Anda di halaman 1dari 18

Peran UMKM Dalam Upaya Pemberantasan Pengangguran dan Kemiskinan:

Pelajaran Dari Penerapan JATIMNOMICs Di Blitar

1
Rendi Dwi Setiawan, 2Agus Suman

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

Email: renditiko@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh sektor Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dalam pengurangan tingkat pengangguran dan
kemiskinan di Jawa Timur studi kasus di Blitar dengan menggunakan konsep
JATIMNOMICs. JATIMNOMICs merupakan sebuah konsep yang di buat oleh
Pemerintah Jawa Timur dan sudah berjalan selama 8 tahun dari tahun 2009-2016, salah
satu fokus dari konsep tersebut adalah pemberdayaan UMKM di Jawa Timur. UMKM
sangat berperan dalam perekonomian karena UMKM mampu menyerap tenaga kerja
produktif di Jawa Timur khususnya di wilayah Blitar. UMKM hingga saat ini
mengalami berbagai permasalahan klasik seperti dari sisi produksi, permodalan, dan
pemasaran. Untuk membantu permasalahan UMKM, pemerintah Jawa Timur membuat
suatu konsep yang saat ini dikenal sebagai JATIMNOMICs. Konsep JATIMNOMICs
memfokuskan pada program pemberdayaan UMKM yang berisi (I) strategi aspek
produksi, (II) strategi aspek pembiayaan yang kompetitif, (III) strategi aspek pemasaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif. Hasil dari peneltian menunjukan bahwa Konsep JATIMNOMICs
dengan pemberdayaan UMKM dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan
di Jawa Timur.
Kata Kunci: UMKM, JATIMNOMICs, Tingkat Pengangguran, Kemiskinan,
Blitar
ABSTRACT

This paper aims to analyze the influence of Micro Small and Medium Enterprises
(SMEs) in the reduction of unemployment and poverty in East Java Blitar case study
using the concept JATIMNOMICs. JATIMNOMICs is a concept created by the
Government of East Java, which has been running for 8 years from 2009 to 2016, one
focus of the concept is the empowerment of SMEs in East Java. SMEs play an important
role in the economy because SMEs are able to absorb the productive workforce in East
Java, especially in the area of Blitar. SMEs today experiencing various problems such
classics in terms of production, capital, and marketing. To help the problems of SMEs,

1
the government of East Java to create a concept that is currently known as
JATIMNOMICs. JATIMNOMICs concept focusing on MSME program which contains
(I) strategy aspects of production, (II) financing aspect of competitive strategy, (III)
aspects of marketing strategy. The method used in this research is descriptive analysis
method with qualitative approach. The results of other research showing that the
concept JATIMNOMICs with the empowerment of SMEs can reduce unemployment and
poverty in East Java.

keywords: SMEs, JATIMNOMICs, Unemployment Rate,Povert, Blitar

A. Pendahuluan

Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara


terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator
keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur secara makro
ialah pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dari perubahan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah menandakan semakin baik kegiatan ekonomi di peroleh dari laju
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (Todarodan Smith, 2008). Selain dari
pertumbuhan PDRB keberhasilan suatu pembangunan dikatakan berhasil dengan
melihat tingkat kemiskinan suatu negara atau daerah, indikasi pembangunan yang
berhasil adalah tingkat kemiskinan yang rendah.

Gambar 1: Tingkat kemiskinan Nasional dengan Jawa Timur tahun 2010-2016.

kemiskinan Nasional kemiskinan Jawa Timur

15.26 14.27 13.4 12.55 12.28 12.05 11.85


13.33 12.49 11.96 11.37 10.96 10.86 10.7

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS, data diolah 2016.

2
Dari data diatas menunjukan bahwa tingkat kemiskinan di Jawa Timur lebih
tinggi dari Nasioanal, Kondisi ini mengindikasikan bahwa perlu dilakukan upaya
percepatan pengurangan tingkat kemiskinan di Jawa Timur.

Gambar 2: Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Timur tahun 2005-2016


februari.

Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Timur,tahun 2005-2016


februari

Jawa Timur

8.51 8.19
6.79 6.42
5.08 5.38
4.25 4.11 4.30 4.19 4.47 4.14
Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

Agustus

februari
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: BPS, data diolah 2016.

Dari data diatas menunjukan tingkat pengguran terbuka di jawa timur pada tahun
2005 sebesar 8,51 persen, kemudian mengalami penurunan sampai tahun 2010 menjadi
4,25 persen. Akan tetapi kondisi tingkat pengangguran di jawa timur kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 5,38 persen, pada tahun 2012 turun
menjadi 4,11 persen, akan tetapi pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 4,30
persen, pada tahun 2014 mengalami penurunann sebesar 4,19. Pada tahuh 2015 bulan
agustus tingkat pengangguran terbuka di jawa timur mengalami kenaikan dari 4,19
persen tahun 2014 menjadi 4,47 persen

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa di Jawa Timur terdapat kesenjangan
terhadap kondisi sosial-ekonomi yang ditunjukan bahwa tingkat kemiskinan di Jawa
Timur lebih tinggi di bandingkan dengan Nasional serta tingkat pengangguran yang
mengalami peningkataan. Maka pemerintah jawa timur mengambil langkah untuk

3
mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang berada di jawa timur dengan membuat
konsep JATIMNOMCs yang menjadi ciri khas sistem ekonomi Jawa Timur.

B. Memahami JATIMNOMICs

Jatimnomics merupakan pemikiran model ekonomi yang telah terlaksana di Jawa


Timur selama delapan tahun dibawah pemerintahan Gubernur Jawa Timur Soekarwo,
dinyatakan sebagai salah satu cara untuk menjawab tantangan era perdagangan global
saat ini bagi wilayah regional di Indonesia. Jatimnomics adalah model Indonesia
incorporated dalam menghadapi era perdagangan bebas menuju pertumbuhan ekonomi
yang inklusif yang menjadi ciri khas sistem ekonomi Jawa Timur. Jatimnomics
berangkat dari pemikiran ekonomi kekeluargaan yang menekankan potensi atau
kekayaan dimiliki sebesar-besarnya untuk masyarakat ini merupakan penjabaran dari
Pasal 33 UUD 1945 dimana pembangunan ekonomi berdasarkan asas kebersamaan dan
kekeluargaan, Pasal 33 UUD 1945 dimana prinsip jaminan sosial dan negara
kesejahteraan. Hal ini sebagai bagian dari ekonomi pancasila yang bercirikan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Konsep jatimnomics merupakan strategi
pembangunan pada aktivitas ekonomi diantaranya, peningkatan basis produksi UMKM,
pembiayaan yang kompetitif serta pengembangan perdagangan atau pasar. Fokus utama
pembelanjaan APBD Jawa Timur yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya rakyat kecil melalui pembangunan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM).

1. Pemberdayaan UMKM dan pemberantasan Kemiskinan serta


Pengangguran

Untuk membangun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pemerintah Jawa
Timur mengamati masalah-masalah yang menjadi kendala UMKM untuk berkembang.
Terdapat tiga masalah pokok yang dialami oleh UMKM yakni produksi, modal, dan
pasar sehingga dalam hal ini pemerintah Jawa Timur membuat suatu kebijakan untuk
menjadikan solusi bagi permasalahan UMKM isi dari kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah Jawa Timur yakni:

4
1.1.Peningkatan Basis Produksi UMKM

Pemerintah Jawa Timur mengambil strategi untuk peningkatan kemampuan


produksi UMKM. Kebijakan ini memfokuskan membantu masalah UMKM yang
pertama Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang dalam kemampuan untuk
menghasilkan suatu produk, untuk meningkatkan kualitas SDM bagi wirausaha baru
dan atau peningkatan produksi UMKM dilaksanakan melalui dua kebijakan yaitu (i)
membangun inkubator bisnis dan (ii) standarisasi ketrampilan SDM. Dengan melalui
inkubator bisnis kualitas SDM UMKM diharapkan mengalami peningkatan kemampuan
dan keahlian sehingga mereka semakin mantap dan mandiri serta memiliki keberanian
untuk berdaya saing. Sedangkan standarsasi ketrampilan SDM melalui pengembangan
sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mini atau disebut Balai Latihan Kerja (BLK).

1.2 Strategi Aspek Pembiayaan yang Kompetitif

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa permasalah yang sering dihadapi


UMKM dalam meningkatkan kapasitas usaha dan produksinya adalah permodalan
melihat kondisi tersebut, maka terbentuknya sisitem pembiayaan kompetitif, solutif,
dan aksesibel merupakan kebutuhan mutlak bagi Jawa Timur dalam pengembangan
produktivitas UMKM. Terdapat sinergi potensi sumber pendanaan baik yang dimiliki
APBD, perusahaan daerah (BUMD) seperti Bank Jatim dan Bank UMKM Jatim,
maupun pembentukan lembaga keuangan mikro (LKM). Pembiayaan yang didesain
Pemprov Jatim memiliki kekhususan yakni peran pemprov untuk mendesain sistem
pembiayaan melalui pola APEX Bank, yaitu memosisikan PT Bank Jatim sebagai
APEX (Bank Sentral) untuk Bank Pekreditan Rakyat (BPR) di Jawa Timur. Kebijakan
alokasi kredit dengan bunga kompetitif di Bank UMKM maupun kebijakan tambahan
plafon kredit untuk UMKM pada Bank Jatim. Hal ini dilakukan karena dunia perbankan
lebih tertarik pada segmen menengah dan besar sehingga usaha mikro dan kecil
cenderung kesulitan menambah modal untuk membesarkan skala usahanya. Usaha
mikro dan kecil tersebut mempunya tingkat kelayakan usaha yang cukup bagus, namun
menurut kriteria perbankan tidak memenuhi persyaratan untuk mengajukan kredit.

Manfaat pembiayaan kompetitif untuk industri primer melalui Loan Agreement


ini adalah (1) terjadi peningkatan nilai tambah di sektor primer, (2) terciptanya jiwa

5
kewirausahaan, (3) terjadinya perpindahan struktur tenaga kerja di sektor pertanian ke
sektor industri.

1.3 Pengembangan Perdagangan atau Pasar

Kegiataan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan pangsa pasar produk Jawa


Timur. Hasil dari proses produksi UMKM yang akan dijual di pasar mendapatakan
bantuan dari pemerintah berupa membantu untuk memasukan produk tersebut,
pemerintah membuat sistem pasar yang dapat mengaselerasi pangsa pasar dalam negeri
atau pasar domestik. Kebijakan pasar ini melalui pasar lelang di Pasar Induk Puspa
Agro, sedangakan untuk produk yang akan dipasarkan di tingkat nasional dapat melalui
Kantor Perwakilan Dagang (KPD), sedangakan untuk pangsa pasar nternasional
pemerintah jatim mendirikan beberapa Kantor Perwakilan Dagang penghubung di 6
kota lima Negara. Kebijakan akselerasi pasar tersebut dapat meningkatkan pangsa pasar
prosuksi Jatim.

2. Tujuan JATIMNOMICs dan Indikator Keberhasilan

Untuk membangun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pemerintah


Jawa Timur mengamati masalah-masalah yang menjadi kendala UMKM untuk
berkembang. Terdapat tiga masalah pokok yang dialami oleh UMKM yakni Sumber
Daya Manusia, Modal, Pemasaran sehingga dalam hal ini pemerintah Jawa Timur
membuat suatu kebijakan untuk menjadikan solusi bagi permasalahan UMKM. Konsep
jatimnomics merupakan strategi pembangunan pada aktivitas ekonomi diantaranya,
peningkatan basis produksi UMKM, pembiayaan yang kompetitif serta pengembangan
perdagangan atau pasar. Terdapat indikator-indikator yang ingin dicapai dalam konsep
JATIMNOMICs yakni:

• Peningkatan kemampuan IKM dalam memperluas jaringan pasar,


• Peningkatan kapasitas SDM, manajemen, teknologi dan modal IKM,
• Mempermudah IKM dalam mengakses keuangan di bank,
• Peningkatan kualitas dan standar mutu produk IKM.

6
C. Perkembangan Jatimnomics di Jawa Timur.

Konsep Jatimnomics yang telah telah berjalan selama delapan tahun di bawah
pemerintah Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2009 mengalami beberapa perkembangan
yakni:
1. Jumlah UMKM di Jawa Timur menurut masing-masing Kabupaten dan
kota dengan sensus 2012
Sektor industri kecil merupakan salah satu bentuk strategi alternatif untuk
mendukung perkembangan ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan usaha
mikro, kecil dan menengah menarik perhatian yang lebih serius dari berbagai kalangan
baik pemerintah maupun masyarakat umum. Jumlah UMKM berdasarkan dari hasil
sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim hingga akhir
tahun 2012 mencapai 6,8 juta unit UMKM. Jumlah tersebut lebih banyak dari pada
UMKM berdasarkan survey tahun 2006 yang dilakukan oleh BPS Jatim yang hanya
mencapai angka 4,2 juta UMKM. dapat diketahui jumlah UMKM di masing-masing
Kabupaten dan Kota, jumlah UMKM paling banyak berada di Kabupaten Jember
sebanyak 424.151 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 501.379 tenaga
kerja. Setelah Kabupaten Jember, jumlah terbesar kedua diikuti oleh Kabupaten Malang
dengan jumlah UMKM sebesar 414.516 Unit Usaha dengan menyerap tenaga kerja
sebanyak 826.375 tenaga kerja, dan diposisi ketiga di tempati oleh Kabupaten
Banyuwangi yang memiliki jumlah UMKM sebesar 296.706 unit usaha dengan
penyerapan tenaga kerja sebesar 501.379 tenaga kerja.
2. Perkembangan Pembiayaan UMKM
permasalahan yang sering di hadapi UMKM dalam meningkatkan kapasitas
produksinya adalah permodalan. Diuraikan bahwa untuk menambah modalnya, hanya
17,50% UMKM yang mengajukan pinjaman ke bank dan sisanya 82,50% meminjam ke
lembaga non-bank, seperti koperasi simpan pinjam (KSP), perorangan, keluarga, modal
ventura, dan lainya. Alasan utama yang dikemukakan UMKM untuk tidak meminjam
permodalan di bank adalah: (i) prosedur sulit (30,30%); (ii) tidak berminat (25,34%);
(iii) tidak punya agunan (19,28%); (iv) tidak tahu prosedur (14,33%); (vi) suku bunga
tinggi; (vii) proposal ditolak. Melihat faktor tersebut terbentuklah sistem pembiayaan

7
yang kompetitif, solutif, dan aksesibel merupakan kebutuhan mutlak bagi Jawa Timur
dalam pengembangan produktivitas UMKM.
3. Perkembangan Kinerja KPD Jatim
Pembentukan Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang merupakan bukan lembaga
struktural, lembaga ini bersifat fungsional, uang berfungsi sebagai agen kemitraan
dengan partner lokal di provinsi setempat KPD berada. Pembangunan KPD sejumlah 26
unit di Provinsi Mitra seIndonesia dimaksudkan sebagai upaya konkret untuk
membangun jejaring kerja sama perdagangan domestik. Ada juga KPD yang berada di
luar negeri sebanyak 6 unit yang masing-masing terletak di Mindanao-Filipina,
Singapura, Papua Nugini, dan Australia.
Dengan dibentuknya KPD dapat dilihat kinerja perdagangan antar pulau setiap
tahun mengalami perkembangan hal ini ditunjukan dengan nilai bongkar muat antar
pulau di 26 KPD tahun 2012-2014 terus mengalami peningkatan. Tahun 2012 mencapai
Rp 238,633 triliun, tahun 2013 mencapai Rp 275,605 triliun, dan tahun 2014 mencapai
Rp 325,553 triliun. Sedangkan aktivitas muat antar pulau pada tahun 2012 mencapai Rp
301,488 triliun, tahun 2013 mencapai Rp 346,022 triliun, dan tahun 2014 mencapai Rp
415,876 triliun. Selain itu, dengan adanya KPD, potensi transaksi perdagangan terus
meningkat dari tahun 2011 mencapai Rp 463,35 triliun dan tahun 2014 meningkat
menjadi Rp 741,43 triliun. Ini menandakan rata-rata potensi transaksi perdagangan antar
pulau per tahunnya tumbuh sebanyak 15 persen atau Rp 69,52 triliun.

D. Gambaran Umum Blitar

Blitar merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Timur, Blitar secara
administrasi terbagi menjadi dua wilayah yakni Kabupaten Blitar dan Kota Blitar.
Kabupaten Blitar berbatasan dengan wilayah sebelah utara Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Malang, sebelah timur Kabupaten Malang sebelah selatan Samudra
Indonesia, sebelah barat Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri. Sedangakan
Kota Blitar berbatasan dengan wilayah sebelah utara Kecamatan Garum dan Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar, sebelah timur Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Garum

8
Kabupaten Blitar, sebelah selatan Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Kanigoro
Kabupaten Blitar, sebelah barat Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar.

1. Jumlah UMKM dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten/Kota Blitar

jumlah unit usaha yang berada di kabupaten Blitar terdiri dari dua jenis status
usaha yang dimiliki yakni usaha formal dan non formal. Unit usaha formal yang berada
di kabupaten blitar pada tahun 2009 sebanyak 616 unit usaha dan menyerap tenaga kerja
sebanyak 26985 ribu tenaga kerja. jumlah unit usaha formal terus mengalami kenaikan
hingga tahun 2013 menjadi 986 unit usaha sedangkan untuk industri dengan status
usaha non formal jumlah unit usaha cenderung mengalami penurunan jumlah unit usaha
hal ini ditunjukan pada tahun 2009 jumlah unit usaha non formal sebesar 12849 ribu
unit dengan jumlah tenaga kerja sebesar 4170 ribu tenaga kerja. penurunanan unit usaha
setiap tahun cenderung menurun hingga tahun 2013 menjadi 7960 unit usaha.

Jumlah unit industri yang berada di Kota Blitar terdiri dari industri formal dan non
formal. Unit usaha formal tahun 2010 sebanyak 177 unit usaha dan memiliki tenaga
kerja sebanyak 3022. jumlah unit usaha setiap tahunnya mengalami penuruanan
meskipun jumlah penurunan tidak terlalu banyak hingga tahun 2015. dalam kurun
waktu 6 tahun jumlah unit usaha di sektor formal sebanyak 177 unit usaha pada tahun
2010 kemudian pada tahun 2015 jumlah unit usaha berjumlah sebesar 135 unit.
sedangkan jumlah unit usaha di sektor non formal dari tahun ke tahun cenderung
mengalami kenaikan dari tahun 2010 sebesar 1855 unit dan pada tahun 2015 menjadi
2241 unit. kenaikan ini diimbangi dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang ditunjukn
pada tahun 2010 sebanyak 4148 ribu dan pada tahun 2015 menjadi 4234 ribu

2. Dampak UMKM Terhadap Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan Di


Blitar.

Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Blitar cenderung mengalami


penurunan dari tahun ke tahun yang ditunjukan pada data diatas, pada tahun 2013
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,74 persen mengalami penurunan

9
sampai tahun 2015 menjadi 2,79 persen di Kabupaten Blitar. Sedangkan Di wilayah
Kota Blitar, TPT pada tahun 2012 sebesar 3,55 persen kemudian mengalami kenaikan
pada tahun 2013 menjadi 6,22 persen akan tetapi pada tahun berikutnya Tingkat
Pengangguran Terbuka mengalami penurunan menjadi 5,71 persen pada tahun 2014
hingga pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 3,8 persen.

Penduduk miskin di Kabupaten Blitar dari tahun ke tahun mengalami penurunan hal ini
di tunjukan dengan persentase penduduk miskin pada tahun 2009 sebesar 13,19 persen,
mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 12,14 persen. Kondisi kemiskinan di
wilayah Kabupaten Blitar terus mengalami penurunan hingga tahun 2014 sebesar 10,22
persen. Sedangkan untuk wilayah Kota Blitar jumlah persentase penduduk miskin
mengalami penuruan pada tahun 2010 sebesar 7,63 persen kemudian turun pada tahun
2011 menjadi 7,1 persen. Akan tetapi pada tahun 2013 penduduk miskin mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,75 persen pada tahun 2012 menjadi
7,42 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2014 penduduk miskin mengalami penurunan
hal ini ditunjukan pada tahun 2013 sebesar 7,42 persen menjadi 7,15 persen tahun 2014.

E. Dampak Implementasi JATIMNOMICs di Blitar.

Penilaian efektivitas kelembagaan maupun efektivitas sebuah program dapat


diukur dari dua sisi, yaitu dampak pada penerima bantuan dan dampak bagi pemberi
bantuan. Bagi penerima bantuan tentu saja dampak yang dilihat adalah sesuai dengan
tujuan pengadaan program tersebut, sedangkan bagi lembaga pemberi bantuan
kemajuan penerima bantuan juga menjadi ukuran keberhasilan kerja lembaga. Dalam
hal ini lembaga yang dimaksud adalah lembaga pemerintah Jawa Timur yang membuat
sebuah konsep JATIMNOMICs yang berisi tujuan untuk pemberdayaan UMKM di
Jawa Timur (1) Efisiensi Produksi UMKM, (2) Pembiayaan Kompetitif, (3)
Pengembangan Segmen Pasar. Sehingga perlu dilihat apakah program tersebut sudah
diketahui oleh pengusaha Jawa Timur khusunya wilayah yang berada di Blitar dengan
cara wawancara beberapa pengusaha mengenahi konsep JATIMNOMICs. Hasil

10
wawancara dan pembahasan dengan pengusaha UMKM di Blitar dapat dilihat di bawah
ini:
Dari masing-masing pembahasan UMKM menunjukan bahwa konsep
JATIMNOMICs yang dibuat oleh pemerintah Jawa Timur sudah dikenal oleh
pengusaha UMKM akan tetapi sebagian besar pengusaha belum mengetahui Konsep
JATIMNOMICs yang dibuat oleh pemerintah Jawa Timur. Meskipun mereka belum
mengetahui konsep JATIMNOMICs, sebagian besar dari para pengusaha mendapatkan
manfaat dari isi program yang di buat oleh pemerintah Jawa Timur khususnya pada
salah satu bagian program Straregi Pembiayaan Yang Kompetitif yang membantu
UMKM dibagian modal yang sering kali menjadi masalah klasik yang dialami oleh
UMKM untuk mengembangkan usahanya. Sebagian besar pengusaha tersebut
mendapatkan kemudahan untuk mengakses kredit di perbankan sehingga kredit tersebut
di gunakan untuk mengembangkan usaha mereka, meskipun ada sedikit pengusaha yang
merasakan akses untuk mendapatkan kredit itu sulit serta adanya sikap yang enggan
untuk mengakses kredit karena memerlukan adanya jaminan untuk mendapatkan kredit
tersebut, hal tersebut dirasakan oleh para pengusaha UMKM.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari aspek pemasaran sering kali
mengalami masalah untuk menjual hasil produksi dalam bentuk barang untuk
menembus pasar di berbagai wilayah dalam negeri. UMKM di wilayah Blitar
khususnya yang memproduksi suatu barang untuk diperjualkan ke berbagai wilayah di
dalam negeri dan luar negeri tidak melewati Kantor Perwakilan Dagang di 26 provinsi
yang tersebar diseluruh Indonesia dan 6 Kator Perwakilan Dagang di luar negeri.
Keberadaan KPD JATIM belum memberikan dampak yang nyata bagi UMKM di Blitar
karena ketidaktahuan mereka mengenahi KPD, padahal sebagian besar UMKM yang
memproduksi barang ingin memperluas cangkupan penjualan hasil produksi mereka.
Selain KPD JATIM ada agenda setiap tahun yang membantu UMKM memperkenalkan
produk mereka dengan membuat pameran. Akan tetapi pameran tersebut kurang
memberikan manfaan dalam penjualan hasl produksi UMKM di Blitar.

Dari ke 3 strategi yang paling membantu UMKM adalah Strategi Pembiayaan


yang Kompetitif. hal ini ditunjukan oleh hasil wawancara diatas bahwa UMKM yang

11
mengalami permasalahan dibagian modal mendapatkan kemudahan akses kredit yang
membuat UMKM ini berkembang dan mampu menyerap tenaga kerja 3 hingga 17
pekerja.

Dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Blitar yang memiliki Visi
yakni; Terwujudnya Koperasi dan Wirausahawan baru yang berkualitas serta
menciptakan iklim usaha yang kondusif pada berbagai tingkatan pemerintahan agar
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berdaya saing. Akan tetapi
sebagian besar UKM belum pernah mendapatkan pembinaan yang dilakukan oleh
pemerintah. Fakta yang berada dilapangan tersebut memang diakui oleh Kabid Produksi
di Dinas Koperasi dan UKM memang banyak UKM yang belum mendapatkan
pembinaan. Menurut Kabid Produksi menyatakan “kami memang hanya membina
beberapa UKM di Kabupaten Blitar karena jumlah UKM di Kabupaten Blitar sangat
banyak bahkan mencapai ribuan UKM. Selain jumlah UKM yang sangat banyak, kami
juga mengalami permasalahan di bagian anggaran untuk memberdayakan UKM
sehingga dengan keterbatasan dana tersebut kami tidak bisa membina semua UKM di
Kabupaten Blitar. Selain dari dari sisi anggaran, kami juga belum mempunyai tenaga
ahli yang mampu mecangkup permasalahan yang dihadapi oleh UKM, sehingga kami
perlu bekerjasama dengan pihak lain yang menjadi narasumber bagi kami, untuk
mendapatakan kerjasama tersebut perlu adanya biaya lagi

Menurut Kabid Produksi diakui memang betul kalau acara pembinaan berjalan
dalam waktu singkat akan tetapi dengan diberikanya pembinaan tersebut kami juga
berharap mereka pelaku usaha mikro menerima manfaat, untuk agenda yang kami
lakukan setiap tahun pasti kami evaluasi apa kekurangan dari agenda tersebut sehingga
kami dalam melakukan perencanaan ditahun depan tidak melakukan kesalahan yang
sama. Sehingga kami membuat agenda setiap tahun itu berbeda-beda, kami juga
berharap untuk para pelaku usaha juga aktif berpatisipasi dalam agenda setiap tahun
yang dilakukan oleh kami, sehingga mereka menerima manfaat pada peningkatan
kualitas produksi. Kami juga bekerja sama dengan Universitas Islam Balitar untuk
membuka tempat khusus untuk menerima keluhan yang dihadapi oleh UKM, sehingga
dengan menerima berbagai keluhan kami bisa membuat agenda setiap tahun untuk

12
membantu permasalahan UKM. Untuk UKM yang berkeinginan untuk mendapatkan
pembinaan syaratnya harus mempunyai status formal yang terdaftar di Dinas Koperasi
dan UKM Kabupaten Blitar. Sentra industri di Blitar selama ini belum ada oleh karena
itu kedepan Dinas Koperasi dan UM akan membuat asosiasi sehingga didalam asosiasi
itu diharapakan dapat mengetahui kebutuhan dari masing-masing anggotanya yang
mengalamai permasalahan di produksi, tekonologi dan bantuan modal untuk mengatasi
permaslahan UKM.

Pemberdayaan UKM di Kota Blitar diharapakan mampu dalam penyerapan tenaga


kerja yang berada di Blitar maupun daerah sekitar Blitar, kami menganggap industri ini
sebagai plasma-plasma yang dapat meyerap tenaga kerja. Kami bertanggung jawab atas
pemberdayaan mereka sehingga UKM tersebut mampu berkembang baik dalam
peningkatan kapasitas produksi, sehingga dengan meningkatnya produksi diharapakan
mereka akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan penyerapan tenaga
kerja ini kami berharap dapat mengurangi tingkat pengangguran danb kemiskinan di
Kota Blitar.

F. Kelebihan dan Kekurangan JATIMNOMICs.


Strategi ekonomi yang dijalankan di Jawa Timur merupakan strategi yang di
unggulkan oleh pemerintah Jawa Timur Soekarwo. Strategi ekonomi itu dikenal sebagai
Jatimnomics yang memfokuskan pemberdayaan UMKM. Jatimnomics yang dibuat oleh
pemerintah Jawa Timur memilikii kelebihan yakni:
1. Membantu UMKM untuk mengakses modal di bank.
2. Membantu UMKM di Jawa Timur dalam memasarakan produknya ke
dalam regional maupun luar regional dengan melewati Kantor
Perwakilan Dagang Jawa Timur.
3. Membina UMKM sehingga mampu meningkatakan kualitas produk
sehingga memiliki daya saing di pasar.
4. Membangun konektivitas antardaerah dan mengembangkan sektor
industri dengan baik.
5. Implementasi Jatimnomics bisa menjadikan Jawa Timur selalu unggul di
atas rata-rata nasional dalam hal pertumbuhan ekonominya.

13
Selain Jatimnomics yang memiliki kelebihan, disisi lain terdapat kekurangan
dalam implementasi Jatimnomics di wilayah Blitar yakni:

1. UMKM di Blitar sebagian besar belum mengetahui strategi ekonomi


yang dikenal dengan Jatimnomics dan isi program dari jatimnomics yang
memfokuskan pemberdayaan UMKM sehingga membuat konsep
jatimnomics ini tidak berjalan dengan baik.
2. Beberapa UMKM kurang menerima manfaat dari adanya pembinaan,
pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah karena waktu dalam
pelaksanaan pembinaan singkat serta materi yang diberikan setiap
tahunya sama dan tidak sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh
UMKM.
3. Kurangnya tenaga ahli yang mengamati langsung dilapangan
permasalahan yang dihadapi oleh UMKM.
4. Dari tiga program unggulan dalam jatimnomics hanya 1 yang membantu
berkembangya UMKM yakni kemudah akses kredit di perbankan.
5. Kurangnya lembaga pemerintah dalam mensosialisasi sebuah strategi
ekonomi yang dikenal dengan Jatimnomics dikalangan masyarakat dan
pengusaha UMKM.

G. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Jatimnomics merupakan pemikiran model ekonomi yang telah terlaksana di Jawa
Timur selama delapan tahun yang salah satunya memfokuskan pada pemberdayaan
UMKM untuk mengurangi tingkat kemiskisnan di jawa timur. Untuk mendukung
UMKM pemerintah Jawa Timur membuat kebijakan (1) Peningkatan Basis Produksi
UMKM, (2) Pembiayaan Kompetitif, (3) Pengembangan Perdagangan/Pasar. Tujuan
pemberdayaan UMKM ini ditunjukna untuk menciptakan lapangan pekerjaank,
peningkatan pendapatan dan berdampak pada penurunan tingkat pengangguran serta
tingkat kemiskinan di Jawa Timur.

14
Hasil dari pembahasan dengan berbagai pengusa UMKM di Blitar dapat ditarik
kesimpulan masing-masing UMKM mengalami masalah di bagian modal untuk
menjalankan usaha dan sebagian besar tidak mendapatkan pembinaan dari pemerintah.
Untuk mendapatkan modal ini UMKM memproses kredit usaha rakyat (KUR) di bank
dalam proses KUR tidak semua pengusaha mendapatakan proses yang mudah karena
harus memenuhi beberapa persyaratakan dan administrasi yang sulit serta untuk
menjalankan usaha ini hanya mengandalakan ketermapilan yang diperoleh dari
pengalaman selama menjalankan usaha.. Akan tetapi para pengusaha ini tidak
mengetahui bahwa konsep JATIMNOMICs dan isi program-program kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah jawa timur Soekarwo belum banyak dikenal oleh kalangan
pengusaha. UMKM ini juga mempunyai keluhan dari adanya Pajak Penghasilan (PPH)
setiap bulan sedangkan dari berbagai kebijakan pemerintah seperti pembinaan,
pendampingan, bantuan dana dan teknologi untuk UMKM belum didapatkan.
Masing-masing UMKM meskipun hanya mendapatkan manfaat dari salah satu
dari tiga program yang dibuat pemerintah Jawa Timur yakni, kemudahan untuk
mengakses modal di sektor perbankan. Dengan mudahnya untuk mendaptakan modal di
perbankan memiliki dampak yang positif untuk UMKM karena membuat UMKM
menjadi berkembang. Dengan berkembangya UMKM ini memliki dampak yang positif
pada lingkungan sekitar karena mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1 hingga 19
pekerja. Dengan kemampuan UMKM yang terbukti memang mampu menyerap tenaga
kerja hal ini berpengaruh pada penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
2. Saran
Konsep JATIMNOMICs yang dibuat oleh pemerintah Jawa Timur merupakan
sebuah konsep yang ideal dan perlu dijalankan sehingga mampu menggerakan sektor
UMKM untuk membantu pergerakan roda perekonomian sehingga berdampak pada
pengurangan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Konsep JATIMNOMICs
yang memiliki program untuk membantu sektor UMKM sebagian besar pengusaha
UMKM belum mengetahui konsep tersebut, akan tetapi para pengusaha tersebut
menerima manfaat dari konsep JATIMNOMICs yang dibuat oleh pemerintah Jawa
Timur khusunya pada program strategi pembiayaan kompetitif. Konsep
JATIMNOMICs dan program-program yang terdapat didalamnya perlu adanya

15
sosialisasi di masyarakat sehingga dikenal oleh masyarakat. UMKM yang baru berdiri
sebaiknya jangan ditarik pajak penghasilan yang memberatkan UMKM tersebut,
sedangkan dari sisi bantuan pemerintah sebagian besar mereka belum mendapatkanya.

H. Daftar Pustaka
Afshar Jahanshahi, Asghar dkk. 2011. The Relationship between Government Policy
and the Growth of Entrepreneurship in the Micro, Small & Medium Enterprises
of India. Issue 1 Technol. Manag. Innov. 2011, Volume 6.
Arifin, Firmansyah dkk. 2005. Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar
Lembaga Negara. KRNH & MKRI, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Blitar Dalam Angka 2015.
http://Blitarkab.bps.go.id. Diakses 28 Desember 2016.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Bruto Kota Blitar Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2011-2015. http://blitarkota.bps.go.id. Diakses 28 Desember
2016.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blitar
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015. http://Blitarkab.bps.go.id.
Diakses 28 Desember 2016.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2016.
http://Blitarkab.bps.go.id. Diakses 28 Desember 2016.
Badan Pusat Statistik. 2016. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi,
1986-2016. https://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/981. Diakses 29
September 2016.
Bappeda Jatim. 2016. Sihir Jatimnomcs di Kementrian Pan. Bappeda.jatimprov.go.id.
Diakses 2 oktober 2016.
Bengkel umkm. 2016. Tekan Angka Pengangguran dan Kemiskinan, Kemenkop Ukm
Cetak Pengusaha Berbasis Ti. Bengkelumkm.com/id-324-post-tekan-angka-
pengangguran-dan-kemiskinan-kemenkop-ukm-cetak-pengusaha-berbasis-
it.html. Diakses 10 november 2016.

16
Budi Santosa, Purbayu. 2008. Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan.
Fakultas Ekonomi(Universtas Diponegoro Semarang), Semarang, Jawa
Tengah. Ekonomi Pembangunan vol.9,no.1.
Erna widodo. 2000. Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Avyrouz. Yogyakarta.
Halaman 87.
Hadiyati,Ernani. 2015. Marketing and Government Policy on MSMEs in Indonesian:
A Theoretical Framework and Empirical Study. Published by Canadian Center
of Science and Education. International Journal of Business and Management;
Vol. 10, No. 2; 2015.
Indriantoro, Nur dan Supomo. 2002. Metode penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPEE.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2010. Rencana
strategis Tahun 2010 – 2014. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia. Nomor: 01/Per/M.KUKMII/2010.
Murdiansyah, Isna. 2014. Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat. STIE Widya Gama Lumajang, Malang. WIGA
Vol.4,No.1.
Nugroho Riant dan Randy R. Wrihatnolo. 2007. Manajemen Pemberdayaaan. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
P.Herlambang, Andhika. 2015. Analisa Tingkat Kemiskinan Masyarakat Nelayan
Perikanan Tangkap Jawa Timur (Metode Sustainable Liveli Hood Approacrh).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Universtas Brawijaya). Malang.
Rasyid, R. 2007. Keterkaitan Perguruan Tinggi Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil
Mikro (UKM) di Sumatra Barat. Jurnal Eksekutif. (Vol. 4 No. 3): 217-230.
Rohima, Siti, Agus Suman, Asfi Manzilati, Khusnul Ashar. 2013. Vicious Circle
Analysis of Poverty and Entrepreneurship. IOSR Journal of Business and
Management (IOSR-JBM). ISSN: 2278-487X. Volume 7, Issue 1 (Jan. - Feb.
2013), PP 33-46.
Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan: Teori, Praktik, Dan Kasus-Kasus. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

17
Sitompul,Anwar. 2013. Mengentaskan Kemsikinan Melalui Wirausah UMKM.
Kementerian Koperasi dan UKM. Jurnal Vol.8 - Oktober 2013 (144-163).
Soekarwo. 2016. jatimnomics: Sebuah Model Indonesia Incorporate pemikiran,
Konsep, dan Implementasi Menghadapi Era Perdagangan Bebas Menuju
Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif. Jakarta: Penerbit PT.Elex Madia
Komputindo.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Susi Dewanti, Ida. 2010.Pemberdayaan Usaha Kecl dan Mikro: Kendala dan Alternatif
Solusinya. Jurusan Administrasi Bisnis UPN Yogyakarta. Jurnal Administrasi
Bisnis. Volume 6. No. 2 Januari 2010.
Tnp2k. 2015. Kebijakan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/strategi-percepatan-
penangulangan-kemiskinan/sekilas-strategi-percepatan/. Diakses 10 November
2016.
Todaro, Michael dan Stephen C. Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi. Edisi
Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Wiranto,siswo. 2012. Pelaksanaan Pendididkan Kewirausahaan di Pendididkan Tinggi.
Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18,
Nomor 4, Desember 2012.
Yuliarmi, Ni Nyoman, Agus Suman, S.M. Kiptiyah, Ahmad Erani Yustika. 2012. The
Role Of Goverment. Traditional Institution, And Social Capital For
Empowering Small And Medium Industries. Journal of Economics, Business,
and Accountancy Ventura. Volume 15, No. 2, August 2012, pages 205 – 218.
Yustika, Amad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai