PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merujuk pada Peraturan Menteri No 66 tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah sakit dikeluarkan dengan latar belakang rumah Sakit
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan tempat kerja
yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja.
Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan, Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3
(tiga) tahun sekali dimana unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk
sebagai salah satu hal yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit. Melindungi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan, Rumah Sakit dari risiko kejadian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, diperlukan penyelenggaraan K3RS secara berkesinambungan
(Ima Ismara, at,al 2017).
Dari 39.47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia 66,7%-nya adalah
perawat (World Health Organization, 2013). Di Indonesia perawat juga
merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit
yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien. Dan dalam
hal ini tentu saja perawat mempunyai potensi untuk terjadinya kecelakaan kerja
pada perawat (Depkes, 2014).
Royal Collage of Nursing telah melakukan survei pada 4.407 orang
perawat di Inggris pada bulan November 2008 dan menemukan fakta bahwa
hampir separuh dari perawat atau sekitar 48% pernah mengalami luka tusuk
akibat jarum suntik maupun benda tajam (RCN, 2009). Di Indonesia,, penelitian
dari Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka kecelakaan NSI atau tertusuk
jarum mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan (Idayanti, 2008).
Sebagai petugas kesehatan yang bekerja lingkungan rumah sakit penting
untuk mengetahui apa itu Needle Stick Injury. Needle Stick Injury atau NSI
merupakan istilah untuk kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas kesehatan
1
yang disebabkan karena tertusuk jarum atau tertusuk benda medis tajam yang
sudah terkontaminasi cairan infeksius dari pasien. Sepintas, NSI tampak seperti
kecelakaan kerja yang ringan karena hanya sekedar tertusuk jarum atau tersayat
benda medis tajam. Namun ternyata ada potensi penularan infeksi penyakit yang
besar yang dapat ditularkan dari jarum /benda medis tajam yang bekas digunakan
untuk pasien yang kemudian melukai pada petugas terpajan. Oleh karena itu, kita
perlu meningkatkan kewaspadaan diri supaya kita jangan sampai mengalami
kejadian NSI tersebut. Adapun penyakit yang dapat ditularkan pada petugas dari
kejadian NSI ini adalah penyakit penyakit yang merupakan golongan Blood
Borne Disease. Blood Borne Disease merupakan penyakit yang ditularkan oleh
mikroorganisme yang dibawa melalui darah, yaitu Hepatitis B, Hepatitis C, dan
HIV. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang
dapat menimbulkan komplikasi yang berat dikemudian hari.
Kejadian NSI dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya
perilaku kurang berhati-hati, kurang patuh terhadap penggunaan alat pelindung
diri (APD), adanya tindakan para petugas yang masih belum sesuai prosedur,
adanya tindakan / prosedur yang tidak aman serta belum adanya standar prosedur
operasional yang mencakup mengenai keamanan petugas dalam suatu tindakan
medis. Namun demikian, NSI dapat kita cegah dengan meningkatkan
kewaspadaan diri pada saat menggunakan alat medis tajam baik sebelum, selama
dan sesudah penggunaan, meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan APD
secara rasional, senantiasa berhati-hati saat menggunakan jarum suntik atau alat
medis tajam dan menjalankan prosedur yang telah ada berkaitan penggunaan,
peletakan, serta pembuangan benda medis tajam tersebut. Institusi tempat petugas
kesehatan bekerja harus memiliki protokol yang mudah dan jelas untuk pelaporan
needle stick injury. Hal ini penting agar setiap kejadian needle stick injury dapat
ditinjau dan tindakan pencegahan ke depannya dapat dilakukan. Konseling pasca
paparan harus ditawarkan pada semua pegawai yang mengalami needle stick
injury. Untuk menurunkan prevalensi Needle Stick Injury maka peneliti
merekomendasikan agar manajemen rumah sakit meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman karyawan tentang Needle Stick Injury (bahaya, pencegahan, dan
penanganannya) melalui pelatihan rutin, seminar sosialisasi, dan poster K3 /
selebaran. Yang terakhir, komitmen pimpinan untuk mencanangkan dan
menjalankan K3 juga sangat penting untuk menurunkan prevalensi Needle Stick
Injury.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
Menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi pasien dan mitra
kerja di lingkungan RSU Rajawali Citra
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan dalam tindakan Pencegahan Needlestick Injury (NSI)
b. Sebagai upaya perlindungan petugas kesehatan, mahasiswa, petugas
kebersihan, pengunjung dari perlukaan dan tertular penyakit seperti
Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
3
D. Sasaran
1. Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis
2. Perawat/Bidan
3. Tenaga Analis Kesehatan
4. Tenaga Pelaksana Sanitasi
4
BAB II
RUANG LINGKUP
5
BAB III
TATA LAKSANA
6
5. Adaptif
Definisi: Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi
perubahan Panduan Perilaku:
a) Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.
b) Terus menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan teknologi.
c) Bertindak proaktif.
6. Kolaboratif
Definisi: Membangun kerja sama yang sinergis
Panduan Perilaku:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
c) Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama.
7
seperti agama,
hari libur agama/nasional, status, suku/ras dan keluarga
8
dengan
lainnya.
18. Senantiasa peduli dan menjaga citra baik serta reputasi Perusahaan.
19. Melaksanakan ibadah agama yang dianut oleh masing-masing Insan
NINDYA dengan
baik serta memahami dan mematuhi etika Perusahaan.
20. Senantiasa berpikir dan berperilaku secara korporasi dan tidak sectoral
dengan
mengutamakan kepentingan Perusahan di atas kepentingan pribadi dan atau
kelompok untuk memberikan yang terbaik bagi Perusahaan
9
BAB V
PENUTUP
10