Kampung Sentra Tahu Cibuntu
Kampung Sentra Tahu Cibuntu
Abstrak
Kampung Cibuntu merupakan kampung dengan komunitas pengrajin tahu yang berada di kota
Bandung. Mayoritas warga kampung Cibuntu memiliki pekerjaan di bidang pengrajin tahu
serta hal-hal yang mendukung dalam proses pengelohan serta distribusi tahu, seperti penyedia
gas dan kayu bakar, penyedia biji kedelai, ataupun penjual tahu. Penelitian “Analisis Pola
Kampung Sentra Tahu Cibuntu, Bandung” adalah mengamati permasalahan dalam hal pola
ruang pabrik dan hunian, pengadaan air bersih dan pengolahan limbah tahu, sirkulasi dan
distribusi bahan baku kedelai, hingga tahu jadi. Penelitian juga melakukan studi banding
antara pabrik besar dan industri rumahan yang berbeda dalam beberapa komponen produksi
tahu. Metode penelitian merupakan penelitian kualitatif dan tabulasi perbandingan antara
industri besar dan rumahan. Kesimpulan yang diperoleh berupa temuan dan usulan terutama
dalam hal pengolahan limbah tahu agar tidak mencemari air permukaan dan sungai.
Kata Kunci: pola pemukiman, industri, sentra tahu Cibuntu
Abstract
Kampong Cibuntu is a settlement with a community of tofu craftsmen in the city of Bandung.
The majority of Cibuntu inhabitant have jobs in the field of tofu craftsmen and other things that
support the processing and distribution of tofu, such as providing fuel or firewoods, providing
soybeans, or selling tofu. The research "Analysis of the Patterns of Kampung Tahu Sentra
Cibuntu, Bandung" is to observe problems in terms of the pattern of the factories and
residential space, clean water supply, and tofu waste processing, circulation, and distribution of
soybean raw materials, to tofu. The research also conducted a comparative study between large
factories and home industries that differ in several components of tofu production. The research
method qualitative research and comparative tabulation between large and home industries.
The conclusions obtained are in the form of findings and proposals, especially in terms of
processing tofu waste so as not to pollute surface water and rivers.
Keywords: settlement patterns, industries, Cibuntu tofu centers
68
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
adalah rumah atau tempat tinggal (Andiyan Mereka memanfaatkan ruang-ruang sisa
Andiyan,Agus Rachmat, n.d.). yang berada pada tempat tinggal, seperti
halaman belakang ataupun halaman depan
Mayoritas warga kampung Cibuntu
rumah. Sedangkan tempat untuk menjual
memiliki pekerjaan di bidang pengrajin
produksi disiapkan di area yang masih
tahu serta hal-hal yang mendukung dalam
berdekatan dengan rumah tinggal(Widodo,
proses pengelohan serta distribusi tahu,
2016).
seperti penyedia kayu bakar, penyedia biji
kedelai, ataupun penjual tahu. Kota II. METODE
Bandung merupakan kota metropolitan
terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus Metode pengumpulan data dalam
menjadi ibu kota provinsi tersebut(A. N. penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode pendekatan kualitatif,
Andiyan, 2021).Dengan maraknya pabrik
pengamatan visual setiap aktivitas dan
tahu yang berdiri pada kawasan kampung
kebutuhan aktivitas tersebut. Penelitian ini
Cibuntu maka pola pembentukan ruang dilakukan untuk menjelaskan pola
yang terjadi pada kampung Cibuntu Kampung Sentra Tahu Cibuntu berdasarkan
memiliki keterkaitan dengan keberadaan kategori pabrik skala besar dan skala rumah
pabrik tahu di kawasan kampung Cibuntu. tangga. Data-data kemudian dianalisis
Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya dengan membuat tabel perbandingan
pabrik tahu yang berdiri di area yang (Sugiyono, 2010).
berdekatan dengan jalur utama sirkulasi
kendaraan sementara rumah tinggal berada
pada area belakang dari zona pabrik III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut(Eisner et al., 1993). Pabrik tahu yang berada pada
Hal lain yang menjadi salah satu kawasan sentra tahu kampung Cibuntu
keunikan dari kawasan kampung Cibuntu terbagi atas dua kategori. Kedua kategori
adalah terdapatnya pasar pada area-area tersebut terdiri dari; kategori A merupakan
yang berdekatan dengan jalur utama pabrik tahu dengan skala besar dan kategori
sirkulasi. Contohnya pada area yang B merupakan pabrik tahu dengan skala
berdekatan dengan jalan Sudirman dan yang lebih kecil. Pengelompokan pabrik
jalan Terusan Pasir Koja terdapat pasar. tersebut berdasarkan lokasi dan kapasitas
Pasar tersebut merupakan fasilitas yang produksi tahu yang mereka hasilkan.
digunakan oleh warga kampung Cibuntu Kategori A merupakan pabrik tahu
sebagai sarana memasarkan produk tahu yang berada pada jalur utama sirkulasi pada
yang telah mereka olah dan penunjang sentra pabrik tahu tersebut, dan memiliki
kegiatan ekonomi mereka(Hillier & Hanson, kapasitas pengolahan kedelai sebesar 20
1989). karung kedelai dalam sehari. Jika di ubah
dalam bentuk kilogram maka 20 karung
Tidak hanya pabrik-pabrik besar tersebut memiliki bobot sebesar 100
yang berada pada kawasan kampung kg(Kurniawan, 2018).
Cibuntu. Industri tahu yang berskala
industri rumahan pun banyak ditemui pada Kategori pabrik kelas B merupakan
kawasan kampung Cibuntu. Seperti yang pabrik tahu yang berada pada gang-gang
berada pada area RT 04 RW 05 banyak pada kawasan sentra tahu. Untuk klasifikasi
ditemui pabrik yang berskala industri pabrik tahu kelas B memiliki angka
rumahan yang berdiri di antara rumah- pengelolahan kedelai sebesar 13 karung
rumah warga. Para pemilik industri kedelai dalam satu hari. Jika di konversi
rumahan ini mendirikan industri tahu dalam satuan berat 13 karung tersebut
menjadi satu dengan tempat tinggalnya. memiliki bobot 65 kg(Risdiyanto, 2019).
69
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
3.1.1. Lokasi
Klasifikasi A Klasifikasi B
Pabrik tahu tipe B
berada di kawasan
Lokasi pabrik tahu
permukiman
klasifikasi tipe A
penduduk. Pabrik
berada pada jalur
tahu ini cenderung
utama sirkulasi
Gambar 1. Peta Kota Bandung lebih sederhana
kendaraan RW 07.
dalam
Pabrik tahu tipe ini
pengelolahannya.
berada pada kawasan
Lokasi yang berada
Komersil. Hal tersebut
di dalam gang
terlihat di kawasan
terkadang menjadi
tersebut terdapat
sebuah masalah
sebuah pasar dan
tersendiri untuk
jajaran pabrik-pabrik
lingkungannya.
pada RW 07. Lokasi
Karena pabrik tahu
ini merupakan lokasi
menghasilkan
pertama yang
polusi udara yang
dikunjungi oleh
dapat mengganggu
pengunjung karena
kenyamanan warga
lokasi ini merupakan
sekitar. Proses
area yang langsung
distribusi pun
berbatasan dengan
menjadi terganggu
jalan Terusan
karena sulitnya
Pasirkoja.
Gambar 2. Peta Kelurahan Babakan dilewati oleh sarana
untuk membawa
3.1 Pola Ruang Pabrik hasil olahan.
Tata ruang dan konsep interior
mengikuti tren desain masa kini.
Harmonisasi ruangan yang menyatu dengan
ruang luar site menjadi salah satu poin
utama pada konsep arsitektur kontemporer
(Tiaratanto, Excya,Affandi,Kemal,
2021).Pola ruang pabrik dianalisis
berdasarkan lokasi, orientasi pabrik,
integrasi ruang pabrik dengan hunian,
sumber air bersih, sumber perapian,
pembuangan limbah, distribusi kedelai, dan
distribusi tahu jadi. Arsitektur menurut
Rapoport (1969) merupakan ruang tempat
hidup manusia,yang lebih dari hanya
sekedar fisik, namun juga menyangkut pada
3.1.2. Orientasi Pabrik
pranata budaya dasar. Pranata tersebut
kemudian meliputi seperti tata atur Klasifikasi A Klasifikasi B
kehidupan sosial serta juga budaya Pabrik tahu klasifikasi Pabrik tahu
Masyarkat, yang kemudian diwadahi serta A memiliki orientasi klasifikasi B
70
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
bukaan jalur utama memiliki orientasi sebagai area workshop mereka hanya
sirkulasi kendaraan menuju area yang tahu serta penjualan dibatasi oleh pintu
maupun manusia. minim akan tahu. Karena mereka dengan pabrik.
Pabrik klasifikasi A sirkulasi manusia membutuhkan ruang Pabrik diletakan
tidak hanya memiliki maupun sirkulasi workshop dan ruang pada area yang
kegiatan produksi kendaraan. Untuk penjualan yang cukup jarang dilewati
tahu saja pada mengurangi besar untuk memenuhi warga sementara
pabriknya. Mereka gangguan yang kebutuhan pasar. huniannya di
pun menjual hasil dihasilkan oleh Sementara lahan letakan pada area
produksi di pabrik pabrik terhadap yang mereka miliki yang sering dilewati
mereka. Untuk permukiman maka terbatas, maka pabrik warga. Analisis di
mendukung kegiatan mereka meletakan klasifikasi A terbangun lapangan dijumpai,
penjualannya bukaan pabrik pada area atas 2 lantai bangunan. pola susunan ruang
memiliki orientasi yang minim akan hunian dibangun
menuju area sirkulasi aktifitas terlebih dahulu,
kendaraan serta permukiman. selanjutnya
manusia. Pelanggan Pola ruang yang dibangun pabrik
yang hendak terbentuk dari pada tanah sisa
melakukan transaksi susunan ruang pada mereka.
pada pabrik tersebut pabrik klasifikasi B,
menjadi lebih mudah ruang pertama
karena akses menuju adalah ruang hunian
pabrik tersbeut menjadi selanjutnya ruang
mudah karena aktivitas pabrik.
diberikan fasilitas
bukaan menuju pabrik.
71
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
submersible (sible), yaitu pompa khusus air sirkulasi kendaraan dan mereka yang jauh
tanah dalam lebih dari 50 m. Sedangkan manusia. Oleh sebab dari jalur utama
jetpump hanya dapat mencapai kedalaman itu proses pengiriman sirkulasi kendaraan
maksimal 30 m(Isakh et al., 2020). gas menjadi mudah dan manusia.
Sumber air dari pabrik tahu ini juga menuju pabrik mereka. Proses distribusi gas
menjadi sumber air bagi warga sekitarnya. Menggunakan sumber menuju pabrik
Untuk mendapat air bersih warga perapian dari gas mereka akan
diberlakukan tarif tertentu sesuai yang adalah untuk memakan waktu
ditentukan oleh pabrik tahu yang memiliki mempersingkat waktu lama. Sedangkan
sible. Air PAM tidak menjadi pilihan produksi. Berbeda kayu bakar dapat di
karena lebih mahal, sehingga akan dengan kayu bakar. distribusikan
memengaruhi biaya produksi dan harga jual Kayu bakar cenderung menggunakan
tahu(Anida, 2020). memakan waktu gerobak dan dapat
sampai kayu tersebut membawa kayu
terbakar. yang cukup banyak.
Maka dari hal tersebut Gas ketika dibawa
mereka dapat menggunakan
memenuhi kebutuhan gerobak tidak dapat
pasar mereka menampungbanyak.
Pada area di sekitar
mereka, terdapat 47
tempat yang
menyediakan jasa
penjualan kayu
bakar. Mereka juga
Gambar 3. Pompa Submersible
menggunakan gas
3.1.5. Sumber Perapian ketika kayu bakar
sulit ditemui. Rasio
perbandingan
pemakaian mereka
kayu bakar dengan
gas adalah 2:1.
72
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
73
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
74
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
75
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
tersebut. Hal tersebut barat intensitas material finishing cat. bangunannya tidak
dikarenakan figure cahayanya jauh Bangunan dua lantai sehat. Terlihat dari
ground yang hadir lebih buruk karena tersebut merupakan material bangunan
pada area pemukiman pada dimensi lebar ruang hunian yang digunakan
dalam gang minim gang lebih sempit. seluruhnya. Karena oleh bangunan
ruang void. Ada 54 hunian di sayap barat tersebut.
bangunan hunian bukan pengrajin tahu.
warga di sayap barat. Untuk ruang komersil
Dimensi Gang yang yang ada di ruang
ada di dekat jalur hunian tersebut hanya
sirkulasi utama sebatas warung.
memiliki lebar 80 cm.
Sementara dimensi
lebar gang yang berada
jauh dari pusat
sirkulasi utama pada
RW 07 adalah 50 cm.
Akibatnya intensitas
cahaya yang hadir pada
gang yang berdekatan
dengan jalur sirkulasi
utama memiliki
intensitas cahaya
yang lebih baik
dibandingkan intensitas
cahaya yang berada
pada gang jauh dari
jalur sirkulasi utama.
IV. PENUTUP
76
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
77
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan Tri Wahyu Handayani
Jurnal Ilmiah Universitas Hillier, B., & Hanson, J. (1989). The social
Muhammadiyah Buton, 7(2), 189– logic of space. Cambridge university
199. press.
Andiyan, A. N. (2021). Pendekatan Urban Isakh, I. H., Rossa, J. C., Narendragharini,
Green Building Pada Bangunan K. S., & Putri, K. S. (2020).
Apartemen. RADIAL : Jurnal Kolaborasi dalam Program Inovasi
Peradaban Sains, Rekayasa Dan Pembangunan dan Pemberdayaan
Teknologi, 9(1), 39–52. Kewilayahan di Kelurahan Babakan
Ciparay. Ministrate: Jurnal Birokrasi
Andiyan, A., & Rachmat, A. (2021). Dan Pemerintahan Daerah, 2(2), 87–
Telaahan Kerjasama Pemerintah 98.
Swasta Dalam Pembangunan Bandara
Kertajati Di Jawa Barat. Aksara: Kurniawan, R. (2018). Kebijakan
Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, Pemerintah Kota Bandung Dalam
7(2), 413–424. Upaya Penyediaan Ruang Terbuka
https://doi.org/10.37905/AKSARA.7. Hijau Berdasarkan Perda No. 18
2.413-424.2021 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun
Andiyan Andiyan,Agus Rachmat, Y. kadir. 2011-2031 Pasal 46 Huruf (A) Dan
(n.d.). Post Occupancy Evaluation Huruf (B) Dalam Persfektif Siyasah
(POE) Pada Bangunan Rusun Di Dusturiyah. UIN Sunan Gunung Djati
Prov. Banten (Studi Kasus Bandung.
“Pembangunan Rusun MBR Di Prov.
Banten). Risdiyanto, D. (2019). Implementasi
Peraturan Walikota Bandung Nomor
Andiyan Andiyan, E. B. (2021). Penerapan 436 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan
Konsep Arsitektur Kontemporer pada Program Inovasi Pembangunan Dan
Penataan Cagar Budaya Situ Pemberdayaan Kewilayahan (Studi
Tasikardi. Syntax Literate: Jurnal Pada Kecamatan Kiaracondong Di
Ilmiah Indonesia, 6(6), 2624–2636. Kota Bandung Provinsi Jawa Barat).
http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index. Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
php/syntax-
literate/article/view/3163/2157 Sugiyono, S. (2010). Metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif dan R&D.
Andiyan Denny Heriyanto. (2021). Kajian Alfabeta Bandung.
Kelayakan Lokasi Tapak serta Potensi
Unggulan pada RSUD Dr . P . P Tiaratanto, Excya,Affandi,Kemal, A.
Margetti Saumlaki Kepulauan (2021). Bangunan konvensi dan
Tanimbar. Jurnal Sosial Dan eksibisi bandung. Jurnal Arsitektur
Teknologi, 1(April), 303–318. Archicentre, 126, 1–13.
Anida, A. (2020). Analisis penyerapan Widodo, B. (2016). Strategi Pencitraan
anggaran belanja modal pada Dinas Kota (City Branding) Berbasis
Penataan Ruang Kota Bandung Kearifan Lokal (Studi Kasus di Kota
Tahun Anggaran 2015-2018. UIN Solo, Jawa Tengah dan Kabupaten
Sunan Gunung Djati Bandung. Badung, Bali). Profetik: Jurnal
Komunikasi, 7(2).
Eisner, S., Gallion, A., & Eisner, S. (1993).
The urban pattern. John Wiley & Yananda, M. R., & Salamah, U. (2014).
Sons. Branding tempat: membangun kota,
kabupaten, dan provinsi berbasis
Handayani, T. W. (2017). Peralihan Fungsi identitas. Makna Informasi.
Bangunan Di Koridor Jalan Llre
Martadinata Kota Bandung.
GEOPLANART, 1(1), 45–54.
78