Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kelompok rentan menurut Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah semua
orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang
layak. Kelompok rentan berhak mendapatkan perlakuan khusus untuk dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Menurut UU No.39 Tahun 1999 Pasal 5 Ayat (3) tentang Hak Asasi
Manusia yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang
rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih. Kelompok rentan tersebut antara
lain adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.
Kelompok rentan yang didapat melalui adanya pemetaan sosial atau social maping.
Pemetaan sosial menurut Suharto (2005) adalah suatu proses penggambaran masyarakat yang
didalamnya termasuk profil dan masalah sosiah yang ada di masyarakat. Dengan mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik untuk dapat
digunakan sebagai bahan dalam membuat suatu keputusan yang terbaik adalah prinsip utama
dalam pemetaan sosial.
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kerentanan dalam suatu kelompok.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonomi, budaya, biologis dan psikologis. Hal tersebut
mengakibatkan adanya kelompok rentan yang dapat menimbulkan dampak-dampak negatif di
wilayah tertentu seperti tingkat criminal yang tinggi, adanya perpecahan kelompok,
penyimpangan perilaku serta banyaknya pengangguran.
yang termasuk kelompok rentan adalah anak yatim/piatu, lansia, fakir miskin atau
masyarakat kurang mampu, anak putus sekolah disabilitas dan penyakit berat, masyarakat yang
tinggal di rumah tidak layak huni dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Dengan
banyaknya, kelompok rentan yang belum diperdayakan dengan baik sehingga perlu adanya
kajian lebih lanjut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup kelompok rentan tersebut.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelompok Rentan


Kelompok rentan adalah masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam menikmati kehidupan
yang layak. Faktor aksesibilitas terhadap sumber-sumber pemenuhan kesejahteraan sosial
merupakan salah satu hal baik sebagai penyebab juga menjadi akibat. Memetakan populasi dan
kondisi kelompok rentan secara tapat dan partisipatif merupakan awal dalam menentukan
kegiatan dalam rangka penanganan untuk membantuk kelompok ini.
Kelompok rentan adalah masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam menikmati kehidupan
yang layak. Faktor aksesibilitas terhadap sumber-sumber pemenuhan kesejahteraan sosial
merupakan salah satu hal baik sebagai penyebab juga menjadi akibat. Memetakan populasi dan
kondisi kelompok rentan secara tapat dan partisipatif merupakan awal dalam menentukan
kegiatan dalam rangka penanganan untuk membantuk kelompok ini.
B. Kebutuhan Khusus pada permasalahan fisik :
a. Masalah Disabilitas
Penyandang Disabilitas dan Masyarakat yang Menderita Penyakit Berat Penyandang
disabilias dan masyarakat yang menderita penyakit berat biasanya disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu faktor kelahiran, terkena penyakit, tekanan pikiran serta malpraktik.
Penyandang disabilitas tidak mendapatkan hak-hak sebagai disabilitas karena kurangnya
saran dan prasaran yang ada untuk memenuhi kebutuhannya. Hal itu juga berlaku pada
masyarakat yang menderita penyakit berat yang kurang terpenehui secara maksimal.
Pemahaman yang kurang akan disabilitas dan penyakitpenyakit berat mengakibatkan
banyaknya akses yang tidak terpenuhi seperti pendidikan sekolah luar biasa dan sekolah
inklusi. Sehingga perlakuan terhadap penyandang disabilitas dan masyarakat yang
menderita penyakit berat tidak disesuaikan dengan kebutuhan yang mereka butuhkan. Hal
ini mengakibatkan penyandang disabilitas dan masyarakat yang menderita penyakit berat
memiliki keterbatasan dalam memiliki aset karena mereka tidak dapat bekerja untuk
pengobatan yang layak.
b. Kelainan genetik

Kelainan genetik adalah suatu kondisi di mana terjadi perubahan sifat dan
komponen di dalam gen sehingga menimbulkan penyakit. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh mutasi baru pada DNA atau kelainan pada gen yang diwarisi orang
tua.
Kelainan genetik dapat menimbulkan beragam kondisi, mulai dari cacat atau kelainan fisik
dan mental, hingga penyakit tertentu seperti kanker. Meski begitu, tidak semua penyakit
kanker disebabkan oleh kelainan genetik, sebagian juga dapat terjadi karena faktor
lingkungan dan gaya hidup yang tidak baik.
Ragam Kelainan Genetik
Berikut ini adalah beberapa kelainan genetik yang cukup sering terjadi di tengah
masyarakat:

1. Buta warna
Salah satu kelainan genetik yang mungkin tidak asing lagi adalah buta warna.
Normalnya, mata manusia memiliki tiga jenis sel kerucut yang bereaksi terhadap
panjang gelombang cahaya berbeda-beda.
Untuk dapat melihat warna dengan baik, maka pigmen dari ketiga jenis sel kerucut
tersebut harus dapat bekerja dengan baik. Jika tidak, maka akan terjadi buta warna.
Terdapat dua jenis utama buta warna, yaitu:

 Buta warna sebagian (parsial), di mana penderita kesulitan membedakan warna biru
dan kuning saja, atau warna hijau dan merah saja.
 Buta warna total atau achromatopsia. Penderita kondisi ini hanya dapat melihat
warna abu-abu, hitam, dan putih.
2. Penyakit sel sabit
Kelainan genetik ini disebabkan oleh adanya kesalahan gen yang
kemudian memengaruhi perkembangan sel darah merah. Sel darah merah
penderita penyakit ini memiliki bentuk yang tidak wajar, sehingga menyebabkan
sel darah tersebut tidak dapat hidup lama seperti sel darah sehat pada
umumnya. Penyakit sel sabit dapat menimbulkan masalah, karena
memungkinkan sel darah tersebut terjebak di dalam pembuluh darah. Anak
dengan kondisi ini sejak lahir dapat mengalami anemia, rentan terhadap infeksi,
dan sakit di beberapa bagian tubuh. Meski begitu, ada juga penderita yang bisa
hidup normal.
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan kelompok kelainan pada darah yang terjadi secara
turun temurun. Kelainan genetik ini terjadi karena adanya kesalahan pada salah
satu gen pada kromosom X yang menentukan bagaimana tubuh membuat
faktor pembekuan darah. Kondisi ini menyebabkan darah tidak dapat membeku
secara normal, sehingga ketika penderitanya mengalami cedera atau luka dan
perdarahan yang terjadi akan lebih lama.
4. Sindrom Klinefelter
Kelainan genetik yang hanya terjadi pada laki-laki. Penderita sindrom
Klinefelter memiliki gejala berupa bentuk penis dan testis yang kecil, rambut
hanya tumbuh sedikit di tubuh, memiliki payudara yang besar, badan tinggi, dan
berbentuk kurang proporsional. Ciri khas lain pada kelainan genetik ini adalah
kurangnya hormon testosteron dan infertilitas.

5. Sindrom Down (Down syndrome)


Sindrom Down terjadi karena adanya materi genetik yang berlebih pada anak,
sehingga menyebabkan keterlambatan perkembangan anak secara fisik dan mental.
Normalnya, seseorang mendapatkan 23 kromosom dari ayah dan 23 kromosom dari ibu
dengan total 46 kromosom. Pada sindrom Down, terjadi kelainan genetik di mana
jumlah kromosom 21 bertambah, sehingga total kromosom yang didapat oleh anak
adalah 47 kromosom. Kondisi ini tidak dapat dicegah karena merupakan kelainan
genetik, namun dapat dideteksi lebih awal sebelum anak lahir. Kondisi anak dengan
sindrom Down dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagian anak dapat
hidup dengan cukup sehat, sedangkan sebagian lagi memiliki masalah kesehatan,
seperti kelainan jantung atau kelainan otot. Selain itu, sindrom Treacher Collins,
sindrom Jacob, sindrom Edward, sindrom Angelman, alkaptonuria, sindrom Ehlers-
Danlos, penyakit Kennedy, dan sindrom Crigler-Najjar, juga merupakan kelainan genetik
yang sulit dihindari. Sebagian besar kondisi medis yang disebabkan oleh kelainan genetik
tidak dapat dicegah. Namun, ada yang bisa terdeteksi sejak di dalam kandungan
melalui pemeriksaan kromosom, salah satu metodenya dengan NIPT, sehingga orang
tua dapat mengantisipasi perawatan medis yang tepat untuk meningkatkan kualitas
hidup anak tersebut setelah lahir.
Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk rutin memeriksakan kehamilan
ke dokter guna mendeteksi sejak dini kelainan genetik pada janinnya.
c. Perbedaan Ras
d. Usia anak ( <21 )

Anda mungkin juga menyukai