Anda di halaman 1dari 109

Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No.

1, Mei 2012

1
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

2
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

JURNAL
ILMU KESEHATAN

Terbit minimal 2 kali dalam setahun bulan September dan Mei, berisi tulisan yang
diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis kritis dibidang ilmu kesehatan

3
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

JUDUL JURNAL : ALAMAT REDAKSI:


Jurnal Kesehatan Stikes Hang Tuah Surabaya,
AIPTINAKES JATIM JL. Gadung No. 1 Surabaya

JUMLAH ARTIKEL KEPENGURUSAN:


10 Artikel yang terdiri dari: Pelindung/Penasehat :
Artikel dan Penelitian. Ketua AIPTINAKES JATIM

JUMLAH HALAMAN : Penanggung Jawab:


90 halaman (masing-masing AIPTINAKES Korwil Surabaya
artikel maximum 10 halaman) Ketua Dewan Redaksi:
Setiadi , MKep
Dewan Redaksi:
FREKUENSI TERBIT: 1. Dwi Priyantini, Skep.,Ns
6 bulan sekali (kwartal) 2. Hidayatus Sa`diyah, Mkep
3. Antonius Catur, Skep.,NS
3. Merina Widiastuti, SKep.,Ns
MUIAI DITERBITKAN:
September 2011 (Edisi Perdana)
No. Terbitan: Volume 1, Nomor 1, Telepon/fax: (031)8411721.
Mei 2012 (edisi kedua) Email : setiadiadi15@yahoo.co.id
No. Terbitan: Volume 2, Nomor 1,

4
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

DAFTAR ISI

cover dalam i
daftar isi ii
kata sambutan iii
sekaur siri iv
Hubungan komunikasi verbal dan non verbal perawat dengan tingkat kepuasan klien 1
di ruang rawat inap RSUD kab. Madiun (Sujatmiko)……………………………
Efektifitas pendekatan positive deviance melalui pos gizi pada status gizi balita kurang 10
energi protein (kep) di desa suruh kecamatan Sukodono (Dhian Satya Rachmawati)
Pengaruh tingkat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua terhadap perkembangan 18
psikososial anak prasekolah di taman kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk (Rahayu
Budi Utami).........................................................................................
Korelasi pola hubungan orang tua-anak dan keberfungsian keluarga dengan 29
perkembangan anak usia prasekolah (Tutu April Ariani)....................................
Hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi dengan peningkatan kadar hb 43
pada ibu hamil trimester iii di poli hamil Rumkital dr. Ramelan Surabaya (Diyah
Arini)…………………………………………………………………………
Pengaruh perawatan payudara pada pengeluaran asi ibu pasca persalinan di ruang E2 57
Rumkital dr. Ramelan Surabaya (Dini Mei Wijayanti)……………………………
Hubungan tipe keluarga dengan status gizi ibu hamil pada trimester ketiga di upt. 67
puskesmas Pragaan kecamatan Pragaan kabupaten Sumenep (Pipit Festy)………….
Hubungan pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga dengan pencegahan 74
kekambuhan pada klien skizofrenia yang berkunjung di poli jiwa rumah sakit jiwa
Menur Surabaya (Mundakir)……………………………………………………
Pengaruh terapi bermain terhadap efek hospitalisasi aspek psikologis pada anak usia 82
1-3 tahun (toddler) di ruang perawatan anak pav V Rumkital dr. Ramelan Surabaya
(Moch. Djumhana)…………………………………………………………….
Pengaruh pemberian sari mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada 88
penderita hipertensi di posyandu lansia desa Prumpon kecamatan Sukodono
(Dwi Priyantini)…………………………………………………………….
Pengaruh konsumsi seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita 93
hipertensi di posyandu lansia hulaan kecamatan menganti kabupaten Gresik
(Setiadi)…………………………………………………………………………

ii

5
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

KATA SAMBUTAN

Puji syukur ke hadirat Tuhan Allah SWT, karena berkat pimpinan dan ridhonya
sehingga Jurnal Kesehatan Volume 2 Nomer 1 tahun 2012 ini telah diterbitkan.

Jurnal ini disusun untuk memfasilitasi karya inovatif dosen di seluruh jawa timur
untuk dipublikasikan secara regional dalam wilayah Jawa Timur. Jurnal ini,
berisikan informasi yang meliputi dunia Kesehatan yang dipaparkan sebagai hasil
studi lapangan maupun studi literatur.

Jumal ini diharapkan dapat digunakan dan memberikan banyak manfaat bagi
para pembaca, untuk peningkatan wawasan di bidang llmu kesehatan

Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik mengolah dan
menyunting sehingga jurnal ini dapat disusun dan diterbitkan dengan baik, kami
haturkan penghargaan dan ucapan terima kasih png sebesar-besarnya. Kritik dan
saran yang membangan sangat kami harapkan untuk kemajuan Jurnal ini di masa
yang akan datang.

Surabaya, Mei 2012

KETUA AIPTINAKES JATIM,

Prof. Dr. Rika Subarniati Triyoga, dr. SKM

iii

6
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Sekapur Sirih dari Redaksi

Puji syukur patut kami panjatkan Allah SWT untuk segala kebaikan yang telah Ia
perbuat bagi kami sehingga Jurnal Kesehatan Volume 1 Nomer 1 bulan
September, Tahun 2011 ini dapat diterbitkan. Kami juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada sahabat-sahabat kami Dosen Kesehatan yang sudah dengan
suka rela mengirimkan tulisan ilmiah berupa penelitian, maupun artikel untuk
dapat disajikan dalam Jurnal ini.

Di tengah kesibukan redaksi dalam menjalankan tugas masih tersisih waktu untuk
menyelesaikan sebuah "proyek" mewujudkan impian, Memang tidak mudah untuk
memulai sesuatu, dimana budaya menulis belum begitu kental di kalangan
akademisi. Perlahan namun tersendat adalah istilah yang patut kami cuplik
sebagai ungkapan betapa susahnya merealisasikan sebuah terbitan ilmiah.

Tentu, sesuatu hal yang baru dimulai adalah jauh dari sempurna. Apabila
pembaca mendapati begitu banyak kekurangan, kesalahan dan ketidak tepatan
baik mulai dari teknis penulisan, materi maupun penyuntingan, mohon
dimaafkan dan mohon koreksi disampaikan kepada kami. Kami merentangkan
tangan untuk menerima semua masukan demi kesempumaan terbitan Jurnal
Kesehatan Nomer berikutnya.

Semoga terbitan Jurnal Kesehatan Votume 2 Nomer 1 ini merupakan langkah awal
untuk sebuah kemajuan di Pendidikan Kesehatan. Semoga pada terbitan
berikutnya kami dapat menyajikan tulisan ilmiah yang lebih baik lebih bermutu
dan memenuhi harapan para pembaca. Di sisi lain, kami ingin menghimbau
kepada sahabat-sahabat kami para dosen untuk memberanikan diri menulis karya
ilmiah agar dapat diterbitkan pada Jural Kesehatan Nomer 2 dan selanjutnya.
Akhir kata, kami ingin menitipkan sebuah moto: “MARI MENULIS".

Surabaya, Mei 2012

Dewan Redaksi

iv

7
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL


PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN KLIEN
DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. MADIUN

Sujatmiko
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Stikes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT

Communication nurse’s with patient is once general complaint patient in hospital.


Communication verbal and non verbal nurse’s isn’t always thera peutic in the time to interaction
with patient’s. this research far to studying relationship verbal and non verbal communication
nurse’s with patient satisfaction level in unit caring madiun regency hospital general.
The method of research is using cross sectional which is analitically. The method is applied
when the researcher observed the temporary variabel. The observed sample are 30 patients. The
data is collected by quesioner and used statistic analization Regresi ordinal with α = 0,05.
Baseol on the resule of the test of regresi ordinal we can see the Relationship verbal and
non verbal communication nurse’s with patient satisfaction level in unit caring madiun regency
hospital general which the resule is p = 0,000 < α = 0,05 or Ho : refused.
Based on the research we could see that the Relationship Communication verbal and non
verbal nurse’s have the strong intluence to the scale of satistaction level in unit caring madiun
regency hospital general or in the other word we could say if Communication verbal and non
verbal nurse’s are done well so the scale of satisfaction level will be decreased.

Key word : Verbal Communication, non verbal Communication, Patient satisfaction level.

PENDAHULUAN penelitian Anderson (1986)


Kurangnya komunikasi antara mendapatkan bahwa jumlah informasi
perawat dengan klien merupakan yang diberikan oleh dokter kepada
salah satu alasan keluhan umum klien rata-rata 18 jenis informasi
pasien di rumah sakit. Klien sering untuk diingat, ternyata hanya mampu
tidak puas dengan kualitas dan jumlah mengingat 31%. Lebih dari 60% yang
informasi yang diterima dari perawat. diwawancarai setelah bertemu
Tiga puluh lima sampai dengan empat dengan perawat salah mengerti
puluh persen pasien tidak puas tentang instruksi yang diberikan
berkomunikasi dengan perawat. kepada mereka. Hal ini disebabkan
Aspek yang paling membuat oleh kegagalan profesional kesehatan
ketidakpuasan adalah jumlah dan jenis dalam memberikan informasi yang
informasi yang diterima. Dalam lengkap, penggunaan istilah-istilah
medis (sulit untuk dimengerti) dan

8
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

banyaknya instruksi yang harus Perawat selalu dituntut untuk


diingat oleh klien memberikan pelayanan kesehatan yang
(http/grahancendikia.wordpress.com paripurna. Sakit yang diderita klien
/2009/03/28). Berdasar laporan bukan fisik saja namun psikologi juga.
penanganan pengaduan (keluhan dan Penyebabnya bisa dikarenakan proses
saran) tahun 2007-2008 di RSUD adaptasi dengan lingkungan yang baru.
Disini peran komunikasi terapeutik
Kabupaten Madiun keluhan yang
perawat mempunyai andil cukup besar.
berisi kesopanan dan keramahan (Karyoso, 1994:1). Kepuasan atau
petugas menempati posisi kedua yaitu ketidakpuasan adalah respon klien
sebesar 14,76%. Masyarakat masih terhadap evaluasi ketidaksesuaian
mengeluh petugas pelayanan tidak (disconfirmation) yang dipersepsikan
sabar dalam melayani klien, bicara antara harapan klien dan kinerja aktual
keras, serta terkesan tidak yang dirasakan (Fandy Tjiptono,
menghormati klien. 2000:33). Salah satu faktor
ketidakpuasan klien di rumah sakit
Sebuah studi pembahasan tentang
adalah kurangnya komunikasi antara
tiga puluh lima tipe-tipe klien yang
perawat dengan klien. Tingkat kepuasan
berbeda menunjukkan 8-82% klien yang
klien sangat bergantung pada bagaimana
tidak puas. Menurut Ley (1996) yang
komunikasi verbal dan non verbal
dikutip oleh Bart Smet sebagai berikut :
perawat dapat memenuhi harapan-
1) Klien tidak puas dengan aspek
harapannya. Komunikasi verbal dan non
komunikasi dari pertemuan klinis, 2)
verbal perawat dalam komunikasi
Nampaknya memberi informasi saja
terapeutik apabila tidak dilaksanakan
tidaklah cukup. Mereka harus diberitahu
sesuai dengan spirit dalam komunikasi
dalam cara sehingga dapat mengerti dan
tersebut maka yang dihasilkan adalah
mengingatnya. Karena kurangnya umpan
respon ketidakpuasan dari klien. Klien
balik dalam bentuk pertanyaan dan
yang tidak puas pada gilirannya akan
komentar dari klien, sehingga sukar
menghasilkan sikap/prilaku tidak patuh
bagi para tenaga kesehatan untuk
terhadap seluruh prosedur keperawatan,
memperbaiki komunikasi
misalnya menolak pasang infus, menolak
(http/grahancendikia.wordpress.com/2
minum obat, menolak untuk dikompres
009/03/28). Sedang dari studi
dan lain-lain. Akhirnya klien akan
pendahuluan yang dilakukan oleh
meninggalkan rumah sakit dan mencari
penelitian pada tanggal 1 Maret 2009
jasa pelayanan yang lebih baik dan
terhadap 15 responden didapatkan 20%
bermutu di tempat lain. Oleh sebab itu
klien menyatakan sangat tidak puas
sudah saatnya kepuasan klien menjadi
terhadap komunikasi verbal dan non
bagian integral dalam misi dan tujuan
verbal perawat, 40% klien menyatakan
profesi keperawatan, karena semakin
tidak puas, 26,7% klien menyatakan
meningkatnya intensitas kompetisi
puas dan hanya 13,3% klien menyatakan
global dan domestik serta berubahnya
sangat puas terhadap komunikasi verbal
referensi dan prilaku dari klien untuk
dan non verbal perawat.
mencari jasa pelayanan yang lebih
bermutu

9
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

(http/grahancendikia.wordpress.com/2 Metodologi Penelitian


009/03/28). Berdasarkan tujuan penelitian
Kepuasan klien dalam asuhan desain penelitian yang digunakan adalah
keperawatan yang diberikan tidak lepas cross sectional yaitu jenis penelitian yang
dari kemampuan perawat dalam menekankan pada waktu
berkomunikasi baik verbal maupun non pengukuran/observasi data variable
verbal. Dengan menunjukkan perhatian independent dan dependen hanya satu
sepenuhnya, sikap yang ramah, bertutur kali, pada satu saat. Pada jenis ini
kata yang lembut menunjukkan kualitas variable independent dan dependen
dan keberhasilan perawat akan dinilai secara simultan pada satu saat,
meningkat secara optimal (Elies, jadi tidak ada follow up. Tentunya tidak
R.A.Nal,1999 : 71). Dengan adanya semua subjek penelitian harus
bimbingan dan pelatihan service exelen diobservasi pada hari atau pada waktu
di rumah sakit diharapkan komunikasi yang sama, akan tetapi dinilai hanya satu
terapeutik perawat akan lebih baik. kali saja,
Selain itu juga pelatihan pengembangan Populasi dalam penelitian ini
kepribadian dan penampilan perawat adalah semua klien yang sakit dan
juga memberi reward bagi karyawan dirawat di ruang rawat inap RSUD Kab.
yang berprestasi. Madiun. Sample diambil secara eksiden
dari semua klien yang sakit dan dirawat
Tujuan Penelitian di ruang rawat inap RSUD Kab.
1. Tujuan Umum : Madiun. Sampel diambil secara eksiden
Mengetahui hubungan yaitu menetapkan sampel penelitian pada
komunikasi verbal dan non verbal semua klien yang sakit dan dirawat di
perawat dengan tingkat kepuasan ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun.
klien di ruang rawat inap RSUD Variabel independent yaitu
Kab. Madiun. komunikasi verbal dan non verbal. Dan
Variabel dependentnmya adalah tingkat
2. Tujuan Khusus : kepuasan klien.
a. Mengidentifikasi komunikasi
verbal perawat di ruang rawat inap Hasil Penelitian
RSUD Kab. Madiun. 1. Komunikasi verbal perawat di ruang
b. Mengidentifikasi komunikasi non rawat inap RSUD Kab. Madiun.
verbal perawat di ruang rawat Komunikasi Jumlah Persentase
inap RSUD Kab. Madiun. verbal Responden
c. Mengidentifikasi tingkat kepuasan Baik 8 27
klien di ruang rawat inap RSUD Cukup 22 73
Kab. Madiun. Kurang 0 0
d. Menganalisis hubungan Total 30 100
komunikasi verbal dan non verbal Berdasarkan tabel maka terlihat
perawat dengan tingkat kepuasan bahwa sebagian besar Komunikasi
klien di ruag rawat inap RSUD verbal perawat di ruang rawat inap
Kab. Madiun. RSUD Kab. Madiun cukup yaitu 23
responden atau 77%.

10
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Hubungan komunikasi verbal dan non


2. Komunikasi non verbal perawat di verbal perawat dengan kepuasan klien
ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun di ruang rawat inap RSUD Kab.
Madiun dapat digambarkan dalam
Komunikas Jumlah Persentas tabel sebagai berikut :
i non Responde e Tabel 4 hasil uji regresi ordinal
verbal n hubungan komunikasi verbal dan non
Baik 7 23 verbal perawat dengan kepuasan klien
Cukup 23 77 di ruang rawat inap RSUD Kab.
Kurang 0 0 Madiun, tanggal 1 – 15 Juli 2009.
Total 30 100
Model Fitting
Berdasarkan tabel maka terlihat Information
bahwa sebagian besar Komunikasi -2 Log Chi-
non verbal perawat di ruang rawat Mod Likeliho Squar
inap RSUD Kab. Madiun cukup yaitu el od e df Sig.
23 responden atau 77%. 69.233 69.23 1 .00
Final .000 3 0 0
3. Tingkat kepuasan klien di ruang Link function: Logit.
rawat inap RSUD Kab. Madiun
Berdasarkan tabel 4.8 Hasil uji
Tingkat Jumlah Persentase regresi ordinat tergambar adanya pola
kepuasan Responden hubungan yang kuat antara
Sangat 4 13 komunikasi verbal dan non verbal
Puas perawat dengan kepuasan klien di
Puas 24 80 ruang rawat inap RSUD Kab.
Tidak 2 7 Madiun, dimana berdasarkan uji
Puas hubungan yang dilakukan dengan
Sangat 0 0 menggunakan uji Regresi Ordinat
Tidak didapatkan nilai p = 0,000 <  =
Puas 0,05; yang berarti bahwa terdapat
Total 30 100 hubungan yang kuat antara
komunikasi verbal dan non verbal
Berdasarkan tabel 4.7 maka terlihat perawat dengan kepuasan klien di
bahwa hampir seluruhnya Tingkat ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun
kepuasan klien di ruang rawat inap maka Ho ditolak.
RSUD Kab. Madiun puas yaitu 24
responden atau 80%. Pembahasan
1. Komunikasi verbal perawat di ruang
4. Hubungan komunikasi verbal dan non rawat inap RSUD Kab. Madiun
verbal perawat dengan kepuasan klien Berdasarkan hasil penelitian
di ruang rawat inap RSUD Kab. terlihat bahwa dari 30 responden di
Madiun ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun
sebagian besar klien mengatakan

11
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Komunikasi verbal perawat cukup pendidikan seseorang. Pengetahuan


yaitu 22 responden atau 73%. akan semakin baik dengan makin
Dalam praktek keperawatan tinggi tingkat pendidikan dan lebih
profesional di ruang rawat inap mudah menerima dan mengelola
RSUD Kab.Madiun pesan atau komunikasi dengan baik.
mempertimbangkan faktor yang 6) Peran dan hubungan. Gaya
mempengaruhi komunikasi perawat komunikasi sesuai dengan peran dan
seperti menurut Potter dan Perry hubungan antar orang yang
(1993) yaitu 1) Persepsi, adalah berkomunikasi.
pandangan pribadi seseorang terhadap Komunikasi verbal perawat
suatu kejadian atau peristiwa. yang dilaksanakan perawat di ruang
Persepsi oleh harapan atau rawat inap RSUD Kab. Madin sudah
pengalaman. Dalam hal ini terhadap cukup baik. Hal ini karena dalam
komunikasi verbal dan non verbal praktek keperawatan professional,
perawat selama klien dirawat. 2) perawat di ruang rawat inap RSUD
Nilai, adalah standar yang Kab. Madiun sudah
mempengaruhi perilaku sehingga mempertimbangkan faktor yang
penting bagi perawat untuk mempengaruhi komunikasi verbal
menyadari nilai seseorang. Perawat antara perawat dengan klien.
perlu berusaha untuk mengetahui dan Meskipun masih ada sebagian
mengklarifikasi nilai sehingga dapat masyarakat yang mengeluh bahwa
membuat keputusan dan interaksi kesopanan dan keramahan petugas
yang tepat dengan klien. Dalam masih kurang.
hubungan profesionalnya diharapkan
perawat tidak terpengaruh oleh nilai 2. Komunikasi non verbal perawat di
pribadinya. 3) Latar belakang sosial ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun
budaya, bahasa dan gaya komunikasi Berdasarkan hasil penelitian di
akan sangat dipengaruhi oleh faktor atas terlihat bahwa dari 30 responden
budaya. Budaya juga akan membatasi di ruang rawat inap RSUD Kab.
cara bertindak dan berkomunikasi. 4) Madiun, hampir seluruhnya klien
Emosi, merupakan perasaan subyektif mengatakan Komunikasi non verbal
terhadap suatu kejadian. Emosi perawat cukup yaitu sebesar 23
seperti marah, sedih dan senang akan responden atau 77%.
mempengaruhi perawat dalam Hal ini jadi karena dalam
berkomunikasi dengan orang lain atau berkomunikasi dengan pasien,
dengan klien. Perawat perlu perawat melakukan sesuai dengan
mengkaji emosi klien dan keluarganya spirit komunikasi non verbal sebagai
sehingga perawat mampu komunikasi terapeutik. Spirit
memberikan asuhan keperawatan komunikasi non verbal yang
dengan cepat. 5) Pengetahuan. terapeutik itu adalah berbicara
Tingkat pengetahuan akan berhadapan dengan klien, ada kontak
mempengaruhi komunikasi yang mata, tidak melipat lengan, dan
dilakukan. Tingkat pengetahuan dalam jarak yang dekat. Sejalan
berkait erat dengan tingkat dengan itu menurut Johnson, (1984 :

12
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

93) komunikasi non verbal adalah Mowen (1995), merumuskan


setiap bentuk perilaku yang langsung kepuasan pelanggan sangat dipengaruhi
dapat diamati oleh orang lain dan oleh sikap keseluruhan terhadap suatu
yang mengandung informasi tertentu jasa dalam hal ini pelayanan
tentang pengirim atau pelakunya. keperawatan. Sikap ini dibangun atas
Lebih lanjut Towsend, (1993 : 55) dasar persepsi klien selama dirawat di
mengemukakan bahwa seperti rumah sakit yang menghasilkan suatu
sentuhan, bagi perawat sangat perlu sikap puas dan ini sangat dipengaruhi
untuk memahami siapa, kapan dan oleh tingkat pengetahuan, nilai, latar
mengapa sentuhan dilakukan karena belakang sosial budaya dan emosi.
komunikasi non verbal ini Selain itu kepuasan klien dipengaruhi
mempunyai efek yang berlainan pada banyak faktor seperti yang dikatakan
setiap individu. Namun persepsi oleh Wijono D, (1999), antara lain
tentang sentuhan sangat dipengaruhi yang bersangkutan dengan pendekatan
oleh pengalaman masa lalu seseorang, atau prilaku petugas, perasaan klien
asumsi, dan situasi saat itu. Menurut terutama saat pertama kali datang,
Keliat, A, B (1992 : 75) sikap atau mutu informasi yang diterima seperti,
cara menghadirkan diri secara fisik apa saja yang dikerjakan, yang dapat
dapat memfasilitasi komunikasi yang diharapkan, prosedur perjanjian,
terapeutik seperti berhadapan, waktu tunggu, fasilitas umum dan out
mempertahankan kontak mata, come terapi serta perawatan yang
membungkuk kearah klien, tidak diterima. Jadi dalam hubungan dengan
melipat kaki atau tangan, dan rileks. komunikasi verbal mutu informasi
Komunikasi non verbal yang yang diterima dan perasaan pertama
dilakukan oleh perawat di ruang kali datang mungkin kurang dirasakan
rawat inap RSUD Kab. Madiun sudah puas oleh klien di ruang rawat inap
cukup. Hal ini karena dalam RSUD Kab. Madiun.
melakukan komunikasi dengan klien, Mayoritas klien mengatakan
perawat sudah melakukan sesuai puas karena perawat dalam melakukan
dengan spirit komunikasi non verbal komunikasi verbal dan non verbal
sebagai komunikasi yang terapeutik. dilakukan secara terapeutik, yaitu
Meskipun masih ada sebagian memberikan keterangan yang jelas
masyarakat yang mengeluh petugas tentang peran dan tanggung jawab
pelayanan tidak sabar dalam melayani perawat, penyakit yang diderita atau
klien, bicara keras, serta terkesan masalah yang dialami klien. Meskipun
tidak menghormati klien. berdasarkan laporan penanganan
pengaduan (keluhan dan saran) tahun
3. Tingkat kepuasan klien di ruang 2007 – 2008 di RSUD Kab. Madiun
rawat inap RSUD Kab. Madiun keluhan berisi kesopanan dan
Berdasarkan hasil penelitian keramahan petugas menempati posisi
terlihat bahwa hampir seluruhnya kedua yaitu sebesar 14,76%.
tingkat kepuasan klien di ruang rawat Masyarakat masih mengeluh petugas
inap RSUD Kab. Madiun puas yaitu pelayanan tidak sabar dalam melayani
sebesar 24 responden atau 80%.

13
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

klien, bicara keras serta terkesan tidak klien akan komunikasi merupakan
menghormati klien. salah satu unsur dalam parameter
tingkat kepuasan klien yang telah
4. Hubungan komunikasi verbal dan non dibuat oleh Depkes RI (1995) seperti
verbal perawat dengan kepuasan klien yang dikutip oleh Nursalam (2003);
di ruang rawat inap RSUD Kab. perawat memperkenalkan diri,
Madiun. bersikap sopan dan ramah,
Berdasarkan hasil penelitian menjelaskan peraturan di RS,
pada uji hubungan antara menjelaskan fasilitas yang tersedia di
komunikasi verbal dan non verbal RS, menjelaskan penyakit atau
perawat dengan tingkat kepuasan masalah yang dialami, menjelaskan
klien di ruang rawat inap RSUD Kab. perawat yang bertanggung jawab
Madiun yang dilakukan dengan setiap pergantian dinas,
menggunakan uji Regresi Ordinat mendengarkan dan memperhatikan
didapatkan nilai p = 0,000 < α = keluhan klien, menjelaskan setiap
0,05 yang berarti bahwa terdapat tindakan yang akan dilakukan kepada
hubungan yang kuat antara pasien (tujuan dan manfaat,
komunikasi verbal dan prosedur, akibat atau resiko samping,
non verbal dengan kepuasan klien di alternatif tindakan). Selain itu
ruang rawat inap RSUD Kab. perawat juga melakukan hal-hal yang
Madiun, maka Ho ditolak. bersifat terapeutik. Pemberi
Mowen (1995), merumuskan pelayanan kesehatan dapat dan
kepuasan pelanggan sangat bersedia memberikan perhatian yang
dipengaruhi oleh sikap keseluruhan cukup kepada klien secara pribadi,
terhadap suatu jasa dalam hal ini menampung dan mendengarkan
pelayanan keperawatan. Sikap ini semua keluhan, serta menjawab dan
dibangun atas dasar persepsi klien memberikan keterangan yang sejelas-
selama dirawat di rumah sakit yang jelasnya tentang segala hal yang ingin
menghasilkan suatu sikap puas dan ini diketahui oleh klien. Sehingga hal ini
sangat dipengaruhi oleh tingkat dapat memberikan kepuasan
pengetahuan, nilai, latar belakang tersendiri bagi klien dari sudut
sosial budaya dan emosi. Selain itu keperawatan akan kebutuhan
kepuasan klien dipengaruhi banyak komunikasi dari perawat atau tenaga
faktor seperti yang dikatakan oleh kesehatan. Hal ini bisa terjadi karena
Wijono D, (1999), antara lain yang mungkin penampilan fisik secara
bersangkutan dengan pendekatan atau umum, ekspresi muka, gerak tubuh
prilaku petugas, perasaan klien dan postus, serta sentuhan perawat di
terutama saat pertama kali datang, ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun
mutu informasi yang diterima dalam melaksanakan asuhan
seperti, apa saja yang dikerjakan, keperawatan yang menyebabkan klien
yang dapat diharapkan, prosedur puas. Menurut Ellis (1994), perawat
perjanjian, waktu tunggu, fasilitas perlu menginterpretasikan tingkah
umum dan out came terapi serta laku non verbal dalam penampilan
perawatan yang diterima. Kebutuhan fisik secara umum yaitu memahami

14
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

latar belakang orang yang diobservasi 2. Komunikasi non verbal perawta di


dan meluaskan pemahaman serta ruang rawat inap RSUD Kab. Madiun
penajaman akan kemampuan cukup yaitu sebesar 23 responden
interpretasi tingkah laku non verbal. 77%.
Menurut Ellis (1994), sentuhan juga 3. Tingkat kepuasan klien di ruang
merupakan salah satu komunikasi non rawat inap RSUD Kab. Madiun puas
verbal di mana menunjukkan sifat yaitu sebesar 24 responden atau 80%.
keibuan, nyaman atau perhatian. 4. Pada uji hubungan yang dilakukan
Namun persepsi tentang sentuhan dengan menggunakan ujia Regresi
sangat dipengaruhi oleh pengalaman Ordinat didapatkan nilai p = 0,000 <
masa lalu seseorang, asumsi dan α = 0,05 yang berarti bahwa terdapat
situasi saat itu. hubungan antara Komunikasi verbal
Pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal perawat dengan
dan non verbal perawat kepada klien tingkat kepuasan klien di ruang rawat
di ruang rawat inap RSUD Kab. inap RSUD Kab. Madiun, maka Ho
Madiun merupakan kebutuhan klien ditolak.
dalam hal ini adalah kebutuhan
interpersonal yaitu komunikasi
DAFTAR PUSTAKA
terapeutik perawat baik verbal dan
non verbal yang merupakan Arikunto S, 1988, Prosedur Penelitian,
pelayanan jasa dalam praktek Rineka Cipta, Jakarta.
keperawatan profesional. Maksud ..................., Analisa Hubungan
menentukan kebutuhan klien adalah Komunikasi Verbal dan Non Verbal
penting karena pengetahuan ini akan Perawat Terhadap Tingkat
memberikan suatu pemahaman yang Kepuasan Pasien, [Internet].
lebih baik mengenai cara klien Bersumber dari
mengartikan mutu jasa yang <http//grahacendekia.wordpress.c
diberikan. Perawat harus mampu om> [diakses tanggal 19 April 2009
memahami kebutuhan klien, maka Jam 11:12]
perawat tersebut akan berada di
dalam posisi yang lebih baik untuk Bart Smet. (1994). Psikologi Kesehatan
mengetahui bagaimana seharusnya I. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.
memuaskan klien, sehingga Ellies, 1999. Komunikasi Interpersonal
kebutuhan klien akan kepuasan dalam Keperawatam. EGC. Jakarta.
pelayanan akan terpenuhi dengan
Karyono. (1994). Pengantar
baik.
Komunikasi Bagi Siswa Perawat.
EGC. Jakarta.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Mangkunegara, P. A. A. (2001).
disimpulkan bahwa : Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Komunikasi verbal perawat di ruang Perusahaan. PT Remaja
rawat inap RSUD Kab. Madiun Rosdakarya, Bandung.
cukup yaitu sebear 22 responden atau
73%.

15
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Notoatmodjo. (1993). Metodologi Supranto, J. (1997). Pengukuran


Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Tingkat Kepuasan Pelanggan.
Jakarta. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo. (2002). Metodologi Praktiknya. (2000). Dasar-dasar
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Metodologi Penelitian Kedokteran
Jakarta. dan Kesehatan. PT. Raja Gravindo
Notoatmodjo. (1993). Pengantar Persada. Jakarta.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Purwanto, H. (1994). Komunikasi
Perilaku Kesehatan. Cetakan I. Andi untuk Perawat. Editor : Ni Luh
Offset. Yogyakarta. Gede Yasmin Asih. EGC. Jakarta.
Nurjannah, I. (2001). Hubungan Rahmat, J. (2000). Psikologi
Terapeutik Perawat Dan Klien. Komunikasi. PT. Remaja
Program Studi Ilmu Keperawatan Rosdakarya. Bandung.
Fakultas Kedokteran UGM. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi
Yogyakarta. Scott, B. (1990). Antar Pribadi. Kanisius.
Ketrampilan Berkomunikasi. Bina Yogyakarta.
Rupa Aksara. Jakarta.
Stuart, & Sundeen. (1998).
Nursalam & Siti Pariani. (2000). Keperawatan Jiwa. Ahli Bahasa
Metodologi Riset Keperawatan. Achir Yani. S.H. Edisi III. Cetakan
CV. Sagung Seto. Jakarta. I. ECG. Jakarta.
Nursalam. (2001). Proses dan Stuart, & Sundeen. (1998). Principles
Dokumentasi Keperawatan : and Practice of Psychiatric Nursing.
Konsep dan Praktek. Salemba 6th ed. Mosby, Inc. United States
Medika. Jakarta. of America.
Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Tim Departemen Kesehatan RI. (1997).
Metodologi Penelitian Ilmu Standar Asuhan Keperawatan, CV.
Keperawatan. Salemba Medika. Sagung Seto, Jakarta.
Jakarta.
Tjiptono, F. (2000). Manajemen dan
Sastroasmoro, S. & Ismail, S. (1995). Pemasaran. Penerbit Andi
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Yogyakarta.
Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta.
Townsend, M. (1998). Diagnosa
Stuart, & Sundeen. (1998). Keperawatan pada Keperawatan
Keperawatan Jiwa. Ahli Bahasa Psikiatri. EGC. Jakarta.
Achir Yani. S.H. Edisi III. Cetakan
I. Jakarta. Wijono D. (1999). Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan Teori, Strategi
Smith, S.F. (1996). Clinisal Nursing dan Aplikasi. Airlangga University
Skill : Basic to Advanced Skill. Press, Surabaya.
4th.ed. Stanford conecticut.

16
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

EFEKTIFITAS PENDEKATAN POSITIVE DEVIANCE MELALUI POS GIZI


PADA STATUS GIZI BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI DESA SURUH
KECAMATAN SUKODONO.

Dhian Satya Rachmawati


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Komunitas
Stikes Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT
Diseases of protein energy is one of the important nutritional. The increasing incidence
of protein energy malnutrion Sukodono region is less precise processing of food, lack of a varied
menu and eating the wrong procedure. Positive Deviance Hearth taught through the provision
of food, childcare, hygiene and health care that can increase the weight so that toddlers can alter
her nutritional status.
The design of this study is true experiment (Pretest-posttest control group
design). Population that is in use is a total of 36 respondents, 18 respondents in the treatment
group and control group 18 responden. local nutrition service point carried out for 2 weeks
with weight control infants. Technical analysis of data on the use of Wilcoxon Sign Rank Test and
Mann-Whitney U test.
The results showed that an increased in the nutritional status of the protein energy
malnutrion toddlers. In the treatment group improved nutritional status of 10 well-nourished
infants and 8 toddlers with Lightweight protein energy malnutrion. Results in getting that
through the Positive Deviance Hearth effective on nutritional status of children protein energy
malnutrion attested by the results of statistical tests Test Wilcoxon Sign Rank Test showed ρ =
0.002 < α = 0.05 before and after the treatment group and the Mann-Whitney U Test
test shows ρ = 0.043 < α = 0.05 in the treated group and control group after post.
Looking at these results it can be sure that the Positive Deviance make effective through
the nutritional status of children protein energy malnutrion. We are suggested in the protein
energy malnutrion toddlers or parents who have toddlers can take advantage of protein energy
malnutrion Positive Deviance by local nutrition service point to increase body weight and
nutritional status of children.

Keywords: Positive Deviance, local nutrition service point, nutritional status, toddlers protein
energy malnutrion.

PENDAHULUAN di amati, antara lain berupa : meningkatnya


Krisis ekonomi sebagai akibat dari prevalensi Kurang Energy Protein (KEP)
krisis moneter yang berkepanjangan sejak terutama pada kelompok penduduk usia
pertengahan 1997 dan masih dirasakan balita serta munculnya kasus baru KEP
sampai saat ini telah mengakibatkan dampak berat dengan gejala klinis berupa Marasmus
buruk terhadap status kesehatan dan gizi atau Kwashiorkor, maupun Marasmik-
masyarakat, terutama oleh keluarga- Kwashiorkor yang selama sepuluh tahun
keluarga miskin. Dampak krisis ekonomi terakhir sudah jarang ditemui (Dinas
terhadap status gizi masyarakat yang dapat kesehatan Jatim,2001). Penyakit KEP atau

17
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Protein Energi Malnutrition merupakan status gizi (PGS) posyandu diketahui bahwa
salah satu penyakit gangguan gizi yang prevalensi KEP Total meningkat dari
penting bagi Indonesia maupun Negara 18,8% pada tahun 1997 menjadi 19% pada
yang sedang berkembang di Asia, Afrika, tahun 1998. Tahun 1999 kota Surabaya
Amerika Tengah dan Amerika Selatan. KEP sebanyak 1.054 balita (0,94%) (Suyanto,
banyak ditemukan pada anak-anak dibawah 2002).
5 tahun (balita), ibu yang sedang Berdasarkan hasil Pemantauan
mengandung dan sedang menyusui Status Gizi kabupaten Sidoarjo (PSG)
(Pudjiadi, 2000). melalui posyandu tahun 2006, prevelensi
Kejadian KEP diwilayah Sukodono gizi kurang (BB/TB) sebesar 9,7% dan
sendiri ditemukan sejak tahun 2009 status gizi buruk tahun 2007 sebanyak 84
terjaring melalui posyandu desa masing- kasus. Setelah penanganan atau diintervensi
masing. Daerah Sukodono sendiri terdapat yang sembuh sebanyak 43 kasus (51,19%)
103 posyandu dan 600 orang kader. yang meninggal 4 kasus (4,76%), drop out 2
Meningkatnya angka kejadian KEP kasus (2,38%), sedangkan yang masih
diwilayah Sukodono menurut bidan desa dalam penanganan 35 kasus (41,66%) dan
Suruh yang pertama adalah kurang tepatnya tahun 2008 jumlah kasus 69 kasus, setelah
pengolahan bahan makanan agar gizi tidak penanganan sembuh 44 kasus meninggal 4
berkurang saat dimasak, sehingga gizi yang kasus masih penanganan sampai dengan 19
masuk dalam tubuh anak mencukupi untuk kasus pada tahun 2009. Sampai dengan
tubuhnya. kedua kurang bervasiasinya februari 2009 jumlah kasus masih dalam
menu yang disajikan ibu sehingga anak penanganan (Sulastri, 2009).
bosan dan malas makan. ketiga cara Berdasarkan hasil pemantauan
penyajian makanan yang menjadi kebiasaan kecamatan Sukodono melalui Posyandu
mencampur nasi dan sayuran sehingga nasi tahun 2009 jumlah seluruh balita 7476 dan
menjadi lembek atau mengembang yang ditimbang 4538 balita, prevalensi gizi
menyebabkan anak akan merasa cepat kurang sebesar 29,83%. Tahun 2010
kenyang. Positive deviance yang dilaksanakan jumlah seluruh balita 7769 dan yang
pos gizi sendiri sudah pernah dilaksanakan ditimbang 4925 balita, prevalensi gizi
pada tahun 2010, balita KEP yang ditangani kurang 31,77%. Di desa Suruh dilaporkan
pada pos gizi tahap pertama 30 balita dan pada tahun 2009 terdapat balita KEP yang
90% berhasil mengurangi angka kejadian berjumlah 30 balita. Pada tahun 2010
balita KEP di desa tersebut. terdapat balita KEP yang berjumlah 33
Di Indonesia, saat ini diperkirakaan balita dari jumlah seluruh 225 balita yang
pada tahun 2000 ada 2.000 kasus kelahiran memiliki KMS di Desa tersebut. Data
bayi bergizi buruk atau setiap jam lahir 100 tersebut menunjukkan bahwa ada kenaikan
bayi dengan berat berada dibawah standart angka kejadian balita KEP di desa Suruh.
kelayakan kesehatan. Dari segi medis, kasus Hasil pelacakan kasus gizi buruk
bayi kurang gizi ini tentunya sangat dibeberapa daerah, selain dari faktor
mencemaskan. Sebagai contoh : menurut kemiskinan stuktural, pengetahuan orang
data BKKBN, dari 3,5 juta bayi yang lahir tua, anak sakit dan dijumpai adanya tanda-
pada tahun 1999, diketahui sekitar satu juta tanda kelaparan seperti menurunnya
(30%) bayi teryata lahir dengan berat badan frekuensi makan 3 kali atau 2 kali sehari
kurang dari 2kg, sehingga tidak mustahil menjadi 1kali sehari yang sering disertai
akan berakhir pada kejadian kematian. Di dengan berubahnya bahan yang dimakan
Jawa Timur, berdasarkan hasil pemantauan dan jumlah makanan yang dikonsumsi

18
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

(Sulastri, 2009). Ada 4 faktor yang melatar Kompleknya penyebab masalah gizi
belakangi KEP yaitu masalah sosial, kurang, maka perlu dicarikan pendekatan
ekonomi, biologi dan lingkungan. alternative untuk memecahkan masalah
Kemiskinan, salah satu determinan sosial tersebut. Salah satu pendekatan yang sering
ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan dikembangkan di Indonesia adalah dengan
pangan, tempat mukim yang berjejalan, pendekatan penyimpangan positif (positive
kumuh, dan tidak sehat serta deviance) dalam mengatasi masalah gizi
ketidakmampuan mengakseskan fasilitas balita oleh orang tua balita itu sendiri.
kesehatan. Ketidaktahuan, baik yang berdiri positive deviance ini diharapkan dapat
sendiri maupun yang berkaitan dengan digunakan secara lokal sesuai situasi dan
kemiskinan, menimbulkan salah paham kondisi setempat untuk membantu
tentang cara merawat bayi dan anak yang mempercepat penurunan pravelensi balita
benar, juga salah mengerti mengenai kurang gizi dan gizi buruk. Untuk
penggunaan bahan pangan tertentu dan cara mendukung upaya tersebut perlu diadakan
memberikan makan anggota keluarga yang positive deviance pada daerah yang terdapat
sedang sakit. Hal lain yang juga berpotensi balita KEP (Sulastri , 2009).
menumbuhsuburkan KEP dikalangan bayi Positive deviance atau Penyimpangan
dan anak adalah penurunan minat dalam Positif adalah pendekatan untuk
memberi ASI yang kemudian diperparah memecahkan masalah dan menemukan
pula dengan salah persepsi tentang cara solusi untuk permasalahan yang terjadi
menyapih. Selain itu distribusi pangan dimasyarakat, bukan terfokus pada masalah
dalam keluarga terkesan masih timpang yang ditemukan tetapi apa yang bisa
(Arisman, 2004). Timbulnya gizi kurang dilaksanakan untuk mengatasi masalah
tidak hanya karena makanan yang kurang tersebut. Perilaku positive deviance yang
tetapi juga karena penyakit. Anak yang dilaksanakan didesa Suruh melalui pos gizi
cukup mendapatkan makanan tetapi sering dibiayai secara swadaya masyarakat desa
diserang penyakit diare atau deman, Suruh. Kegiatannya berupa penimbangan
akhirnya menderita kurang gizi. Demikian berat badan dan tinggi badan pada hari
juga pada anak yang tidak mendapatkan pertama datang, kader dan ibu balita
makanan yang cukup maka daya tahan akan memasak bersama-sama, kader
melemah hingga mudah diserang penyakit mengajarkan cara memasak makanan yang
yang akan mengurangi nafsu makan baik untuk balita agar kandungan gizi tidak
akhirnya menderita gizi kurang (Dinas berkurang, penyusunan menu yang sehat
kesehatan Jatim, 2001). Keluarga terutama dan murah, cara makan yang baik dan
ibu tidak tahu cara pengolahan bahan benar, pemberian sirup penambah nafsu
makanan yang tepat agar nilai gizi makanan makan dan tablet zinc, mencontohkan
tidak berkurang, tatacara makan yang perilaku hidup sehat dengan cuci tangan
kurang benar, kebiasaan keluarga jika sebelum makan dan berdoa bersama-sama,
makan mencampur semua menu sehingga ibu balita membawa bahan makanan atas
jika lama kelamaan nasi menjadi lembek kesadaran diri sendiri, penimbangan berat
dan mengurangi nafsu makan, badan dan tinggi badan setelah hari ke 12.
mengkonsumsi jajanan yang tidak ada nilai Positive deviance merupakan salah satu cara
gizinya, ibu kurang menvariasikan menu penanggulangan gizi buruk yang merupakan
makanan sehingga anak cenderung suka salah satu wujud kegiatan Desa siaga. Desa
makanan yang dibeli diluar rumah. yang memiliki kesiapan sumberdaya dan
kemampuan serta kemauan untuk

19
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

mencegah dan mengatasi masalah keadaan awal kedua kelompok (Hidayat ,


kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan 2010).
kesehatan, secara mandiri. Populasi dalam penelitian ini adalah
Dalam upaya peningkatan status gizi balita dengan KEP di pos gizi desa Suruh.
pada balita, mencegah munculnya anak dengan jumlah populasi 40 balita KEP.
dengan status gizi buruk atau gizi kurang di Tehnik sampling yang digunakan dalam
waktu yang akan datang dan mengajarkan penelitian ini adalah probability sampling
pada ibu tentang cara merawat balitanya dengan tehnik simple random sampling, yaitu
dengan baik. Berdasarkan latar belakang setiap responden yang memenuhi kriteria
tersebut, peneliti ingin mempelajari inklusi dengan cara memilih sampel dengan
efektifitas pendekatan positive deviance cara acak tanpa memperhatikan strata yang
melalui pos gizi terhadap status gizi balita ada dalam anggota populasi. Sampel di
KEP di Desa Suruh Kecamatan Sukodono. ambil dari sebagian balita KEP di pos gizi
desa Suruh yang memenuhi kriteria sebagai
Tujuan Umum berikut yaitu : Balita dengan hasil di bawah
Menganalisis efektifitas pendekatan garis kuning pada KMS dengan kategori BB
positive deviance melalui pos gizi pada status kurang jika di hitung persen (%) Median
gizi balita KEP di Desa Suruh Kecamatan berdasarkan BB/U, usia 9-60 bulan.
Sukodono. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tabel penimbang berat
Tujuan Khusus badan (dacin), pengukur tinggi badan, KMS
1. Mengidentifikasi status gizi balita KEP dan lembar observasi. Tahapan-tahapan
sebelum dilaksanakannya positive positive deviance menjadwalkan kegiatan pos
deviance melalui pos gizi. gizi, merencanakan menu kegiatan pos gizi,
2. Mengidentifikasi status gizi balita KEP rancangan berbagai pesan pendidikan
sesudah dilaksanakannya positive deviance kesehatan, tentukan tempat pelaksanaaan
melalui pos gizi. kegiatan pos gizi, rancangan protokol untuk
3. Menganalisis efektifitas pendekatan kegiatan pos gizi, susun rencanakan
positive deviance melalui pos gizi pada kegiatan setahun.
status gizi balita KEP di Desa Suruh
Kecamatan Sukodono. Hasil Penelitian
1. Status Gizi Sesudah Mengikuti Pos Gizi
pada Kelompok Perlakuan.
METODOLOGI PENELITIAN No Kelompok Perlakuan
Desain Penelitian respon
den Status Gizi Sebelum Status Gizi
Penelitian ini menggunakan desain Sesudah
True Experimen (Pretest-posttest control group 1 KEP Ringan KEP Ringan
design) untuk mengetahui pedekatan 2 KEP Ringan KEP Ringan
positive deviance melalui pos gizi efektif 3 KEP Ringan Gizi Baik
pada status gizi balita KEP merupakan 4 KEP Ringan KEP Ringan
5 KEP Ringan KEP Ringan
desain penelitian yang dilakukan secara
6 KEP Ringan Gizi Baik
random baik kelompok kontrol dan 7 KEP Ringan KEP Ringan
kelompok perlakuan dan sebelum 8 KEP Ringan Gizi Baik
perlakuan kedua kelompok dilakukan 9 KEP Ringan Gizi Baik
pretest terlebih dahulu untuk mengukur 10 KEP Ringan KEP Ringan
11 KEP Ringan KEP Ringan
12 KEP Ringan Gizi Baik

20
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

13 KEP Ringan KEP Ringan No Kelompok Kelompok Kontrol


14 KEP Ringan Gizi Baik respond Perlakuan
15 KEP Ringan Gizi Baik en Status Gizi Status Gizi Sesudah
16 KEP Ringan Gizi Baik Sesudah
17 KEP Ringan Gizi Baik 1 KEP Ringan KEP Ringan
18 KEP Ringan Gizi Baik 2 KEP Ringan KEP Ringan
p = 0,002 3 Gizi Baik KEP Ringan
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada 4 KEP Ringan Gizi Baik
kelompok perlakuan setelah mengikuti pos 5 KEP Ringan KEP Ringan
gizi status gizi baik sebanyak 10 balita 6 Gizi Baik KEP Ringan
(56%), status gizi KEP sebanyak 8 balita 7 KEP Ringan Gizi Baik
(44%). 8 Gizi Baik KEP Ringan
9 Gizi Baik KEP Ringan
2. Status Gizi Kelompok Kontrol yang 10 KEP Ringan KEP Ringan
Tidak Mengikuti Pos Gizi 11 KEP Ringan Gizi Baik
No Kelompok Kontrol 12 Gizi Baik KEP Ringan
resp Status Gizi Sebelum Status Gizi Sesudah 13 KEP Ringan KEP Ringan
onde 14 Gizi Baik KEP Ringan
n 15 Gizi Baik KEP Ringan
1 KEP Ringan KEP Ringan 16 Gizi Baik KEP Ringan
2 KEP Ringan KEP Ringan 17 Gizi Baik Gizi Baik
3 KEP Ringan KEP Ringan 18 Gizi Baik KEP Ringan
4 KEP Ringan Gizi Baik p = 0,043
5 KEP Ringan KEP Ringan
6 KEP Ringan KEP Ringan
7 KEP Ringan Gizi Baik Tabel 5.5 didapatkan data
8 KEP Ringan KEP Ringan perubahan status gizi awal sampai akhir.
9 KEP Ringan KEP Ringan Data Status gizi awal terdapat 36 balita
10 KEP Ringan KEP Ringan dengan status KEP Ringan untuk kelompok
11 KEP Ringan Gizi Baik experimen dan kontrol. Sedangkan data
12 KEP Ringan KEP Ringan
13 KEP Ringan KEP Ringan
akhirnya kelompok experimen terdapat 10
14 KEP Ringan KEP Ringan balita (56%) status gizi baik, 8 balita (44%)
15 KEP Ringan KEP Ringan KEP ringan. Pada kelompok kontrol
16 KEP Ringan KEP Ringan terdapat 14 balita (78%) KEP ringan, 4
17 KEP Ringan Gizi Baik balita (22%) dengan status gizi baik.
18 KEP Ringan KEP Ringan
p = 0,046 Pembahasan
Efektifitas Positive Deviance Melalui
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada Pos Gizi Pada Status Gizi Balita KEP
kelompok kontrol yang tidak mengikuti pos 1. Status gizi sebelum dan sesudah
gizi yang menjadi status gizi KEP Ringan mengikuti pos gizi pada
sebanyak 14 balita (78%) dan status gizi kelompok perlakuan
baik sebanyak 4 balita (22%). Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan
bahwa pada kelompok perlakuan setelah
3. Hasil Perubahan Status Gizi Awal dan mengikuti pos gizi menjadi status gizi baik
Akhir Balita KEP sesudah Mengikuti 10 balita (56%) dan status gizi KEP 8 bailta
Pos Gizi di Desa Suruh Kecamatan (44%). Dapat di ketahui bahwa status gizi
Sukodono. balita yang awalnya ada balita KEP Ringan
sebanyak 18 balita yang sudah berubah
21
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

menjadi status gizi baik lebih banyak dari Dari hasil analisa statistic Wilcoxon Sign
pada balita dengan status KEP Ringan. Rank Test pada kelompok perlakuan di
Menurut Nanang Sunarya yang di dapatkan positive deviance melalui pos gizi
sampaikan pada pelatihan kader pada saat berpengaruh efektif pada status gizi awal
pos gizi tahun 2010 pos gizi akan lebih balita KEP dengan status gizi akhir balita
efektif bila melibatkan anggota masyarakat KEP, yang di tunjukan dari hasil p = 0,002
setempat dalam proses penyelidikan < α = 0,05. Artinya apabila positive deviance
perilaku masyarakat, keaktifan kader dan melalui pos gizi berpengaruh efektif maka
ibu balita dalam pos gizi, semua anak di harapkan status gizi pada balita KEP
sebelum ikut pos gizi mendapatkan dapat berubah.
pemeriksaan medis untuk mengetahui ada Positive deviance melalui pos gizi
tidaknya penyakit penyerta, memastikan menghasilkan perilaku-perilaku baru yang
para pengasuh membawa konstribusi dapat di terapkan orang tua di rumah untuk
makanan pada kegiatan pos gizi, menyusun menangani balitanya yang berat badan
menu yang diperoleh dari pelatihan positive kurang dan pada balita yang status gizi KEP.
deviance, keaktifan kehadiran di pos gizi, pos Perilaku yang di ajarkan di pos gizi dapat
gizi dilaksanakan 2 minggu tanpa terputus, juga di ajarkan ke tetangga lain yang
melakukan kunjungan rumah dalam waktu mempunyai balita dengan berat badan
2 minngu setelah pos gizi untuk kurang dan status gizi KEP.
memastikan perilaku baru di praktekkan di
rumah, memanfaatkan posyandu yang sudah 2. Status gizi sebelum dan sesudah
ada. mengikuti pos gizi pada
Kegiatan positive deviance melalui pos kelompok kontrol
gizi yang dilaksanakan selama 2 minggu Berdasarkan tabel 5.4 pada kelompok
meliputi penyuluhan tentang pemberian kontrol setelah mengikuti pos gizi menjadi
makanan (makanan sehat), pengasuhan anak status gizi KEP Ringan 14 balita (78%) dan
(kadarzi), kebersihan (cuci tangan), status gizi baik 4 balita (22%). Dapat di
pelayanan kesehatan (posyandu) selain ketahui bahwa status gizi balita yang
penyuluhan,di pos gizi setiap balita di awalnya ada balita KEP Ringan sebanyak 18
berikan makana sehat yang mencukupi balita yang sudah berubah menjadi status
kebutuhan gizi untuk tubuhnya, ibu balita gizi baik lebih banyak dari pada balita
di ajarkan cara mengolah bahan makanan dengan status KEP Ringan, walaupun
hingga menjadi makanan yang sehat untuk jumlahnya lebih besar kelompok perlakuan.
balita dan keluarganya, pemberian vitamin Pada kelompok kontrol tidak
penambah nafsu makan, di pos gizi balita mengikuti pos gizi di karenakan orang tua
juga di ajarkan kebiasaan-kebiasaan hidup menolak di tanggani secara langsung, malu
sehat dengan cara menarik dan tidak untuk mengikuti kegiatan pos gizi, di
membosankan di selingi lagu anak-anak samping itu para orang tua beralasan sibuk
yang berhubungan dengan kebersihan dan dengan kegiatan sehari-hari, takut anaknya
kesehatan. Dengan mengajarkan perilaku- rewel, dan orang tua merasa keberatan
perilaku positive deviance yang muda di dengan kegiatan pos gizi yang mewajibkan
pahami, menarik serta langsung di kedatangan selama 2 minggu berturut-
praktekkan lebih dapat meningkatkan berat turut. Mereka memilih menangani balitanya
badan balita sehingga berubah pula status yang kurang berat badannya sendiri.
gizinya. Dari hasil analisa statistic Wilcoxon Sign
Rank Test pada kelompok kontrol di

22
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

dapatkan ada perbedaan status gizi awal sakit. Partisipasi – masyarakat memainkan
balita KEP dengan status gizi akhir balita peran penting di seluruh proses
KEP, yang di tunjukan dari hasil p = 0,046 PKP(perilaku khusus positif).
< α = 0,05. Artinya walaupun tidak Berkesinambungan – para pengasuh tidak
mengikuti pos gizi status gizi pada hanya dilatih untuk merehabilitasi anak
kelompok kontrol juga dapat mengalami mereka yang mengalami kurang gizi tetapi
perubahan. juga untuk mempertahankan rehabilitasi di
Pada kelompok kontrol yang tidak rumah. Asli - pendekatan tersebut dapat
mengikuti pos gizi bisa berubah status diterapkan secara luas karena pelaku PKP
gizinya di karenakan selama 2 minggu orang (perilaku khusus positif) ada pada hampir
tua balita juga memberikan asupan makanan seluruh masyarkat. Budaya – karena pos
sendiri di rumah, Walaupun jika di gizi didasarkan pada perilaku lokal yang
bandingkan lebih banyak yang berubah pada teridentifikasi dalam konteks sosial, etnik,
kelompok perlakuan yang mengikuti pos bahasa dan agama dari masyarakat secara
gizi. Apalagi jika dilihat dari selisih berat individu (Sillan, 2004).
badannya lebih banyak peningkatan berat Kegiatan positive deviance melalui
badannya pada kelompok perlakuan. pos gizi ini mengajarkan pada ibu saat di pos
gizi perhatian ibu hanya tertuju pada anak
3. Status gizi sesudah mengikuti pos untuk memberikan asupan makanan yang
gizi antara kelompok perlakuan sehat, kader-kader juga membantu
dan kelompok kontrol mengawasi ibu dan balita tentang tatacara
Tabel 5.5 didapatkan data makan yang baik dan larangan yang tidak
perubahan status gizi awal sampai akhir. boleh dilakukan di pos gizi, bidan desa yang
Data Status gizi awal terdapat 36 balita ikut serta dan mengawasi setiap hari
dengan status KEP Ringan untuk kelompok kegiatan pos gizi siap membantu saat ibu
experimen dan kontrol. Sedangkan data balita atau kader mengalami kesulitan
akhirnya kelompok experimen terdapat 10 dalam pelaksanana pos gizi.
balita (56%) status gizi baik, 8 balita (44%) Dari hasil analisa statistic Mann-
KEP Ringan. Pada kelompok kontrol Whitney U Test pada kelompok perlakuan
terdapat 4 balita (22%) status gizi baik, 14 dan kontrol di dapatkan positive deviance
balita (78%) KEP Ringan. Berdasarkan data melalui pos gizi efektif status gizi akhir
di atas jika membandingkan kelompok balita KEP. Yang di tunjukan dari hasil p =
perlakuan dan kontrol lebih banyak jumlah 0,043 < α = 0,05. Artinya positive deviance
balita dengan status gizi baik pada melalui pos gizi efektif terhadap status gizi
kelompok perlakuan. Ini di karenakan balita balita KEP.
pada kelompok perlakuan di tangani di pos Dengan adanya positive deviance melalui
gizi selama 2 minggu. pos gizi untuk penanganan balita KEP bisa
Keuntungan positive devince melalui merubah dan meningkatkan status gizi
pos gizi untuk penanganan balita KEP yaitu balita tersebut. Bukan hanya balita yang
Cepat - pendekatan ini memberikan solusi meningkat status gizinya melainkan berat
yang dapat menyelesaikan masalah dengan badan balita juga meningkat. Pengetahuan
segera. Anak-anak harus di rehabilitasi ibu balita untuk memenuhi kebutuhan gizi
sekarang juga. Terjangkau – PKP (perilaku balitanya juga bertambah, bagaimana pola
khusus positif) Biaya yang di keluarkan asuhnya benar, pentingnya kebersihan
untuk pos gizi lebih sedikit di bandingkan untuk kesehatan, serta memanfaatkan
dengan melakukan investasi pada rumah

23
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

pelayanan kesehatan yang ada untuk Santoso, S dan Anne L.R .(2004).
memantau status kesehatan balitanya. Kesehatan & Gizi . Jakarta : PT.Rineka
Cipta.
Simpulan Sillan, D .(2004). Buku Panduan
Berdasarkan hasil penelitian maka Pemulihan yang Berkesinambungan bagi
dapat diambil kesimpulan bahwa : Anak Malnutrisi. Jakarta : PCI.
1. Seluruh balita pada kelompok
perlakuan sebelum mengikuti pos gizi Soegianto, B .(2003). Buku Antropometri
status gizinya KEP Ringan. WHO NCHS (Persen Terhadap
2. Pada kelompok perlakuan terjadi Median). Akademi Gizi (AKZI)
perubahan status gizi akhir setelah Surabaya . Pemerintah Provinsi Jawa
mengikuti pos gizi selama 2 minggu, Timur.
dengan prosentase 10 balita (56%) Soetjingsih . (2002). Tumbuh Kembang
status gizi baik, 8 balita (44%) Anak dan Remaja . Jakarta : Sagung
3. Positive deviance melalui pos gizi Seto.
berpengaruh efektif pada status gizi
balita KEP di Desa Suruh Kecamatan Sulastri, E. (2009). Kerangka Acuan
Sukodono. Pelatihan Peningkatan Status Gizi
Melalui Pendekatan Positive
DAFTAR PUSTAKA Devianve (PD) Bagi Petugas Pukesmas
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu dan Kader di Kabupaten Sidoarjo .
Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sidoarjo : Dinkes Sidoarjo.
Depkes RI. (2006). Buku Kader Posyandu Sunarya, N.(2008). Program Pendidikan
Dalam Usaha Perbaikan Gizi dan Pemulihan Gizi (P3G). Dinkes
Keluarga . Jakarta : Dinas Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Kesehatan RI. Supariasa, I.D.N, Bachyar B dan Ibnu F
Hidayat, A.A.A. (2005). Pengantar Ilmu .(2002) . Penilaian Status Gizi . Jakarta :
Kesehatan Anak 1. Jakarta : Salemba EGC.
Medika. Suyanto, B .(2002). Krisis & Child Abuse .
Notoatmodjo, S . (2005). Metodologi Jakarta : Airlangga University
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Press.
PT.Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis
dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika
Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinis pada
Anak Edisi 4 . Jakarta : Gaya Baru.
Rahaju, B, Utami D.W dan Vitria D
.(2005). Buku Pegangan Kader
Posyandu . Jawa Timur : Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

24
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA


TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH
DI TAMAN KANAK – KANAK AISYIYAH II NGANJUK

RAHAYU BUDI UTAMI


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Anak
Stikes Satriya Bhakti Nganjuk

ABSTRACT

This research aims at analyzing the influence of the level of education and the type of
parent-nurture pattern toward the psychosocial development of the pre-school children. The
level of education and the psychosocial development are among other factors which have
important roles in the psychosocial development of the pre-school children. The nurture pattern
is a reciprocal interaction between parents and children which is seen from the quality of
children-parent interaction point of view so that the closeness in the family may occur and there
will a two-way communication which can improve the psychosocial development of the pre-
school children. A psychosocial development is a phase when a child enters the initiative-versus-
mistake phase in which tasks that a child must carry out is to learn to have ideas or initiation
without doing many mistakes.
This research is carried out in Aisyiyah II Nganjuk Kindergarten with the research subject
is one of the students’ parents in this school of which number are 136 respondens. The
instrument used in this research is questionnaire. This questionnaire which requires answers
from the parent is used to get data of the level of education, the parent-nurture pattern and the
psychosocial development of pre-school children. The research design is observation with a
cross-sectional approach. The sampling is proportional purposive random sampling. The test on
the validity and reliability of the instrument is carried out previously before doing the other next
tests. The test which is used to see whether there is an influence of the level of education and the
type of parent-nurture pattern toward the psychosocial development of pre-school children is
measured by using logistic regression analysis.
The result of the research shows that there is an influence of educational level of the
respondent on the psychosocial development with the value of ρ (0,000) < α (0, 05) and so is
the type of parent-nurture pattern which has influence on the psychosocial development of the
pre-school children with the value of ρ (0,000) < α (0, 05). If the level of education and the
type of parent –nurture pattern are measured altogether toward the psychosocial development
of pre-school children, the level of education does not influence the psychosocial development
of the pre-school children with the value of ρ (0,159) < α (0,05), however, the type of parent-
nurture pattern influences the psychosocial development of the pre-school children in which the
result of the test shows the value of ρ (0,000) < α (0, 05).
This research concludes the type of parent-nurture pattern which is applied in nurturing
the pre-school children highly influence their psychosocial development in which the application
of the application of the type of parent-nurture pattern which is inappropriate with the condition
of the children will influence the children’s psychosocial development.

25
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENDAHULUAN (Mirza M., 2007). Tahap prasekolah


Otak balita lebih plastis dari pada menurut Erikson merupakan tahap dimana
otak orang dewasa. Plastisitas otak pada anak memasuki fase inisiatif vs kesalahan,
balita mempunyai sisi positif dan negatif. pada tahap ini tugas yang harus diemban
Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka seorang anak ialah untuk belajar punya
untuk proses pembelajaran dan gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu
penghayatan. Sisi negatifnya, otak balita melakukan kesalahan. Masa – masa bermain
lebih peka terhadap lingkungan utamanya merupakan masa dimana seorang anak ingin
lingkungan yang tidak mendukung seperti belajar dan mampu belajar terhadap
asupan gizi yang tidak adekuat, kurang tantangan dunia luar, serta mempelajari
stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kemampuan – kemampuan baru juga
kesehatan yang memadai. Masa balita, merasa memiliki tujuan. Sikap inisiatif
terutama pada masa prasekolah merupakan merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu
masa yang sangat peka terhadap lingkungan yang belum nyata menjadi nyata, sehingga
dan masa ini berlangsung sangat pendek pada usia ini orang tua dapat mengasuh
serta tidak dapat diulang anaknya dengan cara mendorong anak
untuk mewujudkan gagasan dan ide –
lagi, maka masa prasekolah disebut masa idenya. Semuanya akan terbalik apabila
keemasan (golden period), jendela tujuan dari anak pada masa ini mengalami
kesempatan (window of opportunity) dan hambatan karena dapat mengembangkan
masa kritis (critical period) (DepKes suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi
RI,2005;1). Mengingat jumlah prasekolah dirinya, yaitu merasa berdosa dan pada
di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% klimaksnya mereka seringkali akan merasa
dari seluruh populasi, maka sebagai calon bersalah atau malah akan mengembangkan
generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang
kembang perlu mendapat perhatian serius, mereka rasakan dan lakukan (Wongkeban,
karena perkembangan individu terjadi 2008; 8). Tekanan yang berlebihan ataupun
secara simultan antara dimensi fisik, pengharapan yang terlalu tinggi melampaui
kognitif, psikososial, moral dan spiritual. kapasitas kemampuan anak membuat anak
Masing – masing dimensi mempunyai peran memilih untuk berbohong atau berbuat
yang sama pentingnya untuk membentuk curang agar dapat diterima oleh kelompok
kepribadian yang utuh (Budi Ana K.,2008). soaialnya (Petranto I., 2006).
Perkembangan untuk mencapai Pencapaian tugas perkembangan
manusia dewasa, seorang anak sejak lahir psikososial agar tidak terjadi hambatan yang
akan melalui berbagai tahapa serius pada anak prasekolah, perlu di
perkembangan, salah satunya adalah masa perhatikan faktor psikososial yang dapat
prasekolah, yaitu antara 3 – 6 tahun dengan mempengaruhi tumbuh kembang anak
perkembangan psikososialnya. Setiap tahap antara lain; stimulasi, motivasi belajar,
perkembangan psikososial, terdapat ganjaran atau hukuman yang wajar,
berbagai tugas perkembangan yang harus kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan
dikuasai anak sebelum ia mencapai tahap kasih sayang serta pola asuh orang tua
perkembangan selanjutnya, adanya (Soetjiningsih, 1998;9). Kartono dalam
hambatan dalam mencapai tugas Yuniati (1996) berpendapat bahwa keluarga
perkembangan psikososial tersebut pada merupakan lembaga pertama dalam
satu tahap akan menghambat kehidupan anak, tempat anak belajar dan
keberhasilannya pada tahap berikutnya menyatakan dirinya sebagai mahluk social.

26
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Keluarga memberikan dasar tingkah laku, mereka bekerja. Sisanya 20% adalah ibu
watak, moral dan pendidikan kepada anak. yang meluangkan waktu atau ijin dari
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan tempat kerjanya untuk menjemput anaknya
nilai – nilai pada anak tergantung pada jenis pulang dari sekolah. Sebagian besar dari ibu
pola asuh yang diterapkan orang tua kepada – ibu tersebut memang menyerahkan
anaknya (Latifah M, 2008;4). Pola asuh hampir semua pengasuhan anak mereka
dalam keluarga yang diterapkan akan dibawah pengawasan pembantu selama
membentuk perilaku anak sehari – hari. mereka berada di tempat kerja.
Menurut baumrid dalam Clara (2000;1) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada
pola asuh ini antara lain neglectful, saat itu, sebagian besar anak – anak tersebut
otoriter, indulgent dan authoritative. bergantung pada pengasuhnya, seperti
Saat ini tidak sedikit orang tua yang untuk membawa tas sekolah saja atau
mengejar kepentingan mereka sendiri membawakan mainan yang dibeli disekolah
dengan dalih untuk kesejahteraan anak, saja mereka meminta sang pengasuh untuk
sehingga terkadang peran mereka sebagai membawakannya, sehingga perilaku
orang tua yaitu “mendidik dan mengasuh ketergantungan jelas terlihat.
anak” terlalaikan. Dengan demikian Hubungan anak dengan anggota
kebutuhan anak yang merupakan kebutuhan keluarga menjadi landasan sikap anak
fisik dapat terpenuhi tetapi bagaimana terhadap orang lain, benda dan kehidupan
dengan kebutuhan psikososial dan secara umum. Dalam hal ini orang tua perlu
kebutuhan – kebutuhan lainnya yang memperhatikan penyesuaian diri dan sosial
nantinya sangat menentukan perkembangan anak yang akan meninggalkan ciri pada cara
anak kearah kedewasaan yang mantap dan pandang dan konsep diri anak selanjutnya.
menyeluruh. Pengambilan data awal dan Demikian pula halnya dengan
berdasarkan dokumentasi pada taman perkembangan psikososial, pelajaran
Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk, hari pertama diperoleh anak dari keluarga.
senin tanggal 26 Mei 2008 terdapat 48 anak Keluarga merupakan primary group bagi
yang berusia 3 sampai 4 tahun, 101 anak anak yang pertama – tama mendidiknya dan
berusia 4 sampai 5 tahun dan 51 anak merupakan lingkungan sosial pertama
berusia 6 tahun yang telah mendaftarkan dimana anak berkembang sebagai mahluk
diri untuk menjadi siswa di Taman kanak – sosial. Didalam keluarga anak akan
kanak Aisyiyah II Nganjuk tahun ajaran memperoleh bekal yang memungkinkannya
2008/2009. Sedangkan jumlah siswa menjadi anggota masyarakat yang baik
prasekolah yang berusia 3 sampai 6 tahun kelak. Kebiasaan – kebiasaan dan
tahun ajaran 2007/2008 berjumlah 210 ketrampilan – ketrampilan yang
anak. Tampak terjadi peningkatan jumlah dipelajarinya dan dikembangkannya
pendaftar pada tahun ajaran yang akan pertama – tama dalam lingkungan keluarga
datang, berdasarkan hasil survey sementara dan yang utama dengan bimbingan dan
hari senin tanggal 26 mei 2008 dari arahan dari orang tua menjadi landasan bagi
beberapa orang yang menjemput anaknya anak untuk melakukan penyesuaian dengan
(10 orang), delapan orang (80%)dari orang lain diluar lingkungan keluarganya,
penjemput tersebut ternyata adalah baik dengan teman sebaya maupun orang
pembantu rumah tangga, sedangkan orang dewasa lainnya. Dalam interaksi sosial
tuanya terutama ibu anak prasekolah adalah dengan orang tua yang wajar anak
seorang pekerja yang menitipkan anaknya memperoleh bekal yang memungkinnya
pada pengasuhan pembantunya selama menjadi anggota masyarakat yang baik.

27
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Seperti halnya ketika anak prasekolah mulai kasih sayang serta menunjukan sikap dan
memasuki taman kanak – kanak, anak perilaku yang baik sehingga dijadikan
diharapkan telah siap berinteraksi dengan contoh/panutan bagi anaknya. Pada
orang diluar lingkungan keluarganya. Anak dasarnya orang tua menginginkan anaknya
diharapkan telah mengembangkan untuk tumbuh menjadi orang yang matang
ketrampilan psikososialnya, tidak saja dan dewasa secara sosial, sehingga apapun
kecerdasan dan ketrampilan motorik tetapi pengasuhan yang diterapkan orang tua pada
juga hal lain seperti dapat menerima tokoh dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal
diluar orang tuanya, patuh pada peraturan tersebut, sayangnya pola asuh yang
dan dapat mengendalikan emosi – emosinya diterapkan orang tua tidak selamanya
serta anak dapat menyesuaikan dengan efektif. Terkadang malah dampaknya bagi
standard yang disetujui kelompok. anak bukannya baik tapi buruk. Pola asuh
Pola asuh orangtua dalam yang terlalu protektif atau memanjakan
membimbing anak untuk mencapai tugas anak tentu menyebabkan anak menjadi
perkembangan psikososialnya dengan baik, tidak kreatif atau selalu tergantung pada
tidak terlepas dari tingkat pendidikan orang lain.(Marfuan, 2007;1). Pola asuh
orangtua yang menunjang dari pengetahuan yang efektif harus sejalan dengan
orangtua tentang pemahaman pola asuh meningkatnya pertumbuhan dan
yang baik dalam pecapaian perkembangan perkembangan anak, baik dalam potensi
psikososial pada anak prasekolah (Mirza social, psikomotorik dan kemampuan
Maulana, 2007). Pendidikan orang tua juga
merupakan salah satu faktor keluarga dan Tujuan Penelitian
adat istiadat yang penting dalam 1. Tujuan Umum
perkembangan anak, karena dengan Mempelajari Pengaruh Tingkat
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua
menerima segala informasi dari luar dengan perkembangan psikososial anak
terutama tentang cara pengasuhan anak prasekolah di Taman Kanak - kanak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan Aisyiyah II Nganjuk.
anaknya, perilakunya dan sebagainya 2. Tujuan Khusus
(Soetjiningsih, 1998;10). Setiap rangsangan a. Menganalisis pengaruh Tingkat
yang diterima seorang anak, akan pendidikan orang tua terhadap
membawa pengaruh pada perkembangan perkembangan psikososial anak
dimasa yang akan datang. Selain pemberian prasekolah di Taman Kanak - kanak
nutrisi yang memadai anak juga perlu Aisyiyah II Nganjuk.
mendapatkan rangsangan – rangsangan yang b. Menganalisis pengaruh tipe pola asuh
dapat mengoptimalkan semua aspek orang tua terhadap perkembangan
perkembangannya, dimana semua aspek psikososial anak prasekolah di Taman
tersebut dapat diperoleh tergantung pada Kanak - kanak Aisyiyah II Nganjuk.
bagaimana pola asuh orang tua dalam c. Menganalisis pengaruh antara tingkat
mengasuh anaknya (Mirza Maulana, 2007). pendidikan dan tipe pola asuh orang
Pola asuh merupakan pola interaksi tua dengan perkembangan psikososial
antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, anak prasekolah di Taman Kanak –
yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang kanak Aisyiyah II Nganjuk.
tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk
caranya menerapkan aturan, mengajarkan
nilai/norma, memberikan perhatian dan

28
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Metodologi Penelitian berjumlah 210, maka sampel yang diambil


Desain dalam penelitian ini yang adalah 136 responden. Teknik sampling
digunakan adalah penelitian korelasional. yang digunakan peneliti adalah Proporsional
Penelitian korelasional mengkaji pengaruh Purposive Random Sampling.
antara variable. Peneliti dapat mencari, Variabel penelitian ini dua yaitu
menjelaskan suatu pengaruh, variable independen dan dependen.
memperkirakan dan menguji berdasarkan Variabel dependent pada penelitian ini adalah
teori yang ada. Penelitian korelasionall yang “perkembangan psikososial pada anak
digunakan pada penelitian ini menggunakan prasekolah” di Taman Kanak – kanak
pendekatan Cross sectional. Penelitian cross Aisyiyah II Nganjuk. Variabel independent
sectional yang menekankan pada waktu dalam penelitian ini adalah “Tingkat
pengukuran/observasi data variabel pendidikan orangtua pada anak prasekolah
independent dan dependent hanya satu kali dan tipe pola asuh orang tua pada anak
saat. Pada jenis ini variabel dinilai secara prasekolah” di Taman Kanak – kanak
simultan pada satu saat, jadi tidak ada follow Aisyiyah II Nganjuk.
up. Tentunya semua subjek penelitian harus
diobservasi pada hari atau pada waktu yang Hasil Penelitian
sama, tetapi baik variabel independent 1. Pendidikan Responden
maupun dependent dinilai hanya satu kali Pendidikan Frekuensi Persentase
saja, dengan studi ini akan diperoleh Dasar 5 4
prevalensi atau efek suatu fenomena (varibel Menengah 50 37
independent). Tinggi 81 59
Populasi terbagi dua yaitu populasi
target dan populasi terjangkau. Populasi
target ádalah populasi yang memenuhi
kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir 2. Tipe Pola Asuh Responden
Pengetahuan Frekuensi Persentase
penelitian. Populasi targetnya pada
Neclectful 6 4
penelitian ini ádalah semua orangtua anak
Otoriter 33 24
prasekolah yang bersekolah di Taman
Indulgen 43 32
Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk. Authoritative 54 40
Populasi terjangkaunya pada penelitian ini
ádalah salah satu orang tua dari semua anak
3. Analisa Tingkat Pendidikan
prasekolah di kelas A, B, C dan D Taman
Responden Terhadap
Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk. Jumlah
Perkembangan Psikososial Anak
populasi sebesar 210 orangtua dari anak
Prasekolah
prasekolah. Sampel dalam penelitian ini Karakteristik Inisiatif Kesalahan
adalah bagian dari populasi terjangkau yang
N Fre Perse Fre Pers
dapat dipergunakan sebagai subjek kue ntase kue enta
penelitian yang dipilih melalui sampling. nsi nsi se
Besar sample pada penelitian ini Pendidikan
berdasarkan table dan nomogram. Tabel • Dasar 5 5 100 0 0
yang digunakan adalah tabel Krejcie dan • Menegah 50 24 48 26 52
nomogram Harry King, yang mana
• Tinggi 81 74 91 7 9
penghitungan tersebut berdasarkan
• Total 13 103 33
kesalahan 5% (Soegiyono, 2006). 6
Nomogram menunjukan bila populasi X2 = 33,289 ; p value = 0,000

29
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

lain menuju kearah suatu cita – cita


4. Tipe Pola Asuh Responden tertentu.
terhadap Perkembangan pendidikan dapat mempengaruhi
Psikososial Anak Prasekolah seseorang, termasuk juga perilaku
Karakteristik Inisiatif Kesalahan seseorang akan pola hidup terutama
N Fre Pers Freku Pers dalam memotivasi untuk sikap berperan
kue enta ensi enta serta dalam pembangunan kesehatan.
nsi se se Makin tinggi tingkat pendidikan
Pola Asuh seseorang, makin mudah menerima
• Neclectful 6 4 67 2 33 informasi sehingga makin banyak pula
• Otoriter 33 11 33 22 67 pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
• Indulgen 43 34 79 9 21 pendidikan yang kurang akan
• Authoritat 54 54 100 0 0 menghambat perkembangan sikap
ive
seseorang terhadap nilai – nilai yang
Total 13 103 33
6 baru diperkenalkan.
X2 = 50,116 ; p value = 0,000
2. Pengaruh Tipe Pola Asuh terhadap
5. Hasil Uji regresi Perkembangan psikososial Anak
Variabel B S.E Df Sig Exp Prasekolah
(B) Berdasarkan hasil uji hipotesis
Constanta -2.616 1.030 1 0,11 0,073 dengan uji bivariat menggunakan uji
Pendidikan -.865 .614 1 0,159 0.421 chisquare terdapat pengaruh anatara
Pola asuh 2.116 .467 1 0,000 8.294
tingkat pendidikan responden terhadap
perkembangan psikososial anak
Variabel B S.E Df Sig Exp
(B) prasekolah dimana didapatkan ρ =
Constanta -
0,851 1 0,000 0,030
0,000 < α (0,05). Temuan penelitian
3.049 ini, sesuai dengan tinjauan teoretik.
pola asuh 1.666 0,318 1 0,000 5,293 Jenis pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua terhadap anaknya
Pembahasan menentukan keberhasilan pendidikan
1. Pengaruh Tingkat Pendidikan karakter anak oleh keluarga. Studi yang
terhadap Perkembangan dilakukan oleh Fagan (dalam badingah,
Psikososial Anak Prasekolah 1993) menunjukan bahwa ada
Berdasarkan hasil uji hipotesis keterkaitan antara faktor keluarga dan
dengan uji bivariat menggunakan uji tingkat kenakalan keluarga, dimana
chisquare terdapat pengaruh anatara keluarga yang broken home, kurangnya
tingkat pendidikan responden terhadap kebersamaan dan interaksi antar
perkembangan psikososial anak keluarga, dan orang tua yang otoriter
prasekolah dimana didapatkan ρ = cendrung menghasilkan anak yang
0,000 < α (0,05). Temuan penelitian bermasalah, pada akhirnya hal ini akan
ini, sesuai dengan tinjauan teoretik. berpengaruh terhadap kualitas karakter
Suwarno (1992) yang dikutip oleh anak. Pola asuh indulgent (pemanja)
Nursalam dan Pariani (2001), yang cendrung memberi kebebasan
pendidikan berarti bimbingan yang terhadap anak untuk berbuat apa saja
diberikan oleh seseorang terhadap orang sangat tidak kondusif bagi pembentukan
karakter anak. Bagaimanapun anak tetap

30
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

memerlukan arahan dari orang tua perkembangan psikososial anak


untuk mengenal mana yang baik dan prasekolah, dimana p = 0,159, OR =
mana yang salah. Dengan memberi 0,421, CI = 95%. Berbeda dengan tipe
kebebasan yang berlebihan, apalagi pola asuh dari hasil uji multivariat
terkesan membiarkan seperti pada pola didapatkan p = 0.000, OR = 8,294, CI
asuh neglectful (penelantar), akan 95 % yang menunjukan adanya
membuat anak bingung dan berpotensi pengaruh antara tipe pola asuh
salah arah. responden terhadap perkembangan
Pola asuh orang tua yang menerima psikososial pada anak prasekolah.
membuat anak merasa disayang, Temuan penelitian tingkat pendidikan
dilindungi, dianggap berharga dan responden terhadap perkembangan
diberi dukungan oleh orang tuanya. psikososial anak prasekolah ini, tidak
Hubungan anak dengan anggota sesuai dengan tinjauan teoretik.
keluarga menjadi landasan sikap anak Suwarno (1992) yang dikutip oleh
terhadap orang lain, benda dan Nursalam dan pariani (2001),
kehidupan secara umum. Dalam hal ini pendidikan berarti bimbingan yang
orang tua perlu memperhatikan diberikan oleh seseorang terhadap
penyesuaian diri dan sosial anak yang orang lain menuju kearah suatu cita –
akan meninggalkan ciri pada cara cita tertentu. Pendidikan dapat
pandang dan konsep diri anak mempengaruhi perilaku dan pola hidup
selanjutnya. Demikian pula halnya terutama dalam motivasi untuk
dengan perkembangan psikososial, berperan serta dalam pembangunan
pelajaran pertama diperoleh anak dari kesehatan. Makin tinggi tingkat
keluarga. Keluarga merupakan primary pendidikan seseorang makin mudah
group bagi anak yang pertama – tama menerima informasi sehingga makin
mendidiknya dan merupakan banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
lingkungan sosial pertama dimana anak sebaliknya pendidikan yang kurang akan
berkembang sebagai mahluk sosial. menghambat perkembangan sikap
Didalam keluarga anak akan seseorang terhadap nilai – nilai yang
memperoleh bekal yang harus diperkenalkan.
memungkinkannya menjadi anggota Berdasarkan hasil penelitian ini
masyarakat yang baik kelak. Tipe pola ditemukan bahwa responden yang
asuh yang tepat dan efektif akan berpendidikan dasar semuanya (100%)
menunjang perkembangan anak menjadi memiliki anak dengan perkembangan
lebih inisiatif sesuai dengan fase yang psikososial pada tahap inisiatif,
dilaluinya. sedangkan responden dengan
pendidikan menegah dan tinggi fase
3. Pengaruh Tingkat Pendidikan perkembangan psikososial anaknya
Responden terhadap berkisar pada tahap inisiatif dan
Perkembangan Psikososial anak kesalahan. Jelas disini bahwa walaupun
Prasekolah tingkat pendidikan responden pada
Dalam penelitian ini setelah tingkat dasar, tapi responden tersebut
dilakukan uji multivariat dari kedua masih mampu mendidik anaknya hingga
variabel ditemukan, bahwa tidak ada mencapai perkembangan psikososial
pengaruh yang signifikan antara tingkat pada tahap inisiatif. Beberapa hal yang
pendidikan responden dengan menunjang dari penelitian tingkat

31
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

pendidikan ini bahwa responden dengan psikososial anak prasekolah. Hal ini
tingkat pendidikan dasar memiliki anak dapat ditafsirkan bahwa responden yang
dengan perkembangan psikososial pada menerapkan tipe pola asuh authoritative
tahap inisiatif disebabkan karena semua cendrung memiliki anak dengan
responden yang berpendidikan dasar perkembangan psikososial pada fase
100% memiliki anak dengan jenis inisiatif dibandingkan dengan orang tua
kelamin laki – laki. Sesuai dengan yang menerapkan tipe pola asuh
tinjauan teoretik, bahwa jenis kelamin neclectful, otoriter dan indulgen.
atau gender berpengaruh terhadap Temuan penelitian ini, dimana
perkembangan psikososial anak dari 136 responden yang diteliti
prasekolah, dimana pada perkembangan terdapaat 54 responden menerapkan
psikososial anak prasekolah tugas yang tipe pola asuh authoritative dan
harus diemban seorang anak pada masa semuanya (100%) memiliki anak
ini ialah untuk belajar punya gagasan dengan perkembangan psikososial pada
(inisiatif), berani dan mandiri tanpa tahap inisiatif. Hal ini sesuai dengan
banyak melakukan kesalahan. tinjauan teoretik, bahwa tipe pola asuh
Menurut Fahriza (2007), Tingkat authoritative dimana orang tua
pendidikan orang tua berpengaruh menerima dan melibatkaan anak
terhadap pertumbuhan dan sepenuhnya. Memiliki tingkat
perkembangan anaknya, semakin tinggi pengendalian tinggi dan mengharuskan
tingkat pendidikan orang tua semakin anak – anaknya bertindak pada tingkat
baik pula perkembangan anak. intelektual dan sosial sesuai usia dan
Berdasarkan hasil penelitian dimana kemampuan mereka. Tetapi mereka
responden dengan tingkat pendidikan tetap memberikan kehangatan,
dasar ada 5 orang, dan semuanya bimbingan dan komunikasi dua arah.
(100%) adalah memiliki hubungan Memberikan penjelasan dan alasan atas
antara ibu dan anak, yang semuanya hukuman dan larangan. Anak dari orang
(100%) memiliki anak dengan tua seperti ini akan tumbuh menjadi
perkembangan psikososial masuk pada anak yang mandiri, tegas terhadap diri
tahap inisiatif. Begitu juga dengan sendiri, ramah dengan teman
pekerjaan, 100% responden dengan sebayanya, dan mau bekerja sama
pendidikan dasar tersebut adalah dengan orang tua. Mereka juga
bekerja sebagai ibu rumah tangga. kemungkinan berhasil secara intelektual
dan sosial, menikmati kehidupan, dan
4. Pengaruh Tipe Pola Asuh memiliki motivasi yang kuat untuk
Responden terhadap maju (Rakhma; 2008).
Perkembangan Psikososial anak Tipe pola asuh authoritative
Prasekolah tampaknya lebih kondusif dalam
Dalam penelitian ini ditemukan perkembangan psikososial anak
bahwa ada pengaruh positif yang prasekolah. Hal ini dapat dilihat dari
signifikan antara tipe pola asuh hasil penelitian yang dilakukan oleh
responden terhadap perkembangan Baumrind yang menunjukan bahwa
psikososial anak prasekolah. Semakin orang tua yang authoritative lebih
baik tipe pola asuh yang diterapkan mendukung perkembangan anak
responden kepada anaknya maka terutama dalam kemandirian dan
semakin baik (inisiatif) perkembangan tanggung jawab. Menurut Arkoff

32
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

(dalam Badingah, 1993) anak yang Tipe pola asuh otoriter cendrung
dididik dengan cara authoritative membatasi perilaku kasih sayang,
umumnya cendrung mengungkapkan sentuhan, dan kelekatan emosi orang
agresivitasnya dalam tindakan – tua – anak, sehingga antara orang tua
tindakan yang konstruktif atau dalam dan anak seakan memiliki dinding
bentuk kebencian yang sifatnya pembatas yang memisahkan orang tua
sementara saja. Hasil penelitian Rohner dengan anak. Studi yang dilakukan oleh
(dalam Megawangi, 2003) menunjukan Fagan (dalam badingah, 1993)
bahwa tipe pola asuh orang tua yang menunjukan ada keterkaitan antara tipe
authoritative membuat anak merasa pola asuh dengan perkembangan anak,
disayang, dilindungi, dianggap berharga dimana orang tua dengan tipe pola asuh
dan diberi dukungan oleh orang tuanya. otoriter cendrung menghasilkan anak
Pola asuh ini sangat kondusif yang bermasalah. Pada akhirnya, hal ini
mendukung pembentukan kepribadian berpengaruh terhadap perkembangan
yang pro-sosial, percaya diri dan psikososial anak prasekolah yang
mandiri namun sangat peduli dengan merugikan anak, karena anak menjadi
lingkungannya. tidak mandiri, kurang tanggung jawab,
Tipe pola asuh yang diterapkan serta agresif dan pada klimaksnya anak
oleh orang tua terhadap anaknya seringkali akan merasa bersalah atau
menentukan perkembangan psikososial akan mengembangkan sikap
anak. Berdasarkan hasil penelitian diatas menyalahkan diri sendiri atas apa yang
dimana 33 responden menerapkan tipe mereka rasakan dan lakukan.
pola asuh otoriter dan 22 responden Berbeda dengan tipe pola asuh
(67%) diantaranya memiliki anak indulgen, yang pada penelitian ini
dengan perkembangan psikososial pada didapatkan dari 43 responden yang
tahap kesalahan. Tipe pola asuh otoriter mengasuh dengan tipe pola asuh
dimana orang tua menuntut dan indulgen, 34 responden (79%)
mengendalikan semata – mata karena memiliki anak dengan perkembangan
kekuasaan, tanpa kehangatan, psikososialnya pada tahap inisiatif. Hal
bimbingan, dan komunikasi dua arah. ini bertentangan dengan teori menurut
Mereka mengendalikan dan menilai Petranto (2006), tipe pola asuh
perilaku anak dengan standard mutlak; indulgen atau pemanja biasanya orang
mereka menghargai kepatuhan, rasa tua memberikan pengawasan yang
hormat terhadap kekuasaan mereka, sangat longgar. Memberikan
dan tradisi. Anak – anak dengan orang kesempatan pada anaknya untuk
tua seperti ini cendrung memiliki melakukan sesuatu tanpa pengawasan
kompetensi dan tanggung jawab yang cukup darinya. Mereka cendrung
sedang, cendrung menarik diri secara tidak menegur atau memperingatkan
sosial dan tidak memiliki spontanitas. anak apabila anak sedang dalam bahaya,
Anak perempuan akan tergantung pada dan sangat sedikit bimbingan yang
orang tuanya dan tidak memiliki diberikan oleh mereka. Namun orang
motivasi , anak laki – laki cendrung tua tipe ini biasanya bersifat hangat,
lebih agresif dibandingkan anak laki – sehingga seringkali disukai oleh anak.
laki yang lain untuk maju (Rakhma; Dengan penerapan tipe pola asuh
2008). indulgen akan menghasilkan anak yang
impulsive, agresif, tidak patuh, manja,

33
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

kurang mandiri, mau menang sendiri, 3. Secara bersama Tingkat Pendidikan


kurang percaya diri dan kurang matang responden tidak berpengaruh terhadap
secara sosial. Tipe pola asuh indulgen perkembangan psikososial anak
yang cendrung memberi kebebasan prasekolah di taman Kanak – kanak
terhadap anak untuk berbuat apa saja Aisyiyah II Nganjuk.
sangat tidak kondusif bagi
perkembangan psikososial anak DAFTAR PUSTAKA
prasekolah. Bagaimanapun anak tetap Arixs.2006. Pola Asuhn Otoriter, Anak
memerlukan arahan dari orang tua Enggan Sekolah.
untuk mengenal mana yang baik dan http://www.beritaseputarkita.co.id
mana yang salah. Dengan memberi [Diakses tanggal 12 Maret 2008.
kebebasan yang berlebihan, apalagi Jam14.30]
terkesan membiarkan, akan membuat Arief, T.Q. 2004. Pengantar Metodologi
anak bingung dan berpotensi salah arah Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
sehingga menimbulkan perasaan salah Surakarta: CSGF
pada anak prasekolah. Namun teori
diatas bertentangan dengan hasil Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
penelitian, dimana perkembangan anak Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
prasekolah dengan orang tua yang Rineka Cipta
menerapkan tipe pola asuh indulgen Astuti MP. 2006.4 Tipe Pola Asuh.
masuk pada tahap inisiatif. Hal ini dapat http://www.halalguideinfo.com
juga disebabkan karena responden [Diakses tanggal 12 Maret 2008.
dengan tipe pola asuh indulgen sebagian Jam14.30]
besar 28 responden (65%) memiliki
anak dengan jenis kelamin laki – laki. Azwar, S. 2006. Reliabelitas dan Validitas .
Dimana menurut Supriyantini dalam Yokyakarta: Pustaka Pelajar
penelitiannya hubungan peran gender _______. 2005. Sikap Manusia Teori Dan
menyatakan bahwa menurut peran jenis Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
yang stereotip bagi laki – laki, mandiri Pelajar
adalah wajar bagi anak laki – laki, Dewirakhma.2008.Tipe Pola Asuh.
sedangkan sikap tergantung adalah tepat http://dewisang.wordpress.com/
untuk anak perempuan. [Diakses tanggal 12 Maret 2008.
Jam14.30]
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Hellburgge T. & Wimpffen JH. 2005. 365
dikemukakan paada bab IV dapat hari Pertama Perkembanagn Bayi
disimpulkan sebagai berikut : Sehat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
1. Tingkat pendidikan Responden memiliki Hilmansyah. 2007. Pola Asuh Efektif, Pola
pengaruh yang signifikan terhadap Asuh Penuh Cinta, Nakita Panduan
perkembangan psikososial anak Tumbuh Kembang Anak.
prasekolah di Taman kanak – kanak http://www.Khasanah-Nakita.co.id
Aisyiyah II Nganjuk. [Diakses tanggal 21 Nopember 2007.
2. Tipe pola asuh Responden berpengaruh Jam 16.07]
signifikan terhadap perkembangan
psikososial anak prasekolah di Taman Joomla. 2006. Pola Asuh Anak.
Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk. http://www.halalguide.info.polaasuh
[Diakses tanggal 14 Agustus 2008. Jam

34
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

11.35 ] Nursalam. 2003. Konsep Dasar Penerapan


Kuntoro. 2007. Metode Statistik. Metodologi Penelitian Ilmu
Surabaya. Pustaka Melati Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Machfoedz I. 2006. Statistik _________ 2008. Konsep Dan Penerapan


Induktif.Yokyakarta: Fitramaya Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kartono K. 1995. Psikologi Perkembangan
Anak. Bandung: Mandar Maju Petranto I., 2006. Rasa Percaya Diri Anak
adalah pantulan Pola Asuh Orang Tua.
Latifah M. 2008. Peran Keluarga dalam http://www.dampakpolaasuh.co.uk/
pendidikan Karakter Anak. [Diakses tanggal 12 Maret 2008.
http://www.prasekolah.com [diakses Jam14.30]
tanggal 19 Juni 2008]
Rahma D. 2008. Tipe Parenting.
Marfuah, P. 2007. Empat Tipe Pola Asuh http://www.tipe. [Diakses tanggal 14
Orang Tua, Nakita Panduan Tumbuh Agustus 2008. jam 12.00].
Kembang Anak.
http://www.Khasanah-Nakita.co.id Rahmi. 2008.Kuis, Bagaimana Pola Asuh
[Diakses tanggal 21 Nopember 2007. Anda?. http://www.halohalo.co.id
Jam 16.07] [Diakses tanggal 12 Maret 2008.
Jam14.30]
Marthachristianti. 2008. Permasalahan
Anak di Taman Kanak – kanak. Ramli. 2005. Pendampingan Anak Usia
http://www.prasekolah.com [Diakses Dini. Jakarta: DepDikNas
tanggal 19 Juni 2008] Sabrie L. & Hastono SP. 2006. Statistik
Maulana M. 2007. Mendidik Anak Autis Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
dan Gangguan Mental lainnya menuju Persada
Anak Cerdas dan Sehat. Yokyakarta: Sudiharto. 2007.Asuhan Keperawtan
Katahati Keluarga dengan Pendekatan
Mirzal. 2008. Konsep Dasar Psikososial. Keperawatan Transkultural. Jakarta.
http://www.syechaceh.wordpress.co EGC
m. [diakses tanggal 19 Juni 2008] Siswanto. 2007. Kesehatan Mental, Konsep
Muscari ME. 2005. Keperawatan Pediatrik. Cakupan & Perkembangannya.
Jakarta: EGC Yokyakarta: Andi

Nelson. 1999. Ilmu kesehatan Anak. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang


Yakarta: EGC Anak. Surabaya: Airlangga

Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Soegiyono. 2006. Statistik Untuk


Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta Penelitian. Bandung: Alfabeta

2003. Metode Penelitian Sukandarrumidi. 2006. Metodologi


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Penelitian. Yokyakarta: Gajah Mada
University Press
Nursalam & Pariani. 2001. Metodologi
Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Sukmadinata N. 2007. Metode Penelitian
Reto Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya

35
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

KORELASI POLA HUBUNGAN ORANG TUA-ANAK


DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA
PRASEKOLAH

Tutu April Ariani


Staf Pengajar Departemen Keperawatan Anak
Stikes Maharani Malang

ABSTRACT

Every child in their life would always experiences development as according to their age step.
Their success in reaching development duty as according to their step supported by some
factors, internal and eksternal, between it is pattern to take care of, family relation pattern, the
role and function of family, support from house area and school and some other supplementary
factors.

The purpose of this research is to know about the existence of relation between the pattern
relation of parent-child and family functioning with development duty of child at school pre age.
The research type is analytic observational using planning Cross Sectional Study (latitude cut
study). Retrieval of data is done in accidental sampling, big of sample is 40 taken by the way of
using questionnaire and observation to the student and their parent in TK Muslimat in Class A
and B at the year 2008/2009. Data analysis is done by using product moment pearson
correlation.

The result of this research indicates that there is significant relationship between pattern relation
of parent-child and development of child at school pre age (r=0325, p=0020). Besides, also
there is significant relationship between family functioning and development of child of school
pre age (r=0446, p=0002). So between pattern relation of parent-child and family functioning
with development of child of school pre age (R=0487, p=0007) also shows existence of
positive (significant) relationship.

The conclusion of this research, increasingly good pattern relation of parent-child and family
functioning in TK Muslimat 7 Peterongan Jombang East Java at Class A and B school year
2008/2009, hence attainment of development of child of school pre age will tend to
increasingly good.

Keyword: pattern relation of parent-child, family functioning, development of


child of school pre age.

Pendahuluan berlangsung secara sistematis, progresif


Perkembangan dapat diartikan baik yang menyangkut fisik maupun
sebagai perubahan yang progresif dan psikisnya. Setiap anak dalam hidupnya akan
kontinyu/berkesinambungan dalam diri selalu mengalami perkembangan sesuai
individu dari mulai lahir sampai mati, yang dengan tahapan usianya. Sesuai dengan

36
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

prinsip perkembangan, maka setiap tahap optimal dalam menjalankan tugas


merupakan periode penting bagi tahap perkembangannya, ditinjau dari berbagai
berikutnya. aspek perkembangan.
Periode yang beragam dalam Perkembangan anak yang berhasil
kehidupan individu, menuntut untuk sesuai dengan tahapannya didukung oleh
dituntaskannya tugas-tugas perkembangan beberapa faktor, baik internal dan
yang khusus. Tugas perkembangan tersebut eksternal. Dukungan eksternal dapat
muncul pada periode tertentu dalam berasal dari keluarga dan lingkungannya,
rentang kehidupan individu, yang apabila diantaranya adalah pola asuh, pola
tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan hubungan keluarga, peran dan fungsi
membawa kebahagiaan dan kesuksesan keluarga., dukungan lingkungan rumah dan
dalam menuntaskan tugas berikutnya. sekolah dan beberapa faktor pendukung
Keberhasilan pencapaian tugas lainnya.
perkembangan dapat secara tidak langsung Keluarga merupakan lingkungan
tergambarkan pada perilaku anak. Perilaku yang terdekat dengan anak, memiliki
dalam keseharian anak yang dapat diamati, peranan dan fungsi yang besar dalam
secara tidak langsung akan mencerminkan mendukung ketercapaian tugas
bagaimana pembentukan perilaku perkembangan secara optimal. Beragamnya
eksternalnya dalam upaya mencapai tugas pola hubungan dalam keluarga dapat
perkembangannya. berdampak pada pencapaiannya. Efektifitas
Salah satu peride penting adalah usia pelaksananaan fungsi keluargapun dapat
pra-sekolah yang dapat menjadi menopang kesuksesan pencapaian tugas
dasar/pondasi pencapaian tugas perkembangan.
perkembangan yang optimal pada periode Bila pada kenyataannya, dukungan
berikutnya. Pada usia ini seharusnya yang dapat mempengaruhi pencapaian
seorang anak telah mampu memenuhi tugas perkembangan tersebut kurang maksimal,
pada masa tersebut. maka yang didapatkan adalah kegagalan
Dari hasil pengamatan didapatkan yang dapat berdampak pada
data-data sebegai berikut: TK Muslimat 7 ketidakbahagiaan pada diri individu yang
Jombang memiliki aturan bahwa masa awal bersangkutan, menimbulkan penolakan
sekolah, seluruh siswa diantar dan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam
ditunggui oleh orangtua/walinya. Setelah 1 menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
minggu harus sudah tidak boleh ditunggui. Berdasar dari gambaran tersebut
Dari pengamatan didapatkan bahwa sampai diatas, maka perlu adanya pembuktian
pada bulan Nopember tahun 2008 ada 39 tentang pentingnya faktor yang dapat
anak (23%) yang masih ditunggui, ingin mendukung pencapaian tugas
menang sendiri 19 anak (12%), tidak perkembangan terutama pola hubungan
mengerjakan tugas yang diberikan 54 anak orangtua-anak dan keberfungsian keluarga
(34%), tidak mau bermain dengan yang ada pada TK Muslimat 7 Kecamatan
temannya 26 anak (16%), dapat dan mau Peterongan Kabupaten Jombang.
mengikuti semua kegiatan 109 anak
(68%). Data lain juga menyebutkan Bahan Dan Metode Penelitian
terdapat 7 anak (9%) diasuh oleh walinya Penelitian ini merupakan jenis
dan sisanya diasuh oleh orangtuanya. penelitian observasional analitik yang
Data tersebut menunjukkan menggunakan rancangan Cross Sectional
terdapat beberapa siswa yang belum Study (studi potong lintang), dimana akan

37
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

diteliti tentang adanya korelasi antara pola terlebih dahulu meminta persetujuan dari
hubungan orangtua-anak dan keberfungsian orang tua sehari sebelumnya, peneliti
keluarga dengan pencapaian tugas mendatangi rumah orang tua siswa
perkembangan Tehnik Pengumpulan Data yang
Penelitian ini dilaksanakan di TK dilakukan adalah dengan menggunakan
Muslimat 7 Kecamatan Peterongan kuesioner. Data variabel bebas berupa pola
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pada hubungan orangtua-anak dan keberfungsian
penelitian ini populasinya adalah seluruh keluarga menggunakan kuesioner yang
siswa dan orang tuanya di TK Muslimat disusun untuk mendapatkan informasi dari
Kelas A dan B pada tahun ajaran yang sama orang tua siswa.
sebanyak 336 subyek. Sedangkan Pada Kuesioner disusun dalam
penelitian ini, subyek ditarik dengan pertanyaan yang menggunakan skala Likert,
menggunakan teknik accidental sampling. dengan pilihan jawaban (selalu) dengan
Sesuai dengan yang diinginkan peneliti, nilai=4, (sering) dengan nilai=3, (kadang-
maka unit pencuplikan (sampling unit) kadang) dengan nilai=2, (jarang) dengan
peneliti menggunakan klaster keluarga/ nilai=1. Pada daftar pertanyaan tentang
rumah tangga dan unit observasinya adalah pola hubungan orangtua-anak terdapat dua
individu-individu yang ada dalam keluarga jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan yang
tersebut yaitu anak yang berusia pra sekolah bersifat positif sejumlah 12 butir dan
yang bersekolah di SD Muslimat 7 pertanyaan yang bersifat negatif sejumlah
Peterongan Jombang, Jawa Timur dan 12 butir. Sedangkan pada variabel
orang tua yang mengantarnya bila sekolah. keberfungsian keluarga, daftar pertanyaan
Berdasarkan ketentuan penarikan sampling seluruhnya bersifat positif.
N = 15 hingga 20 subyek per variabel
independen dimana penelitian ini terdiri
dari 2 variabel independen, maka sedikitnya Hasil Penelitian
dibutuhkan 2 kali (15-20) subyek, yaitu 30 1. Data Umum Demografi Responden
– 40 subyek. Berdasar jumlah tersebut, a. Deskripsi Karakteristik Urutan
maka subyek akan dianbil sebagian dari TK Anak
kelas A dan sebagian kelas B. Cara yang
dilakukan peneliti untuk mendapatkan Anak ke-3 Anak ke-5
jumlah sampel sesuai dengan yang 12.5% 2.5%

direncanakan adalah dengan menunggu


setiap orang tua yang datang ke sekolah Anak ke-2 Anak ke-1
untuk mengantarkan anaknya ke sekolah, 25.0% 60.0%
dan meminta persetujuan untuk menjadi
subyek penelitian . Karena sekolah ini
memiliki peraturan bahwa anak tidak
diperbolehkan untuk ditunggu, maka tidak
Berdasarkan hasil penelitian pada
jarang pula anak yang tidak diantar oleh
gambar diatas diketahui bahwa dari 40
orangtuanya, tetapi dengan memanfaatkan
orang responden, mayoritas merupakan
fasilitas antar jemput sekolah. Untuk
anak pertama yaitu sebanyak 60%.
mengantisipasi kurangnya jumlah subyek
penelitian, maka peneliti memilih anak-
anak yang diantar oleh anggota kelurga lain
ataupun kerabatnya. Kemudian dengan

38
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

b. Deskripsi Karakteristik Pengasuh perkembangan anak usia pra sekolah dapat


Anak diterima, dan menolak hipotesa nol (Ho).
diasuh Dengan kata lain antara pola hubungan
w ali orangtua-anak dengan perkembangan anak
2.5%
usia pra sekolah mempunyai keeratan
hubungan yang signifikan (bermakna),
dengan arah korelasi yang positif.
diasuh
orang tua b. Korelasi Antara Keberfungsian
sendiri
97.5%
Keluarga Dengan Perkembangan
Anak Usia Pra Sekolah
Dari gambar diatas dapat diketahui
Selanjutnya, untuk menguji adanya
bahwa persentase terbesar dari pengasuh
korelasi antara keberfungsian keluarga
para siswa di TK Muslimat 7 Peterongan
dengan perkembangan anak usia pra sekolah
Jombang Jawa Timur Kelas A dan B yang
di TK Muslimat 7 Peterongan Jombang
menjadi responden adalah mayoritas anak
Jawa Timur Kelas A dan B berdasarkan
yang diasuh oleh orangtuanya sendiri
hasil perkembangan anak usia pra sekolah,
sebesar 97.5%.
maka digunakan uji korelasi Pearson.
Ukuran dari derajat keeratan hubungan
2.Data Khusus
antara keberfungsian keluarga dengan
a. Korelasi Antara Pola Hubungan
perkembangan anak usia pra sekolah di TK
Orangtua-Anak Dengan Pencapaian
Muslimat 7 Peterongan Jombang Jawa
Tugas Perkembangan Anak Usia Pra
Timur Kelas A dan B berdasarkan hasil
Sekolah
penilaian perkembangan anak usia pra
Perkembang Pola
sekolah tersebut, dapat diinterpretasikan
an anak usia hubungan sebagai berikut.
pra sekolah orangtua- Tabel 2 Hasil Uji Korelasi Pearson Untuk
(totalskor) anak Korelasi Antara Keberfungsian keluarga
(total skor)
Perkembanga Perason 1 .325* Dengan Perkembangan Anak Usia Pra
n anak usia Correlati .020 Sekolah
on 40 40 Perkembang Keberfungsi
pra sekolah Sig. (2- an anak usia an keluarga
(total skor) talilled) pra sekolah (total skor)
N (totalskor)
Pola Perason .325* 1 Perkemban Perason 1 .446**
hubungan Correlati .020 gan anak Correlatio .002
on 40 40 usia n 40 40
orangtua- Sig. (2- pra sekolah Sig. (2-
anak talilled) (total skor) talilled)
(total skor) N N
*Correlation is significant at the 0.05 level Keberfungsi Perason .446** 1
an Correlatio .002
(2-tailled) n 40 40
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan keluarga Sig. (2-
nilai koefisien korelasi pearson sebesar talilled)
0.325 dengan nilai signifikansi (p-value) (total skor) N
sebesar 0.020 yang lebih kecil dari alpha
0.05. Hal ini berarti hipotesa alternatif yang **Correlation is significant at the 0.01
menyatakan adanya keeratan korelasi antara level (2-tailled)
pola hubungan orangtua-anak dengan

39
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Berdasarkan Tabel 2 yang F hitung= 5.766 dengan p=0.007


menunjukkan nilai koefisien korelasi Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan nilai
pearson sebesar 0.446 dengan nilai multiple correlation (R) sebesar 0.487 dengan
signifikansi (p-value) sebesar 0.002 yang nilai F hitung sebesar 5.766 dengan nilai
lebih kecil dari alpha 0.05. Hal ini berarti signifikansi sebesar 0.007 yang lebih kecil
hipotesa alternatif yang menyatakan adanya dari alpha 0.05.
keeratan korelasi antara keberfungsian
keluarga dengan perkembangan anak usia Pembahasan
pra sekolah dapat diterima, dan menolak 1.Korelasi Antara Pola Hubungan
hipotesa nol (Ho). Dengan kata lain antara Orangtua-Anak Dengan
keberfungsian keluarga dengan Perkembangan Anak Usia Pra
perkembangan anak usia pra sekolah Sekolah
mempunyai keeratan hubungan yang Dari hasil penelitian didapatkan
signifikan (bermakna), dengan arah korelasi bahwa korelasi antara pola hubungan
yang positif. orangtua-anak dan perkembangan anak usia
pra sekolah memiliki nilai koefisien korelasi
b..Korelasi Antara Pola Hubungan Pearson sebesar 0.325 dengan nilai
Orangtua-Anak dan Keberfungsian signifikansi (p-value) sebesar 0.020 yang
Keluarga Dengan Perkembangan lebih kecil dari alpha 0.05. Hasil tersebut
Anak Usia Pra Sekolah menunjukkan terdapat hubungan yang
Selanjutnya, untuk menguji adanya signifikan (bermakna), dengan arah korelasi
hubungan antara pola hubungan orangtua- yang positif. Dimana, semakin baik pola
anak dan keberfungsian keluarga secara hubungan antara orangtua dan anak, maka
bersama-sama dengan perkembangan anak akan semakin baik pula perkembangan anak
usia pra sekolah di TK Muslimat 7 tersebut.
Peterongan Jombang Jawa Timur Kelas A Hal ini bisa terjadi karena sesuai
dan B berdasarkan hasil penilaian dengan konsep yang ada bahwa pola
perkembangan anak usia pra sekolah, maka hubungan yang terbentuk antara orangtua
digunakan multiple correlation. Ukuran dari dan anak akan dapat membntuk sebuah
derajat keeratan hubungan antara pola interaksi timbal balik diantara keduanya
hubungan orangtua-anak dan keberfungsian (Soetjiningsih, 1995). Kualitas interaksi
keluarga dengan pencapaian tugas orangtua-anak juga mempengaruhi
perkembangan anak usia pra sekolah di TK bagaimana kepribadian individu dapat
Muslimat 7 Peterongan Jombang Jawa berkembang. Interaksi timbal balik antara
Timur Kelas A dan B erdasarkan hasil anak dan orang tua, akan menimbulkan
penilaian perkemabangan anak usia pra keakraban dalam keluarga. Anak akan
sekolah tersebut, dapat diinterpretasikan terbuka kepada orangtuanya, sehingga
sebagai berikut. komunikasi bisa dua arah dan segala
Tabel 3 Hasil Multiple Correlation Untuk permasalahan dapat dipecahkan bersama
Korelasi Antara Pola Hubungan Orangtua- karena adanya keterdekatan dan
Anak dan Keberfungsian Keluarga Dengan kepercayaan antara orangtua dan anak.
Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Interaksi tidak ditentutkan oleh seberapa
Model Summary lama kita bersama anak. Tetapi lebih
Adjusted Std. Error of ditentukan oleh kualitas dari interaksi
Model
1
R
.487a
R Square
.238
R Square
.196
the Estimate
1.24395
tersebut yaitu pemahaman terhadap
a. Predictors: (Constant), Keberfungsian keluarga (total kebutuhan masing-masing dan upaya
skor), Pola hubungan orangtua-anak (total skor)

40
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

optimal untuk memenuhi kebutuhan baik, memberikan koreksi bukan ancaman


tersebut yang dilandasi oleh rasa saling atau hukuman bila anak tidak dapat
menyayangi. melakukan sesuatu atau ketika melakukan
Pola hubungan yang merupakan kesalahan. (Soedjatmiko,
bentuk pengasuhan orangtua kepada anak www.IkatanDokterAnakIndonesia.com,
akan sangat berpengaruh terhadap diakses tanggal 26 Agustus 2009).
perkembangan psikologis anak. Orangtua Hukuman dapat saja diberikan ketika terjadi
yang cenderung otoriter, dimana mereka pelanggaran terhadap hal-hal yang bersifat
menghendaki anak untuk selalu menuruti prinsip. Meskipun demikian, perlu diingat
keinginan orangtua tanpa ada kesempatan bahwa hukuman tersebut harus disertai
bagi anak untuk berdialog, akan dengan penjelasan yang dialogis agar anak
menghasilkan anak-anak yang cenderung mengerti untuk apa mereka dihukum dan
cemas, takut, dan kurang mampu perilaku apa yang sebaiknya dilakukan.
mengembangkan keterampilan Berdasarkan prinsip perkembangan,
berkomunikasinya. Sebaliknya, orangtua maka setiap tahap merupakan periode
yang cenderung melepas keinginan anak akan penting bagi tahap berikutnya. Keberhasilan
menyebabkan anak tidak mampu pencapaian tugas perkembangan dapat
mengontrol perilaku dan keinginannya dan secara tidak langsung tergambarkan pada
dapat membentuk pribadi anak yang egois perilaku anak. Perilaku dalam keseharian
dan dominant. Sebagai jembatan dari kedua anak yang dapat diamati, secara tidak
pola pengasuhan yang ekstrem tersebut, langsung akan mencerminkan bagaimana
maka pola pengasuhan demokratislah yang pembentukan perilaku ekstemalnya dalam
dapat menjadi solusi terbaik bagi para upaya mencapai tugas perkembangannya.
orangtua untuk dapat mengoptimalkan Perkembangan anak yang berhasil sesuai
perkembangan psikologis anaknya. dengan tahapannya didukung oleh beberapa
Orangtua yang demokratis menghendaki faktor, baik internal dan eksternal.
anaknya untuk tumbuh sebagai pribadi yang Dukungan eksternal dapat berasal dari
mandiri dan bebas namun tetap keluarga dan lingkungannya, diantaranya
memberikan batasan untuk mengendalikan adalah pola asuh, pola hubungan keluarga,
perilaku mereka. Dalam hal ini, cara-cara peran dan fungsi keluarga., dukungan
dialogis perlu dilakukan agar anak dan lingkungan rumah dan sekolah dan
orangtua dapat saling memahami pikiran beberapa faktor pendukung lainnya.
dan perasaan masing-masing. Oleh karena Sesuai dengan pendapat Chaplin
itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau (1979) bahwa lingkungan merupakan
balita harus dilakukan dalam suasana pola keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan
asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu sosial yang mempengaruhi organisme
pengasuh harus peka terhadap isyarat- individu, dimana orangtua menjadi satu
isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, diantaranya. Kondisi ini juga didukung oleh
keinginan atau pendapat anak, tidak pendapat Urie Bronfrenbrenner & Ann
memaksakan kehendak pengasuh, penuh Crouter (dikutip oleh Yusuf: 2004) yang
kasih sayang, dan kegembiraan, menytakan bahwa lingkungan
menciptakan rasa aman dan nyaman, perkembangan merupakan berbagai
memberi contoh tanpa memaksa, peristiwa, situasi atau kondisi di luar
mendorong keberanian untuk mencoba organisme yang diduga mempengaruhi atau
berkreasi, memberikan penghargaan atau dipengaruhi oleh perkembangan individu.
pujian atas keberhasilan atau perilaku yang Sehingga, merujuk pada teori ini, pola

41
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

hubungan yang diterapkan oleh orangtua dengan gambaran perilaku orang tua yang
saat berinteraksi dengan anaknya juga melakukan kontak dengan anak terlalu
merupakan lingkungan/ situasi yang dapat berlebihan, selalu membantu kebutuhan
mempengaruhi bagaiamana perkembangan anak (termasuk dalam menyelesaikan
kepribadian dan perilaku anak akan masalah) meskipun anak sudah mampu
terbentuk. mandiri, mengawasi kegiatan anak secara
Beberapa pola sikap atau perlakuan berlebihan. Pola hubungan yang demikian
orangtua terhadap anak, masing-masing dapat menimbulkan perilaku anak yang
dapat memberikan pengaruh tersendiri agresif dan dengki, sangat tergantung, ingin
terhadap kepribadian dan profil tingkah menjadi pusat perhatian, troublemaker, sulit
laku anak. Salah satu sikap dan pola dalam bergaul, mengalami "homesick" dan
hubungan orangtua terhadap anaknya adalah lainnya. Sedangkan sikap domination
bersikap Acceaptance (penerimaan) dengan (dominasi) dimana orangtua berperilaku
berperilaku memberikan perhatian dan mendominasi anak, dapat menghasilkan
cinta kasih yang tulus kepada anak, anak yang bersikap sopan dan sangat
mengembangkan hubungan yang hangat berhati-hati, pemalu, penurut, inferior dan
dengan anak, respek, dan berkomunikasi mudah bingung. Maka pada saat dia
secara terbuka. Hal ini dapat berdampak bersosialisasi akan nampak sangat ragu-ragu
pada perilaku anak yang mau bekerjasama dalam mengambil setiap keputusan, karena
(kooperatif), emosinya stabil, memiliki selalu merasa kuatir bila salah. Sikap lain
perncanaan yang jelas untuk mencapai masa yang merugikan yaitu permissiveness
depan dan bersikap realistik. (pembolehan) akan berperilaku
Kenyataan ini juga didukung oleh memberikan kebebasan untuk berpikir atau
penelitian yang terkait, dimana hasil berusaha, toleran dan memahami
penelitian menunjukkan bahwa antara pola kelemahan anak cenderung lebih suka
hubungan orang tua anak terhadap memberi yang diminta anak daripada
kemandirian remaja. Dari hasil analisis menerima. Segi negatif dari pola hubungan
menggunakan analisis regresi diperoleh ini adalah anak menjadi penuntut dan tidak
hasil yang menunjukkan bahwa ada sabaran.
pengaruh yang signifikan (F = 7.607 : p < Perkembangan anak juga akan
0.01) Sedangkan sumbangan efektif terhambat bila pola hubungan orangtua
penelitian sebesar 55,9 %. Lebih jauh yang rejection (penolakan) akan berperilaku
dijelaskan bahwa ada pengaruh yang bersikap masa bodoh, menampilkan sikap
signifikan antara pola hubungan acceptance permusuhan atau dominasi terhadap anak
terhadap kemandirian remaja. yang dapapt berdampak pada perilaku anak
Kemandirian, dan juga kemampuan yang agresif, submisif, pendiam bahkan
bersosialisasi, merupakan salah satu sadis. Apabila orangtua menerapkan pola
indikator untuk melihat kesesuaian antara hubungan Submission (penyerahan), maka
perkembangan anak dan usianya. perilaku yang ditunjukkan orang tua
Sedangkan pola hubungan yang kurang biasanya akan senantiasa memberikan
menunjang kemandirin adalah pola sesuatu yang diminta anak dan membiarkan
hubungan over protection, domination, anak berperilaku semaunya d rumah. Ini
permissivenes, over disipline, rejection dan akan berfampak pada perilaku anak yang
submission. (Oleh: Verawati (97810198), tidak patuh, agresif dan teledor/ lalai,
Sikap overprotection (terlalu bersikap otoriter, dan terlalu percaya diri.
melindungi) terhadap anak, ditunjukkan

42
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Dari uraian tersebut di atas, kasih sayang juga merupakan stimulasi yang
memberikan bukti bahwa akibat pola penting pada awal perkembangan anak.
hubungan orangtua dengan anak yang Cara melakukan stimulasi harus
kurang tepat dapat mempengaruhi disesuaikan dengan umur dan tahapan
pencapaian tugas perkembangan anak-anak tumbuh -kembang anak. Stimulasi
secara optimal, karena faktor kurangnya dilakukan setiap kali ada kesempatan
dukungan yang efektif bagi anak untuk berinteraksi dengan bayi/balita
dapat mencapai tugas perkembangannya.
Selain itu, penerapan pola hubungan 2. Korelasi Antara Keberfungsian
orangtua dengan anak yang kurang efektif Keluarga Dengan Pencapaian Tugas
juga dapat mempengaruhi kondisi Perkembangan Anak Usia Pra
psikologis anak di kemudian hari menjadi Sekolah
cenderung kurang baik. Berdasarkan hasil pengujian dengan
Aspek lain yang tidak bisa diabaikan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa
dalam mendukung perkembangan anak antara keberfungsian keluarga dengan
adalah memberikan stimulasi yang tepat. pencapaian tugas perkembangan anak usia
Dengan demikian anak akan semakin cepat pra sekolah di TK Muslimat 7 Peterongan
mencapai setiap tugas perkembangannya Jombang Jawa Timur Kelas A dan B tahun
secara optimal dengan melalui berbagai ajaran 2008/2009 mempunyai keeratan
stimulus yang diberikan oleh orangtua yang hubungan yang signifikan (bermakna), yaitu
memahami kebutuhan anak dan pencapaian memiliki koefisien korelasi Pearson sebesar
tugas perkembangan anak pada setiap 0.325 dengan nilai signifikansi (p-value)
usianya. Pola hubungan orangtua-anak yang sebesar 0.020 yang lebih kecil dari alpha
positif dengan memberikan perhatian dan 0.05.
kasih sayang, merupakan stimulasi yang Kondisi ini sangat mungkin terjadi
penting bagi perkembangan awal si anak. dikarenakan keluarga memiliki peranan
Bahkan bermaik dan kasih sayang yang sangat penting dalam upaya
merupakan “makanan” yang penting untuk mengembangkan pribadi anak. Anak-anak
perkembangan anak. dan orangtua yang penuh kasih sayang dan
Stimulasi merupakan hal yang dukungan pendidikan tentang nilai-nilai
sangat penting dalam tumbuh kembang kehidupan, baik agama dan sosial budaya
anak. Perkembangan memerlukan yang diberikannya merupakan faktor yang
rangsangan/ stimulasi khususnya dalam kondusif untuk mempersiapkan anak
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, menjadi pribadi dan anggota masyarakat
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan yang sehat. Dalam menunjang pencapaian
anggota keluarga lain terhadap kegiatan tugas perkembangan anak, maka yang dapat
anak. (Rihaanaah , dijalankan oleh keluarga adalah
http://www.aqilaputri.rachdian.com, menjalankan fungsi secara afektif, dimana
diakses pada tanggal 26 Agustus 2009). hal ini berhubungan dengan fungsi-fungsi
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah internal keluarga yaitu perlindungan dan
akan lebih cepat berkembang dibandingkan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
dengan anak yang kurang atau bahkan tidak Sehingga sangat penting bagi keluarga untuk
mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga dapat dapat melakukan tugas-tugas yang
berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat menunjang pertumbuhan dan
bagi perkembangan anak. Perhatian dan perkembangan yang sehat bagi anggota
keluarganya dengan memenuhi kebutuhan

43
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

sosioemosional, mulai dari tahun-tahun diberikannya. Terlihat bahwa anak yang


awal kehidupan individu terus berlangsung diasuh oleh orangtuanya sendiri akan
sepanjang hidupnya. menunjukkan perkembangan yang
Menurut Dahlan (2004: 42) cenderung baik/ sesuai dengan usia
dijelaskan bahwa keberfungsian keluarga perkembangannya, bila dibandingkan
adalah kemampuan keluarga dalam dengan yang diasuh oleh wali.
melaksanakan fungsinya, yaitu fungsi Pemenuhan fungsi afektif merupakan
biologis, ekonomis, pendidikan, sosialisasi, basis sentral bagi pembentukan dan
perlindungan, rekreatif dan agama. kelanjutan dari unit keluarga. Adapun
Keluarga dapat dikatakan berfungsi komponen dari fungsi afektif sebuah
apabila memiliki karekteristik saling keluarga adalah memelihara saling asuh
memperhatikan dan mencintai, bersikap yaitu menciptakan dan memelihara sebuah
jujur dan terbuka, orangtua mau sistem saling saling asuh dalam keluarga,
mendengarkan anak, menerima menjaga keseimbangan saling menghormati
perasaannya dan menghargai perdapatnya. antara orangtua-anak, pertalian dan
Selain itu, adanya ”sharing” diantara identifikasi yang dapat mempengaruhi
keduanya, adanya kemampuan dari anggota perkembangan psikososial dan kognitif anak
keluarga untuk berjuang mengatasi masalah (Friedman, 1998 : 353), serta keterpisahan
hidupnya, saling menyesuaikan diri dan dan keterpaduan yaitu rasa memiliki dan
mengakomodasi, juga merupakan rasa menjadi terpisah. Dengan demikian,
karakteristik yang lainnya. Gambaran lain akan tercipta kemandirian dalam diri
dari keluarha yang berfungsi adalah seorang anak yang didukung oleh
perlindungan orangtua terhadap anak, keberfungsian keluarga yang efektif,
adanya komunikasi antar anggota keluarga sehingga anak dapat mencapai tumbuh
yang berlangsung dengan baik, kemampuan kembang dan tugas-tugas perkembangannya
keluarga memenuhi kebutuhan psikososial secara optimal.
anak dan mewariskan nilai-nilai budaya
serta kemampuan beradaptasi dengan 3. Korelasi Antara Pola Hubungan
perubahan yang terjadi. Orangtua-Anak dan Keberfungsian
Sedangkan karakteristik keluarga Keluarga Dengan Pencapaian Tugas
yang kurang/ tidak berfungsi Perkembangan Anak Usia Pra
(disfungsional) ditandai dengan adanya Sekolah
kematian salah satu atau kedua orangtua, Dari hasil penelitian menunjukkan
kedua orangtua berpisah atau bercerai, bahwa nilai multiple correlation (R) sebesar
hubungan orangtua yang tidak baik, 0.487 dengan nilai F hitung sebesar 5.766
hubungan orangtua dengan anak tidak baik, dengan nilai signifikansi sebesar 0.007 yang
suasana rumah tangga yang tegang dan lebih kecil dari alpha 0.05. Hal ini
tanpa kehangatan, orangtua sibuk dan menyatakan adanya keeratan korelasi antara
jarang berada di rumah dan salah satu atau pola hubungan orangtua-anak dan
kedua orangtua mempunyai kelainan keberfungsian keluarga secara bersama-
kepribadian atau gangguan jiwa. sama dengan perkembangan anak usia pra
Dari kedua perbedaan karakteristik sekolah.
keluarga diatas, tentunya tidak terlepas dari Hubungan ini dapat terjadi, karena
peran orangtua sebagai pusat dari awal sesuai dengan teori yang ada bahwa pola
pembentukan perkembangan anak, yang hubungan orang tua dengan anaknya yang
secara ideal harus mampu dilakukannya/ dimanivestasikan dengan sikap dan perilaku

44
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

orang tua dalam pengasuhan kepada aliran pengasuhan kepadanya juga akan
anaknya, dapat membentuk suatu semakin besar. Karakteristik ini juga
kepribadian khusus yang akan dibawa oleh dimiliki oleh anak-anak yang ada pada TK
anak. Sikap dan perilaku orang tua yang Muslimat 7. Kasih sayang antara ibu dan
tidak dapat dilepaskan dari kepribadian bayi yang baru lahir sangat penting, karena
orang tua akan berdampak pada hubungan interaksi orangtua-bayi yang dini
orang tua kepada anaknya. Kepribadian mempengaruhi sifat dan kualitas hubungan
ayah dan ibu yang terbuka tentu kasih sayang selanjutnya. Dan hubungan ini
pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh mempengaruhi perkembangan psikososial
kembang anak, bila dibandingkan dengan dan kognitif anak. Karena salah satu hak
mereka yang kepribadiannya tertutup. anak adalah hak untuk dicintai dan
Selain itu, kualitas interaksi yang juga dilindungi, maka anak memerlukan kasih
dapat tercermin dari hasil pola hubungan sayang dan perlakuan yang adil dari
orang tua anak yang dapat didukung pula orangtuanya.
dengan rasa cinta kasih yang dimiliki orang Pola hubungan orangtua dengan anak
tua pada saat berinteraksi dengan anaknya, dan keberfungsian keluarga merupakan
akan mempengaruhi bagaimana anaknya salah satu sarana pendukung yang sangat
kelak. penting bagi anak untuk dapat
Keberfungsian keluarga dapat mengembangkan berbagai aspek
diwujudkan pada keluarga, yang dalam perkembangannya secara optimal. Dengan
melaksanakan tugas pengasuhannya kepada pola hubungan orangtua dan anak yang baik
anak akan tercermin dengan terlaksananya serta keberfungsian keluarga yang efektif,
peran dan fungsi keluarga dengan baik. maka hal itu akan menciptakan suasana dan
Peran keluarga khususnya dalam lingkungan bermain yang aman dan nyaman
modelling dan mentoring akan memungkinkan bagi anak usia pra sekolah untuk melakukan
anak untuk belajar tentang sikap proaktif, eksplorasi baik secara vital maupun estetik.
respek dan kasih sayang. Selain itu, dengan Seperti yang disebutkan dalam teori
peron mentoringnya, orangtua dapat menjadi pertumbuhan dan perkembangan, bahwa
mentor/ pembimbing bagi perkembangan perkembangan anak-anak usia pra sekolah
perasaan anak: rasa aman dan tidak aman, ditinjau dari empat aspek, yaitu:
rasa dicintai dan mencintai. Hal ini erat kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak
kaintannya dengan dampak yang akan halus, kemampuan berbicara dan bahasa,
dihasilkan dari pola hubungan antara orang serta kemampuan bersosialisasi dan
tua dan anaknya. kemandirian. Adapun pada masa usia pra
Selain itu terdapat fungsi afektif keluarga sekolah, terdapat dua masa yaitu (1) masa
khususnya memelihara saling asuh dan vital, dimana anak sering memasukkan apa
keseimbangan saling menghormati, yang saja yang ada di sekitarnya ke dalam
keduanya akan memiliki hubungan timbal mulutnya itu, bukan karena mulut
balik dengan kasih sayang yang terjalin merupakan kenikmatan utama, tetapi
antara orang tua dan anak. Sikap dan karena waktu itu mulut merupakan alat
tingkah laku pengasuhan mengalir dari untuk melakukan eksplorasi dan belajar; (2)
orangtua anak dan sibling (saudara) ke dan masa estetik, dimana kegiatan
anak-anak yang lebih kecil dan eksploitasi dan belajar anak juga terutama
menghasilkan aliran balik kepada menggunakan pancaindranya, oleh karena
orangtuanya. Dengan banyaknya saudara itu diciptakan bermacam-macam alat
yang dimiliki oleh anak pra sekolah, maka permainan untuk melatih pancainderanya.

45
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Perkembangan dan pertumbuhan mengembangkan berbagai aspek


anak pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh perkembangan. Melalui permainan tersebut
pendidikan dari lingkungan keluarganya, anak dapat mengembangkan semua
karena kedudukan keluarga dalam potensinya secara optimal, baik potensi
pengembangan kepribadian anak sangatlah fisik, mental intelektual maupun spiritual.
dominan. Selain itu, kondisi interaksi sosial Oleh karena itu bermain bagi anak-anak
dan kultural secara potensial juga usia pra sekolah merupakan jembatan bagi
berpengaruh terhadap perkembangan fitrah berkembangnya semua aspek kemampuan.
beragama atau kesadaran beragama setiap Karena bermain dan kasih sayang
anak. Sehingga pemberian pendidikan anak merupakan "makanan" yang penting untuk
dini usia tersebut terutama diberikan dalam perkembangan anak.
lingkungan keluarga (lingkungan informal), Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
kemudian baru di lingkungan formal yaitu akan lebih cepat berkembang dibandingkan
sekolah maupun lingkungan non formal dengan anak yang kurang atau bahkan tidak
anak (kelompok bermain atau sejenisnya). mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga dapat
Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat
(Yusuf: 2004) mengemukakan bahwa bagi perkembangan anak. Perhatian dan
lingkungan perkembangan merupakan” kasih sayang juga merupakan stimulasi yang
berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di penting pada awal perkembangan anak.
luar organisme yang diduga mempengaruhi Untuk dapat mencapai perkembangan
atau dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal maka
individu”. Lingkungan ini terdiri atas: (a) anak membutuhkan pemenuhan akan gizi
fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari seimbang, kesehatan, pendidikan dan
molekul yang ada di sekitar janin sebelum psikososial. Sebab, perkembangan yang
lahir sampai kepada rancangan arsitektur diperoleh pada masa usia dini sangat
suatu rumah, dan (b) soaial, yaitu meliputi mempengaruhi perkembangan anak pada
seluruh manusia yang secara potensial dapat tahap berikutnya dan meningkatkan
mempengaruhi perkembangan itu sendiri. produktivitas kerja di masa dewasa. Oleh
(Tim, http://www.timtanyadokter.com, sebab itu, pertumbuhan otak anak dan
diakses tanggal 26 Agustus 2009) perkembangan kecerdasannya ditentukan
Selain itu, dengan kondisi yang sangat bagaimana cara orang tua mengasuh dan
kondusif ini juga dapat memberikan memberikan makan serta memberi
stimulasi perkembangan yang terarah yang stimulasi pendidikan dini usia kepada
dapat membantu anak untuk mencapai mereka untuk memberikan rangsangan
tugas perkembangannya secara optimal, terhadap seluruh aspek perkembangan anak
sehingga anak akan lebih cepat berkembang yang mencakup penanaman nilai-nilai dasar
dibandingkan dengan anak yang kurang atau (budi pekerti dan agama), pembentukan
bahkan tidak mendapatkan stimulasi. sikap disiplin dan kemandirian, dan
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dasar
penguat yang bermanfaat bagi (berbahasa, motorik kasar, motorik halus,
perkembangan anak. Perhatian dan kasih kognitif, dan sosial). Dengan demikian, hal
sayang juga merupakan stimulasi yang itu diharapkan anak dapat tumbuh dan
penting pada awal perkembangan anak. berkembang secara optimal sesuai tahap
Beberapa cara yang dikembangkan untuk tumbuh kembang dan potensi masing-
stimulasi diantaranya dengan APE (Alat masing anak, serta dapat mengembangkan
Permainan Edukatif) berfungsi untuk untuk seluruh potensi anak agar kelak dapat

46
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai Para orangtua yang mempunyai anak
falsafah suatu bangsa. usia pra sekolah hendaknya dapat
memperbaiki dan mempersiapkan pola
SIMPULAN hubungan yang efektif dengan anak-
Berdasarkan hasil penelitian yang anaknya, agar dapat mencapai
telah dilakukan, maka dapat ditarik perkembangan secara optimal sesuai
kesimpulan sebagai berikut: dengan tahap perkembangannya.
1. Ada korelasi positif yang signifikan Namun perlu diingat, bahwa dalam
antara pola hubungan orangtua-anak merawat dan mendidik anak tidak hanya
dan perkembangan anak usia pra cukup dengan memberi mereka makan
sekolah di TK Muslimat 7 Peterongan saja. Tetapi, sekaligus memberikan
Jombang Jawa Timur Kelas A dan B mereka kasih sayang yang mereka
tahun ajaran 2008/2009 (r=0.325, butuhkan dan lebih memperhatikan
p=0.020), dimana semakin baik pola perkembangan anak, sehingga akan
hubungan antara orangtua dan anak, terjalin hubungan batin yang kuat antara
maka semakin baik perkembangannya orang tua dan anak.
2. Ada korelasi positif yang signifikan 2. Bagi Puskesmas dan tempat pelayanan
antara keberfungsian keluarga dan kesehatan
perkembangan anak usia pra sekolah di Bagi tenaga medis kesehatan diharapkan
TK Muslimat 7 Peterongan Jombang dapat meningkatkan mutu pelayanan
Jawa Timur Kelas A dan B tahun ajaran kesehatan masyarakat serta ada baiknya
2008/2009 (r=0.446, p=0.002), pihak Puskesmas maupun tempat-
dimana semakin baik fungsi kelurga tempat pelayanan kesehatan juga ikut
dijalankan, maka semakin baik serta memberikan penyuluhan
perkembangan ank usia pra sekolahnya. mengenai program pembelajaran
3. Ada korelasi positif yang signifikan tumbuh kembang anak, agar masyarakat
secara bersama-sama antara pengaruh dapat meningkatkan kesadaran dan
pola hubungan orangtua-anak dan kemampuan masyarakat dalam
keberfungsian keluarga dengan memberikan layanan pendidikan dini.
perkembangan anak usia pra sekolah Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara
(R=0.487, p=0.007), dimana semakin untuk meningkatkan perkembangan
baik pelaksanaan hubungan orangtua- anak yang lebih baik.
anak yang positif dan didukung oleh
berfungsinya suatu keluarga, maka akan 3. Bagi peneliti berikutnya
semakin baik perkembangan anak usia Hasil penelitian ini dapat dijadikan
pra sekolah di dalamnya. sebagai studi pendahuluan untuk
mengembangkan penelitian lainnya di
SARAN bidang tugas perkembangan anak
Berdasarkan hasil pengujian yang terutama anak-anak pra sekolah. Selain
telah dilakukan dari penelitian ini, itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan
diberikan beberapa saran yang dapat dengan memperluas variabel yang
menjadi bahan pertimbangan dan masukan diteliti maupun pengembangan
sebagai berikut: indikator serta item yang ada. Variabel-
1. Bagi para orangtua yang mempunyai variabel lain yang perlu diteliti dan
anak usia pra sekolah diduga juga berpengaruh terhadap
pencapaian tugas perkembangan anak

47
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

usia pra sekolah misalnya hereditas, Murti. B. 2006. Desain Dan Ukuran
lingkungan, pemberian stimulasi Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif
perkembangan dan sebagainya. Dan Kuakitatif Di Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
DAFTAR PUSTAKA Press: 46-51
Arikunto. S. 2004, Prosedur Penelitian, Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan
Jakarta, Penerbit Rineka Cipta Metodologi Penelitian Ilmu
Audifax Research Director. Relasi Orang Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Tua-Anak dan Pengaruhnya terhadap Medika: 124-128
Kecerdasan Emosional, SMART Center Nursalam, Pariani. S. 2001. Pendekatan
for Human Re-Search & Psychological Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Development, digilib.unikom.ac.id, Jakarta: CV Sagung Seto: 74-75
diakses pada tanggal 6 Juni 2009
Program Pasca Sarjana UNS. 2000.
Chaplin, J.P. 1972, Dictionary of Pedoman Penulisan Usulan Penelitian
Psychology. Fifth Printing, New York, dan Tesis. Surakarta: 1-30
Dell Publishing Co. Inc
Raihaanah, A. R, Menjadi Orang Tua
Chazen, et al. 1983, Helping Your Efektif,
Children With Behavior Difficulties, http://www.aqilaputri.rachdian.com,
Canberra, University Par Press. Powered by Joomla! Generated: 26
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan August, 2009, 22:03
Masyarakat. 2007. Pedoman Reber, Arthur, S, 1988, The Penguin
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Dictionary of Psychology. Ringwood
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Victoria, Penguin Books Australia Ltd
Di Tingkat Pelayanan Dasar. Jombang:
Dinas Kesehatan Kabupaten: 48-65 Rosmansyah, Y.E, 2008, Informasi
Mengenai Perkembangan Anak Dan
_______________________________ Peran Orangtua,
_______________. 2007. Instrumen www.PerkembanganAnak.com, diakses
Deteksi Dini Penyimpangan pada tanggal 26 Agustus 2009
Perkembangan Pada Balita Dan Anak
Prasekolah. Jombang: Dinas Kesehatan Tim, 2008, Pertumbuhan dan
Kabupaten: 89 Perkembangan Anak,
http://www.timtanyadokter.com,
Dahlan. D. 2004. Psikologi Perkembangan Menaravisi, diakses pada tanggal 26
Anak Dan Remaja. Bandung: Percetakan Agustus 2009
PT Remaja Rosdakarya: 38-46
Santoso. S. 2004. Statistika Parametrik.
Djaali, 2008, Psikologi Pendidikan, Ediasi Jakarta. PT. Elexmedia Komputindo,
pertama, Jakarta, Bumi Aksara: 16-21 Kelompok Gramedia : 250
Friedman M. 1998. Keperawatan Keluarga. Sarwono. J. 2007. Analisis Data Penelitian
Edisi 3. ”edisi terjemahan oleh Ina Menggunakan SPSS, Yogyakarta:
Debora, et al.” Jakarta: EGC: 351-353 Penerbit Andi: 81-82
McLoad, William T (managing editor), Sekaran . Uma. 1992. Research Methods
1989, The New Collins Dictionary and For Bussiness: A Skill-Building
Thesaurus. Glasgow, Williams Collins
Sons & Co Ltd.

48
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Approach. 2nd edition, Singapore: John Sugiyono. 2009. Statistika Untuk


Wiley & Sons. Inc Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta:
Singarimbun. M. 1995. Metode Penelitian 227-235
Survey. Edisi Revisi. Cetakan ke-2. Syah, M, 2008, Psikologi Pendidikan
Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi,
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 41-49
Anak. Jakarta: EGC: 8-11 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Soejanto, A, 2005, Psikologi Pengembangan Bahasa, 2001, Kamus
Perkembangan, Cetakan kedelapan, Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga,
Jakarta: PT Rineka Cipta: 53-59 Jakarta, Balai Pustaka

Soedjatmiko, 2009, Stimulasi Dini pada Verawati. W. Pengaruh Pola Hubungan


Bayi dan Balita untuk Mengembangkan Orangtua-Anak terhadap kemandirian
KecerdasanMultiple dan Kreativitas Remaja , Dept. of Psychology, Mirror
Anak http://abstrak.unikom.ac.id, diakses
www.IkatanDokterAnakIndonesia.com, pada tanggal 6 Juni 2009
Menaravisi, diakses tanggal 26 Agustus Wong, L. 1995. Nursing Care Of Infants
2009. And Children. Fifth Edition. Missouri:
Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Mosby Year Book, Inc: 814-835
Penelitian. Cetakan ke-5. Bandung:
Penerbit Alfabeta: 220-230

49
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

HUBUNGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI


DENGAN PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III DI POLI HAMIL RUMKITAL
Dr. RAMELAN SURABAYA

DIYAH ARINI

Staf Pengajar Departemen Keperawatan Anak


Stikes Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

Pregnancy anemia is a condition of mothers with Hb levels below 11g/dl in first and third trimester or levels
<10.5 g / dl in second trimester. Incidence of anemia in pregnancy can be minimized, one way with by
giving iron tablets, along with obediently of pregnant women consuming the iron tablets. This research
purpose to identify obediently consuming iron tablets with improvement levels of hemoglobin in third
trimester pregnantcy.
Design used in this research is analytic observational, with prospective cohort approach. As the
population is the entire third trimester pregnant women whose came check up ANC. The sample amount 36
pregnant women in third trimester polypregnantcy RSAL that match with the criteria inclusion which
selected by probability sampling technique with Simple Random sampling approach. Instrument research
using observation sheets and questionnaires. Data analyzed using chi squre test.
The results of this research found that as many as 19 pregnant women obidient consume iron tablets
has improvement levels of Hb, 15 were not obedient the Hb did not increase, and 2 people did not obedient
consuming iron tablet the Hb level were increasing, but experienced an increase in Hb. Through Chi-Square
test showed there is any relationship about obediently consuming iron tablets with improvement levels of Hb
with a significance level of ρ=0.000 ( <0.05).
The implications of this research is there is any relationship about obediently consuming iron
tablets with improvment levels of hemoglobin. So, obediently consuming iron tablets should be applied by all
parties, especially pregnant women to increase Hb levels and minimize the incidence of anemia.

Keywords: Obediently, Iron Tablet, and Hemoglobin.

PENDAHULUAN ibu dan anak. Dimana masalah-masalah


Dalam era pembangunan pemerintah, kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia
departemen kesehatan menetapkan visi ini adalah masih tingginya angka kematian
Indonesia sehat 2010, dimana dalam visi ini ibu dan bayi (Tarwoto dan Wasnidar,
menggambarkan bahwa bangsa Indonesia 2007). Dalam lima dekade terakhir
hidup dalam lingkungan yang sehat, prilaku prevalensi anemia tidak menunjukkan
hidup sehat serta mampu menjangkau penurunan yang cukup bermakna,
pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga khususnya anemia dalam kehamilan.
memilki derajat kesehatan setinggi- Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu
tingginya khususnya mengenai kesehatan dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah

50
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

11g/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar kontrol pada tanggal 28 Januari 2011
<10, 5 g/dl pada trimester 2 (Bari, 2001). terdapat 5 ibu hamil dengan kadar Hb di
Hb adalah komponen di dalam sel darah bawah normal. Dimana respon terhadap
merah (eritrosit) yang berfungsi terapi yang kurang maksimal tersebut
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika disebabkan beberapa faktor, salah satunya
kadar Hb berkurang, maka jaringan tubuh adalah ibu tidak patuh mengkonsumsi tablet
kekurangan oksigen yang diperlukan untuk Fe. Menurut ibu hamil dengan kadar Hb di
bahan bakar metabolisme. Sedangkan zat bawah normal mengatakan bahwa
besi merupakan bahan baku pembuat sel ketidakpatuhan mengonsumsi tablet Fe
darah merah. Jika jumlah sel darah merah disebabkan karena mual, muntah dan rasa
banyak, jumlah Hb pun banyak. Begitu pula tidak nyaman pada perut. Mengingat efek
sebaliknya jika kekurangan (Iis, 2008). samping yang ditimbulkan berupa gangguan
Kadar hemoglobin (Hb) dalam darah perut pada pemberian besi oral
merupakan cara untuk mengetahui anemia menurunkan kepatuhan pemakaian secara
atau tidaknya seseorang. Saat kehamilan zat massal, ternyata rata- rata hanya 15 tablet
besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih yang dikonsumsi oleh wanita hamil selama
banyak dibandingkan saat tidak hamil kehamilan (Bari, 2001). Dalam hal ini
karena metabolisme tubuh meningkat menunjukkan ketidakpatuhan ibu
terutama pada ibu hamil trimester ketiga mengkonsumsi tablet Fe. Toksisitas zat
dengan usia kehamilan 29-40 minggu. Ibu besi dapat berupa gastroentritis disertai
hamil memerlukan banyak zat besi untuk muntah, nyeri perut, dan diare. Hal ini
memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan dapat menyebabkan kegagalan organ sampai
janinnya. Kekurangan zat besi kematian (Katzung, 2002). Sehingga
mengakibatkan kekurangan hemoglobin diperlukan kecermatan dalam pemberian
(Hb) dimana zat besi sebagai salah satu zat besi, selain kecermatan diperlukan pula
unsur pembentuknya (Tarwoto dan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi.
Wasnidar, 2007). Pemberian tambahan besi Kepatuhan tersebut dipengaruhi oleh
selama kehamilan sangat diperlukan, beberapa faktor.
dimana pemberian ini lebih ditekankan pada Badan organisasi kesehatan dunia
upaya preventif. Berdasarkan data (WHO) memperkirakan bahwa lebih
wawancara dan observasi pendahuluan setengah wanita hamil di dunia memiliki
menurut salah satu bidan yang bertugas di kadar hemoglobin (Hb) rendah yang
poli hamil mengatakan bahwa anemia paling mengindikasikan anemia. Di seluruh dunia
banyak terjadi pada ibu hamil trimester frekuensi anemia dalam kehamilan cukup
ketiga yang disebabkan karena asupan tinggi bahkan lebih tinggi di negara-negara
nutrisi yang mengandung besi tidak adekuat yang sedang berkembang di bandingkan
serta semakin membesarnya kehamilan ibu negara-negara maju. Frekuensi ibu hamil
yang menyebabkan nafsu makan ibu dengan anemia di Indonesia relatif tinggi
menurun, sehingga ibu perlu mendapatkan yaitu 63, 5% sedangkan di Amerika 6%
tablet besi tambahan sesuai dengan dosis (Bari, 2001). Studi mengenai anemia pada
yang dianjurkan yaitu 2 x 200 mg sulfas perkerja wanita yang dilakukan di Jakarta,
ferosus dalam sehari. Akan tetapi Tanggerang, Jambi, dan Kudus dilaporkan
berdasarkan data pendahuluan anemia menurunkan produktifitas 5-10%
menunjukkan respon terhadap terapi di poli dan kapasitas kerjanya 6, 5
hamil kurang maksimal. Hal ini dibuktikan jamnya/minggu. Berdasarkan hasil
dari 7 ibu hamil trimester ketiga yang observasi dari studi pendahuluan di poli

51
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

hamil Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada Pencegahan dan juga penanganan
bulan Januari 2011 terdapat 25 orang dari anemia ringan pada ibu hamil sebaiknya
45 orang (55%) ibu hamil trimester ketiga melakukan pemeriksaan hemoglobin dalam
yang melakukan kunjungan ulang di ketahui darah minimal satu kali pada trimester I dan
kadar hemoglobin (Hb) di bawah normal, pada trimester III serta memberikan
pada bulan Februari terjadi kenaikkan tambahan tablet zat besi untuk tetap
sebesar 40 orang dari 68 orang (59%) ibu mempertahankan Hb dalam batas normal.
hamil dengan kadar Hb di bawah normal. National Institut For Clinical Excellence
Seperti halnya dengan gangguan (NICE) menerbitkan, melalui sekrining
kehamilan lainnya, anemia defisiensi zat mereka, sebuah kebijakkan menyatakan
besi pada ibu hamil khususnya trimester bahwa semua wanita hamil harus
ketiga disebabkan oleh konsumsi makanan ditawarkan untuk mendapatkan
yang tidak memenuhi syarat gizi dan pemeriksaan anemia. Hal ini harus dianggap
kebutuhan yang meningkat. Di samping itu sebagai pemeriksaan ANC. NICE berencana
pada ibu hamil trimester ketiga terjadi untuk menerbitkan ANC rutin pada tahun
penurunan nafsu makan, ketimpangan 2007 (National Screening Policy Position,
jender, kemiskinan dan ketidakpatuhan ibu 2006). Pemberian tablet zat besi dapat
hamil mengonsumsi tablet zat besi (Fe). lebih bermanfaat jika kepatuhan ibu hamil
Pemberian tablet zat besi tambahan untuk dalam mengkonsumsi zat besi dapat
tetap mempertahankan hemoglobin dalam dilaksanakan secara teratur. Para petugas
batas normal. Faktor yang mempengaruhi kesehatan juga memiliki peran yang penting
terjadi anemia adalah kekurangan zat besi, yaitu melalui pendidikan kesehatan, dapat
infeksi, kekurangan asam folat dan memberikan pengetahuan untuk masalah
kekurangan hemoglobin (Iis, 2008). Tanda yang dihadapinya, mendiskusikannya secara
dan gejala anemia antara lain: keletihan, langsung melalui pengalaman untuk melihat
pening, pingsan, cepat lelah, mata sering perubahan sikap kearah yang positif dalam
berkunang-kunang dan sering mengantuk. arti kepatuhan mengkonsumsi zat besi.
Wajah, selaput lender, kelopak mata, Pertimbangan itu membuat suplementasi
membran mukosa tanpak pucat (Wylie dan zat besi selama ini dianggap sebagai salah
Bryce, 2010). Apabila keadaan ini terjadi satu cara yang bermanfaat bagi ibu hamil
terus-menurus dapat memberikan efek untuk mengatasi anemia. Agar tidak terjadi
pada kesehatan ibu dan janin. Secara global, efek samping dan ketidakpatuhan ibu hamil
40% dari kematian maternal di kaitkan mengkonsumsi tablet zat besi di anjurkan
dengan anemia. Anemia yang terjadi pada minum tablet setelah makan malam hari.
ibu hamil trimester ketiga dapat Berdasarkan latar belakang yang telah
menyebabkan gangguan his baik primer dijabarkan diatas mengenai studi
maupun sekunder, janin akan lahir dengan pendahuluan di poli hamil Rumkital Dr.
anemia karena aliran darah ke plasenta Ramelan Surabaya dengan permasalahan
berkurang maka jumlah zat makanan dan dimana pemberian tablet Fe sebagai upaya
oksigen ke janin pun berkurang sehingga preventif yang sudah dilaksanakan dengan
bayi terlahir dengan BBLR. Saat post baik, akan tetapi masih terdapat ibu hamil
partum anemia dapat menyebabkan: atonia trimester III dengan kadar Hb dibawah
uteri, retensio plasenta, perlukaan sukar normal. Oleh karena itu penulis ingin
sembuh, mudah terjadi febris purpuralis melakukan penelitian dengan judul
pada masa nifas bahkan sampai kematian “hubungan kepatuhan ibu hamil
(Rofik, 2009). mengkonsumsi tablet zat besi dengan

52
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil kehamilan 29-40 minggu yang melakukan
trimester III di poli hamil Rumkital kunjungan ANC di poli hamil Rumkital Dr.
Dr.Ramelan Surabaya”. Ramelan Surabaya sebanyak 40 orang.
sampling dilakukan dengan Probability
Tujuan Penelitian Sampling dengan menggunakan teknik
1. Tujuan Umum Simple Random Sampling.
Hasil lembar observasi dan kuesioner
Mengetahui hubungan kepatuhan yang telah terkumpul kemudian diperiksa
mengkonsumsi tablet zat besi dengan ulang untuk memeriksa kembali
peningkatan kadar Hb pada ibu hamil kelengkapannya. Setelah semua data
trimester III di poli hamil Rumkital Dr. lengkap, data dikelompokkan dan ditabulasi
Ramelan Surabaya. berdasarkan sub variabel kemudian
dilakukan perhitungan dengan bantuan
2. Tujuan Khusus SPSS 16, 0 for windows menggunakan uji
a. Mengidentifikasi kepatuhan statistik chi kuadrat, untuk mengetahui
mengkonsumsi tablet zat besi dalam hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet
meningkatkan kadar Hb. zat besi dengan peningatan kadar Hb pada
b. Mengidentifikasi peningkatan kadar ibu hamil trimester III. Tingkat kemaknaan
Hb pada ibu hamil trimester III di yang diharapkan 0, 05 apabila p<0, 05
poli hamil Rumkital Dr. Ramelan artinya Ho ditolak dan H1 diterima yang
Surabaya. berarti ada hubungan kepatuhan
c. Menganalisa hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi dengan
mengkonsumsi tablet zat besi dengan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil
peningkatan kadar Hb pada ibu hamil trimester III di poli hamil Rumkital Dr.
trimester III di poli hamil Rumkital Ramelan Surabaya.
Dr. Ramelan Surabaya.

METODOLOGI PENELITIAN Hasil Penelitian


Rancangan penelitian ini adalah 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
rancangan observasional analitik dengan jenis Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat
rancangan Cohort prospektif. Peneliti Besi Pada Ibu Hamil Trimester III Di
mengobservasi kadar Hb pada ibu hamil Poli Hamil Rumkital Dr. Ramelan
trimester III di poli hamil Rumkital Dr. Surabaya
Ramelan Surabaya pada waktu ini. Dalam
waktu 3 minggu kemudian peneliti
mengobservasi kepatuhan mengkonsumsi
tablet zat besi pada ibu hamil dengan cara
melihat lembar observasi yang diberikan
kepada ibu dan melihat daftar kehadiran ibu
pada saat kontrol ANC dan kuesioner
sebagai data tambahanfaktor lain dalam
peningkatan kadar Hb. Hal ini dilakukan Berdasarkan gambar 5.25 diatas
untuk melihat peningkatan kadar Hb pada menunjukkan dari 36 responden bahwa
ibu hamil trimester III maksimal 1 g/dl. kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi
Populasi dalam penelitian ini adalah pada ibu hamil trimester III sebagian besar
seluruh ibu hamil trimester III dengan usia adalah patuh mengkonsumsi tablet zat besi

53
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

sebanyak 19 orang (63%), sedangkan yang nol orang (0%). Dari 17 responden yang
tidak patuh mengkonsumsi tablet zat besi tidak patuh mengkonsumsi tablet zat besi
sebanyak 17 orang (47%). berdampak terhadap peningkatan kadar Hb
2. Karakteristik Responden sebanyak 2 orang (5,6%), sedangkan 15
Berdasarkan Peningkatan Kadar orang (41,7%) yang tidak patuh
Hb Pada Ibu Hamil Trimester III mengkonsumsi tablet zat besi tidak
mengalami perubahan kadar Hb (tetap atau
menurun).
Setelah dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji korelasi chi square untuk
mengetahui hubungan yang signifikan
antara variabel yang diteliti diperoleh hasil
ρ = 0,000 dimana ρ ≤ 0,05, sehingga Ho
ditolak H1 diterima yang berarti terdapat
Berdasarkan gambar 5.26 diatas hubungan yang bermakna antara kepatuhan
menunjukkan dari 36 responden bahwa mengkonsumsi tablet zat besi dengan
peningkatan kadar Hb pada ibu hamil peningkatan kadar Hb.
sebagian besar mengalami peningkatan
sebanyak 21 orang (58%), sedangkan ibu Pembahasan
hamil yang tidak mengalami peningkatan 1. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet
sebanyak 15 orang (42%). Zat Besi pada Ibu Hamil Trimester
III
3. Hubungan Kepatuhan Dari hasil penelitian bahwa kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi mengkonsumsi tablet zat besi pada ibu
Dan Peningkatan Kadar Hb hamil trimester III separuhnya 19 orang
(52,8%), sedangkan yang tidak patuh
Peningkatan kadar mengkonsumsi tablet zat besi sebanyak
Hb 17 orang (47,2%).
Kepatuhan Konsumsi Tidak Berdasarkan data diatas bahwa ibu hamil
Tablet Zat Besi Menin Meningka yang patuh mengkonsumsi tablet zat besi
gkat t / Turun Total
sebagian besar adalah ibu hamil dengan
Patuh 19 0 19
Patuh
tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
/Akademik, kemudian lulusan SMA
Tidak patuh 2 15 17
Tidak patuh
pada urutan berikutnya pendidikan SMP
yang tidak patuh mengkonsumsi tablet
Total 21 15 36
zat besi. Berdasarkan kenyataan di
lapangan dapat dijelaskan bahwa untuk
ρ= 0,000 berperilaku patuh dimungkinkan dari
tingkat pendidikan ibu hamil. Hal ini
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh dibuktikan dengan hasil penelitian yang
data dengan rincian bahwa dari 36 menunjukkan hubungan pendidikan
responden yang mengkonsumsi tablet zat dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet
besi secara patuh sebanyak 19 orang zat besi sebanyak 13 ibu hamil (36,1%)
(52,8%) berdampak terhadap peningkatan
dengan latar pendidikan Perguruan
kadar Hb, sedangkan responden yang patuh Tinggi/Akademik patuh, kemudian
mengkonsumsi tablet zat besi tetapi tidak sebanyak 6 ibu hamil (16,7%) dengan
mangalami peningkatan kadar Hb sebanyak

54
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

pendidikan SMA patuh. Sedangkan ibu (terutama ibu hamil). Kebahagiaan ini
hamil yang tidak patuh mengkonsumsi diperoleh apabila keluarga dapat
tablet zat besi sebanyak 12 ibu hamil memberikan rasa memiliki, rasa aman,
(33,3%) dengan tingkat pendidikan kasih sayang, dan mengembangkan
SMA dan 5 ibu hamil (13,9%) dengan hubungan yang baik di antara anggota
pendidikan SMP. Dengan tingkat keluarga. Hubungan cinta kasih dalam
pendidikan yang tinggi, maka seseorang keluarga tidak sebatas perasaan, akan
mampu untuk memahami instruksi yang tetapi juga menyangkut pemeliharaan,
diberikan , mempunyai keyakinan rasa tanggung jawab, perhatian,
terhadap pencegahan penyakit, serta pemahaman, respek dan keinginan untuk
mampu untuk memotivasi seseorang memberikan yang terbaik bagi istri yang
berperilaku taat. Menurut Carpenito dicintainya. Sesuai dengan pernyataan
(2000) salah satu faktor yang Niven (2002) menjelaskan keluarga
mempengaruhi kepatuhan dan sangat berpengaruh dalam menentukan
ketidakpatuhan adalah pendidikan. Hal keyakinan dan nilai kesehatan individu
ini juga sesuai dengan pernyataan serta dapat menjadi faktor yang juga
Suwarno dalam Nursalam cit menentukan tentang program
Mahyuliansyah (2010) menyebutkan pengobatan yang dapat mereka terima.
bahwa pendidikan menuntut manusia Sehingga status ibu hamil dalam
untuk mencapai kebahagiaan dan peran pernikahan mempunyai hubungan dalam
sertanya. Pendidikan diperlukan untuk melaksanakan kepatuhan ibu
mendapatkan informasi misalnya hal-hal mengkonsumsi tablet zat besi.
yang menunjang kesehatan sehingga Penghasilan rata-rata keluarga
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. berpenghasilan > Rp.2.000.000,00. Hal
Diharapkan semakin tinggi tingkat ini dibuktikan dari hasil penelitian
pendidikan seseorang maka semakin menunjukkan dari 16 keluarga (44,4%)
mudah menerima informasi serta berpenghasilan > Rp. 2.000.000
mengaplikasikannya, sebaliknya berperilaku patuh dan 11 keluarga
pendidikan yang kurang akan (30,6%) yang tidak patuh, sedangkan
menghambat perkembangan sikap berpenghasilan > Rp. 1.500.000 – Rp.
seseorang terhadap nilai-nilai baru yang 2.000.000 sebanyak 3 keluarga (8,3%)
diperkenalkan. yang patuh dan 6 keluarga (16,7%) yang
Seluruh ibu hamil dalam penelitian ini tidak patuh. Sehingga dapat
memiliki status menikah. Itu berarti dikategorikan kedalam status ekonomi
bahwa ibu hamil mempunyai status menengah. Diduga status ekonomi ini
keluarga yang jelas. Satus keluarga juga memiliki pengaruh terhadap
merupakan salah satu faktor yang perkembangan kepribadian ibu hamil
mempengaruhi ibu hamil, khususnya yang labil terhadap emosi, serta
perkembangan masa-masa kehamilan. penurunan motivasi ibu. Hal ini
Menurut Nursyamsiah (2009), diperkuat dengan penyataan Yusuf
lingkungan keluarga merupakan (2009), bahwa pengaruh status ekonomi
lingkungan sosial yang memotivasi terhadap personality seseorang adalah
sesorang untuk membentuk kepribadian bahwa penghasilan dari status ekonomi
yang baik. Keluarga yang bahagia rendah cenderung lebih menekankan
merupakan suatu hal yang sangat penting kepatuhan kepada figur-figur yang
bagi perkembangan para anggotanya mempunyai otoritas, sedangkan kelas

55
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

menengah dan atas cenderung salah satu faktor ibu hamil menghentikan
menekankan kepada pengembangan terapi pemberian tablet zat besi. Hal ini
keingintahuan mengakses sumber- disebabkan efek samping
sumber. pengkonsumsian tablet zat besi.
Kerutinan ibu untuk memeriksakan Berdasarkan hasil penelitian dapat
ANC mempunyai hubungan dalam dijelaskan sebanyak 9 ibu hamil (25,0%)
menentukan kepatuhan ibu yang sering mual-muntah tidak patuh
mengkonsumsi tablet zat besi. Hal ini mengkonsumsi tablet zat besi, sebanyak
dapat dibuktikan bahwa sebanyak 19 ibu 10 ibu hamil (27,8%) yang kadang-
hamil (52,8%) yang rutin periksa ANC kadang mual –muntah patuh
patuh mengkonsumsi tablet zat besi, mengkonsumsi tablet zat besi, sebanyak
sedangkan sebanyak 11 ibu hamil 7 ibu hamil (19,4%) kadang-kadang
(30,6%) yang rutin periksa ANC tapi mual-muntah tidak patuh
tidak patuh konsumsi tablet zat besi, mengkonsumsi, sebanyak 9 ibu hamil
selanjutnya sebanyak 6 ibu hamil (25,0%) yang tidak mengalami mual-
(16,7%) yang tidak rutin periksa ANC muntah patuh mengkonsumsi dan 1 ibu
dan tidak patuh konsumsi tablet zat besi. hamil (2,8%) yang tidak mengalami
Begitu juga dengan resep yang di dapat mual-muntah tidak patuh. Hal ini
sebagian besar ibu hamil mendapatkan diperkuat dengan pernyataan Sudoyo
resep dan patuh mengkonsumsi (2004), bahwa efek samping utama besi
sebanyak 19 ibu hamil (52,8%), per oral adalah gangguan gastrointestinal
sedangkan yang mendapatkan resep yang dijumpai pada 15 sampai 20 % yang
tetapi tidak patuh sebanyak 12 ibu hamil sangat mengurangi kepatuhan pasien.
(33,3%), selanjutnya sebanyak 5 ibu Keluhan ini dapat berupa mual, muntah,
hamil (13,9%) tidak mengambil resep serta konstipasi. Namun, derajat mual
dan tidak patuh mengkonsumsi tablet zat yang ditimbulkan oleh setiap preparat
besi. Pengambilan resep juga terdapat bergantung pada jumlah elemen zat besi
hubungan dimana sebanyak 19 ibu hamil yang diserap.
(52,8%) yang mengambil resep di Setiap aspek dalam kepatuhan
apotek RSAL patuh mengkonsumsi mengkonsumsi tablet zat besi pada
tablet zat besi, sedangkan 2 ibu hamil individu, baik fisik, emosi, intelegensi,
(5,6%) yang tidak patuh. Selanjutnya status dalam keluarga, dukungan
ibu hamil yang mengambil resep di luar keluarga, social, motivasi, pemahaman
apotek RSAL sebanyak 15 ibu hamil terhadap instruksi, maupun mual-
(41,7%) yang tidak patuh. Hal-hal muntah yamg dialami ibu hamil, satu
tersebut mempunyai pengaruh terhadap sama lainnya saling mempengaruhi.
kepatuhan ibu mengkosumsi tablet zat Terdapat hubungan atau korelasi yang
besi. Hal ini disebabkan pemahaman positif diantara aspek tersebut.
terhadap instruksi yang diberikan oleh Dalam penelitian ini faktor yang
petugas kesehatan. Hal ini diperkuat terdapat hubungan kepatuhan
pernyataan Niven (2002), bahwa mengkonsumsi tablet zat besi dalam
pemahaman tentang instruksi katagori tidak mendapatkan terapi tablet
menyebabkan tidak seorangpun dapat zat besi, melahirkan sebelum waktunya
mematuhi instruksi, jika ia salah paham (prematur) dan tidak memungkinkan
tentang instruksi yang diberikan untuk diteliti mungkin disebabkan
padanya. Mual – muntah merupakan karena penghambatan perkembangan

56
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

masa-masa kehamilan. Menurut Yusuf banyak, jumlah Hb pun banyak begitu pula
(2009), bahwa ibu hamil kurang sebaliknya. Kadar hemoglobin (Hb) dalam
mendapatkan dorongan atau peluang darah merupakan cara untuk mengetahui
untuk berani mengungkapkan anemia atau tidaknya seseorang. Hal ini
perasaanya, pandapatnya atau sejalan dengan pernyataan Katzung (2002)
keinginannya dan tertekan. bahwa kadar hemoglobin akan meningkat
secara signifikan dalam waktu 2-4 minggu
2. Peningkatan Kadar Hb Pada Ibu dan mencapai kadar normal dalam waktu 1-
Hamil Trimester III 3 bulan. Saat kehamilan zat besi yang
Berdasarkan gambar 5.26 diatas dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak
menunjukkan dari 36 responden bahwa dibandingkan saat tidak hamil karena
peningkatan kadar Hb pada ibu hamil metabolisme tubuh meningkat terutama
sebagian besar mengalami peningkatan pada ibu hamil trimester ketiga dengan usia
sebanyak 21 orang (58%), sedangkan ibu kehamilan 29-40 minggu. Ibu hamil
hamil yang tidak mengalami peningkatan memerlukan banyak zat besi untuk
sebanyak 15 orang (42%). memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan
Hal ini didukung pernyataan bahwa janinnya.
kadar hemoglobin pada wanita hamil akan Peningkatan kadar Hb pada ibu
mengalami penurunan sampai akhir hamil trimester III pada sampel yang sama
trimester II pada masa kehamilan. Dengan selam 3 minggu di poli hamil Rumkital Dr.
diet yang cukup maka kadar Hb akan Ramelan Surabaya menurut peneliti dapat
meningkat lagi pada awal kehamilan juga disebabkan oleh asupan gizi dan pola
trimester III. Tetapi bila simpanan besi dan makan yang sudah teratur. Menurut teori
suplementasi tidak cukup maka dapat yang dikemukakan oleh Bandiyah (2009)
terjadi penurunan kadar Hb. Hemoglobin bahwa mual – muntah juga jarang dirasakan
adalah protein berpigmen merah yang dimasa ini karena tubuh secara fisiologis
terdapat dalam sel darah merah (Tarwoto sudah mampu menyesuaikan diri dengan
dan Wasnidar, 2007). Kadar Hb adalah semakin tua usia kehamilan akan
banyaknya hemoglobin dalam 100 ml darah menghilang diganti dengan nafsu makan
(Annisa, 2005). Berdasarkan hasil fakta yang meningkat. Hal ini didukung oleh hasil
dilapangan menunjukkan terjadi penelitian bahwa pada ibu hamil yang
peningkatan kadar Hb selama 3 minggu mengalami mual-muntah kadang terjadi
pada ibu hamil di awal trimester III. Hal ini peningkatan kadar Hb sebanyak 11 orang
didukung pernyataan Christine, H (2006) (30,6%) dan ibu hamil yang tidak pernah
bahwa konsentrasi akan meningkat minggu mengalami mual-muntah mengalami
ke-30 sampai minggu ke-32. Peningkatan peningkatan kadar Hb sebanyak 10 orang
kadar Hb dipengaruhi oleh beberapa faktor (27,8%). Kemudian ibu hamil yang sering
salah satunya dengan pemberian tablet zat mengalami mual-muntah tidak mengalami
besi. Pemberian suplemen tablet Fe peningkatan kadar Hb sebanyak 9 orang
menguntungkan karena dapat memperbaiki (25,0%), selanjutnya yang kadang-kadang
status Hb dalam waktu relatif singkat, yaitu mengalami mual –muntah tidak mengalami
dengan pemberian preparat zat besi 60 peningkatan kadar Hb sebanyak 6 orang
mg/hari dapat menaikkan kadar Hb 1 g/dl (16,7%). Pola makan yang baik selalu
dalam waktu 1 bulan (Bari, 2001). Zat besi mengacu pada gizi yang mengandung unsur
merupakan salah satu unsur pembentuk sel 4 sehat 5 sempurna. Unsur tersebut terdiri
darah merah. Jika jumlah sel darah merah dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

57
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

mineral dan air. Menurut pernyataan 10 orang (27,8%) mengalami peningkatan


Muliarini (2010) bahwa karbohidrat, kadar Hb dan 8 orang (22,2%) tidak
protein, lemak merupakan zat gizi makro mengalami peningkatan kadar Hb, nafsu
sebagai sumber energi, sedangkan vitamin makan berkurang sebanyak 6 orang
dan mineral merupakan zat gizi mikro (16,7%) yang tidak mengalami peningkatan
sebagai pengatur kelancaran metabolisme kadar Hb, sedangkan nafsu makan
tubuh. Hal ini didukung bahwa ibu hamil meningkat sebanyak 12 orang (33,3%)
mengkonsumsi makan sehat sebanyak 36 dengan perincian 11 orang (30,6%) yang
orang (100%) dengan penjelasan sebanyak mengalami peningkatan kadar Hb dan
21 orang (58,3%) ibu hamil mengalami sebanyak 1 orang (2,8%) yang tidak
peningkatan kadar Hb, sedangkan yang mengalami peningkatan kadar Hb. Keadaan
tidak mengalami peningkatan kadar Hb sosial ekonomi keluarga ibu hamil turut
sebanyak 15 orang (41,7%). Ibu hamil yang berperan dalam pemenuhan gizi yang
mengkonsumsi susu sebanyak 25 orang dikonsumsi ibu hamil, untuk itu diperlukan
(69,4%) dengan penjelasan 21 orang sumber gizi yang memadai. Daya beli
(58,3%) mengalami peningkatan kadar Hb keluarga yang rendah dalam memenuhi
dan sebanyak 4 orang (11,1%) tidak kebutuhan gizi akan berpengaruh terhadap
mengalami peningkatan kadar Hb. asupan gizi yang di konsumsi (Bandiyah,
Peningkatan kadar Hb pada ibu hamil 2009). Hal ini didukung oleh penelitian
trimester III di poli hamil Rumkital Dr. yang menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
Ramelan Surabaya dapat pula disebabkan penghasilan keluarga > Rp. 1.500.000 –
oleh pola makan yang teratur, hal ini Rp. 2.000.000 sebanyak 9 orang (25%)
didukung oleh hasil penelitian yang dengan penjelasan sebanyak 4 orang
menunjukkan bahwa ibu hamil yang makan (11,1%) yang mengalami peningkatan
1x dalam sehari sebanyak 1 orang (2,8%) kadar Hb dan 5 orang (13,9%) yang tidak
yang tidak mengalami peningkatan kadar mengalami peningkatan kadar Hb,
Hb, makan 2-3x dalam sehari sebanyak 13 penghasilan keluarga > Rp. 2.000.000
orang (36,1%) yang mengalami sebanyak 27 orang (75%) dengan
peningkatan kadar Hb dan yang tidak penjelasan sebanyak 17 orang (47,2%) yang
mengalami peningkatan kadar Hb. mengalami peningkatan kadar Hb dan 10
Sedangkan yang makan ≥ 4x dalam sehari orang (27,8%) yang tidak mengalami
sebanyak 8 orang (22,2%) mengalami peningkatan kadar Hb. Pada ibu hamil
peningkatan kadar Hb dan 1 orang (2,8%) trimester III di poli hamil Rumkital Dr.
yang tidak mengalami peningkatan kadar Ramelan Surabaya memiliki kunjugan ANC
Hb. Pada ibu hamil trimester III, janin lebih tinggi dikarenakan pada ibu hamil
mengalami perkembangan yang sangat trimester III akan memulai persiapan untuk
pesat. Umumnya nafsu makan ibu yang persalinan, maka ibu hamil yang akan
sangat baik, dan ibu yang sering merasa melahirkan akan sangat menjaga kesehatan
lapar (Bandiyah, 2009). Peningkatan kadar kandungannya. Bila ibu hamil trimester III
Hb juga dapat disebabkan oleh nafsu makan tidak dapat menjaga asupan gizi secara
yanga meningkat. Nafsu makan yang seimbang dan tidak dapat mempertahankan
meningkat menunjukkan adanya kebutuham kadar Hb pada rimester III akan dapat
gizi yang tinggi. Hal ini didukung oleh hasil menyebabkan gangguan his baik primer
penelitian yang menunjukkan bahwa ibu maupun skunder, janin akan lahir dengan
hamil dengan nafsu makan biasa-biasa saja anemia, resiko terjadinya penyulit dalam
sebanyak 18 orang (50%) dengan perincian persalinan, resiko kegagalan fungsi organ

58
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

janin tidak sempurna, keguguran, dan mengalami perubahan kadar Hb (tetap atau
kematian. menurun).
Adanya hubungan yang signifikan
3. Hubungan Kepatuhan tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi mempengaruhi kepatuhan mengkonsumsi
Dengan Peningkatan Kadar Hb tablet zat besi. Menurut Rogers (1994)
pada Ibu Hamil Trimester III di yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007)
Poli Hamil Rumkital Dr. Ramelan bahwa seseorang sebelum mengadopsi
Surabaya perilaku baru (berperilaku baru), di dalam
diri seseorang pertama kali terjadi proses
Berdasarkan hasil uji statistik awerenest (kesadaran), interest (merasa
korelasi chi square untuk mengetahui tertarik), resolution (menimbang-nimbang),
hubungan yang signifikan antara variabel trial (mencoba), adoption (berpilaku baru).
yang diteliti diperoleh hasil ρ = 0,000 Proses-proses tersebut juga tidak terlepas
dimana ρ ≤ 0,05, sehingga Ho ditolak H1 dari pengetahuan ibu hamil yang memiliki
diterima yang berarti terdapat hubungan tingkat pendidikan yang tinggi pula.
yang bermakna antara kepatuhan Pertama ibu hamil akan melaksanakan ANC
mengkonsumsi tablet zat besi dengan di poli hamil sesuai dengan instruksi dari
peningkatan kadar Hb. Hasil penelitian tenaga kesehatan secara rutin, selama
secara umum tentang hubungan kepatuhan melaksanakan ANC ibu hamil memperoleh
mengkonsumsi tablet zat besi dengan pengarahan salah satunya manfaat
peningkatan kadar Hb pada ibu hamil pengkonsumsian tablet zat besi yang
trimester III didapatkan bahwa sebagian diambil di apotek. Dengan instruksi
besar ibu hamil trimester III patuh tersebut ibu hamil mulai menyadari dalam
mengkonsumsi tablet zat besi berdampak arti mengetahui stimulus (objek) terlebih
terhadap peningkatan kadar Hb dahulu. Setelah ibu hamil menyadari dan
dibandingkan dengan ibu hamil trimester III memahami tentang pentingnya
yang tidak patuh mengkonsumsi tablet zat mengkonsumsi tablet zat besi akan
besi. Tetapi sebagian kecil pada ibu hamil meningkatkan kadar Hb pada ibu hamil
yang tidak patuh mengkonsumsi tablet zat yang cenderung menurun, serta
besi mengalami peningkatan kadar Hb. Hal meminimalisir kejadian anemia dalam
ini didukung oleh hasil penelitian yang kehamilan. Kemudian ibu hamil mulai
diperoleh data dengan rincian bahwa dari tertarik pada hal tersebut dan menimbang-
36 responden yang mengkonsumsi tablet nimbang apakah hal itu baik bagi dirinya
zat besi secara patuh sebanyak 19 orang atau tidak. Bila hal itu baik bagi dirinya
(52,8%) berdampak terhadap peningkatan maka mereka akan mencoba berperilaku
kadar Hb, sedangkan responden yang patuh baru itu yang akhirnya berperilaku sesuai
mengkonsumsi tablet zat besi tetapi tidak dengan instruksi yang diberikan. Hal ini
mangalami peningkatan kadar Hb sebanyak didukung pernyataan Bimo Walgito (2001)
nol orang (0%). Dari 17 responden yang dalam Sunaryo (2004), informasi yang akan
tidak patuh mengkonsumsi tablet zat besi diterima akan dapat menyebabkan
berdampak terhadap peningkatan kadar Hb perubahan perilaku pada seseorang
sebanyak 2 orang (5,6%), sedangkan 15 tersebut. Adanya informasi mengenai
orang (41,7%) yang tidak patuh sesuatu hal memberikan landasan koqnitif
mengkonsumsi tablet zat besi tidak baru bagi terbentuknya perilaku terhadap
hal tersebut (Azwar, 2008). Hal ini juga

59
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

diperkuat pernyataan Mubarak (2007) yaitu pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan,


pendidikan merupakan salah satu faktor sepanjang pendidikan tersebut pendidikan
yang mempengaruhi pengetahuan. Makin yang aktif. Kepatuhan seseorang tidak
tinggi pendidikan seseorang, semakin semata-mata muncul dalam diri seseorang
mudah pula dalam menerima informasi, itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh
dan pada akhirnya makin banyak pula faktor luar antara lain pendidikan, variabel
pengetahuan yang dimilikinya. lingkungan, isolasi sosial dan keluarga.
Hasil penelitian yang menunjukkan Keluarga sangat berpengaruh dalam
bahwa ibu pada ibu hamil trimester III di menentukan keyakinan dan nilai kesehatan
poli hamil Rumkital Dr. Ramelan Surabaya individu serta dapat menjadi faktor yang
yang patuh mengkonsumsi tablet zat besi juga menentukan tentang program
mengalami peningkatan kadar Hb selama 3 pengobatan yang dapat mereka terima dan
minggu yaitu sebanyak 19 ibu hamil individu tersebut lebih mempunyai
(52,8%) dengan perincian yang memilki kedekatan dengan keluarga (Carpenito,
tingkat pendidikan Perguruan Tinggi 2000). Hubungan dengan para anggota
sebanyak 13 ibu hamil (36,1%) dan tingkat keluarga tidak semata-mata berupa
pendidikan SMA sebanyak 6 ibu hamil hubungan dengan suami, tetapi juga dengan
(16,7%). Sedangkan dari 17 responden orang tua bahkan lingkungan akan
yang tidak patuh mengkonsumsi tablet zat mempengaruhi sikap ibu hamil dalam
besi berdampak terhadap peningkatan kadar melewati masa-masa kehamilannya. Sejalan
Hb sebanyak 2 ibu hamil (5,6%) dengan dengan Yusuf (2009), suasana atau iklim
tingkat pendidikan SMA sebanyak 1 ibu keluarga sangat penting bagi perkembangan
hamil (2,8%) dan SMP sebanyak 1 ibu kesehatan ibu hamil. Hal ini didukung hasil
hamil (2,8%), sedangkan 15 ibu hamil penelitian yang menunjukkan bahwa
(41,7%) yang tidak patuh mengkonsumsi seluruh ibu hamil trimester III dengan
tablet zat besi tidak mengalami perubahan jumlah 36 orang (100%) memiliki status
kadar Hb (tetap atau menurun) dengan pernikahan yang jelas yaitu menikah.
tingkat pendidikan SMA sebanyak 11 ibu Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat
hamil (30,6%), dan SMP sebanyak 4 ibu besi dengan peningkatan kadar hb pada ibu
hamil (11,1%). hamil trimester III di poli hamil Rumkital
Dari keterangan tersebut peneliti Dr. Ramelan Surabaya juga disebabkan oleh
berpendapat bahwa dengan pendidikan mual-muntah yang dialami oleh ibu hamil
yang tinggi maka seseorang mampu untuk dimana ibu hamil yang patuh
memahami instruksi yang diberikan serta mengkonsumsi tablet zat besi terjadi
mendapatkan informasi misalnya hal-hal peningkatan kadar Hb sebanyak 19 ibu
yang menunjang kesehatan sehingga dapat hamil (52,8%) dengan frekuensi mual-
meningkatkan kualitas hidupnya. muntah tidak pernah sebanyak 9 ibu hamil
Diharapkan semakin tinggi tingkat (25,0%) dan 10 ibu hamil (27,8%)
pendidikan seseorang maka semakin mudah mengalami mual-muntah kadang-kadang.
menerima informasi serta Selanjutnya ibu hamil yang tidak patuh
mengaplikasikannya, sebaliknya pendidikan mengkonsumsi tablet zat besi terjadi
yang kurang akan menghambat peningkatan kadar Hb sebanyak 2 ibu hamil
perkembangan sikap seseorang terhadap (5,6%) mengalami mual-muntah kadang-
nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Hal ini kadang dan mual-muntah tidak pernah
sejalan dengan Feurstein at al (1986) yang sebanyak 1 ibu hamil. Kemudian ibu hamil
dikutip oleh Niven (2000) bahwa yang tidak patuh mengkonsumsi tablet zat

60
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

besi tidak terjadi peningkatan kadar Hb (Indriyani, 2008). Pada ibu hamil trimester
sebanyak 15 ibu hamil (41,7%) mengalami III di poli hamil Rumkital Dr. Ramelan
mual-muntah sering sebanyak 9 ibu hamil Surabaya juga dapat disebabkan oleh
(25,0%) dan 6 ibu hamil (16,7%) pendapatan perbulan keluarga ibu hamil,
mengalami mual-muntah kadang-kadang. hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
Berdasarkan data diatas menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar
bahwa ibu hamil yang tidak pernah pendapatan ibu hamil sebesar > Rp.
mengalami mual-muntah cenderung patuh 2.000.000 sebanyak 27 ibu hamil (75%)
mengkonsumsi dan terjadi peningkatan dengan perincian yang patuh dan
kadar Hb, sedangkan yang sering mengalami peningkatan kadar Hb sebanyak
mengalami mual-muntah mengakibatkan 16 ibu hamil (44,4%), sedangkan yang
ketidakpatuhan mengkonsumsi dan tidak tidak patuh mengalami peningkatan
mengalami peningkatan kadar Hb. Peneliti sebanyak 1 ibu hamil (2,8%). Penghasilan
berpendapat bahwa dalam pengkonsumsian keluarga > Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000
tablet zat besi menimbulkan efek samping sebanyak 9 ibu hamil (25%) dengan
yang mengakibatkan mual-muntah. Hal perincian 3 ibu hamil (8,3%) yang patuh
sesuai dengan dengan pernyataan Sudoyo mengkonsumsi mengalami peningkatan
(2004) bahwa efek samping utama besi per kadar Hb, selanjutnya 6 ibu hamil (16,7%)
oral adalah gangguan gastrointestinal yang dengan perincian 5 ibu hamil (13,9%) yang
dijumpai pada 15 sampai 20 % yang sangat tidak patuh mengkonsumsi tablet zat besi
mengurangi kepatuhan pasien. Keluhan ini tidak mengalami peningkatan Hb, dan 1 ibu
dapat berupa mual, muntah, serta hamil (2,8%) tidak patuh mengkonsumsi
konstipasi. tablet zat besi mengalami peningkatan
Pada ibu hamil trimester III, janin kadar Hb. Peningkatan kadar Hb juga dapat
mengalami perkembangan yang cukup disebabkan oleh frekuensi pola makan yang
pesat. Umumnya nafsu makan ibu teratur dalam sehari. Hasil penelitian
meningkat, dan ibu sering merasa lapar menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
(Bandiyah, 2009). Peningkatan kadar Hb frekuensi makan 2-3 kali sehari sebanyak
pada ibu hamil trimester III di poli hamil 26 orang (72%), frekuensi >_4 kali sehari
Rumkital Dr. Ramelan juga dapat sebanyak 9 orang (25%), frekuensi makan 1
dipengaruhi oleh faktor nutrisi yang kali sehari sebanyak 1 orang (3%).
dikonsumsi ibu selama masa kehamilan. Ibu hamil trimester III di poli hamil
Nafsu makan ibu meningkat disebabkan Rumkital Dr. Ramelan seluruhnya sudah
kerena kebutuhan gizi yang tinggi. Hal ini mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
didukung hasil penelitian yang sempurna, hal ini dibuktikan dari hasil
menunjukkan bahwa pada 36 ibu hami penelitian bahwa 36 ibu hamil (100%)
trimester III memiliki nafsu makan biasa- sudah mengkonsumsi makanan sehat.
biasa saja sebanyak 18 ibu hamil (50%), Begitu juga dengan pengkonsumsian susu
sedangkan yang memiliki nafsu makan pada ibu hamil, ibu hamil trimester III poli
meningkat sebanyak 12 ibu hamil (33%), hamil Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang
dan yang memiliki nafsu makan berkurang mengkonsumsi susu setiap hari selama
sebanyak 6 ibu hamil (17%). Faktor kehamilan sebanyak 25 ibu hamil (69%),
ekonomi juga menjadi penentu dalam sedangkan yang tidak mengkonsumsi susu
proses kahamilan yang sehat. Keluarga sebanyak 11 ibu hamil (31%). Tekanan
dengan ekonomi yang cukup dapat darah ibu hamil trimester III minggu
memeriksakan kehamilannya secara rutin pertama sebagian besar adalah 120/60

61
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

mmHg – 120/90 mmHg sebanyak 19 1. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat


orang (53%), sedangkan ibu hamil dengan besi ibu hamil trimester III di Poli
tekanan darah 110/60 mmHg – 110/90 Hamil Rumkital Dr. Ramelan
mmHg sebanyak 16 orang (44%), dan ibu Surabaya sebagian besar adalah patuh
hamil dengan tekanan darah 130/60 mmHg mengkonsumsi tablet zat besi.
– 130/90 mmHg sebanyak 1 orang (3%). 2. Pada ibu hamil trimester III di poli
Tekanan darah pada minggu III antara hamil Rumkital Dr. Ramelan
120/60 mmHg – 120/90 mmHg Surabaya sebagian besar mengalami
meningkat sebanyak 21 ibu hamil (58%), peningkatan kadar Hb. Terdapat
sedangkan ibu hamil dengan tekanan darah faktor lain yang menyebabkan
110/60 mmHg – 110/90 mmHg sebanyak peningkatan kadar Hb yaitu faktor
14 orang (39%), dan ibu hamil dengan nutrisi yang dikonsumsi ibu.
tekanan darah 130/60 mmHg – 130/90 3. Terdapat hubungan yang signifikan
mmHg tetap sebanyak 1 orang (3%). Pada antara kepatuhan mengkonsumsi
ibu hamil trimester III juga memantau tablet zat besi dengan peningkatan
kesehatan diri dan janinnya setiap seminggu kadar Hb pada ibu hamil trimester III
sekali di poli hamil Rumkital Dr. Ramelan di poli hamil Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya. Surabaya.
Peningkatan kadar Hb pada ibu
hamil trimester III tidak hanya disebabkan DAFTAR PUSTAKA
kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi, Arief, Nurhaeni. (2010). Buku Pintar
namun ada beberapa faktor lain yang Kehamilan dan Kelahiran Sehat.
mempengaruhi yakni faktor nutrisi yang Yogyakarta : Pyaramedia. Halaman: 5-
dikonsumsi ibu selama kehamilan. Dengan 65.
peningkatan kadar Hb pada ibu hamil yang
rutin mengkonsumsi tablet zat besi Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen
menyebabkan ibu hamil, khususnya Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
trimester III lebih patuh mengkonsumsi Halaman: 186 – 247.
tablet zat besi yang sudah dianjurkan oleh Dinas Kesehatan Rumkital Dr. Ramelan
tenaga kesehatan karena dengan Surabaya. (2009). “Standart Operating
pemahaman tentang pentingnya Procedure”. Tidak dipublikasikan.
pengkonsumsian tablet zat besi secara RUMKITAL DR. RAMELAN
teratur sangat bermanfaat bagi janin dan SURABAYA. Halaman: 39 – 40.
dirinya sendiri. Pemahaman tentang
kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi Fraser, Diana. (2009). Buku Ajar Bidan
secara teratur sesuai instruksi tenaga Myles. Jakarta:EGC. Halaman: 212 –
kesehatan inilah yang menyebabkan 214.
peningkatan kadar Hb dalam waktu 3 Irawati, Nuning. (2006). “Hubungan
minggu sehingga kejadian anemia dalam Tingkat Pengetahuan Tentang Efek
kehamilan dapat diminimalisir. Samping Tablet Fe dengan Keteraturan
Mengkonsumsi Tablet Fepada Ibu
Simpulan Hamil di BPS WedoroRW V Waru
Berdasarkan penelitian yang telah Sidoarjo”. Skripsi Tidak
dilakukan peneliti di poli hamil Rumkital Dipublikasikan. AKPER HANG
Dr. Ramelan Surabaya dapat dirumuskan TUAH. Halaman: 12 – 16.
beberapa kesimpulan sebagai berikut :

62
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Jordan, Sue. (2003). Farmakologi Mojokerto. Skripsi Tidak


Kebidanan. Jakarta:EGC. Halaman: Dipublikasikan. STIKES HANG TUAH
272 – 278. SURABAYA. Halaman: 13 – 16.
Katzung, Bertram G. (2002). Farmakologi Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Metodologi Penelitian Ilmu
Salemba Medika. Halaman: 362 – 369. Keperawatan. Jakarta : Salemba
Kriebs, Jan M. (2009). Buku Saku: Asuhan Medika. Halaman: 83-84.
Kebidanan Varney. Jakarta:EGC. Prawiroharjo, Sarwono. (2001). Pelayanan
Halaman: 279. Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
LP3M STIKES HANG TUAH Jakarta:JNPKKR-POGI. Halaman: 90
SURABAYA. (2010). “Buku Panduan – 282.
Penyusunan Skripsi Bagi Mahasiswa Rofig, Ahmad. (2007). Kapita Selekta
Prodi S1 Keperawatan Stikes Hang Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Tuah Surabaya”. Tidak Dipublikasikan. Ginekologi Dan KB. Jakarta: Rineka
STIKES HANG TUAH SURABAYA. Cipta. Halaman: 50 – 52.
Halaman: 16 – 68. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Pengantar Kuliah Obstetri. Graha Ilmu. Halaman: 142 – 199.
Jakarta:EGC. Halaman: 38 – 39. Siti, B. (2009). Kehamilan, Persalinan, dan
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Gangguan Kehamilan. Yogyakarta:Nuh
Obstetri jilid 2. Jakarta : EGC. Medika. Halaman: 60 – 65.
Halaman: 37. Sudoyo, Aru W. (2007). Buku Ajar Ilmu
Mustofa, Venny Putri Rosalia. (2010). Penyakit Dalam. Edisi ke-4.
“Perbandingan Nilai Hb Pada Ibu Jakarta:FKUI/RSUPN-CM. Halaman:
Hamil Trimester II dan Trimester III 622 – 639.
DI Poli Hamil Rumkital Dr. Ramelan Tim Penyusun. (2010). 1001 tentang
Surabaya”. Skripsi Tidak Kehamilan. Bandung : Triexs Media.
Dipublikasikan. STIKES HANG TUAH Halaman: 591 – 817.
SURABAYA. Halaman: 8 – 20.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana rahardja.
Mairissa, Fadhillah. (2010). Hubungan (2002). Obat-obat Penting.
Tingkat Pengetahuan Karyawan Jakarta:PT. Elek Media Komputindo.
Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Halaman: 591 – 817.
Kerja (K3) DEngan Tingkat Kepatuhan
Dalam Penggunaan alat Pelindung diri
Di Bagian Mekanik PT. Pakerin

63
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENGARUH PERAWATAN PAYUDARA PADA PENGELUARAN


ASI IBU PASCA PERSALINAN DI RUANG E2
RUMKITAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Dini Mei Wijayanti

Staf Pengajar Departemen Keperawatan Anak


Stikes Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

ASI (mother’s milk) is a nutritious food containing anti infection substance beneficial in
helping baby against infections and diseases. In ASI on the first day contain colostrum (a
yellowish, thicker liquid). In reality, ASI secreted by the post childbirth mother is still relatively
few in amount, thus mother rarely give suck her baby and the baby no get sufficient ASI. Then,
the purpose of this research was by performing the breast treatment as early as possible after
gave birth can smooth blood circulation and prevent the clogged up of milk tract thus smoothing
ASI secretion.
Design of this research was the Quasi-Experimental Design (Non Equivalent Control
Group Design). Population used was as many as 32 respondents, while samples were taken used
he Simple Random sampling as many as 30 respondents namely 15 respondents on the treatment
group and 15 respondents on the control group in the E2 room of the Dr. RAMELAN Navy
Hospital of Surabaya on May - June. Variabel in this research mother’s ASI secretion post
childbirth by weighing baby weight before and after giving suck which after that expressed in ml,
and by squeezing ASI. Data of this research used questionnaire and baby scales. Data gathering in
this research used questionnaire and baby scales. Data analysis techniques used were the
Wilcoxon Sign Rank Test and the Mann-Whitney U test.
The research result indicated that ASI secretions from 15 respondents of the treatment
group whose, based on the ASI assessment sheet, ASI secretion smooth were as many as 2
persons (13.3%) and 8 persons (86.7%) of them with non-smooth ASI secretion. The result
obtained indicated that ASI secretion with the breast treatment implementation on the post
childbirth mothers proven by the statistical test result of the Wilcoxon Sign Rank Test indicated
that p = 0.008 < α = 0.05 before and after on the treatment group and the Mann-Whitney U
test indicated that p = 0.0112 < α = 0.05 on the treatment group after and the control group
after.
Viewing the result of this research then it needed the optimization of breast treatment
implementation on the post childbirth mothers as early as possible to increase ASI secretion
olahraga to smooth ASI secretion thus the babies get the sufficiently ASI for their growth and
development.

Key words : ASI secretion, breast treatment and post childbirth mother.

64
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENDAHULUAN aliran ASI. Berdasarkan fenomena tersebut,


Payudara (mammae, susu) adalah maka manfaat perawatan payudara harus
kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas dipahami dengan baik oleh ibu pasca
otot dada, dan fungsinya memproduksi susu persalinan dan tenaga kesehatan khususnya
untuk nutrisi bayi (Sidi, 2004). Payudara perawat. Namun hingga saat ini pengaruh
merupakan anggota tubuh yang paling perawatan payudara terhadap pengeluaran
terpengaruh oleh kehamilan. Disaat ASI belum dapat dijelaskan.
kehamilan, payudara membesar mencapai Sebagian masyarakat belum
600 gram dan seiring proses menyusui bisa seluruhnya melakukan perawatan
mencapai 800 gram. Ukuran payudara tidak payudaranya segera setelah melahirkan.
berpengaruh terhadap kemampuan Sedangkan perawatan payudara sangat
memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena ASI penting dilakukan segera setelah persalinan
dibentuk oleh jaringan kelenjar alveoli guna untuk memperlancar produksi ASI
(pembentuk ASI). Setelah persalinan, dan pembendungan ASI. Berdasarkan studi
refleks prolaktin dan refleks let down pendahuluan di ruangan E2 Rumkital Dr.
berperan dalam pembentukan dan Ramelan Surabaya pada tanggal 11 Februari
pengeluaran ASI. ASI yang pada hari 2011 dan tanggal 14 Februari 2011 dari 7
pertama terdapat kolostrum (cairan ibu pasca persalinan, 6 orang (90%)
kekuning - kuningan lebih kental) melakukan segera perawatan payudara pada
merupakan makanan bergizi (nutrisi) 1 - 2 hari setelah persalinan dan 1 orang
mengandung zat anti infeksi penting (10%) melakukan perawatan payudara pada
bermanfaat membantu bayi melawan infeksi hari ke 3 setelah persalinan. Sedangkan
dan penyakit (Ningsih, 2005). Selain itu terhadap pengeluaran ASI 3 orang (43%)
ASI juga membuat respon instan terhadap pengeluaran ASI kurang, 1 orang (14%)
infeksi dengan memproduksi satu set baru pengeluaran ASI cukup dan 3 orang (43%)
immunoglobulin ampuh yang mempercepat pengeluaran ASI baik. Dengan kriteria ASI
sistem imun bayi dengan cara memerangi keluar memancar tanpa memencet aerola,
bakteri dan virus yang ada di lingkungan ASI keluar lancar dalam 3 hari setelah
barunya dunia luar. Adapun pengeluaran persalinan, ASI keluar segera setelah bayi
ASI selain dipengaruhi oleh makanan, mulai menyusu, tidak terjadi rasa nyeri dan
ketenangan jiwa, pikiran ibu dan lain bendungan pada payudara.
sebagainya, juga dipengaruhi oleh Pada ibu pasca persalinan karena
perawatan payudara. Pada sebagian orang proses persalinan yang melelahkan dan
khususnya didaerah yang penduduknya mengeluarkan banyak energi sering kali ibu
berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi hanya berfokus pada dirinya sendiri, pasif
rendah, pengetahuan ibu mengenai dan proses menyusui masih jarang
perawatan payudara masih kurang. dilakukan sehingga sering mengalami
Sedangkan dalam masa post partum salah satu masalah pada payudara seperti payudara
hal yang harus diperhatikan adalah proses terasa penuh, bengkak, nyeri dan tidak
laktasi. Sering kali karena peningkatan nyaman. Hal tersebut yang diakibatkan
produksi ASI pada payudara terasa penuh karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
dan bengkak. Permasalahan pengeluaran sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem
ASI pada ibu pasca persalinan juga terjadi duktus. Pada puting juga yang tidak bersih
meliputi : ASI tidak keluar hingga hari ke dapat menyebabkan sumbatan pada duktus,
empat, jumlah produksi ASI yang tidak kelainan pada puting tidak terdeteksi secara
mencukupi kebutuhan bayi, dan sumbatan dini, pengeluaran ASI tidak lancar dan

65
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

sirkulasi darah juga tidak lancar. Bayi tidak pasca persalinan di ruang E2
menyusu adekuat dengan demikian bisa Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
terjadi peradangan pada payudara yang b. Mengidentifikasi pengeluaran ASI
setelah itu jika berkelanjutan karena sesudah perawatan payudara pada ibu
meluasnya peradangan bisa menjadi abses pasca persalinan di ruang E2
payudara yang berisi nanah (Saleha, 2009 : Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
105 – 109). c. Menganalisis pengaruh perawatan
Setelah persalinan perawatan payudara terhadap pengeluaran ASI
payudara diperlukan untuk merangsang pada ibu pasca persalinan di ruang E2
produksi ASI dan mengurangi risiko luka Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
saat menyusui. Pelaksanaan perawatan
payudara dimulai sedini mungkin yaitu 1 – METODOLOGI PENELITIAN
2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan Dalam penelitian ini desain yang
2 kali sehari. Perawatan yang dilakukan digunakan adalah Quasy Eksperimental Design
terhadap payudara bertujuan untuk dengan jenis rancangan Non Equivalent
melancarkan sirkulasi darah, memelihara Control Group Design untuk mengetahui
kebersihan payudara agar terhindar dari pengaruh perawatan payudara pada
infeksi, meningkatkan produksi ASI dengan pengeluaran ASI ibu pasca persalinan di
merangsang kelenjar - kelenjar air susu Ruang E2 RUMKITAL Dr. Ramelan
melalui pemijatan, mencegah Surabaya. Dalam penelitian ini terdapat dua
bendungan/pembengkakan payudara kelompok responden yaitu kelompok
sehingga memperlancar pengeluaran ASI, eksperimen yang diberikan perlakuan dan
melenturkan dan menguatkan puting, kelompok kontrol yang tidak diberikan
mengetahui secara dini kelainan puting susu perlakuan.
dan melakukan usaha untuk mengatasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka pasca persalinan di Ruang E2 RUMKITAL
perlu melakukan perawatan secara teratur, Dr. Ramelan Surabaya pada bulan Mei –
memelihara kebersihan sehari – hari, Juni 2011 dengan jumlah populasi sebanyak
pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan 32 orang. Sampling penelitian
lebih banyak untuk mencukupi produksi menggunakan teknik simple random sampling
ASI, ibu harus percaya diri akan dengan jenis probability sampling yaitu
kemampuan menyusui bayinya, ibu harus memberikan kesempatan yang sama bagi
merasa nyaman dan santai, menghindari anggota populasi ibu pasca persalinan di
rasa cemas karena akan menghambat refleks ruang E2 untuk dipilih menjadi sampel dan
oksitosin. diseleksi secara random (acak). Ibu pasca
persalinan di ruang E2 RUMKITAL Dr.
Tujuan Penelitian Ramelan Surabaya dengan pertimbangan
1. Tujuan Umum tertentu sesuai kriteria inklusi.
Untuk mempelajari pengaruh perawatan Variabel dalam penelitian terdiri dari
payudara pada pengeluaran ASI ibu pasca yaitu variable bebas dan terikat, Variabel
persalinan di ruang E2 Rumkital Dr. bebas dalam penelitian ini merupakan suatu
Ramelan Surabaya. perlakuan perawatan payudara pada ibu
pasca persalinan di ruang E2 RUMKITAL
2. Tujuan Khusus Dr. Ramelan Surabaya. Variabel tergantung
a. Mengidentifikasi pengeluaran ASI dalam penelitian ini adalah pengeluaran ASI
sebelum perawatan payudara pada ibu

66
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

pada ibu pasca persalinan di ruang E2


RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.
Alat pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini, untuk
pengeluaran ASI ibu pasca persalinan yaitu
dengan menggunakan lembar jumlah
pengeluaran ASI, timbangan untuk berat
badan bayi dan lembar penilaian
pengeluaran ASI yang terdiri dari 12 item
sebagai data tambahan. Lembar jumlah Dari diagram garis gambar 5.10
pengeluaran ASI tersebut akan diberikan menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada
pada hari pertama sebelum dilakukannya kelompok kontrol pre yang pertama 5 ml
perawatan payudara sampai dengan hari setiap menyusui sebanyak 7 orang (46.7%),
ketiga sebagai pretest dan posttest. 10 ml setiap menyusui sebanyak 5 orang
(33.3%) dan 15 ml setiap menyusui
Hasil Penelitian sebanyak 3 orang (20%). Sedangkan pada
1. Pengeluaran ASI ibu pasca pre yang kedua 5 ml setiap menyusui
persalinan sebelum sebanyak 4 orang (26.7%), 10 ml setiap
dilakukannya perawatan menyusui sebanyak 8 orang (53.3%), 15 ml
payudara. setiap menyusui sebanyak 2 orang (13.3%)
a. Berdasarkan lembar jumlah dan 20 ml setiap menyusui sebanyak 1
pengeluaran ASI orang (6.7%) dari masing – masing jumlah
sampel sebanyak 15 orang.
b. Berdasarkan lembar penilaian
pengeluaran ASI

Dari diagram garis gambar 5.9


menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada
kelompok perlakuan pre yang pertama 5 ml
setiap menyusui sebanyak 6 orang (40%),
10 ml setiap menyusui sebanyak 5 orang
(33.3%) dan 15 ml setiap menyusui
sebanyak 4 orang (26.7%). Sedangkan pada
pre yang ke dua 5 ml setiap menyusui
sebanyak 2 orang (13.3%), 10 ml setiap
Dari diagram batang gambar 5.11
menyusui sebanyak 3 orang (20%), 15 ml
menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada
setiap menyusui sebanyak 4 orang (26.7%),
kelompok perlakuan terdapat 8 orang nilai
dan 20 ml setiap menyusui sebanyak 6
pengeluaran ASInya tidak lancar yaitu
orang (40%) dari masing – masing jumlah
dengan skor 25 ada 2 orang (13.3%), skor
sampel sebanyak 15 orang.
33 ada 3 orang (20%), skor 42 ada 3 orang

67
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

(20%), dan terdapat 7 orang nilai


pengeluaran ASInya lancar yaitu dengan
skor 58 ada 2 orang (13.3%), skor 66 ada 2
orang (13.3%), skor 75 ada 2 orang
(13.3%), skor 83 ada 1 orang (6.7%) dari
jumlah sampel sebanyak 15 orang.
Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
8 orang nilai pengeluaran ASInya tidak
lancar yaitu dengan skor 25 ada 2 orang Dari diagram garis gambar 5.13
(13.3%), skor 33 ada 3 orang (20%), skor menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada
42 ada 2 orang (13.3%), skor 50 ada 1 kelompok kontrol post yang pertama 5 ml
orang (6.7%), dan terdapat 7 orang nilai setiap menyusui sebanyak 4 orang (26.7%),
pengeluaran ASInya lancar yaitu dengan 10 ml setiap menyusui sebanyak 8 orang
skor 58 ada 1 orang (6.7%), skor 66 ada 3 (53.3%), 15 ml setiap menyusui sebanyak 2
orang (20%), skor 75 ada 3 orang (20%) orang (13.3%) dan 20 ml setiap menyusui
dari jumlah sampel sebanyak 15 orang. sebanyak 1 orang (6.7%). Sedangkan pada
post yang kedua 5 ml setiap menyusui
2. Pengeluaran ASI ibu pasca sebanyak 2 orang (13.3%), 10 ml setiap
persalinan setelah dilakukannya menyusui sebanyak 8 orang (53.3%), 15 ml
perawatan payudara. setiap menyusui sebanyak 1 orang (6.7%),
a. Berdasarkan lembar jumlah 20 ml setiap menyusui sebanyak 2 orang
pengeluaran ASI (13.3%) dan 30 ml setiap menyusui
sebanyak 2 orang (13.3%) dari masing –
masing jumlah sampel sebanyak 15 orang.

b. Berdasarkan lembar penilaian


pengeluaran ASI

Dari diagram garis gambar 5.12


menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada
kelompok perlakuan post yang pertama 5
ml setiap menyusui sebanyak 2 orang
(13.3%), 10 ml setiap menyusui sebanyak 3
orang (20%), 15 ml setiap menyusui
sebanyak 4 orang (26.7%), dan 20 ml
setiap menyusui sebanyak 6 orang (40%).
Sedangkan pada post yang kedua 10 ml
setiap menyusui sebanyak 3 orang (20%),
15 ml setiap menyusui sebanyak 2 orang
(13.3%), 20 ml setiap menyusui sebanyak 6
orang (40%), 30 ml setiap menyusui
sebanyak 3 orang (20%), dan 60 ml setiap
menyusui sebanyak 1 orang (6.7%) dari
masing – masing jumlah sampel sebanyak
15 orang.

68
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

15. 15 15 10 10 15 10
Rat
Dari diagram batang gambar 5.14 a– 9.33 14.67 8.67
10.0
14.67 10.00
0
menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada rata
Wilcoxon Wilcoxon
kelompok perlakuan terdapat 2 orang nilai Uji signed ranks signed ranks Mann-Whitney
pengeluaran ASInya tidak lancar yaitu test test
dengan skor 42 ada 2 orang (13.3%), dan p = 0.014 p = 0.206 p = 0.019

terdapat 13 orang nilai pengeluaran ASInya


lancar yaitu dengan skor 58 ada 1 orang Tabel 5.1 menunjukkan hasil uji
(6.7%), skor 66 ada 3 orang (20%), skor Mann-Whitney pengeluaran ASI antara post
75 ada 7 orang (46.7), skor 83 ada 2 orang test kelompok perlakuan dengan post test
(13.3%) dari jumlah sampel sebanyak 15 kelompok kontrol diperoleh nilai p <
orang. Sedangkan pada kelompok kontrol 0,05.
terdapat 8 orang nilai pengeluaran ASInya b. Pre post yang kedua berdasarkan
tidak lancar yaitu dengan skor 25 ada 1 lembar jumlah pengeluaran ASI.
Pengeluaran
orang (6.7%), skor 42 ada 5 orang Pengeluaran Pengeluaran ASI (ml)
(33.3%), skor 50 ada 2 orang (13.3%), dan No.
ASI (ml) ASI (ml) Kel.
Sa
terdapat 7 orang nilai pengeluaran ASInya mp
Kel. Perlakuan Kel. Kontrol Perlakuan -
lancar yaitu dengan skor 58 ada 1 orang Kel. Kontrol
el
Pre Post Pre Post Post Post
(6.7%), skor 66 ada 3 orang (20%), skor Test Test Test Test Test Test
75 ada 3 orang (20%) dari jumlah sampel 1. 20 20 10 5 20 5
sebanyak 15 orang. 2. 10 30 10 10 30 10
3. 5 10 5 15 10 15
4. 20 30 15 10 30 10
5. 20 60 5 20 60 20
6. 10 10 5 5 10 5
3. Pengaruh perawatan payudara 7. 15 15 10 30 15 30
pada pengeluaran ASI ibu pasca 8. 15 30 20 10 30 10
9. 5 10 5 10 10 10
persalinan di ruang E2 10. 20 20 15 30 20 30
RUMKITAL Dr. Ramelan 11. 20 20 10 10 20 10
Surabaya. 12. 15 15 10 20 15 20
a. Pre post yang pertama 13. 20 20 10 10 20 10
berdasarkan lembar jumlah 14. 10 20 10 10 20 10
pengeluaran ASI. 15. 15 20 10 10 20 10
Pengeluaran ASI
Rat
Pengeluaran Pengeluaran 13.6 13.6
(ml) a– 14.67 22.00 10.00 22.00
No. ASI (ml) ASI (ml) 7 7
Sa Kel. Perlakuan - rata
Kel. Perlakuan Kel. Kontrol Wilcoxon Wilcoxon
mp Kel. Kontrol
Mann-
el Pre Post Pre Post Post Post Uji signed ranks signed ranks
Whitney
Test Test Test Test Test Test test test
1. 5 20 5 10 20 10 p = 0.011 p = 0.107 p = 0.017
2. 15 10 5 10 10 10
3. 5 5 10 5 5 5
4. 5 20 15 15 20 15
Tabel 5.2 menunjukkan hasil uji
5. 10 20 5 5 20 5 Mann-Whitney pengeluaran ASI antara post
6. 10 10 5 5 10 5 test kelompok perlakuan dengan post test
7. 5 15 10 10 15 10
8. 15 15 15 20 15 20
kelompok kontrol diperoleh nilai p <
9. 5 5 10 5 5 5 0,05.
10. 5 20 10 15 20 15
11. 15 20 15 10 20 10
12. 10 15 5 10 15 10
13. 10 20 5 10 20 10
14. 10 10 5 10 10 10

69
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

c. Pre post berdasarkan lembar sebanyak 9 orang (60%) tidak mengalami


penilaian pengeluaran ASI. perubahan pada pengeluaran ASI. Nilai rata
– rata pengeluaran ASI yaitu dari pre test
Skor dengan skor 50.93 menjadi 54.40 pada post
Skor Skor Pengeluaran
Pengeluaran Pengeluaran ASI
test. Dari hasil pengujian statistik dengan
No. uji wilcoxon signed ranks test diperoleh p >
ASI ASI Kel.
sam
pel
Kel. Perlakuan Kel. Kontrol Perlakuan - 0,05.
Kel. Kontrol Tabel 5.3 menunjukkan hasil uji
Pre Post Pre Post Post Post
Test Test Test Test Test Test Mann-Whitney pengeluaran ASI antara post
1. 33 75 25 42 75 42 test kelompok perlakuan dengan post test
2. 42 75 42 42 75 42 kelompok kontrol diperoleh nilai p <
3. 33 58 50 50 58 50 0,05.
4. 25 66 75 75 66 75
5. 42 75 33 42 75 42 Pembahasan
6. 66 66 25 25 66 25 1. Pengeluaran ASI Sebelum
7. 42 42 66 66 42 66
Perawatan Payudara Pada Ibu
8. 75 75 66 75 75 75
Pasca Persalinan Di Ruang E2
9. 33 42 33 42 42 42
10. 25 75 75 66 75 66
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
11. 58 83 75 75 83 75 Menyusui akan menjamin bayi tetap
12. 75 75 33 50 75 50 sehat dan memulai kehidupan dengan cara
13. 83 83 66 66 83 66 yang paling sehat. Dengan menyusui tidak
14. 66 66 42 42 66 42 saja memberikan kesempatan pada bayi
15. 58 75 58 58 75 58 untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat
Rat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas,
54.4 54.4
a– 50.40 68.73 50.93 68.73
0 0 mempunyai emosional yang lebih stabil,
rata
Wilcoxon Wilcoxon
Mann-
perkembangan spiritual yang positif, serta
Uji signed ranks signed ranks perkembangan sosial yang lebih baik
Whitney
test test
p = 0.008 p = 0.084 p = 0.012
Dari data umum responden
berdasarkan jenis persalinan menunjukkan
bahwa pada kelompok perlakuan sebanyak
Tabel 5.3 menunjukkan pada
60% sampel dengan jenis persalinan
kelompok perlakuan setelah diberikan
normal, 40% dengan jenis persalinan
perawatan payudara yang mengalami
caesar. Sedangkan pada kelompok kontrol
peningkatan pengeluaran ASI terdapat 9
sebanyak 53% dengan jenis persalinan
orang (60%), dan sebanyak 6 orang (40%)
normal dan 47% dengan jenis persalinan
tidak mengalami perubahan pada
caesar.
pengeluaran ASI. Nilai rata – rata pre test
Pada saat setelah persalinan terjadi
pengeluaran ASI adalah dengan skor 50.40,
perubahan fisiologis pada ibu khususnya
sedangkan nilai rata – rata post test adalah
pada payudara yang meliputi terjadinya
dengan skor 68.73. Dari hasil pengujian
penurunan cepat kadar estrogen
statistik dengan uji wilcoxon signed ranks test
progesteron dengan peningktan sekresi
diperoleh p < 0,05.
prolaktin setelah melahirkan. Pengeluaran
Tabel 5.3 menunjukkan pada
ASIpun di hari pertama setelah melahirkan
kelompok kontrol yang mengalami
masih dalam jumlah yang relatif sedikit.
penurunan pengeluaran ASI terdapat 1
Rata – rata payudara ibu juga masih belum
orang (6.7%), peningkatan pengeluaran
terasa tegang atau penuh. Saat payudara di
ASI terdapat 5 orang (33.3%), dan

70
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

pencet ASI juga belum keluar memancar. menyusui anaknya. Pemberian ASI
Sehingga frekuensi menyusui pada hari eksklusifpun dapat terlaksana. Hal tersebut
pertama juga masih jarang. Sedangkan ASI yang menyebabkan bayi mendapatkan
di hari pertama sangat penting dan banyak cukup ASI. Meskipun ASI yang dikeluarkan
manfaatnya untuk bayi baru lahir. juga tidak sebanyak ASI yang di keluarkan
Setelah persalinan, refleks prolaktin pada 1 bulan kemudian dan hanya sebatas
dan refleks let down berperan dalam kolostrum, tetapi ASI tersebut cukup untuk
pembentukan dan pengeluaran ASI. ASI bayi baru lahir.
yang dihasilkan pada hari pertama setelah Menyusui adalah memberikan
melahirkan adalah kolostrum. Kolostrum makanan kepada bayi yang langsung dari
(cairan kekuning - kuningan lebih kental) payudara. Menyusui adalah proses alamiah,
merupakan makanan bergizi (nutrisi) berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil
mengandung zat anti infeksi penting menyusui bayinya tanpa pernah membaca
bermanfaat membantu bayi melawan infeksi buku tentang ASI. Menyusui akan
dan penyakit (Ningsih, 2005). Kolostrum menjamin bayi tetap sehat dan memulai
merupakan cairan yang lebih kuning kehidupan dengan cara yang paling sehat.
daripada ASI matur, bentuknya agak kasar Dengan menyusui tidak saja memberikan
karena mengandung butiran lemak dan sel kesempatan pada bayi untuk tumbuh
– sel epitel. ASI adalah suatu emulsi lemak menjadi manusia yang sehat secara fisik,
dalam larutan protein, laktose dan garam tetapi juga lebih cerdas, mempunyai
organik yang disekresi oleh kedua belah emosional yang lebih stabil, perkembangan
kelenjar payudara ibu, sebagai makanan spiritual yang positif, serta perkembangan
utama bagi bayi. sosial yang lebih baik. ASI sebagai nutrisi
yaitu merupakan sumber gizi yang sangat
2. Pengeluaran ASI Sesudah ideal komposisi yang seimbang dan
Perawatan Payudara Pada Ibu disesuaikan dengan kebutuhan
Pasca Persalinan Di Ruang E2 pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. yang sempurna baik kualitas maupun
Dari hasil yang telah dilakukannya kwantitasnya. ASI meningkatkan daya tahan
perawatan payudara didapatkan hasil yang tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup
berbeda – beda dan terdapat peningkatan yang mengandung zat kekebalan yang akan
pengeluaran ASI pada kelompok perlakuan. melindungi bayi dari berbagai penyakit
Hal ini dikarenakan dengan melakukan infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
perawatan payudara terdapat rangsangan Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan
yang merangsang payudara dan tahap melindungi bayi dari penyakit diare , juga
pengompresan dengan air hangat dingin akan menurunkan kemungkinan bayi
yang juga berfungsi untuk melancarkan terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan
sirkulasi darah. Sehingga setelah penyakit alergi lainnya (Kristiyanasari,
dilakukannya perawatan payudara pada 2009).
payudara ibu keesokan harinya sudah serasa Pemberian ASI meningkatkan
tegang dan penuh. Keinginan ibu untuk kecerdasan karena dalam ASI terkandung
menyusui bayinya juga meningkat dan nutrien- nutrien yang diperlukan untuk
frekuensi menyusui juga bertambah. pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
Semakin sering di hisap oleh bayi, jumlah sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara
pengeluartan ASIpun juga meningkat. Ibu lain: Taurin yaitu suatu bentuk zat putih
semakin percaya diri dan nyaman untuk telur yang hanya terdapat pada ASI, Laktosa

71
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

merupakan hidrat arang utama dari ASI payudara untuk menghasilkan ASI. Selain
yang hanya sedikit sekali terdapat dalam itu juga dilaksanakannya perawatan
susu sapi, Asam Lemak ikatan panjang payudara karena bermanfaat merangsang
(DHA, AA, Omega 3, Omega 6), payudara untuk mempengaruhi hipofisis
merupakan asam lemak utama dari ASI anterior dan hipofisis posterior untuk
yang terdapat sedikit dalam susu sapi (Sidi, mengeluarkan hormon oksitosin dan
I. P. S, dkk, 2004). prolaktin. Selain itu perawatan payudara
juga bertujuan untuk melancarkan sirkulasi
3. Pengaruh Perawatan Payudara darah dan mencegah tersumbatnya saluran
Terhadap Pengeluaran ASI Pada susu sehingga memperlancar pengeluaran
Ibu Pasca Persalinan Di Ruang E2 ASI (Huliana, 2003). Agar tujuan
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. perawatan payudara dapat tercapai, maka
Kemampuan laktasi setiap ibu perlu dilakukannya perawatan payudara
berbeda - beda. Laktasi atau menyusui secara teratur, memelihara kebersihan
mempunyai dua pengertian yaitu sehari – hari, pemasukan gizi ibu harus
pembentukan/produksi air susu dan lebih baik dan lebih banyak untuk
pengeluaran air susu (Huliana, 2003). mencukupi produksi ASI, ibu harus percaya
Selama kehamilan hormon prolaktin dari diri akan kemampuan menyusui bayinya,
palsenta meningkat tetapi ASI biasanya ibu harus merasa nyaman dan santai, selain
belum keluar karena masih dihambat oleh itu juga hindari rasa cemas dan stress karena
kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua hal itu yang dapat menghambat refleks
atau ketiga pasca persalinan kadar estrogen oksitosin. Pemerasan ASIpun juga berguna
dan progesteron turun drastis, sehingga jika produksi ASI melimpah dan terasa
pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada penuh pada payudara. Karena apabila ASI
saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan berlebihan maka sebaiknya dikeluarkan
perawatan payudara lebih dini, terjadi terlebih dahulu untuk menghindari bayi
perasangan puting susu dan pada hisapan tersedak atau malas menyusu (Sidi, I. P. S,
bayi terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, dkk, 2004).
sehingga sekresi ASI makin lancar.
Kelancaran laktasi dipengaruhi oleh reflek Simpulan
pada ibu dan bayi. Refleks yang terjadi pada
ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran Berdasarkan hasil penelitian maka
(let down refleks). Kedua refleks ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
bersumber dari perangsangan puting susu 1. Pengeluaran ASI ibu pasca persalinan
akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi sebelum diberikan intervensi
yaitu refleks menangkap (rooting refleks), perawatan payudara pengeluaran
refleks mengisap dan refleks menelan. ASInya masih relatif sedikit.
Selain itu juga adapun hormon – hormon 2. Ada peningkatan kelancaran pada
yang terlibat dalam proses pembentukan pengeluaran ASI ibu pasca persalinan
ASI adalah progesteron, estrogen, setelah diberikan intervensi perawatan
prolaktin, oksitosin, dan Human placental payudara pada kelompok perlakuan.
lactogen (HPL) (Saleha, 2009). 3. Ada pengaruh perawatan payudara
Faktor yang penting dalam produksi pada pengeluaran ASI ibu pasca
ASI adalah adanya rangsangan pada puting persalinan di ruang E2 Rumkital Dr.
payudara melalui hisapan mulut bayi. Ramelan Surabaya.
Hisapan mulut bayi mempengaruhi kelenjar

72
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Keperawatan. Jakarta : Salemba


DAFTAR PUSTAKA Medika
Charlish, A. dan Davies K. (2005). Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada
Meningkatkan Kesuburan untuk Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Kehamilan Alami. Jakarta: Erlangga
Santoso, S. (2010). Statistik
Chumbley, J. (2004). Menyusui, Panduan Nonparametrik Konsep dan Aplikasi
Para Ibu untuk Menyusui dan dengan SPSS. Jakarta : PT Elex Media
Mengenalkan Bayi pada Susu Botol. Komputindo
Jakarta: Erlangga
Saryono dan Pramitasari, R. D. (2009).
Fitria, A. (2007). Panduan Lengkap Perawatan Payudara. Jogjakarta : Mitra
Kesehatan Wanita. Yogyakarta : Gala Cendekia
Ilmu Semesta
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Hidayat, A. A. A. (2007). Metode Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Penelitian Kebidanan dan Teknik Graha Ilmu
Analisis Data. Edisi pertama – Jakarta :
Salemba Medika Sidi, I. P. S, dkk. (2004). Bahan Bacaan
Manajemen Laktasi, Edisi 2. Jakarta:
Huliana, M. (2003). Perawatan Ibu Pasca Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara
Sri P. H. (2004). Konsep Penerapan ASI
Kristiyanasari, W. (2009). ASI, Menyusui, Eksklusif: Buku Saku Untuk Bidan.
dan SADARI. Yogjakarta: Nuha Jakarta: EGC
medika
Stright, B. R. (2004). Panduan Belajar :
Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang, Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Edisi
Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada 3. Jakarta : EGC
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Sulaiman, W. (2003). Statistik Non-
Mikhbar, S. (2004). Anakku, Ibu Parametrik Contoh Kasus dan
Mencintaimu : Panduan Islami dari Pemecahannya dengan SPSS.
Sebelum Hamil sampai Merawat Anak Yogyakarta : Andi
Setelah Melahirkan. Jakarta : Pustaka
Zahra Tiran, D. (2007). Mengatasi Mual Muntah
dan Gangguan Lain Selama Kehamilan.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Jakarta : Glossia
Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Welfrod, H. (2008). Menyusui Bayi Anda,
Ningsih, N. Y. dan Suryaman, M. (2005). Edisi Revisi. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Mempertahankan Produksi ASI.
Jakarta: PT. Musi Perkasa Utama Wiryo, H. (2002). Peningkatan Gizi Bayi,
Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta :
Metodologi Penelitian Ilmu Sagung Seto

73
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

HUBUNGAN TIPE KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL


PADA TRIMESTER KETIGA DI UPT. PUSKESMAS PRAGAAN
KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

Pipit Festy

Bagian Keperawatan Keluarga


Fakultas Ilmu Kesehatan Surabaya

Abstract
The number of family member influences of the nutritious status of pregnant mother at the third
trimester. The nuclear of family type that the extended member of family influences the need of meal every
day where must be given a little meal in order to complete the other family member, so if the pregnant
mother at the third trimester given the little number of meal will happen the bad nutritious status.
The research has a purpose to analyze family type relationship with the nutritious status of pregnant
mother at third trimester in the UPT of Local Government Clinic Pragaan. This examination uses the
analitic type with design that use cross sectional. The variabel of independent is family type, and the
variabel of dependent is the nutritious status of pregnant mother at third trimester. The population of
pregnant mother at third trimester in the UPT of Local Government Clinic Pragaan, Pragaan Subdistrict,
Sumenep regency at May 2010 is 155 people and the examinated sample is 112 people. The sampling
technic used is simple random sampling. The data collecting make use of checklist and KMS of pregnant
mother. The time of research at 10-25 June 2010. The data is served in table type and is making do the
crossing tabulation with examine Chi-Square use SPSS 16.
The result of research indicates that the nuclear family type as many as 102 peopel (91%), and the
extended family type as many as 10 peopel (9%). The nutritious status of pregnant mother at good third
trimester as many as 102 peopel (91%) and the nutritious status of pregnant mother at bad third trimester
asmany as 10 peopel (9%). The value of = 0,000 whit = 0,05, it means H0 refuses and H1 received
that is there is a relation of family type with the nutritious status of pregnant mother at third trimester.
Therefore it was needed extension about a good nutritious for the pregnant mother in extended family
type.

Key word : Family Type, Nutritious Status Of Pregnant Mother At Third Trimester

PENDAHULUAN sebaliknya pada tipe keluarga besar (extended


Keluarga merupakan faktor penting family) dimana jumlah anggota keluarga
dalam pemenuhan status gizi, dimana yang banyak sangat mempengaruhi terhadap
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Jumlah pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari
anggota keluarga sangat berpengaruh dimana untuk mencukupinya harus
terhadap pemenuhan gizi ibu hamil pada diberikan porsi makan yang sedikit agar
trimester ketiga. Pada tipe keluarga inti semua anggota keluarga terpenuhi.
(nuclear family) dimana hanya terdiri dari Keluarga mempunyai fungsi yang utama
ayah, ibu, dan anak sangat mempengaruhi yaitu mempersiapkan kebutuhan spikososial
terhadap pemenuhan kebutuhan makanan anggota keluarga sebelum berhubungan
sehari-hari dimana untuk mencukupinya dengan orang lain di luar rumah, menjaga
harus diberikan porsi makan yang cukup kelangsungan keluarga, memenuhi
agar semua anggota keluarga terpenuhi dan kebutuhan ekonomi keluarga dan

74
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

mempertahankan keadaan kesehatan Januari sampai dengan bulan Desember


keluarga. 2009 sebanyak 781 ibu hamil pada
Dengan adanya perekonomian yang trimester ketiga yang memeriksakan
cukup maka status gizi akan terpenuhi kehamilannya dan prevalensi ibu hamil pada
dimana tinggi rendahnya sosial ekonomi trimester ketiga yang mengalami
salah satunya adalah penghasilan. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 5,76 %
Penghasilan ini digunakan untuk memenuhi atau 45 ibu hamil. Status gizi ibu hamil yang
kebutuhan hidup khususnya dalam bidang menderita KEK mempunyai resiko
kesehatan antara lain untuk memperoleh kesakitan yang lebih besar terutama pada
pelayanan kesehatan. Status gizi ibu hamil trimester ketiga kehamilan dibandingkan
pada trimester ketiga dapat mempengaruhi dengan ibu hamil normal. Akibatnya
pertumbuhan janin yang ada didalam mereka mempunyai resiko yang lebih besar
kandungan. Bila status gizi ibu hamil pada untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
trimester ketiga baik maka kemungkinan kematian saat persalinan, pendarahan, pasca
besar akan melahirkan bayi yang sehat, persalinan yang sulit karena lemah dan
cukup bulan dengan berat badan normal mudah mengalami gangguan kesehatan.
(Lubis, 2008). Seorang ibu hamil pada Selain itu juga akan meningkatkan resiko
trimester ketiga yang berada pada tipe kesakitan dan kematian bayi karena rentan
keluarga inti (nuclear family) dan keluarga terhadap infeksi saluran pernafasan bagian
besar (extended family) akan melahirkan bayi bawah, gangguan belajar, dan masalah
yang sehat bila tingkat kesehatan dan status perilaku (Lubis, 2008).
gizinya berada pada kondisi yang baik. Pada tipe keluarga inti (nuclear family)
Namun sampai saat ini masih banyak ibu dan tipe keluarga besar (extended family)
hamil pada trimester ketiga yang berada peran anggota keluarga sangatlah penting
pada tipe keluarga inti (nuclear family) dan dalam pemberian makanan yang
tipe keluarga besar (extended family) yang mengandung protein, karbohidrat, lemak,
mengalami masalah status gizi khususnya vitamin dan mineral pada ibu hamil dimana
gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis akan mempengaruhi terhadap status gizi
(KEK) yang disebabkan oleh pengolahan ibu hamil pada trimester ketiga (Saminem,
menu makanan yang tidak tepat dan tidak 2008). Penyebab tingginya prevalensi status
diberikannya tambahan formula khusus gizi ibu hamil pada trimester ketiga yang
untuk ibu hamil misalnya susu ibu hamil. mengalami Kekurangan Energi Kronis
Dari data Dinas Kesehatan Republik (KEK) tersebut karena pada tipe keluarga
Indonesia tahun 2007 prevalensi ibu hamil inti (nuclear family) jumlah anggota
pada trimester ketiga yang mengalami keluarganya yang sedikit sangat
Kekurangan Energi Kronis (KEK) 12,25% mempengaruhi terhadap pemenuhan
dan pada tahun 2008 prevalensi ibu hamil kebutuhan makanan sehari-hari dimana
pada trimester ketiga yang mengalami untuk mencukupinya harus diberikan porsi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) makan yang cukup agar semua anggota
mengalami peningkatan yaitu sebesar 14,5 keluarga terpenuhi dan sebaliknya pada tipe
%. Dan juga dari data Laporan Bulanan keluarga besar (extended family) jumlah
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) Ibu anggota keluarganya yang banyak sangat
Hamil Program Perbaikan Gizi Jawa Timur mempengaruhi terhadap pemenuhan
(F/III/Gizi/2009/Kabupaten Sumenep) di kebutuhan makanan sehari-hari dimana
UPT. Puskesmas Pragaan Kecamatan untuk mencukupinya harus diberikan porsi
Pragaan Kabupaten Sumenep mulai bulan makan yang sedikit agar semua anggota

75
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

keluarga terpenuhi. Dan juga penyebab dari METODE


Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada tipe Desain penelitian ini yang digunakan
keluarga inti (nuclear family) dan tipe adalah analitik korelasi dan sedangkan
keluarga besar (extended family) disebabkan menurut waktunya adalah “Cross sectional”.
oleh pengolahan menu makanan yang tidak Pada penelitian ini populasinya adalah ibu
tepat dan tidak diberikannya tambahan hamil pada trimester ketiga yang berada di
formula khusus untuk ibu hamil misalnya UPT. Puskesmas Pragaan Kecamatan
susu ibu hamil. Pragaan Kabupaten Sumenep pada bulan
Masalah yang ada diatas akan mudah Mei tahun 2010 adalah 155 orang. Sampel
teratasi apabila ada solusi yang efektif. pada penelitian ini adalah ibu hamil pada
Dimana kegiatan untuk memperbaiki trimester ketiga yang berada di UPT.
keadaan status gizi ibu hamil pada trimester Puskesmas Pragaan Kecamatan Pragaan
ketiga memerlukan tenaga tim medis. Kabupaten Sumenep dan memenuhi
Karena itu upaya pendidikan gizi kriteria inklusi sejumlah 112 orang. Pada
merupakan suatu keharusan dalam kegiatan penelitian ini tehnik sampling yang
untuk meningkatkan kesehatan gizi ibu digunakan adalah simple random sampling
hamil. Dengan demikian solusi yang tepat yaitu jenis probabilitas yang paling
untuk ibu hamil pada trimester ketiga yang sederhana. Untuk mencapai sampling ini,
berada pada tipe keluarga inti (nuclear setiap elemen diseleksi secara acak
family) dan tipe keluarga besar (extended (Nursalam, 2008). Variabel independen
family) adalah memberikan penyuluhan dalam penelitian ini adalah tipe keluarga
tentang gizi yang baik untuk ibu hamil. dan variabel dependen dalam penelitian ini
Dimana ibu hamil pada trimester ketiga adalah status gizi ibu hamil pada trimester
harus banyak makan-makanan yang ketiga. Alat pengumpulan data dalam
mengandung protein, karbohidrat, lemak, penelitian ini dengan menggunakan
vitamin dan mineral (Saminem, 2008). Dan checklist (pengamatan dan wawancara) dan
juga cara pengolahan menu makanan yang data status gizi ibu hamil pada trimester
tepat dan sehat (Huliana, 2001). Tambahan ketiga menggunakan KMS Ibu hamil. Untuk
makanan untuk ibu hamil dapat diberikan mengetahui hubungan antara variabel
dengan cara meningkatkan kwalitas maupun independen dan variabel dependen
kwantitas makanan ibu sehari-hari. Bisa digunakan uji Chi-Square.
juga dengan memberikan tambahan formula
khusus untuk ibu hamil atau menyusui HASIL PENELITIAN
misalnya susu. 1. Karakteristik responden menurut umur.
Berdasarkan latar belakang diatas maka No Umur
Jumlah Persentase
Responden (%)
peneliti akan melakukan penelitian tentang 1. 15-18 tahun 13 11,6
hubungan tipe keluarga dengan status gizi 2. 19-22 tahun 36 32,1
ibu hamil pada trimester ketiga di UPT. 3. 23-26 tahun 19 16,9
Puskesmas Pragaan Kecamatan Pragaan 4. 27-30 tahun 24 21,4
5. 31-34 tahun 10 8,9
Kabupaten Sumenep.
6. 35-38 tahun 7 6,2
Tujuan penelitian ini adalah untuk 7. 39-42 tahun 2 1,7
menganalisa hubungan tipe keluarga dengan 8. 43-46 tahun 1 0,8
status gizi ibu hamil pada trimester ketiga di Total 112 100
UPT. Puskesmas Pragaan.

76
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

2. Karakteristik responden menurut


pekerjaan Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa
No Pekerjaan Jumlah Persentase tipe keluarga inti yang mempunyai status
Responden (%)
1. Ibu rumah 56 50 gizi ibu hamil pada trimester ketiga yang
tangga status gizinya baik sebanyak 102 orang
2. Petani 29 26
(91%) dan tipe keluarga besar yang
3. Pedagang 23 20,5
4. PNS 4 3,5 mempunyai status gizi ibu hamil pada
Total 112 100 trimester ketiga yang status gizinya buruk
sebanyak 10 orang (9%).
3. Karakteristik responden menurut Setelah dilakukan tabulasi silang dan uji
pendidikan statistik dengan Chi-Square menggunakan
No Pendidikan Jumlah Persentase SPSS 16 didapatkan nilai ρ = 0,000 dengan
Terakhir Responden (%)
1. SD 44 39,9 α = 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1
2. SMP 44 39,9 diterima artinya ada hubungan tipe keluarga
3. SMA 20 18 dengan status gizi ibu hamil pada trimester
4. Perguruan 4 3,6 ketiga di UPT. Puskesmas Pragaan
Tinggi
Total 112 100
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.

PEMBAHASAN
4. Tipe Keluarga 1. Tipe Keluarga
No Tipe Keluarga Frekuensi (%)
1. Tipe Keluarga Inti 102 91
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan
2. Tipe Keluarga Besar 10 9 bahwa tipe keluarga inti sebanyak 102
Total 112 100 orang (91%) dan pada tipe keluarga besar
sebanyak 10 orang (9%).
5. Status Gizi Ibu Hamil Pada Trimester Pada penelitian ini penetapan tipe
Ketiga keluarga yang digunakan adalah tipe
No Status Gizi Ibu Hamil Frekuensi (%) keluarga inti dan tipe keluarga besar dengan
Pada Trimester Ketiga berdasarkan jumlah anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah, sehingga apabila
1. Baik 102 91 jumlah anggota keluarga hanya terdiri dari
2. Buruk 10 9 ayah, ibu dan anak maka akan dikatakan tipe
Total 112 100 keluarga inti, sedangkan apabila terdiri dari
ayah, ibu, anak dan di tambah dengan
6. Tabulasi Silang Antara Tipe Keluarga anggota keluarga yang masih mempunyai
Dengan Status Gizi Ibu Hamil Pada hubungan darah seperti nenek, kakek,
Trimester Ketiga paman, dan bibi yang tinggal dalam satu
Status Gizi Ibu
Hamil Pada rumah (Effendy, 1998).
Tipe Trimester Menurut peneliti dapat disimpulkan
No Total (%)
Keluarga Ketiga bahwa sebagian besar responden berada
Baik Buruk
pada tipe keluarga inti dan sebagian kecil
Σ % Σ %
1. Tipe Keluarga 10 9 0 0 102 91 responden berada pada tipe keluarga besar.
Inti 2 1 Hal ini disebabkan karena pada tipe
2. Tipe Keluarga 0 0 10 9 10 9 keluarga inti di mana hanya terdiri dari
Besar
Total 10 9 10 9 112 100
ayah, ibu, dan anak sangat mempengaruhi
2 1 terhadap pemenuhan kebutuhan makanan
ρ = 0,000 α = 0,05 sehari-hari di mana untuk mencukupinya

77
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

harus diberikan porsi makan yang cukup bayi dengan normal dan sehat, cukup bulan,
agar semua anggota keluarga terpenuhi dan dan berat badan normal. Sebaliknya apabila
sebaliknya pada tipe keluarga besar di mana ibu hamil pada trimester ketiga yang status
jumlah anggota keluarga yang banyak sangat gizinya buruk maka akan mengalami
mempengaruhi terhadap pemenuhan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dimana
kebutuhan makanan sehari-hari dimana akan menyebabkan resiko yang lebih besar
untuk mencukupinya harus diberikan porsi untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
makan yang sedikit agar semua anggota kematian saat persalinan, pendarahan, pasca
keluarga terpenuhi. Sehingga apabila ibu persalinan yang sulit karena lemah dan
hamil pada trimester ketiga diberikan porsi mudah mengalami gangguan kesehatan.
makan yang sedikit maka ibu hamil pada Hal ini disebabkan karena ibu hamil
trimester ketiga akan mengalami pada trimester ketiga yang status gizinya
Kekurangan Energi Kronis. buruk hanya makan makanan dengan porsi
yang sedikit setiap harinya dan makanan
2. Status Gizi Ibu Hamil Pada yang di konsumsi kurang bergizi dan juga
Trimester Ketiga saat dilakukan pengukuran Lingkar Lengan
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan Atas (LLA) ternyata kurang dari 23,5 cm.
bahwa status gizi ibu hamil pada trimester
ketiga yang status gizi baik sebanyak 102 3. Hubungan Tipe Keluarga Dengan
orang (91%) dan status gizi buruk sebanyak Status Gizi Ibu Hamil Pada
10 orang (9%). Trimester Ketiga
Status Gizi adalah keadaan tubuh Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan
sebagai akibat konsumsi makanan bahwa tipe keluarga inti yang mempunyai
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi status gizi ibu hamil pada trimester ketiga
dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik yang status gizinya baik sebanyak 102 orang
,dan lebih (Almatsier, 2001). Gizi ibu (91%) dan tipe keluarga besar yang
hamil pada trimester ketiga adalah segala mempunyai status gizi ibu hamil pada
sesuatu tentang makanan yang berhubungan trimester ketiga yang status gizinya buruk
dengan kesehatan ibu hamil (sampai usia 40 sebanyak 10 orang (9%).
minggu). Asupan gizi sangat menentukan Setelah diperoleh hasil pengumpulan
kesehatan ibu hamil dan janin yang ada di data kemudian dilakukan tabulasi silang dan
dalam kandungannya. Pada saat hamil yang uji statistik dengan Chi-Square menggunakan
paling diperlukan adalah makanan yang SPSS 16 didapatkan nilai ρ = 0,000 dengan
banyak mengandung zat pembangun, α = 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1
vitamin, dan mineral (zat besi dan kalsium) diterima artinya ada hubungan tipe keluarga
(Saminem, 2008). Alat ukur yang dengan status gizi ibu hamil pada trimester
digunakan untuk menentukan status gizi ibu ketiga di UPT. Puskesmas Pragaan
hamil tersebut dengan menggunakan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA). Pada penelitian ini penetapan tipe
Apabila Lingkar Lengan Atas (LLA) ibu keluarga yang digunakan adalah tipe
hamil lebih dari 23,5 cm maka ibu hamil keluarga inti dan tipe keluarga besar dengan
status gizi baik dan apabila kurang dari 23.5 berdasarkan jumlah anggota keluarga yang
maka status gizi buruk (Supariasa, 2002). tinggal dalam satu rumah, sehingga apabila
Menurut peneliti dapat disimpulkan jumlah anggota keluarga hanya terdiri dari
bahwa ibu hamil pada trimester ketiga yang ayah, ibu dan anak maka akan dikatakan tipe
status gizinya baik maka akan melahirkan keluarga inti, sedangkan apabila terdiri dari

78
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

ayah, ibu, anak dan di tambah dengan Energi Kronis (KEK). Akibatnya mereka
anggota keluarga yang masih mempunyai mempunyai resiko yang lebih besar untuk
hubungan darah seperti nenek, kakek, melahirkan bayi dengan BBLR, kematian
paman, dan bibi yang tinggal dalam satu saat persalinan, dan pendarahan.
rumah (Effendy, 1998). Sehingga
banyaknya jumlah anggota keluarga yang SIMPULAN DAN SARAN
tinggal dalam satu rumah sangat Gambaran tipe keluarga ibu hamil pada
mempengaruhi terhadap status gizi ibu trimester ketiga di UPT. Puskesmas
hamil (Lubis, 2008) Pragaan Kecamatan Pragaan Kabupaten
Status Gizi adalah keadaan tubuh Sumenep mayoritas tipe keluarga inti
sebagai akibat konsumsi makanan sebanyak 102 orang (91%).
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi Gambaran Status gizi ibu hamil pada
dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik trimester ketiga di UPT. Puskesmas
,dan lebih (Almatsier, 2001). Gizi ibu Pragaaan Kecamatan Pragaan Kabupaten
hamil pada trimester ketiga adalah segala Sumenep mayoritas status gizi baik
sesuatu tentang makanan yang berhubungan sebanyak 102 orang (91%).
dengan kesehatan ibu hamil (sampai usia 40 Ada hubungan tipe keluarga dengan
minggu). Asupan gizi sangat menentukan status gizi ibu hamil pada trimester ketiga di
kesehatan ibu hamil dan janin yang ada di UPT. Puskesmas Pragaan Kecamatan
dalam kandungannya. Pada saat hamil yang Pragaan Kabupaten Sumenep.
paling diperlukan adalah makanan yang Adapun saran adalah perlu diadakan
banyak mengandung zat pembangun, penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
vitamin, dan mineral (zat besi dan kalsium) tipe keluarga dengan status gizi ibu hamil
(Saminem, 2008). pada trimester kedua.
Menurut peneliti dapat disimpulkan
bahwa tipe keluarga sangat berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
terhadap status gizi ibu hamil pada Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu
trimester ketiga. Hal ini disebabkan karena Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
banyaknya jumlah anggota keluarga yang Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
tinggal dalam satu rumah. Pada tipe Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.
keluarga inti dimana hanya terdiri dari ayah, Rineka Cipta. Jakarta.
ibu, dan anak sangat mempengaruhi
terhadap pemenuhan kebutuhan makanan Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar
sehari-hari dimana untuk mencukupinya Keperawatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
harus diberikan porsi makan yang cukup Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian
agar semua anggota keluarga terpenuhi dan Keperawatan Dan Tekhnik Analisa Data.
sebaliknya pada tipe keluarga besar dimana Salemba Medika. Jakarta.
jumlah anggota keluarga yang banyak sangat
mempengaruhi terhadap pemenuhan Huliyana, M. (2004). Panduan Menjalani
kebutuhan makanan sehari-hari dimana Kehamilan Sehat. Puspa Swara. Jakarta.
untuk mencukupinya harus diberikan porsi Kartini, A. (1996). Kartu Menuju Sehat Ibu
makan yang sedikit agar semua anggota Hamil. EGC. Jakarta.
keluarga terpenuhi. Sehingga apabila ibu Kasdus, D. (2004). Gizi Ibu Hamil Agar
hamil pada trimester ketiga diberikan porsi Ibu Cerdas. 36 Publisher. Jakarta.
makan yang sedikit, maka ibu hamil
tersebut akan mengalami Kekurangan Lubis, Z. (2008). Gizi ibu Hamil Dan
Bayinya.

79
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

http://bibilung.wordpress.com. Nursalam & Pariani, S. (2001). Pendekatan


Tanggal 8 April 2010. Praktis Metode Riset Keperawatan.
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Sagung Seto. Jakarta.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Saminem, H. (2008). Kehamilan Normal.
Jakarta. EGC. Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Supariasa, I. (2002). Penilaian Status Gizi.
Metodologi Penelitian Ilmu EGC. Jakarta.
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Walgito, B. (2002). Psikologi Sosial. Andi
Offiset. Jogyakarta.

80
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

HUBUNGAN PELAKSANAAN LIMA TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN


PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA YANG BERKUNJUNG
DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Mundakir

Bagian Keperawatan Jiwa


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

ABSTRACT
Introduction: Relapse of schizophrenia in the client's mental disorder is influenced by four factors, namely
a factor of clients, doctors, nurses and families. of recurrence prevention efforts by the family of five tasks,
namely to carry out family health. This study aims to determine and analyze the relationship of the
implementation of the five tasks of family health by the prevention of recurrence in schizophrenic clients.
Method: The design of the studies is correlation analysis applying cross sectional approach. Sample is
selected by non-probability sampling using a purposive sampling technique through the inclusion criteria.
Respondents of this study are that schizophrenic client's families that take patients to the psychosis unit in
Menur asylum of Surabaya, namely 198 respondents. Five family health tasks are as independent variables,
and the prevention of recurrence is as the dependent variable. Analysis uses Spearman Rho Correlation.
Result: The results calculated and SPSS 16 and significance level (α) = 0.01 obtained T count bigger
than t table (0.689> 0.181) means that there is significant influence of five variables and the task of
family health efforts to prevent the recurrence. Conclussion: The conclusion from this study is that the
implementations of the five family health tasks have a strong relationship and the prevention of recurrence
that families make.
Key words: five family health tasks, schizophrenia, the prevention of recurrence.

PENDAHULUAN menyatakan bahwa klien dengan skizofrenia


Skizofrenia merupakan gangguan 100% akan kambuh pada tahun kelima.
psikotik yang paling sering, Hampir 1% Kekambuhan dapat terjadi karena
penduduk dunia menderita skizofrenia beberapa hal, menurut Sullinger (1988)
selama hidup mereka. Gejala skizofrenia yang dikutip oleh Keliat (1995)
biasanya muncul pada usia remaja akhir atau menyebutkan ada 4 faktor penyebab
dewasa muda, awitan pada laki-laki antara terjadinya kekambuhan, sehingga klien
15-25 tahun dan pada perempuan antara perlu dirawat kembali di rumah sakit, yakni
25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih faktor klien, dokter, perawat dan keluarga.
buruk pada laki-laki bila dibandingkan Yang dimaksud faktor klien adalah
dengan perempuan (Amir,2010), gejala kegagalan minum obat secara teratur dapat
skizofrenia adalah halusinasi, waham, dan mempercepat kekambuhan. Faktor dokter
afek yang tidak sesuai (Stuart dan Sundeen, sebagai pemberi resep diharapkan tetap
1998). Menurut Sullinger (1988) yang waspada mengidentifikasi dosis terapeutik
dikutip oleh Keliat (1995) klien dengan yang dapat mencegah kekambuhan dan efek
diagnosis skizofrenia akan mengalami samping obat. Faktor perawat sebagai
kekambuhan 50% pada tahun pertama, penanggung jawab kasus mempunyai
70% pada tahun kedua. Sedangkan Carson kesempatan lebih banyak untuk bertemu
dan Ross (1987) dalam Keliat (1995) dengan klien sehingga dapat

81
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

mengidentifikasi gejala dini dan mengambil diperkirakan 0,3% sampai 1% per 1.000
tindakan. Sedangkan faktor keluarga adalah dari jumlah penduduk, pada proyeksinya
tidak tahunya keluarga menangani perilaku bisa lebih besar lagi mencapai 3 per 1.000
dan merawat klien di rumah sehingga dapat penduduk. Dari angka tersebut 20%−40%
menjadi menyebabkan kekambuhan. klien skizofrenia yang diobati tidak
Umumnya perilaku keluarga tidak menunjukkan hasil yang diharapkan dan
melakukan kegiatan apapun untuk 35% menunjukkan kekambuhan setiap
mengatasi masalah kesehatan, karena belum tahunnya (Arif, 2006). Data rekam medik
mengganggu aktifitasnya, atau melakukan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya periode
pengobatan sendiri secara tradisional atau Januari sampai dengan Oktober 2011
melalui cara adat (Setiawati dan mencatat jumlah kunjungan klien dengan
Dermawan,2008). Apabila keluarga diagnose skizofrenia 19.799 orang,
mampu mengenali gangguan jiwa secara sedangkan klien dirawat dengan diagnose
dini dan memberikan pengobatan yang Skizofrenia berjumlah 2.086 orang dan yang
cepat dan efektif, menjadi modal yang mengalami kekambuhan 1.130 orang atau
utama dalam pencegahan skunder ( Stuart, 54,2%.
2006). Hasil study awal yang telah
Tingginya angka kekambuhan pada dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa
skizofrenia disebabkan karena oleh klien yang mengalami kekambuhan rendah
beberapa faktor, salah satu faktor yang sebanyak 20 orang atau 66,67% sedangkan
berperan sangat penting adalah hubungan kekambuhan tinggi sebanyak 10 orang
pasien dengan keluarga, menciptakan (33,33%). Frekuensi kekambuhan yang
lingkungan yang kondusif bagi klien. tinggi pada klien skizofrenia setelah sembuh
Menurut hasil Penelitian di Inggris (Vaugh dan pulang dari rumah sakit untuk kembali
dalam keliat, 1992) dan di Amerika serikat ke rumah dipengaruhi oleh 4 faktor, faktor-
(Snyder dalam keliat, 1992) faktor penyebab klien kambuh yakni klien
memperlihatkan bahwa keluarga dengan tidak mau minum obat, keluarga terlalu
ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, memanjakan klien maupun lingkungan
mengkritik) diperkirakan kambuh dalam sekitar tempat tinggal klien yang menolak
waktu 9 bulan. Hasilnya 57% kembali kehadiran klien, faktor-faktor tersebut
dirawat dari keluarga dengan ekspresi terangkum dalam lima tugas kesehatan
emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat keluarga.
dari keluarga dengan ekspresi emosi yang Peran perawat sebagai tenaga
rendah. Terapi keluarga dapat diberikan profesional diharapkan mampu melakukan
untuk menurunkan ekspresi emosi. Masalah upaya promotif, preventif, kuratif dan
yang dihadapi adalah karena sebagian besar rehabilitatif. Upaya promotif yakni
keluarga klien skizofrenia kurang dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenali tanda dan gejala kekambuhan yang cukup pada keluarga dengan harapan
pada skizofrenia, mengambil keputusan keluarga mampu melaksanakan lima tugas
yang tepat untuk berobat, memahami kesehatan keluarga dan memberi umpan
tentang perawatan klien skizofrenia, balik terhadap perilaku klien untuk
menciptakan suasana lingkungan yang persiapan klien kembali ke masyarakat.
sehat, dan merujuk pada fasilitas kesehatan Upaya preventif yaitu dengan persiapan
masyarakat. . yang adekuat serta mobilisasi fasilitas
Kejadian skizofrenia di Indonesia pelayanan kesehatan antara lain yaitu balai
cukup tinggi, pada tahun 2006 latihan kerja, half way house adalah

82
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

perumahan yang dapat digunakan klien Keluarga yang mengantar kontrol penderita
sebagai tempat tinggal peralihan dari rumah skizofrenia ke poli jiwa Rumah Sakit Jiwa
sakit ke keluarga, klinik krisis yaitu Menur Surabaya dan tinggal satu rumah. 2)
pelayanan 24 jam diperlukan untuk segera Keluarga dengan anggota keluarga yang
memberikan pelayanan dalam keadaan menderita gangguan jiwa skizofrenia.
kritis, dan hot line service adalah pelayanan 3)Penderita dengan kunjungan ulang ke 2-
gratis melalui telepon. Upaya kuratif adalah 5. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
tindakan mandiri perawat dengan menggunakan nonprobability sampling dengan
membantu klien dan keluarga teknik sampling purposive
menanggulangi masalah dan Pengumpulan data dilakukan
mempertahankan keadaan adaptif, perawat dengan menggunakan alat ukur kuisioner
mempunyai tanggung jawab yang penting yang telah dibuat oleh peneliti dengan
dalam proses perawatan klien di rumah mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari
sakit dan perawatan di rumah agar adaptasi pertanyaan untuk variabel independen dan
klien berjalan dengan baik. Dan upaya variabel dependen. Kuisioner ini diberikan
rehabilitatif adalah meningkatkan kualitas pada keluarga penderita skizofrenia yang
dan efektifitas peran serta keluarga yang mengantar kontrol ke poli jiwa RSJ menur
memadai akan membantu porses pemulihan Surabaya yang tinggal satu rumah dengan
kesehatan keluarga sehingga status klien
kesehatan klien meningkat (Keliat, 1995). Data yang terkumpul diolah dan
diidentifikasi. Setelah itu data dianalisa,
BAHAN DAN METODE pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
Jenis penelitian ini bersifat analitik dikorelasikan dengan upaya pencegahan
korelasional, untuk mencari hubungan sekunder pada penderita
antara variabel yang akan diteliti dengan skiizofrenia.pengolahan data selanjutnya
pendekatan cross sectional. Populasi dalam menggunakan uji statistik Spearman Rank
penelitian ini adalah keluarga yang order correlation atau rho (Nurgiyantoro,
mengantar penderita ganguan jiwa dkk, 2002), dengan menggunakan SPSS 16
skizofrenia dan melakukan upaya pencegahan dengan taraf kepercayaan (p < a) atau (p <
kekambuhan yang berkunjung ke Poliklinik 0,05).
Kesehatan Jiwa RSJ Menur Surabaya pada Bila rS hitung lebih > rS tabel maka
kunjungan ke dua sampai kelima atau yang H0 ditolak berarti ada hubungan antara
mengalami kekambuhan. Besar populasi pelaksanaan lima tugas keluarga dengan
berdasarkan jumlah total kunjungan upaya pencegahan sekunder pada penderita
penderita gangguan jiwa skizofrenia di poli skizofrenia.sedangkan jika rS hitung lebih <
jiwa pada bulan Januari – Oktober 2011 rS tabel maka H0 diterima berarti tidak ada
adalah 19.799 orang, jadi rata- rata hubungan antara pelaksanaan lima tugas
kunjungan perbulan adalah 1.980 keluarga dengan pencegahan kekambuhan
kunjungan. Besaran sampel yang digunakan pada penderita skizofrenia di poli jiwa RSJ
adalah 10% dari 1.980, atau sama dengan Menur Surabaya.
198 sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah
anggota keluarga penderita gangguan jiwa
skizofrenia yang mengantar klien kontrol ke
Poli Jiwa RSJ Menur Surabaya, berjumlah
198 sampel dengan kriteria inklusi adalah 1)

83
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

HASIL 3. Upaya pencegahan sekunder


1. Pelaksanaan lima tugas kesehatan (pencegahan kekambuhan) yang telah
keluarga yang telah dilakukan responden dilaksanakan responden yang mengantar
yang mengantar anggota keluarganya anggota keluarganya yang menderita
yang menderita skizofrenia kontrol ke skizofrenia kontrol ke Poli Jiwa RSJ
Poli Jiwa RSJ Menur Surabaya, Menur Surabaya,
Pelaksanaan Lima Tugas Frekuensi Persentase Pencegahan Kekambuhan Frekuensi Persentase
Kesehatan Keluarga (%) (%)
Sangat Baik 107 54,04 Baik 81 40,91
Baik 76 38,38 Cukup 63 31,82
Tidak Baik 15 7,58 Kurang 54 27,27
Total 198 100 Total 198 100
Sumber: data periode Desember 2011 – Januari Sumber: data periode Desember 2011 – Januari
2012 2012

2. Pelaksanaan lima tugas kesehatan


4. Hasil uji statistik Spearman’s rho
keluarga di poli jiwa Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya, mengenai hubungan pelaksanaan lima
Kategori tugas kesehatan keluarga dengan upaya
Pelaksana
an Tugas
Total pencegahan kekambuhan klien skizofrenia
Kesehatan Sangat Baik Tidak
Sanga di poli jiwa RSJ Menur Surabaya,
Keluarga t Total
Baik Baik Tidak Upaya pencegahan
Baik kekambuhan
F % F % F % F % F %
Baik Cuku kurang
Tugas 1 1 62 5 27 1 9, 2 1, 1 1 p
2 ,2 4 ,2 9 6 0 9 0
3 1 7 1 8 0 Pelaks Sangat 69 33 5 107
Tugas 2 1 59 5 26 2 12 3 1, 1 1 anaan baik (64,4 (30,8 (4,67%) (100,
1 ,6 3 ,7 4 ,1 5 9 0 lima 9%) 4%) 00%)
8 7 2 2 8 0 tugas
keseha Baik 12 28 36 76
Tugas 3 1 53 6 33 2 13 - - 1 1 tan
0 ,0 7 ,8 6 ,1 9 0
(15,7 (36,8 (47,37) (100,
keluar 9%) 4%) 00%)
5 3 4 3 8 0
ga
Tugas 4 8 44 7 38 2 14 3 1, 1 1 Tidak - 2 13 15
9 ,9 7 ,8 9 ,6 5 9 0 baik (13,3 (86,67% (100,
5 9 5 2 8 0 3%) ) 00%)
Tugas 5 5 28 1 54 2 14 5 2, 1 1 Total 81 63 54 198
6 ,2 0 ,5 9 ,6 5 9 0
8 8 5 5 3 8 0 (40,9 (31,8 27,27%) (100,
1%) 2%) 00%)
Sumber: data periode Desember 2011 – Januari
Spearman’s rho :
2012
Nilai Signifikansi = 0,000
Nilai Koefisiens Korelasi = 0,689
( α = 0,01 )
Sumber: data periode Desember 2011 – Januari
2012

84
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Dari hasil uji statistik Spearman’s rho pemungkin dan penguat. Menurut Grenn
didapatkan nilai signifikansi 0,000 lebih (1980), faktor predisposisi (predisposing
kecil daripada α = 0,01 dengan demikian factor) mencakup pengetahuan dan sikap
dapat dinyatakan bahwa ada hubungan masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
antara pelaksanaan lima tugas kesehatan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
keluarga dengan upaya pencegahan yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
kekambuhan pada penderita skizofrenia di nilai yang dianut masyarakat, tingkat
Poli Jiwa RSJ Menur Surabaya. Kemudian pendidikan, dan sosial ekonomi. Faktor
dari nilai koefisien korelasi didapatkan pemungkin (enambling factor) mencakup
0,689, yang berarti hubungan antara kedua ketersediaan sarana dan prasarana atau
variabel adalah kuat. fasilitas kesehatan bagi masyarakat termasuk
puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
PEMBAHASAN posyandu, dokter praktek atau swasta.
Pelaksanaan lima tugas kesehatan Faktor penguat (reinforcing factor) meliputi
Keluarga faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
Hasil penelitian menunjukkan tokoh agama dan perilaku petugas
bahwa dengan pelaksanaan lima tugas kesehatan (Bailon dan Maglaya,1989 dalam
kesehatan keluarga yang dikategorikan Effendi,2009).
menjadi tidak baik 15 (7,58%), sedangkan Orang tua perlu mengenal keadaan
kategori sangat baik 107 (54,04%). kesehatan dan perubahan-perubahan yang
Sebagian besar keluarga dari klien dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
skizofrenia melaksanakan lima tugas apapun yang dialami anggota keluarga
kesehatan keluarga dengan baik dan secara tidak langsung menjadi perhatian
mampu memberikan perawatan dengan anggota keluarga, dan dapat memfasilitasi
cara mengenali gejala atau tanda gangguan untuk membuat keputusan yang tepat,
jiwa skizofrenia pada anggota keluarganya. memberi perawatan pada anggota keluarga
Pada pelaksanaan lima tugas yang sakit, menciptakan suasana rumah
kesehatan keluarga yang meliputi; yang sehat, dan membawa atau merujuk
mengenal masalah gangguan kesehatan jiwa pada fasilitas kesehatan.
anggota keluarga, mengambil keputusan Sebagian besar responden adalah
untuk melakukan tindakan / perawatan bekerja sebagai wiraswasta, sehingga punya
anggota keluarga yang mengalami gangguan waktu luang untuk mengantar anggota
jiwa, memberikan perawatan pada anggota keluarga untuk kontrol secara teratur ke
keluarga yang mengalami gangguan/sakit Rumah Sakit Jiwa Menur, responden
jiwa, memodifikasi lingkungan keluarga dengan pendidikan SD masih dominan,
yang sehat yang mendukung kesehatan jiwa, namun sistim menjemput bola yang
dan menggunakan fasilitas kesehatan yang dilakukan oleh perawat komunitas dan
ada dalam masyarakat untuk perawatan Dinas Sosial daerah sangat membantu
penderita gangguan jiwa, masih ada keluarga menjalankan tugas kesehatannya.
beberapa tugas kesehatan keluarga yang
tidak dilakukan dengan baik, atau Upaya pencegahan kekambuhan
menunjukkan hasil yang sangat tidak baik. klien skizofrenia.
Secara teoritis disebutkan bahwa Berdasarkan tabel 5.10 upaya
pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga pecegahan kekambuhan kurang baik
merupakan perilaku kesehatan yang sebanyak 54 orang atau 27,27%, sedangkan
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, upaya pencegahan kekambuhan baik 81

85
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

orang atau 40,91%. Upaya pencegahan kekambuhan sehingga terwujud program


sebagian besar dilakukan dengan baik pemerintah Indonesia bebas pasung.
Terjadinya kekambuhan
dipengaruhi oleh 4 faktor, faktor-faktor Hubungan pelaksanaan lima tugas
penyebab klien kambuh yakni klien tidak kesehatan keluarga dengan upaya
mau minum obat, keluarga terlalu pencegahan kekambuhan klien
memanjakan klien maupun lingkungan skizofrenia.
sekitar tempat tinggal klien yang menolak Pada table 5.11 menunjukkan
kehadiran klien. Tujuan dari keperawatan bahwa pelaksanaan lima tugas kesehatan
keluarga meliputi tiga tingkat pencegahan yang sangat baik, upaya pencegahan
yang terdiri dari peningkatan, kekambuhan baik sebesar 69 (64,49%).
pemeliharaan, pemulihan terhadap Berdasarkan hasil uji statistik Spearman’s rho
kesehatan (Hanson, 1987 dalam Friedman dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,01
2010). Peningkatan kesehatan melalui didapatkan t hitung 0,692 > t tabel 0,181,
pencegahan primer merupakan pokok dimana nilai t hitung sebesar 0,692 lebih
terpenting dari keperawatan keluarga, akan besar dari t tabel, maka H0 ditolak atau H1
tetapi pencegahan sekunder yang meliputi diterima, yang berarti bahwa ada hubungan
pendeteksian secara dini, diagnosa dini dan yang signifikan antara pelaksanaan lima
pengobatan segera dan tepat merupakan tugas kesehatan keluarga dengan upaya
tujuan yang terpenting pula. Sedangkan pencegahan kekambuhan pada klien
pencegahan tertier atau pemulihan dan skizofrenia di Poli Jiwa RSJ Menur
rehabilitasi kesehatan secara khusus menjadi Surabaya dengan korelasi kuat.
tujuan yang penting bagi keperawatan Hal ini diperkuat oleh pernyataan
kesehatan keluarga saat ini. Bailon dan Maglaya dalam Effendi (1998)
Menurut Carson dan Ross (1987) bahwa usaha–usaha untuk dapat mencapai
yang dikutip oleh Keliat (1995), gambaran tujuan asuhan keperawatan kesehatan
kekambuhan klien skizofrenia adalah keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam
diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pemeliharaan kesehatan para anggotanya
pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% dan saling memelihara yaitu lima tugas
klien akan kambuh pada tahun kelima kesehatan keluarga. Diperkuat lagi oleh
setelah pulang dari rumah sakit. Faktor- Leavell dkk. (1965) yang mengembangkan
faktor penyebab kambuh yakni faktor dari sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai
klien sendiri, dokter, penanggung jawab tingkat pencegahan yang digunakan untuk
dan keluarga. menjelaskan tujuan dari keperawatan
Upaya pencegahan kekambuhan keluarga. Sehingga dapat dijelaskan bahwa
yang dilakukan keluarga sebagian besar upaya pencegahan kekambuhan dilakukan
adalah baik, karena keluarga mulai oleh keluarga untuk mencapai tujuan
mengerti dengan kontrol dan minum obat asuhan keperawatan kesehatan keluarga.
secara teratur bisa mencegah terjadinya Di dalam pelaksanaannya
kekambuhan, informasi yang diberikan oleh diperlukan dukungan dan kerja sama antara
petugas kesehatan melalui PKMRS atau keluarga dan petugas kesehatan agar
leaflet- leaflet diharapkan mampu mencegah terjadinya kekambuhan dapat dicegah,
terjadinya kekambuhan, biaya berobat pendidikan keluarga yang cukup
gratis bagi warga yang tidak mampu sangat memadai/SLTA (36.36%) sehingga lebih
membantu dalam upaya pencegahan mudah memahami penerimaan informasi
bagaimana merawat klien dengan gangguan

86
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

jiwa skizofrenia yang terus diberikan oleh dan rujukan), Home Care, serta family
petugas kesehatan baik di rumah sakit atau gathering untuk pemberian asuhan
di puskesmas. keperawatan secara langsung pada sasaran
yaitu keluarga. Inisiasi dan kepatuhan
SIMPULAN DAN SARAN rujukan untuk diagnosa serta penanganan
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
Hasil penelitian tentang hubungan anggota keluarga. 4) Bagi peneliti, perlu
pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
dan pencegahan kekambuhan klien pengaruh komunikasi terapeutik pada
Skizofrenia dapat disimpulkan bahwa ada keluarga terhadap pencegahan
hubungan yang signifikan antara kekambuhan pada klien skizofrenia
pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga
dengan pencegahan kekambuhan klien
skizofrenia. Dengan memperhatikan DAFTAR PUSTAKA
pentingnya pelaksanaan lima tugas Amir,N.2010.Buku Ajar
kesehatan keluarga tersebut, maka peneliti Psikiatri,Jakarta:Fakultas Kedokteran
menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Universitas Indonesia
Bagi perawat perlu memberikan intervensi Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
bagi keluarga yang salah satu anggotanya Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
mengalami gangguan jiwa atau skizofrenia Cipta.
dengan cara memberikan penyuluhan
tentang gejala kekambuhan dan cara Depdikbud, 1990. Kamus Besar Bahasa
merawat klien dirumah. Family Gathering Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
secara teratur dapat memudahkan dalam Effendi, F dan Makhfudli
pemberian asuhan keperawatan yang 2009.Keperawatan Kesehatan
langsung pada sasaran yaitu keluarga. 2) Komunitas.Teori dan Praktek galam
Bagi keluarga perlu melaksanakan tugas- Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
tugas kesehatan keluarga dalam bidang
kesehatan yaitu lima tugas kesehatan Friedman, M.2010. Buku Ajar
keluarga dan menganggap individu yang Keperawatan Keluarga,Riset,Teori dan
mengalami gangguan kesehatan jiwa Praktik,. Edisi 5. Jakarta: EGC.
membutuhkan perawatan dan pengobatan Hawari, D., 1997. Al Qur’an Ilmu
yang komprehensif. 3) Bagi Rumah Sakit Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
ketidakmampuan merawat penderita Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian
gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan Kesehatan,Paradigma Kuantitatif.
keluarga yang sehat serta hambatan Surabaya: Kelapa Pariwara.
keluarga adalah melalui pengembangan
asuhan keperawatan jiwa di masyarakat Kaplan dan Saddock, 1997. Sinopsis
dalam konteks keluarga. Tindakan ini Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.
dilakukan guna mendukung tugas-tugas Keliat, B. A., 1995. Peran Serta Keluarga
kesehatan keluarga antara lain dengan Dalam Perawatan Klien Gangguan
penyuluhan kesehatan jiwa di sarana Jiwa. Jakarta: EGC
pengobatan rawat jalan maupun rawat inap,
pengembangan atau peningkatan Model Care Kusuma, W., 1997. Kedaruratan Psikiatri
Rumah Sakit yang meliputi (deteksi dini, Dalam Praktek. Jakarta: Profesional Book.
penanganan gejala, perawatan, pengobatan

87
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Maramis, WF. 2009. Ilmu Kedokteran Sub Bagian Rekam Medik, 2010. Jumlah
Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga kunjungan Rawat Jalan Bulan Januari-
University Press. Agustus 2107. Surabaya RSJ Menur.
Maslim, Rusdi.2003. Buku Saku Diagnosis Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Sub Bagian Rekam Medik, 2010. Jumlah
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. kunjungan Rawat Jalan Bulan Januari-
Nasir,M.2005,Metode Agustus 2107. Surabaya RSJ Menur.
Penelitian,Bogor:Ghalia Indonesia Suliswati, 2005. Konsep Dasar
Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Tomb, David, 2004. Buku Saku Psikiatri.
Nurgiyantoro, B., 2003. Statistik Terapan, Edisi 6. Jakarta: EGC.
Untuk Penelitian Ilmu−ilmu Sosial.
Edisi kedua (revisi). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Nurjanah, I., 2005. Pedoman Penanganan
pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Mocomedia
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Setiawati dan Dermawan,2008.Proses
Pembelajaran dalam Pendidikan
Kesehatan,Jakarta: Trans Info Media
Stuart dan Sundeen, 2006. Buku Saku
Keperawatan Jiwa, Edisi 5.Jakarta: ECG

88
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP EFEK HOSPITALISASI ASPEK


PSIKOLOGIS PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER) DI RUANG
PERAWATAN ANAK PAV V RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Moch. Djumhana

Bagian Keperawatan Medikal Bedah


Stikes Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

Hospitalization is a process for a reason planned or emergency, require child to stay in hospital,
undergoing treatment and care until returning back to home. Hospitalization in children does’n close the
possibility of impending has effect. If hospitalization effect is leted will cause uncooperative children in care
and a long healing process. It is therefore necessary to minimize the effect of play therapy is such
hospitalization.
The research design using One Group Pre Test-Post Test with Consecutive Sampling technique as much
as 11 respondents toddler children in PAVILIUN V Rumkital Dr. Ramelan Surabaya on May-June 2011.
Data analysis with Wilcoxon Matched Pairs Sign Rank Test with the significance level ρ = 0,05.
The result showed that before therapeutic play therapy intervention, children who experienced the
hospitalization effect of high has amounted to 9 children (82%), children who experienced the
hospitalization effect of medium has amounted to 2 children (18%). After therapeutic play therapy
intervention, children who experienced the hospitalization effect of medium has amounted to 9 children
(82%) and children who experienced the hospitalization effect of lower has amounted to 2 (18%). From the
result of statictical test, any influence of play therapy to the effect of physicologycal aspect of hospitalization
in children toddler with a significance level ρ = 0,003 (ρ < 0,05).
Based on the result of the research, then play therapy needs to be applied by children nurse to reduce
the effect of hospitalization, especially in physicologycal aspect.

Keywords: playing therapy, hospitalization in toddler children

Pendahuluan perawatan sampai pemulangannya kembali


Sakit dan dirawat di rumah sakit ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi
merupakan krisis utama yang tampak pada muncul akibat anak MRS, timbul perasaan
anak. Reaksi anak dalam mengatasi krisis tidak aman, tidak nyaman dan akhirnya
tersebut dipengaruhi oleh tingkat anak tidak bisa kooperatif dalam proses
perkembangan usia, pengalaman perawatan. Hal tersebut akan menghambat
sebelumnya terhadap proses sakit dan proses penyembuhan dan bisa
dirawat, sistem dukungan (support system) mengakibatkan anak tersebut berada lebih
yang tersedia serta keterampilan koping lama untuk dirawat di rumah sakit karena
dalam menangani stres (Nursalam dkk, tidak sesuai dengan proses penyembuhan
2005). Hospitalisasi merupakan suatu yang seharusnya berlaku pada penyakitnya.
proses karena suatu alasan yang terencana Hasil observasi di ruang perawatan anak
atau darurat, mengharuskan anak untuk PAV V Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan didapatkan anak yang MRS pertama kali

89
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

selalu menangis keras dan menolak ketika ini diperlukan suatu upaya untuk
akan diinfus dengan berbagai alasan yang menjembatani efek hospitalisasi pada anak
salah satunya tidak mau ditusuk dengan yang salah satunya adalah terapi bermain.
jarum. Pada hari kedua dirawat di RS, anak Bermain di rumah sakit dapat membuat
terlihat diam dan tidak bersemangat, ketika normal sesuatu yang asing dan kadang
ada perawat yang akan memberi obat dan kondisi lingkungan yang tidak ramah dan
membawa jarum seketika itu juga anak memberi jalan untuk menurunkan tekanan.
mulai bereaksi dengan menangis kesakitan Bermain membantu anak memahami
memanggil orang tuanya, dan pada keadaan ketegangan dan tekanan, mengembangkan
tersebut, perawat memberikan arahan dan kapasitas mereka dan menguatkan
motivasi kepada anak agar anak dapat pertahankan mereka (Perry dan Potter,
mengikuti tindakan yang diberikan. 2005).
Perawat memberikan pernyataan bahwa Solusi untuk menyikapi
tindakan yang akan dilakukan sangat cepat permasalahan diatas, perlu adanya
dan hanya butuh ketenangan dari pasien pembinaan bagi perawat tentang upaya
yaitu diam sebentar. Selama ini hanya hal meminimalkan efek hospitalisasi. Contoh
tersebut yang dilakukan perawat saat solusi aplikatif yakni dengan adanya seminar
menghadapi efek hospitalisasi pada anak. dan pelatihan kepada perawat khususnya
Persentase anak yang dirawat di perawat anak untuk mengetahui dan
rumah sakit saat ini mengalami masalah memahami terapi-terapi untuk mengurangi
yang lebih komplek dibandingkan kejadian efek hospitalisasi di samping terapi medis
hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. yang sudah diberikan. Salah satu terapi yang
Pada September 2002, didapatkan data di bisa digunakan adalah terapi bermain,
ruang 7 RSSA Malang, bahwa pengaruh dengan melakukan permainan anak akan
hospitalisasi menjadi masalah psikologis terlepas dari ketegangan dan stres yang
krisis anak usia 1-3 tahun. Dimana anak dialaminya dan anak akan dapat
yang masuk rumah sakit akan mengalami mengalihkan rasa sakitnya pada
krisis perpisahan dengan orang tua, dekat permainannya (distraksi) dan relaksasi
dengan orang asing yang ada disekitarnya melalui kesenangannya melalui permainan
dan hal-hal yang tidak dikenal. (Supartini, 2004). Pengaruh terapi bermain
Penyakit dan hospitalisasi anak untuk anak yang mengalami hospitalisasi
memiliki efek yang mengganggu pada sudah diteliti dalam penelitian sebelumnya
perkembangan mereka. Pada saat penyakit dan terbukti kebenarannya. Dalam
tersebut tidak terlalu parah dan masa penelitian ini, dimaksudkan agar terapi
hospitalisasi tersebut singkat, pengaruhnya bermain dapat menurunkan efek
mungkin minimal, tetapi penyakit yang hospitalisasi aspek psikologis tetapi peneliti
serius dapat menimbulkan pengaruh yang tidak meniru penelitian dari orang lain
lebih besar. Penyakit sering disertai dengan karena peneliti berusaha merancang
pembatasan fisik, mendorong terjadinya indikator dan kriteria penilaian sendiri.
ketergantungan dan gangguan terhadap Fokus intervensi keperawatan pada masalah
rutinitas sehari-hari untuk makan, tidur, psikologis mencakup penanganan untuk
eliminasi dan bermain. Regresi ke arah menciptakan suasana yang menyenangkan
perilaku sebelumnya yang memberi rasa bagi anak yaitu melalui terapi bermain.
aman merupakan mekanisme pertahanan
yang paling umum digunakan oleh anak-
anak untuk melawan tekanan ini. Dalam hal

90
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

1. Tujuan Penelitian Permainan yang disediakan oleh peneliti


a. Mengidentifikasi efek hospitalisasi yaitu bola warna-warni, buku bergambar,
aspek psikologis pada anak usia 1-3 krayon, puzzle sederhana, buku cerita, dan
tahun (toddler) di ruang perawatan kertas berwarna
anak PAV V Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya. Hasil Penelitian
b. Mengidentifikasi efek hospitalisasi 1. Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis Pre
aspek psikologis pada anak usia 1-3 Intervensi Terapi Bermain
tahun (toddler) di ruang perawatan
anak PAV V Rumkital Dr. Ramelan Efek Psikologis
Surabaya.
Hospitalisasi
c. Menganalisis pengaruh terapi
bermain terhadap efek hospitalisasi 18% Sebelum…
aspek psikologis pada anak usia 1-3
tahun (toddler) di ruang perawatan Efek
anak PAV V Rumkital Dr. Ramelan 9% Hospitalisasi
Tinggi
Surabaya
73%
Metodelogi Penelitian
Rancangan yang digunakan pada
penelitian ini adalah rancangan pra Berdasarkan gambar diperoleh data
eksperimen dengan dengan jenis rancangan bahwa sebelum intervensi terapi bermain
One Group Pre test-Post test. Populasi dilakukan, anak yang mengalami efek
targetnya adalah semua anak toddler yang hospitalisasi tinggi berjumlah 8 anak (73%),
dirawat di PAVILIUN V Rumkital Dr. anak yang mengalami efek hospitalisasi
Ramelan Surabaya dengan sampling Non ringan berjumlah 2 anak (18%) sedangkan
Probability Sampling” menggunakan metode anak yang mengalami efek hospitalisasi
Consecutive sampling yang berarti suatu sedang berjumlah 1 anak (9%).
teknik penetapan sampel dilakukan dengan
berdasarkan waktu yang telah ditentukan 2. Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis Post
sebelumnya Intervensi Terapi Bermain
Variabel ada dua yaitu bebas yaitu
terapi bermain dan variabel tergantungnya
adalah efek hospitalisasi. Data didapatkan
dengan cara observasi efek hospitalisasi Efek Psikologis
sebelum perlakuan (pre test) pada hari Hospitalisasi
pertama sekaligus saat dilakukan 0% Sesudah Intervensi
persetujuan responden. Dalam penilaian pre 18%
test dilakukan oleh wawancara dengan orang Terapi Bermain
tua responden dan observasi dari peneliti
Efek
sendiri. Setelah kegiatan pre test, diberikan 82% Hospitalisas
perlakuan (terapi bermain) dan setelah itu i Tinggi
dilakukan post test. Terapi bermain
dilakukan oleh peneliti dengan
menyediakan permainan sesuai dengan
kebiasaan anak selama bermain dirumah

91
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

Berdasarkan gambar di atas (73%), anak yang mengalami efek


diperoleh data bahwa sesudah intervensi hospitalisasi ringan berjumlah 2 anak (18%)
terapi bermain dilakukan, ada 9 anak (82%) sedangkan anak yang mengalami efek
dengan efek hospitalisasi ringan sedangkan hospitalisasi sedang berjumlah 1 anak (9%).
sisanya 2 anak (18%) dengan efek Dari angka-angka tersebut menunjukkan
hospitalisasi sedang. bahwa sebagian besar anak toddler di PAV
V Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
3. Pengaruh terapi bermain terhadap efek mengalami efek hospitalisasi tinggi dan
hospitalisasi aspek psikologis sebagian kecil mengalami efek hospitalisasi
PRE (Sebelum Terapi POST (Sesudah Terapi sedang dan ringan. Hal ini dapat dinyatakan
Bermain) Bermain) bahwa efek hospitalisasi terutama jika
No.
Efek Efek
Hospitalisasi
n %
Hospitalisasi
n % dilihat dari aspek psikologis sebelum
1 73 intervensi memang sangat besar terjadi
Tinggi 8 Tinggi 0 0
% pada anak khususnya toddler
2 9 18 Untuk mengatasai efek hospitalisasi
Sedang 1 Sedang 2
% %
3 18 82 harus dicarikan solusi yang bisa mengurangi
Ringan 2 Ringan 9
% % atau meminimalkan efek hospitalisasi pada
n 11 anak terutama bertujuan agar anak dapat
ρ 0,003 menjalani masa sakitnya sesuai keadaan
sakitnya, menjalani masa perawatan dengan
Berdasarkan tabel atas dapat baik dan anak dapat kooperatif dalam semua
dijelaskan bahwa sebelum terapi bermain tindakan yang dilakukan pada anak
sebanyak 8 anak (73%) yang mengalami tersebut, dan khususnya adalah pada anak
efek hospitalisasi tinggi dan 2 anak (18%) toddler. Suatu upaya yang efektif sangat
yang mengalami efek hospitalisasi ringan diperlukan untuk bisa meminimalkan
dan sebanyak 1 anak (9%) mengalami efek faktor-faktor yang menunjang hospitalisasi
hospitalisasi sedang. Sedangkan sesudah tersebut terjadi. Salah satu terapi non medis
terapi bermain anak yang mengalami efek yang bisa dilakukan yakni terapi bermain
hospitalisasi ringan sebanyak 9 anak (82 %) yang diharapkan akan bisa meminimalkan
dan 2 anak (18%) yang mengalami efek efek hospitalisasi yang terjadi pada anak dan
hospitalisasi sedang. minimal akan bisa mengalihkan keadaan
Sesudah terapi bermain terjadi sakitnya.
penurunan dari efek hospitalisasi tinggi
dengan total 8 anak (100%) sebanyak 6 2. Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis
anak (75%) mengalami menjadi efek Post Intervensi Terapi Bermain
hospitalisasi ringan dan 2 anak (25%) Berdasarkan gambar di atas
mengalami menjadi efek hospitalisasi diperoleh data bahwa sesudah intervensi
sedang. terapi bermain dilakukan, ada 9 anak (82%)
dengan efek hospitalisasi ringan sedangkan
Pembahasan sisanya 2 anak (18%) dengan efek
1. Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis hospitalisasi sedang.
Pre Intervensi Terapi Bermain
Berdasarkan angka-angka tersebut di
Berdasarkan gambar di atas diperoleh
atas menunjukkan bahwa sebagian besar
data bahwa sebelum intervensi terapi
anak toddler di PAV V Rumkital Dr.
bermain dilakukan, anak yang mengalami
Ramelan Surabaya mengalami efek
efek hospitalisasi tinggi berjumlah 8 anak

92
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

hospitalisasi yang sudah berkurang sesudah Berdasarkan gambar 5.10 di atas


dilakukan intervensi terapi bermain dan diperoleh data bahwa sebelum intervensi
sebagian besar anak mengalami efek terapi bermain dilakukan, anak yang
hospitalisasi ringan. mengalami efek hospitalisasi tinggi
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semua berjumlah 8 anak (73%), anak yang
anak toddler yang bertindak sebagai mengalami efek hospitalisasi ringan
responden ditunggu dan dijaga oleh orang berjumlah 2 anak (18%) sedangkan anak
tuanya baik ibu ataupun bapak. Disinilah yang mengalami efek hospitalisasi sedang
peran orang tua sangat penting dalam berjumlah 1 anak (9%). Berdasarkan
proses hospitalisasi pada anak beserta efek- gambar 5.11 di atas diperoleh data bahwa
efek hospitalisasi yang menyertainya. Hal sesudah intervensi terapi bermain
tersebut merupakan salah satu faktor yang dilakukan, ada 9 anak (82%) dengan efek
mempengaruhi penurunan efek hospitalisasi hospitalisasi ringan sedangkan sisanya 2
seperti diungkapkan oleh Supartini (2004) anak (18%) dengan efek hospitalisasi
bahwa salah satu upaya meminimalkan sedang.
stresor dalam proses hospitalisasi pada anak Hasil analisa data dengan tabulasi dan
adalah melibatkan orang tua yang berperan pengolahan data dinilai dengan Uji
aktif dalam perawatan anak dengan cara Wilcoxon Matched Pairs Sign Rank Test
membolehkan mereka untuk tinggal dengan tingkat signifikasi ρ = 0,05.
bersama anak selama 24 jam (rooming in). Berdasarkan hasil penelitian yang
Seperti juga yang diungkapkan oleh didapatkan adalah ρ = 0,003 yang berarti
Nursalam dkk (2005) bahwa prinsip
bahwa ρ < 0,05 maka H1 diterima, yang
pendekatan asuhan keperawatan pada
berarti ada pengaruh terapi bermain
pasien anak adalah pemenuhan kebutuhan
terhadap efek psikologis hospitalisasi pada
fisik dengan mencegah trauma yaitu melalui
anak toddler yang dirawat di PAVILIUN V
psikis (memfasilitasi koping yang
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
konstruktif), dukungan keluarga dalam
membantu menciptakan lingkungan Dari penelitian ini akan bisa
perawatan yang konstruktif dengan membantu anak dalam meminimalkan efek
mengadakan rooming-in dan membentuk hospitalisasi baik dalam persiapan
kedekatan pasien dengan ibu (fisik dan hospitalisasi, pelaksanaan sampai pada
spiritual). Disamping itu, keterlibatan pulang dari rumah sakit (KRS). Efek
orang tua dalam aktivitas bermain sangat hospitalisasi tidak akan hilang pada diri anak
penting karena anak akan merasa aman setiap kali mengalami hospitalisasi.
sehingga dia mampu mengekspresikan Walaupun anak sudah pernah mengalami
perasaannya secara bebas dan terbuka berkali-kali hospitalisasi (MRS). Efek
(Nursalam dkk, 2005). Prinsip pendekatan hospitalisasi bergantung pada reaksi koping,
secara umum pada pasien anak salah satunya kepribadian anak, sikap pemberi
adalah menerapkan prinsip rooming-in pertolongan, suasana perawatan, support
dengan melibatkan partisipasi keluarga system dari orang tua ataupun orang yang
dalam memberikan asuhan. sangat berarti bagi anak dan pengalaman
positif yang didapatkan dari hospitalisasi
yang dialami anak sebelumnya.
5. Pengaruh terapi bermain terhadap
Salah satu pengalaman positif adalah
efek hospitalisasi aspek psikologis
memberikan terapi-terapi untuk
pada anak usia 1-3 tahun (toddler)
mengurangi efek hospitalisasi di samping

93
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

terapi medis yang sudah diberikan. Muscary, Marry.(2005). Keperawatan


Misalnya terapi bermain yang diteliti pada Pediatrik Edisi 3. Jakarta: EGC, hal 43-58.
penelitian ini, terapi musik, terapi Niven, Neil.(2002). Psikologi Kesehatan
keluarga, terapi okupasi dan terapi lainnya Pengantar untuk Perawat dan Profesional
yang memang sangat berguna dalam Kesehatan lain. Jakarta: EGC, hal 1-256.
meminimalkan efek hospitalisasi pada anak. Nursalam.(2003). Konsep dan Penerapan
Tentunya dalam pelaksanaan terapi-terapi Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
tersebut harus disesuaikan dengan umur, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen
pertumbuhan dan perkembangan anak serta Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
terapi yang diberikan senantiasa mengacu Medika, hal1-243.
pada prinsip terapi di rumah sakit atau Nursalam, dkk.(2005). Asuhan Keperawatan
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
yang ada di rumah sakit. Diperlukan juga Jakarta: Salemba Medika, hal 1-89.
adanya seminar dan pelatihan kepada
Notoatmojo, Soekidjo.(2010). Metodologi
perawat khususnya perawat anak untuk
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
mengetahui dan memahami terapi-terapi Cipta, hal 1-235.
yang bisa digunakan dalam meminimalkan
efek hospitalisasi pada anak. Perry dan Potter.(2005). Buku Ajar
Fudamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktek Edisi 4 Volume 1. Jakarta:
Simpulan EGC, hal 1- 675.
1. Efek hospitalisasi aspek psikologis pada Purwanti, Dewi Indah.(2007). Perbedaan
anak usia 1-3 tahun (toddler) sebelum Efektifitas Terapi Bermain Dan Terapi
intervensi terapi bermain sebagian besar Musik Terhadap Penurunan Stres
anak mengalami efek hospitalisasi tinggi. Hopitalisasi Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di
2. Efek hospitalisasi aspek psikologis pada Ruang Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya.
anak usia 1-3 tahun (toddler) setelah Surabaya: Skripsi tidak dipublikasikan, hal
65.
intervensi terapi bermain sebagian besar
anak mengalami efek hospitalisasi Suriadi dan Yuliani, Rita.(2010). Asuhan
ringan. Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
3.Terapi bermain berpengaruh pada CV. Sagung Seto, hal 1-10.
berkurangnya efek hospitalisasi aspek Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset
psikologis pada anak usia 1-3 tahun Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu, hal
(toddler) di ruang perawatan anak PAV 1-301.
V Rumkital Dr.Ramelan Surabaya. Stevens, dkk.(2000). Ilmu Keperawatan Jilid I
Edisi 2. Jakarta: EGC, hal 38-54.
Thompson, June.(2003). Toddlercare
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Merawat Balita. Jakarta:
Betz, Cecily L.(2002). Buku Saku Keperawatan Erlangga, hal 50-60.
Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC, hal 546-555.
Wong, Donna L.(2003). Pedoman Klinis
Dorland.(2002). Kamus Kedokteran Dorland. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC, hal
Jakarta: EGC, hal 517. 270-286.
Hidayat, Aziz.(2003). Riset Keperawatan. .(2008). Buku Ajar Keperawatan
Jakarta: EGC, hal 1-40. Pediatrik Wong. Jakarta: EGC,
Hull, David.(2008). Dasar – dasar Pediatri hal 750-766.
Edisi 3. Jakarta: EGC, hal 1-15.

94
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENGARUH PEMBERIAN SARI MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
POSYANDU LANSIA DESA PRUMPON
KECAMATAN SUKODONO

Dwi Priyantini

Bagian Keperawatan Medikal Bedah


Stikes Hang Tuah Surabaya

Abstract

Hypertension is classified in one of silent killer diseases or unexpectedly human’s killing disease.
Cucumber extract supposedly can lower high blood pressure in hypertensive patients if given by mouth 2 times a
day. This study aimed to identify the effect of giving cucumber extracts to the decrease blood pressure in patients
with hypertension in the elderly Posyandu in Prumpon Sukodono Village District.
Design used quasy-experimental, with non equivalent control group design. The population is elderly
who suffer from hypertension. The sample are 20 elderly, selected by non-probability sampling approach to
purposive sampling. Research uses the blood pressure observation sheet instruments. Data were analyzed using
t-test.
The study obtained the average blood pressure which was given cucumber extract was decreased by 13
mmHg for systolic blood pressure, while 7 mmHg for diastolic blood pressure. For the group which not given
cucumber extract increased by 2 mmHg in systolic blood pressure and no change in diastolic blood pressure.
The results obtained t-test p = 0.000 and p = 0031. It means that there are differences in rates of systolic and
diastolic blood pressure between experimental and control groups after the intervention of cucumber extract.
Implications of this study is cucumber extract may lower blood pressure in hypertensive patients. So
that's good for elderly to consume cucumber extract as one of the non-pharmacological treatment to reduce
hypertension.

Keywords : given cucumber extract, blood pressure reduction

Pendahuluan lebih memilih pengobatan tradisional


Hipertensi merupakan salah satu dikarenakan lebih murah, tidak ada efek
penyakit yang tergolong silent killer atau samping dan kebanyakan malas untuk
penyakit yang dapat membunuh manusia periksa di puskesmas.
secara tidak terduga (Ridwan, 2002 : 1). Menurut WHO (World Health
Hipertensi adalah keadaan peningkatan Organization) dari 50% penderita
tekanan darah yang memberi gejala yang hipertensi yang diketahui hanya 25% yang
akan berlanjut ke suatu organ target seperti dapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang
stroke (untuk otak), penyakit jantung diobati dengan baik (adequately treated cases)
koroner (untuk pembuluh darah jantung), (Depkes : 2007). Berdasarkan survey
dan hipermetrofi ventrikel kanan (untuk otot kesehatan yang dilakukan oleh National
jantung) (Bustan, 2007 : 60). Health and Nutrition Examination pada
Pengobatan hipertensi yang masyarakat di Amerika pada tahun 2000,
membutuhkan waktu lama sering membuat menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
penderita bosan, biaya pengobatan relatif pada penduduk pria dan wanita berturut-
mahal seringkali membuat penderita turut adalah 30,1% dan 27,1% (Saseen,
hipertensi menghentikan pengobatan dan 2005). Prevalensi hipertensi di Indonesia
malas untuk memeriksa tekanan darah. menurut Riskesdas 2007, berdasarkan hasil
Dari hasil wawancara di desa Prumpon pengukuran tekanan darah, prevalensi
mayoritas lansia yang menderita hipertensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun

95
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. ini mempertahankan osmolitas dalam sel
Sedangkan prevalensi hipertensi dan penting dalam metabolisme seluler.
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan Kalium dalam CES mempengaruhi
adalah 7,2%, ditambah kasus yang minum keseimbangan asam basa cairan. Kalium
obat hipertensi prevalensi hipertensi dalam ginjal mempunyai efek diuretic.
berdasarkan wawancara ini adalah 7,6% Hipertensi yang berkepanjangan dapat
(kasus yang minum obat hipertensi hanya merusak pembuluh darah dalam ginjal,
0,4%). Dengan demikian cakupan diagnosis jantung, otak, serta dapat mengakibatkan
hipertensi oleh tenaga kesehatan hanya peningkatan insiden gagal ginjal, penyakit
mencapai 24,0%, atau dengan kata lain koroner, gagal jantung, dan stroke
sebanyak 76,0% kasus hipertensi dalam (Marzuky 2009 ; Katzung, 2001).
masyarakat belum terdiagnosis. Penanganan Untuk mengatasi masalah hipertensi
penyakit hipertensi menurut data penderita bisa memanfaatkan sumberdaya
Departement Replubik Indonesia sampai alam dengan menggunakan obat tradisional.
saat ini telah ditemukan lebih kurang 7500 Obat tradisional tidak terlalu menyebabkan
jenis tanaman obat. Sekitar 10% efek samping karena masih bisa dicerna oleh
diantaranya merupakan tanaman obat untuk tubuh. (Wikipedia : 2010). Selain itu
pengobatan tekanan darah tinggbi penderita hipertensi sebaiknya perhatikan
(wiryowidagdo, 2002 : 21). Semua keragaman dan asupan makanan pengendali
tanaman tersebut berfungsi sebagai penekan hipertensi, buah dan sayuran juga banyak
air seni (diuretic), mendorong air seni (urine) dimanfaatkan untuk terapi pengobatan
dan pengeluaran lemak didalam tubuh. Dari traditional karena kandungan mineral,
data yang terjaring melalui posyandu lansia vitamin, dan karotenoid yang terdapat pada
di kecamatan Sukodono terutama di desa buah dan sayuran berkhasiat sebagai
Prumpon Sidoarjo tertanggal 5 februari antioksidan untuk mencegah kanker,
2011 di dapatkan data dari 130 lansia yang menurunkan tekanan darah dan
mengikuti posyandu lansia ditemukan 21 menurunkan kolesterol tinggi. Seperti
lansia yang menderita hipertensi dengan halnya jenis buah mentimun yang berkhasiat
klasifikasi tekanan darah sistolik ≥ 140 menurunkan tekanan darah tinggi.
mmHb, tekanan darah diastolik ≥ 100 Kandungan kalium dan potassium dapat
mmHb. Dari hasil wawancara pada meredam dampak negatif dari natrium di
penderita hipertensi di posyandu lansia dalam tubuh dan memiliki efek diuretik
Prumpon, 10 dari 21 orang mengatakan yang dapat merangsang pengeluaran air
lebih suka menggunakan pengobatan kencing. (Wiyowidagdo, 2002)
tradisional (non farmakologi).
Penyebab penyakit hipertensi secara Tujuan Penelitian
umum diantaranya aterosklerosis (penebalan 1. Mengidentifikasi penurunan tekanan
dinding arteri yang menyebabkan hilangnya darah pada penderita hipertensi yang
elastisitas pembuluh darah), keturunan, tidak menggunakan sari mentimun di
bertambahnya jumlah darah yang dipompa Posyandu Lansia Desa Prumpon
ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar Kecamatan Sukodono.
adrenal, dan sistem saraf simpatis, obesitas, 2. Mengidentifikasi penurunan tekanan
tekanan psikologis, stres, dan ketegangan darah pada penderita hipertensi yang
bisa menyebabkan hipertensi. Kalium dapat menggunakan sari mentimun di
mempengaruhi tekanan darah melalui efek Posyandu Lansia Desa Prumpon
pada jantung ataupun pembuluh darah. Ion Kecamatan Sukodono.

96
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

3. Menganalisa pengaruh pemberian sari 2. Penurunan tekanan darah pada


mentimun terhadap penurunan tekanan kelompok eksperimen yang
darah pada penderita hipertensi di diberikan sari mentimun.
Posyandu Lansia Desa Prumpon
Kecamatan Sukodono.
PENURUNAN PENURUNAN TDD
Total
KEL.EKSPERIME
Metodelogi Penelitian N 0 10 20
Penelitian ini menggunakan KE
T N % N % N % N %
rancangan Quasy-Experimental dengan PENURU 10 4 4 1
NAN 3 3 1 7 100
metode non equivalent control group design TDS
2 2 4
20
untuk mengetahui pengaruh mentimun 1
3
2
6
0 0 3 100
3 6
terhadap penurunan tekanan darah pada Total 4 5 1 1
4 5 1 100
lansia hipertensi. Populasi dalam penelitian 0 0 0 0

ini adalah keseluruhan lansia yang


menderita hipertensi di Posyandu Lansia 3. Pengaruh sari mentimun terhadap
desa Prumpon kecamatan Sukodono pada penurunan tekanan darah sistolik
periode bulan April sebanyak 21 orang. pada penderita hipertensi di
Dengan Sampel sebagian lansia hipertensi di Posyandu lansia Prumpon
Posyandu lansia Prumpon Kecamatam Kecamatan Sukodono.
Sukodono, yaitu berjumlah 20 orang.
Teknik sampling yang digunakan dalam Std.
Std. P.
penelitian ini adalah non probability sampling kelompok Mean
Deviation
Error
Mean
Value
N

dengan metode purposive sampling. Sampel,


penurunan
dibagi dua kelompok yaitu kelompok tekanan 13/7
4,8/6,7 1,5/2,1
perlakuan dan kelompok kontrol. Kedua darah eksperimen 0.000 10
sistolik /0,031
kelompok didata tekanan darah awal (pre dan
diastolik -2/0 7,8/6.6 2,4/2,1
test) satu hari sebelum diberikan intervensi kontrol 10

Hasil Penelitian Pembahasan


1. Penurunan tekanan darah pada 1. Penurunan tekanan darah pada
kelompok kontrol yang tidak kelompok kontrol yang tidak
diberikan sari mentimun. diberikan sari mentimun.
PENURUNA Dari hasil penelitian didapatkan
N PENURUNAN TDD
KEL.KONTR
Total bahwa lansia yang tidak diberikan sari
OL -10 0 10 mentimun mengalami rata-rata peningkatan
KE
T N % N % N % N % sebesar 2 mmHg untuk tekanan darah
PENU -10 1 25 2 50 1 25 4 100 sistolik dan tidak mengalami perubahan
RUNA
N TDS 0 0 0 3 75 1 25 4 100 sama sekali untuk tekanan darah diastolik.
10 1 50 1 50 0 0 2 100
Dari hasil penelitian ini maka dapat
Total 1
dijelaskan bahwa pada kelompok kontrol
2 20 6 60 2 20 100
0 yang tidak diberi sari mentimun tidak
terjadi perubahan tekanan darah antara pre
dan post intervensi.
Ada banyak hal yang menjadi
penyebab terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya faktor genetis, usia, gaya hidup
yang tidak sehat, penyakit dan stres. Secara

97
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

genetik, penyakit hipertensi memiliki Dapat dilihat bahwa hipertensi


hubungan yang signifikan dengan gen-gen meningkat seiring dengan bertambahnya
pemicu hipertensi yang terdapat dalam usia dan jenis pekerjaan. Semakin
kromosom manusia. Sekalipun gen-gen bertambahnya usia pada seseorang maka
hipertensi belum bisa diidentifikasi secara fungsi kerja tubuh semakin menurun dan
akurat namun faktor-faktor genetik yang tekanan darah naik dengan bertambahnya
terdapat dalam gen manusia sangat sangat usia. Perubahan-perubahan yang mungkin
mempengaruhi sistem rennin-angiotensin- berperan pada terjadinya hipertensi lanjut
aldosteron. Mekanisme ini, sangat usia antara lain : peningkatan kekakuan
membantu dalam pengaturan tekanan darah arteri, penurunan sensitifitas baroreseptor,
melalui pengontrolan keseimbangan garam peningkatan aktifitas saraf simpatis, dan
serta kelenturan dari arteri. Usia, gaya penurunan fungsi relaksing endotel.
hidup yang tidak sehat, dan stres yang Penurunan baroreseptor barangkali
mungkin berperan pada terjadinya disebabkan kekakuan atherosclerosis pada
hipertensi. Dari segi gaya hidup ada arteri besar dimana reseptor itu berada.
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kekakuan pembuluh darah meningkat
Didapatkan sekitar 40% responden terbiasa secara progresif menurut usia (Kaplan,
mengkonsumsi makanan yang mempunyai 2002). Sedangkan dari jenis pekerjaan juga
kadar garam lebih. Asupan garam yang mempunyai pengaruh besar terhadap
berlebih bisa tertimbun dalam sirkulasi dan peningkatan tekanan darah. Seperti bekerja
tidak begitu mudah untuk dikeluarkan. dibawah tekanan, kadang-kadang hal ini
Sehingga secara tidak langsung dapat membuat orang mengalami stres. Dalam
meningkatkan volume ekstrasel. Bila kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol
didalam tubuh terdapat kelebihan garam, dilepaskan ke aliran darah sehingga
osmolalitas cairan tubuh akan meningkat. menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Hal ini dapat meningkatkan volume darah menyebabkan peningkatan tekanan darah.
sehingga meningkatkan tekanan darah
(Guyton, 1997). 3. Pengaruh Sari mentimun
Terhadap Penurunan Tekanan
2. Penurunan tekanan darah pada Darah Pada Penderita Hipertensi
kelompok intervensi yang di Posyandu Lansia Prumpon
diberikan sari mentimun. Kecamatan Sukodono
Dari hasil pengukuran tekanan darah Hasil analisa uji-t sampel bebas
pada kelompok eksperimen yang dilakukan (independent t-test) didapatkan ada pengaruh
pada saat post-test didapatkan data bahwa pemberian sari mentimun terhadap
semua responden penelitian (100%) penurunan tekanan darah pada lansia
mengalami penurunan tekanan darah dengan hasil p = 0,000 pada tekanan darah
sistolik dengan rata-rata penurunan sebesar sistolik dan p = 0,031 pada tekanan darah
13 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik. Dari hasil penelitian ini dapat
diastolik didapatkan 6 orang responden dijelaskan bahwa pemberian sari mentimun
penelitian (60%) mengalami penurunan, 4 pada posyandu lansia desa Prumpon
orang responden tidak mengalami Kecamatan Sukodono dapat menurunkan
perubahan tekanan darah diastolik (40%) tekanan darah.
dengan rata-rata penurunan sebesar 7 Secara fisiologis, baik pada
mmHg. Pengukuran ini dilakukan setelah individu normal maupun hipertensi,
intervensi sari mentimun selama 1 minggu. Tekanan darah dipelihara dengan regulasi

98
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

dari saat ke saat pada curah jantung dan


tahanan vaskular perifer, yang terjadi pada
tiga tempat anatomis yaitu arteriol, venula DAFTAR PUSTAKA
pascakapiler (pembuluh-pembuluh Baradero, M. 2008. Klien Gangguan
kapasitans) dan jantung. Tempat kontrol Karddiovaskuler Seri Asuhan
anatomis keempat, yakni ginjal, Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran
mempertahankan tekanan darah dengan EGC : Jakarta
mengatur volume cairan intravaskular. Bustan,M N. 2007. Epidemioloi Peenyakit
Respons ginjal terhadap penurunan tekanan Tidak Menular. Rineka Cipta : Jakarta
darah dengan cara mengontrol volume
darah, ginjal terutama bertanggung jawab Ganong, F W. 2008. (Alih Bahasa
AnditaNovrianti) Buku Ajar Fisiolgi
terhadap kontrol tekanan darah jangka
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
panjang. Penurunan tekanan perfusi ginjal EGC : Jakarta.
menyebabkan redistribusi aliran darah di
dalam ginjal dan peningkatan reabsorpsi Gray , H.H. 2005. Kardiologi. Gelora Aksara
garam dan air (Katzung, 2001 : 272). Pratama : Jakarta
Kandungan kalium yang tinggi pada sari Gunawan, L. 2001. Hipertensi “Tekanan Darah
mentimun dapat melancarkan keluarnya air Tinggi”. Kanisius : Jakarta
seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan
tekanan darah (Achmad, 2010). Teinik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika :
Jakarta.
Simpulan
Kumar, V.R. 2007. Buku Ajar Patologi
1. Pada kelompok kontrol yang tidak Robbins. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
diberikan sari mentimun mengalami Jakarta
peningkatan rata-rata sebesar 2 mmHg
pada tekanan darah sistolik dan tidak Maryam, R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta
mengalami perubahan pada tekanan
darah diastolik di Posyandu lansia Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian
Prumpon Kecamatan Sukodono. Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
2. Pada kelompok intervensi yang Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
diberikan sari mentimun selama 1 Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
minggu terdapat penurunan tekanan Salemba Medika : Jakarta
darah dengan rata-rata penurunan Ramadhan, A.J. 2010. Mencermati Gangguan
sebesar 13 mmHg pada tekanan darah pada Darah dan Pembuluh Darah. Diva
sistolik dan 7 mmHg untuk tekanan Press : Yogyakarta
darah diastolik di Posyandu lansia
Ruhyanudin, F. 2006. Asuhan Keperawatan
Prumpon Kecamatan Sukodono. pada Klien dengan Gangguan Sistem
3. Ada pengaruh sari mentimun terhadap Kardiovaskuler. UMM : Malang
penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Posyandu lansia Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Prumpon Kecamatan Sukodono dengan
hasil uji t-test ρ = 0.000 untuk tekanan Sudoyo, A.W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 4. FKUI : Jakarta
darah sistolik dan ρ = 0.031 untuk
tekanan darah diastolik.

99
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

PENGARUH KONSUMSI SELEDRI TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
POSYANDU LANSIA HULAAN KECAMATAN
MENGANTI KABUPATEN GRESIK

Setiadi

Bagian Keperawatan Medikal Bedah


Stikes Hang Tuah Surabaya

Abstract

Hypertension is classified in one of silent killer diseases or unexpectedly human’s killing disease.
Celery extract supposedly can lower high blood pressure in hypertensive patients if given by mouth 2 times a
day. This study aimed to identify the effect of giving celery extracts to the decrease blood pressure in patients
with hypertension in the elderly Posyandu in Hulaan Menganti Village District.
Design used quasy-experimental, with non equivalent control group design. The population is
elderly who suffer from hypertension, the sample are 24 elderly, selected by non-probability sampling
approach to purposive sampling. Research uses the blood pressure observation sheet instruments. Data were
analyzed using t-test.
The study obtained the average blood pressure which was given celery extract was decreased by
10,83 mmHg for systolic blood pressure, while 10 mmHg for diastolic blood pressure. For the group which
not given celery extract increased by 2,5 mmHg in systolic blood pressure and decreased by 2,5mmHg in
diastolic blood pressure. The results obtained t-test p = 0.001 and p = 0.006. It means that there are
differences in rates of systolic and diastolic blood pressure between experimental and control groups after the
intervention of celery extract.
Implications of this study is celery extract may lower blood pressure in hypertensive patients, so
that's good for elderly to consume celery extract as one of the non-pharmacological treatment to reduce
hypertension.

Keywords : consume celery extract, blood pressure reduction

Pendahuluan menimbulkan konsekuensi berat, hipertensi


Berkat kemajuan dalam bidang sering tidak menimbulkan gejala sampai
ekonomi dan kesehatan jumlah penduduk tahap perkembangan lanjut.
yang melampaui usia 60-65 tahun Pengobatan pada hipertensi terdiri
meningkat pesat. Hal ini akan membawa dari, pengobatan secara farmakologis dengan
masalah kesehatan yang selama ini jarang cara pemberian obat-obat antihipertensi,
menjadi perhatian kita. Beberapa penyakit misalnya golongan diuretik, beta bloker,
seperti demensia, osteoporosis, masalah vasodilatator, alpha blocker dan pengobatan
menopause, dan juga hipertensi sering non farmakologis seperti mengurangi
menyerang di usia tua (Hembing, 2006 : konsumsi garam, menghindari kegemukan,
12). Hipertensi merupakan masalah membatasi konsumsi lemak, makan banyak
kesehatan umum yang kadang-kadang buah dan sayur segar, melakukan olahraga,

100
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

berhenti merokok dan minum alkohol 12,5% yang diobati dengan baik (adequately
(Wiryowidagdo, 2002 : 21). Pada treated cases). Data Menteri Kesehatan Dr.
kenyataannya pengobatan hipertensi secara dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) tahun
teratur dan penggunaannya yang lama 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia
sering membuat penderita bosan, biaya pada daerah urban dan rural berkisar antara
pengobatan relatif mahal seringkali 17-21%. Dari data yang diperoleh dari
membuat penderita hipertensi Puskesmas Menganti jumlah lansia di Jawa
menghentikan pengobatan dan malas untuk Timur tahun 2010 berjumlah 3.520.927
memeriksakan tekanan darah. Masyarakat orang dan jumlah lansia di Kabupaten
lebih menyukai menggunakan pengobatan Gresik berjumlah 80.209 orang. Jumlah
secara tradisional. Mereka beranggapan lansia di Kecamatan menganti berjumlah
bahwa pengobatan secara tradisional lebih 3.427 orang. Dari data yang diperoleh dari
sedikit mengandung efek samping. Salah posyandu lansia Hulaan jumlah penderita
satu bahan yang sering digunakan oleh hipertensi 78,125% (25 orang) dari jumlah
masyarakat adalah seledri. Di Posyandu anggota posyandu 32 orang. Dari hasil
Lansia Hulaan Kecamatan Menganti jumlah wawancara pada penderita hipertensi di
penderita hipertensi tergolong cukup tinggi posyandu lansia Hulaan, 8 dari 10 orang
oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengatakan lebih suka menggunakan
melakukan penelitian di daerah tersebut. pengobatan tradisional (non farmakologis).
Seledri mengandung beberapa senyawa Hipertensi pada lansia adalah seseorang
aktif salah satunya adalah apigenin. dengan usia lebih dari 60 tahun yang
Kandungan apigenin berkhasiat mempunyai tekanan darah sistolik konsisten
menurunkan tekanan darah (hipotensif) tinggi (140 mmHg atau lebih) dengan
(Kurniawati, 2010 : 105). Seledri terbukti tekanan diastolik dalam batas normal (lebih
berhasil menurunkan tekanan darah tinggi rendah dari 85 mmHg) (Djoko, 2010 : 80).
karena aktivitasnya sebagai kalsium Hipertensi pada usia lanjut perlu mendapat
antagonis yang berpengaruh pada tekanan perhatian yang lebih serius. Selain elastisitas
darah. Ini artinya senyawa aktif dalam pembuluh darah penderita yang menurun,
seledri bekerja pada reseptor pembuluh kerja jantung umumnya pun sudah mulai
darah yang hasil akhirnya memberi efek terganggu. Beberapa penelitian yang telah
relaksasi. Pada pasien hipertensi saat dilakukan mengenai hipertensi pada usia
tekanan darah naik maka pembuluh darah lanjut menghasilkan hal-hal yang menarik
akan mengencang/menegang. Padahal diketahui. Ternyata upaya menurunkan
normalnya hanya berdenyut saja. Karena tekanan darah pada pada usia lanjut
memberi efek relaksasi, konsumsi seledri memperoleh keuntungan yang lebih besar
bisa mengurangi ketegangan pembuluh dibandingkan dengan golongan usia muda
darah (Anonim, 2010 : 101). dan menengah (Hembing, 2006 : 12).
Tekanan darah tinggi merupakan Hipertensi yang berkepanjangan dapat
penyakit kronis serius yang bisa merusak merusak pembuluh-pembuluh darah
organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi didalam ginjal, jantung otak, serta dapat
menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian ( mengakibatkan peningkatan insiden gagal
7 juta per tahun) disamping menyebabkan ginjal, penyakit koroner, gagal jantung dan
kerusakan jantung, mata, otak dan stroke (Katzung, 2001 : 269).
ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% Banyak upaya yang telah dilakukan oleh
penderita hipertensi yang diketahui hanya para ahli untuk mencegah penyakit dan
25% yang mendapat pengobatan, dan hanya memulihkan gangguan kesehatan sejalan

101
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

dengan perkembangan IPTEK namun equivalent control group design untuk


kecenderungan untuk menggali mengetahui pengaruh ekstrak seledri
pengalaman-pengalaman lama dalam terhadap penurunan tekanan darah pada
pengobatan di dunia ini dengan tema lansia hipertensi. Populasi dari penelitian
kembali ke alam (Back to Nature) merupakan ini adalah seluruh lansia hipertensi di
peluang baru bagi setiap orang untuk Posyandu Hulaan Kecamatan Menganti.
melengkapi upayanya dalam menyehatkan Pengambilan populasi dilakukan pada bulan
diri dan keluarganya. Penggunaan obat Februari 2011 dengan jumlah populasi 25
tradisional khususnya tanaman obat, tetap orang. Teknik sampling yang digunakan
berlangsung di jaman modern ini, bahkan dalam penelitian ini adalah non probability
cenderung meningkat. Ini merupakan bukti sampling dengan metode purposive sampling.
bahwa masyarakat masih mengakui dan Variabel pada penelitian ini adalah variable
memanfaatkannya. Dengan demikian perlu independent (variabel bebas) dan variable
dilestarikan dan dimanfaatkan jenis-jenis dependent (variabel tergantung). Variable
tanaman obat maupun resep-resep independent yang digunakan adalah
tradisional warisan orang tua dahulu dalam pemberian esktrak seledri pada lansia
upaya menunjang pelayanan kesehatan. hipertensi di Posyandu Lansia Hulaan
Salah satunya adalah seledri, masyarakat Kecamatan Menganti. Variable dependent
sering menggunakan seledri untuk pada penelitian ini adalah penurunan
menurunkan tekanan darah. Dengan tekanan darah pada lansia hipertensi di
memberikan demonstrasi pada penderita Posyandu Hulaan Kecamatan Menganti
hipertensi tentang cara pengolahan dan Kabupaten Gresik. instrumen yang
konsumsi sehingga penderita dapat dengan digunakan adalah sphygmomanometer air raksa
mudah memanfaatkan seledri sebagai dan sthetoskop pada pengukuran tekanan
penurun tekanan darah. darah. Untuk pemberian ekstrak seledri
menggunakan gelas ukur dan SAK. Untuk
Tujuan Penelitian mengetahui penurunan tekanan darah yang
1. Mengidentifikasi penurunan tekanan terjadi pada kelompok eksperimen dan
darah pada penderita hipertensi kelompok kontrol setelah diberikan ekstrak
kelompok perlakuan sebelum dan seledri, data yang didapatkan akan
sesudah diberikan seledri di Posyandu dikumpulkan dan dianalisa dengan uji
Lansia Hulaan Kecamatan Menganti statistik yang digunakan adalah uji t-test
Kabupaten Gresik. berpasangan dengan taraf signifikan 0,05
2. Mengidentifikasi penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi Hasil Penelitian
kelompok kontrol tanpa diberikan 1. Penurunan tekanan darah pada
seledri di Posyandu Lansia Hulaan kelompok kontrol yang tidak
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. diberikan ekstrak seledri
3. Mengidentifikasi pengaruh seledri pada No
Res Tekanan Darah (mmHg) Kel. Kontrol
penurunan tekanan darah penderita pon
hipertensi di Posyandu Lansia Hulaan den Pre Test Post Test penurunan
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. 1 160/100 mmHg 160/90 mmHg 0/+10
160/110
2 160/100 mmHg 0/-10
mmHg
Metodologi Penelitian 160/100
Penelitian ini menggunakan rancangan 3 150/100 mmHg -10/0
mmHg
Quasy-Experimental dengan metode non 4 160/90 mmHg 150/90 mmHg +10/0

102
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

5 140/100 mmHg
150/110
-10/-10 standart deviasi 7,9. Sedangkan untuk lansia
mmHg
160/100 dengan hipertensi pada kelompok kontrol
6 160/100 mmHg 0/0
mmHg mengalami peningkatan pada tekanan darah
150/100
7 150/100 mmHg
mmHg
0/-10 sistolik dengan rata-rata 2,5 mmHg dengan
8 150/90 mmHg
140/100
0/-20
standart deviasi 8,7.
mmHg
9 140/90 mmHg 160/90 mmHg -20/0
Pembahasan
150/100
10 150/100 mmHg
mmHg
0/0 1. Penurunan tekanan darah pada
11 140/90 mmHg
150/100
-10/-10 kelompok kontrol yang tidak
mmHg
diberikan ekstrak seledri.
12 150/90 mmHg 160/90 mmHg -10/0
Rata- 150,83/95,84 154,17/98,34
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
-2,5/-2,5 lansia yang tidak diberikan ekstrak seledri
rata mmHg mmHg
mengalami rata-rata peningkatan sebesar
2. Penurunan tekanan darah pada 2,5 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan
kelompok eksperimen yang untuk tekanan darah diastolik mengalami
diberikan ekstrak seledri. peningkatan sebesar 2,5 mmHg. Dari hasil
No
penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa
Tekanan Darah (mmHg) Kel. Eksperimen
Respon pada kelompok kontrol yang tidak diberi
den
Pre Test Post Test penurunan ekstrak seledri mengalami perubahan
1 160/80 mmHg 150/70 mmHg +10/+10 minimum sebesar 2,5 mmHg antara pre
2 160/100 mmHg 140/90 mmHg +20/+10 dan post intervensi.
3 160/90 mmHg 150/80 mmHg +10/+10 Pada kelompok kontrol tidak diberikan
4 140/90 mmHg 120/80 mmHg +20/+10 perlakuan apapun sehingga tekanan darah
5 160/120 mmHg 160/100 mmHg 0/+20 pada kelompok kontrol rata-rata
6 160/100 mmHg 140/90 mmHg +20/+10 mengalami peningkatan. Meskipun ada
7 150/100 mmHg 140/100 mmHg +10/0 responden yang mengalami penurunan, hal
8 150/90 mmHg 140/90 mmHg +10/0 ini mungkin karena tidak ada kontrol
9 160/100 mmHg 150/100 mmHg +10/0 mengenai gaya hidup, dan perilaku yang
10 160/120 mmHg 140/80 mmHg +20/+40 dapat menyebabkan perubahan tekanan
11 140/100 mmHg 140/100 mmHg 0/0 darah pada penderita hipertensi selama 1
12 160/100 mmHg 160/90 mmHg 0/+10 minggu.
Rata- 155/99,17 144,17/89,17
rata mmHg mmHg
+10,83/+10 Dari data umum responden
berdasarkan usia pada kelompok kontrol
3. Pengaruh ekstrak seledri terhadap usia antara 60-74 tahun (50%) dan 50%
penurunan tekanan darah sistolik berusia 45-59 tahun. Sedangkan data
Std. respoden kelompok kontrol yang paling
Std. P.
Kelompok Mean
Deviation
Error
Value
N banyak sebagai ibu rumah tangga 50%.
Mean
Ada banyak hal yang menjadi penyebab
10,83 7,9 2,3 terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
Penurunan faktor genetis, usia, gaya hidup yang tidak
Intervensi 12
tekanan 0.001
darah sehat, penyakit dan stres. Secara genetik,
-2,5 8,7 2,5
penyakit hipertensi memiliki hubungan
Kontrol 12
yang signifikan dengan gen-gen pemicu
hipertensi yang terdapat dalam kromosom
Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik
manusia. Sekalipun gen-gen hipertensi
lansia dengan hipertensi pada kelompok
belum bisa diidentifikasi secara akurat
perlakuan adalah 10,83 mmHg dengan

103
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

namun faktor-faktor genetik yang terdapat tekanan darah naik dengan bertambahnya
dalam gen manusia sangat sangat usia. Perubahan-perubahan yang mungkin
mempengaruhi sistem rennin-angiotensin- berperan pada terjadinya hipertensi lanjut
aldosteron. Mekanisme ini, sangat usia antara lain : peningkatan kekakuan
membantu dalam pengaturan tekanan darah arteri, penurunan sensitifitas baroreseptor,
melalui pengontrolan keseimbangan garam peningkatan aktifitas saraf simpatis, dan
serta kelenturan dari arteri. Usia, gaya penurunan fungsi relaksing endotel.
hidup yang tidak sehat, dan stres yang Penurunan baroreseptor barangkali
mungkin berperan pada terjadinya disebabkan kekakuan atherosclerosis pada
hipertensi. Dari segi gaya hidup ada arteri besar dimana reseptor itu berada.
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kekakuan pembuluh darah meningkat
Didapatkan sekitar 50% responden terbiasa secara progresif menurut usia (Kaplan,
mengkonsumsi makanan yang mempunyai 2002). Sedangkan dari jenis pekerjaan juga
kadar garam lebih. Asupan garam yang mempunyai pengaruh besar terhadap
berlebih bisa tertimbun dalam sirkulasi dan peningkatan tekanan darah. Seperti bekerja
tidak begitu mudah untuk dikeluarkan. dibawah tekanan, kadang-kadang hal ini
Sehingga secara tidak langsung dapat membuat orang mengalami stres. Dalam
meningkatkan volume ekstrasel. Bila kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol
didalam tubuh terdapat kelebihan garam, dilepaskan ke aliran darah sehingga
osmolalitas cairan tubuh akan meningkat. menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Hal ini dapat meningkatkan volume darah Stres merupakan salah satu faktor
sehingga meningkatkan tekanan darah utama penyebab tekanan darah tinggi dan
(Guyton, 1997). penyakit jantung. Hal ini dapat dilihat dari
hasil observasi yang dilakukan. Peneliti
2. Penurunan tekanan darah pada mencatat bahwa lebih dari 60% sampel
kelompok intervensi yang sering mengeluh atau menceritakan
diberikan ekstrak seledri. kehidupannya yang tidak menyenangkan
Dari hasil pengukuran tekanan darah antara lain : ekonomi yang kurang dan
pada kelompok eksperimen yang dilakukan harus masih mencari nafkah di usia yang
pada saat post-test didapatkan data bahwa 9 tua. Tekanan dari luar yang sangat
responden penelitian (75%) mengalami mempengaruhi kondisi mental adalah sering
penurunan tekanan darah sistolik dengan terjadi konflik dengan saudara, anak atau
rata-rata penurunan sebesar 10,83 mmHg, tetangga.
sedangkan pada tekanan darah diastolik
didapatkan 8 orang responden penelitian 3. Pengaruh Ekstrak Seledri
(67%) mengalami penurunan, 4 orang Terhadap Penurunan Tekanan
responden tidak mengalami perubahan Darah Pada Penderita Hipertensi
tekanan darah diastolik (33%) dengan rata- di Posyandu Lansia Hulaan
rata penurunan sebesar 10 mmHg. Kecamatan Menganti.
Pengukuran ini dilakukan setelah intervensi Hasil analisa uji-t sampel bebas
ekstrak seledri selama 1 minggu. (independent t-test) didapatkan ada pengaruh
Dapat dilihat bahwa hipertensi pemberian ekstrak seledri terhadap
meningkat seiring dengan bertambahnya penurunan tekanan darah pada lansia
usia dan jenis pekerjaan. Semakin dengan hasil p = 0,001 pada tekanan darah
bertambahnya usia pada seseorang maka sistolik dan p = 0,006 pada tekanan darah
fungsi kerja tubuh semakin menurun dan diastolik. Dari hasil penelitian ini dapat

104
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

dijelaskan bahwa pemberian ekstrak seledri Secara fisiologis, baik pada individu
pada posyandu lansia desa Hulaan normal maupun hipertensi, Tekanan darah
Kecamatan Menganti dapat menurunkan dipelihara dengan regulasi dari saat ke saat
tekanan darah. pada curah jantung dan tahanan vaskular
Dari hasil wawancara didapatkan perifer, yang terjadi pada tiga tempat
bahwa setelah diberikan ekstrak seledri anatomis yaitu arteriol, venula pascakapiler
selama 1 minggu 80% lansia mengatakan (pembuluh-pembuluh kapasitans) dan
badan terasa segar dan dapat tidur dengan jantung. Tempat kontrol anatomis
nyenyak, 20% lansia mengatakan pusingnya keempat, yakni ginjal, mempertahankan
sudah agak berkurang. Seledri berkhasiat tekanan darah dengan mengatur volume
sebagai penenang (sedatif), bersifat cairan intravaskular. Respons ginjal
meluruhkan air seni (diuretik), dan terhadap penurunan tekanan darah dengan
antiseptik. Sedatif bisa menimbulkan cara mengontrol volume darah, ginjal
depresi ringan pada susunan saraf pusat terutama bertanggung jawab terhadap
tanpa menyebabkan tidur. Pada dosis terapi kontrol tekanan darah jangka panjang.
sedatif menekan aktivitas, menurunkan Penurunan tekanan perfusi ginjal
respon terhadap rangsangan emosi dan menyebabkan redistribusi aliran darah di
menenangkan. Efek diuretik akan dalam ginjal dan peningkatan reabsorpsi
mengeluarkan kelebihan natrium dan air garam dan air (Katzung, 2001 : 272).
didalam ginjal dan menyebabkan penurunan Kandungan kalium yang tinggi pada seledri
volume intravaskuler. Dengan banyaknya dapat melancarkan keluarnya air seni
cairan yang keluar dari sirkulasi maka (diuretik) sehingga dapat menurunkan
tekanan darah akan menurun. Antiseptik tekanan darah. Dari hasil wawancara
bekerja dengan membunuh atau didapatkan data 40% responden
menghambat pertumbuhan mengatakan sering buang air kecil ketika
mikroorganisme pada jaringan yang hidup. mengkonsumsi ekstrak seledri.
Seledri mempunyai efek farmakologis
sebagai kalsium antagonis yang berpengaruh Simpulan
pada tekanan darah. Kalsium antagonis 1. Tekanan darah sistolik dan diastolik
dalam seledri bekerja pada reseptor penderita hipertensi pada kelompok
pembuluh darah yang hasil akhirnya kontrol mengalami peningkatan rata-
memberi efek relaksasi. Pada pasien rata sebesar 2,5 mmHg.
hipertensi saat tekanan darah naik maka 2. Tekanan darah sistolik pada penderita
pembuluh darah akan hipertensi kelompok intervensi
mengencang/menegang. Padahal mengalami penurunan rata-rata sebesar
normalnya hanya berdenyut saja. Karena 10,83 mmHg, sedangkan pada tekanan
memberi efek relaksasi, konsumsi seledri darah diastolik mengalami penurunan
bisa mengurangi ketegangan pembuluh rata-rata sebesar 10 mmHg.
darah (Trubus, 2010 : Volume 8 : 101). 3. Ada pengaruh ekstrak seledri terhadap
Dari hasil wawancara dengan 4 responden, penurunan tekanan darah pada
mereka mengatakan bahwa badan terasa penderita hipertensi di Posyandu Lansia
lebih segar setelah mengkonsumsi ekstrak Hulaan Kecamatan Menganti
seledri. Kabupaten Gresik.

105
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

DAFTAR PUSTAKA Robbins, dan Kumar. (2007). Buku Ajar


Patologi, Jakarta: EGC
Anonim. (2010). Herbal Indonesia Berkhasiat. Ruhyanudin, F. (2006). Asuhan Keperawatan
Jakarta: Trubus Swadaya, volume 8 pada Klien dengan Gangguan Sistem
Aziz, A. (2010). Riset Keperawatan & Tehnik Kardiovaskuler. UMM : Malang
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Santoso. (2010). Membonsai Hipertensi,
Medika Surabaya: Jaring Pena
Beavers, D.G. (2008). Tekanan Darah, Jakarta: Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia,
Dian rakyat Yogyakarta: Graha Ilmu
Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Tidak Menular, Jakarta: Rineka Cipta Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta
Dalimartha. (2008). 1001 resep herbal. Jakarta: Redaksi Agromedia. (2009). Solusi Sehat
Penebar Swadaya Mengatasi Hipertensi. Jakarta: Agromedia
Gray , H.H. (2005). Kardiologi. Gelora Aksara Pustaka
Pratama : Jakarta Tamher, S dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan
Kurniawati. (2010). Sehat dan Cantik Alami Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Berkat Khasiat Bumbu Dapur, Bandung: Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Qanita Wijayakusuma, H.M. Hembing dan Setiawan
Maryam. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Dalimartha. (2006). Ramuan Tradisional
Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta untuk Pengobatan Darah Tinggi, Jakarta:
Penebar Swadaya
Notoatmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Wijayakusuma, H.M. Hembing. (2008).
Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta Wiryodagdo, S. (2002). Obat tradisional untuk
penyakit jantung, darah tinggi dan
Ramadhan, A.J. (2010). Mencermati Berbagai kolesterol, Agromedia Pustaka : Jakarta
Gangguan pada Darah dan Pembuluh
Darah, Jogjakarta: DIVA Press

106
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

107
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

108
Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012

109

Anda mungkin juga menyukai