PENDAHULUAN
1
pada ibu hamil dan meningkatnya cakupan persalinan yang dilaksanakan di
fasilitas kesehatan.
Salah satu penyebab kematian ibu adalah tingginya komplikasi
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas. Penyebab langsung kematian ibu
biasanya terkait erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan,
persalinan, dan masa nifas (Dewi, 2016).
Asuhan pada masa nifas sangat penting dilakukan oleh tenaga
kesehatan guna mendekteksi adanya perdarahan masa nifas. Asuhan
kebidanan masa nifas atau perawatan masa nifas adalah untuk
menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Oleh karena itu penolong persalinan berwaspada sekurang-kurangnya
1 jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila
partus berlangsung lama (Ilmiah, 2015).
Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya dan
diperkirakan 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam setelah persalinan, salah
satu komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum
yang terjadi pada hampir semua persalinan primigravida dan tidak jarang
pada persalinan berikutnya yang dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi
sehingga mengakibatkan tingginya morbiditas dan mortalitas ibu (Vivian,
2011).
Komplikasi yang terjadi pada ruptur perineum adalah melemahnya
diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya prolapsus
uteri dan fistula dikemudian hari dan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi frekuensi terjadinya komplikasi pada ruptur perineum
dengan tehnik aseptik dan antiseptik dalam merawat luka perineum
(Prawirohardjo, 2016). Ruptur perinium adalah robekan yang terjadi pada saat
bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum
2
terjadi hampir semua primipara. Ruptur perineum dapat terjadi karena ruptur
spontan maupun episiotomi. Sebagian besar ini bersalin mengalami robekan
pada vagina dan perineum yang memberikan perdarahan dalam jumlah
bervariasi (Walyani, 2015).
Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna
untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah
infeksi dan mempercepat penyembuhan luka jahitan perineum. Salah satu
solusi bagi ibu post partum untuk mempercepat penyembuhan luka perineum
selain menggunakan obat medis adalah obat tradisional, yaitu yang diperoleh
dari dunia herbal alami yakni pemanfaatan daun sirih merah dan
mengkomsumsi telur rebus secara rutin setiap harinya (Prawihardjo, 2016).
Menurut penelitian, pipercrocatum extract atau ekstrak daun sirih
Daun sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi dari daun
sirih hijau. Kandungan kimia dalam ekstrak sirih merah antara lain adalah
minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, alilprokatekol, karvakrol,
eugenol, p-cymene, cineole, cariofelen, kadimen estragol, terpendan fenil
propada. Karvakrol bersifat desinfektan dan antijamur sehingga digunakan
sebagai obat antiseptic (Damarini, dkk 2017).
Ekstrak sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, tannin
danminyakatsiriyang terutama bersifat sebagai antimikroba. Penelitian
membuktikan bahwa ekstrak sirih merah mempunyai efek antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Penelitian menggunakan
metode eksperimental laboratorium untuk membuktikan kemampuan
antibakteri ekstrak sirih merah (Piper crocatum) terhadap bakteri standar
laboratorium. Bakteri gram positif pada penelitian ini dilakukan pada
Staphylococcus auressementara untuk bakteri gram negatif dilakukan pada
Escherichia coli. Penelitian meliputi preparasi sampel, pembuatan ekstrak,
dan uji daya antibakteri. Hasil penelitiannya menunjukkan Ekstrak etanol
sirih merah mempunyai kemampuan antibakteri terhadap bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif khususnya terhadap Staphylococcus aureus ATCC
25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 dan Kadar Hambat Minimal (KHM)
3
ekstrak etanol sirih merah terhadap Staphylococcus aureus(gram positif)
cenderung pada kadar 25%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat
dikembangkan untuk diterapkan sebagai obat luar pada perawatan luka.
Bidan Klinik Pratama Putri Asih Hj. Asna Misdarwita Amd, Keb,
merupakan salah satu klinik yang mendukung Program penurunan (AKI) dan
(AKB), dengan membuka pelayanan Ante Natal Care (ANC), Persalinan 24
jam. Dari hasil Wawancara yang penulis lakukan di Klinik Pratama Putri
Asih, rata-rata jumlah persalinan setiap bulannya sebanyak 15-20 persalinan.
Dari 15 ibu yang mengalami luka jahitan perineum rata-rata 10-15
diantaranya mengalami penyembuhan luka perineum yang lambat
membutuhkan waktu 10 hari dikarenakan pola nutrisi yang masih mengikuti
tradisi ngadem dan pola hygine yang tidak benar. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Efektifitas Air Rebusan Daun
Sirih Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di
Klinik Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti rumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apakah Efektifitas Air Rebus Daun Sirih Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik
Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru”.?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektifitas Air Rebus Daun Sirih Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik
Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevelensi luka perineum pada ibu nifas sebelum
mengkonsumsi rebusan daun air sirih di klinik pratama putri asih kota
pekanbaru.
4
2. Untuk mengetahui prevelensi luka perineum pada ibu nifas sesudah
mengkonsumsi rebusan daun air sirih di klinik pratama putri asih kota
pekanbaru.
3. Untuk menegetahui efektifitas rebusan daun sirih dalam mempercepat
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik pratama putri asih
kota pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Klinik Pratama Putri Asih
Sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan bagi Klinik
Pratama Putri Asih terkait dalam memberikan informasi pelayanan tentang
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
1.4.2 Bagi Institusi STIKes Al Insyirah
Dapat dijadikan bahan bacaan tambahan perpustakaan di Stikes Al
Insyirah tentang Efektifitas Rebusan Daun Sirih Dalam Mempercepat
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Pratama Putri
Asih Kota Pekanbaru.
1.4.3 Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharakan dapat memberikan manfaat bagi
responden agar lebih mengetahui tentang manfaat mengkonsumsi rebusan
daun sirih dalam mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas.
1.4.4 Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu penegetahuan, pengalaman, dan
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dengan membuat laporan
penelitian secara ilmiah dan sistematis.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dalam ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MASA NIFAS
6
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi agar tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7) Menjaga ibu dan bayi dalam 8 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai bayi baru lahir dalam keadaan baik.
b. Kunjungan II (6 Hari Setelah Persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam , infeksi perdarahan
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi dan cukup cairan
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui
6) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
c. Kunjungan III (Setelah 2 Minggu Persalinan )
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
d. Kunjungan IV (Setelah 6 Minggu Persalinan)
1) Menanyakan Penyulit-Penyulit Yang Dialami Ibu Selama Masa Nifas
2) Memberikan konseling KB secara dini (Martalia,2017).
1) Uterus
Proses kembali uterus keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri
mencapai 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan
involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simfisis. Uterus tidak bisa di palpasi pada
abdomen pada hari ke sembilan (Martalia,2017).
Tabel 2.3
Tinggi fundus uteri dan involusi uterus
8
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga
seperti corong, segera setelah lahir. Serviks berwarna merah kehitam-
hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kacil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap.
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
(a) Lochea rubra / merah
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke- 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi ), dan mekonium.
(b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke- 4 sampai hari ke- 7 postpartum.
(c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke- 7
sampai hari ke- 14.
(d) Lochea alba / putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
5) Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu,
tergangtung pada :
a) Keadaan atau status sebelum persalinan.
b) Lamanya partus kala II di lalui.
c) Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalianan.
9
6) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu badan
Sekitar hari ke- 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit,
antara 37,2–37,5 C. kemungkinan disebabkan karena ikutan dari
aktivitas payudara.
b) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit, yakni pada
waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh.
c) Tekanan darah
Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
d) Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat (Walyani,2015).
2.1.6. Psikologis Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis
yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya.
Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain :
a. Periode “Taking In”
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya
rpasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya.
2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
psikologis ibu.
10
b. Periode “ Taking Hold”
1) Periode ini berlangsung pada harui ke- 2-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut.
6) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan
yang terjadi.
7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik
bimbingannya. Apakah menyinggung perasaan atau membuat perasaan
ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “ jangan
begitu” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan
akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan
berikan.
c. Periode “ Taking Go”
1) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga.
2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung
padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan
hubungan sosial.
3) Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini (Vivian, 2013).
11
2.2 LUKA PERINEUM
12
Pada kenyataan fase-fase penyembuhan akan tergantung pada
beberapa faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum
pasien, cara rawatan luka perineum yang tepat, serta bantuan atapun
intervensi ari luar yang ditujukan dalam rangka mendukung penyembuhan.
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan (Hamilton, 2016).
a. Penyebab Maternal
b. Faktor Janin
1) Bayi besar,
3) Kelahiran bokong,
5) Distosia bahu.
13
kepala pada perenium sehingga membantu mencegah kerusakan otak. Ini
berlaku untuk setiap bayi tetapi terutama penting untuk bayi yang daya
tahan yang rendah terhadap trauma,seperti bayi prematur dan bayi yang
lahir dari ibu yang menderita diabetes (Rohani,2015).
b. Ruptur
Rupture adalah luka pada perineum yang menagkibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau
bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur,
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. Dampak
terjadinya rupture perineum atau robekan jalan lahir adalah terjadinya
infeksi (Ilmiah, 2015).
14
d. Robekan Derajat Empat
Pada robekan yang total spingter recti terpotong dan laserasi meluas
sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi.
Gambar 2.1
(Ilmiah, 2015)
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap
proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein. .
b. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka.Salah satu sifat genetic yang mempengaruhi adalah
kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga dapat
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-
kalori.
c. Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi
15
asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. ikan
protein-kalori. (Rukiyah, 2010)
2.2.7 Perawatan Luka Perineum
16
2.2.8 Waktu Perawatan Luka Perineum
a. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b.Setelah Buang Air Kecil (BAK)
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan
besar terjadi kontaminasi air seni pada rektu akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
c. Setelah Buang Air Besar (BAB)
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Perawatan perineum dengan laserasi selama 10 hari, yaitu :
1) Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut
dengan baik sehinga tidak bergeser.
2) Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari
penyebaran infeks dari anus ke vagina.
3) Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area
perineum setelah defekasi. Keringkan dengan air pembalut atau
ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke anal.
4) Jangan dipegang samapi area tersebut pulih.
5) Raasa gatal pada area sekitar jaahitan adalah normal dan merupakan
tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman,
atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan
kain pembalut yang telah diinginkan.
17
6) Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi
tekanan pada daerah tersebut.
7) Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran
darah disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut
bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area
tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam
beberapa minggu.
Karakter morfologi daun sirih merah (Indonesia) atau sirih rimau atau
sireh harimau (Malaya) dengan nama ilmiah Pporphyrophyllum adalah
dengan bentuk daun dari menjantung - mendelta - membulat telur -
(membulat), ukuran daun sangat bervariasi dengan wama daun dari hijau
kemerahan sampai hijau merah keeoklatan - hijau merah kehitaman. Pada
jenis ini belum dapat dipastikan adanya perbedaan bentuk daun pada fase
muda dan fase dewasa seperti yang terlihat pada jenis sirih lainnya.
Gambar 2.2
(Farida, 2018)
19
pikir, meningkatkan gerakan peristaltik. Dengan peningkatan peristaltik,
berarti dapat memperlancar peredaran darah sehingga kandungan oksigen
juga menjadi lebih baik sehingga sangat membantu proses penyembuhan
luka.
20
Sementara itu air rebusannya yang mengandung antiseptik berkhasiat
sebagai obat kumur, untuk mencuci bagian intim kaum hawa, sebagai obat
keputihan, dan menghilangkan bau badan. Saat ini sirih merah (Piper betle L.
var. Rubrum) diminati oleh masyarakat luas untuk mengobati berbagai
penyakit, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, kanker, lever, radang pada
mata, dan keputihan. Tanaman ini memiliki kandungan kimia seperti flavonoid,
alkaloid, senyawa planolod, tannin, dan minyak astiri. Pengamatan, kajian, dan
pengalamannya di Klinik Herbal Center (KHC), menemukan bentuk formula
sirih merah yang berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit (Yulistianti,
2015).
2.3.5 Cara Membuat Air Rebusan Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)
Daun sirih merah dipilih yang bagus dengan umur minimal 4 bulan,
kemudian ambil daun sirih 4-5 lembar dicuci bersih pada air mengalir ,
kemudian dihaluskan. Kemudian rebus daun sirih merah 4-5 lembar dengan api
sedang selama 10-15 menit. Setelah api dimatikan didiamkan terlebih dahulu
atau diendapkan lalu diambil larutannya dengan menggunakan baskom.
d. Cara Pemakaian
sebelum digunakan, terlebih dauhulu disaring baru bisa digunakan
dengan cara mengoles/totol-totol pada luka perineum setiap selesai cebok.
Perlakuan diberikan pada hari pertama postpartum dan selanjutnya dilakukan
21
pengukuran lama penyembuhan luka perineum melalui observasi selama 7 hari.
(Damarini, 2018)
Intensitas penyembuhan
1. Pengetahuan
Ibu post partum
2. Sosial Ekonomi
3. Budaya
4. Kebiasaan Seseorang
5. Kondisi Fisik.
22
2.5 Kerangka Konsep
2.6 Hipotesis
23
BAB III
METODE PENELITIAN
01 X 02
Keterangan :
24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemdian ditarik kesimpulannya
(Hidayat, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah pada ibu nifas yang ada
di Klinik Pratama Putri Asih, rata-rata persalinan di Klinik Pratama Putri
Asih sebesar 15-20 orang perbulan.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Hidayat,2013). Sampel
penelitian ini adalah ibu post partum yang ada diklinik pratama putri Asih.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu immedine post partum (ibu dengan 6-8 jam post partum)
2. Ibu post partum yang bersedia menggunakan minuman air rebusan daun
sirih.
3. Ibu post partum dengan persalinan pervaginam dengan luka jahitan
perineum 2-3 derajat.
3.4 Besar Sampel
26
2013)
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan dengan mengecek kembali hasil tindakan.
2. Coding
Coding adalah kegiatan pengelompokkan data dengan pemberian
lambing atau kode tertentu.
3. Entry
Entry adalah proses memasukkan seluruh data yang telah
dikumpulkan kedalam program komputerisasi berupa data.
28
4. Cleaning
Cleaning adalah data yang sudah diperiksa lagi mengenai data
maupun hasil tindakan sebelum dan sesudah tindakan.
5. Processing
Data diproses dengan mengelompokkan data kedalam variable yang
sesuai. Data tindakan sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun
air sirih dimasukkan kedalam data responden (Saryono,2011).
29
Kriteria pengambilan keputusan dengan menggunakan nilai
signifikan atau p value > 0,05 maka H0 gagal ditolak dan jika nilai signifikan
atau p value < 0,05 maka H0 ditolak atau efektif (Notoadmodjo,2013).
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna & Diah Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta: Mitra Cendekia Offset
Asih, Yusari. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta :Trans Info
Media
Dewi, V. N. L. Dan Sunarsih, T. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, Jakarta
:Salemba Medika
Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkesprov) Jawa Tengah. 2014. Buku Saku Jawa
Tengah Triwulan II tahun 2014. http://bukusakujawatengahtriwulanII.com.
Diakses tanggal 17 Maret 2016 Pukul 15.00 WIB
Lina, dkk. 2015. Daun Ajaib Tumbas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika
Patth. 2005. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC
Prawirohardjo. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Purwoastuti, 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Nuha Medica
Rohani, et all. 2011. Asuhan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika
Rukiyah, A.I., Yuliyanti, L. 2009. Asuhan Kebidanan III. Jakarta: Trans Info
Media 2010.
Saryono,2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.
Yogyakarta : Nuha Medica
30
Sekpemkes RI. 2015. Tujuan Pembangunan Berkelanjuran.
http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wpcontent/uploads/
015/1 2/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf. Diakses 13 Desember 2019 Pukul
15.00 WIB.
Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Salemba
Media
Walyani, E. S. Dan Purwoastuti, Th. E. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta :Pustaka Barupress
Yanti. 2017. Hubungan Pengetahuan, sikap ibu dengan bendungan ASI . Jakarta :
Trans Medica
31