Anda di halaman 1dari 35

PERBEDAAN PERAWATAN PERINEUM MENGGUNAKAN EKSTRAK

DAUN PEGAGAN (Centella Asiatica) DAN EKSTRAK BUNGA TELANG


(Clitoria Ternatea) DENGAN METODE SITZ BATH TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POSTPARTUM

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

SHAFIRA NUR RAMADHANTY

P17321193045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah waktu antara kelahiran plasenta dan kembalinya organ
ke keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung selama enam minggu
(Yuliana & Bawon N, 2020). Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam
pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi(Rini,Susilo, 2017) .
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 2,7 juta robekan pada area
perineum tercatat di antara wanita yang melahirkan pada tahun 2020, dengan
angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 6,3 juta pada tahun 2050.
Hingga 50 % ibu di Asia telah melahirkan dengan secara spontan dan
mengalami robekan pada area perineum (Sigalingging & Sri, 2018).
Angka kematian ibu di Jawa Timur cenderung menurun dari tahun 2018
hingga 2019. Sementara itu, angka kematian ibu pada tahun 2021 relatif tinggi
dibandingkan kota-kota lain di Jawa Timur yang mencapai 73,89 per kapita.
100.000 kelahiran hidup sama dengan perkiraan 7.389 kematian di Indonesia.
Dalam 128 kasus, kematian ibu terutama karena Covid-19 dan infeksi. Jumlah
ini dianggap gagal dan belum mencapai target MDGs (Kementerian, 2021).
Angka kematian ibu di Kabupaten Kediri pada tahun 2020 merupakan
penyumbang terbesar dari kabupaten manapun di Jawa Timur. Angka
kematian ibu mencapai 19, atau sekitar 85,3 per 100.000 kelahiran hidup,
menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri (Dinkes, 2021).
Prevalensi persalinan disertai dengan luka perineum di indonesia hingga
mencapai sebanyak 75%.
Infeksi postpartum merupakan penyebab kematian ibu kedua setelah
perdarahan. Infeksi postpartum terjadi pada organ reproduksi setelah lahir dan
disebabkan oleh bakteri. Ini meningkatkan risiko infeksi pascapersalinan.
Salah satunya disebabkan oleh trauma pada jalan lahir. Proses penyembuhan
luka normal pada perineum membutuhkan waktu 6-7 hari setelah lahir.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa infeksi nifas berhubungan dengan
pengetahuan ibu dalam merawat luka perineum. (Pratiwi, Handayani, &
Hardaniyati, 2020).
Terdapat 2,7 juta insiden robekan perineum pada ibu bersalin, yang
diperkirakan akan meningkat menjadi 6,3 juta pada tahun 2050 karena
peningkatan bidan yang tidak terbiasa dengan perawatan kebidanan. Ruptur
perineum merupakan masalah utama dalam masyarakat Asia, terhitung
setengah dari semua ruptur perineum di seluruh dunia. Ruptur perineum
terjadi pada 24% ibu usia 25-30 tahun di Indonesia, dan 62% wanita usia 32-
39 tahun. (Nurhamida, 2022)
Salah satu patologi pada masa nifas adalah infeksi. Tindakan persalinan
merupakan salah satu faktor resiko penting terjadinya infeksi nifas, dan salah
satunya yaitu karena ruptur perineum dan tindakan episiotomi. Dalam proses
penyembuhan luka salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan
luka adalah perawatan perineum. Perawatan yang tidak benar dapat
menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan, karena perawatan
yang kasar dan salah dapat mengakibatkan kapiler darah baru rusak dan
mengalami perdarahan (Pratiwi, Handayani, & Hardaniyati, 2020).
Menurut survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSIA Aura Syifa
Kabupaten Kediri tahun 2022 dengan menggunakan data sekunder, jumlah ibu
nifas yang mengalami ruptur perineum pada bulan Oktober adalah..... Menurut
survey lapangan yang dilakukan pada..... ., ada..... orang yang mengalami
gejala infeksi seperti gatal, bengkak, bau, dan nyeri. Tingginya angka
kunjungan ibu nifas dengan lesi perineum yang menunjukkan gejala infeksi
adalah......
Dalam dunia kesehatan penyembuhan luka perineum dapat dilakukan
menggunakan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Di zaman serba
canggih ini masih banyak masyarakat yang menggunakan terapi non
farmakologis sebagai alternatif pengobatan penyakit. Beberapa pengobatan
alternatif secara non farmakologis menggunakan tanaman herbal seperti daun
sirih, daun binahong, daun pegagan, dan masih banyak tanaman herbal lain.
Berbagai tanaman herbal yang kita gunakan sudah biasa kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, dan ada pula yang sulit ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari karena habitatnya yang sulit ditemukan. Salah satu ciri tanaman
herbal yang digunakan ini adalah dapat mempercepat proses penyembuhan
luka perineum (Pratiwi, Handayani, & Hardaniyati, 2020)
Salah satu herbal yang banyak ditemukan adalah daun pegagan (Centella
asiatica). Di sekitar kita sudah banyak tanaman tumbuh secara liar, namun
masyarakat belum memahami bagaimana cara pengolahan obat tradisional
sebagai bahan dalam mempercepat proses penyembuhan luka perineum, daun
pegagan memiliki bahan aktif yakni asiaticoside yang berfungsi sebagai
antioksidan dan mendukung angiogenesis selama proses penyembuhan luka
(Pratiwi, Handayani, & Hardaniyati, 2020).
Selain dari herbal daun – daunan, juga terdapat Bunga Telang (Clitoria
Ternate) yang dianggap sebagai alternatif herbal yang efisien dengan efek
samping lebih sedikit. Bunga Telang adalah bunga berwarna biru keunguan
dengan memiliki sifat anti inflamasi dan kemampuan analgesik yang dapat
mempengaruhi sistem saraf untuk menekan sinyal rasa sakit ke otak sehingga
akan memiliki efek terhadap penyembuhan luka. Namun, dalam
pengaplikasiannya dalam dunia kebidanan masih sangat sedikit sekali,
terutama penggunaannya pada rana melahirkan dan nifas (Oktafiani, Iceu, &
Yuliani, 2022).
Menurut Heni (2022) Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas
bunga telang dalam perawatan luka perineum menunjukkan bahwa
pemanfaatan bunga telang sangat efektif dalam memperpendek masa
penyembuhan luka perineum. Selain itu diperoleh hasil penunjang bahwa
dengan menggunakan larutan ekstrak bunga telang juga dapat memberikan
pengalaman psikologis yang menyenangkan selama proses perawatan luka
dengan melihat warna indah dari bunga telang (Oktafiani, Iceu, & Yuliani,
2022)
Menurut sumber literatur dari (Aditiawarman dan Prastami 2015 dalam
Pratiwi 2020) Penggunaan daun pegagan lebih efektif dalam menyembuhkan
luka perineum dibandingkan dengan daun sirih, sehingga penggunaan daun
pegagan direkomendasikan sebagai salah satu tanaman herbal yang dapat
dimanfaatkan dalam penyembuhan luka perineum. Penelitian lain dari
(Ahmed et al, 2019) menjelaskan penggunaan hidrogel centella asitica
meningkatkan penyembuhan luka 15% lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok krim komersial, hidrogel kosong, dan kelompok tanpa pengobatan.
Terdapat perbedaan proses epitelisasi antara kelompok hidrogel centella
asiatica dibandingkan dengan kelompok lain (p<0,005).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlunya dilakukan perawatan luka
perineum dengan baik dan benar agar luka perineum dapat sembuh dan tidak
mengalami infeksi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti Perbedaan
Perawatan Perineum menggunakan Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica)
Dan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternate) Dengan Metode Sitz Bath
Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah terdapat Perbedaan Perawatan Perineum antara Ekstrak Daun
Pegagan (Centella Asiatica) Dan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternate)
Menggunakan Metode Sitz Bath Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada
Ibu Postpartum”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan
Penyembuhan Luka Perineum Dengan Perawatan Ekstrak Daun
Pegagan (Centella Asiatica) Dan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria
Ternate) Menggunakan Metode Sitz Bath Pada Ibu Postpartum.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum melalui perawatan
dengan Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica) menggunakan
Metode Sitz Bath.
b. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum melalui perawatan
dengan Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternate) menggunakan
Metode Sitz Bath.
c. Menganalisis perbedaan penyembuhan luka perineum melalui
perawatan dengan Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica) dan
Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternate) menggunakan Metode
Sitz Bath.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat khususnya ibu nifas untuk
mempertimbangkan penggunaan ekstrak daun pegagan dan ekstrak bunga
telang sebagai alternatif penyembuhan luka perineum.
2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kebidanan
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan
dan informasi mengenai alternatif dalam penyembuhan luka perineum ibu
nifas.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah referensi dalam
penelitian selanjutnya serta sebagai sarana dalam menerapkan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas (Post Partum)

2.1.1 Pengertian Nifas (Post Partum)

Masa nifas (Postpartum) adalah dimulai setelah plasenta


lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira – kira 6
minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan(Wahyuningsih, 2018).

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah


lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous
melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi
yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu
terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca
persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi(Rini, Susilo dan Feti, 2017).

2.1.2 Tahapan Post Partum

Menurut Tonasih (2020), Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan


antara lain :

1. Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Suatu
masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Pada masa ini sering terjadi masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Bidan harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, Tekanan
darah dan suhu secara teratur.
2. Early Postpartum (Puerperium Dini)
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam minggu. Bidan memastikan involusi
uterus dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tdk
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Late Postpartum (Remote Puerperium)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna. Masih dalam
kontrol bidan. Bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB

2.1.3 Perubahan Fisiologi Post Partum

Perubahan fisiologis yang terjadi pada post partum meliputi :

1. Perubahan Sistem Reproduksi


Selama masa nifas, alat – alat interna maupun eksterna
berangsur-angsur kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan
keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini
terjadi perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:
a. Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi Jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil. Perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Perubahan Uterus

Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter


Uteri Uteri Uterus
Plasenta Lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm
(minggu 1) pusat dan
simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

b. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari kondisi asam. Lochea
mengalami perubahan karena terjadinya proses involusi.
Pengeluaran lochea dibagi menjadi lochea rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing – masing
lochea dapat dibedakan berdasarkan warna dan waktu
keluarnya sebagai berikut :
1) Lochea Rubra
Berwarna merah kehitaman yang terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah. Lochea ini dimulai pada hari 1 sampai hari 3
setelah persalinan.
2) Lochea Sanguilenta
Berwarna putih berwarna putih bercampur merah, sisa
darah bercampur lendir. Lochea ini berlangsung dari hari
ke 3 sampai hari ke 7.
3) Lochea Serosa
Berwarna kekuningan/kecokelatan, terdiri darah dan
lebih banyak serum serta terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta. Lochea ini berlangsung dari
hari ke 7 sampai hari ke 14.
4) Lochea Alba
Berwarna putih yang mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini
berlangsung setelah hari ke 14(Aritonang,2021).
c. Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan. Perubahan pada perineum pasca
melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau pun
dilakukan episiotomi dengan indikasi
tertentu(Aritonang,2021).

2.2 Konsep Dasar Luka Perineum

2.2.1 Pengertian Luka Perineum

Luka perineum adalah luka yang terjadi baik secara spontan


maupun secara episiotomy. Pada luka perineum jika penatalaksanaan
yang dilakukan tidak tepat maka menyebabkan infeksi, hal tersebut
dapat memperlambat proses penyembuhan luka perineum. Pada luka
perineum sering membersihkannya area perineum akan meningkatkan
kenyamanan. Cara mencegah terjadinya infeksi dikarenakan pada 7 hari
pasca post partum luka tersebut di jaga agar tehindar dari kuman-
kuman. Pada proses penyembuhan luka perineum biasanya
membutuhkan waktu 6 sampai 7 hari post partum.

Pada proses persalinan secara spontan sebanyak 85% menimbulkan


robekan pada perineum. Pada robekan perineum terjadi luka, yang
dimana luka tersebut robek dari daerah muscular yang menutupi kulit
antara intoitus vagina dengan anus dan disebabkan oleh robekan yang
terjadi pada saat persalinan. Rupture perineum terjadi diakibatkan oleh
keluarnya kepala bayi secara mendadak dan ukuran bayi yang besar
serta disebabkan oleh jaringan pada jalan lahir yang mudah robek. Pada
perawatan luka perineum terdapat beberapa teknik penyembuhan yakni
dengan menggunakan cara farmakologi, non farmakologi, dan
menggunakan antiseptic(Aritonang,2021).

2.2.2 Klasifikasi Luka Perineum

Jenis luka perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut :

1. Derajat 1
Robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan dan
kulit perineum.
2. Derajat 2
Robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot – otot perineum.
3. Derajat 3
Robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, otot – otot perineum, dan sfingter ani eksterna.
4. Derajat 4
Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang
meluas sampai ke mukosa(Rochmayanti,2019).

2.2.4 Tahapan Penyembuhan Luka Perineum

Proses penyembuhan luka merupakan tergantinya fungsi pada


jaringan yang telah rusak dan memiliki waktu yang panjang untuk
proses pemulihan, hal tersebut dikarenakan rusaknya pada jaringan
kulit. Proses penyembuhan luka terdapat tiga fase sebagai berikut :

1. Fase Inflamasi
Setelah terjadi trauma pembuluh darah yang terputus pada
luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikannya, pengerutan ujung pembuluh darah yang
terputus (retraksi), reaksi hemostasis serta terjadi reaksi inflamasi
(peradangan). Respon peradangan adalah suatu reaksi normal
yang merupakan hal yang penting untuk memastikan
penyembuhan luka. Peradangan berfungsi untuk mengisolasi
jaringan yang rusak dan mengurangi penyebaran infeksi.
Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah
luka terjadi dan berlanjut hingga sekitar 3 hari. Fase inflamasi
memungkinkan pergerakan leukosit (utamanya neutrofil).
Neutrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri dan
masuk ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan
baru.
2. Fase poliferasi
Pada fase poliferasi dimulai dari hari ke 2-3 selepas
postpartum dan akan berakhir pada 2-3 minggu. Apabila tidak
terdapat infeksi atau kontaminasi pada fase inflamasi, maka
proses penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan poliferasi.
Tujuan utama dari fase poliferasi yaitu untuk mengisi ruang
kosong pada luka (Proses granulasi), untuk proses angiogenesis
yang secara klinis akan tampak kemerahan pada luka.
Angiogenesis terjadi bersamaan dengan fibroplasia. Tanpa adanya
proses angiogenesis sel – sel penyembuhan tidak dapat
bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan sebagai pertumbuhan
kapiler baru.
3. Fase Maturasi
Pada fase maturasi ini merupakan fase paling akhir dalam
penyembuhan luka, dimulai pada hari ke 21 setelah terjadinya
luka sampai 1-2 tahun maupun bertambah tergantung dari
keparahan luka itu sendiri. Pada fase maturasi jaringan luka
mengalami remodeling (mengurangi tumpukan kolagen melalui
lisis dan debridement)(Aminuddin,2020).
2.2.5 Kriteria Penilaian Penyembuhan Luka
REEDA (Redness, edema, ecchymosis, discharge and
approximation) sebagai alat bantu untuk menilai penyembuhan luka
perineum dengan sistem skor. REEDA menggunakan kertas perekat
disposable (disposable paper tapes) dengan panjang 4 cm yang ditandai
0,25 cm setiap bagiannya. Saat ibu posisi miring kiri atau kanan (simes
position) disposable paper tapes ditempatkan tegak lurus
(perpendicular) terhadap garis luka perineum sehingga ukuran
centimeter dapat menandai luka.
Penilaian sistem REEDA meliputi:
a. Redness, tampak kemerahan pada daerah penjahitan
b. Edema, adalah adanya cairan dalam jumlah besar yang abnormal di
jaringan intraseluler tubuh, menunjukan jumlah yang nyata dalam
jaringan subcutis, edema dapat terbatas yang disebabkan oleh
obstruksi vena atau saluran limfatik atau peningkatan permcabilitas
vascular
c. Ecchymosis adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih besar dari
petekie (bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna
menonjol), pada kulit perineum membentuk bercak biru atau ungu
yang rata, bulat atau tidak beraturan
d. Discharge adalah adanya eksresi atau pengeluaran dari daerah yang
luka perineum
e. Approximation adalah kedekatan jaringan yang dijahit

Tabel 2.2

Penilaian Skala Reeda

Sko Redness Edema Ecchymosis Discharge Approximatio


r (Kemerahan (Pembengkakan) (Bercak (Pengeluaran) n (Penyatuan
) Perdarahan) Luka)
0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
1 Kurang dari Pada perineum >1 Kurang dari Serum Jarak kulit 3
0,25 cm pada cm dari laserasi 0,25cm pada mm atau
kedua sisi kedua sisi kurang
atau 0,25
pada satu sisi
2 Kurang dari Pada perineum 0,25-1 cm Serosanguinus Terdapat jarak
0,5 cm pada atau vulva, antara pada kedua antara kulit dan
kedua sisi 1-2 cm dari sisi atau 0,5- lemak subcutan
laserasi laserasi 2 cm pada
satu sisi
3 Lebih dari Pada perineum 1 cm pada Berdarah, Terdapat jarak
0,5 cm pada atau vulva, >2 cm kedua sisi purulent antara kulit,
kedua sisi dari laserasi atau 2 cm lemak subcutan
laserasi pada satu sisi dan fascia
Skoring skala REEDA

0= Penyembuhan luka baik (good wound healing)

1-5 = Penyembuhan luka kurang baik (insufficient wound healing)

>5 = Penyembuhan luka buruk (poor wound healing)(Aprelia,2022).

2.3 Konsep Dasar Perawatan Luka Perineum

2.3.1 Pengertian Perawatan Luka Perineum

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia


(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
dengan sehat. Perawatan perineum adalah upaya memberikan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan cara menyehatkan daerah
antara kedua paha yang dibatasi antara lubang dubur dan bagian alat
kelamin luar pada wanita yang habis melahirkan agar terhindar dari
infeksi. Perawatan khusus Perineum bagi wanita setelah melahirkan
akan mengurangi rasa ketidaknyamanan, mencegah infeksi, dan
meningkatkan penyembuhan(Kumalasari,2015).

2.3.2 Tujuan Perawatan Luka Perineum


Adapun tujuan dari perawatan luka perineum Menurut Kumalasari
(2015) yaitu sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan daerah kemaluan

b. Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu

c. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit


dan membrane mukosa

d. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

e. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan

f. Membersihkan luka dari benda asing atau debris

g. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

2.3.3 Macam Perawatan Luka Perineum

Terdapat dua macam perawatan luka perineum yaitu:

a. Perawatan dengan prosedur pelaksanaan dasar mencuci tangan

1) Mengisi botol plastik berbentuk semprotan dengan air hangat

2) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah


mengarah rektum dan letakan pembalut tersebut ke dalam kantung
plastik.

3) Berkemih dan BAB pada toilet

4) Semprotkan air hangat ke seluruh perineum

5) Keringkan dengan menggunakan tisu atau handuk dari depan ke


belakang

6) Pasang pembalut dari depan ke belakang

7) Cuci tangan kembali (Fatimah & Lestari, 2019).


b. Terapi Non-Farmakologi

1) Sitz bath

2) Daun Pegagan

3) Bunga Telang

2.3.4 Dampak Perawatan Luka Perineum

Menurut kumalasari (2015) Perawatan perineum yang dilakukan


dengan baik dapat menghindari beberapa hal berikut :

1. Infeksi
2. Komplikasi
3. Kematian ibu postpartum
2.3.5 Perawatan Luka Perineum dengan Terapi Non – Farmakologi

Perawatan perineum dapat dilakukan dengan pengobatan


farmakologi dan nonfarmakologi. Penggunaan terapi non-farmakologi
dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain:

a. Pengertian Sitz Bath


Istilah sitz bath berasal dari kata Jerman “Sizbad”,
yang berarti bak mandi (Bad) di mana seseorang duduk
(sitzen) (Kaur S, Sheroron P, 2014 dalam Chandraleka, dkk.,
2019). Sitz bath merupakan tradisi Eropa yang hanya
melibatkan bagian panggul dan daerah tersebut ditempatkan
di dalam air, ini membantu bagi wanita setelah melahirkan
baik dia memiliki luka perineum atau tidak. Sitz Bath
(rendam duduk) merupakan perendaman daerah tubuh pada
panggul dalam air hangat atau panas. Hal ini digunakan
untuk mengurangi ketidaknyamanan terutama setelah
penjahitan perineum, wasir dan persalinan.
b. Manfaat Sitz Bath
Perendaman perineum yang dilakukan dalam air
hangat dapat meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pada
jaringan, menurunkan edema dan mempercepat
penyembuhan, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi
nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan aliran
darah, memberikan rasa hangat lokal, meningkatkan
pergerakan zat sisa dan nutrisi.
Sitz bath juga bisa memberikan kelegaan dari rasa
sakit atau gatal di area genital. Kelayakan atau keuntungan
dari menyediakan rendam duduk termasuk menghilangkan
iritasi perineum, nyeri, bengkak dan mencegah rasa sakit,
sensasi terbakar di sekitar perineum. Sitz bath diindikasikan
untuk wasir, ano-rektal infeksi dan pembedahan dan untuk
ibu yang melahirkan melalui vagina selama periode
postnatal (Tian, C., 2018 dalam Chandraleka, 2019).

2.4 Konsep Ekstrak Daun Pegagan

2.4.1 Pengertian Daun Pegagan

Daun Pegagan (centella asiatica) merupakan tanaman liar yang


banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang
sawah. Pegagan berasal dari daerah Asia tropik dan tumbuh di berbagai
Negara seperti Filipina, Cina, India, Sri Langka, Madagaskar, Afrika
dan Indonesia. Nama lain pegagan adalah antanan, kaki kuda, tikusan,
gagan – gagan piduh, sedangkan di luar negeri terkenal dengan sebutan
pennywort di Inggris, gotu kola di Amerika. Secara morfologi, pegagan
memiliki lima buah periol yang setiap petiol terdapat daun dengan
bentuk membulat oval, dan daunnya berwarna hijau, memiliki rambut –
rambut pada daunnya. Pegagan sendiri mengandung agen anti-inflamasi
yang telah digunakan secara tradisional obat-obatan dan dieksploitasi
secara komersial untuk penyembuhan luka. Centella asiatica dilaporkan
memiliki neuroprotektif, antioksidan, antidiabetik dan antimikroba,
serta dipergunakan dalam penyembuhan luka(Susetyarini,2020).

Divisi : Sphermatophyta

Kelas : Dikotiledone

Ordo : Umbellales

Famili : Umbellaferae

Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica (L.) Urban

Gambar. Daun Pegagan

2.4.2 Kandungan Daun Pegagan

Daun pegagan dapat digunakan sebagai alternatif dalam perawatan


luka karena mengandung sejumlah nutrisi dan komponen kimia yang
memiliki efek terapeutik. Komponen kimia yang terkandung dalam
pegagan adalah saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid
dan glikosida. Semua kandungan bahan aktif daun pegagan merupakan
antioksidan yang bermanfaat dalam mempercepat proses penyembuhan
luka perineum. Dalam penelitian Riana menyatakan bahwa, beberapa
senyawa yang aktif asiaticoside tumbuhan pegagan juga mampu
berkhasiat sebagai antioksidan, memperbaiki gangguan saraf serta
peredaran darah akibat adanya radikal bebas di dalam
tubuh(Susetyarini,2020).

2.4.3 Manfaat Daun Pegagan Pada Perawatan Luka Perineum

Daun pegagan bermanfaat untuk revitalisasi sel, dalam hal ini


khasiat utama daun pegagam ialah meningkatkan sistem imun dalam
tubuh serta sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai
penyakit antara lain : Menurunkan tekanan darah dan menghambat
terjadinya keloid. Daun pegagan diduga mengandung antioksidan
berupa flavonoid yang merupakan bagian dari centellacoside dan
mengandung titerpenoid yang mempunyai peran sebagai antioksidan
alami. Antioksidan dari daun pegagan ini mampu merangsang dalam
pembentukan kolagen serta regenerasi sel jaringan, meningkatkan aliran
darah dengan memperkuat dinding pembuluh darah (Arum dkk,2012
dalam cornelia,2018).

2.4.4 Cara Perawatan Luka Perineum menggunakan Air Rebusan Daun


Pegagan

Cara pengolahan daun pegagan untuk alternatif penyembuhan


menggunakan metode sitz bath adalah dengan menyiapkan sediaan
infus yaitu dengan mencampurkan ekstrak daun pegagan dengan air
dingin. Jumlah air yang digunakan adalah 800 ml atau setara dengan 4
gelas lalu dicampurkan dengan ekstrak daun pegagan sebanyak 25 gram
hingga tercampur dengan rata. Responden diminta untuk duduk di bak
yang bisa diduduki responden. Responden diminta untuk duduk di bak
yang telah terisi air tersebut sampai 15 menit, setelah itu keringkan
menggunakan handuk kecil secara perlahan serta tidak mengenai luka
perineum. Tindakan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, mulai hari
ke 2 hingga hari ke 7 masa nifas. Air rebusan yang digunakan sekali
merebus untuk sekali pakai.

Ekstrak dari daun pegagan (Centella asiatica) telah dilaporkan


berpotensi sebagai antioksidan, agen antimikroba, agen sintesis kolagen
dan bahkan berperan sebagai penyembuh luka. Sebagian besar
penelitian melaporkan asiaticoside sebagai konstituen aktif dari
Centella asiatica yang dapat menghasilkan berbagai efek tersebut
(Sabila, 2020)

2.5 Konsep Ekstrak Bunga Telang

2.5.1 Pengertian Bunga Telang

Bunga Telang (Clitoria Ternatea) adalah tanaman merambat atau


menjalar yang bisa kita temui di pekarangan rumah atau tepi hutan.
Kembang Telang berwarna biru terang, ungu, ungu muda dan putih.
Ditengan bunga memiliki warna kuning dan putih. Bunga ini
berkembang biak menggunakan biji. Bunga telang merupakan
tumbuhan berhabitus herba dengan tipe batang herbaseous. Tumbuhan
ini termasuk tumbuhan annual dengan berumur pendek, yakni umurnya
kurang dari 1 tahun(Oktafiani,2020).

Divisi : Plantae

Kelas : Angiospermae

Ordo : Fabales

Familia : Fabacea

Genus : Clitoria L

Spesies : Clitoria ternatea


Gambar. Bunga Telang

2.5.2 Kandungan Bunga Telang

Berbagai macam manfaat telah tersedia di dalam bunga ini yang


tentunya bermanfaat sekali bagi kesehatan. Untuk kandungan yang
telah ada di dalam bunga ini telah ada flavonoid, fenol, alkaloid,
saponin, sulfur, co-oksalat, triglucoside dan juga kandungan lainnya.
Clitoria Ternate atau Bunga telang merupakan bunga berwarna biru
keunguan yang memiliki kandungan antiimflamasi, memiliki
kemampuan analgesi yang mempengaruhi sistem syaraf untuk
menghambat sinyal nyeri ke otak dan memberikan efek
penyembuhan luka(Oktafiani,2020).

2.5.3 Manfaat Bunga Telang Pada Perawatan Luka Perineum

Bunga telang secara ilmiah dikenal sebagai Clitoria ternatea. Tanaman


ini bunga berwarna biru cerah dan ungu yang khas, kelopak berbentuk
corong, serta mahkota berbentuk kupu-kupu. Terdapat beberapa
manfaat diantaranya :

1. Baik untuk kesehatan otak


Bunga telang mengandung antioksidan, seperti flavonoid dan
antosianin, yang baik untuk memperbaiki sel-sel tubuh, termasuk
sel saraf. Tak hanya itu, kembang telang juga diketahui dapat
meningkatkan produksi asetilkolin, yaitu zat kimia di otak yang
berperan dalam proses mengingat, mempelajari informasi, dan
menjaga konsentrasi.
2. Membantu memperbaiki mood/ suasana hati
Minum teh bunga telang dipercaya memiliki efek penghilang stres
yang juga membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi.
Hal ini juga dikenal dapat menyegarkan otak, meningkatkan tingkat
energi, dan stamina, mempengaruhi emosi positif dan dapat
meningkatkan produktivitas di tempat kerja.
3. Mencegah kerontokan rambut dan merangsang pertumbuhan rambut
Bunga telang mengandung bioflavonoid dan anthocyanin, senyawa
yang dikenal untuk meningkatkan sirkulasi darah di kepala dan
dapat menjaga kesehatan kulit kepala serta mampu mengatasi
kerontokan rambut serta mengurangi munculnya uban.
4. Mengandung antioksidan
Dalam sebuah studi berjudul International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, para peneliti menyimpulkan, ekstrak
metanol dalam bunga telang, sangat berpotensi menjadi sumber
antioksidan.Kandungan senyawa flavonoid, antosianin, dan fenolik
dalam bunga telang juga manfaat untuk mengaktifkan peran
antioksidan dalam tubuh.Antioksidan bermanfaat untuk membantu
melindungi sel serta mengurangi stres oksidatif yang dapat
mengakibatkan penuaan dini serta penyakit kronis lainnya.
5. Mengurangi peradangan
Bunga telang mengandung sekitar 51-52% asam oleat. Biasanya,
asam lemak baik ini, ditemukan pada minyak zaitun.Beberapa studi
menyatakan, asam oleat mampu mengurangi peradangan atau anti-
inflamasi yang dapat mengurangi infeksi serta pembengkakan,
seperti nyeri tubuh, migrain, infeksi luka, serta sakit kepala.
6. Mengurangi resiko hipertensi dan penyakit jantung
Jika Anda mempunyai kondisi tekanan darah tinggi, tidak ada
salahnya untuk mencoba bunga telang karena bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah.Alasannya adalah karena senyawa
antosianin juga dapat membantu mengurangi kekakuan
arteri.Semakin kaku arteri, maka semakin sulit darah mengalir
sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi. Ini juga
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.

2.3.5 Cara Perawatan Luka Perineum menggunakan Air Rebusan Bunga


Telang

Cara pengolahan bunga telang untuk alternatif penyembuhan


menggunakan metode sitz bath adalah dengan menyiapkan sediaan
infus yaitu dengan mencampurkan ekstrak bunga telang dengan air
dingin. Jumlah air yang digunakan adalah 800 ml atau setara dengan 4
gelas lalu dicampurkan dengan ekstrak bunga telang sebanyak 25 gram
hingga tercampur dengan rata. Responden diminta untuk duduk di bak
yang bisa diduduki responden. Responden diminta untuk duduk di bak
yang telah terisi air tersebut sampai 15 menit, setelah itu keringkan
menggunakan handuk kecil secara perlahan serta tidak mengenai luka
perineum. Tindakan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, mulai hari
ke 2 hingga hari ke 7 masa nifas. Air rendaman yang digunakan untuk
sekali pakai.

Semakin besar aktivitas antiimflamasi disebabkan oleh semakin


banyak jumlah senyawa kimia flavonoid yang termasuk senyawa
fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan terlarut dalam
sediaan infusa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evektifitas
pemberian bunga telang dalam melakukan perawatan luka perineum
baik secara sediaan air minum maupun sediaan cairan untuk
perawatan luka dengan metode sitz bath(Oktafiani,2022).

2.6 Kerangka Konsep Penelitian


Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

2.3 Hipotesis

Hipotesis H1: Ada perbedaan lama penyembuhan luka perineum antara perawatan
perineum dengan ekstrak daun pegagan dan ekstrak bunga telang.

Hipotesis H0 : Tidak ada perbedaan lama penyembuhan luka perineum antara


perawatan perineum dengan ekstrak daun pegagan dan ekstrak bunga telang.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain


penelitian menggunakan Quasi Eksperimental, yaitu suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan.

Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Kelompok kontrol akan diberikan perlakuan perawatan
luka perineum dengan menggunakan air rebusan ekstrak daun pegagan dan
kelompok intervensi akan diberikan perlakuan perawatan luka perineum
dengan menggunakan air rebusan bunga telang. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan Posttest Only Control Group Design. Dalam
rancangan ini, peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada
kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut
dengan kelompok kontrol. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :

Perlakuan Posttest
Kelompok Kontrol X1 O1
Kelompok X2 O2
Eksperimen

Keterangan :

X1 = Perlakuan yang diberikan yaitu perawatan luka perineum dengan


menggunakan Air daun pegagan

X2 = Pelakuan yang diberikan yaitu perawatan luka perineum dengan


menggunakan Air bunga telang
O1 = Observasi ibu post partum yang dilakukan perawatan luka perineum
dengan menggunakan air rebusan daun pegagan

O2 = Observasi ibu post partum yang dilakukan perawatan luka perineum


dengan menggunakan air rebusan bunga telang

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah semua ibu post partum
yang berada di RSIA Aura Syifa, banyaknya ibu hamil trimester 3 pada
bulan januari – februari sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode sample purposive sampling dengan jumlah responden 30 orang
yang dibagi menjadi kelompok intervensi berjumlah 15 responden dan
kelompok kontrol berjumlah 15 responden.
3.3 Kriteria Sampel / Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua subyek penelitian yang dibedakan menjadi :

3.3.1 Kriteria Inklusi :

a. Ibu post partum spontan hari ke-2 sampai hari ke 7 yang


melahirkan di RSIA Aura Syifa
b. Ibu post partum spontan yang mengalami laserasi perineum derajat
1 dan 2
c. Sehat secara fisik dan mental
d. Ibu post partum yang bersedia mengisi informed consent

3.3.2 Kriteria Ekslusi :

1. Ibu post partum yang normal tanpa komplikasi


2. Ibu post partum yang mengalami laserasi perineum derajat 3 & 4

3.4 Variabel Penelitian


Gambar 3.5 Variabel Penelitian

3.5 Definisi Operasional Variabel

N Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


o Operasional Ukur Ukur
1. Pemberian Campuran SOP Observasi -
Ekstrak ekstrak daun Sitz
Daun pegagan 25 Bath
Pegagan gram dengan
air dingin
sebanyak
800 ml
dalam
baskom
sebelum
dilakukan
perendaman
perineum.
Dilakukan
selama 7
hari pasca
post partum
pada pagi
dan sore hari
2. Pemberian Campuran SOP Observasi -
Ekstrak ekstrak Sitz
Bunga bunga telang Bath
Telang 25 gram
dengan air
dingin
sebanyak
800 ml
sebelum
dilakukan
perendaman
perineum.
Dilakukan
selama 7
hari pasca
post partum
pada pagi
dan sore hari
3. Penyembuha Perawatan Lembar 0= Penyembuhan Ordina
n luka yang penilaia luka baik (good l
perineum dilakukan n skala wound healing)
terhadap REEDA 1-5 = Penyembuhan
luka luka kurang baik
perineum (insufficient wound
dan healing)
pengamatan >5 = Penyembuhan
hari luka buruk (poor
penyembuha wound healing)
n luka (Aprelia,2022).
dengan
pemberian
ekstrak daun
pegagan dan
ekstrak
bunga telang
yang
diobservasi
selama 6-7
hari

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri pada


ruang nifas, alasan peneliti melaksanakan penelitian di lokasi ini
dikarenakan pada bulan Januari – Maret tahun 2023 terdapat ibu
hamil yang masuk dalam trimester 3

3.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada rentang bulan September – Maret 2023


yang terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari persiapan
penelitian hingga pelaksanaan penelitian dilakukan.

3.8 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen yang


berupa lembar observasi yang berisi data karakteristik responden yang berisi
nama, usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Instrumen REEDA yang digunakan
untuk mengukur lama atau tidaknya penyembuhan luka perineum sesudah
diberikan intervensi berupa metode sitz bath. SOP metode sitz bath dengan
menggunakan ekstrak daun pegagan dan ekstrak bunga telang sebagai
panduan.

3.9 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan


tujuan dan kegunaan tertentu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
sebagai berikut :

1. Sebelum Penelitian
a. Perizinan
 Sebelum mencari data penelitian, peneliti mengurus surat izin
dari Poltekkes Kemenkes Malang
 Peneliti mengajukan permohonan izin studi pendahuluan dari
institusi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
 Peneliti mengajukan permohonan izin studi pendahuluan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri untuk disampaikan ke
Kepala Rumah Sakit RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri dalam
melakukan pengumpulan data
 Peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang kia pada RSIA
Aura Syifa untuk mengetahui data mengenai ibu hamil
trimester 3 pada bulan januari – maret 2023.
 Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri
 Peneliti memberikan surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri ke Kepala Rumah Sakit RSIA Aura Syifa
b. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur dalam penelitian ini adalah REDAA untuk mengukur
lama penyembuhan luka perineum, dan lembar observasi yang berisi
data karakteristik responden. Standar operasional prosedur yang
digunakan sebagai panduan dalam memberikan intervensi metode stiz
bath dengan ekstrak pegagan dan ekstrak bunga telang
c. Asisten Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan asisten peneliti
untuk membantu dalam memberikan intervensi metode stiz bath
kepada responden. Peneliti menyamakan presepsi dengan asisten
peneliti mengenai tindakan yang akan dilaksanakan. Asisten peneliti
yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak dua orang.
2. Saat Penelitian
a. Pertemuan pertama peneliti memperoleh data ibu hamil dari RSIA
Aura Syifa dan berkunjung ke rumah responden.
b. Memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud dan
tujuan penelitian
c. Menentukan karakteristik responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi, kemudian melakukan pengambilan responden
secara acak menggunakan undian sejumlah sampel yang dibutuhkan.
d. Memberikan surat persetujuan menjadi responden
e. Pelaksanaan metode sitz bath dilakukan door to door ke rumah
responden

3.10 Metode Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah – langkah yang harus


dilakukan, antara lain :

1. Editing
2. Coding
3. Tabulasi
4. Cleaning Data

3.11 Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang


mudah dibaca dan di presentasikan. Analisa data untuk mengetahui
perbedaan perawatan perineum dengan menggunakan ekstrak daun pegagan
dan ekstrak bunga telang, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan
menggunakan Uji Statistik dengan Uji F. Untuk menganalisa data yang
sudah didapat, peneliti menggunakan program SPSS versi 22.

3.12 Etika Penelitian

3.12.1 Ijin penelitian

Ijin penelitian menggunakan manusia sebagai obyek penelitian


untuk itu diperlukan Informed Consent dari ibu nifas yang
mengalami luka perineum yang dijadikan responden.

3.12.2 Anonimty

Peneliti tidak mencantumkan nama responden melainkan


menggantinya dengan kode responden pada lembar pengumpulan
data.

3.12.2 Non Malefience

Peneliti memberikan tindakan yang tidak membahayakan


dan tidak memberikan efek samping yang negatif bagi responden
seperti memperlambat penyembuhan luka, menimbulkan infeksi
pada perineum, dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA

Rini, Susilo dan Feti, Kumala. 2017. Panduan Asuhan Nifas dan Ecidene
Based Practice. Yogyakarta:Penerbit Deepublish. Hlm 1

Aritonang, Juneris. 2021. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Yogyakarta:Deepublish. Hlm 7

Rochmayanti, N Shinta & Kholifatul, Ummah. 2019. Pijat Perineum


Selama Masa Kehamilan Terhadap Kejadian Rupture Perineum Spontan.
Surabaya:CV Jakad Publishing

Aminuddin,Muhammad dkk. 2020. Modul Perawatan Luka.


Samarinda:CV Gunawana Lestari

Aprelia, Rosmala. 2022. Efektivitas Daun Jambu Biji Terhadap Lama


Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum Di Praktik Mandiri
Bidan Kota Bengkulu. Bengkulu:Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Kumalasari, I. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta:Salemba Medika

Susetyarini, Rr Eko dkk. 2020. Atlas Morfologi dan Anatomi Pegagan


(centella asiatica (L.) Urban.) Malang:UMM

Arum, dkk. 2011. Phytohemical Screening and Antibacterial Activity of


Leaf and Cellus Extracts of Centella Asiatica. Bangladesh J. Pharmacol. 6-
55-6.

Oktafiani, Heni. 2022. Pemanfaatan Bunga Telang Dalam Perawatan


Luka Perineum Ibu Nifas Di Praktik Bidan Kota Bandung. Jawa
Barat:Jurnal Riset Kesehatan Nasional

Tonasih & Vianty, Mutya Sari. 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Bantul:Penerbit K-Media. Hlm 7

Anda mungkin juga menyukai