab di zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wa
Sallam dari Romawi.
Dan berkata Ibnu Abdil Bar dalam At-Tamhid dalam hadits dengan sanad yang tidak shahih
bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
Dan berkata Ibnu Abdil Bar : hadits ini meskipun tidak shahih sanadnya tapi dengan perkataan
para ulama tentangnya dan kesepakatan manusia atas maknanya,bisa dipakai
Dan abu walid bin rusyd menuliskan dalam Kitab Al-Kabir tambahan atas hadits tersebut :
Dan berkata juga abu walid bin rusyd:dinar itu 72 biji syair dan tidak ada perbedaan pendapat
didalamnya seperti perbedaan pendapat dalam dirham
Dan mitsqal : Nama untuk semua yang memiliki berat besar maupun kecil, dan biasanya
digunakan untuk yang kecil, dan menjadi kebiasaan orang untuk menyebut dinar dengan
mitsqal (wallahu a’lam)
Daniq : tidak ada perbedaan pendapat bahwa daniq adalah seperenam dirham, maka
mengikut perhitungan bahwa dirham adalah 50,4 biji syair dengan kriteria sebagaimana
dalam pendapat pertama dalam dirham, maka daniq adalah 8,4 biji syair sesuai kriteria
pendapat pertama
Dan berkata ibnu abdil bar dalam at-tamhid dalam hadits dengan sanad yang tidak shahih
bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
Sebagaimana disebutkan oleh hadits Riwayat Imam Muslim dari Abi Salamah Bin
Abdurrahman : Aku bertanya oleh Aisyah Radhiyallahu Anha ketika ditanya tentang mahar
Nabi untuk istri-istrinya maka beliau berkata : 12 uqyah dan nasy.
Kemudian Aisyah Radhiyallahu Anha bertanya : apakah engkau tau berapakah nasy itu?
Kemudian aku bertanya : Tidak, kemudian Aisyah Radhiyallahu Anha berkata : setengah uqyah
Berkata Almubarid : emas seberat 1 nawath nilainya 5 dirham, maka ini salah, orang arab
menggunakan nawath untuk 5 dirham, sebagaimana pula ia menggunakan nasy untuk 20
dirham, begitu juga uqyah untuk 40 dirham
Disebutkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya dari Anas Radhiyallahu
Anhu Dia berkata : dahulu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berwudhu dengan satu
mud dan mandi dengan satu sha sampai 5 mud.
Pendapat pertama:
Berkata ibrahim dan orang yang sepakat dengannya dari ahli iraq : sha’ Nabi seberat 8 rathl
dan mudnya adalah 2 rathl (sha’ air)
Pendapat kedua:
Berkata Ishaq Bin Rahawaih ,sha : 5 1/3 rathl (sha makanan pokok) di zaman kami, dan mud
seperempatnya, dan ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu Ubaid
Dalilnya adalah : tidak ada perbedaan bahwa penduduk hijaz ketika berdagang dan penetapan
hukum dalam zakat fitrah, fidyah, kafarat bahwa kadar mud adalah : 1 1/3 rathl dan sha’
adalah : 5 1/3 rathl
Berkata Khalil Bin Ahmad : faraq adalah alat mengukur volume (mikyal)
Berkata Ibnu Syihab : faraq adalah 5 qisth dengan qisth bani umayyah
Berkata syaikh Abi Ishaq Asy-Syirazi dalam nuktah : meriwayatkan Umar Bin Habib Al-Qadhi
maka ia berkata : aku haji bersama Abu Ja’far Al-Manshur, maka ketika sampai madinah ia
berkata : datangkan kepadaku sha’ Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam maka didatangkan
kepadanya, maka ia mengukurnya dan mendapati ukurannya adalah 5 rathl dan sepertiga
untuk penduduk iraq.
Berkata Abu Ubaid : dan ukuran inilah yang diamalkan dengannya, dan diperselisihkan ukuran
rathl maka ada yang mengatakan : rathl adalah 128 dirham
Dan ada yang mengatakan : rathl sebesar 130 dirham secara kail (volume)
Jika dibagi dengan ukuran mud dengan satuan rathl ya itu 1 1/3 rathl
Dan dikatakan bahwa itu adalah : 11 5/9 uqyah, dan uqyah adalah berat 10 dirham secara
volume, dan itu adalah 100+0,5+5/7 dirham
Qinthar :
Berkata alharawi : qinthar menurut istilah orang arab adalah harta yang banyak
Berkata alqadhi iyadh : qinthar aslinya dalam bahasa arab adalah harta yang banyak
Dirham : 2,975 gram (50,4 biji syair dengan kriteria tertentu)(berat 2,975 gram adalah
pendapat jumhur,adapun hanafiyah maka 3,125 gram)
Qirath : 1/24 dinar (0,1771 gram)(pendapat jumhur)(jika mengikuti pendapat hanaifiah maka
qirath adalah 1/20 dinar setara 0,2125 gram)
Uqyah : 40 dirham perak (119 gram) (pendapat jumhur, adapun pendapat hanaifiyah maka
tinggal disesuaikan dengan dirham menurut hanafiyah) secara mata uang yang digunakan
untuk zakat dan lainnya/adapun secara berat maka uqyah adalah 10 dirham dalam satuan
berat.
Sha : 4 mud
Faraq : 16 rathl
A. Mud
B. Sha’
C. Faraq
D. Araq
E. Wasaq
A. Mud :
Berkata Al-Khathabi : mud itu dihitung ketika seorang laki-laki membuka tangannya lalu
diletakkan makanan diatas kedua tangannya
Berkata Ibnu Qutaibah : adapun penduduk hijaz maka tidak ada perbedaan pendapat diantara
mereka sepengetahuanku bahwa mud : 1 1/3 rathl
Berkata Abu Ja’far Ahmad Bin Nashr Ad-Dawudi : sepakat penduduk haramain (makkah dan
madinah) bahwa mud : 1 1/3 rathl
Berkata Al-Azafi : kami mencoba mengukur mud ini dengan tangan yang berbeda-beda
B. Sha :
1. Pendapat pertama : berkata abu ubaid : adapun penduduk hijaz maka tidak ada perbedaan
pendapat bahwa sha adalah 5 1/3 rathl
Berkata Asy-Syafii rahimahullah : sha Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah 4 mudnya
shallallahu alaihi wa sallam yaitu 1 1/3 rathl,maka sha adalah:5 1/3 rathl
2. Pendapat : penduduk iraq berpendapat bahwa mud Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam 2
rathl dan sha’nya adalah 8 rathl
Ketika Ar-Rasyid Haji, Abu Yusuf Ya’qub Bin Ibrahim berdiskusi dengan Imam Malik
rahimahullah dalam masalah sha’ dan mud, maka Imam Malik memanggil keturunan
muhajirin dan anshar dari penduduk madinah dan mereka datang dengan mikyal-mikyal
mereka yang diwarisi dari kakek-kakek mereka para sahabat Nabi Shallallahu Wa Alaihi Wa
Sallam yang biasa digunakan di zaman Nabi Shallallahu Wa Alaihi Wa Sallam, maka semuanya
berukuran sama dan mereka semua mengatakan : ini kami ambil dari kakek, paman, atau
bapaknya sampai mencapai derajat kesepakatan yang menghilangkan keraguan dan
mewajibkan yakin lalu malik mengeluarkan sha’ dan ia mengatakan : ini sha’ Nabi Shallallahu
Alaihi Wa Sallam. maka abu yusuf mengukurnya dan mendapati bahwa semuanya berukuran
1 1/3 rathl, maka ia mengubah pendapat penduduk kufah tentang sha’ dan mud dan
memegang pendapat penduduk madinah.
E. Wasaq : 60 sha Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam yaitu 320 rathl menurut penduduk hijaz
Qafiz : 8 mukuk, dan mukuk adalah ; 1 ½ sham (dan mukuk adalah ukuran orang iraq)
Nashif : berkata Ibnu Darid : nashif adalah satu jenis ukuran yang diukur dengannya sesuatu
1. pendapat pertama : berkata Al-Qadhi Abu Al-Hasan Ali Bin Muhammad Al-Mawardi : bahwa
Umar Bin Khathab Radhiyallahu Anhu ketika melihat perbedaan jenis-jenis dirham yang
dipakai :
a) Baghli : 8 daniq
b) Ath-thabari : 4 daniq
c) Maghribi : 3 daniq
d) Yamani : 1 daniq
Maka ia berkata : ”cari yang paling sering dipakai dari ukuran yang paling atas sampai paling
bawah, maka baghli dan ath-thabari yang sering dipakai lalu kemudian dikumpulkan yaitu 12
daniq dan diambil setengahnya yaitu 6 daniq
Berkata Abu Muhammad Hasan Bin Abu Al-Hasan Ali Bin Muhammad Bin Abdul Malik Bin Al-
Qathan dalam (Maqalatihi Fil Akyal Wa Al-Awzan): disini ada isyarat bahwa Umar Bin
Khathab-lah yang menstandarisasi dirham namun tidak mengganti tulisan luarnya
2. pendapat yang kedua : orang yang pertama kali menstandarisasinya adalah Mush’ab Bin
Az-Zubair dengan perintah saudaranya Abdullah Bin Zubair tahun 70 hijriah dan ia
mencetaknya dengan tulisan ﺑرﻛﺔdisatu sisi dan ﷲdisatu sisi lainnya
3. pendapat ketiga : orang yang pertama kali menstandarisasi dirham dan mencetaknya
adalah Abdul Malik Bin Marwan dan pada zaman itu dirham memiliki 2 jenis :
Lalu bersepakat ulama zaman itu untuk mengambil rata-rata keduanya yaitu 6 daniq lalu
dicetak dirham setara 6 daniq
Bab 5
AS-SIKKAH
“Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam melarang merusak sikkah kaum muslimin kecuali jika ada
keperluan”
Sikkah yang dimaksudkan adalah dinar dan dirham yang sudah distandarisasi,dan dinamakan
sikkah karena dinar dan dirham tersebut ditempa (sikkah)
Selesai Alhamdulillah.
Ini hanya ringkasan dan sudah disesuaikan, untuk memperdalam ilmu sebaiknya
membaca kitab asli.
Kitab ini ditulis oleh Ahmad Bin Ali Al-Maqrizi pada bulan ramadhan tahun 841
hijriah.