Anda di halaman 1dari 16

Nama : Jeshie Arta Gimawan

NIM : 218114144

Golongan : B2

ACARA 2

TANDA-TANDA VITAL MANUSIA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum kali adalah:
- Mampu menyebutkan jenis tanda vital pada manusia
- Mampu menjelaskan alur pemeriksaan tanda-tanda vital pada manusia dan
interpretasi singkat hasil pemeriksaan, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil
- Mampu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien simulasi

B. TEKANAN DARAH
1. Pengertian tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
2. Perbedaan tekanan sistolik dan diastolik
a) Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum pada dinding arteri yang terjadi saat
kontraksi ventrikel kiri.
b) Tekanan diastolik adalah tekanan minimum pada dinding arteri yang terjadi
pada saat relaksasi.
3. Tekanan darah merefleksikan apa saja
Tekanan darah merefleksikan elastisitas arteri, resistensi arteri, cardiac output,
status sirkulasi, keseimbangan cairan, dan status kesehatan secara umum.
4. Tabel nilai tekanan darah

5. Rumus tekanan darah


Tekanan darah = cardiac output x tahanan perifer (SVR)
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
a) Aktivitas
Tubuh memerlukan oksigen lebih banyak saat beraktivitas sehingga
jantung memompa lebih kencang dan kuat. Terjadinya peningkatan pada
cardiac output akan meningkatkan sistemik vaskular sehingga tekanan darah
meningkat. Namun homeostasis tubuh juga mempertahankan tekanan darah
dengan vasokonstriksi pada pembuluh-pembuluh di usus, namun fase dilatasi
pada pembuluh di otot rangka sehingga tidak terlalu drastis.
b) Stress
Stress dapat meningkatkan respon simpatis fight or flight dengan
mengeluarkan adrenalin sehingga jantung memompa lebih kuat dan kencang.
c) Posisi tubuh
Hal ini berkaitan dengan perubahan posisi dan gravitasi. Jika diukur saat
berdiri, sesaat telah duduk tekanan darah akan menurun sedikit, yang mana tidak
lebih dari 10 mmHg. Pengukuran biasanya dilakukan pada 3 posisi (berbaring,
duduk, dan berdiri) yang biasanya dilakukan pada pasien dengan kelainan
jantung atau pada pasien dengan hipotensi postural.
d) Irama sirkadian/irama tubuh
Siang hari biasanya tekanan darah paling tinggi dan paling rendah saat
malam hari. Hal ini berkaitan dengan aktivitas. Bisa juga dikaitkan dengan
begadang.
e) Usia
Infant→childhood→adult
Cenderung naik hingga stabil. Pada lansia, sistolik cenderung tinggi karena
elastisitas pembuluh darah menurun.
f) Nyeri
Nyeri meningkatkan tekanan darah karena respon simpatis.
g) Jenis kelamin
Estrogen meningkatkan kadar nitrit oksida/NO dalam darah sehingga
terjadi fase dilatasi pada pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah
wanita relatif lebih rendah daripada pria.
Hormon estrogen juga berespon pada sistem RAA yaitu menghambat
RAA sehingga tidak terjadi retensi natrium dan tekanan darah menjadi
berkurang.
h) Pemberian stimulan
Pemberian stimulan seperti kopi, rokok, dan makanan tinggi garam
dapat mempengaruhi tekanan darah.
7. Cara mengukur tekanan darah
Jawaban mahasiswa:
Mencari nadi menggunakan tangan atau stetoskop

Pasang ban lengan di lengan kiri dekat denyut nadi dan diikat hingga kencang
Stetoskop dipakai untuk mendengar denyut nadi

Kemudian alat spygmomanometer dipompa hingga 220 lalu dilepaskan
perlahan-lahan hingga terdengar detak pertama yaitu sistolik dan detak kedua
diastolik

Setelah kempes, semua alat dilepas.

Penjelasan lengkap:
Persiapan pasien: pada pengukuran di klinik pasien diarahkan menghindari
rokok, konsumsi kafein 30 menit sebelum diperiksa dan beristirahat 5 menit
sebelum diperiksa.

Pasien duduk atau berdiri atau berbaring.

Lengan atas pasien agak fleksi setinggi jantung lalu lengan rileks dan disangga.

Posisi manset: ukuran manset disesuaikan dengan usia. Manset dewasa untuk
dewasa dan manset anak untuk anak-anak.

Manset dilingkarkan dengan jaraka 2 jari di atas siku pasien. Arteri kanan atau
kiri disesuaikan dengan posisi arteri radialis, arteri brakialis kanan atau kiri,
posisi manset yang tidak sesuai akan menghasilkan angka yang tinggi saat
pengukuran.

Menentukan sistolik palpatoir:
Arteri brakialis diraba dan dirasakan denyutnya. Pompa sampai denyut arteri
tidak teraba kemudian tambahkan 30mmHg setelah denyut tidak teraba.
Turunkan sampai denyut pertama terdengar dan itulah yang dinamakan sistolik
palpatoir.

Menentukan sistolik auskultasi
Posisikan stetoskop pada arteri brakialis, pompa hingga 30 mmHg lebih tinggi
dari sistolik palpatoa. setelah itu buka pompa dengan kecepatan 2 hingga 3
mmHg/detik sambil didengarkan di stetoskop. tekanan sistolik adalah tekanan
saat bunyi denyut pertama yang terdengar

Menentukan diastolik
Terus turunkan tekanan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sampai tidak
terdengar denyut nadi, tekanan saat pertama kali denyut hingga tidak terdengar
adalah tekanan diastolik.
C. SUHU
1. Tujuan pengukuran suhu
Tujuan pengukuran suhu adalah untuk merefleksikan perbedaan panas yang
dihasilkan tubuh dan panas yang dilepaskan.
2. Pengukuran suhu dapat dilakukan di mana
Pengukuran suhu dapat dilakukan di axilla (ketiak), oral (mulut), dan rectal
(anus).
3. Pembagian nilai suhu
- Nilai suhu normal: Normotermia (36,50-37,50C)
- Nilai suhu rendah: Hipotermia (<36,50C) atau fatalnya (<33,90C)
- Febris/pireksia (37,50-400C)
- Suhu tinggi: Hipertermia (>400C) atau fatalnya (>40,60C)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
a) Irama sirkadian
Suhu tubuh terendah berada pada pagi hari dan tertinggi pada sore hari
b) Usia
Suhu tubuh anak lebih tinggi dari dewasa karena metabolisme anak
masih sangat cepat sehingga rentan mengalami demam
c) Jenis kelamin
Suhu tubuh wanita lebih tinggi daripada laki-laki, terutama saat ovulasi,
trimester pertama kelahiran, dan saat akan melahirkan
d) Aktivitas
Aktivitas meningkatkan suhu karena pembakaran energi yang
ditunjukkan oleh keringat yang mana keringat adalah salah satu cara
mempertahankan suhu tubuh agar tidak terlalu panas.
e) Penyakit
Hipertiroid (suhu di atas normal) dan hipotiroid (suhu di bawah normal).
Pendarahan otak juga mengganggu pusat pengatura suhu selain itu inflamasi
dapat memicu perubahan zat point sehingga terjadi demam.
f) Lingkungan sekitar
Lingkungan ekstrem seperti sangat panas atau sangat dingin akan
mempengaruhi suhu tubuh
5. Alat pengukur suhu tubuh
a. Termometer raksa: hasil dibaca tegak lurus dengan mata
b. termometer digital: hasil dibaca sejajar mata sesuai angka yang tercantum
6. Cara menggunakan alat pengukur suhu tubuh (persiapan alat hingga
pembacaan hasil pemeriksaan)

Persiapkan alat termometer:


Termometer raksa digoyangkan terlebih dahulu hingga angka dibawah 35,5°C.
Apabila menggunakan termometer digital maka di-ON kan dengan menekan
tombol pada termometer.

Memeriksa hasil setelah pemeriksaan:
Nilai angka pada termometer raksa dibaca secara tegak lurus dengan mata,
untuk termometer digital dibaca sejajar mata sesuai angka yang tercantum.

Pengukuran pada aksila atau ketiak merupakan cara yang paling aman, dapat
mengurangi kemungkinan termometer pecah atau tergigit atau terporasi pada
rektal.

Cara pengukuran pada aksila, termometer diletakkan pada ketiak pasien dan
pasien menjepit termometer lalu lengan disilangkan di depan dada ditunggu
selama lima menit.

Pengukuran pada anus, dilakukan pada anak yg sangat muda, pasien lemah, atau
pasien koma. Kontraindikasi pengukuran pada anus yaitu resi anal, hemoroid,
dan gangguan jantung,yang dapat memicu refleks serta riwayat operasi rectal.

Caranya termometer diberi lubricant lalu termometer dimasukan ke dalam
lubang anus.
Untuk dewasa dimasukkan dengan kedalaman 2,5-3 cm dan untuk anak 1 cm,
pegang termometer lalu ditunggu 3 menit.

Pengukuran suhu pada mulut. Syarat dapat dilakukan pada mulut yaitu tidak
bernapas melalui mulut, tidak minum panas atau dingin dan tidak merokok
kurang lebih 15 menit sebelum pemeriksaan.

Kontraindikasi yaitu deformitas oral, anak sangat muda, pasien bingung, batuk,
kejang, dan menggigil.

Caranya tip diletakkan di bawah ujung lidah kemudian ditunggu 7 menit atau
sampai suhu fix.

7. Cara pengukuran suhu tubuh


a. Termometer raksa: cara menggunakan termometer raksa yaitu alat
digoyangkan terlebih dahulu hingga angka di bawah 35,50C. Kemudian
termometer diletakkan di area pengukuran suhu, di aksila, oral, atau
rectal sekitar 5 menit. Lalu hasil dibaca dengan melihat posisi raksa tegak
lurus dengan mata.
b. Termometer digital: alat dinyalakan atau ditekan tombol ON pada
termometer kemudian alat diletakkan di bagian tubuh untuk mengukur
suhu, di aksila, oral, atau rectal. Lalu jika termometer sudah berbunyi,
angka hasil dibaca dengan melihat posisi raksa tegak lurus dengan mata.

D. DENYUT NADI
1. Tujuan pemeriksaan denyut nadi
Tujuan pemeriksaan denyut nadi adalah untuk mengetahui denyut nadi, detak
jantung, mengetahui ritme jantung, menilai denyut nadi dari frekuensi nadi,
mengetahui frekuensi pada denyut nadi per menitnya, dan mengukur kesimetrisan
sisi kanan dan kiri.
2. Frekuensi denyut nadi normal
- Dewasa memiliki denyut nadi 60-90 kali/menit
- Anak dengan usia 1-4 tahun memiliki denyut nadi 90-140 kali/menit
- Neonatus (bayi yang baru dilahirkan) memiliki denyut nadi 130-150
kali/menit
3. Gangguan denyut nadi
- Bradikardia, denyut nadi dibawah normal.
- Takikardia, denyut nadi diatas normal.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi
a) Aktivitas
Meningkat pada stimulasi simpatis,denyut nadi dapat menurun saat
tidur, relaksasi, stimulasi, dan stimulasi vagas reflex.
b) Usia
Denyut nadi orang lanjut usia mengalami penurunan dari usia remaja.
Penurunan terjadi karena massa otot berkurang dan daya otot menurun.
c) Kehamilan
Pada masa kehamilan jantung akan memompa lebih banyak darah dari
biasanya. Oleh karena itu detak jantung akan meningkat lebih tinggi.
d) Sikap kerja
Semakin banyak beban kerja yang melebihi tenaga kerja akan
menyebabkan denyut nadi meningkat cepat.
e) Faktor fisik
Melakukan kegiatan fisik yang berat dan intens dapat menyebabkan
frekuensi denyut nadi meningkat.
f) Jenis kelamin
Denyut jantung wanita cenderung lebih tinggi daripada seorang pria.
g) Faktor psikis
Seseorang yang memiliki beban pikiran seperti stress, depresi, atau
cemas akan menyebabkan detak jantung mengalami peningkatan frekuensi.
h) Riwayat kesehatan
Seseorang dengan kesehatan jantung yang baik akan memiliki denyut
jantung dan denyut nadi normal, namun orang yang memiliki gangguan pada
jantung dapat menyebabkan perubahan pada frekuensi denyut jantung serta
denyut nadi.
5. Cara pengukuran denyut nadi
Letakkan tiga jari (telunjuk, jari tengah, jari manis) pada arteri yang akan
diperiksa dan perhatikan ritme denyut nadi. Jika reguler boleh 15 detik lalu
dikalikan empat dan jika ireguler hitung satu menit penuh kemudian bandingkan
kanan atau kiri.
6. Lokasi pengukuran denyut nadi
a. Arteri brakialis, pada medial tendo otot bisep lengan atas
b. Arteri karotis, pada lateral jakun/leher
c. Arteri poplitea, pada belakang lutut
d. Arteri femoralis, di sisi tengah lipatan paha
e. Arteri dorsalis pedis, pada punggung kaki di sisi lateral tendon ekstensor
hallucis longus
f. Arteri radialis, di lateral pergelangan tangan
g. Arteri tibialis posterior, di belakang bawah maleolus medialis
7. Poin tambahan:
a. Denyut nadi diukur pada pembuluh nadi arteri karena tekanan pada
pembuluh nadi arteri lebih kuat sehingga denyutnya lebih terasa.
b. Denyut nadi dapat dirasakan menggunakan tiga jari (jari manis, tengah, dan
telunjuk). Ibu jari atau jempol tidak digunakan untuk mengukur karena
jempol memiliki arterinya sendiri sehingga jika digunakan untuk mengukur
dapat mengakibatkan kebingungan antara denyut nadi pada lengan pasien
atau denyut nadi pada jempol yang terasa.
E. PERNAPASAN (RESPIRASI)
1. Tujuan pemeriksaan respirasi
Pemeriksaan respirasi bertujuan menilai respirasi dari frekuensi
pernafasan (jumlah respirasi, ritme, pola pernafasan dan kedalam nafas). respirasi
merupakan inspirasi ditambah ekspirasi.
2. Respirasi terdiri dari apa saja
Respirasi terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.
- Inspirasi adalah proses menghirup oksigen untuk seluruh tubuh
- Ekspirasi adalah proses mengeluarkan CO2 dari paru-paru
Inspirasi Ekspirasi
Otot antar tulang rusuk berkontraksi Otot antar tulang rusuk berelaksasi
Tulang rusuk terangkat Tulang rusuk kembali ke posisi semula
Volume rongga dada membesar Volume rongga dada mengecil
Paru-paru mengembang Tekanan di rongga dada meningkat
Tekanan udara dalam paru-paru menjadi Tekanan udara dalam paru-paru menjadi
kecil meningkat
Udara masuk Udara keluar

3. Respirasi diatur oleh apa


Respirasi diatur oleh medula oblongata sehingga pernapasan terjadi
secara tidak sadar.
4. Frekuensi pernapasan normal
- Frekuensi pernapasan normal: 16-25 kali per menit
- Frekuensi pernapasan lambat (bradipnea): dibawah 16 kali per menit
- Frekuensi pernapasan cepat (takipnea): di atas 25 kali per menit
5. Gangguan pernapasan
a. Efusi pleura
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan di dalam ruang pleural.
b. Asma
Asma merupakan gangguan saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Bronkus
mengalami inflamasi dan hiperresponsif sehingga saluran napas menyempit dan
menimbulkan kesulitan dalam bernapas.
c. Bronkitis
Bronkitis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat palotogis dan berjalan kronik.
Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi pada pembuluh bronkus yang
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh, dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.
d. Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, maupun jamur pada satu atau dua paru-paru.Penyakit ini menyebabkan
paru-paru menjadi meradang sehingga kantung-kantung udara (alveoli)
dipenuhi oleh nanah dan cairan dan menyebabkan kemampuan menyerap
oksigen berkurang.
e. Atelektasis
Atelektasis merupakan pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara atau akibat pernapasan yang sangat dangkal.
f. Empiema
Empiema merupakan terkumpulnya cairan purulen (pus) atau cairan
terinfeksi di dalam rongga pleura.
g. Kanker paru
Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus.
h. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit atau infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordotella pertussis.
i. Emfisema
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku ketika
mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.
Emfisema juga dapat diartikan sebagai penyakit obstruktif kronik yang
diakibatkan kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.
j. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
6. Cara pengukuran napas
Cara pengukuran napas yaitu kita memperhatikan dada orang yang akan kita
ukur napasnya saat dada naik dan turun. Satu kali bernapas terdiri dari satu tarikan
napas saat dada orang tersebut terangkat, diikuti satu hembusan napas saat dada
turun. Penghitungan dilakukan selama 1 menit.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan
a) Adanya sifat respon simpatis
b) Stress emosional
c) Aktivitas fisik
d) Memiliki penyakit metabolik seperti DM
e) Abnormalitas paru
f) Emfisema

8. Penyebab peningkatan kecepatan respirasi menjadi respon simpatis?


Penyebab peningkatan kecepatan respirasi menjadi respon simpatis adalah
dikarenakan depresi sistem saraf pusat.
9. Istilah-istilah gangguan pada pernapasan
Myasthenia gravis Asidosis
Emfisema Wajah adenoid
Bradipnea Difteri
Takipnea Pneumonia
Asma Tuberculosis
Asfiksi Pleuritis
Bronkitis Sinutsitis
F. HASIL PRAKTIKUM
1) Tabel Pengukuran Tanda-Tanda Vital

2) Pembahasan

Praktikum tanda-tanda vital manusia dilakukan dengan mengukur nilai tekanan


darah suhu tubuh, denyut nadi, dan kecepatan respirasi pada dua
probandus. Pengukuran dilakukan pada dua kondisi tubuh probandus yaitu saat kondisi
normal atau tidak melakukan aktivitas dan saat setelah melakukan aktivitas fisik (lari
10 menit). Hasil praktikum menunjukkan perbandingan nilai tekanan darah, suhu
tubuh, denyut nadi, dan kecepatan respirasi antara dua probandus.

• Probandus I
- Hasil pengukuran tekanan darah sebelum melakukan aktivitas
menunjukkan nilai 120/70 pada sphygmomanometer pegas dan 125/85
pada sphygmomanometer raksa.
Setelah beraktivitas nilai tekanan darah diukur kembali dengan
sphygmomanometer pegas yang menunjukkan nilai 110/80 dan 130/80
pada sphygmomanometer raksa.
- Hasil pengukuran suhu tubuh sebelum melakukan aktivitas menunjukkan
angka 36,70C dan setelah beraktivitas suhu tubuh menjadi 37,10C.
- Hasil pengukuran denyut nadi sebelum melakukan aktivitas yaitu, 88 kali
per menit dan setelah beraktivitas denyut nadi menjadi 109 kali per menit.
- Hasil pengukuran kecepatan respirasi sebelum melakukan aktivitas adalah
20 kali per menit dan setelah melakukan aktivitas kecepatan respirasinya
menjadi 40 kali per menit.
• Probandus II
- Hasil pengukuran tekanan darah sebelum melakukan aktivitas
menunjukkan nilai 120/75 pada sphygmomanometer pegas dan 125/80
pada sphygmomanometer raksa.
Sedangkan setelah melakukan aktivitas nilai tekanan darah yang diukur
pada sphygmomanometer pegas menunjukkan nilai 115/75 dan 120/80
pada sphygmomanometer raksa.
- Hasil pengukuran suhu tubuh sebelum beraktivitas menunjukkan angka
36,20C dan setelah beraktivitas suhu tubuh menjadi 37,70C pada
termometer raksa.
- Hasil pengukuran denyut nadi sebelum melakukan aktivitas yaitu, 86 kali
per menit dan setelah melakukan aktivitas denyut nadi menjadi 120 kali per
menit.
- Hasil pengukuran kecepatan respirasi yang terukur sebelum melakukan
aktivitas adalah 19 kali per menit dan setelah melakukan aktivitas
kecepatan respirasinya menjadi 49 kali per menit.

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan respirasi
terjadi peningkatan pada nilai pengukuran setelah setiap probandus melakukan aktivitas.
Tekanan darah sistolik dari probandus pertama mengalami peningkatan saat diukur
dengan sphygmomanometer raksa, hal ini dapat disebabkan karena aktivitas yang dilakukan
oleh probandus bisa memicu otot rangka yang berkontraksi sehingga mendesak pembuluh-
pembuluh darah dan terjadilah peningkatan curah jantung serta ejeksi darah oleh vertikel kiri
secara lebih cepat dan kuat yang menyebabkan peningkatan rerata tekanan darah arterial.
Secara teori, seharusnya tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan
dengan tekanan darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas
sel tubuh memerlukan pasokan oksigen yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja
semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh
darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar.
Namun, tekanan darah sistolik dari probandus kedua mengalami penurunan, hal ini
dapat terjadi akibat pada saat frekuensi denyut jantung cepat, tekanan arteri turun secara tajam
selama fase ejeksi sistolik ventrikel karena katup atrioventrikular tertarik ke bawah
meningkatkan kapasitas atrium. Kerja ini menyedot darah ke atrium dari vena besar. Sedotan
darah ke atrium selama sistolik turut membantu secara nyata pada arus balik vena.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi perhitungan hasil pengukuran pada kedua
probandus yaitu, pada saat pengukuran sempat terjadi jeda waktu karena adanya kesulitan yang
kami dapat untuk melakukan pengukuran tekanan darah sehingga, bisa saja nilai yang telah
didapat merupakan nilai yang subjektif atau sudah bukan nilai tekanan yang sebenarnya setelah
beraktivitas seperti, terjadinya penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik terhadap
kedua probandus setelah melakukan aktivitas.
Suhu tubuh kedua probandus sama-sama mengalami peningkatan angka. Peningkatan
suhu tubuh ini terjadi karena saat melakukan aktivitas terjadi pembakaran energi yang
ditunjukkan oleh keringat, yang mana keringat adalah salah satu cara tubuh mempertahankan
suhu tubuh agar tidak terlalu panas. Oleh sebab itu suhu tubuh mengalami peningkatan.
Denyut nadi kedua probandus juga mengalami peningkatan frekuensi. Peningkatan
frekuensi denyut nadi ini terjadi karena ketika melakukan aktivitas berat seperti probandus
yang berlari selama 10 menit, mengakibatkan jantung memompa dengan lebih kuat untuk
mengedarkan lebih banyak oksigen (melalui darah) ke otot-otot di sekitarnya yang bekerja.
Maka denyut nadi menjadi kencang dan frekuensinya meningkat.
Kecepatan respirasi kedua probandus juga mengalami peningkatan frekuensi.
peningkatan frekuensi kecepatan respirasi ini terjadi karena tubuh memerlukan oksigen lebih
banyak sehingga probandus menjadi semakin banyak menarik napas untuk menghirup oksigen
masuk ke dalam tubuh.
3) Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran, setelah melakukan aktivitas diketahui bahwa aktivitas


fisik dapat mempengaruhi kondisi tanda-tanda vital tubuh manusia yaitu nilai tekanan darah,
suhu tubuh, frekuensi denyut nadi, dan frekuensi respirasi. Sebagian besar pengukuran
menunjukkan adanya peningkatan nilai pengukuran pada setiap aspek setelah kedua probandus
melakukan aktivitas fisik yaitu, lari selama 10 menit.
Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas fisik menyebabkan otot bekerja lebih kuat
sehingga metabolisme tubuh menjadi cepat, tubuh menjadi panas dan jantung berdetak cepat
sehingga, tubuh memerlukan lebih banyak pasokan oksigen di dalam tubuh. Adanya perbedaan
nilai secara teoritis dengan pengukuran ketika percobaan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain, adanya jeda waktu dalam pengukuran, kesulitan mencari letak denyut nadi, dan
frekuensi denyut jantung yang cepat yang dapat berakibat pada tekanan darah sistolik
mengalami penurunan.

Anda mungkin juga menyukai