Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas atau post partum merupakan masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi
secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama
masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu
60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Matarlia,2019).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Menurut Word Health Organization
(WHO) tahun 2015, angka kematian ibu mencapai 126 per 100.000 kelahiran
hidup. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007,
yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, Berdasarkan hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 peningkatan AKI yang signifikan
yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali
menujukkan penurunan menja di 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup.
Berdasarkan data dari laporan rutin dari fasilitas kesehatan yang
ada di (Profil Kesehatan Provinsi Riau dari tahun 2016) diketahui angka
kematian ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007. Tetapi meningkat lagi menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Dari data tersebut, jumlah
kematian ibu yang berasal dari laporan rutin fasilitas kesehatan pada tahun
2016 juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebanyak 7,8
per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab menurunnya angka
kematian ibu yaitu meningkatnya cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC)

1
pada ibu hamil dan meningkatnya cakupan persalinan yang dilaksanakan di
fasilitas kesehatan.
Salah satu penyebab kematian ibu adalah tingginya komplikasi
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas. Penyebab langsung kematian ibu
biasanya terkait erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan,
persalinan, dan masa nifas (Dewi, 2016).
Asuhan pada masa nifas sangat penting dilakukan oleh tenaga
kesehatan guna mendekteksi adanya perdarahan masa nifas. Asuhan
kebidanan masa nifas atau perawatan masa nifas adalah untuk
menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Oleh karena itu penolong persalinan berwaspada sekurang-kurangnya
1 jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila
partus berlangsung lama (Ilmiah, 2015).
Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya dan
diperkirakan 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam setelah persalinan, salah
satu komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum
yang terjadi pada hampir semua persalinan primigravida dan tidak jarang
pada persalinan berikutnya yang dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi
sehingga mengakibatkan tingginya morbiditas dan mortalitas ibu (Vivian,
2011).
Komplikasi yang terjadi pada ruptur perineum adalah melemahnya
diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya prolapsus
uteri dan fistula dikemudian hari dan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi frekuensi terjadinya komplikasi pada ruptur perineum
dengan tehnik aseptik dan antiseptik dalam merawat luka perineum
(Prawirohardjo, 2016). Ruptur perinium adalah robekan yang terjadi pada saat
bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum
2
terjadi hampir semua primipara. Ruptur perineum dapat terjadi karena ruptur
spontan maupun episiotomi. Sebagian besar ini bersalin mengalami robekan
pada vagina dan perineum yang memberikan perdarahan dalam jumlah
bervariasi (Walyani, 2015).
Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna
untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah
infeksi dan mempercepat penyembuhan luka jahitan perineum. Salah satu
solusi bagi ibu post partum untuk mempercepat penyembuhan luka perineum
selain menggunakan obat medis adalah obat tradisional, yaitu yang diperoleh
dari dunia herbal alami yakni pemanfaatan daun sirih merah dan
mengkomsumsi telur rebus secara rutin setiap harinya (Prawihardjo, 2016).
Menurut penelitian, pipercrocatum extract atau ekstrak daun sirih
Daun sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi dari daun
sirih hijau. Kandungan kimia dalam ekstrak sirih merah antara lain adalah
minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, alilprokatekol, karvakrol,
eugenol, p-cymene, cineole, cariofelen, kadimen estragol, terpendan fenil
propada. Karvakrol bersifat desinfektan dan antijamur sehingga digunakan
sebagai obat antiseptic (Damarini, dkk 2017).
Ekstrak sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, tannin
danminyakatsiriyang terutama bersifat sebagai antimikroba. Penelitian
membuktikan bahwa ekstrak sirih merah mempunyai efek antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Penelitian menggunakan
metode eksperimental laboratorium untuk membuktikan kemampuan
antibakteri ekstrak sirih merah (Piper crocatum) terhadap bakteri standar
laboratorium. Bakteri gram positif pada penelitian ini dilakukan pada
Staphylococcus auressementara untuk bakteri gram negatif dilakukan pada
Escherichia coli. Penelitian meliputi preparasi sampel, pembuatan ekstrak,
dan uji daya antibakteri. Hasil penelitiannya menunjukkan Ekstrak etanol
sirih merah mempunyai kemampuan antibakteri terhadap bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif khususnya terhadap Staphylococcus aureus ATCC
25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 dan Kadar Hambat Minimal (KHM)
3
ekstrak etanol sirih merah terhadap Staphylococcus aureus(gram positif)
cenderung pada kadar 25%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat
dikembangkan untuk diterapkan sebagai obat luar pada perawatan luka.
Bidan Klinik Pratama Putri Asih Hj. Asna Misdarwita Amd, Keb,
merupakan salah satu klinik yang mendukung Program penurunan (AKI) dan
(AKB), dengan membuka pelayanan Ante Natal Care (ANC), Persalinan 24
jam. Dari hasil Wawancara yang penulis lakukan di Klinik Pratama Putri
Asih, rata-rata jumlah persalinan setiap bulannya sebanyak 15-20 persalinan.
Dari 15 ibu yang mengalami luka jahitan perineum rata-rata 10-15
diantaranya mengalami penyembuhan luka perineum yang lambat
membutuhkan waktu 10 hari dikarenakan pola nutrisi yang masih mengikuti
tradisi ngadem dan pola hygine yang tidak benar. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Efektifitas Air Rebusan Daun
Sirih Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di
Klinik Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti rumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apakah Efektifitas Air Rebus Daun Sirih Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik
Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru”.?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektifitas Air Rebus Daun Sirih Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik
Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevelensi luka perineum pada ibu nifas sebelum
mengkonsumsi rebusan daun air sirih di klinik pratama putri asih kota
pekanbaru.

4
2. Untuk mengetahui prevelensi luka perineum pada ibu nifas sesudah
mengkonsumsi rebusan daun air sirih di klinik pratama putri asih kota
pekanbaru.
3. Untuk menegetahui efektifitas rebusan daun sirih dalam mempercepat
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik pratama putri asih
kota pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Klinik Pratama Putri Asih
Sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan bagi Klinik
Pratama Putri Asih terkait dalam memberikan informasi pelayanan tentang
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
1.4.2 Bagi Institusi STIKes Al Insyirah
Dapat dijadikan bahan bacaan tambahan perpustakaan di Stikes Al
Insyirah tentang Efektifitas Rebusan Daun Sirih Dalam Mempercepat
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Pratama Putri
Asih Kota Pekanbaru.
1.4.3 Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharakan dapat memberikan manfaat bagi
responden agar lebih mengetahui tentang manfaat mengkonsumsi rebusan
daun sirih dalam mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas.
1.4.4 Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu penegetahuan, pengalaman, dan
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dengan membuat laporan
penelitian secara ilmiah dan sistematis.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dalam ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MASA NIFAS

2.1.1 Konsep Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama nifas, organ reproduksi secara perlahan
akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ
reproduksi ini disebut involusi (Walyani,2015).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas


Puerperium dini : ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidurnya dalam 24-48 jam setelah persalinan. Keuntungan dari puerperium
dini adalah merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kemih lebih
baik, ibu dapat segera belajar merawat bayinya.
a. Puerperium Intermedia : adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu.
b. Remote Puerperium : Mochtar (1998:115) mengatakan remote
puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai
komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-
bulan dan tahunan (Martalia,2017).

2.1.3 Kunjungan Nifas


a. Kunjungan I (6-8 Jam Setelah Persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena otonia uteri
2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
3) Memberi konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri
4) Pemberian ASI awal

6
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi agar tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7) Menjaga ibu dan bayi dalam 8 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai bayi baru lahir dalam keadaan baik.
b. Kunjungan II (6 Hari Setelah Persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam , infeksi perdarahan
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi dan cukup cairan
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui
6) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
c. Kunjungan III (Setelah 2 Minggu Persalinan )
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
d. Kunjungan IV (Setelah 6 Minggu Persalinan)
1) Menanyakan Penyulit-Penyulit Yang Dialami Ibu Selama Masa Nifas
2) Memberikan konseling KB secara dini (Martalia,2017).

2.1.4. Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas


1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadikomplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan dini, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan KB.
5) Mendapatkan kesehatan emosi (Walyani,2015).
7
2.1.5. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

1) Uterus
Proses kembali uterus keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri
mencapai 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan
involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simfisis. Uterus tidak bisa di palpasi pada
abdomen pada hari ke sembilan (Martalia,2017).
Tabel 2.3
Tinggi fundus uteri dan involusi uterus

Involusi Tinggi fundus Berat uterus


Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari ( 1 minggu ) Pertengahan pusat- 500 gram
14 hari ( 2 minggu ) simpis 350 gram
42 hari ( 6 minggu ) Tak teraba 50 gram
56 hari ( 8 minggu ) Sebesar hamil 2 30 gram
minggu
Normal
(Sondakh, 2013)
2) Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya serat selama
persalinan. Disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan
dengan jahitan pada perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa
nyeri (Sondakh, 2013).
3) Perubahan pada Servik

8
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga
seperti corong, segera setelah lahir. Serviks berwarna merah kehitam-
hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kacil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap.
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
(a) Lochea rubra / merah
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke- 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi ), dan mekonium.
(b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke- 4 sampai hari ke- 7 postpartum.
(c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke- 7
sampai hari ke- 14.
(d) Lochea alba / putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
5) Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu,
tergangtung pada :
a) Keadaan atau status sebelum persalinan.
b) Lamanya partus kala II di lalui.
c) Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalianan.
9
6) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu badan
Sekitar hari ke- 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit,
antara 37,2–37,5 C. kemungkinan disebabkan karena ikutan dari
aktivitas payudara.
b) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit, yakni pada
waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh.
c) Tekanan darah
Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
d) Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat (Walyani,2015).
2.1.6. Psikologis Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis
yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya.
Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain :
a. Periode “Taking In”
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya
rpasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya.
2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
psikologis ibu.
10
b. Periode “ Taking Hold”
1) Periode ini berlangsung pada harui ke- 2-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut.
6) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan
yang terjadi.
7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik
bimbingannya. Apakah menyinggung perasaan atau membuat perasaan
ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “ jangan
begitu” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan
akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan
berikan.
c. Periode “ Taking Go”
1) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga.
2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung
padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan
hubungan sosial.
3) Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini (Vivian, 2013).

11
2.2 LUKA PERINEUM

2.2.1 Defenisi Perineum


Perineum adalah area kulit antara liang vagina dengan anus(dubur)
yang dapat robek ketika melahirkan atau sengaja digunting guna melebarkan
jalan keluar bayi ( Episiotomy). Perineum itu terletak antara vulva dan anus
yang panjangnya rata-rata 4 cm (Wulandari,2014).
Perineum adalah area kulit dan otot diantara anus dan vagina, yang
menykokng organ internal rongga panggul dan dapat meregang untuk
memfaslitasi kelahiran bayi. Ketika kepala bayi menyembul vagina, perineum
dengan sendirinya meregang untuk memberi jalan keluar bayi. Beberapa
pernyataan tersebut memaparkan bahwa perineum adalah area kulit dan otot
yang panjangnya rata-rata 4 cm, letaknya berada diantara anus dan vagina
yang dapat robek saat melahirkan ataupun sengaja digunting untuk
memfasilitasi keluarnya bayi (Fatimah, 2019).

2.2.2 Defenisi Luka Perineum


Robekan Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan dan terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada perslinan berikutnya. Perawatan perineum merupakan
pememnuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi
vulva dan anus pada ibu dalam masa kelahiran plasenta sampai dengan
kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil. Kebanyakan
robekan perineum terjadi sewaktu melahirkan dan penanganannya
merupakan masalah kebidanan. Robekan perineum bisa terjadi spontan bisa
juga karena tindakan episiotomy. Beberapa cidera jaringan penyokong, baik
cidera akut maupun nonakut, baik telah diperbaiki atau belum, dapat menjadi
masalah ginekologis dikemudian hari. Kerukasakan penyokong biasanya
segera terlihat dan diperbaiki setelah persalinan. Luka laserasi jaln lahir
biasanya ada sedikit jaringan yang hilang karena luka ini hasil tindakan
episotomi atau laserasi (Sondakh, 2012).

12
Pada kenyataan fase-fase penyembuhan akan tergantung pada
beberapa faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum
pasien, cara rawatan luka perineum yang tepat, serta bantuan atapun
intervensi ari luar yang ditujukan dalam rangka mendukung penyembuhan.
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan (Hamilton, 2016).

2.2.3 Etiologi Luka Perineum

a. Penyebab Maternal

1) Partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong,

2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan,

3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang


berlebihan,

4) Edema dan kerapuhan pada perineum.

b. Faktor Janin

1) Bayi besar,

2) Posisi kepala yang abnormal,

3) Kelahiran bokong,

4) Ekstraksi forsep yang sukar

5) Distosia bahu.

2.2.4 Bentuk Luka Perineum


Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada dua macam yaitu :
a. Episiotomi
Episiotomi (perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar
ruang pada lubang keluar atau jalan-lahir sehingga memudahkan kelahiran
anak. Fielding Ould, pada tahun 1872, dokter ahli kebidanan pertama yang
melaksanakan episiotomi. Episiotomi yang dilakukan pada saat yang tepat
tidak hanya memudahkan kelahiran tetapi juga mengurangi penekanan

13
kepala pada perenium sehingga membantu mencegah kerusakan otak. Ini
berlaku untuk setiap bayi tetapi terutama penting untuk bayi yang daya
tahan yang rendah terhadap trauma,seperti bayi prematur dan bayi yang
lahir dari ibu yang menderita diabetes (Rohani,2015).

b. Ruptur
Rupture adalah luka pada perineum yang menagkibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau
bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur,
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. Dampak
terjadinya rupture perineum atau robekan jalan lahir adalah terjadinya
infeksi (Ilmiah, 2015).

2.2.5 Klasifikasi Laserasi Perineum

a. Robekan Derajat Satu


Mukosa vagina, kulit perineum tepat dibawahnya. Umumnya robekan
tingkat 1 dapat sembuh sendiri penjahitan tidak diperlukan jika tidak
perdarahan dan menyatu dengan baik.

b. Robekan Derajat Dua


Meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum. Perbaikan
luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot diafragma
urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka
pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan jaringan -
jaringan dibawahnya.

c. Robekan Derajat Tiga


Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot
spingterani eksternal. Pada robekan partialis denyut ketiga yang robek
hanyalah spingter.

14
d. Robekan Derajat Empat
Pada robekan yang total spingter recti terpotong dan laserasi meluas
sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi.
Gambar 2.1

(Ilmiah, 2015)

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap
proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein. .
b.  Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka.Salah satu sifat genetic yang mempengaruhi adalah
kemampuan dalam sekresi insulin  dapat dihambat, sehingga dapat
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi  penipisan protein-
kalori.
c. Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi

15
asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. ikan
protein-kalori. (Rukiyah, 2010)
2.2.7 Perawatan Luka Perineum

a. Pengaertian Perawatan Luka Perineum


Merawat luka perineum adalah hal penting demi mencapai
kesembuhan yang total. Perawatan perineum ditujukan untuk pencegah
infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).
Perawatan perineum yang tidak benar dapat dapat mengakibatkan kondisi
perineum menjadi lembap dan sangat menunjang perkembangbiakan
bakteri yang menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum dan
menghambat proses penyembuhan luka (Walyani, 2015).
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
dengan sehat. Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang
dibatasi oleh vulva dan anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah
perineum yang terdapat laserasi luka jalan lahir/ episiotomi.
b. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Untuk mencegah terjadinya
infeksi, menjaga kebersihan perineum dan memberikan rasa nyaman pada
pasien. (Walyani, 2015)
c. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).

16
2.2.8 Waktu Perawatan Luka Perineum
a. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b.Setelah Buang Air Kecil (BAK)
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan
besar terjadi kontaminasi air seni pada rektu akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
c. Setelah Buang Air Besar (BAB)
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Perawatan perineum dengan laserasi selama 10 hari, yaitu :
1) Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut
dengan baik sehinga tidak bergeser.
2) Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari
penyebaran infeks dari anus ke vagina.
3) Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area
perineum setelah defekasi. Keringkan dengan air pembalut atau
ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke anal.
4) Jangan dipegang samapi area tersebut pulih.
5) Raasa gatal pada area sekitar jaahitan adalah normal dan merupakan
tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman,
atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan
kain pembalut yang telah diinginkan.

17
6) Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi
tekanan pada daerah tersebut.
7) Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran
darah disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki  fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut
bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area
tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam
beberapa minggu.

2.2.9 Dampak Dari Perawatan Luka Perinium


Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat
menunjang perkembang biakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya
infeksi pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan
lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih
lemah (Yuslaili, 2018)

2.3 EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH

2.3.1 Karakteristik Daun Sirih Merah (Piper Porphyrophyllum)

Tumbuhan merambat atau menjalar, panjangnya meneapai sekitar 5-


10 cm, batang bulat, beralur, coklat merah keunguan, beruas dengan panjang
18
ruas 4-15 cm, pada setiap bukunya tumbuh satu daun. Daun tunggal, tipis,
lemas, duduk daun berseling, bentuk daun menjantung - mendelta - membulat
telur, permukaan helaian daun bagian atas cembung, kusam, hijau merah tua
kecoklatan, hijau merah tua kehitaman dengan ilustrasi garis-garis pada
beberapa bagian venanya berwama putih keperakan, merah jambu,
permukaan bagian bawah mencekung, hijau merah keunguan dengan
pertulangan daun yang menonjol, panjang daun 5-17 cm, lebar daun 3,2-15
cm. Tangkai daun coklat hijau kemerahan, panjang 2,2-5,5cm, pangkal
tangkai daun pada helaian daun pada bagian bawah helaian daun
(Farida,2018)

Karakter morfologi daun sirih merah (Indonesia) atau sirih rimau atau
sireh harimau (Malaya) dengan nama ilmiah Pporphyrophyllum adalah
dengan bentuk daun dari menjantung - mendelta - membulat telur -
(membulat), ukuran daun sangat bervariasi dengan wama daun dari hijau
kemerahan sampai hijau merah keeoklatan - hijau merah kehitaman. Pada
jenis ini belum dapat dipastikan adanya perbedaan bentuk daun pada fase
muda dan fase dewasa seperti yang terlihat pada jenis sirih lainnya.

Gambar 2.2

(Farida, 2018)

2.3.2 Kandungan Kimia Daun Sirih Merah

Daun sirih merah mempunyai banyak kandungan yang sangat


bermanfaat bagi kesehatan antara lain mengandung arecolinedi seluruh
bagian tanaman yang bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya

19
pikir, meningkatkan gerakan peristaltik. Dengan peningkatan peristaltik,
berarti dapat memperlancar peredaran darah sehingga kandungan oksigen
juga menjadi lebih baik sehingga sangat membantu proses penyembuhan
luka.

Daunnya mengandung eugenol yang mampu mencegah ejakulasi dini,


membasmi jamur Candida albicans, dan bersifat analgesik sehingga dapat
meredakan rasa nyeri pada luka. Sedangkan kandungan karvakrol bersifat
disinfektan dan anti jamur sehingga bisa digunakan sebagai antiseptik untuk
menghilangkan bau dan keputihan serta mencegah infeksi. Kandungan kimia
minyak atsiri dalam daun sirih bertindak sebagai antiseptik dan penghilang bau
badan seperti, kadinen, kavikol, sineol, eugenol, karvanol dan zat samak.
Selain sebagai ramuan secara eksternal, daun sirih juga bisa digunakan sebagai
ramuan penghilang bau badan secara internal (Kamidah 2018)

2.3.3 Manfaat Daun Sirih Terhadap Penyembuhan Luka Perenium

Kandungan antiseptik pada air rebusan daun sirih. Kesembuhan luka


perineum terjadi dengan proses cepat dikarenakan ibu nifas menggunakan air
rebusan daun sirih untuk cebok 2x/hari setelah mandi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perawatan perlukaan jalan lahir menggunakan daun sirih
dengan cara merebus dan menggunakan airnya untuk cebok atau
membersihkan perlukaan jalan lahir dapat mempercepat penyembuhan luka,
karena daun sirih mengandung chavicol, dan beberapa senyawa biokimia lain
(Ratih, 2018).

2.3.4 Manfaat Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)

Kegunaan daun siri merah (Piper Crocatum) yaitu untuk antiseptik


dan desinfektan. Penggunaan secara tradisional biasanya dengan merebus daun
sirih merah kemudian air rebusan digunakan untuk kumur atau membersihkan
bagian tubuh lain, atau daun sirih merah dilumatkan kemudian ditempelkan
pada bagian tubuh yang luka

20
Sementara itu air rebusannya yang mengandung antiseptik berkhasiat
sebagai obat kumur, untuk mencuci bagian intim kaum hawa, sebagai obat
keputihan, dan menghilangkan bau badan. Saat ini sirih merah (Piper betle L.
var. Rubrum) diminati oleh masyarakat luas untuk mengobati berbagai
penyakit, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, kanker, lever, radang pada
mata, dan keputihan. Tanaman ini memiliki kandungan kimia seperti flavonoid,
alkaloid, senyawa planolod, tannin, dan minyak astiri. Pengamatan, kajian, dan
pengalamannya di Klinik Herbal Center (KHC), menemukan bentuk formula
sirih merah yang berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit (Yulistianti,
2015).

2.3.5 Cara Membuat Air Rebusan Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)

a. Alat dan Bahan


1) Daun sirih Merah 4-5 lembar
2) Air 500 ml
3) Kapas
4) Panci
5) Kompor
6) Gelas ukur 1 buah
7) Baskom 1 buah
b. Cara Pembuatan

Daun sirih merah dipilih yang bagus dengan umur minimal 4 bulan,
kemudian ambil daun sirih 4-5 lembar dicuci bersih pada air mengalir ,
kemudian dihaluskan. Kemudian rebus daun sirih merah 4-5 lembar dengan api
sedang selama 10-15 menit. Setelah api dimatikan didiamkan terlebih dahulu
atau diendapkan lalu diambil larutannya dengan menggunakan baskom.

d. Cara Pemakaian
sebelum digunakan, terlebih dauhulu disaring baru bisa digunakan
dengan cara mengoles/totol-totol pada luka perineum setiap selesai cebok.
Perlakuan diberikan pada hari pertama postpartum dan selanjutnya dilakukan
21
pengukuran lama penyembuhan luka perineum melalui observasi selama 7 hari.
(Damarini, 2018)

24. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini :

Banyak ibu yang mengalami


luka perineum pada masa nifas
Menggunakan air rebusan
daun sirih

Lamanya peyembuhan luka


perineum dapat menyebabkan
Ibu post partum 1-2 hari
infeksi, infeksi yang melebar pasca persalinan
dapat mengakibatkan perdarahan.

Intensitas penyembuhan

1. Pengetahuan
Ibu post partum
2. Sosial Ekonomi
3. Budaya
4. Kebiasaan Seseorang
5. Kondisi Fisik.

Gambar 3. Kerangka Teori


Efektifitas Air Rebus Daun Sirih Dalam Mempercepat Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Pratama Putri Asih Kota
Pekanbaru

22
2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan


antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang
ingin diteliti (Saryono,2011).

Variabel Independen Variabel Dependen

Air Rebus Daun Sirih Penyembuhan Luka Perineum

Gambar 4. Kerangka Konsep


Efektifitas Air Rebus Daun Sirih Dalam Mempercepat Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Pratama Putri Asih Kota
Pekanbaru

2.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesa alternatif yaitu air


rebus daun sirih efektif terhadap penyembuhan luka perineum Di Klinik
Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dengan desain
penelitian quasi experiment dengan rancangan one group with pretest-
posttest. Rancangan penelitian ini dilakukan pada satu kelompok saja tanpa
kelompok pembanding, pengukuran, dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi (Saryono, 2011). Dalam penelitian ini peneliti ingin menilai
bagaimana Rebusan Daun Sirih Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru.
Rancangan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada skema 3.
Skema 3
Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Keterangan :

01 = Luka perineum ibu sebelum menggunakan air rebus daun sirih.


X = Menggunakan rebusan air daun sirih.
02 = Luka perineum ibu sesudah menggunakan rebusan air daun sirih.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Pratama Putri Asih
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Febuari sampai dengan Bulan
April Tahun 2020.

24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemdian ditarik kesimpulannya
(Hidayat, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah pada ibu nifas yang ada
di Klinik Pratama Putri Asih, rata-rata persalinan di Klinik Pratama Putri
Asih sebesar 15-20 orang perbulan.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Hidayat,2013). Sampel
penelitian ini adalah ibu post partum yang ada diklinik pratama putri Asih.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu immedine post partum (ibu dengan 6-8 jam post partum)
2. Ibu post partum yang bersedia menggunakan minuman air rebusan daun
sirih.
3. Ibu post partum dengan persalinan pervaginam dengan luka jahitan
perineum 2-3 derajat.
3.4 Besar Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian


jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Saryono, 2011).
Menurut (Hidayat, 2013) jumlah sampel min untuk penelitian kuantitatif
adalah 50 orang.

besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus


solvin sebagai berikut :
Keterangan :
N
Rumus : n= ¿
N : Besar Populasi
1+ N ¿ ¿
n : Besar Sampel
e : Tingkat Kesalahan 10% =(0,1)
25
50
n=
1+50 ( 0,1❑2 )
50
n=
1,5
n=¿ 33,33 = 34 Sampel

Dari perhitungan rumus diatas didapatkan hasil akhir 34 orang responden.

3.5 Defenisi Operasional


Defenisi operasional adalah merupakan penjelasan semua variable
dan istilah yang telah digunakan dalam penelitian secara operasional sehinga
akhirnya mempermudah bacaan dalam mengartikan makna penelitian
(Saryono, 2011).
Untuk lebih jelasnya defenisi operasional dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional

Variable Air rebusan daun Air rebusan Nominal Diberikan


independen: sirih adalah air daun sirih air rebusan
Air Rebusan rebusan air daun merah, daun sirih
Daun Sirih sirih yang di kapas, dan
gunakan responden gelas ukur
selama 2 hari masa
post partum.

Variabel Penyembuhan luka Lembar Rasio Baik : >


Dependen: perineum adalah kuesioner 50%
penyembuhan mulai membaiknya
Luka Perineum luka perineum Kurang
Masa Nifas dalam jangka baik : ≤
waktu 6-7 hari post 50%
partum. (Budiman,

26
2013)

3.6 Alat Pengumpulan Data


Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar
kuesioner dengan melihat intensitas luka perineum pada ibu post partum dan
air rebusan daun sirih yang dioles/ditotol-totolkan dibagian luka perineum.

3.7 Prosedur Pengumpulan Data


3.7.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan observasi
langsung pada ibu post partum
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari intansi terkait
seperti Klinik Pratama Putri Asih Kota Pekanbaru

3.7.2 Tahap Persiapan


1. Menyiapkan bahan rebusan daun sirih sebanyak 4-5 lembar
2. Daun sirih
3. Ramuan ini digunakan dengan cara mengoles/totol-totol pada luka
perineum setiap selesai cebok. Perlakuan diberikan pada hari pertama
postpartum dan selanjutnya dilakukan pengukuran lama penyembuhan
luka perineum melalui observasi selama 7 hari.

3.7.3 Cara Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian akan disusun secara
sistematis agar penelitian dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan
tercapai :
1. Peneliti akan mengurus surat permohonan izin penelitian dari kampus
STIKes Al Insyirah Pekanbaru maka surat izin penelitian akan diantar ke
Klinik Paratama Putri Asih.
27
2. Mempersiapkan Informed consent, lembar observasi
3. Berkenalan dengan calon responden dan menjelaskan tujuan, manfaat dan
prosedur penelitian serta jaminan hak-hak responden.
4. Memberikan penyuluhan tentang manfaat rebusan air daun sirih untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum pada masa nifas.
5. Tahap pelaksanaan adalah peneliti akan melihat (pre-test) intensitas luka
perineum ibu sebelum diberikan air rebusan daun sirih.
6. Memberikan air rebusan daun sirih kepada ibu, dan menganjurkan ibu
untuk mengkonsumsinya sebanyak 1 kali sehari dan dilakukan selama dua
hari berturut-turut.
7. Setelah memberikan air rebusan daun sirih, kemudian peneliti akan
kembali melihat yang sama (post test) untuk mengetahui apakah air
rebusan daun sirih efektif untuk penyembuhan luka perineum.
8. Setelah proses pengumpulan data selesai peneliti akan melakukan analisis
dengan uji static yang sesuai. Kemudian, diakhiri dengan penyajian dan
pengumpulan data hasil penelitian (Saryono,2011).

3.8 Pengolahan Data

3.8.1 Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah


dengan tujuan mengubah data menjadi informasi dengan cara sebagai berikut:

1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan dengan mengecek kembali hasil tindakan.
2. Coding
Coding adalah kegiatan pengelompokkan data dengan pemberian
lambing atau kode tertentu.
3. Entry
Entry adalah proses memasukkan seluruh data yang telah
dikumpulkan kedalam program komputerisasi berupa data.
28
4. Cleaning
Cleaning adalah data yang sudah diperiksa lagi mengenai data
maupun hasil tindakan sebelum dan sesudah tindakan.
5. Processing
Data diproses dengan mengelompokkan data kedalam variable yang
sesuai. Data tindakan sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun
air sirih dimasukkan kedalam data responden (Saryono,2011).

3.9 Analisa Data

Proses analisa akan meliputi analisa univariat dan bivariat dengan


menggunakan program komputerisasi. Rencana analisa data yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu :

3.9.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau


mendeskripsikan karakteristik setiap variable yang di teliti
(Notoadmodjo,2013). Analisa univariat pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui frekuensi variable penyembuhan luka perineum.

3.9.2 Analisa Bivariat

Data lengkap yang telah terkumpul ditabulasi kedalam tabel sesuai


dnegan variable yang hendak diukur. Analisa bivariate dilakukan untuk
mengetahui efektifitas air rebusan daun sirih terhadap luka perineum ibu post
partum. Analisa bivariate menggunakan dependent sample T-test dengan syarat
data terdistribusi dengan normal dengan uji alternative shapirokwilk jika <50,
jika syarat uji dependent T-test tidak terpenuhi maka akan digunakan uji
alternative Wilcoxon jika > 50.

29
Kriteria pengambilan keputusan dengan menggunakan nilai
signifikan atau p value > 0,05 maka H0 gagal ditolak dan jika nilai signifikan
atau p value < 0,05 maka H0 ditolak atau efektif (Notoadmodjo,2013).

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta :Pustaka


Rihama

Ambarwati, Eny Retna & Diah Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta: Mitra Cendekia Offset

Asih, Yusari. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta :Trans Info
Media

Dewi, V. N. L. Dan Sunarsih, T. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, Jakarta
:Salemba Medika

Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkesprov) Jawa Tengah. 2014. Buku Saku Jawa
Tengah Triwulan II tahun 2014. http://bukusakujawatengahtriwulanII.com.
Diakses tanggal 17 Maret 2016 Pukul 15.00 WIB
Lina, dkk. 2015. Daun Ajaib Tumbas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika
Patth. 2005. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC
Prawirohardjo. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Purwoastuti, 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Nuha Medica
Rohani, et all. 2011. Asuhan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika
Rukiyah, A.I., Yuliyanti, L. 2009. Asuhan Kebidanan III. Jakarta: Trans Info
Media 2010.
Saryono,2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.
Yogyakarta : Nuha Medica

30
Sekpemkes RI. 2015. Tujuan Pembangunan Berkelanjuran.
http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wpcontent/uploads/
015/1 2/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf. Diakses 13 Desember 2019 Pukul
15.00 WIB.
Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Salemba
Media
Walyani, E. S. Dan Purwoastuti, Th. E. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta :Pustaka Barupress

Yanti. 2017. Hubungan Pengetahuan, sikap ibu dengan bendungan ASI . Jakarta :
Trans Medica

31

Anda mungkin juga menyukai