Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar pelayanan minimal pendidikan dasar selanjutnya disebut SPM


Pendidikan Dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar
melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan merupakan
ketentuan tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah
Kementerian Agama, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
secara langsung maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan
madrasah. Penerapan SPM dimaksudkan untuk memastikan bahwa di setiap
sekolah dan madrasah terpenuhi kondisi minimum yang dibutuhkan untuk
menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang memadai.

SPM Pendidikan meliputi layanan-layanan:


 yang merupakan tanggung-jawab langsung Pemerintah Kabupaten/Kota
yang menjadi tugas pokok dan fungsi dinas pendidikan untuk sekolah
atau kantor departemen agama untuk madrasah (misalnya: penyediaan
ruang kelas dan penyediaan guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi
maupun kompetensi);
 yang merupakan tanggung-jawab tidak langsung Pemerintah
Kabupaten/Kota c/q Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama –
karena layanan diberikan oleh pihak sekolah dan madrasah, para guru
dan tenaga kependidikan, dengan dukungan yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama (contoh:
persiapan rencana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa terjadi
di sekolah, dilaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota).
SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci berbagai tanggungjawab
Pemerintah Kabupaten/Kota c/q oleh Dinas Pendidikan dan Kantor
Kementerian Agama dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.

SPM Pendidikan menyatakan secara tegas dan rinci berbagai hal yang harus
disediakan dan dilakukan oleh dinas pendidikan, sekolah/madrasah untuk
memastikan bahwa pembelajaran bisa berjalan dengan baik.

1
SPM menyatakan dengan jelas dan tegas kepada warga masyarakat tentang
tingkat layanan pendidikan yang dapat mereka peroleh dari sekolah/
madrasah di daerah mereka masing-masing.

SPM tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan tahapan menuju pencapaian


Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Dengan ditetapkannya SPM Bidang Pendidikan Dasar maka setiap daerah


perlu menyusun perencanaan program/kegiatan untuk mencapai SPM. Untuk
mengukur sejauh mana kinerja dinas pendidikan telah mencapai SPM atau
belum maka dinas pendidikan perlu melakukan pemetaan terhadap kinerja
layanan dinas pendidikan/depag serta sekolah-sekolah (SD/MI dan
SMP/MTs). Dari pemetaan tersebut diketahui kinerja mana yang belum
mencapai SPM dan kinerja mana yang sudah mencapai SPM.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dinas pendidikan perlu


menganalisis pencapaian masing-masing indikator yang tercantum dalam
standar pelayanan minimum (SPM) bidang pendidikan. Hasil analisis kondisi
pencapaian SPM digunakan sebagai bahan masukan dalam merumuskan
kebijakan, program, kegiatan dan juga pembiayaan ketika menyusun
dokumen rencana strategis pencapaian SPM.

Dengan demikian dalam mengembangkan rencana peningkatan mutu


pendidikan setiap kabupaten/kota perlu memperhatikan kondisi pencapaian
SPM di daerah masing-masing. Setiap tahun program pencapaian SPM perlu
dilaksanakan sampai SPM benar-benar tercapai. Pelaksanaan dan capaian
program juga di monitor dan dievaluasi sehingga diketahui indikator apa
saja yang belum dicapai, dan berapa perkiraan biaya yang diperlukan untuk
mencapai SPM. Sehingga diharapkan semua kabupaten/kota telah mencapai
SPM pada tahun 2014.

B. Tujuan Pelatihan

Tujuan umum pelatihan Standar Pelayanan Minimal ini adalah untuk


meningkatkan kemampuan pengelola pendidikan, meliputi Pemerintah
Kabupaten/Kota (c/q Dinas Pendidikan), Kantor Wilayah Kementerian
Agama, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dalam
merencanakan dan melaksanakan program pencapaian SPM pendidikan
dasar. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
1. Memahami SPM Bidang Pendidikan Kabupaten/Kota.

2
2. Memahami makna setiap indikator SPM.
3. Mengidentifikasi data yang diperlukan untuk menilai ketercapaian
setiap indikator, merancang kegiatan pengumpulan data, dan
menyiapkan data yang diperlukan dalam menghitung ketercapaian
indikator SPM.
4. Melakukan penilaian (assessment) terhadap pencapaian masing-
masing indikator SPM, menghitung kesenjangan, menganalisis data, dan
menentukan tindak lanjut.
5. Menghitung biaya yang diperlukan untuk mencapai SPM.
6. Mengintegrasikan program-program pencapaian SPM ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran.
7. Menyusun Rencana Tindak Lanjut pelatihan.

C. Peserta

Peserta Pelatihan untuk setiap kabupaten/kota adalah:

Unsur Dinas Pendidikan 2 orang (diutamakan yang berasal


dari bidang pendidikan dasar dan
bagian perencanaan/program)
Unsur Kantor Kementerian Agama 2 orang (diutamakan dari seksi
Mapenda)
Unsur Bapeda 1 orang (diutamakan dari bidang
yang mengurusi pendidikan)
Unsur Bagian Kepegawaian Daerah 1 orang
Unsur Bagian Keuangan Daerah 1 orang
Koordinator Pengawas Sekolah 1 orang

D. Fasilitator

Fasilitator dalam kegiatan ini adalah para fasilitator yang telah menguasai
proses perencanaan pencapaian SPM Bidang Pendidikan Dasar.

E. Materi Pelatihan
Sesi 1 Apa, Mengapa, dan Bagaimana SPM Bidang Pendidikan Dasar
Sesi 2 Memahami Indikator SPM Bidang Pendidikan Dasar

3
Sesi 3 Melakukan Survei dan Pendataan Pencapaian SPM
Sesi 4 Menghitung Kesenjangan, Melakukan Analisis, dan Menghitung Biaya
Pencapaian SPM Bidang Pendidikan Dasar
Sesi 5 Mengintegrasikan Program Pencapaian SPM Dalam Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran
Sesi 6 Menyusun Rencana Tindak Lanjut

F. Waktu dan Tempat Pelatihan

Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari efektif. Pelatihan dilaksanakan di


ibukota provinsi atau di tempat lain yang mudah dijangkau oleh peserta dari
beberapa kabupaten/kota. Ruang pelatihan dapat menampung paling tidak
peserta dari beberapa kabupaten/kota sejumlah 70-100 orang.

H. Pengelolaan Pelatihan

Ruangan pelatihan diatur sedemikian rupa sehingga peserta bisa leluasa


bergerak. Meja disarankan berformasi “round table” atau jika tidak
memungkinkan disarankan pengaturan ruangan tetap dapat mendukung
keterlibatan peserta, misalnya bentuk formasi meja berbentuk U.

Para fasilitator atau panitia pelatihan disarankan untuk memastikan bahwa


ruangan telah diatur sesuai dengan yang diinginkan paling lambat satu hari
sebelum pelatihan dilaksanakan. Demikian pula dengan peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan di pelatihan juga diperiksa ketersediaannya.
Bahan-bahan yang perlu disediakan antara lain, flipchart, kertas plano,
spidol, kertas metaplan (kertas berwarna ukuran 10 cm X 20 cm), selotip
kertas, tata suara, LCD beserta komputer/laptop, dan kabel.

Para fasilitator juga perlu menyiapkan handout yang akan dibagikan, lembar
kerja, dan bahan presentasi dalam powerpoint. Jika LCD dan
komputer/laptop tidak tersedia fasilitator dapat menulis slide presentasi di
plastik dan ditayangkan melalui OHP. Bahan-bahan yang perlu digandakan
disarankan telah digandakan sehari sebelum pelatihan.

I. Persiapan Peserta

Peserta pelatihan diharapkan membawa data pendidikan dasar


kabupaten/kota yang terbaru serta rencana strategis dan rencana kerja

4
tahunan. Data pendidikan dasar paling tidak memuat, data tentang
pemukiman permanen, data sekolah, data pendidik dan tenaga
kependidikan, kurikulum, dan data kunjungan pengawas ke sekolah.

Anda mungkin juga menyukai