Anda di halaman 1dari 11

SISTEM AGRIBISNIS KOMODITAS TEMBAKAU DI WILAYAH

BONDOWOSO

PAPER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Wawasan Agribisnis pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Cindera Rosa Damascena, S.P., M.P.

Oleh:
Ahmad zaimal
NIM.231510102012

LABORATORIUM RKONOMI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2024
PENDAHULUAN

Kabupaten Bondowoso selama ini dikenal sebagai salah satu sentra


budidaya tembakau di Indonesia. Kabupaten Bondowoso telah dikenal sebagai
sentra tembakau sejak tahun 1900an ketika dimulainya industrialisasi
perkebunan tembakau oleh perusahaan Belanda pada saat itu. Usaha budidaya
tembakau saat ini terus berjalan dan dibudidayakan oleh masyarakat dan
perusahaan di Kabupaten Bondowoso. Dalam mempelajari sistem agribisnis
tembakau di Bondowoso, diperlukan pemahaman menyeluruh terhadap
berbagai aspek yang terlibat, mulai dari proses penanaman hingga pemasaran
produk akhir. Wilayah ini memiliki karakteristik geografis dan iklim yang
mendukung pertumbuhan tembakau yang optimal, namun tantangan terkait
pengelolaan sumber daya dan praktik pertanian berkelanjutan juga menjadi
perhatian penting. Usaha perkebunan tembakau terus berkembang di
Karesidenan Besuki yang meliputi daerah Panarukan, Bondowoso, Jember, dan
Banyuwangi sejak era tanam paksa (Winarni et al., 2021).
. Selain itu, sistem agribisnis tembakau di Bondowoso juga dipengaruhi
oleh berbagai faktor eksternal, antara lain kebijakan pemerintah mengenai
regulasi produksi tembakau, permintaan pasar internasional, dan dinamika
industri rokok nasional. Pengaruh globalisasi dan perubahan pola konsumsi juga
menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam memahami perubahan sistem
agribisnis komoditas tembakau di wilayah ini. Melalui analisa mendalam
terhadap sistem agribisnis tembakau di Bondowoso, diharapkan dapat
ditemukan berbagai peluang untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
keberlanjutan industri tembakau secara keseluruhan. Selain itu, upaya
memperkuat keterlibatan petani lokal, meningkatkan nilai tambah produk, dan
mendorong praktik pertanian ramah lingkungan juga menjadi fokus penting
dalam upaya membangun sistem agribisnis tembakau yang berkelanjutan dan
kompetitif di wilayah Bondowoso.
ISI

A. Sub Sistem Saprodi Komoditas Tembakau di Bondowoso


Subsistem Saprodi Komoditas Tembakau di Bondowoso melibatkan
berbagai tahapan dalam proses usahatani tembakau, mulai dari persiapan lahan
hingga pemanenan. Pertama-tama, persiapan lahan merupakan langkah awal
yang penting dalam memastikan kesuburan tanah dan mengoptimalkan hasil
panen. Di Bondowoso, petani menggunakan berbagai teknik penanaman yang
disesuaikan dengan kondisi setempat, seperti sistem tumpangsari atau pergiliran
tanaman untuk menjaga keseimbangan unsur hara tanah. Setelah proses
penyiapan lahan, tahap penanaman dilakukan secara hati-hati, dimana benih
tembakau ditanam secara rutin dan dipelihara secara intensif selama masa
pertumbuhannya. Selain itu, pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan seperti
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, dan pengaturan sistem irigasi
untuk menjamin kondisi optimal bagi pertumbuhan tanaman.
Subsistem Saprodi Komoditas Tembakau di Bondowoso mencerminkan
keseriusan dan keahlian petani lokal dalam mengelola tanaman tembakau
sepanjang siklus pertanian, serta menunjukkan pentingnya peran mereka dalam
industri tembakau di tingkat lokal dan nasional.
B. Sub Sistem Budidaya Atau Usahatani Komoditas Tembakau di Bondowoso
Budidaya atau pertanian tembakau di Bondowoso merupakan bagian
integral dari sistem agrobisnis komoditas tembakau di wilayah tersebut. Praktik
budidaya tembakau di Bondowoso meliputi berbagai tahapan mulai dari
penyiapan lahan, pemilihan varietas yang tepat, penggunaan teknologi pertanian
yang tepat guna, hingga proses panen dan pasca panen.
Menurut Fauzi dkk. (2013), jenis olahan tembakau di Bondowoso dibagi menjadi
beberapa macam antara lain yakni:
1. Rokok pabrikan; jenis olahan tembakau yang terdiri dari irisan
tembakau yang diproses dengan bahan kimia dan berbagai rasa
kemudian digulung dengan penggulung kertas dan baisanya diujung
rokok diberi filter Cellulose acetate.
2. Rokok kretek; olahan tembakau berupa rokok dengan rasa cengkeh,
yang didalamnya terdiri dari perasa eksotik dan eugenol pemberi
efek anastesi (membuat setiap hisapannya lebih berbahaya
dibandingkan jenis rokok lain)
3. Rokok pipa; olahan tembakau berupa rokok yang tangkainya terbuat
dari batu atau tanah liat dengan tembakau diletakkan pada mangkok
diujung pipa dan asap dapat dihisap dari ujung lainnya yang
lubangnya lebih kecil.
4. Rokok batangan; olahan tembakau yang terbuat dari tembakau yang
tidak dijemur dan dibungkus dengan kertas rokok.
5. Cerutu; produk olahan tembakau yang berwujud rokok terbuat dari
fermentasi tembakau yang digulung dengan daun tembakau lain
sebagai pembungkusnya. Semakin lama proses fermentasi akan
menghasilkan tingkat konsentrasi karsinogenik yang lebih tinggi.
6. Linting dewe; produk olahan tembakau berupa rokok yang dibuat
sendiri oleh perokok yang berisi irisan tembakau halus dan digulung
dengan kertas rokok.
7. Shisha; produk olahan tembakau yang telah diolah dengan berbagai
rasa kemudian dibakar didalam mangkok yang berisikan batu bara,
asapnya didinginkan dengan filtrasi dan air yang ada didalam
cekungan dan dikonsumsi melalui hidung dan pipa mulut.
8. Tembakau kunyah; produk olahan tembakau yang dikunyah di mulut
dalam pipi, bibir bagian dalam, dengan cara dihisap atau dikunyah.
Tembakau kunyah sering dilakukan oleh orang-orang generasi
terdahulu.
Salah satu aspek kunci dalam subsistem budidaya tembakau di
Bondowoso adalah pengelolaan lahan dan air. Petani menggunakan berbagai
teknik konservasi tanah dan air untuk menjaga kesuburan tanah dan mencegah
erosi tanah yang dapat merusak tanaman (Sari, A. P., Astutiningsih, F., & Kurniawati,
W. 2024). Nilai-nilai lokal menjadi landasan menjaga keberlanjutan sistem
agribisnis komoditas tembakau di Bondowoso. Dalam menghadapi berbagai
tantangan dan peluang, penting bagi petani tembakau di Bondowoso untuk terus
meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya melalui pelatihan, pendampingan
teknis, dan akses terhadap informasi terkini di bidang pertanian. Kolaborasi
antara pemerintah, lembaga penelitian dan swasta.

C. Sub Sistem Pengolahan Hasil Pertanian/Agroindustri Komoditas Tembakau


di Bondowoso
Pengolahan tembakau di Bondowoso pada umumnya dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diwariskan secara turun temurun. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya
peningkatan nilai tambah produk tembakau melalui diversifikasi produk dan
inovasi Produktivitas komoditas tembakau di Kabupaten Bondowoso pada tahun
2018 adalah sebesar 0,58 ton/ Ha menunjukkan komoditas tembakau sudah
memiliki potensi berkembang yang cukup kuat diantara kabupaten/ kota
penghasil tembakau yang ada di Jawa Timur. Pernyataan mengenai kekuatan
daya saing komoditas tembakau di kabupaten Bondowoso diperkuat oleh
penelitian dari Siti Qomariyah yang menyebutkan bahwa komoditas perkebunan
basis wilayah kabupaten Bondowoso adalah tembakau dan kelapa (Risqiyah,
M.2022).
Namun tantangan yang dihadapi subsistem pengolahan agroindustri
tembakau di Bondowoso masih mencakup standar mutu produk, pemenuhan
persyaratan sanitasi dan keamanan pangan, serta peningkatan kapasitas
produksi untuk mengakomodasi permintaan pasar yang semakin meningkat.
Oleh karena itu, pengembangan subsistem pengolahan hasil pertanian tembakau
di Bondowoso menjadi kunci untuk menjamin daya tarik dan daya saing industri
tembakau di tingkat lokal dan nasional.
D. Sub Sistem Pemasaran Pemasaran Hasil Pertanian Komoditas Tembakau di
Bondowoso
Subsistem pemasaran pada agrobisnis komoditas tembakau di
Bondowoso merupakan bagian integral dari rantai nilai produksi hingga konsumsi
akhir. Pemasaran produk pertanian tembakau di wilayah ini melibatkan
serangkaian proses mulai dari pengumpulan, pemilahan, pengemasan, distribusi,
hingga promosi produk ke pasar. Di Bondowoso, petani tembakau sering
berinteraksi dengan berbagai pelaku pasar, termasuk pedagang lokal, agen
pengumpul, dan perusahaan pengolah. Salah satu kabupaten/kota di Jawa Timur
yang ikut serta dalam memenuhi permintaan tembakau di pasar yakni kabupaten
Bondowoso dengan produksi 4.265 Ton dan luas areal pertanaman sebesar
7.293,5 Ha pada tahun 2018 lalu. Tahun 2019 merupakan tahun dimana jumlah
usaha industri-industri kecil pengolahan tembakau di Kabupaten Bondowoso
mencapai 6.049 Usaha dengan tenaga kerja sebanyak 25.298 orang serta nilai
produksinya sebesar Rp.20.640.000.000,-. Dalam konteks ini, pengembangan
strategi pemasaran yang tepat sasaran dan berkelanjutan menjadi kunci untuk
menjamin pertumbuhan dan keberlanjutan sektor agrobisnis komoditas
tembakau di Bondowoso.

E. Sub Sistem Prasarana Komoditas Tembakau di Bondowoso


Subsistem infrastruktur komoditas tembakau di Bondowoso berperan
penting dalam mendukung kelancaran produksi, pengolahan, dan distribusi
tembakau di wilayah tersebut. Subsistem infrastruktur pendukung lainnya
seperti pasokan energi dan air bersih juga memberikan dampak yang signifikan
terhadap kelancaran operasional industri tembakau di Bondowoso. Pasokan
listrik yang stabil diperlukan untuk menjaga fungsi fasilitas pengolahan
tembakau, sedangkan air bersih merupakan komponen utama dalam pengolahan
dan penyiraman tanaman tembakau. Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah
dan swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur energi dan air
yang dapat mendukung pertumbuhan industri tembakau yang berkelanjutan,
sehingga dapat meminimalkan risiko gangguan produksi dan meningkatkan daya
saing tembakau Bondowoso. produknya di pasar domestik dan internasional.

F. Sub Sistem Pembinaan Komoditas Tembakau di Bondowoso


Subsistem Pengembangan Komoditas Tembakau di Bondowoso
merupakan bagian integral dari sistem agribisnis tembakau di wilayah tersebut.
Pada subsistem ini terdapat berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tembakau serta mendukung
kesejahteraan petani tembakau di Bondowoso. Salah satu upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menata industri hasil tembakau yakni
melalui pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) yang bertujuan
untuk mengurangi praktik produksi secara ilegal dan memudahkan pengawasan.
Industri pengolahan tembakau memiliki peranan yang sangat penting sebagai
penggerak ekonomi nasional karena mempunyai efek yang berlipat ganda secara
luas, seperti memancing pertumbuhan industri jasa terkait, penyediaan lapangan
pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja.
Oleh karena itu industri pengolahan tembakau di Indonesia menjadi 18
hal yang cukup berarti untuk dikembangkan. Ditinjau dari aspek ekonomi,
industri pengolahan tembakau dapat dikembangkan namun juga penting untuk
tidak mengabaikan aspek kesehatan (Kementerian Perindustrian, 2011) Pelatihan
ini mencakup penggunaan pupuk, pestisida dan teknik penanaman yang benar
untuk meningkatkan hasil panen dan mencegah kerugian akibat hama dan
penyakit tanaman.. Melalui subsistem pelatihan komoditas tembakau
diharapkan para petani di Bondowoso dapat meningkatkan produktivitas dan
pendapatannya, serta secara keseluruhan memperkuat posisi industri tembakau
di wilayah tersebut.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kabupaten Bondowoso dikenal sebagai sentra budidaya tembakau sejak
era kolonial Belanda pada abad ke-20, dengan industri tembakau yang terus
berkembang hingga saat ini. Sistem agribisnis tembakau di Bondowoso
melibatkan berbagai tahapan mulai dari penanaman hingga pemasaran produk
akhir, dengan pemahaman menyeluruh terhadap aspek geografis, iklim, dan
manajemen sumber daya yang dibutuhkan. Faktor eksternal seperti kebijakan
pemerintah, permintaan pasar internasional, dan globalisasi turut
mempengaruhi dinamika industri tembakau di wilayah ini. Upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan industri tembakau di
Bondowoso menuntut kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian,
swasta, dan pelatihan bagi petani lokal. Dengan strategi pemasaran yang tepat
dan pembangunan infrastruktur yang mendukung, sistem agribisnis tembakau di
Bondowoso dapat terus berkembang secara berkelanjutan dan kompetitif.
B. Saran
Saran untuk meningkatkan sistem agribisnis tembakau di Kabupaten
Bondowoso adalah dengan melakukan kolaborasi yang erat antara pemerintah,
lembaga penelitian, dan swasta untuk menyediakan pelatihan dan
pendampingan teknis bagi petani. Penting untuk mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang yang ada, seperti diversifikasi produk dan strategi
pemasaran yang tepat, sambil tetap memperhatikan aspek kesehatan dan
keberlanjutan lingkungan. Investasi dalam pembangunan infrastruktur seperti
energi dan air bersih juga perlu diprioritaskan untuk mendukung pertumbuhan
industri tembakau yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2019). Jawa Timur Dalam Angka 2019. Surabaya: Badan
Pusat Statistik.

Risqiyah, M. (2022). STRATEGI PENGEMBANGAN PERSEDIAAN BAHAN


BAKU TEMBAKAU KASTURI PADA CV. SUUD DI KECAMATAN
TAMANAN KABUPATEN BONDOWOSO. (Skripsi, Universitas
Jember, JemberJawa Timur Indonesia). Diakses dari
https://repository.unej.ac.id/jspui/bitstream/123456789/113635/1/
SKRIPSI_Maulidatir%20Risqiyah_171510601009.pdf

Sari, A. P., Astutiningsih, F., & Kurniawati, W. (2024). Erosi Tanah Dan Strategi
Konservasi Tanah. Journal Innovation In Education, 2(1), 62-70.

Suud, H. M., Dinata, F., & Sinaga, D. (2023, September). Studi Usaha
Perkebunan Berkelanjutan Tembakau Khas Kabupaten Bondowoso, Jawa
Timur. In Prosiding Seminar Nasional Pembangunan Dan Pendidikan
Vokasi Pertanian (Vol. 4, No. 1, pp. 706-716).

Majid, M. N., Ramdani, T., & Syuhada, K. (2023, December). Konflik Sosial
Terkait Keberadaan Pabrik Rokok: Studi Kasus di Desa Wajageseng
Kopang Kabupaten Lombok Tengah. In Prosiding Seminar Nasional
Mahasiswa Sosiologi (Vol. 1, No. 2, pp. 272-282).

Anda mungkin juga menyukai