PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
P17321193045
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Suatu
masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Pada masa ini sering terjadi masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Bidan harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, Tekanan
darah dan suhu secara teratur.
2. Early Postpartum (Puerperium Dini)
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam minggu. Bidan memastikan involusi
uterus dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tdk
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Late Postpartum (Remote Puerperium)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna. Masih dalam
kontrol bidan. Bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB
b. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari kondisi asam. Lochea
mengalami perubahan karena terjadinya proses involusi.
Pengeluaran lochea dibagi menjadi lochea rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing – masing
lochea dapat dibedakan berdasarkan warna dan waktu
keluarnya sebagai berikut :
1) Lochea Rubra
Berwarna merah kehitaman yang terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah. Lochea ini dimulai pada hari 1 sampai hari 3
setelah persalinan.
2) Lochea Sanguilenta
Berwarna putih berwarna putih bercampur merah, sisa
darah bercampur lendir. Lochea ini berlangsung dari hari
ke 3 sampai hari ke 7.
3) Lochea Serosa
Berwarna kekuningan/kecokelatan, terdiri darah dan
lebih banyak serum serta terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta. Lochea ini berlangsung dari
hari ke 7 sampai hari ke 14.
4) Lochea Alba
Berwarna putih yang mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini
berlangsung setelah hari ke 14(Aritonang,2021).
c. Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan. Perubahan pada perineum pasca
melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau pun
dilakukan episiotomi dengan indikasi
tertentu(Aritonang,2021).
1. Derajat 1
Robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan dan
kulit perineum.
2. Derajat 2
Robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot – otot perineum.
3. Derajat 3
Robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, otot – otot perineum, dan sfingter ani eksterna.
4. Derajat 4
Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang
meluas sampai ke mukosa(Rochmayanti,2019).
1. Fase Inflamasi
Setelah terjadi trauma pembuluh darah yang terputus pada
luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikannya, pengerutan ujung pembuluh darah yang
terputus (retraksi), reaksi hemostasis serta terjadi reaksi inflamasi
(peradangan). Respon peradangan adalah suatu reaksi normal
yang merupakan hal yang penting untuk memastikan
penyembuhan luka. Peradangan berfungsi untuk mengisolasi
jaringan yang rusak dan mengurangi penyebaran infeksi.
Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah
luka terjadi dan berlanjut hingga sekitar 3 hari. Fase inflamasi
memungkinkan pergerakan leukosit (utamanya neutrofil).
Neutrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri dan
masuk ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan
baru.
2. Fase poliferasi
Pada fase poliferasi dimulai dari hari ke 2-3 selepas
postpartum dan akan berakhir pada 2-3 minggu. Apabila tidak
terdapat infeksi atau kontaminasi pada fase inflamasi, maka
proses penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan poliferasi.
Tujuan utama dari fase poliferasi yaitu untuk mengisi ruang
kosong pada luka (Proses granulasi), untuk proses angiogenesis
yang secara klinis akan tampak kemerahan pada luka.
Angiogenesis terjadi bersamaan dengan fibroplasia. Tanpa adanya
proses angiogenesis sel – sel penyembuhan tidak dapat
bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan sebagai pertumbuhan
kapiler baru.
3. Fase Maturasi
Pada fase maturasi ini merupakan fase paling akhir dalam
penyembuhan luka, dimulai pada hari ke 21 setelah terjadinya
luka sampai 1-2 tahun maupun bertambah tergantung dari
keparahan luka itu sendiri. Pada fase maturasi jaringan luka
mengalami remodeling (mengurangi tumpukan kolagen melalui
lisis dan debridement)(Aminuddin,2020).
2.2.5 Kriteria Penilaian Penyembuhan Luka
REEDA (Redness, edema, ecchymosis, discharge and
approximation) sebagai alat bantu untuk menilai penyembuhan luka
perineum dengan sistem skor. REEDA menggunakan kertas perekat
disposable (disposable paper tapes) dengan panjang 4 cm yang ditandai
0,25 cm setiap bagiannya. Saat ibu posisi miring kiri atau kanan (simes
position) disposable paper tapes ditempatkan tegak lurus
(perpendicular) terhadap garis luka perineum sehingga ukuran
centimeter dapat menandai luka.
Penilaian sistem REEDA meliputi:
a. Redness, tampak kemerahan pada daerah penjahitan
b. Edema, adalah adanya cairan dalam jumlah besar yang abnormal di
jaringan intraseluler tubuh, menunjukan jumlah yang nyata dalam
jaringan subcutis, edema dapat terbatas yang disebabkan oleh
obstruksi vena atau saluran limfatik atau peningkatan permcabilitas
vascular
c. Ecchymosis adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih besar dari
petekie (bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna
menonjol), pada kulit perineum membentuk bercak biru atau ungu
yang rata, bulat atau tidak beraturan
d. Discharge adalah adanya eksresi atau pengeluaran dari daerah yang
luka perineum
e. Approximation adalah kedekatan jaringan yang dijahit
Tabel 2.2
1) Sitz bath
2) Daun Pegagan
3) Bunga Telang
1. Infeksi
2. Komplikasi
3. Kematian ibu postpartum
2.3.5 Perawatan Luka Perineum dengan Terapi Non – Farmakologi
Divisi : Sphermatophyta
Kelas : Dikotiledone
Ordo : Umbellales
Famili : Umbellaferae
Genus : Centella
Divisi : Plantae
Kelas : Angiospermae
Ordo : Fabales
Familia : Fabacea
Genus : Clitoria L
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
2.3 Hipotesis
Hipotesis H1: Ada perbedaan lama penyembuhan luka perineum antara perawatan
perineum dengan ekstrak daun pegagan dan ekstrak bunga telang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Kelompok kontrol akan diberikan perlakuan perawatan
luka perineum dengan menggunakan air rebusan ekstrak daun pegagan dan
kelompok intervensi akan diberikan perlakuan perawatan luka perineum
dengan menggunakan air rebusan bunga telang. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan Posttest Only Control Group Design. Dalam
rancangan ini, peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada
kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut
dengan kelompok kontrol. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
Perlakuan Posttest
Kelompok Kontrol X1 O1
Kelompok X2 O2
Eksperimen
Keterangan :
1. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah semua ibu post partum
yang berada di RSIA Aura Syifa, banyaknya ibu hamil trimester 3 pada
bulan januari – februari sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode sample purposive sampling dengan jumlah responden 30 orang
yang dibagi menjadi kelompok intervensi berjumlah 15 responden dan
kelompok kontrol berjumlah 15 responden.
3.3 Kriteria Sampel / Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua subyek penelitian yang dibedakan menjadi :
1. Sebelum Penelitian
a. Perizinan
Sebelum mencari data penelitian, peneliti mengurus surat izin
dari Poltekkes Kemenkes Malang
Peneliti mengajukan permohonan izin studi pendahuluan dari
institusi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
Peneliti mengajukan permohonan izin studi pendahuluan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri untuk disampaikan ke
Kepala Rumah Sakit RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri dalam
melakukan pengumpulan data
Peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang kia pada RSIA
Aura Syifa untuk mengetahui data mengenai ibu hamil
trimester 3 pada bulan januari – maret 2023.
Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri
Peneliti memberikan surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri ke Kepala Rumah Sakit RSIA Aura Syifa
b. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur dalam penelitian ini adalah REDAA untuk mengukur
lama penyembuhan luka perineum, dan lembar observasi yang berisi
data karakteristik responden. Standar operasional prosedur yang
digunakan sebagai panduan dalam memberikan intervensi metode stiz
bath dengan ekstrak pegagan dan ekstrak bunga telang
c. Asisten Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan asisten peneliti
untuk membantu dalam memberikan intervensi metode stiz bath
kepada responden. Peneliti menyamakan presepsi dengan asisten
peneliti mengenai tindakan yang akan dilaksanakan. Asisten peneliti
yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak dua orang.
2. Saat Penelitian
a. Pertemuan pertama peneliti memperoleh data ibu hamil dari RSIA
Aura Syifa dan berkunjung ke rumah responden.
b. Memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud dan
tujuan penelitian
c. Menentukan karakteristik responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi, kemudian melakukan pengambilan responden
secara acak menggunakan undian sejumlah sampel yang dibutuhkan.
d. Memberikan surat persetujuan menjadi responden
e. Pelaksanaan metode sitz bath dilakukan door to door ke rumah
responden
1. Editing
2. Coding
3. Tabulasi
4. Cleaning Data
3.12.2 Anonimty
Rini, Susilo dan Feti, Kumala. 2017. Panduan Asuhan Nifas dan Ecidene
Based Practice. Yogyakarta:Penerbit Deepublish. Hlm 1
Aritonang, Juneris. 2021. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Yogyakarta:Deepublish. Hlm 7
Tonasih & Vianty, Mutya Sari. 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Bantul:Penerbit K-Media. Hlm 7