Anda di halaman 1dari 21

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENCIPTAKAN KARYA TARI

KREASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAPOSASI PADA KELAS X TKJ SMK AL –


MUBAAROK REMBANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Oleh :

Anjar Sari, S.Pd

Guru Seni Budaya, SMK Al-Mubaarok Rembang

Email: asari7200@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menciptakan karya tari kreasi
dengan menggunakan metode saposasi pada semester genap kelas X TKJ SMK Al-Mubaarok Rembang
semester genap tahun ajaran 2021-2022. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, terdiri dari dua
siklus. Pada siklus pertama terdapat 2 pertemuan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pada siklus kedua
observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKJ SMK Al-Mubaarok Rembang. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes, observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan pada peserta didik dalam menciptakan karya tari kreasi dengan
menggunakan metode saposasi yaitu ada 25 orang dengan perincian 10 orang mendapat nilai sebesar 80-90,
15 orang mendapat nilai sebesar 70-80. Dengan demikian nilai ketuntasannya 100 %. Hasil ketuntasan 100
% menunjukkanbahwa penggunaan metode saposasi dalam proses pembelajaran tari di SMK Al-Mubaarok
Rembang bisa meningkatkan keterampilan mencipta tari.

Kata kunci : Metode Saposasi, Ketrampilan Guru, Minat dan Hasil Belajar Siswa

Abstract
The aim of the research is to improve students' ability to create creative dance works using the saposation
method in class X TKJ SMK Al-Mubaarok Rembang. This type of research is classroom action research,
consisting of two cycles. In the first cycle there are 4 meetings namely planning, implementation, and second
cycle is observation, and reflection. The research subjects were students of class X TKJ SMK Al-Mubaarok
Rembang. Data collection techniques using tests, observations, field notes, and documentation. The results
showed that there was an increase in students' ability to create creative dance works using the saposation
method, namely 25 people with details of 10 people getting a score of 80-90, 15 people getting a score of 70-
80. Thus the completeness value is 100%. The results of 100% completeness show that the use of the saposation
method in the dance learning process at SMK Al-Mubaarok Rembang can improve the skills of creating dance.
Keywords: Saposation Method, Teacher Skills, Interests and Student Learning Outcomes
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan seni adalah pendidikan yang menggunakan seni sebagai medianya dan memiliki
keunikan. Keunikan pendidikan seni terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk
kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar
melalui seni, dan belajar tentang seni (Kasus et al., 2012). Seni diajarkan di SMK Al-Mubaarok
Rembang dengan memperhatikan aspek sosial budaya dari sekolah masing-masing daerah. Guru
mengajarkan pelajaran sesuai kondisi, kebudayaan, dan lingkungan tempat domisili. Hal itu
berarti masing-masing wilayah bisa berbeda materinya dan guru bisa mengembangkan materi
seluas-luasnya sesuai dengan kebudayaan yang berkembang di wilayah tersebut.
Pada proses pembelajaran apresiasi peserta didik mengamati tarian melalui bantuan media
seperti video tarian dan youtube untuk mengidentifikasi konsep, teknik, prosedur, fungsi, jenis,
bentuk, nilai estetis, dan tata teknik pentas dalam berkarya tari kreasi. Sedangkan pada kegiatan
kreasi tari peserta didik akan mencipta/berkarya dan menyajikan tari kreasi melalui pengembangan
gerak berdasarkan tata teknik pentas. Kegiatan apresasi dapat dilakukan dengan baik. Tetapi pada
kegiatan mencipta/ berkarya dan menyajikan tari ada hambatan sebagai berikut:(1) Belum terbiasa
dengan aktivitas mencipta / berkarya tari, (2) Bingung akan memulai darimana pada saat mencipta
tari, (3) Malu untuk bergerak, (4) Perbendaharaan gerak kurang banyak, dan (5) Kurang
menguasai pengetahuan mencipta tari.
Kegiatan mencipta tari pada hakekatnya adalah kemampuan menghasilkan komposisi, produk
atau ide-ide baru yang sebelumnya tidak dikenal oleh penyusunnya sendiri( belum pernah ada
(Murgiyanto, 1983, 10). Mencipta tari membutuhkan kemampuan kreasi atau daya kreatif yang
berkaitan dengan bakat dan minat. Peserta didik yang berbakat akan lebih kreatif, dan mudah
membuat karya, tetapi yang tidak berbakat akan mengalami kesulitan dalam proses mencipta karya
tari kreasi.
Kata kreasi berasal dari kata” create “ yang berarti mencipta atau sesuatu yang baru. Hidayat (
2005 : 16 , Jazuli 2008 : 76) menyatakan bahwa tari kreasi adalah tari yang koreografinya masih
bertolak dari tari tradisional atau pengembangan dari pola- pola tari yang sudah ada. Terbentuknya
tari karena dipengaruhi oleh gaya tari dari daerah / negara lain maupun hasil kreativitas
penciptanya . Menurut Setiawati ( 2008 : 173 ) Tari Kreasi / Tari Non tradisional adalah tarian
yang tidak berpijak pada pola tradisi dan aturan yang sudah baku.Tarian ini merupakan bentuk
ekspresi diri yang memiliki aturan yang lebih bebas, namun secara konseptual tetap mempunyai
aturan. Hal hampir senada diungkapkan oleh Candrawati ( 2016 : 7 ) bahwa Tari kreasi adalah
tarian yang mengalami perkembangan dari pola-pola tarian nusantara yang telah ada. Dalam proses
pembelajaran tari kreasi digunakan metode saposasi.
Metode saposasi adalah metode yang diterapkan di SMK Al-Mubaarok Rembang dalam
mencipta tari dengan memberikan susunan formasi penari, peserta memilih salahsatu kumpulan
formasi dan mempraktekkannya dengan menambahkan ragam gerakan tangan, badan, kepala, dan
kaki serta menambahkan musik yang sesuai, sedangkan konsep tari dibuat setelah proses mencipta
tari selesai.
Penerapan metode saposasi dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkanketerampilan
mencipta tari kreasi Nusantara. Pembelajaran menggunakan metode saposasi dilaksanakan
mengingat bahwa tujuan pembelajaran seni tari di SMA bukanlah untuk menjadikan siswa
sebagai penari atau seniman tari, melainkan untuk diarahkan kepada pengembangan kretivitas,
ekspresi, ketrampilan dan apresiasi seni (Jazuli, 2002, 36)(Rakanita Dyah Ayu K, 2013).
Memberikan pengalaman berolah seni, bukan untuk mendidik mereka menjadi seniman, sehingga
perlu diupayakan suatu metode tertentu untuk mengenalkan mereka dengan tari tanpa membuat
peserta didik merasa ragu atau bingung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam proposal ini adalah:
1. Bagaimana cara dalam meningkatkan kemampuan peserta didik menciptakan karya tari kreasi
dengan metode saposasi kelas X TKJ di SMK Al-Mubaarok Rembang semester genap pada
tahun ajaran 2021-2022?
2. Apakah penerapan metode saposasi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas X
TKJ SMK Al-Mubaarok Rembang semester genap pada tahun ajaran 2021-2022 dalam
menciptakan karya tari kreasi?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian kelas ini
yaitu:
1. Mendiskripsikan proses pembelajaran dalam menciptakan karya tari kreasi dengan
menggunakan metode saposasi pada peserta didik kelas X TKJ SMK Al-Mubaarok
Rembang semester genap pada tahun ajaran 2020-2021.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan menciptakan karya tari kreasi pada peserta didik
kelas X TKJ SMK Al-Mubaarok Rembang semester genap pada tahun ajaran 2020-2021.
4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka manfaat dari penelitian kelas
ini yaitu:
1. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang metode pembelajaran
saposasi.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran mata pelajaran seni
budaya khususnya seni tari.
3. Bagi peserta didik
Hasil pennelitian ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada mapel seni budaya dalam menciptakan tari kreasi.
4. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik dalam menciptakan tari kreasi dengan menggunakan metode saposasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian penelitian tindakan kelas
Penelitian Tindakan Kelas yang disingkat PTK atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan proses belajar
mengajar dengan cara memberikan perlakuan atau tindakan tertentu kepada siswa. Menurut
Arikunto, dkk (2006), penelitian tindakan kelas adalah pemeriksaan kegiatan pembelajaran
berupa tindakan yang sengaja diusulkan dan terjadi bersama-sama di dalam kelas.
Pandangan tersebut didukung oleh Suhardjono (2007:58) yang mendefinisikan
penelitian tindakan kelas sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran.
Sedangkan menurut Rustam dan Mundilarto (2004:1), penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di ruang kelasnya sendiri, melalui rancangan,
pelaksanaan dan refleksi tindakan kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerjanya sebagai guru, sehingga pembelajaran prestasi siswa dapat
meningkat.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli, data tersebut menyimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru sendiri di
dalam kelas untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan
kinerja guru kelas.
2. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas
Menurut Hopkins (Hopkins, 1993), penelitian tindakan kelas dimulai dari
merencanakan tindakan (Planning), menerapkan tindakan (action), mengamati dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and Evaluation).
Sedangkan prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, dan lain-lain, sampai tercapai
perbaikan atau peningkatan yang diinginkan (kriteria keberhasilan). Gambaran dan
penjelasan langkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Menurut
Hopkins (Hopkins, 1993), penelitian tindakan kelas dimulai dengan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan evaluasi proses dan hasil tindakan (Observation
and Evaluation). Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari empat
komponen yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing)
dan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaiakn atau peningkatan yang
diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Berikut penjelasan langkah-langkah penelitian tindakan di kelas: 1. Perencanaan, yaitu
persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, seperti: menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, pembuatan media pembelajaran, dan lain-lain. 2. Tindakan, yaitu uraian
tentang tindakan yang diusulkan, skenario kerja yang akan dilakukan tindakan perbaikan,
dan prosedur tindakan yang akan dilaksanakan. 3. Mengamati (Observe), pengamatan ini
untuk melihat apakah pelaksanaan semua rencana sudah benar, tidak ada penyimpangan
yang dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan menyediakan lembar observasi atau
metode lain yang memenuhi informasi yang dibutuhkan. 4. Refleksi, yaitu penilaian
terhadap perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh dari perubahan yang telah
dikumpulkan, sebagai bentuk dampak dari tindakan yang dilakukan yang telah dirancang.
B. Metode Pembelajaran Saposasi
Tata cara saposasi digunakan dalam proses pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Al- Mubaarok Rembang untuk menolong peserta didik dalam proses mencipta/
berkarya tari kreasi. Saposasi merupakan ialah singkatan dari SAtu KelomPOk SAtu
kumpulan FormaSI. Tata cara SAPOSASI merupakan tata cara pemberian formasi/ pola
lantai pada tiap satu kelompok. Pola lantai merupakan garis- garis imajiner di lantai yang
hendak dilalui oleh penari ataupun garis- garis dilantai yang dibangun formasi penari
kelompok (Murgiyanto, 1983, 142). Secara garis besar terdapat 2 garis bawah pada lantai
ialah garis lurus serta garis lengkung (Soedarsono, 1978, 23). Formasi/ pola lantai yang
diseleksi peserta didik hendak diperagakan serta secara bertahap hendak diberi macam
gerak tangan, kaki, tubuh, serta kepala. Sehabis seluruh peserta didik dalam kelompok
memahami gerakan, setelah itu dicarikan musik yang cocok serta dibuatkan konsep tarinya.
Pemuatan proses pendidikan bisa dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Peserta didik mencermati uraian guru dikelas

( sumber: dokumen individu)

Gambar 1 menampilkan peserta didik terletak di dalam kelas serta mencermati uraian guru
menimpa tata cara saposasi. Nampak peserta didik mencermati dengan seksama saat
sebelum proses pendidikan berikutnya.

Proses pendidikan dimulai dengan uraian secara universal serta pemilihan kumpulan
formasi tari yang hendak didiskusikan oleh peserta didik dalam kelompok- kelompok kecil.
Diungkapkan oleh Kartono( 2001) kalau kelompok merupakan kumpulan 2 ataupun lebih
orang yang mempunyai makna serta nilai orang yang lain satu sama lain. Yang memiliki
karakteristik terdiri atas individu- individu, tidak wajib senantiasa homogen, namun
memiliki kerjasama, tujuan, kebutuhan, serta atensi yang sama( Slamet, 2010).
Pengelompokan peserta didik buat mempermudah dalam proses mencipta tari kreasi
Nusantara. Dalam aktivitas dialog serta latihan, anggota kelompok leluasa buat
mengemukakan pendapatnya.
Proses pendidikan mencipta tari berikutnya merupakan mendiskusikan tentang
pembagian penarinya serta langkah- langkah melaksanakan perpindahan formasi tari,
melaksanakan latihan buat mempraktekkan formasi tari/ pola lantai, membagikan macam
gerak tangan, kaki, tubuh, serta kepala secara bertahap, melaksanakan latihan gerakan serta
formasi/ pola lantai dengan memakai hitungan/ ketukan, mencari musik yang cocok dengan
macam gerak tari tiap- tiap kelompok, membuatkan konsep tari cocok dengan tarian kreasi
mereka, serta menunjukkan tarian di dalam kelas. Pemuatan foto proses melaksanakan
latihan serta penyajian tari bisa dilihat pada gambar 2( a) serta( b).

Gambar 2 (a) prpses latihan gambar 2 (b) penyajian tari

Gambar 2( a) menampilkan peserta didik melaksanakan eksplorasi gerak memakai


hitungan, sebaliknya gambar ( b) menampilkan peserta didik melaksanakan presentasi
dengan memakai iringan. Pada proses mencipta tari formasi tercantum salah satu faktor
yang wajib dicermati tidak hanya gerakan, musik, serta konsep tari. Mayoritas peserta didik
lebih konsentrasi dengan pembuatan gerakan tari serta mencari iringan sehingga formasi
tari jadi perihal terakhir yang dicoba.
C. Hipotesis Tidakan
Hipotesis tindakan dalam penetitian ini merupakan selaku berikut:" Bila dalam penciptaan
karya tari kreasi memakai tata cara saposasi, hingga kuatitas proses serta hasil pendidikan
hendak bertambah".
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian
Subyek Penelitan Tindakan Kelas ini merupakan peserta didik kelas X TKJ SMK Al-
Mubaarok Rembang tahun pelajaran 2021-2022. Jumlah totalitas peserta didik di kelas X TKJ
merupakan 25 peserta didik. Kelas ini diseleksi sebab nilai rata- rata seni budaya masih rendah
dibanding kelas yang lain.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SMK Al- Mubaarok Rembang pada mata pelajaran seni budaya
materi menciptakan karya tari kreasi kelas X semester genap.
Penelitian ini hendak dilaksanakan pada semester genap tahun 2021-2022 dari bulan
Januari hingga dengan Februari 2022. Waktu pendidikan berkaitan dengan kalender akademik
sekolah, sebab pendidikan yang hendak dilaksanakan membutuhkan sebagian siklus yang
membutuhkan proses belajar mengajar yang efisien.
C. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Aksi Kelas( PTK). PTK dicoba dalam wujud empat
langkah proses penilaian siklus:( 1) perencanaan,( 2) aksi,( 3) observasi( pengamatan), serta(
4) refleksi.
Penelitian ini hendak dicoba minimun dalam 2 siklus. Tiap siklus dicoba 2 kali pertemuan.
Sehingga penelitian ini dicoba kurang lebih sepanjang 2 bulan( tercantum di dalamnya
penataan proposal hingga pembuatan laporan). Hasil yang diharapkan tiap siklus merupakan
terdapatnya kenaikan kompetensi akademis, spesialnya keahlian dalam mencipta karya tari.
Berikut ini penulis akan menguraikan prosedur dari keempat kegiatan PTK tersebut.
1. Siklus 1
a. Perencanaan tindakan siklus 1
1) Penyusunan Modul Ajar dengan model pendidikan yang direncanakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas( PTK).
2) Penataan lembar permasalahan/ lembar kerja peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3) Membuat tugas unjuk kerja mencipta karya tari untuk mengenali hasil belajar
peserta didik.
4) Membentuk kelompok secara homogen.
5) Meberikan penjelasan pada peserta didik mengenai metode penerapan model
pendidikan yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan tindakan silkus 1
1) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat..
Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran,
peserta didik dibimbing untuk belajar Seni tari lewat tata cara saposasi, ada pula
langkah–langkah yang dilakukan adalah ( sesuaikan dengan sekenario pendidikan)
2) Kegiatan penutup
Guru melihat dan memberikan nilai kepada peserta didik yang sudah
mempraktekan serta mempresentasikan hasil karya tari kreasi bersama
kelompoknya.
c. Pengamatan siklus 1
Pengamatan dicoba sepanjang proses pendidikan berlangsung. Dalam perihal ini
guru selaku periset memandang perkembanagn peserta didik sepanjang melakukan tata
cara saposasi yang sudah diterapkan. Apakah mereka bisa mempraktikkan dalam
penciptaan karya tari kreasi ataupun mereka merasa kesusahan dalam mempraktikkan
tata cara tersebut.
d. Refleksi siklus 1
Pada tahapan ini guru serta pula selaku periset melaksanakan analisa atas informasi
yang sudah didapat pada dikala pelaksanaan tata cara saposasi. Analisa ini digunakan
selaku penilaian terhadap kinerja pembuatan karya tari kreasi apakah mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan keahlian pembuatan karya tari kreasi peserta didik
ataukah tidak mempunyai pengaruh. Dalam refleksi sesi ini periset mengkaji apa yang
sudah ataupun belum sukses dalam pelaksanaan riset, apa yang sudah dihasilkan serta
mengapa hal itu terjadi.
2. Siklus 2
a. Perencanaan tindakan siklus 2
1) Penyusunan Modul Ajar dengan model pendidikan yang direncanakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas( PTK).
2) Penataan lembar permasalahan/ lembar kerja peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3) Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode saposasi untuk dua
kali pertemuan, dengan melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi
satu.
b. Pelaksanaan tindakan siklus 2
Pada tahap ini penulis melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dan yang
sudah diperbaiki berdasar pada refleksi siklus satu.
c. Pengamatan sillus 2
Pada tahap ini, ketika penulis melakukan aktivitas pembelajaran, penulis dibantu
oleh teman sejawat yang berperan selaku observer untuk melaksanakan aktivitas
pengamatan. Ada pula yang dijadikan objek pengamatan merupakan proses penerapan
pembelajaran serta hasil belajar peserta didik sepanjang menjajaki proses
pembelajaran.
d. Refleksi siklus 2
Setelah penulis serta teman sejawat mendapatkan data berbentuk pelaksanaan
pembelajaran di kelas serta hasil menciptakan karya tari kreasi pada siklus kedua,
sehingga penulis dan teman sejawat melaksanakan dialog refleksi. Aktivitas ini
dimaksudkan buat mengenali kelemahan- kelemahan dalam penerapan pembelajaran
serta membagikan pemecahan untuk revisi pada siklus selanjutnya, ialah siklus ketiga.
Tetapi, bila hasil yang diharapkan terdapat kenaikan, maka pengambilan data berakhir
pada siklus 2.
D. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
hasil rata-rata nilai hasil cipta karya tari peserta didik setelah melakukan unjuk kerja
mengalami peningkatan pada akhir setiap siklus. Bagi pesefta didik yang belum mencapai
KKM memiliki prosesntasi 25% dan yang sudah tuntas KKM adalah 75%.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Penilitian tindakan keals ini dilaksanakan di kelas X TKJ SMK Al-Mubaarok Rembang. Jumlah
keseluruhan peserta 25 peserta didik. Berdasarkan observasi diketahui bahwa hasil belajar
mereka pada mapel seni budaya dilihat dari nilai project setelah menyelesaikan tujuan
pembelajaran memahami unsur-unsur gerak tari rata-rata nilai mereka rendah. Peserta didik
yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 80%, peserta didik yang memperoleh nilai KKM
20%. Kondisi awal belajar mapel seni budaya peserta didi kelas XTKJ SMK Al-Mubaarok
Rembang dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Kondisi Awal Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus

Siklus 1 Siklus 2

Tuntas 20%

Belum tuntas 80%

B. Deskripsi Penelitian
1. Siklus 1
a. Perencanaan tindakan siklus 1
Rencana tindakan pada siklus 1 yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik maka dibuat modul ajar untuk dua kali pertemuan. Modul ajar
dikembangkan dengan menggunakan motode saposasi. Modula ajar akan
diimplementasikan pada pertemuan pertama dan kedua yakni hari senin, 11 Januari
2021 dan kamis, 14 Januari 2021.

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan () adalah sebagai


berikut:

1) Menjelaskan cara kerja metode saposasi.


2) Membentuk kelompok yang terdiri dari 5 peserta didik.

3) Meminta tiap kelompok untuk berdiskusi membuat gerak tari kreasi.

4) Meminta tiap kelompok untuk menyusun geark tari kreasi.

5) Meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil karya tari kreasi di depan kelas.

b. Pelaksanaan tindakan siklus 1


Berdasarkan hasil observasi dalam dua kali pertemuan, yakni pertemuan pertama
dan kedua, ditemukan bahwa proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Secara umum sudah sesuai dengan rencana tindakan modul ajar pertemuan 1
Berdasarkan observasi dan hasil analisis data diketahui bahwa ada beberapa
langkah pembelajaran yang tidak dilakukan secara optimal, yakni sebagai berikut:
a) Tujuan pembelajaran tidak disampaikan dengan jelas dan rinci
b) Materi harus disampaikan dengan jelas
c) Peserta didik tidak kurang wawasan dalam pembuatan gerak
d) Guru harus memberikan contoh-contoh gerak
e) Pemberian tugas harus ditingkatkan.
2) Pertemuan kedua
Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua ini sudah
sesuai dengan rencana tindakan modul ajar kedua. Berdasarkan ada beberapa
langkah yang belum dilakukan secara optimal. Tetapi relatif lebih baik dibanding
pada pertemuan pertama, yakni:
a) Tujuan pembelajaran sudah rinci
b) Materi sudah disampaikan dengan jelas
c) Peserta didik sudah mulai bisa membuat dan menyusun gerakan tari
d) Guru sudah tidak memberikan contoh gerakan
e) Pemberian tugas masih harus ditingkatkan
c. Hasil penelitian dan refleksi silus 1
1) Hasil penelitian siklus 1
a) Hasil belajar
Berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan di akhir siklus 1 diketahui
bahwa rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik untuk menciptakan gerak
tari kreasi (KKM 70) adalah 64.9. Jika diprosentase berdasarkan kategori
belum tuntas dan tuntas adalah sebagai berikut:
▪ Persentase Belum Tuntas: 45 %
▪ Persentase Sudah Tuntas: 55 %
Sehingga jika dibandingkan dengan kondisi awal, hasil belajar pada siklus
1 ini mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tabel berikut.

Kondisi Awal Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 1


Hasil Belajar Kondisi Siklus
Awal
Siklus 1 Siklus 2

Tuntas 20% 55%

Belum tuntas 80% 45%

Jika dilihat dari table dia atas menunjukkan belajar peserta didik
mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Prosentase peserta
didik yang belum tuntas mengalami penurunan dari kondisi awal ke siklus
1 (dari 80% menjadi 45%). Prosentase peserta didik yang sudah tuntas
mengalami kenaikan dari kondisi awal ke siklus 1 (dari 20% menjadi 55%).
Indikator keberhasilan dari PTK ini adalah, PTK dikatakan sudah
berhasil jika persentase peserta didik yang nilai hasil belajarnya sudah
tuntas mencapai minimal 75%. Dari tabel menunjukkan bahwa persentase
peserta didik yang nilainya tuntas baru mencapai 55 %, maka PTK harus
dilanjutkan pada siklus 2.
b) Proses pembelajaran
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran secara umum sudah
bagus, akan tetapi harus ada beberapa yang harus diperbaiki, yaitu :
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi harus disampaiakn dengan jelas
3. Peserta didik kurang kreatif dalam menciptakan gerak tari
4. Guru harus memberikan contoh gerakan tari
5. Pemberian tugas haris ditingkatkan
2) Refleksi siklus 1
Hasil dari kegiatan refleksi adalah sebagai berikut :
Guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran secara rinci, agar tujuan
pembelajaran tercapai secara maksimal. Guru menjelaskan cakupan materi
secara rinci, agar peserta didik tidak terbebani dengan materi yang terlalu luas.
Guru memberikan contoh-contoh gerak tari. Guru memperbaiki cara melakukan
refleksi, yaitu menujukkan kesalahan secara detail pada masing-masing
kelompok serta solusinya, seraya memberikan motivasi agar belajar lebih
ditingkatkan lagi. Guru memberikan tugas yang ringan sampai yang sulit. Guru
secara umum harus mengoptimalkan langkah-langkah tindakan yang mendapat
skor Baik (2) agar lebih meningkat ke Sangat Baik (3).
2. Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan Siklus 2
Rencana tindakan pada silus 2 untyuk memperbaiki hasil belajar peserta didik
dibuat modul ajar untuk dua kali pertemuan. Modul ajar dikembangkan dengun
mnggunkan metode saposasi sama dengan siklus 1. Senin 18 Januari 2021 dan
Kamis 21 Januari 2021. Secara umum langkah-langlah pembelajaran pada siklus 2
sama, perbedaannya adalah pada tidakan setiap langkah dioptimalkan sesuai ahsil
reffleksi pada siklus 1.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa proses pembelajaran berlangsung
sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Secara umum sudah sesuai dengan rencana tindakan modul ajar pertemuan
pertama. Berdasarkan observasi dan hasil analisis data diketahui bahwa
pembelajaran sudah berlangsung sangat baik.
2) Pertemuan kedua
Secara umum sudah sesuai dengan rencana modul ajar pertemuan kedua.
Bderdasarkan observasi hasil analisis data diketahui bahwa pembelajaran sudah
berlangsung baik. Hambatan yang terjadi pada siklus satu sudah ditungkatkan
menjadi lebih baik.
c. Hasil Penelitian dan Refleksi Siklus 2
1) Hasil penelitian siklus 2
a) Hasil belajar
Dari hasil ulangan di akhir siklus-2 menunjukkan bahwa Persentase Peserta
didik yang belum tuntas: 20%
Persentase peserta didik yang sudah tuntas: 80%
Kondisi Awal Hasil Belajar Peserta Didik Siklus
Hasil Belajar Kondisi Siklus
Awal
Siklus 1 Siklus 2

Tuntas 20% 55% 80%

Belum tuntas 80% 45% 20%

Jika dilihat dari table di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar peserta
didik mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Persentase peserta
didik yang belum tuntas mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 (dari
45% menjadi 20%). Persentase peserta didik yang sudah tuntas mengalami
kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 (dari 55% menjadi 80%).

Indikator keberhasilan PTK ini adalah, bahwa PTK ini dikatakan


berhasil jika persentase peserta didik yang nilai hasil belajarnya sudah tuntas
mencapai minimal 75%. Dari tabel menunjukkan bahwa persentase peserta
didik yang nilainya tuntas sudah mencapai 80%, maka PTK sudah berhasil
(tidak dilanjutkan pada siklus 3).

b) Proseas pembelajaran
Dari tiga observer menunjukkan bahwa pembelajaran secara umum sudah
sangat baik.
2) Refleksi siklus 2
Dari analisis data hasil belajar peserta didik menunjukkan dari kondisi
awal ke siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Presentasi hsil belajar pada siklus dua sudah mencapai target bahkan melebihi.
Dari analisis data menunjukkan proses pembelajaran yang dilakukan
pada siklus 2 jauh lebih baik dibanding siklus 1. Secara umum proses
pembelajaran siklus 2 kategorinya sangat bagus. Dari data-data tersebut
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh guru (peneliti) terus
mengalami perbaikan dan sudah mencapai sesuai yang ditargetkan. Maka siklus
PTK ini selesai pada siklus 2 saja.

C. Pembahasan
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, sangat diperlukan adanya variasi dalam proses
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan minat peserta didik dalam belajar. Guru
harus mencari metode yang tepat untuk meningkatkan belajar peserta didik karena proses
pembelajaran yang monoton akan berdampak negatif pada keaktifan peserta didik.
Metode saposasi digunakan guru dengan harapan bisa meningkatkan keaktifan dan
kekreatifitasan belajar peserta didik. Setelah memberikan tindakan kepada peserta didik
melalui metode saposasi, dapat dilihat adanya peningkatan yang segnifikan pada hasil peserta
didik. Guru bisa merancang secara kreatif pada setiap langkah metode ini. Hal ini dapat diloihat
sebagai berikut :
1. Siklus pertama
Pada siklus ini guru telah menerapkan langkah-langkah metode saposasi sesuai
dengan prosedur. Tetapi pada pelaksanaanya belum optimal karena ada beberapa langkah
yang dilakukan memerlukan perbaikan, yakni tujuan pembelajaran kurang rinci, cakupan
materi kurang rinci, peserta didik tidak aktif dalam mencari gerakan, kegiatan seharusnya
dilakukan secara berkelompok, refleksi perlu ditingkatkan. Tetapi secara umum pada siklus
ini hasilnya lebih baik dibanding kondisi awal pada aspek kekreatifan belajar peserta didik.
Setelah dilaksanakan kegiatan diskusi refleksi, kekurangan-kekurangan tersebut
diperbaiki, yakni dengan: Guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran secara rinci, agar
tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Guru menjelaskan cakupan materi secara
rinci, agar peserta didik tidak terbebani dengan materi yang terlalu luas. Guru memberikan
contoh-contoh gerak tari. Guru memperbaiki cara melakukan refleksi, yaitu menujukkan
kesalahan secara detail pada masing-masing kelompok serta solusinya, seraya memberikan
motivasi agar belajar lebih ditingkatkan lagi. Guru memberikan tugas yang ringan sampai
yang sulit. Guru secara umum harus mengoptimalkan langkah-langkah tindakan yang
mendapat skor Baik (2) agar lebih meningkat ke Sangat Baik (3).
2. Siklus kedua
Dari analisis data belajar peserta didik menunjukkan kondisi awal siklus 1 dan
siklus 2 mengalami peningkatan yang cukup berarti. Presentase hasil belajar peserta didik
pada siklus 2 sudah mencapai target. Data ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru memberikan dampak bagi pengingkatan hasil belajar peserta
didik dalam menciptakan karya tari kreasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dan grafik berikut ini:
Hasil belajar kondisi awal siklus 1 dan 2
No. Kategori nilai Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2

1 Belum tuntas 80% 45% 20%

2 Tuntas 20% 55% 80%

Prosentase Ketuntasan Peserta Didik

80%
60%
40%
20%
0%
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Tuntas Belum Tuntas

Dari analisis data menunjukkanproses pembelajaran pada siklus 2 jauh lebih baik
daripada siklus 1. Proses pembelajaran siklus 2 kategorinya sanagat bagus. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan guru mengalami perbaikan dan
sudah sesuai yang ditargetkan. Maka siklus PTK ini selesai pada siklus 2 saja.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dengan judul:” Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menciptakan
karya tari kreasi dengan menggunakan metode saposasi pada semester genap kelas X TKJ
SMK Al-Mubaarok Rembang semester genap tahun ajaran 2021-2022”, dapat disimpulkan
hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan.presentase
peserta didik yang belum tuntas mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2, dari 45%
menjadi 20%. Presentase peserta didik yang sudah tuntas mengalami kenaikan dari siklus satu
ke siklus 2 yaitu 55% menjadi 80%. Indikator keberhasilan PTK ini adalah bahwa PTK ini
dikatakan berhasil jika presentase peserta didik yang nilai hasil belajarnya sudah tuntas
mencapai minial 75%. Dari tabel menujukkan bahwa presentase peserta didik yang nilainya
sudah tuntas mencapai 80%, maka PTK dikatakan sudah berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Hernowo, Mengikat Makna, 2002. Bandung: Kaifa

Wina Sanjaya 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang


Kelas. Jakarta: PT Gramedia
Mahfud AN. 2017. Petunjuk Praktis: Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Penerbit CV Rafi
Sarana Perkasa

Candrawati , Lilin . 2016 . Modul Pelatihan Guru Pembelajar : Mata Pelajaran SeniBudaya Seni
Tari SMA. Jakarta . Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah Press.
Hidayat, Robby . 2005 . Wawasan Seni Tari : Pengetahuan Praktis Bagi Guru SeniTari . Malang .
UNM Press.
Jazuli , Muhamad . 2008 . Pendidikan Seni Budaya : Suplemen Pembelajaran Senitari. Semarang
.UNNES Press.
Rembang, 20 Januari 2021

Mengetahui

Kepala SMK Al-Mubaarok Peneliti,


Rembang

Dra. Ubaidah, M.M Anjar Sari, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai