Anda di halaman 1dari 12

Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso......

DINAMIKA AGROINDUSTRI TAPE DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 1960-2014

Anggi Prayoga Octaviani, Sugiyanto, Sutjitro.


Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: Sugiyanto.unej@gmail.com

ABSTRAK

Tape merupakan makanan olahan yang terbuat dari ubi kayu dan sangat populer di seluruh daerah di Indonesia,
namun tape singkong sangat terkenal sebagai makanan khas Kabupaten Bondowoso. Agroindustri tape di
Kabupaten Bondowoso telah ada sejak tahun 1960 berawal dari industri yang pertama berdiri di Kabupaten
Bondowoso yaitu Tape 66 dan merupakan industri turun temurun dari orangtua. Tape dapat diolah menjadi
beberapa olahan seperti suwar-suwir, prol tape, brownies tape, dll hingga kini dikenal dan dijual di kios-kios atau
toko-toko di dalam maupun di luar kota Bondowoso. Proses produksi tape Bondowoso mengalami peningkatan dan
penurunan yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya situasi dan kondisi pasar akibat kenaikan
BBM yang mengakibatkan kenaikan bahan baku. Kontribusi agroindustri tape antara lain: agroindustri tape
memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap sektor pertanian di Kabupaten Bondowoso, tape dikenal
sebagai makanan ciri khas Bondowoso sehingga Kota Bondowoso semakin dikenal sebagai Kota Tape.

Kata kunci: Tape, Kabupaten Bondowoso.

ABSTRACT

Tape is a processed food made from cassava and is very popular in all regions in Indonesia, cassava is very well
known as typical food regency . Agro-industry in the regency tape has been around since 1960 originated from the
first industry established in the regency Tape 66 and is handed down from parent industry . Tape can be processed
into refined as Suwar - shredded , prol tape , tape brownies , etc. until now known and sold in the stalls or shops
inside and outside the city Bondowoso . Bondowoso tape production process has increased and decreased due to
several factors, among others, the situation and the rise in fuel prices due to market conditions which resulted in
the increase of raw materials . Contributions agroindustrial tape include: agro-industry tape contribute
substantially to the agricultural sector in the regency , tape known as typical food so Bondowoso city increasingly
known as the City of Tape .
.

Key word: fermented of cassava, Bondowoso Regency

PENDAHULUAN oleh berbagai kalangan. Selain sebagai makanan, tape


Tape merupakan salah satu makanan olahan yang juga menjadi salah satu alternatif oleh-oleh khas
terbuat dari ubi kayu atau singkong yang difermentasi. Kabupaten Bondowoso. Tape dapat diolah menjadi
Makanan ini sangat popular di seluruh daerah di beberapa olahan makanan lain seperti suwar-suwir, prol
Indonesia, namun tape singkong sangat terkenal sebagai tape, brownies tape, dll yang dijual di kios-kios atau toko-
makanan khas Kabupaten Bondowoso. Cita rasa manis toko di dalam atau luar Kota Bondowoso. Agroindustri
yang khas dari ubi kayu pilihan menjadikan tape tape di Kabupaten Bondowoso telah ada sejak tahun 1960
Bondowoso menjadi salah satu makanan yang diminati dan merupakan industri turun-menurun dari orang tua.

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 2

Industri tape di Kabupaten Bondowoso saat ini telah antara lain Malaysia, Singapura, dan Saudi Arabia.
menjadi industri keluarga. (Wawancara dengan Bapak Imam Zarkasyi,S.Si selaku
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu Kasi Agro dan Hasil Hutan Bidang Perindustrian
kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang berada di Diskoperindag Bondowoso pada tanggal 10 Desember
ketinggian dari permukaan laut rata-rata mencapai ±253 2013).
m di atas permukaan laut dengan wilayah tertinggi ±3.287 Sifat tape yang tidak dapat bertahan lama dan
m dan terendah ±73 m. Kondisi dataran di Kabupaten adanya persaingan bisnis tape semakin ketat, maka
Bondowoso yaitu 44,4% pegunungan dan perbukitan, memaksa para pengusaha tape untuk melakukan berbagai
30,7% dataran rendah dan 24,9% dataran tinggi. inovasi agar tetap menarik konsumen dan tetap memenuhi
Kabupaten Bondowoso berada di antara Pegunungan Ijen kebutuhan konsumen yaitu dengan melakukan
yang terletak di sebelah timur dan Pegunungan Argopuro diversifikasi produk melalui penganekaragaman produk,
yang terletak di sebelah barat. Jika dilihat dari kondisi pembungkusan dan variasi ukuran. Penelitian Hasanah
georafis tersebut maka Kabupaten Bondowoso memiliki (2012) memfokuskan pada pengaruh variabel diversifikasi

udara cukup sejuk yakni antara 15,40 oC – 25,10oC produk yang terdiri dari ragam produk, pembungkusan

(Bondowoso dalam Angka,2014). dan variasi ukuran produk terhadap peningkatan

Apabila dilihat dari jenis tanahnya, jenis tanah di penjualan pada industri tape di Kabupaten Bondowoso

Kabupaten Bondowoso adalah Regosol, Andosol, Latosol, tahun 2010 dengan menggunakan penelitian ekonomi

Grumusol, Mediteran dan Litosol yakni jenis tanah yang serta mengambil lokasi industri Bondowoso dengan

sangat baik digunakan untuk bercocok tanam dan sebagai pertimbangan bahwa Bondowoso memiliki industri tape

lahan pertanian. Apabila dilihat dari pola penggunaan yang melakukan diversifikasi produk dengan lama usaha

tanah, Kabupaten Bondowoso terdiri dari areal kehutanan lebih dari 5 tahun. Industri tape di Kabupaten Bondowoso

dan tegalan. Lahan tegalan lebih banyak diusahakan menghasilkan produk lebih dari satu jenis produk yaitu

untuk penanaman ubi kayu yang merupakan bahan baku tape manis, tape bakar, suwar-suwir dan prol tape. Ragam

tape (Data Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso,2014). jenis produk juga dilakukan dengan menambahkan rasa

Produksi tape di Kabupaten Bondowoso memiliki seperti suwar-suwir memiliki rasa nangka, nanas,

kualitas baik dan unggul, sehingga kota Bondowoso strawberry, durian, kelapa muda, susu, keju dan cokelat.

terkenal dengan sebutan Kota Tape. Hampir semua Diversifikasi pembungkusan pada industri tape

kecamatan di Bondowoso memiliki industri pengolahan Bondowoso menggunakan besek, kardus, kotak mika dan

tape. Di daerah tersebut terdapat sentra industri tape tas plastik dengan memberikan ragam warna dan ukuran

singkong yang dapat menghasilkan beberapa kwintal tape yakni kecil, sedang dan besar. Pembungkusan juga

setiap harinya untuk didistribusikan ke beberapa wilayah mencantumkan nama merk, nama rasa produk, masa

di Jawa Timur seperti Kabupaten Situbondo, Kabupaten kadaluarsa, izin dari Dinas Kesehatan, izin usaha dari

Jember, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Madiun. Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta label halal.

Beberapa daerah sentra penghasil tape yang menonjol di Berbagai macam diversifikasi produk yang dihasilkan

Kabupaten Bondowoso adalah Kecamatan Bondowoso, oleh perusahaan Tape Bondowoso ditujukan kepada

Kecamatan Binakal dan Kecamatan Wringin. Beberapa semua konsumen dari kalangan bawah hingga kalangan

perusahaan tape yang terkenal di Kabupaten Bondowoso atas dan disesuaikan dengan kemampuan daya beli

antara lain Tape Handayani 82, Tape 31 Jaya, Tape Agape konsumen maka diversifikasi tersebut dapat

dan Tape 66. Beberapa negara kini menjadi importir tape meningkatkan volume penjualan perusahaan.

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 3

Perkembangan agroindustri tape dari tahun ke METODE PENELITIAN


tahun semakin berkembang dan sesuai dengan kebutuhan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
masyarakat. Kegiatan industri kecil tape yang berada di
metode penelitian sejarah sebab penelitian ini mengkaji
Kabupaten Bondowoso dapat menciptakan lapangan kerja
fenomena-fenomena yang telah terjadi pada masa lampau.
baru bagi masyarakat sekitar sehingga dapat
Metode sejarah merupakan suatu ilmu yang
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
membicarakan tentang cara untuk mengetahui peristiwa
Lapangan kerja tersebut antara lain berupa peluang bagi
yang terjadi di masa lampau dengan cara menempuh
para petani untuk menanam ubi kayu dalam jumlah besar
secara sistematis prosedur penyelidikan dengan
dan juga meningkatkan pertumbuhan anyaman bambu
menggunakan teknik untuk pengumpulan bahan sejarah
dalam membuat keranjang tape (Mashuri,2006:4).
sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap secara
teoritis, metodologis bahkan filsafat (Sjamsuddin,
Permasalahan yang dibahas adalah:
2007:15). Dalam metode sejarah terdapat beberapa proses
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka
yang harus dilakukan agar sejarawan dapat menghasilkan
dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai
suatu karya. Adapun ketentuan dan peraturan itu meliputi
berikut:
tahap heuristik, kritik, interpretasi dan tahapan penulisan
1. bagaimana sejarah munculnya agroindustri tape
sejarah atau lazim disebut historiografi.
di Kabupaten Bondowoso tahun 1960?
Langkah pertama dalam melakukan penelitian
2. bagaimana proses dinamika agroindustri tape di sejarah adalah heuristik. Menurut terminologinya,
Kabupaten Bondowoso tahun 1960-2014? heuristik (heuristic) dari bahasa Yunani, heuristiken
berarti mengumpulkan atau menemukan sumber
3. bagaimana kontribusi agroindustri tape terhadap
(Pranoto,2010:29). Secara garis besar sumber sejarah
perkembangan sosial ekonomi di Kabupaten
dapat dibedakan menjadi : 1) sumber material atau
Bondowoso tahun 1960-2014?
kebendaan (artefak,istana); 2) sumber immaterial atau
nonkebendaan (tradisi,kepercayaan,agama); 3) sumber
Penelitian ini diharapkan menghasilkan sesuatu yang
lisan (hasil wawancara, tradisi lisan); 4) sumber pertama
bermanfaat diantaranya:
dan kedua; 5) depo sumber (sumber di gedung arsip pusat
1. dijadikan sebagai sarana latihan dalam usaha
dan daerah).
mengadakan penelitian untuk menyelesaikan
Langkah kedua dalam penelitian sejarah adalah
tugas akhir S1;
melakukan kritik sumber, yaitu upaya untuk mendapatkan
2. menambah khazanah pengetahuan mengenai otentisitas dan kredibilitas sumber. Tiap-tiap sumber
agroindustri tape; sejarah memiliki dua aspek, yaitu aspek ekstern dan aspek

3. menambah pembendaharaan ilmu sejarah intern. Kritik ekstern adalah usaha untuk mendapatkan

khusunya tentang perkembangan agroindustri otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik

tape di Kabupaten Bondowoso terhadap suatu sumber. Kritik ekstern mengarah pada
pengujian terhadap aspek luar sumber. Otentisitas
4. menjadi bahan masukan bagi pemerintah Daerah
mengacu pada materi sumber yang sezaman. Kritik
Kabupaten Bondowoso dalam mengambil
ekstern ini dilakukan pada sumber literatur penelitian
kebijakan terutama yang berkaitan dengan upaya
dengan meneliti bahan kertas yang dipakai, jenis tulisan,
peningkatan kesejahteraan petani singkong . gaya bahasa dan lain sebagainya. Kritik intern adalah

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 4

kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber, artinya Probolinggo; (2) sebelah timur berbatasan dengan
apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, Kabupaten Banyuwangi; (3) sebelah selatan berbatasan
mengandung bias, atau dikecohkan (Pranoto,2010:35-36). dengan Kabupaten Jember; (4) sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Situbondo (RTRW Kabupaten
Langkah ketiga dalam penelitian sejarah adalah
Bondowoso 2011-2031)
interpretasi terhadap sumber sejarah. Dalam langkah ini
Luas wilayah Kabupaten Bondowoso mencapai
setelah memperoleh fakta-fakta yang dibutuhkan penulis
berusaha melakukan analisis dan penafsiran dari 1.560,10 km2 atau sekitar 3,26 persen dari total luas

wawancara dan dokumen yang dirangkai secara Provinsi Jawa Timur yang terbagi menjadi 23 kecamatan,

kronologis, rasional dan faktual. Interpretasi dilakukan 209 desa dan 10 kelurahan. Ketinggian dari permukaan

karena berbagai fakta yang telah ditemukan dalam laut rata-rata mencapai ±253 m di atas permukaan laut.

kegiatan kritik tersebut masih terpisah dan berdiri sendiri. Wilayah tertinggi ±3.287 m dan terendah ±73 m. Kondisi

Oleh karena itu berbagai fakta yang lepas dari satu sama dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 44,4%

lain harus diinterpretasikan dengan cara menghubungkan pegunungan dan perbukitan, 30,7% dataran rendah dan

sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk 24,9% dataran tinggi (Badan Pusat Statistik

akal (Notosusanto, 1971:23). Bondowoso,2013).


Kabupaten Bondowoso dikelilingi oleh gunung yaitu
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah
Gunung Raung dan Gunung Ijen di sebelah timur,
historiografi. Historiografi merupakan cara untuk
Gunung Widodaren dan Gunung Suket, Pegunungan
merekonstruksi suatu kesaksian atau kisah lampau
Hyang dengan puncak Argopuro di sebelah barat, Gunung
berdasar sumber yang diperoleh. Historiografi dalam ilmu
Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa di
sejarah merupakan titik puncak seluruh kegiatan
sebelah utara. Sementara itu ada beberapa sungai atau
penelitian sejarawan. Historiografi adalah kegiatan
sekitar 35 sungai yang mengaliri Kabupaten Bondowoso
rekonstruksi yang imajinatif berdasarkan data yang
antara lain yaitu Sungai Deluang, Sungai Sampeyan Baru,
diperoleh dari sumber-sumber sejarah (Gottschalk,
Sungai Mrawan, Sungai Tlaga, Sungai Wonoboyo, dan
1980:32). Penyajian dari hasil penelitian ini dilakukan
lain-lain. Kabupaten Bondowoso juga memiliki mata air
dengan merangkai fakta-fakta sejarah yang diperoleh
yang tersebar di seluruh wilayah dan sumber air panas di
sehingga menjadi suatu rangkaian yang kronologis dan
Kecamatan Sempol. Sumber air panas tersebut
sistematis.
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia seperti
ketersediaan air bersih, irigasi, perikanan dan pariwisata.
GAMBARAN UMUM GEOGRAFIS DAN KEADAAN
Lokasi Kabupaten Bondowoso berada di sekitar
PERTANIAN KABUPATEN BONDOWOSO
garis Khatulistiwa secara langsung mempengaruhi
Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di
perubahan iklimnya, sehingga wilayah ini juga
wilayah bagian Timur Provinsi Jawa Timur dengan jarak
mempunyai perubahan musim sebanyak 2 iklim setiap
sekitar 200 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Timur,
tahun yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Surabaya. Kabupaten Bondowoso terletak pada posisi
Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai dengan
7”50’10” sampai 7”56’41” Lintang Selatan dan
Oktober dan musim penghujan terjadi pada bulan
113”48’110” sampai 113”48’26” Bujur Timur. Secara
November sampai dengan Mei. Bulan Juni, Agustus dan
administratif Kabupaten Bondowoso memiliki batas
September merupakan bulan peralihan musim dan curah
wilayah sebagai berikut: (1) sebelah barat berbatasan
hujan relatif kecil.
dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 5

Sebagian besar masyarakat Kabupaten wilayah Kabupaten Bondowoso. Lahan tegalan lebih
Bondowoso mempunyai mata pencaharian bertani. banyak diusahakan untuk penanaman ubi kayu yang
Sebagian lagi menjadi pedagang dan pegawai negeri. merupakan bahan baku tape. Areal ubi kayu di Kabupaten
Sebagian besar penduduk Kabupaten Bondowoso bekerja Bondowoso tersebar di 21 kecamatan dari 23 kecamatan
di sektor pertanian sehingga sektor pertanian menduduki dengan produksi sebesar 121.076,10 ton/tahun (Badan
posisi tertinggi dibandingkan dengan penduduk yang Pusat Statistik Bondowoso,2013).
bekerja di sektor lain. Posisi kedua adalah penduduk yang
Kabupaten Bondowoso memiliki lahan kering
bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Urutan
cukup dan tersebar di setiap wilayah kecamatan, terutama
ketiga terbesar adalah penduduk yang bekerja di sektor
di bagian barat seperti di Kecamatan Curahdami,
jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.
Kecamatan Binakal dan Kecamatan Wringin. Hal ini
Kabupaten Bondowoso memiliki lahan pertanian mengakibatkan tanaman ubi kayu menjadi salah satu
cukup luas sehingga sektor pertanian merupakan sektor tanaman alternatif tanaman daerah kering yang
ekonomi basis di Kabupaten Bondowoso. Sektor pertanian menguntungkan dari tanaman lainnya. Banyak petani
berkontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten mengusahakan lahannya untuk usaha tani ubi kayu.
Bondowoso. Daerah subur di tanah lembah pegunungan
Kecamatan Bondowoso memberikan sumbangan
Kabupaten Bondowoso cocok ditanami padi atau palawija,
produksi sebanyak 112 ton. Kecamatan Bondowoso
termasuk ubi kayu yang digunakan sebagai bahan baku
memiliki luas panen ubi kayu 8 ha dan menghasilkan
utama tape yang menjadi makanan khas Kabupaten
produktivitas ubi kayu 14,10 ton/ha serta produksi
Bondowoso.
sebanyak 112 ton. Produksi ubi kayu di Kecamatan
Kabupaten Bondowoso memiliki lahan pertanian Bondowoso kemudian digunakan untuk bahan baku
cukup luas sehingga sektor pertanian merupakan sektor pembuatan tape. Lahan ubi kayu yang digunakan untuk
ekonomi basis Kabupaten Bondowoso. Sektor pertanian pembuatan tape seluas 1 ha dan menghasilkan 4 ton ubi
berkontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten kayu. Lahan penanaman ubi kayu berbeda dengan lahan
Bondowoso. Daerah subur di tanah lembah-lembah yang akan ditanami tanaman pangan lain dilihat dari
pegunungan Kabupaten Bondowoso cocok ditanami padi struktur tanah. Struktur tanah yang digunakan untuk ubi
atau palawija, termasuk ubi kayu yang digunakan sebagai kayu adalah tanah gembur dengan unsur zat hara baik
bahan baku utama tape yang menjadi makanan khas agar ubi kayu juga dapat berkembang dengan baik.
Kabupaten Bondowoso. Kabupaten Bondowoso memiliki struktur tanah yang khas
yaitu memiliki kadar pasir tinggi yang menjadi tempat
Ditinjau dari seluruh luas wilayah, 90,08% lahan
penanaman ubi kayu. Salah satu daerah yang memiliki
di Kabupaten Bondowoso digunakan untuk pertanian
mutu ubi kayu baik adalah Desa Tamanan di Kecamatan
yaitu persawahan, tanah kering, perkebunan, kehutanan,
Tamanan, Kabupaten Bondowoso karena tanah tegalan
rawa dan tambak. Sebagian lain digunakan untuk
Desa Tamanan mengandung tanah pasir. Tanah pasir
pemukiman, industri, padang rumput, pertambangan,
dapat menahan air hujan untuk masuk ke dalam ubi kayu
lahan sementara yang tidak digunakan, dan lainnya.
yang ditanam. Hal ini dikarenakan apabila air hujan
Usaha pertanian di Kabupaten Bondowoso antara lain:
masuk ke dalam ubi kayu, maka tape yang dihasilkan
padi, jagung, kedelai, rempah-rempah, tanaman
akan berair dan kecut.
holtikultura dan ubi kayu. Tanah di Kabupaten
Bondowoso adalah areal kehutanan dengan persentase Ubi kayu dibedakan menjadi dua jenis yaitu ubi
35,77%, tegalan dengan persentase 27,66% dari luas kayu berwarna kuning yang dikenal dengan ubi kayu

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 6

mentega dan ubi kayu berwarna putih. Jenis ubi kayu yang menghasilkan tape besek. Hal ini dikarenakan lokasi
dipilih oleh para produsen tape adalah jenis ubi kayu pemasaran yang berbeda. Lokasi pemasaran tape kemasan
kuning (mentega) karena ubi kayu mentega dapat besek lebih memusat dan mengelompok di pusat kota dan
menghasilkan tape berwarna kuning, tidak berserat dan diarahkan pada konsumen akhir.
tidak berair sehingga daya tahan tape dapat terjaga. Selain
Kecamatan Bondowoso memiliki perusahaan
itu ubi kayu mentega memiliki rasa manis sehingga tape
tape terkenal terutama di daerah Pecinan, Desa
yang dihasilkan juga memiliki rasa manis. Jenis ubi kayu
Blindungan, Kecamatan Bondowoso. Hal ini dikarenakan
berwarna putih dimanfaatkan oleh para produsen sebagai
Kecamatan Bondowoso memiliki alun-alun yang
bahan baku selain tape seperti tepung tapioca dan gaplek.
merupakan pusat Kota Bondowoso dan ramai dikunjungi
Kualitas tape bergantung pada pemilihan bahan penduduk atau wisatawan. Daerah Pecinan juga telah
baku seperti ubi kayu dan ragi. Ubi kayu yang dipilih kenal oleh masyarakat luas sehingga memudahkan para
untuk pengolahan tape bergantung pada umur dan pengunjung atau wisatawan untuk menjangkau lokasi
ukurannya. Ubi kayu yang dipilih adalah ubi kayu dengan penjualan tape. Menurut data statistik Kecamatan
umur panen cukup yaitu 7-9 bulan dan dengan ukuran Bondowoso 2012, Kecamatan Bondowoso memiliki 12
yang sedang atau besar. Pemilihan ubi kayu berbeda tiap usaha tape dengan 46 tenaga kerja. Desa Blindungan di
sampel. Pemilihan ubi kayu oleh produsen tape di Kecamatan Bondowoso memiliki 5 perusahaan tape
Kecamatan Bondowoso ubi kayu dipilih yang memiliki terkenal yaitu Tape 66, Tape Handayani 82, Tape Agape,
kualitas baik dengan ciri fisik yang besar dan harga yang Tape 27 dan Tape 31 Jaya dengan masing-masing tenaga
relatif lebih mahal (Wawancara dengan Bapak Imam kerja antara 10-20 orang yang memiliki tugas dan latar
Zarkasyi,S.Si selaku Kasi Agro dan Hasil Hutan Bidang belakang pendidikan berbeda. Para agen resmi tape yang
Perindustrian Diskoperindag Bondowoso pada tanggal 10 berada di pusat kota sebanyak enam agen, antara lain:
Desember 2013). pusat kota Jl. PB Soedirman, Toko Sumber Agung, Toko
Kembang Mas, Agen Martadinata dan Terminal Bis.
Wilayah Kecamatan Bondowoso memiliki
industri tape berjumlah 5 perusahaan tape. Tiap produsen
tape dapat menghasilkan produk tape 1 ton per hari.
ASAL MULA DAN DINAMIKA AGROINDUSTRI
Usaha tape yang dilakukan di Kecamatan Bondowoso
TAPE DI KABUPATEN BONDOWOSO
berbentuk usaha perorangan. Tenaga kerja dalam
produksi tape berasal dari keluarga produsen tape dan dari Lokasi Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi oleh

warga sekitar produsen tape. Para pekerja di agroindustri gunung-gunung, maka Kabupaten Bondowoso memiliki

tape Kabupaten Bondowoso memiliki tugas masing- suhu udara yang cukup sejuk yakni berkisar antara 15 oC-

masing. Para pekerja perempuan biasanya mengambil 25oC. Hal ini yang melatarbelakangi para penduduk di
bagian mengupas ubi kayu dan mengemas tape ke dalam Kabupaten Bondowoso mengolah ubi kayu menjadi tape
besek. Para pekerja laki-laki biasanya mengambil bagian karena tape memiliki sifat hangat dan dapat
lebih banyak seperti mencabut ubi kayu dari tanah, menghangatkan tubuh karena mengandung alkohol akibat
merebus, meragi dan mengangkut tape yang siap dari proses fermentasi.
dipasarkan ke atas kendaraan seperti truk karena laki-laki
Munculnya industri tape di Kabupaten
memiliki tenaga lebih besar daripada perempuan. Apabila
Bondowoso dapat dilihat dari industri tape yang pertama
tape dibedakan dalam pengemasan, Kecamatan
kali ada di Kabupaten Bondowoso. Diketahui dari cerita
Bondowoso sebagai daerah perkotaan lebih banyak
para pemilik usaha tape bahwa tape pada awalnya

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 7

merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat suwar-suwir (Wawancara dengan Bapak Abdurrahman
menengah ke bawah. Para pemilik usaha tape kemudian selaku pemilik IKM suwar-suwir, tanggal 22 April 2014).
melakukan berbagai inovasi dan cara pengemasan yang
Ada beberapa perusahaan tape yang merintis usaha
baik maka makanan tape saat ini juga dikonsumsi oleh
tape selama puluhan tahun. Ada juga perusahaan tape
masyarakat lapisan atas. Agroindustri tape di Kabupaten
yang merintis usahanya beberapa tahun lalu. Produsen
Bondowoso hingga saat ini merupakan industri turun
tape mendirikan usahanya dengan tujuan untuk
menurun dari orang tua. Bahkan para pekerja di
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya dan
perusahaan-perusahaan tersebut adalah kerabat para
turut membantu pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam
pengusaha. Anak-anak para pengusaha tape ikut belajar
mengatasi pengangguran di daerahnya. Perusahaan tape
memproduksi tape dari orang tua mereka. Meskipun
di Kecamatan Bondowoso terus bertambah hingga
anak-anak para pengusaha tape menempuh pendidikan
tersebar di 20 kecamatan. Beberapa kecamatan tersebut
tinggi, namun industri tape tetap menjadi lahan bisnis
merupakan daerah sentra tape yaitu Kecamatan
mereka. Pengalaman cara usaha memproduksi tape
Bondowoso, Kecamatan Wringin, Kecamatan Tapen dan
awalnya diperoleh dari cara mencoba dan bertanya
Kecamatan Binakal.
kepada pihak yang telah memproduksi tape pertama kali.
Perusahaan tape di Kabupaten Bondowoso
Latar belakang para pendiri usaha tape ada berbagai
menggunakan merk angka yang menunjukkan tahun
macam seperti pekerja sales, kerabat dari pendiri
berdiri perusahaan tersebut, nomer rumah atau tanggal
terdahulu, mantan sopir dari pendiri terdahulu, dan
lahir anak pemilik perusahaan. Ini juga membantu para
mantan pegawai negeri sipil. Peralatan yang digunakan
konsumen untuk mengingat nama perusahaan tape karena
masih sangat sederhana dan produksi tape yang
angka lebih mudah dihapal. Contoh pada perusahaan
dihasilkan hanya sedikit bahkan terkadang gagal.
Tape 82 di Kecamatan Bondowoso merupakan tahun lahir
Pengusaha tape terus mempelajari cara membuat tape,
anak pertama pemilik perusahaan tape tersebut, Tape 27
dimulai dari masa panen dan pemilihan bahan baku ubi
angka nomer rumah dan Suwar-suwir 91 serta Tape 95 di
kayu yang baik, hingga cara memproduksi tape apabila
Kecamatan Bondowoso merupakan angka berdirinya
musim hujan. Hal ini tidak hanya berlaku pada produksi
perusahaan tape.
tape. Awal pembuatan produk diversifikasi dari tape juga
Perusahaan tape Kabupaten Bondowoso
diterapkan dengan cara coba-coba. Suwar-suwir misalnya
memiliki agen sendiri untuk memasarkan produk mereka.
telah diproduksi di Kabupaten Bondowoso tahun 1991
Agen tersebut tersebar di dalam kota seperti di pasar dan
dan diproduksi dengan cara mencoba. Munculnya suwar-
beberapa kota di Jawa Timur seperti Situbondo, Jember,
suwir di Kabupaten Bondowoso karena adanya pemikiran
Madiun, Malang dan Surabaya. Produk mereka juga
bahwa Kabupaten Bondowoso dengan daerah penghasil
tersebar di daerah wisata seperti di pasir putih Situbondo.
tape yang besar juga mampu memproduksi suwar-suwir
Perkembangan suatu industri tidak dapat
seperti daerah lain. Bahan baku tape untuk suwar-suwir
dipisahkan dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
mudah ditemukan karena Kabupaten Bondowoso adalah
diantaranya adalah tenaga kerja, modal, proses produksi,
daerah penghasil tape. Namun bahan pewarna untuk
dan distribusi. Modal awal oleh para produsen tape tahun
suwar-suwir masih diperoleh dari luar kota seperti Jember
1960 yang baru memulai usaha adalah modal pribadi
dan Surabaya. Selanjutnya dengan berbagai saran dari
berupa bahan baku dan peralatan membuat tape seperti
pengusaha tape, saat ini Kabupaten Bondowoso telah
pisau, dandang, ragi, daun, kayu, dan lain-lain. Proses
menjual bahan pewarna makanan untuk suwar-suwir
produksi tape juga dalam tahap belajar secara otodidak
sehingga dapat mempermudah dalam memproduksi

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 8

oleh pemilik usaha tape. Beberapa tahun berikutnya, 3. pelaku usaha tape dapat tumbuh dan berkembang
perusahaan tape mulai memasuki pangsa pasar dan mulai menjadi pengusaha yang handal dan kompetitif dalam
dikenal perlahan oleh masyarakat. Pemerintah Kabupaten menghadapi persaingan global;
Bondowoso masih belum memberikan bantuan terhadap 4. pelaku usaha tape dapat membangun kreativitas dalam
permodalan guna pengembangan usaha tape di inovasi produk;
Kecamatan Bondowoso. 5. pelaku usaha tape dapat selalu melakukan aktivitas
usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Tahun 1970 pemerintah mencanangkan
sekitar dan secara tidak langsung mengurangi angka
program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
pengangguran di Kabupaten Bondowoso, sehingga
dengan tujuan yaitu meningkatkan kualitas pertanian di
mempengaruhi penurunan angka kemiskinan.
Indonesia. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1978
Pembinaan-pembinaan tersebut adalah:
bahwa untuk mewujudkan pembangunan ekonomi
1. pembinaan berupa pelatihan keterampilan dan bantuan
berdasar kepada Demokrasi Ekonomi, maka masyarakat
peralatan berlokasi:
harus berperan aktif dalam kegiatan pembangunan dan
a. Desa Kerang Kecamatan Sukosari;
pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan
b. Desa Jambesari Kecamatan Tamanan;
bimbingan bagi perkembangan dunia usaha. Beberapa
c. Desa Sumber Tengah Kecamatan Curah Dami;
langkah pemerintah dalam mewujudkan pembangunan
d. Desa Jati Tamban Kecamatan Wringin;
tersebut antara lain adalah:
e. Desa Binakal Kecamatan Binakal.
a. menyediakan dan menyempurnakan prasarana
2. pembinaan Program Desa Kerajinan (1990), berlokasi
dan sarana seperti pembangunan, perbaikan jalan, dan
di Desa Sumber Tengah Kecamatan Curahdami.
lain-lain;
pembinaan ini dilakukan selama tiga tahun dengan
b. memberi bantuan keuangan berupa kredit dan
materi pembinaan sikap mental pengusaha (motivasi),
peralatan pertanian;
peralatan produksi dan manajemen;
c. memberi penyuluhan cara bercocok tanam dan
3. pembinaan Kelompok Kerja (POKJA) industri kecil
pemasaran hasil produksi (www.tatanusa.co.id diakses
tape yang berlokasi di Desa Taal Kecamatan Tapen
pada tanggal 25 April 2014)
berupa peningkatan keterampilan, bantuan peralatan dan
Sesuai dengan Ketetapan MPR RI Nomor
bantuan simultan;
IV/MPR/1978 tersebut, maka Pemerintah Kabupaten
Bondowoso melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan 4. pembinaan Program Bapak Asuh/Bapak Angkat yang
Perdagangan (Diskoperindag) di Bondowoso memberi berlokasi di Desa Dabasah Dan Blindungan berupa
bantuan modal tidak berupa uang namun berupa bahan permodalan dari PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya;
baku atau peralatan untuk memproduksi tape seperti
Pembinaan-pembinaan tersebut masih berlanjut hingga
mesin penggilingan ragi dan bantuan pelatihan serta
tahun 2013 antara lain:
pembinaan pada agroindustri tape. Tujuan adanya
1. pembinaan dan pengembangan UKM Pangan 2013
pelatihan dan pembinaan ini adalah:
berlokasi di Aula Dekopinda Bondowoso berupa
1. dapat meningkatkan mutu dan standar keamanan
kegiatan penguatan ekonomi masyarakat di
UKM Pangan;
lingkungan industri tembakau dengan pembinaan
2. dapat meningkatkan wawasan, sumber daya manusia,
materi: pengaturan dan penggunaan bahan tambahan
kualitas dan kuantitas produksi serta daya saing;
pangan, dan praktek pembuatan stick dan saus ubi;

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 9

2. sosialisasi dukungan informasi penyediaan perempuan biasanya mengambil bagian pengupasan ubi
permodalan untuk mempercepat pengembangan kayu, peragian dan pengemasan produk. Hal ini
UKM Bondowoso 2014 berlokasi di Aula Dewan dikarenakan dalam proses tersebut dibutuhkan ketelitian,
Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Bondowoso kecermatan dan kerapian. Para pekerja perempuan juga
berupa pembinaan materi terkait dengan pemasaran, banyak melakukan pengolahan diversifikasi produk tape
kelembagaan koperasi dan kewirausahaan. Tujuan seperti pembuatan brownies tape, prol tape, brudel tape
dari sosialisasi ini adalah peserta memperoleh dan cake tape. Para pekerja laki-laki biasanya mengambil
pengetahuan tentang prosedur kredit atau bagian lebih banyak seperti mencabut ubi kayu dari tanah,
pembiayaan modal kerja UKM agar usaha produktif merebus dan mengangkut tape yang siap dipasarkan ke
yang ditekuni memiliki kelayakan, baik secara teknis atas kendaraan seperti truk karena laki-laki memiliki
maupun ekonomi untuk mendapat bantuan tenaga lebih besar daripada perempuan. Para pekerja laki-
permodalan (Wawancara dengan Ibu Latifah selaku laki juga melakukan pengolahan produk suwar-suwir
Seksi Pengembangan Wirausaha Baru, tanggal 22 karena pengadukan adonan dalam proses pembuatan
April 2014). suwar-suwir membutuhkan tenaga lebih.

Pada awal mendirikan usaha, tahun 1960-1980 Proses pembuatan tape sangat mudah dan
tiap produsen tape di Kabupaten Bondowoso memiliki hanya membutuhkan pengalaman dari para produsen tape
tenaga kerja dengan jumlah yang sedikit yakni sekitar 3 agar tape memiliki kualitas baik. Proses pembuatan tape
orang laki-laki dan 2 perempuan di tiap perusahaan dari awal berdirinya perusahaan tetap menggunakan
karena produksi yang dihasilkan masih belum banyak dan peralatan sederhana seperti dandang, pisau, ragi,
belum membutuhkan tenaga besar. Tahun 1981-2001, keranjang bambu dan kayu untuk pembakaran. Hal ini
terjadi peningkatan sektor di Indonesia terutama sektor dilakukan untuk mempertahankan nilai tradisi. Bentuk
pertanian dan pada akhirnya sektor pertanian tersebut dari ubi kayu pun bervariasi sehingga sulit dilakukan
dapat membuka lapangan kerja lebih luas, terjadi pengupasan apabila menggunakan teknologi modern.
peningkatan sedikit demi sedikit antara 10-20 tenaga Teknologi modern yang dilakukan dalam proses
kerja. Pada tahun 2002-2014 produsen tape dapat pembuatan tape adalah adanya kipas pendingin dan mesin
mempekerjakan sekitar 10-40 orang laki-laki dan penggiling ragi. Penambahan teknologi modern ini
perempuan dengan lama bekerja 10 tahun hingga 30 dikarenakan adanya bantuan permodalan dari Pemerintah
tahun. Kabupaten Bondowoso melalui Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Bondowoso. (Wawancara
Agroindustri tape menyerap banyak tenaga
dengan Ibu Tumiyati selaku pengusaha Tape 31, tanggal
kerja karena hampir setiap hari agroindustri tape
25 April 2014).
melakukan proses produksi dan setiap tahapan kegiatan
memerlukan tenaga kerja seperti pengupasan, pengukusan Diversifikasi produk adalah usaha peningkatan
hingga proses pengemasan. Proses pengupasan sendiri hasil produksi dengan memperhatikan jenis dan mutu
membutuhkan waktu lama dan membutuhkan tenaga kerja produk yang dilakukan oleh pengusaha, produsen dan
banyak karena jumlah ubi kayu yang dikupas 1 ton per perusahaan dengan cara penganekaragaman faktor
hari (Wawancara dengan Ibu Tumiyati selaku pengusaha produksi dan menambah jenis produksi. Diversifikasi dari
Tape 31, tanggal 25 April 2014). tape atau penganekaragaman tape dilakukan karena sifat
tape yang tidak bertahan lama sehingga produsen harus
Para pekerja di agroindustri tape Kabupaten
mengolah tape kembali agar tape tidak terbuang sia-
Bondowoso memiliki tugas masing-masing. Para pekerja

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 10

sia.tahun 1960-1980 tape Bondowoso masih ada tiga jenis produsen dan konsumen akhir. Tahun 1960-1980,
yaitu tape yang dibungkus dengan daun pisang, tape besek penjualan tape di Kabupaten Bondowoso masih sedikit
dan tape keranjang. Tape besek dijual di toko-toko atau karena produsen tape masih sedikit. Para pengecer tape
kios-kios sedangkan tape keranjang dijual di pasar dengan hanya mampu menjual tape kurang dari 1 ton dalam satu
eceran yang dikemas dengan kantong plastik. Tahun bulan. Penjualan tape juga melalui penjualan langsung
1981-2001 para produsen tape telah mengenal beberapa kepada konsumen. Konsumen membeli tape di kios milik
penganekaragaman tape seperti tape bakar, dodol tape dan produsen. Tahun 1981-2001, penjualan tape Bondowoso
suwar-suwir. Produsen mulai membuat olahan tape lebih bertambah. Kapasitas produksi tape mencapai 3 keranjang
banyak di tahun 2002-2014. Selain suwar-suwir, dodol bahkan lebih. Begitu pula dengan tape kemasan besek.
tape dan tape bakar, ada olahan lain seperti brownies tape, Penjualan tape juga merambah pasar ke luar kota
prol tape, muffin tape, cake tape, wingko tape dan bluder Bondowoso. Produsen tape kemudian memiliki agen di
tape. Olahan baru tahun 2014 adalah tape rasa-rasa yaitu beberapa lokasi di tengah kota. Tahun 2002-2014, tape
tape dengan berbagai macam rasa dalam satu kotak Bondowoso semakin komersial. Para pengecer tape
seperti rasa nanas, cokelat, strawberry, pandan, nangka, mampu menjual tape sekitar 1 ton per hari di hari biasa
dan durian. Tape besek dan tape keranjang hingga saat ini dan bisa mencapai 7-8 ton di hari tertentu seperti hari
masih tetap ada untuk mempertahankan nilai tradisional libur dan hari raya lebaran. Penjualan tape pun merambah
tape ke beberapa kota di luar Kota Bondowoso seperti Jember
dan Lumajang termasuk di lokasi wisata seperti di pasir
Produsen tape Bondowoso mampu menjual tape
putih Situbondo.
sekitar 1 ton per hari di hari biasa. Apabila di hari
tertentu seperti hari liburan sekolah, hari raya Idul Fitri,
maka produsen mampu menjual tape sekitar 7-8 ton per
KONTRIBUSI AGROINDUSTRI TAPE DI
hari. Jika dilihat secara umum, produksi tape di
KABUPATEN BONDOWOSO
kabupaten bondowoso mengalami kenaikan setiap tahun.
Produksi tape di kabupaten bondowoso meningkat seiring Agroindustri tape di Kabupaten Bondowoso

dengan peningkatan jumlah tenaga kerja. Peningkatan memberikan dampak tertentu bagi masyarakat khususnya

produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar perajin tape yaitu dampak ekonomi dan dampak sosial.

7.659.169 kg. Tahun 2008, jumlah agroindustri tape Dampak ekonomi dari adanya agroindustri tape di

mengalami penurunan sebesar 2 unit dan jumlah tenaga Kabupaten Bondowoso adalah penghasilan masyarakat

kerja turun sebesar 7 orang namun jumlah produksi tidak yang terlibat dalam agroindustri tape dapat bertambah.

berkurang bahkan produksi bertambah sebesar 3.698.000 Masyarakat yang terlibat dalam agroindustri tape ini

kg. Agroindustri tape di Bondowoso bertahan dan dapat antara lain pengusaha, penganyam bambu dan pengecer.

memproduksi tape dengan jumlah yang lebih besar. Adanya agroindustri tape di Kabupaten
Tahun 2012 jumlah agroindustri tape dan tenaga kerja Bondowoso memiliki kontribusi yakni dapat mengurangi
meningkat hingga 506 unit agroindustri dengan tenaga tingkat pengangguran di Kabupaten Bondowoso.
kerja 1.742 orang dan dapat memproduksi tape Agroindustri tape tidak melihat latar belakang pendidikan
86.203.726 kg (Badan Pusat Statistik Bondowoso, 2013) para pekerja untuk bekerja di agroindustri tape karena

Pola distribusi berkaitan dengan lembaga- dalam yang dibutuhkan agroindustri tape hanyalah

lembaga pemasaran yang merupakan perseorangan atau ketekunan dan keterampilan dari pekerja dan tidak harus

perusahaan yang bekerja untuk mendekatkan jarak antara membutuhkan latar belakang pendidikan khusus sehingga

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 11

memudahkan penduduk angkatan kerja yang tidak dengan munculnya variasi produk tape dan jangkauan
memiliki latar belakang pendidikan mumpuni namun pasar mulai merambah ke luar kota Bondowoso.
ingin bekerja. Agroindustri tape di Kabupaten Bondowoso
Agroindustri tape memberikan sumbangsihnya
juga ikut membantu pemerintah Kabupaten Bondowoso
terhadap subsektor agroindustri tape terhadap
yaitu dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat
perekonomian wilayah yang dapat dilihat dalam PDRB
mengentaskan masyarakat dari masalah kemiskinan dan
(Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bondosowo
keterpurukan ekonomi. Agroindustri tape di Kabupaten
tahun 2009-2013.
Bondowoso sebagai salah satu bagian dari UKM juga
Sektor industri di Kabupaten Bondowoso telah
secara tidak langsung dapat meningkatkan harkat
mengalami peningkatan lebih baik. Hal ini tidak terlepas
masyarakat Kabupaten Bondowoso sebagai masyarakat
dari kebijakan pemerintah dalam mengembangkan usaha
yang mandiri dan bermartabat. Para tenaga kerja
mikro, kecil dan menengah (UMKM) termasuk industri
mendapat upah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
tape. Industri di Kabupaten Bondowoso didominasi oleh
Pengupahan dalam produksi tape tiap orang berbeda-beda
UMKM sehingga UMKM saat ini mendapat perhatian
sesuai tugasnya. Sistem pengupahan dilakukan dengan
lebih dari pemerintah daerah dengan memberikan
sistem harian dan jam per hari yaitu 5 jam per hari.
berbagai fasilitas serta kemudahan bagi masyarat dan
Tenaga kerja tape bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 1
pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam
siang. Kegiatan produksi tape tidak dilakukan setiap hari
mengembangkan usahanya baik berupa peralatan,
dalam sebulan tergantung permintaan pasar. Apabila
permodalan maupun bimbingan pengetahuan dan
keadaan pasar sedang ramai maka produksi tape dapat
keterampilan. Adanya dukungan dari pemerintah daerah
dilakukan setiap hari. Kegiatan produksi tape di hari
tersebut diharapkan dapat mendorong perkembangan
normal biasanya dilakukan 2-3 kali produksi dalam satu
ekonomi. Harapan lain bahwa industrialisasi saat ini tidak
minggu. Para tenaga kerja juga mendapat tunjangan lain
hanya membangun pabrik saja melainkan terjadinya
seperti saat hari raya Idul Fitri para tenaga kerja
transformasi masyarakat menuju masyarakat sejahter dan
mendapat tunjangan hari raya (THR).
maju secara struktural maupun kultural. Secara struktural
Adanya agroindustri juga memberikan
tdapa dilihat pada upaya mengubah sikap masyarakat
keuntungan pada para perajin anyaman bambu. Para
agragris menjadi masyarakat industri atau proses pasca
perajin anyaman bambu mendapat selalu mendapat
panen yang memerlukan teknologi untuk meningkatkan
pesanan besek dan keranjang dari para produsen tape.
nilai tambahnya, misalnya ubi kayu diolah menjadi tape,
Dalam satu hari, perajin anyaman bambu dapat
dan olahan makanan lainnya. Secara kultural meliputi
menghasilkan lebih dari 500 besek. Dahulu perajin
perkembangan nilai-nilai baru seperti kerja yang baik,
anyaman bambu hanya membuat wadah besek untuk ikan.
disiplin, produktif dan berkompetensi menata masa depan.
Seiring berjalannya waktu, perlahan perajin anyaman
(PDRB Bondowoso 2013,25:2014).
bambu besek dan keranjang untuk tape. Demikian pula
para pengecer mendapat keuntungan dari komisi
penjualan tape. Program Pemerintah Kabupaten KESIMPULAN DAN SARAN
Bondowoso melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
Perdagangan Kabupaten Bondowoso melakukan diuraikan, dapat disimpulkan bahwa munculnya
pembinaan dan pelatihan berdampak positif dalam agroindustri tape di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat
peningkatan produk tape. Produsen tape mulai bangkit dari industri tape yang pertama kali ada di Kabupaten

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014


Octaviani et al., Dinamika Agroindustri Tape di Kabupaten Bondowoso...... 12

Bondowoso. Proses produksi tape Bondowoso mengalami Kabupaten Bondowoso dan para pengusaha tape
peningkatan dan penurunan yang disebabkan oleh Bondowoso yang telah membantu dari awal penelitian
beberapa faktor antara lain adanya situasi dan kondisi hingga selesai.
pasar akibat kenaikan BBM yang mengakibatkan
kenaikan bahan baku. Agroindustri tape memberikan DAFTAR PUSTAKA
sumbangsih yang cukup besar terhadap sektor pertanian di Buku:
Kabupaten Bondowoso, tape dikenal sebagai makanan ciri [1] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2014.
Bondowoso Dalam Angka. Bondowoso: Badan Pusat
khas Bondowoso sehingga Kota Bondowoso semakin
Statistik Kabupaten Bondowoso.
dikenal sebagai Kota Tape.
[2] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. PDRB
Saran yang dapat bermanfaat untuk
Kabupaten Bondowoso. 2014. Bondowoso: Badan
meningkatkan pengembangan agroindustri tape di Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso.
Kabupaten Bondowoso adalah: (1) bagi pengusaha tape [3] Gottschalk, L. 1980. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI
Press
dapat menambah varian tape agar menarik pelanggan
lebih banyak lagi misalnya cup cake tape atau kue tart [4] Ketetapan MPR no. IV/1978 tentang Garis Besar
Haluan Negara. www.tatamusa.co.id, diakses pada
tape. Pengusaha tape dapat juga melakukan komersial
tanggal 25 April 2014
tape tidak hanya melalui iklan melainkan dengan
[5] Notosusanto, N. 1971. Norma-norma Dasar
souvenir seperti gantungan kunci dengan desain
Penelitian dan Penulisan Sejarah. Jakarta:
bergambar tape bertuliskan ‘Bondowoso Tape City’, (2) Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah
ABRI.
bagi pemerintah, Pemerintah tidak hanya melakukan
[6] Pranoto, S.W. 2010. Teori & Metodologi Sejarah.
pembinaan dan pelatihan produsen tape di pedesaan
Yogyakarta: Graha Ilmu.
namun juga melakukan pembinaan dan pelatihan di
[7] RTRW Kabupaten Bondowoso 2011-2031. Profil
daerah perkotaan. Pemerintah hendaknya memperbaiki
Wilayah Kabupaten Bondowoso.
infrastruktur menuju lokasi wisata di Bondowoso agar http://bappeda.bondowosokab.go.id [3 Maret 2014]
pengusaha tape dapat memasarkan produk mereka di
daerah wisata tersebut misalnya di Jampit Guest House di Informan :
daerah Sempol, (3) bagi masyarakat, masyarakat harus [1] Bapak Imam Zarkasyi,S.Si selaku Kasi Agro dan
Hasil Hutan Bidang Perindustrian Diskoperindag
terus membudayakan makan tape, karena hawa kota
Bondowoso
Bondowoso yang sangat sejuk, maka tape dikonsumsi
[2] Bapak Abdurrahman selaku pemilik usaha Suwar-
sebagai penghangat tubuh. suwir Bondowoso
[3] Ibu Latifah selaku Seksi Pengembangan Wirausaha
Baru Diskoperindag Bondowoso
[4] Ibu Tumiyati selaku pemilik Tape 31

UCAPAN TERIMA KASIH


Anggi Prayoga Octaviani mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Sugiyanto, M.Hum dan Bapak
Drs. Sutjitro, M.Si yang telah meluangkan waktu,
memberikan pengarahan, saran dan kesabaran demi
terselesaikannya jurnal ini. Penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada Dinas Koperasi dan Perdagangan

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014

Anda mungkin juga menyukai