OLEH :
APRIANTO
NIM. 201923005
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Di berbagai belahan dunia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Small and
Medium-sized Enterprises (SMEs) berperan sangat sentral terhadap pertumbuhan
dan perkembangan perekonomian nasional suatu negara. Di Uni Europa misalnya,
UMKM secara signifikan berkontribusi dalam perekonomian banyak negaranya.
Kontribusi tersebut secara umum adalah dari sisi penyerapan tenaga kerja dan
dalam peningkatan GDP (European Commision, 2012).
Sama halnya dengan UMKM di negara-negara kawasan Uni Eropa dan Amerika,
UMKM di negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti
Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, dan Indonesia juga memiliki peran
sentral yang pada gilirannya mendukung perkembangan ekonomi nasional masing-
masing (Sarana, 2003:90). Dari hasil penelitian Nurhajati (2005:57) menyebutkan
bahwa persoalan yang dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sehingga sulit berkembang antara lain ketidakmampuan dalam manajemen,
lemahnya kemampuan dalam pengambilan keputusan, kurang berpengalaman, dan
lemahnya pengawasan keuangan.
Sebelumnya, kondisi UMKM lokal sempat menurun pada dua tahun pertama
pandemi Covid-19 yakni di tahun 2020-2021. Berdasarkan survei dari UNDP dan
LPEM UI yang melibatkan 1.180 responden para pelaku UMKM diperoleh hasil
bahwa pada masa itu lebih dari 48% UMKM mengalami masalah bahan baku, 77%
pendapatannya menurun, 88% UMKM mengalami penurunan permintaan produk,
dan bahkan 97% UMKM mengalami penurunan nilai aset.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 terdiri atas 11 bab dan 44 pasal yang
membahas antara lain tentang ketentuan umum, asas dan tujuan, prinsip dan tujuan
pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha,
pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, koordinasi dan pengendalian
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, serta sanksi administratif dan
ketentuan pidana, ketentuan penutup dalam peraktek Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah (UMKM) seringkali berada dalam posisi yang lemah, maka Pemerintah
berupaya untuk memperbaiki situasi ini secara yuridis melalui Undang-undang
Nomor: 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Pembentukan dan peran serta Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
baik ditingkat pusat maupun daerah dalam membina dan mengembangkan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga merupakan salah satu wujud komitmen
Pemerintah terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). (Nursalam,
2010:30).
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang;
d. Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman;
e. Ketenteraman, Ketertiban Umum, Dan Pelindungan Masyarakat ; Dan
f. Sosial.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih menjadi andalan dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian Kota Ambon. Unit usaha yang tergolong
dalam usaha ini merupakan mayoritas unit usaha di Maluku, jumlahnya sangat
banyak dan tersebar di berbagai sector ekonomi.
Mulai dari sector perdagangan, pertanian, perindustrian dan lain-lain,
sehingga eksistensi UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.
Hal ini mengindikasikan UMKM mampu mengatasi persoalan mendasar dalam
perekonomian kota Ambon, yakni pengangguran dan kemiskinan.
Dalam pemberdayaan UMKM Pemerintah Kota Ambon bekerja sama
dengan lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa menerapkan e-katalog
local dengan menyediakan 10 etalase untuk membantu pelaku Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) dalam memasarkan produknya.
Kawasan pantai Mardika adalah salah satu pusat distribusi dan pusat
aktivitas eknomi utama di Kota Ambon. Pada kawasan ini terdapat pasar berskala
kota dan regional, terminal angkut, pusat pertokoan dan dermaga local. Seiring
dengan meningkatknya aktivitas perekonomian kota, Pasar Mardika di kawasan
pantai mardika saat ini menurut data UMKM yang didapatkan sudah tidak dapat
lagi menampung semua aktivitas para pedagang yang berjumlah 3442 dan
diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 30% pada tahun 2024 menjadi 4475
pedagang.
Berdasarkan hasil observasi awal, penulis menyadari bahwa dalam
pemberdayaan Usaha Mikor, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai sarana
penunjang perekonomian kota Ambon dirasa belum efektif. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa gejala-gejala yang ada terkhusus di pasar mardika diantaranya
adalah:
masih banyak masalah-masalah mengenai keadaan usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) yang ada di pasar mardika saat ini diantaranya yaitu :
1. Belum memfungsikannya penempatan UMKM dengan baik, sehingga
menyebabkan ketidakteraturan lokasi para pedagang, hal tersebut
berdampak pada pencemaran lingkungan yang menampilkan kesan
kumuh dan kotor.
2. UMKM mempengaruhi lalu lintas kendaran, sehingga kemacetan yang
terjadi mengganggu aktivitas para pengguna pasar.
Melihat latar belakang di atas maka atas dasar itu kemudian penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut; “ Analisis Kebijakan
Pemerintah Kota Ambon Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Di Pasar Mardika”
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis kebijakan Pemerintah Kota Ambon Dalam
Pemberdayaan UMKM di pasar mardika ?
2. Fungsi Pemerintah
Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi dasar dalam suatu
negara. Tujuan dari pemerintah dikatakan oleh Ateng Syafrudin sebagaimana
dikutip oleh Tarsito (1978: 10):
“Pemerintah harus bersikap mendidik dan memimpin yang diperintah, ia
harus serempak dijiwai oleh semangat yang diperintah, menjadi
pendukung dari segala sesuatu yang hidup diantara mereka bersama,
menciptakan perwujudan segala sesuatu yang diingini secara samar-
samar oleh semua orang, yang dilukiskan secara nyata dan dituangkan
dalam kata-kata oleh orang-orang yang terbaik dan terbesar”.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka terdapat beberapa pernyataan yang
menunjukkan fungsi pemerintah antara lain:
1. Bersikap mendidik dan memimpin yang diperintah artinya Pemerintah
yang berfungsi sebagai leader (pemimpin) dan educator (pendidik). Para
pamong, diharapkan dapat memimpin dan menjadi panutan masyarakat;
2. Serempak dijiwai oleh semangat yang diperintah artinya pemerintah dapat
memahami aspirasi yang berkembang di masyarakat. Pemerintah yang
baik adalah mengerti apa yang diinginkan dan menjadi kebutuhan
masyarakatnya;
3. Menjadi pendukung dari segala sesuatu yang hidup diantara mereka
bersama artinya pemerintah sebagai katalisator dan dinamisator
masyarakat. Sebagai katalisator artinya sebagai penghubung bagi setiap
kelompok kepentingan di masyarakat. Sedangkan sebagai dinamisator
artinya penggerak segala bentuk kegiatan bermasyarakat;
4. Menciptakan perwujudan segala sesuatu yang diingini secara samar-
samar oleh semua orang artinya pemerintah harus peka terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat, jangan sampai lengah terhadap
keinginan yang terjadi di kalangan masyarakat. Banyak pemerintah yang
jatuh atau hancur akibat tidak peka terhadap perubahan;
5. Melukiskan semua secara nyata dan dituangkan dalam kata-kata oleh
orang-orang yang terbaik dan terbesar. Artinya pemerintah bertugas
merancang dan atau membuat berbagai kebijakan yang dituangkan dalam
peraturan-peraturan. Tidak kalah pentingnya, pemerintah harus
mengimplementasikannya dengan benar mempersiapkan perangkat dan
sumber daya yang terbaik.
Kemudian fungsi pemerintahan, menurut Van Vollenhoven (1934) dalam
bukunya Staatsrecht Ovezee, (dalam Salam, 2002: 33), pemerintah dibagi
menjadi 4 (empat) fungsi, yaitu:
1. Fungsi besstur atau pemerintahan dalam arti sempit;
2. Fungsi preventive rechtszorg (pencegahan timbulnya pelanggaran-
pelanggaran terhadap tata tertib hukum dalam usahanya untuk
memelihara tata tertib masyarakat);
3. Fungsi peradilan yaitu kekuasaan untuk menjamin keadilan di dalam
negara; dan
4. Fungsi regeling yaitu kekuasaan untuk membuat peraturanperaturan
umum dalam negara.
Sesuai pendapat di atas, pada dasarnya fungsi pemerintahan bertujuan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat yaitu jika ketertiban, keadilan dan
keamanan di masyarakat bisa benar-benar terjadi.
2. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang
berbasis pada masyarakat (people centered development). Terkait dengan hal ini,
pembangunan merujuk pada upaya perbaikan terutama perbaikan mutu hidup
manusia baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosialbudaya.
Menurut Mardikanto, terdapat enam tujuan pemberdayaan masyarakat,
yaitu:
1) Perbaikan Kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan
kegiatan atau tindakan yang dilakukan diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.
2) Perbaikan Usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat
belajar), perbaiakan aksesibilitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.
3) Perbaiakan Pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan
bisnis yang dilakukan, dihapkan akan memperbaiki pendapatan yang
diperoleh termasuk pendapatakan keluarga dan masyarakat.
4) Perbaikan Lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan
diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial) karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau
pendapatan yang terbatas.
5) Perbaikan Kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan
lingkungan yang baik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
6) Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik
yang didukung oleh lingkungan akan menimbulkan terwujudnya
kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
3. Tahapan Pemberdayaan
Adapun beberapa tahapan dalam pemberdayaan menurut Wilson dalam
Mardikanto, yaitu:
a. Menumbuhkan keinginan pada diri seseorang untuk berubah dan
memperbaiki yang merupakan titik awal perlunya pemberdayaan.
Tanpa adanya keinginan untuk berubah dan memperbaiki maka
semua upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tidak
memperoleh perhatian atau simpati dan partisipasi masyarakat.
b. Menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan diri dari
kesenangan dan hambatan-hambatan yang dirasakan untuk kemudian
mengambil keputusan mengikuti pemberdayaan demi terwujudnya
perubahan dan perbaikan yang diinginkan.
c. Mengembangkan kemauan untuk mengikuti atau mengambil bagian
dalam kegiatan pemberdayaan yang memberikan manfaat atau
perbaikan keadaan.
d. Peningkatan peran atau partisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
yang telah dirasakan manfaat/perbaikannya.
e. Peningkatan peran dan kesetiaan pada kegiatan pemberdayaan yang
ditunjukan berkembangnya motivasi untuk melakukan perubahan
f. Peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan pemberdayaan.
g. Peningkatan kompetensi untuk melakukan perubahan melalui kegiatan
pemberdayaan baru.
a) pendanaan;
b) sarana dan prasarana;
c) informasi usaha;
d) kemitraan;
e) perizinan usaha;
f) kesempatan berusaha;
g) promosi dagang; dan
ii. Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu
menumbuhkan Iklim Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (UU No. 20
Tahun 2008) Selanjutnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki
beberapa kekuatan dan tantangan menurut Kongolo (2010) di antaranya:
1. kekuatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam penyediaan
lapangan kerja. Keberadaan UMKM terbukti mampu mendukung
tumbuhnya wirausahawan baru yang berdampak pada berkurangnya
jumlah pengangguran. Selain itu juga mampu memanfaatkan sumber daya
alam disekitar daerah tertentu yang belum dikelola secara maksimal.
Bahkan sebagian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mampu
memanfaatkan limbah atau sampah dari industri besar untuk dikelolah
menjadi suatu produk baru yang diterima dipasaran
2. Tantangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terletak pada
masih kurangnya kemampuan sumber daya manusia. Kendala modal
dalam menyediakan bahan baku dan kendala dalam pemasaran produk.
Sebagian besar pengusaha lebih mengutamakan aspek produksi sehingga
aspek pemasaran kurang diperhatikan khususnya dalam mencari
informasi dan jaringan pasar. Selain itu dari segi konsumen juga masih
banyak meragukan kualitas dari produk ini sehingga sebagian kecil
pengusahanya hanya memproduksi barang sesuai dengan pesanan
konsumen. Barang yang diproduksi cenderung sama dan tidak terlalu
berinovasi untuk dapat memberikan keunggulan bersaing kompetitor
usaha sejenis.
3. Tantangan usaha kecil dan mikro meliputi iklim usaha yang tidak kondusif
karena persaingan dengan usaha sejenis dan kurangnya kemampuan
dalam berinovasi dan kecakapan dalam menangkap peluang yang ada.
Kebanyakan tidak proaktif dan lebih membiarkan usaha stagnan dari pada
berusaha untuk meningkatkan usaha menjadi lebih besar dari
sebelumnya. Iklim usaha yang ada sekarang cenderung tidak kondusif
karena adanya monopoli dalam bidang usaha tertentu, sehingga usaha
kecil dan mikro sulit bersaing. Terlebih rumitnya perizinan dan banyaknya
retribusi semakin menjadi bottleneck dalam menghambat kemajuan kecil
dan mikro ini.
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mejadi sangat
relevan dilakukan di Indonesia. Yustika mengemukakan setidaknya relevansi
tersebut bisa dijelaskan lewat pertimbangan berikut.
“Pertama, struktur usaha di Indonesia selama ini sebenarnya bertumpu
pada keberadaan industri kecil/rumah tangga/menengah, tetapi dengan kondisi
yang memprihatinkan baik dari segi nilai tambah maupun keuntungan yang bisa
diraih. Dengan memajukan kelas usaha tersebut secara otomatis membangun
kesejahteraan sebagian besar masyarakat. Kedua, tanpa disadari ternyata cukup
banyak industri kecil/rumah tangga/menengah yang selama ini berorientasi
ekspor sehingga sangat membantu pemerintah dalam mendapatkan devisa. Ini
tentunya berkebalikan dengan industri besar yang justru mengeksploitasi pasar
domestik untuk penjualannya. Ketiga, sektor industri kecil/rumah
tangga/menengah telah terbukti lebih fleksibel dalam berbagai kondisi
perekonomian yang tidak menguntungkan, seperti yang saat ini dialami Indonesia.
Pada saat industri besar telah gulung tikar, sebagian industri kecil masih
bertahan, bahkan memperoleh keuntungan berlipat bagi yang berorientasi ekspor.
Keempat, industri kecil/rumah tangga/menengah tersebut lebih banyak memakai
bahan baku atau bahan antara (intermediate goods) dari dalam negeri sehingga
tidak membebani nilai impor seperti yang selama ini dipraktikan oleh usaha
besar/industri besar (Sun’am Dkk, 2015:123)
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan jenis usaha yang mampu menopang
perekonomian masyarakat secara individu dan kelompok. Selain dapat memenuhi
kehidupan pribadi pelaku usahanya, UMKM juga dapat memberi kontribusi yang
besar bagi pendapatan Negara dan kesejahteraan rakyat dengan memperluas
lapangan kerja.
Melalui UMKM ini, tenaga kerja yang berketerampilan dan berpendidikan
terbatas tersebut dapat terserap. Itulah sebabnya waktu beberapa tahun terakhir
pemerintah menaruh perhatian terhadap sektor usaha ini. Pengembangan UMKM
di Indonesia tidak begitu saja berhasil karena banyaknya hambatan yang harus
disikapi dengan bijak dapat dikatan pentingnya pemberdayaan UMKM sehingga
diharapan adanya kemandirian dalam hal ini UMKM di Kabupaten Sidrap sendiri
yang perlu adanya kebiajakan yang lebih yang dilakukan untuk memaksimalkan
UMKM tersebut sehingga diharapan mampu membantu perekonomian masrakat
lokal.
Kebijakan Pemerintah
Daerah:
(Pemberdayaan)
1. Pembinaan dan
pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM).
2. Perluasan akses dan
jaringan pola kemitraan
UMKM
UMKM
Definisi operasional adalah makna dari konsep istilah variabel yang dipakai
dalam penelitian sehingga akan mudah diukur dalam skala pengukuran atau suatu
pengertian yang lebih dekat dengan kenyataan empirik dengan menentukan
indicator-indikator dari suatu variabel serta bagaimana sesuatu diukur. Penelitian ini
menggunakan variabel tunggal dengan indicator-indikator sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
Ali, Faried, dkk. 2012. Studi Analisa Kebijakan., Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel
Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah. Bandung. Refika Aditama.
Blanchard, Ken, et. al. 2004. Pemberdayaan Memerlukan Waktu Lebih dari Satu
Menit. Batam Centre. Interaksara.
Hari Sabarno. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Sinar Grafika:
Jakarta.
Hafsah, Mohammad Jafar. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. PT.
Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
Kaloh, J, DR. 2007. Mencari bentuk otonomi daerah. Jakarta. Rineka Cipta.
Manurung. 2012. Reksa Dana Investasiku. Penerbit Buku Kompas (PBK): Jakarta.
Muhadam, Labolo. 2014. Memahami Ilmu Pemerintahan suatu kajian, teori, konsep
dan pengembangannya. Jakarta. Rajawali Pers.
Priyono, Onny dan Pranaka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta. Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS).
Ryaas Rasyid. 2000. Makna Pemerintahan: Tinjauan dari segi etika dan
kepemimpinan. Jakarta. PT Mutiara Sumber Widya.
Syafiie, Inu Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan Edisi Revisi Kedua. Bandung:
Mandar Maju.
Siswanto Sunarno. 2014. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta. Sinar
Grafika Offset.
DATA ONLINE:
http://www.riaupos.co/1890-opini-strategi-pemberdayaanumkm.html#.WG5-ZFN97IU
(diakses pada tanggal 6 April 2023, pukul 01.13 Wit).
http://yohkandjoek.blogspot.co.id/2014/10/peranan-pemerintah-
dalampemberdayaan.html (diakses pada tanggal 6 April 2023, pukul 12.31Wit).
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160819114341-92-152412/
bpsketimpangan-pendapatan-si-kaya-dan-si-miskin-turun/. (diakses pada
tanggal 12 April 2023, pukul 22.11 Wit)