sinθ
tanθ=
cosθ
1 cosθ
cotθ= =
tanθ sinθ
1
secθ=
cosθ
1
cscθ=
sinθ
sin θ+cos 2 θ=1
2
b. Teorema-teorema turunan
Jika f’ (c) ada maka f kontinu pada C. Jika 𝑓, 𝑔
merupakan fungsi-fungsi yang mempunyai
turunan maka berlaku:
(𝑓 + 𝑔) ' (𝑥) = 𝑓 ' (𝑥) + 𝑔 ' (𝑥)
(𝑘. 𝑓) ' (𝑥) = 𝑘. 𝑓 ' (𝑥) dengan k sembarang
bilangan real
(𝑓. 𝑔) ' (𝑥) = 𝑓(𝑥). 𝑔 ' (𝑥) + 𝑓 ' (𝑥). 𝑔(𝑥)
c. Aturan rantai
dy dy du
= .
dx du dx
2. Turunan fungsi implisit dan fungsi invers
a. Turunan fungsi implisit
Untuk mencari turunan fungsi implisit
dilakukan melakukan proses penurunan pada
kedua ruas dengan menggunakan teorema
turunan yang sesuai.
b. Turunan fungsi invers
Syarat suatu fungsi mempunyai invers adalah
fungsi tersebut adalah fungsi injektif dan
domain dari fungsi inversnya adalah Range dari
fungsi semula.
3. Aplikasi turunan
a. Nilai ekstrim
Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari
suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan nilai
ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut;
Sedangkan suatu nilai disebut nilai ekstrim
relatif dari suatu fungsi jika nilai tersebut
merupakan nilai ekstrim fungsi pada suatu
selang yang merupakan himpunan bagian dari
domain fungsi tersebut. Nilai ekstrim mutlak
suatu fungsi juga merupakan
nilai ekstrim relatif.
b. Kemonotonan grafik fungsi
Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari
nilai turunan pertama fungsi tersebut yaitu jika
𝑓 ' (𝑥) >0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik
ujung maka grafik 𝑓 naik pada 𝐼 dan jika 𝑓 ' (𝑥)
< 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung
maka
grafik 𝑓 turun pada 𝐼.
c. Kecekungan grafik fungsi
Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa
menggunakan turunan kedua dari fungsi
tersebut. Kriterianya adalah grafik 𝑓 cekung ke
atas pada 𝐼 apabila 𝑓 ''(𝑥) > 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan
titik ujung 𝐼 dan grafik 𝑓 cekung ke bawah pada
𝐼 apabila 𝑓''(𝑥) < 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik ujung
𝐼.
d. Masalah maksimum minimum
Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan
dengan uji turunan kedua dengan syarat 𝑓 ' (𝑥)
dan 𝑓 ''(𝑥) ada pada 𝐼. Kriteria yang digunakan
yaitu: 𝑓 ''(𝑥) < 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu maksimum relatif
𝑓, 𝑓''(𝑥) > 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu minimum relatif 𝑓, dan
𝑓 ''(𝑥) = 0 ⇒ tidak ada kesimpulan.
KB 4 ANTITURUNAN, INTEGRAL, DAN APLIKASI
INTEGRAL
1. Antiturunan
a. Konsep antiturunan
Antiturunan atau integral tak tentu merupakan
balikan dari turunan. Jika 𝐹 ' (𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk
setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka F disebut suatu antiturunan f
pada selang I. Keberadaan antiturunan tidak
tunggal, untuk menunjukkan semua
antiturunan 𝑓, dapat dituliskan dengan 𝐹(𝑥) = 𝑥
2 + 𝐶, dengan 𝐶
sebarang konstanta.
b. Teorema penggantian dan integral parsial
Penggantian: dipunyai 𝑔 mempunyai turunan
pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔 ⊂ 𝐼 dengan I adalah suatu
selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga
𝐹 ' (𝑥) = 𝑓(𝑥), maka ∫ 𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔 ' (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] +
𝐶.f.
Integral Parsial: Jika U dan V adalah fungsi-
fungsi yang mempunyai turunan pada selang
buka I, maka ∫𝑈.𝑑𝑉 =𝑈.𝑉- ∫𝑉.𝑑𝑈.
c. Teknik pengintegralan
Teknik pengintegralan yang diperoleh dari
turunan maupun integral
Integral fungsi trigonometri
Integral fungsi rasional
2. Notasi sigma dan jumlah Riemann
a. Deret dan notasi sigma
Deret dan notasi sigma diperlukan dalam
pembahasan tentang jumlah Riemann hingga
integral tertentu. Teorema yang sering
digunakan, khususnya dalam perhitungan
integral tertentu melalui limit jumlah Riemann.
b. Jumlah Riemann
Definisi Jumlah Riemann: dipunyai 𝑓:[𝑎, 𝑏]
→R. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi untuk
selang [a,b], dan 𝑡𝑖 ∈ [ x i−1, 𝑥𝑖 ]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑
𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖𝑥. Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann
untuk 𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏].
3. Integral tertentu
a. Integral tertentu
Dipunyai fungsi f : [a , b ] → ℝ. Jika
n
lim ∑ f ( t i ) . ∆i x
‖P‖→ 0 i=1
ada, maka dikatakan fungsi f