Anda di halaman 1dari 5

1.

KORUPSI

Korupsi Dana Pemulihan Dampak COVID, Eks Kadispar Buleleng Dibui 32 Bulan

Eks Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Buleleng, Made Sudama Diana, divonis
hukuman penjara 2 tahun 8 bulan (32 bulan). Dia dinyatakan majelis hakim Pengadilan
Tipikor Denpasar bersalah atas kasus korupsi dana pemulihan ekonomi pariwisata 2020
dampak COVID-19 senilai Rp 738 juta.

"Dalam perkara ini majelis hakim yang dipimpin Heriyanti telah menjatuhkan putusan dalam
perkara korupsi Dana PEN pada Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, terhadap Kepala
Dinas atas nama I Made Sudama Diana selama 2 tahun dan 8 bulan penjara, dan denda
sejumlah Rp 50 juta subsider pidana kurungan selama empat bulan," kata Juru Bicara PN
Denpasar, Gede Putra Astawa, seperti dilansir Antara, Rabu (6/10/2021).

Ia mengatakan, dalam perkara ini, terdakwa dijatuhi pidana tambahan berupa membayar uang
pengganti sebesar Rp 7.989.416 subsider 1 tahun penjara.

Putusan yang diterima terdakwa lebih ringan dari tuntutan jaksa. Sebelumnya, terdakwa
dituntut hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 50 juta subsider 6 bulan penjara, serta uang
pengganti kerugian negara Rp 131.285.622 subsider 2 tahun penjara.

Atas putusan itu, Diana mengaku pikir-pikir. Hal yang sama disampaikan jaksa penuntut
umum.
Diana dijerat dengan Pasal 3 UU Nomor 20/2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31/1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) juncto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
sebagaimana dalam dakwaan subsider penuntut umum.

Sebelumnya, dalam dakwaan jaksa penuntut umum (JPU), kasus korupsi ini berawal saat
pemerintah menggelontorkan dana PEN pariwisata Buleleng sebesar Rp 13 miliar. Rincian
dari dana tersebut disalurkan sebesar 70% atau sekitar Rp 9 miliar untuk hotel-restoran dan
sekitar 30% atau Rp 3,8 miliar untuk kegiatan operasional pemulihan pariwisata Kabupaten
Buleleng.

Adapun kegiatan tersebut adalah bimbingan teknis untuk pegawai restoran, restoran, dan
pelaku pariwisata dengan alokasi anggaran senilai Rp 870.700.000; Explore Buleleng Rp
2.567.360.000; dan pembangunan sarana dan prasarana sebesar Rp 372.230.000.
2. KEMISKINAN

Kesejahteraan biasanya menjadi faktor kebahagiaan masyarakat dalam suatu wilayah. Tetapi,
ternyata ada wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi tapi indeks kebahagiaannya juga tinggi.

Dalam Publikasi Indeks Kebahagiaan 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut tingkat
kemiskinan tidak selalu berhubungan dengan tingkat kebahagiaan. Salah satu contohnya adalah
Provinsi Papua Barat.

Persentase penduduk miskin di Papua Barat relatif tinggi di atas 20%, sementara tingkat
kebahagiaannya juga tinggi yakni di atas 74%. Demikian dikutip Rabu (12/1/2022). Hal ini
menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan tidak selalu berhubungan dengan tingkat kebahagiaan.

"Nampaknya hal ini juga sejalan dengan kondisi di Indonesia saat ini. Kebahagiaan subjektif tidak
selalu berkaitan dengan status ekonomi. Ada banyak cara dalam menemukan kebahagiaan yang
tidak selalu berhubungan dengan pendapatan. Dengan demikian, orang miskin tetap bisa bahagia,"
tulis data BPS.

Urutan kedua ada Maluku yang memiliki tingkat kebahagiaan tinggi persentasenya di atas 76%,
tingkat kemiskinan relatifnya di atas 15%.

Sementara, provinsi dengan persentase kemiskinan rendah serta memiliki indeks kebahagiaan yang
relatif tinggi, yakni Kalimantan Utara, disusul Maluku Utara, Sulawesi Utara, Jambi, dan Kabupaten
Riau. Tingkat kemiskinan provinsi itu di atas 5%. Sementara tingkat kebahagiaannya di atas 74%
hingga 76%.

Untuk DKI Jakarta sendiri memiliki tingkat kemiskinan rendah di bawah 5%, namun tingkat
kebahagiaan hanya di atas 70%. Lalu, provinsi yang paling tidak bahagia 60% adalah Banten, meski
tingkat kemiskinannya rendah.
3.. MUDIK

Epidemiolog UI, Pandu Riono, optimistis bahwa masyarakat Indonesia dapat melakukan mudik
Lebaran seperti biasanya. Ia mengingatkan dua kunci utama untuk mewujudkan hal tersebut adalah
masker dan vaksinasi dosis kedua.

"Saat waktu Nataru tidak ketat kan, "Karena Pak Luhut agamanya non-muslim, sehingga di
longgarkan. Nanti pas Ramadhan akan di ketatkan". Saya bilang, tidak. Bukan berbasis agama,
melainkan berbasis kondisi epidemiologis. Kalo sampai pada saatnya masih seperti ini, nanti
Ramadhan juga gapapa. Tetapi tadi, sekarang senjata kita dua. Vaksinasi dan masker. Mau
berpergian silahkan, kalo mau kumpul-kumpul pastikan semuanya sudah divaksinasi dua kali.
Sehingga kalo terjadi apa-apa tidak terlalu berdampak pada yang kumpul-kumpul tadi," jelas Pandu
Riono.

Pandu pun menyebut kondisi di 2022 sudah lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sehingga, penting bagi pemerintah untuk mengedukasi masyarakat agar lebih memiliki tanggung
jawab.

"Omicron ini gampang menular, tapi kalau orang sudah divaksinasi dan tetap prokses, dampaknya
minimal. Kita sudah lebih baik dalam tahun 2022 ini. Karena itulah saya bilang jangan terlalu ketat,
mari kita edukasi masyarakat agar mereka punya tanggung jawab, dan pemerintah juga tetap
mememberikan fasilitas supaya nanti ketika ada booster ketiga, orang-orang yang benar-benar
membutuhkan bisa dimudahkan aksesnya," tambahnya.

Anda mungkin juga menyukai