Anda di halaman 1dari 16

JURNAL NATAPRAJA

Kajian Ilmu Administrasi Negara

Vol. 6, No. 2, 2018 https://journal.uny.ac.id/index.php/natapraja pp. 163-178

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MELALUI


KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO

Nian Riawati
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Jember, Indonesia
nian.fisip@unej.ac.id

Abstract
This research resulted in the superior product development strategy of Bondowoso
Regency that is tape. By analyzing tape problems from upstream to downstream, the results of
the analysis resulted in policy recommendations for the development of superior products of
Tape Bondowoso. The research approach used is Qualitative with Descriptive Method by
explaining the context and setting naturally. The results of this study provide an overview,
first, Decrease in Cassava Production caused cassava farmers to switch to other commodities
such as coffee or corn. Second, the pattern of cassava farming is still traditional. Third, the
lack of skills (life skills) owned by cassava farmers. Fourthly, the instability of cassava prices
caused cassava farmers to suffer losses. Fifth, Difficulty Accessing Capital and the market.

Keyword: Cassava, Qualitative Descriptive, and Agricultural Policy

Abstrak
Permasalahan penelitian ini berawal dari Produksi singkong di Kabupaten Bondowoso
mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai 2014 (BPS,2010). Tujuan penelitian ini
menghasilkan inovasi kebijakan pertanian terkait dengan pengembangan tape sebagai produk
unggulan Kabupaten Bondowoso endekatan penelitian yang digunakan adalah Kualitatif
dengan Metode Deskriptif dengan menjelaskan konteks dan setting secara alamiah. Hasil
Penelitian ini memberikan gambaran, pertama, Penurunan Produksi Singkong disebabkan
petani singkong beralih pada komoditas lainnya seperti kopi atau jagung. Kedua, Corak
pertanian petani Singkong masih tradisional. Ketiga, Minimnya keterampilan (life skill) yang
dimiliki oleh petani singkong. Keempat, Ketidakstabilan harga singkong menyebabkan petani
Singkong mengalami kerugian. Kelima, Kesulitan Akses Modal dan pasar.

Kata kunci: Singkong, Deskriptif Kualitatif, dan Kebijakan Pertanian

Diterima 8 September 2018; Diterima dengan revisi 4 Oktober 2018; Dipublikasikan 1 Desember 2018
2406-9515 (p) / 2528-441X (e)
© 2018 Nian Riawati. Dipublikasikan oleh JIAN FIS UNY
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

PENDAHULUAN kayu/singkong, kacang hijau, kacang


Sektor pertanian merupakan salah tanah, kedelai, sayuran dan buah-buahan.
satu prioritas pembangunan di Kabupaten Padi merupakan produk pertanian utama
Bondowoso. Pengembangan usaha yang mempunyai luas panen dan jumlah
pertanian diharapkan dapat meningkatkan produksi terbanyak, di peringkat kedua
kesejahteraan rakyat. Sektor Pertanian, jagung dan kemudian disusul singkong.
kehutanan dan perikanan menduduki Pada tahun 2013, Komoditi singkong
peringkat utama dalam menyumbang mempunyai luas panen sebesar 6.039 Ha
PDRB Kabupaten Bondowoso, dengan produksi singkong sebesar
kontribusinya sebesar 33,72 persen 131.723. Pada tahun 2014 luas panen
terhadap pembentukan PDRB Kabupaten singkong mengalami penurunan yakni
Bondowoso. Dari seluruh luas wilayah sebesar 4.744 dengan produksi sebesar
yang ada di Kabupaten Bondowoso 90,08 104.904. berdasarkan tabel tersebut
persen digunakan untuk pertanian yaitu terdapat penurunan pada komoditi
persawahan, tanah kering, perkebunan, singkong baik pada luas panen dan jumlah
kehutanan, rawa dan tambak. Bila dirinci produksinya pada tahun 2013 hingga 2014.
menurut penggunaannya, lahan terluas Penurunan Komoditi Singkong
digunakan untuk kehutanan yaitu sebesar tersebut berpengaruh terhadap produk
35,77 persen. Kemudian urutan terluas unggulan Kabupaten Bondowoso yaitu
berikutnya adalah lahan yang digunakan industri tape. Kabupaten Bondowoso
untuk tegalan/tanah kering 27,66 persen terkenal dengan sebutan kota tape karena
dan digunakan persawahan sebesar 20,74 rasa tape nya yang manis yang disebabkan
persen sedangkan digunakan untuk singkong bondowoso paling baik
perkebunan 5,68 persen dan sisanya 0,22 kualitasnya dibandingkan singkong daerah
persen merupakan Rawa/Danau /waduk lain. Kepala Dinas Koperasi dan
dan kebun campur. (BPS Kabupaten Perdagangan Kabupaten Bondowoso, Agus
Bondowoso 2013). Salam mengatakan, Bondowoso didukung
Berdasarkan Badan Pusat Satistik oleh sumber daya alam dan cuaca yang
(2010), Potensi tanaman pangan yang bagus. Kondisi tersebut sangat mendukung
dapat mendorong perkembangan untuk tanaman singkong. Lebih lanjut
perekonomian Kabupaten Bondowoso beliau mengatakan singkong yang tumbuh
adalah komoditas Padi, jagung, ubi

164
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

di Bondowoso lain dengan singkong di yang merupakan produk unggulan daerah


daerah lain. bisa terus beroperasi.
Sebagai salah satu komoditas yang Besarnya kontribusi sektor
menjadi ciri khas dari kabupaten pertanian pada Produk Domestik Regional
Bondowoso dan merupakan komoditas Bruto (PDRB) Kabupaten Bondowoso
unggulan, tape bondowoso memiliki sebesar 42,89 % seharusnya dapat
potensi yang besar untuk dikembangkan dimanfaatkan sebagai bahan baku kegiatan
karena pangsa pasar yang bagus baik untuk industri. Tetapi pada sektor industri,
kalangan lokal masyarakat dan luar daerah. kontribusi yang disumbangkan terhadap
Tidak hanya tape tetapi sudah PDRB cukup kecil yakni hanya sebesar
bermetamorfosa dengan berbagai produk 16,25 %. Potensi dari sektor pertanian
turunanya seperti prol tape, brownis tape, yang besar tersebut belum dimanfaatkan
tape bakar, pia tape dan lain sebagainya. secara optimal dalam kegiatan sektor
Proses produksi ini melibatkan berbagai industri. (BPS PDRB Kab Bondowoso
kalangan mulai dari petani singkong, tahun 2013).
pengrajin besek tape, penghasil olahan tape Dari data Badan Pusat Statistik
dan distributor. PDRB Kab Bondowoso tahun 2013 dapat
Dengan berkembangnya usaha tape diketahui bahwa besarnya kontribusi pada
bondowoso ini, maka juga diperlukan sektor pertanian di Kabupaten Bondowoso
banyak bahan baku yaitu singkong untuk belum mampu menghasilkan nilai tambah
membuat makanan khas daerah (added value) dalam pengembangan
bondowoso ini. Semakin besarnya wilayah di Kabupaten Bondowoso. Hal
kebutuhan singkong itu dibenarkan oleh tersebut dapat dilihat dari kondisi tingkat
suprapto, Ketua Himpunan Keluarga Tani kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Indonesia (HKTI) Bondowoso. lebih lanjut Bondowoso yang masih rendah.
merutut beliau saat ini singkong tidak Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
hanya dibutuhkan untuk industri tape tetapi tingkat kesejahteraannya, sebesar 246.357
juga untuk industri lain misal pabrik jiwa atau 34,20 % penduduk Kabupaten
tepung maupun industri kripik. Dengan Bondowoso berada pada tingkat penduduk
penurunan komoditi singkong tersebut miskin. Selain itu Kabupaten Bondowoso
menjadi persoalan yang harus dipecahkan juga termasuk dalam 122 Daerah tertinggal
pemerintah daerah agar usaha industri tape se Indonesia, bahkan terpuruk menduduki

165
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

peringkat 1 di daerah jawa timur. adanya penelitian yang mengungkapkan


Penetapan itu tertuang dalam peraturan kebijakan daerah yang berpihak pada
presiden (PERPRES) NO:131/2015 petani singkong dan Pengusaha tape.
tentang penetapan daerah tertinggal Tahun Petani dan pengusaha tape miskin
2015 -2019. bimbingan keahlian, keberpihakan
Penelitian terdahulu terkait dengan kebijakan seperti permodalan dan
Singkong diantaranya penelitian yang kemudahan perijinan. Mereka berjuang
dilakukan oleh Febrilina (2016) yang sendiri sehingga permasalahan tersebut
membahas mengenai ketersediaan Bahan tidak pernah tuntas. Oleh karena itu
baku singkong untuk industri di Kabupaten penelitian ini menjadi penting untuk
jember. Hasil penelitian menjelaskan dilakukan untuk menjawab beberapa
bahwa ketersediaan bahan baku produksi persoalan terkait faktor –faktor yang
untuk industri suwar suwir ini masih mendukung dan menghambat ketersediaan
tergolong cukup meskipun jumlahnya tidak bahan baku singkong untuk produk
terlalu banyak di kabupaten jember. Selain unggulan daerah (tape) dan strategi
itu penelitian yang dilakukan oleh pengembangan usaha kecil menengah tape
Indrayati (2013) yang membahas mengenai sehingga menghasilkan rekomendasi
pemberdayaan petani singkong di Kebijakan untuk pengembangan produk
Kabupaten Jember. Hasil penelitian unggulan daerah.
menjelaskan kebijakan yang dilakukan
pemerintah Kabupaten Jember melalui METODE
Dinas Pertanian dan Perindustrian dan Metode penelitian yang digunakan
perdagangan Kabupaten Jember dalam penelitian ini adalah menggunakan
membantu petani singkong namun belum metode deskriptif kualitatif, dimana
menggugah petani di Kabupaten Jember analisis deskriptif merupakan analisis yang
untuk meningkatkan produksi singkong. bertujuan untuk menyajikan gejala atau
Dari beberapa penelitian terdahulu peristiwa pada suatu objek penelitian
tersebut, keterbatasan studi tersebut (Patton, 2009). Penelitian ini dilakukan
dilakukan pada ruang lingkup mikro dan untuk menganalisis permasalahan dalam
sangat kasuistik sehingga hasil studi ini industri tape mulai hulu hingga hilir
tidak bisa digeneralisir pada kelompok sehingga dihasilkan alternatif kebijakan
sasaran lain ditempat yang berbeda. Belum

166
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

untuk pengembangan industri tape lahan kering, pertanian lahan basah


Bondowoso. (sawah), permukiman, industri, serta
Penelitian ini dilakukan di penggunaan lain-lain. Penggunaan lahan di
Kabupaten Bondowoso. Sebagai sumber wilayah kabupaten yang terbesar adalah
data serta untuk penggalian data, maka unit penggunaan untuk pertanian lahan
analisis penelitian berada pada tingkat kering/tegalan sebesar 22,25%, lahan
organisasi dan individu. Organisasi dalam sawah sebesar 21,32%, hutan lindung
penelitian ini adalah Pemerintah Daerah 19,66% dan hutan produksi (perhutani)
Kabupaten Bondowoso dan industri tape 18,69%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
serta para stakeholder yang terlibat dalam pada Tabel 1.
proses produksi. Sedangkan pada tingkat Tabel 1. Penggunaan Lahan Wilayah
Kabupaten Bondowoso
individu adalah masyarakat tape (petani
JENIS LUAS
singkong, pengrajin besek dan pengrajin No PENGGUNAAN Km2 %
LAHAN
olahan tape) sebagai subyek/pelaksana dari
1 Hutan Lindung 306,75 19,66
produksi tape. 2 Suaka Alam, 37,73 2,42
Data yang dibutuhkan dalam Cagar Alam &
Taman Wisata
penelitian ini adalah data kualitatif murni. alam
Data kualitatif merupakan sumber dari 3 Hutan Produksi 291,61 18,69
(Perhutani)
deskripsi yang luas dan berlandaskan 4 Hutan Rakyat 83,31 5,34
kokoh serta memuat penjelasan tentang 5 Perkebunan 86,13 5,52
6 Pertanian Lahan 347,11 22,25
proses yang terjadi dalam lingkungan Kering
tersebut. Dengan data kualitatif kita dapat 7 Pertanian Lahan 332,64 21,32
Basah (sawah)
mengikuti dan memahami alur peristiwa 8 Permukiman 71,43 4,58
secara kronologis, menilai sebab akibat (Rumah dan
Pekarangan)
dalam lingkup pikiran orang-orang 9 Industri dan 0,21 0,01
setempat (Miles and Huberman, 1992:2). Pergudangan
10 Lain-lain 3,18 0,20
HASIL DAN PEMBAHASAN JUMLAH 1.560,10 100,00
Produksi Singkong Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam
angka, 2010, Perhutani.
Penggunaan lahan di Kabupaten Penggunaan lahan di Kabupaten
Bondowoso diantaranya untuk hutan Bondowoso sebagian besar untuk tegalan
lindung, suaka alam dan pelestarian, hutan atau tanah kering sebesar 347,11 atau
produksi dan rakyat, perkebunan, pertanian sebesar 22,25 % dari keseluruhan

167
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

penggunaan lahan di Kabupaten yang tinggi. Perputaran ekonomi dari


Bondowoso. Besarnya Penggunaan Lahan kegiatan ekonomi industri tape sangat
kering/tegalan sangat cocok untuk menguntungkan Pendapatan Asli Daerah
pertanian ubi kayu (singkong) di Kabupaten Bondowoso. Petani singkong
Kabupaten Bondowoso. mendapatkan jaminan bahwa hasil
Selain Ubi Kayu, Tanaman Pangan panennya akan terjual kepada para
Lainnya seperti Padi dengan luas panen pengusaha Industri tape di Kabupaten
terbanyak kedua dengan target sebesar Bondowoso sedangkan Industri tape juga
59.000 Ha, realisasi sebesar 70.796 akan menyerap tenaga kerja sehingga
meningkat 119,99% . Tanaman Pangan terjadi perputaran kegiatan ekonomis pada
dengan luas panen terbanyak ketiga yakni industri tape. Namun ketersediaan ubi kayu
Jagung dengan target 40.000 Ha, realisasi di Kabupaten Bondowoso dari tahun ke
sebesar 29.552 meningkat 73,88%. tahun memiliki kecenderungan menurun.
Tanaman pangan selanjutnya Kacang Produksi ubi kayu di Kabupaten
tanah, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau. Bondowoso data tiga tahun terakhir dari
Tabel 2. Tanaman Pangan Kabupaten tahun 2013 sampai 2015 mengalami tren
Bondowoso tahun 2015 penurunan pada luas lahan yang akhirnya
Tanaman Tahun 2015 berpengaruh terhadap produktivitas ubi
Pangan Tar Realis % kayu.
No (areal get asi
panen
Ha) Grafik. 1 Tren Penurunan luas lahan,
1 Padi 59.0 70.796 119,9 produktivitas, dan produksi ubi kayu di
00 9 Kabupaten Bondowoso tahun 2013-2015
2 Jagung 40.0 29.552 73,88
00 150.000
3 Kedelai 50 40 80,00
4 Kacang 200 111 55,5 100.000 luas Panen
tanah (Ha)
5 Kacang 50 100 200,0 50.000 Produktivita
s (ton/ha)
Hijau 0
6 Ubi Kayu 6000 4.398 73,3 0
7 Ubi Jalar 100 175 175,0 2013 2014 2015
0
Sumber : Bondowosokab.go.id Sumber: BPS Kapubaten Bondowoso
(2001-2007)
Ubi Kayu sebagai Bahan Baku Penurunan Bahan baku singkong di
Produk Unggulan Industri Tape Kabupaten Kabupaten Bondowoso disebabkan karena
Bondowoso mempunyai nilai ekonomis banyaknya Petani Singkong yang beralih

168
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

kepada tanaman komoditas lainnya seperti “... kami kesulitan untuk


memasarkan hasil singkong
padi dan jagung. Dengan banyaknya petani
produksi kami karena harus
yang beralih dari tanaman singkong ke bersaing dengan kulitas singkong
dengan daerah lain sehingga
tanaman padi dan jagung mengakibatkan
singkong kami kesulitas mencari
areal panen, produktivitas dan produksi pangsa pasar, singkong wringin
kalah dengan kualitas songkong di
singkong di Kabupaten Bondowoso dari
daerah tamanan mungkin karena
tahun 2013 sampai tahun 2016 mengalami faktor geografis yang
mempengaruhi kualitas singkong.
penurunan. Hal tersebut berdasarkan
Jadi kami mengkomsumsi sendiri
wawancara peneliti dengan Bapak Samsul singkong yang kami tanam selain
dengan memanfaatkan hasil olahan
selaku staf Holtikultura Dinas Pertanian
seperti keripik yang dapat kami
Kabupaten Bondowoso. jual....”
Singkong merupakan jenis tanaman
“... Petani singkong di Kabupaten
Bondowoso banyak beralih ke yang dapat tumbuh di sembarang tempat
tanaman lainnya seperti jagung dan
terutama pada kawasan tropis dengan
padi karena harga singkong yang
terus anjlok sekarang saja harga penyinaran penuh seperti indonesia. Syarat
singkong per kilonya hanya 500/kg
untuk memperoleh hasil panen singkong
jadi petani singkong banyak yang
beralih ke tanaman komoditas yang baik adalah tanah jangan terlalu subur
lainnya karena dianggap
karena pertumbuhan daun batang akan
prospeknya lebih bagus daripada
singkong...” subur tanpa diimbangi oleh pertumbuhan
Selain karena banyaknya
umbi dan diusahakan sistem pengairan
pengalihan ke tanaman lainnya, Kebun
yang lancar. Sistem pengairan yang buruk
Singkong hanya untuk konsumsi sendiri.
menyebabkan singkong tidak dapat
Petani Singkong Bapak Ahmad di
tumbuh dengan baik serta menghasilkan
Curahdami mengatakan kesulitas untuk
umbi yang kerdil. Oleh karena itu
mendapatkan kualitas singkong yang baik
singkong banyak ditanam di ladang atau
karena harus bersaing dengan daerah lain
tegalan. Selain itu, beberapa kelebihan
yang lebih bagus kualitas singkongnya
tanaman singkong seperti dapat tumbuh
sehingga singkong yang mereka tanam
dilahan kering dan kurang subur, daya
untuk konsumsi sendiri selain juga untuk
tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa
diolah menjadi olahan singkong yang
panen yang relatif lama sehingga bisa
mempunyai nilai ekonomis yang lebih
dijadikan lumbung hidup Menurut
tinggi seperti keripik singkong.
Blumenschein (1989) dalam Harjono
(2005).

169
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

Ubi kayu/singkong sangat beragam Pemerintah Kabupaten Bondowoso


namun pada dasarnya dapat digolongkan membuat membuat proteksi terhadap
menjadi tiga yakni: fermentasi ubi kayu Tanaman Singkong dengan cara membuat
(tape), ubi kayu yang dikeringkan (gaplek), pengembangan pertanian dengan pola
dan tepung singkong atau tapioka. Tape metode zonic (pewilayahan tanaman) yang
singkong adalah makanan khas lebih dikenal dengan cluster tape di empat
masayarakat Jawa yang merupakan hasil kecamatan yaitu Kecamatan Wringin,
dari fermentasi ubi kayu. Ubi kayu yang Curahdami, Tamanan dan Pakem. Hal
cocok digunakan untuk membuat tape tersebut berdasarkan wawancara peneliti
adalah ubi kayu berjenis mentega dengan Kepala Bapeda Ir Matsakur M,Si
(berdaging kuning) dengan ciri-ciri sebagai mengungkapkan bahwa.
berikut: (1) pohon bertangkai daun dengan “.... dengan semakin menyusutnya
lalahan pertanian untuk tanaman
warna merah dari pangkal hingga
singkong karena banyaknya petani
ujungnya, (2) dasar kulit ubi kayu singkong yang beralih ke tanaman
lain maka Pemerintah Kabupaten
berwarna coklat, dan (3) dagingnya
Bondowoso melakukan
berwarna kuning (Pemkab.Bondowoso, pengembangan pertanian dengan
metode Zonic (pewilayahan
1999 dalam Harjono (2005). Adapun
tanaman). Hal tersebut dilakukan
karakteristik tape Bondowoso seperti yang untuk melindungi industri tape
mulai dari hulu hingga hilir. Di
diungkapkan oleh Harjono (2005) adalah
hulu kita membuat regulasi untuk
tape Bondowoso memiliki rasa manis memastikan lahan singkong tetap
bisa memenuhi kebutuhan industri
dengan tekstur kesat dan tahan lama. Rasa
tape Bondowoso sedangkan di hilir
manis pada tape berasal dari kandungan kita mengembangkan produk-
produk olahan singkong selain tape
glukosa yang dimilikinya. Dari segi
sehingga identitas Bondowoso
kualitas, tape Bondowoso memiliki sebagai kota Tape bisa terus di
kembangkan....”
kualitas yang lebih baik dibandingkan
dengan tape Jember dan Situbondo. Industri Tape Kabupaten Bondowoso
Berdasarkan hasil uji laboratorium jurusan Kabupaten Bondowoso sebagai
kimia (FMIPA Unej) dalam sentra dari Industri Tape di Jawa Timur
Harjono(2005). tercatat memiliki 175 usaha tape/olahan
Dengan semakin menurunnya areal tape dengan menyerap tenaga kerja rata-
lahan, produktivitas dan produksi rata sebanyak 1.225 orang (Dinas koperasi
Singkong di Kabupaten Bondowoso, dan perindustrian Kabupaten Bondowoso).

170
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

Data tersebut berarti industri tape singkong juga bervariasi singkong


yang digunakan untuk tape
bondowoso dapat meyerap 3.25 persen dari
biasanya singkong mentega
total pekerja sektor industri di bondowoso berwarna kuning dengan harga
termahal per kwintal 250 ribu dan
pada tahun 2016. Wawancara peneliti
harga terendah 140 ribu
dengan Ibu Nurcahyaningrum, STP selaku perkwintal...”
staf seksi agro dan hasil hutan Dinas
Tabel 3. Sebaran UMKM Tape di
Koperasi dan Perindustrian Kabupaten Bondowoso
mengungkapkan. No Kecamatan Nama Produk Jumlah
“.....industri tape di Kabupaten Usaha
tape
bondowoso tercatat sejumlah 175 1 Binakal tape, suwar 48
usaha tape maupun olahan tape suwir, dodol
dengan rata-rata tenaga kerja 5 tape
sampai 7 orang setiap usaha jadi 2 Bondowoso Tape, Kue prol 11
rata-rata tenaga kerja yang terserap tape, brownies
3 Jambesari Tape 8
dalam industri tape sebanyak 1.225 4 Tegalampel Tape, tape 3
orang...” bakar, suwar
suwir, prol tape,
Berdasarkan Tabel. 3 Jumlah tape cokelat
5 Tenggarang Tape, usaha 2
UMKM tape terbanyak ada di Kecamatan tape
6 Wonosari Tape 4
wringin dengan jumlah 61 industri usaha 7 Maesan Tape 4
8 Jambesari Tape 5
tape disusul oleh Kecamatan Binakal
Darus
sebanyak 48 usaha tape dan Kecamatan sholah
9 Pujer Tape 1
Bondowoso sebanyak 11 usaha tape. 10 Tamanan Tape 2
11 Curahdami Tape 1
Produksi Usaha tape bermacam-macam 12 Grujugan Tape 1
13 Tlogosari Tape 1
sekali produksi 1 ton per hari dengan rata- 14 Sukosari Tape 4
15 Tapen Tape 7
rata tenaga kerja 5 sampai 7 orang, ada
16 Pakem Tape 2
juga diatas 1 ton dengan rata-rata tenaga 17 Wringin Tape 61
18 Botolinggo Tape 7
kerja 10 orang. Sesuai dengan pernyataan Jumlah 175
Sumber: Dinas Koperasi dan Perindustrian
ibu Nurcahyaningrum seksi agro dan hasil
Kabupaten Bondowoso, 2016
hutan Dinas Koperasi dan Perindustrian Bahan baku tape Bondowoso ada
Kabupaten Bondowoso. yang langsung membeli dari petani
“..... jumlah produksi tape singkong, ada yang kebun sendiri dan ada
bervariasi ada yang sekali produksi
1 ton/hari dengan tenaga kerja rata- yang membeli dari mitra pedagang atau
rata sekitar 5 sampai 7 orang, ada yang biasa disebut dengan belandang.
yang diatas 1 ton/hari dengan
tenaga kerja sekitar 10 orang.harga Kemudian untuk pemasaran untuk tape

171
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

yang belum olahan menggunakan Menurut wawancara peneliti


kendaraan dengan bak terbuka dibelakan dengan Bapak Sutarman pemilik usaha
dengan menggunakan keranjang-keranjang tape 82 menjelaskan bahwa :
tape dengan ukuran besar biasanya disebut “.... Bahan baku singkong untuk
merk tape usaha 82 merupakan
dengan tape curah dengan harga sekitar
singkong pilihan jenis mentega
7000 sampai 10 ribu. Daerah pemasaran berwarna kuning dan tidak berserat.
Saya sudah punya pemasok
sekitar Bondowoso, jember, lumajang dan
singkong dari Tamanan langsung
probolinggo. Sedangkan Tape yang sudah pada petani singkong namun jika
stok dari petani masih kurang saya
berbentuk olahan seperti pia tape, brownies
membeli dari luar daerah.Rata-rata
atau prol tape daerah pemasaran bisa produksi sekitar 1 ton per hari
namun jika hari besar produksinya
sampai malang dan surabaya.
bisa lebih dari 1 ton per hari...”
Beberapa Industri Tape yang Lebih lanjut Bapak Sutarman
berada di Kecamatan Bondowoso tersebar menjelaskan untuk Besek tempat tape saya
di Jalan Panglima besar Sudirman kota ambil dari luar daerah di Tulungagung.
bondowoso merupakan pusat perdagangan Besek tulungangung kualitasnya lebih baik
yang paling ramai karena letaknya sangat daripada besek yang biasa diproduksi di
strategis di jantung kota bondowoso. Bondowoso tepatnya di Desa Kupang
tersebar di Jalan Jenderal Sudirman Ardisaeng Kecamatan Pakem. Besek
berderet toko menjual tape khas Tulungangung menggunakan bambu tua
Bondowoso. beberapa merk usaha tape sehingga lebih tahan lama sedangkan
yang terkenal di Bondowoso seperti Tape besek yang diproduksi desa ardisaeng
82 dan Tape 31. Merk nama Tape 82 menggunakan bambu muda ketika
karena diproduksinya tape ini sejak tahun disimpan tidak tahan lama. Kendalanya
1982 makanya tape ini diberi nama tape 82 adalah ketika musim kemarau banyak
menurut keterangan Bapak Sutarman pengrajin besek yang tidak membuat besek
selaku pemilik usaha tape 82. Sedangkan sehingga kami kesulitan mendapatkan stok
merk tape 31 karena nomer rumah besek.
sekaligus toko bernomor 31 makanya tape Selain kendala pasokan besek,
ini diberi label tape 31 menurut Bapak Bapak Sutarman pemilik tape merk 82 juga
Prayoga Triwidodo penerus pemilik usaha mengeluhkan banyaknya pemalsuan merk
tape 31. tape 82 di luar daerah bondowoso seperti
penuturan beliau kepada peneliti:

172
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

“... Banyaknya Pemalsuan merk Unggulan Daerah. Proteksi tersebut


tape 82 di luar daerah Kabupaten
melalui strategi pengembangan
Bondowoso seperti Daerah di
sekitar jalan raya Probolingo dan pertanian dengan metode
surabaya, bahkan saya pernah
Zonic/Pewilayahan tanaman yang
menemukan sendiri pemalsuan tape
merk 82 di dalam mall surabaya. dikenal dengan kampung
Saya harap pemerintah daerah
tape/cluster tape meliputi Daerah
melakukan proteksi terhadap
praktek pemalsuan yang marak Wringin, Curahdami, Tamanan dan
terjadi terhadap produk tape
Pakem.
Bondowoso karena Tape
Bondowoso merupakan aset 2. Faktor Penghambat
daerah...”
a. Ketersediaan Bahan baku Singkong
Faktor-Faktor Pendukung dan yang terus menurun setiap tahunnya
Penghambat Ketersediaan Bahan Baku karena banyaknya petani singkong
Singkong untuk Produk Unggulan yang beralih pada komoditas
Daerah (tape) lainnya seperi kopi, jagung dan padi
1. Faktor Pendukung sehingga tidak mampu memenuhi
a. Faktor Cuaca dan Kondisi
kebutuhan industri tape. Industri
Geografis. Kabupaten Bondowoso
tape banyak membeli bahan baku
mempunyai letak yang tidak
Singkong di luar daerah Bondowoso
strategis karena diapit oleh bukit-
untuk memenuhi produksi Tape.
bukit dan dua pegunungan yaitu ijen
b. Seiring dengan Perkembangan
di bagian timur dan argopuro
Tekhnologi yang semakin maju
dibagian barat yang membuat jalan
maka bidang pertanian khususnya
masuk menuju Bondowoso
singkong juga dituntut untuk
berkelok-kelok, tidak dilalui jalur
membawa perubahan yang
pantau utara (pantura) yang
mengarah pada cara bertanam
merupakan jalur utama perdagangan
menggunakan tekhnologi modern
di pulau jawa dan jauh dari Ibukota
dan berorientasi pada
Provinsi Jawa timur yaitu Surabaya.
komersialisasi. Tidak adanya
b. Dukungan atau Proteksi dari
dukungan pemerintah atas
Pemerintah Daerah Kabupaten
tekhnologi modern menyebabkan
Bondowoso untuk menjaga
sistem pertanian singkong di
ketersediaan Bahan Baku singkong
Kabupaten Bondowoso masih
sebagai bahan baku produk

173
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

bersifat tradisional dan belum dapat e. Ketersediaan besek tape yang


memberikan keuntungan yang semakin berkurang dikeluhkan para
maksimal pada petani dari sisi industri tape dalam memenuhi
pengelolaan tanam. kebutuhan usahanya. Selain
c. Petani Singkong/Ubi kayu sering ketersediaan besek tape, Kualitas
kesulitan mendapatkan akses modal besek tape yang dihasilkan
maupun pasar dalam melakukan pengrajin besek tape yang banyak
usaha pertaniannya karena pinjaman terdapat di daerah ardisaeng belum
diberikan dengan anggunan dan cukup baik. Industri tape
harga yang lebih ditentukan oleh mengeluhkan penggunaan bambu
para pemberi pinjaman. Dengan muda untuk pembuatan besek tape
keterbatasan modal dan akses pasar membuat daya tahan tidak lama.
yang terbatas sehingga petani Maka banyak industri tape
singkong masih sulit mengejar Bondowoso yang membeli besek
permintaan atau keuntungan yang tape di luar kota bondowoso seperti
diharapkan. tulungangung yang menggunakan
d. Tidak ada bimbingan terkait bambu tua sehingga lebih tahan
peningkatan keterampilan (life lama.
skill). Selain keterbatasan Modal Strategi Pemberdayaan Masyarakat
dan Akses pasar, Petani tape (Petani Singkong, pengusaha tape,
Singkong/ubi kayu mempunyai pengrajin besek tape dan pengrajin
keterbatasan pengetahuan olahan tape) melalui Kebijakan
keterampilan (life skill). Pemerintah daerah di Kabupaten
Keterampilan (life skill) sangat Bondowoso
dibutuhkan petani singkong agar Penelitian ini akan menganalisis pada
mempunyai pemikiran pada strategi Pemberdayaan Masyarakat Tape
peningkatan ekonomi. Hal tersebut dengan menemukan implikasi Kebijakan
akibat berkembangnya manfaat yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
singkong/ubi kayu dalam Kabupaten Bondowoso. salah satu cara
penggunaan berbagai bahan untuk memberdayakan petani adalah
makanan. keberpihakan atau campur tangan
pemerintah dalam pengelolaan pertanian

174
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

dan hasilnya. untuk mencari strategi yang Zonic/Pewilayahan tanaman yang dikenal
tepat mengenai kebijakan-kebijakan yang dengan kampung tape/cluster tape.
harus dilakukan pemerintah, maka akan Beberapa daerah yang termasuk kampung
dianalisis melalui faktor pendukung dan tape diantaranya adalah Daerah Wringin,
Penghambat dalam Ketersediaan Bahan Curahdami, Tamanan dan Pakem. Proteksi
Baku Singkong untuk bahan baku Industri tersebut dilakukan untuk menjaga
Unggulan (tape). Melalui ketersediaan ketersediaan Bahan Baku singkong guna
bahan baku singkong dapat dianalisis memenuhi kebutuhan industri tape di
mengenai jumlah produksi singkong dari Kabupaten Bondowoso.
tahun ketahun mengalami kenaikan Selain itu, Corak pertanian Petani
ataukah penurunan. Kemudian stelah itu singkong yang masih tradisional membuat
akan dianalisis mengenai penyebab petani singkong belum dapat
kenaikan dan penurunan produksi memaksimalkan keuntungan yang
singkong di Kabupaten Bondowoso. lebih dihasilkan sehingga berpindah pada
lanjut akan dirumuskan sebuah strategi komoditas lainnya seperti kopi dan jagung.
Pemberdayaan Masyarakat Tape. Petani singkong juga minim keterampilan
Produksi singkong di Kabupaten (life skill) sehingga singkong yang
Bondowoso mengalami penurunan dari dihasilkan masih belum memenuhi standart
tahun 2013-2014. Penurunan tersebut kualitas singkong unggulan untuk bahan
disebabkan oleh banyaknya lahan baku tape. Campur tangan pemerintah
Singkong yang beralih fungsi kepada terhadap permasalahan diatas adalah
komoditas lainnya seperti kopi dan jagung. Pemerintah bisa membuat Lembaga
Penyebab para Petani singkong beralih penelitian dan pengembangan produk
pada komoditas lainnya karena harga Singkong unggulan (tape) di Kabupaten
singkong yang terus menurun sehingga Bondowoso. dengan adanya lembaga
tidak menguntungkan petani. Campur penelitian dan pengembangan tentang
tangan pemerintah diperlukan Untuk singkong, Produk singkong dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Maka dikembangkan lebih baik lagi dalam hal
untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah mencari formula menemukan dan
Kabupaten Bondowoso membuat regulasi membuat singkong unggul untuk produksi
Kebijakan melalui strategi Pengembangan tape. Pemerintah dapat memberikan
pertanian dengan metode bimbingan kepada petani Singkong untuk

175
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

mendapatkan hasil singkong yang sesuai keengganan petani singkong yang akhirnya
dengan permintaan industri. beralih ke komoditas lainnya dikarenakan
Selain Standart Kualitas singkong anjloknya harga singkong. Dengan adanya
yang rendah, Petani singkong juga minim kontrol harga dari pemerintah, petani
keterampilan dalam memanfaatkan bahan singkong memperoleh harga yang layak
singkong. Padahal Singkong merupakan atas penjualan singkong.
bahan tanaman yang dapat diolah menjadi Permasalahan lebih lanjut adalah
barang yang mempunyai nilai ekonomis terkait akses modal dan Pasar.
tinggi seperti mengolah singkong menjadi Permasalahan klasik yang masih menjadi
keripik. Keripik merupakan olahan permasalahan petani adalah akses modal.
singkong yang dapat dimanfaatkan oleh Minimnya modal untuk pengembangan
masyarakat untuk menjadi usaha rumahan pertanian membuat petani kesulitan untuk
(home industry) untuk menambah mengembangkan hasil pertanian dengan
perekonomian keluarga. Maka Pemerintah kesulitannya memenuhi pasokan bibit,
Daerah juga harus memberikan pupuk yang dibutuhkan sewaktu-waktu.
tekhnologi tepat guna pada masyarakat. Maka dalam hal ini dibutuhkan andil
Tekhnologi tepat guna tersebut bertujuan pemerintah dalam memberikan modal
untuk membantu petani singkong dalam dengan suku bunga yang rendah kepada
mengembangkan hasil pertaniannya. petani singkong. Begitu juga dengan akses
Tekhnologi tepat guna seperti mesin pasar, petani singkong kesulitan dengan
perajang singkong otomatis skala home penjualan hasil singkong. Banyak dari
industri sangat bermanfaat untuk petani mereka mengeluhkan kesulitan dalam
singkong untuk membuat olahan singkong menjual hasil pertaniannya. Maka
menjadi keripik yang mempinyai nilai diperlukan peran pemerintah dengan
tambah. memberikan akses pasar pada mereka.
Pemerintah juga harus turut campur Seperti contoh di lumajang yang terkenal
tangan dalam penetapan harga singkong. dengan pisangnya. Pemerintah lumajang
Dalam hal ini, Dinas Pertanian akan turut dalam hal ini menyediakan pasar khusus
menentukan harga hasil pertanian dan pisang bagi petani pisang untuk
mengenadalikan harga supaya layak bagi menjualnya kepada tengkulak atau
masyarakat. Beberapa persoalan yang telah konsumen langsung. Maka dengan
banyak dikemukakan antara lain mencontoh lumajang, pemerintah

176
Nian Riawati – Strategi Pengembangan Produk . . .

kabupaten Bondowoso juga dapat


menyediakan pasar khusus singkong Gambar 1. Strategi Pemberdayaan
kepada para pengusaha industri tape Masyarakat melalui Regulasi Kebijakan
ataupun konsumen langsung terutama Pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso
konsumen yang memanfaatkan singkong SIMPULAN
untuk bahan olahan lebih lanjut. Sehingga Penurunan produksi Singkong dari
pemerintah dalam hal ini turut menjadi tahun 2013-2016 disebabkan karena
fasilitator dalam membantu petani menjual banyaknya petani singkong yang beralih
hasil pertaninnya. pada komoditas pangan lainnya seperti
Pemerintah memelihara icon kopi, padi dan jagung. Selain itu, Corak
daerah sebagai Kota tape dengan pertanian Petani Singkong yang masih
mengadakan even-even khusus misalnya tradisonal membuat petani singkong belum
hari tape yang pada hari itu semua instasi bisa memaksimalkan keuntungannya
menyuguhkan tape dalam jamuan ditambah dengan Minimnya keterampilan
makannya begitu juga diadakan pameran (life skill) yang dimiliki oleh petani
yang menampilkan tape khas bondowoso singkong dalam memanfaatkan hasil
dan semua hasil olahan tape seperti prol olahan singkong. Ketidakstabilan harga
tape dll. Pada hari tape semua masyarakat singkong membuat petani sering
bondowoso bebas menikmati tape yang mengalami kerugian dengan seringnya
telah disediakan pemerintah dengan harga singkong berada pada level paling
mengundang para industri tape yang ada di rendah dalam penjualannya dan Kesulitan
Kabupaten Bondowoso. dalam hal Akses Modal dan Akses Pasar
yang sering dikeluhkan petani singkong
Strategi
dalam memenuhi kebutuhan tanam
Pengembangan Regulasi
Pertanian Kontrol singkong dan penjualan singkong.
harga
Singkong
UCAPAN TERIMA KASIH
Masyarakat
Tape Penelitian ini merupakan pemenang
hibah skema Penelitian dosen pemula
Tekhnologi
Bimbingan dengan dana BOPTN Universitas Jember.
Modern
Sistem Peningkatan Karena itu Peneliti menyampaikan
Pertanian Keterampila
n (life skill) terimakasih kepada Universitas Jember
atas biaya penelitian dan izin yang

177
NATAPRAJA Vol, 6 No.2, 2018

diberikan sehingga penelitian ini dapat Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan


Masyarakat dan Jaring Pengaman
dilaksanakan
Sosial Jakarta: Gramedia

Uphoff, Norman. 1986. Local Instutional


DAFTAR PUSTAKA Development; An Analitical
Sourcebook. West Hartford.
Beth r. Crisp, Hal swerissen and Stephen J. Kumarian Press
Duckett, 2000; Four approaches to
capacity building in health: Slamet Widodo, 2008, Kelembagaan,
consequences for measurement and Modal sosial Dan Pembangunan
accountability; Health Promotion dalam http://learning-
International Vol. 15, No. 2 © of.slametwidodo.com/2008/02/01/kel
Oxford University Press 2000 embagaan-kapital-sosial-dan-
pembangunan/(diakses 20 januari
Christiaan Grootaert and Thierry van 2011)
Bastelaer (editor), 2002,
Understanding and Measuring Social
Capital A Multidisciplinary Tool for
Practitioners, World Bank, New Febrilina. 2016. Ketersediaan Bahan baku
York. Hal. 4 singkong untuk produk unggulan
daerah di Kabupaten Jember.
Chambers, R. 1985. Rural development :
putting the last first. London ; New
York:Longman.
Indrayati, Rosita. 2013. Pemberdayaan
Dunn, William N. 2000. Pengantar petani singkong di Kabupaten
Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Jember. Penelitian Unggulan
Mada University. Yogyakarta BOPTN

Esman, Milton J., Uphoff, Norman T; Purbathin Hadi, Agus. 2013. Konsep
1984; Local Organizations Pemberdayaan, Partisipasi dan
Intermediaries in Rural kelembagaan dalam pembangunan.
Development; Cornell University Pusat Pengembangan masyarakat
Press; Ithaca and London agrikarya

Friedman, John, 1992. Empowerment The


Politics of Alternative
Development.Blackwell Publishers,
Cambridge, USA.

Ife, J.W., 1995. Community Development:


Creating Community Alternatives-
vision, Analysiis and Practice.
Melbourne : Longman.

Narayan, D. 1999. Bonds and Bridges;


Social Capital and Poverty.
Washington DC. World Bank

178

Anda mungkin juga menyukai