PENDAHULUAN
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, ini
adalah pengertian yang sangat sederhana dan sekaligus mendasar dari demokrasi.
Pemerintahan ada karena rakyat ada, yang memerintah adalah rakyat dan tujuan
adanya pemerintahan itu pun untuk rakyat. Kita berbicara mengenai pemerintahan
rakyat, yang memerintah itu adalah rakyat dan yang dipilih oleh rakyat.
Demokrasi harus bisa dibangun bukan hanya sebagai sistem politik, tetapi
juga harus diyakini sebagai cara hidup dan bagian dari jati diri. Untuk itu
yang lebih baik, serta ketenteraman masyarakat yang lebih terjamin. Negara
satu sama lain. Tanpa ada sistem demokrasi, tidak ada masyarakat demokratis,
begitu pula sebaliknya. Karena itu, menjadikan demokrasi sebagai bentuk negara
Pada dasarnya prinsip demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam
proses pembuatan keputusan politik (Gould, 1990). Prinsip ini hanya mungkin
dilakukan kalau jumlah anggota kelompoknya kecil. Prinsip dasar ini mustahil
diterapkan dalam organisasi yang besar seperti negara. Sebagai bentuk negara,
dan keadilan sosial. Tugas ini tidak hanya milik lembaga-lembaga pemerintah,
tetap dipandang sebagai alternatif yang terbaik dalam suatu sistem demokrasi.
Memilih sebagian rakyat untuk menjadi pemerintah adalah suatu proses dan
kegiatan yang seyogianya merupakan hak semua rakyat yang kelak diperintah
oleh orang-orang yang terpilih itu. Proses dan kegiatan memilih itu
dengan Pemilu.
pemimpin daerah secara langsung, bebas dan rahasia tanpa intervensi (otonom,
seperti mereka memilih lembaga eksekutif maupun wakil rakyat dalam lembaga
kepada masyarakat.
pemilu merupakan wadah persaingan bagi partai politik untuk merebut simpati
masyarakat, tentunya partai politik harus mengerti apa yang menjadi faktor-faktor
pemilihan umum itu secara utuh kita juga harus mengerti perilaku pemilih dalam
pemilih, hal ini disebabkan oleh sistem demokrasi yang menuntut masyarakat
pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Perilaku masyarakat ini
pilihan kepada partai politik tertentu atau kepada salah satu calon yang ikut
berkompetisi dalam pemilihan umum tersebut baik pemilihan kepala negara atau
pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah Kabupaten Karo Tahun 2010
politik ataupun yang independen pada pemilihan umum kepala daerah secara
pengkajian ini. Pertama, dalam kandidat calon wakil bupati ada calon yang berasal
suku Batak Toba, hal ini menjadi menarik bagi peneliti sebab bagaimana seorang
suku Batak Toba ikut bersaing dalam pemilukada yang bukan merupakan daerah
asal mereka dan bagaimana persepsi suku Batak yang ada di Kabupaten Karo atas
Hal ini menjadi menarik sebab dalam struktur budaya masyarakat Batak
Toba yang memandang suatu jabatan bukan berdasarkan kekayaan dan besar
Perlu di jelaskan terlebih dahulu arti dan makna apa yang diberikan pada jabatan
dalam kebudayaan Batak. Menurut pengertian umum, jabatan yang dipegang
seseorang bukanlah milik pribadinya. Jabatan atau kedudukan adalah milik
masyarakat yang diberikan untuk dipegang sesuai dengan ketentuan sosial
politik yang berlaku. Karena itu, kalau pemegang jabatan itu berhalangan karena
sakit, mati atau tidak sanggup lagi melakukan tugas-tugasnya, dia dapat di ganti
atau di wakilkan. Dengan demikian, jelas bahwa jabatan itu tidak di diadakan
untuk orang-orang tertentu saja dan bukan milik seseorang tapi hak milik umum.
Pada dasarnya, orang Batak tidak menganggap dirinya sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian dari satu kesatuan Bangso Batak. Oleh
karena itu, dia akan berfikir dalam bentuk kami, bukan dalam bentuk aku,
karena dia merasa dirinya satu dengan semua orang Batak. Faktor pengikat yang
terpenting dalam sistem pemikitan itu adalah hubungan darah dan kesamaan
negeri asal (Bona Pasogit) yang dianggap sebagai tempat lahirnya. Oleh sebab
itu, mereka merasa dirinya sebagai anggota dari suatu keluarga besar yang wajib
mengalami setiap kesenangan dan kesedihan secara bersama-sama tanpa
mengadakan batasan antara si kaya dan si miskin dan antara kepentingan pribadi
dan kepentingan umum.
Mereka berpendapat bahwa kebahagiaan seseorang harus juga merupakan
kebahagiaan masyarakat suku secara bersama-sama. Oleh karena itu, syarat
utama bagi setiap kampung ialah, semua keperluan yang di butuhkan
penduduknya harus dikerjakan oleh penduduk sendiri, baik secara pribadi
maupun bersama-sama. 2
2
Pdt. Dr. A. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, Jakarta, PT. BPK
Gunung Mulia, 1992 hal. 34
tertentu.4
identias dari masyarakat dan ciri khas tersebut dapat dikatakan dengan etnis.
dalam pemilu, dapat juga dipandang sebagai wujud partisipasi dalam proses
pemerintahan. Pemilu merupakan wujud yang paling nyata dari demokrasi, sebab
tanggungjawab terhadap diri sendiri dan ikut serta bertanggungjawab dimana ikut
Dalam sebuah negara yang menganut paham demokrasi, pemilu pun jadi sebuah
3
Dr. P. Hardono Hadi, Jatidiri Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hal 31
4
Ibid, hal 114
Kedudukan pemungutan suara dalam pemilu dilihat sebagai sesuatu yang penting
namun bisa dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada dan perilaku
aktor-aktor politik serta perilaku pemilih maka pendekatan yang dipakai adalah
peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorang. Adanya
tertentu.
relatif tinggi dan bahwa partai politik Indonesia dipengaruhi oleh etnisitas. 7
5
David. E. Ater, Pengantar Analisa Politik, Jakarta: LP3ES, 1998, hal.209
6
Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal. 14
7
Leo Suryadinata, Penduduk Indonesia, Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik, Jakarta :
LP3ES, 2003, hal. 182.
unsur pembentuk perilaku pemilih, selain faktor lain, seperti pengaruh luar
melalui difusi dan akulturasi, pendidikan, perubahan sosial dan lain-lain. Namun
bagi bangsa Indonesia faktor etnisitas itu dalam kehidupan politik sampai
sekarang masih menjadi salah satu faktor yang terpenting. Kesadaran akan
etnisitas masih cukup besar dan berpengaruh dalam kehidupan individu atau
menjamin dan meningkatkan kemasyarakatan itu. Dalam konteks ini adalah jati
diri manusia dan konteksnya, baik lingkungan sosial dan maupun historinya. 8
8
Ibid, hal 31
suku Batak Toba yang ikut bersaing dalam pemilihan kepala daerah dan
Adapun yang dijadikan ruang lingkup penelitian oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan pada masyarakat etnis Batak Toba yang telah
Kabupaten Karo tahun 2010 yang telah berusia 17 tahun keatas, atau
27 Oktober 2010.
Batak Toba dalam kaitannya dengan pilihan calon Bupati dan Wakil
baik bagi penulis bahkan bagi orang yang membaca laporan penelitian ini.
Adapun manfaat dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah :
daripada itu teori juga berfungsi sebagai alat analisis terhadap bahan-bahan yang
pilihan poitik nya. Teori ini berada pada aspek kajian psikologi sosial. Psikologi
yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini. Meskipun
peranan penting. Kemampuan bawaan tidak akan bertahan lama karena sel-sel
10
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1989. hal. 37.
11
DR. W.A. Gerungan, Dipl. Psych, Psikologi Sosial, Bandung, PT. Refika Aditama, 2004, hal. 2-
3
12
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2008, hal. 24
13
Carol wade dan Carol Travis, Psikologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002, hal. 193
mempersepsikan serta apa yang kita persepsikan. Berikut ini adalah beberapa
15
faktor yang memepengaruhi.
informasi sensorik.
14
Ibid, hal. 226-228
15
Op Cit, hal. 228
oleh budaya di mana kita tinggal. Budaya yang berbeda memberikan kita
kita, dan mengatakan pada diri kita apa yang penting untuk disadari atau diabai-
kan.
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup,
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelang-
sungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
suara, indra pengecap menangkap rasa, dan indra temperatu menangkap suhu
udara. Pengindraan itu tidak berdiri sendiri melainkan merupakan kombinasi dari
dapat didasarkan pada dua cara pendekatan, pendekatan pertama adalah yang
masa dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa
16
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Lingkungan, Jakarta: Grasindo, 1992, hal. 45
disebut juga sebagai aktivitas kognisi. Jadi, sebetulnya otak tidak secara pasif
untuk menilai, memberi makna, dan sebagainya. Karena adanya fungsi aktif dari
makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk
spontan dan langsung. Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu terjadi karena
ia melibatkan setiap objek yang ada du lingkungannya dan setiap objek menonjol-
tentang objek itu pada diri manusia. Tahapan awal hubungan manusia dengan
interaksi individu dengan objek menghasilkan persepsi individu tentang objek itu.
Jika persepsi itu berada dalam batas-batas opitmal maka individu dikatakan dalam
pada kondisi dirinya. Sebagai hasil coping ada dua kemungkinan yang bisa
terjadi. Pertama, tingkah laku coping itu tidak membawa hasil seperti yang di-
harapkan. Gagalnya tingkah laku coping ini menyebabkan stress berlanjut dan
dampaknya dapat stress berlanjut dan dampaknya bisa berpengaruh pada kondisi
yang berhasil. Dalam hal ini terjadi penyesuaian antara diri individu dengan
Dampak dari keberhasilan ini juga bisa mengenai individu maupun persepsinya.
pada satu titik akan terjadi ganguan mental yang lebih serius seperti keputusasaan,
kebosanan persaan tidak berdaya, dan menurunya prestasi sampai pada titik
terendah.
Pada uraian diatas telah dijelaskan bahwa persepsi seseorang itu ada bukan
hanya bawaan dari lahir tetapi di pengaruhi oleh budaya dan lingkungan dimana
individu itu berada. Proses terbentuknya suatu persepsi adalah adanya rangsangan
atau stimulus yang dapat menyadari keadaan sekitar, merupakan persoalan yang
berhubungan dengan alat indra dan pengamatan. Beberapa syarat yang harus di
B. Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan
sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi
belum terungkap) apabila tanggapan itu berada di bawah sadar, atau tidak kita
sadari, dan tanggapan disebut aktual apabila tanggapan tersebut kita sadari.
dan ada dalam bawah sadar itu berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita
17
Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 2009, hal. 65-90
dalam keadaan sadar, ketika mengingat kembali sesuatu yang kita amati dan kita
alami. Reproduksi dapat juga terjadi oleh adanya perangsang atau pengaruh dari
luar, reproduksi juga muncul dengan sendirinya atau tidak dengan sengaja dan
Asosiasi tanggapan ialah sangkut paut antara tanggapan saru dengan yang
bermereproduksi, artinya apabila yang satu disadari maka yang lain ikut disadari
pula. Dalam asosiasi hanya ada satu hukum yang dikenal yaitu hukum kontiguitas.
Tanggapan-tanggapan akan teasosiasi satu sama lain apabila mereka itu kontinu,
berdampingan atau berbatasan satu sama lain, karena timbul bersamaan (konsisten
malu, kecemasan, rasa minder, rasa takut, yang menghambat kelancaran proses
D. Ingatan
ada suatu indikasi bahwa manusia mampu menyimpan dan menimbulkan kembali
sesuatu yang pernah dialami, namun tidak semua pengalaman itu dapat di ingat
ialah mengenal kembali, apa yang kita amati sekarang ini senyatanya pernah kita
alami atau amati pada masa lampau. Mengenal kembali recognize ialah kesadaran
masa lampau sebagai akibat dari pengamatan dan hal ini di bantu oleh rangsangan
E. Berfikir
antara individu yang satu dengan individu yang lain. Pengertian logis biasanya di
peroleh dengan aktivitas pikir dengan sadar dan sengaja, dalam memahami
sesuatu, karena pengertian logis ini banyak di gunakan dalam kalangan ilmu
F. Inteligensi
atau menyatukan satu sama lain. Menurut panitia istilah pedagogik yang
dimaksud dengan intelegensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru
Pedagogik, 1953). Jadi inndividu itu dikatakan intilegen kalau respon yang
diberikan itu sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon
respon, hal tersebut dapat di peroleh dari hasil pengamatan yang diperoleh dari
hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respon yang telah lalu.
1.5.2. Etnis
Menurut Em Zul Fajri dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa etnis
berkenaan dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang
mempunyai arti atau kedudukan karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan
bahwa: “Etnis adalah suatu kesatuan budaya dan territorial yang tersusun rapi dan
Suku bangsa yang sering disebut etnik atau golongan etnik mempunyai
1. Memiliki wilayah sendiri. Hak memiliki itu diperoleh dari para pendahulu yang
dianggap sebagai pemilik pertama atau terdahulu. Wilayah yang dimiliki itu
penting sekali karena merpakan jaminan keabsahan dan kebenaran
keanggotaan sukubangsa
2. Mempunyai struktur politik sendiri berupa tata pemerintahan dan pengaturan
kekuasaan yang ada
3. Adanya bahasa sendiri yang menjadi alat komunikasi dalam interaksi. Selain
alat komunikasi bahasa tersebut dianggap juga sebagai idetintas sukubangsa.
Bahasa sukubangsa tersebut masih sering digunakan dalam interaksi antara
anggota sukubangsa, khususnya dalam acara dan upacara kesukubangsaan,
seperti upacara perkawinan, upacara kematian, dan lain-lain.
4. Mempunyai seni sendiri (seni tari lengkap dengan alat-alatnya, cerita rakyat,
seni ragam hias dengan pola khas tersendiri)
18
Ariyuno Sunoyo, Kamus Antropologi, Jakarta, Antropologi Press, 1985.
19
Koentjaranigrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1982,
hal. 58.
20
Payung Bangun, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UKI, 1998, hal. 63
Etnisitas secara substansial bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya tetapi
etnisitas adalah berupa aspek kesamaan dan kemiripan dari berbagai unsur
kebudayaan yang dimiliki, seperti misalnya adanya kesamaan dan kemiripan dari
berbagai unsur kebudayaan yang dimiliki, ada kesamaan struktural sosial, bahasa,
upacara adat, akar keturunan, dan sebagainya. Berbagai ciri kesamaan tersebut,
dalam kehidupan sehari-hari tidak begitu berperan dan dianggap biasa. Dalam
jenis konsekuensi antara lain pertama, adakah menjaukan diri atau bahkan keluar
dari tatanan negara bangsa dan kedua adalah berusaha mendudukkan orang sesuku
dalam pemerintahan negara-bangsa, hal ini dapat kita lihat dalam realitas
dimana para pejabat lebih senang mendudukkan orang di sekitarnya yaitu orang
21
Ivan, A, Hadar, “Etnisitas dan Negara Bangsa”, Kompas, 29 Mei 2000.
Perilaku politik ialah segala perilaku yang berkaitan dengan proses politik. 22
organisasi atau partai politik dan lain sebagainya. Sedangkan Perilaku memilih
dalam suatu pemilihan, menarik masuk atas nama calon, atau tindakan lain yang
Karakteristik sosial seperti status sosial, ekonomi, kelompok, ras, etnis, usia,
jenis kelamin dan agama baik hidup dipedesaan ataupun diperkotaan termasuk
dalam organisasi sukarela akan mempengaruhi perilaku politik warga negara. Ciri
tindakan politik tertentu dan mengapa yang lain apatis? Mengapa seseorang
memilih partai politik tertentu dan tetap konsisten dari satu pemilihan umum ke
politiknya dari waktu ke waktu? Sederetan pertanyaan tersebut dan lainnya yang
ada akan muncul apabila kita hendak menganalisis perilaku pemilih dalam
pemilihan umum.
22
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992,
hal.15
23
Sudijono Sastroatmojo,Op.cit., hal. 16
dalam menentukan sikap dan pilihan dalam pelaksanaan pemilu atau pilkada
tersebut hal ini jugalah yang membuat digunakannya teori perilaku politik dalam
biasa dalam berperilaku politik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan latar
belakang.
sebagai berikut:
24
Ibid hal. 132
lingkungan sosial dan ini bisa termasuk juga lingkungan etnis seseorang itu
etnisitasnya. Hal ini juga tidak terlepas dari budaya politik yang dianut oleh etnis
25
Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta: Gramedia Widyasarana,
1992. Hal. 132.
26
Muhammad Asfar, “Beberapa Pendekatan Dalam Memahami Perilaku Memilih”, Jurnal Ilmu
Politik edisi no.16, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama,1996, hal. 47-48
dengan kata lain perilaku politik seseorang dapat dipahami melalui budaya
politiknya.
ekonomi, dan keluarga pemilih. Sosialisasi yang diterima seseorang pada masa
kecil sangat mempengaruhi pilihan politik mereka, terutama pada saat pertama
kali menentukan pilihan politik. Apakah preferansi politik ayah dan ibu
berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografis
privat dan publik dianggap berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pribadi
para pemilih. Hal ini biasanya berhubungan dengan status ekonomi seseorang.
merupakan faktor sosiologis yang sangat kuat dalam mempengaruhi sikap pemilih
terhadap partai politik atau kandidat. Dalam hal ini agama diukur dari afiliasi
pemilih terhadap agama tertentu seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
27
http://id.shvoong.com/law-and-politics/1916121-membaca-perilaku-pemilih/
28
Gerald Pomper, Voter’s Choice: Varieties of American Electoral Behavior, New York : Dod,
Mead Company, 1978, hal.198
adalah, karena tinkat partisiasi politik adalah faktor yang menentukan apakah
Pemilu ataupun Pilkada yang berlangsung berhasil atau tidak, semakin tinggi
semakin tinggi.
diri pada partai politik sebagai pelaku utama, akan tetapi dengan berkembangnya
seseorang atau kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik.
Pertama, partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga
negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan
29
William, Liddle dan Saiful Mujani, Politik Aliran Memudar, “Kepemimpinan Nasional
Menentukan Pilihan Partai Politik”, Kompas, 1 September 2000.
30
Miriam Budiarjo, Ibid. hal. 367.
31
Miriam Budiarjo, OP Cit.
32
Ramlan Surbakti, Ibid, hal. 141
partisipasi masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikir ini, tingginya tingkat
politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu, tingginya tingkat
yang tinggi, dan sebaliknya, rendahnya partisipasi politik di sutu Negara dianggap
1. Partisipasi aktif, yaitu kegiatan yang berorientasi pad aoutput dan input politik.
Yang termasuk dalam partisipasi aktif adalah, mengajukan usul mengenai suatu
kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk
meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah.
2. Partisipasi pasif, yaitu kegiatan yang berorientasi pada output politik. Pada
masyarakat yang termasuk kedalam jenis partisipasi ini hanya menuruti segala
kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tanpa mengajukan
kritik dan usulan perbaikan.
ini, yaitu masyarakat yang mengaggap telah terjadi penyimpangan sistem politik
dari apa yang telah meraka cita-citakan. Kelompok tersebut disebut apatis (golput)
33
Ramlan Surbakti, Ibid, hal. 143
cukup matang
4. Konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika timbul konflik antar elit,
34
Budi Suryadi, S.Sos., M.Si., Sosiologi Politik, Yogjakarta, IRCiSoD, 2007, hal. 128
d. Memberi suara
warga Negara
terhadap pemimpinnya.
yaitu: 35
tinggi
rendah
berikut: 36
35
Ramlan Surbakti, Ibid, hal. 144
36
Budi Suryadi, S.Sos., M.Si., Ibid, hal. 131-133
beberapa yang mungkin legal (seperti petisi) maupun illegal, penuh kekerasan,
sebagai ukuruan untuk menilai stabilitas sistem politik, integrasi kehidupan politik
37
Budi Suryadi, S.Sos., M.Si., Ibid, hal. 135-138
berbeda-beda, hal ini terjadi karena kondisi sosial politik yang ada di negara
Aktivis
Partisipan
Pengamat
pembajak, teroris. Partisipan orang yang secara aktif ikut sebagai petugas
proyek sosial. Pengamat orang yang menghadiri rapat umum, anggota kelompok
Roth dan Wilson (1980) membagi jenis partispasi ini berdasarkan frekuensi
yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan biasanya tidak berdasarkan
politik terbagi kedalam tiga klarifikasi, yaitu aktivis, partisipan, pengamat dan
orang yang apolitis. Aktivis menduduki peringkat teratas dalam piramida itu
karena keterlibatannya dalam politik lebih intensif, tetapi jumlah orang yang
menduduki pada posisi ini lebih sedikit. Partisipan menduduki peringkat kedua di
bawah aktivis, hal ini dikarenakan keterlibatan mereka dalam politikdalam ukuran
sedang, tetapi jumlah orang yang menduduki posisi ini lebih banyak dari jumlah
tetapi jumlah orang yang menduduki posisi ini lebih banyak di bandingkan
apolitis, hal ini di karenakan orang yang apolitis adalah orang yang anti terhdap
politik atau tidak sama sekali melibatkan diri dalam kegiatan politik. Sehingga
Dalam konteks yang sama dengan praktek partisipasi politik diatas, Rush
politik berdasarkan posisi hirarkis. Baginya hirarkis yang paling sederhana dan
paling berarti ialah hirarki yang didasarkan atas taraf atau luasnya partisipasi,
38
Budi Suryadi, S.Sos., M.Si., Ibid, hal. 139
sebagainya
dalam politik
Aphati total
partisipasi politik lainnya, dalam hal, bahwa pada berbagia taraf mereka
terdapat mereka yang menjadi anggota dari berbagai tipe organisasi politik atau
semu politik. Istilah organisasi politik dimaksudkan untuk mencakup baik partai
politik maupun kelompok kepentingan yang bersifat politis. Partai politik dan
bersangkutan.
suatu organisasi politik atau suatu organisasi semu politik, tetapi mereka dapat
dibujuk untuk berpartisipasi dalam suatu rapat umum atau demonstrasi. Kemudian
orang yang mungkin tidak mau berdiskusi politik dengan siapapun, namun
demikian mungkin dia mempunyai sedikit minat dalam soal-soal politik, dan
aktif yang paling kecil, karena hal itu menuntut suatu keterlibatan minimal, yang
akan berhenti jika pemberian suara telah terlaksana. Orang-orang apatis total
merupakan mereka yang tidak berpartisipasi sama sekali dalam proses politik, hal
ini disebabkan oleh pilihan individu atau karena faktor di luar kontrol individu.
bermaknanya pemilihan umum bagi semua orang, maka pemilihan yang menjadi
pembelajaran bagi elit dan komponen bangsa lainnya. Selain itu, pemilihan umum
juga terkait dengan peran serta masyarakat dalam memberikan dukungan kepada
sanaan pemerintah dan sistem politik yang brelaku. Dengan hal itu pula, pemilih-
Secara umum ada dua sistem pelaksanaan pemilihan umum yang dipakai yaitu
sebagai berikut:
1. Sistem Distrik
tidak membedakan jumlah penduduk, tetapi tempat yang sudah ditentukan. Jadi
daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama dengan daerah yang
padat penduduknya. Oleh karena itu sudah tentu banyaknya jumlah suara yang
39
Ibid., hal.16.
penduduknya. Biasanya satu distrik hanya di wakili oleh seorang wakil saja
konstituen, dalam hal ini anggota-anggota lokal berada dalam dewan terutama
untuk mewakili distrik yang memilih mereka dan membawa keuntungan untuk
layanan lokal sangat diperlukan untuk jalan raya, pemeliharaan kesehatan dan
sebagainya. Oleh sebab itu muncul argumentasi yang mengatakan bahwa seorang
anggota dewan yang mewakili kepentingan suatu distrik lebih penting daripada
2. Sistem Proporsional
Sistem ini didasari oleh jumlah penduduk yang akan menjadi peserta
kontestan pemilu. Jumlah kursi yang diperoleh sesuai dengan jumlah suara yang
batasnya lebih besar daripada batas sistem distrik. Kelebihan suara dari jatah satu
dikombinasikan dengan sistem daftar (list system), dimana daftar calon disusun
berdasarkan peringkat.
semakin cepat, keamanan dan tatanan yang semakin bagus serta hubungan yang
dan peraturan sektoral memberikan perincian yang lebih luas mengenai hasil yang
diharapkan dari pemberian pelayanan dasar ini. Pemerintah daerah diberi mandat
pemerintah daerah.
Karena kecewa atas hubungan antara DPRD dan Kepala Daerah sesudah
kepada DPRD serta dengan memberikan dasar politis yang lebih independen
kepada Kepala Daerah melalui pemilihan langsung. Saat ini kedua lembaga
baik kepada konstituen melalui pemilihan langsung (mulai Juni 2005) dan kepada
Gubernur dan Menteri Dalam Negeri, yang meliputi aspek teknis dan
administratif.
dalam mewakili rakyat dan dalam memilih kepala daerah. Perubahan ini dirasa
perlu karena adanya kecurigaan meluas bahwa anggota DPRD, dan partai-partai
daerah ke orang yang bisa membayar paling tinggi. Dalam peraturan yang baru,
pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat diusulkan ke KPUD oleh
partai-partai politik atau gabungan partai politik yang sudah mencapai ambang
tertentu. Peraturan baru ini juga mendorong partai untuk membuka pencalonan
kepada calon baik dari kalangan partai sendiri atau dari masyarakat luas.
berkala. DPRD juga dapat meminta para Kepala Pemerintahan Daerah untuk
Tahun 2008. Sebagian isi Undang-Undang ini berisi prosedur dan mekanisme
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat.
Pada hakekatnya pemilihan umum merupakan cara dan sarana yang tersedia
terdapat berbagai sistem pemilihan umum. Perbedaaan sistem pemilihan umum ini
banyak tergantung pada dimensi dan pandangan yang ditujukan terhadap rakyat.
Pertama, apakah rakyat dipandang sebagai individu yang bebas untuk menentukan
pilihannya dan sekaligus dapat mencalonkan dirinya sebagai calon wakil rakyat.
Kedua, apakah rakyat hanya dipandang sebagai anggota kelompok yang sama
sekali tidak berhak untuk menentukan siapa wakilnya yang akan duduk dalam
lembaga pemerintahan dan dia tidak berhak mencalonkan diri sebagai wakil
rakyat.
umum dapat di bedakan menjadi sistem pemilihan mechanis dan sistem pemilihan
individu yang sama sebagai satu kesatuan otonom dan memandang masyarakat
Kajian ilmu sosial terhadap satu fenomena sosial sudah tentu membutuhkan
kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metodologi atau tata cara kerja, maka
instrumen penelitian. Konstruksi teknik dan instrument yang baik dan benar akan
mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk
menjelaskan apa yang diyakini dapat diketahui dari masalah peneltian yang akan
dilakukan. 41
atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 42 Penelitian
dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.
40
Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia; Dalam Perspektif Struktural Fungsional, Surabaya,
SIC, 1998, hal. 195
41
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta, Gintayali, 2004, hal. 71-72
42
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 1994, hal.
3
fakta atau data yang akan dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga
objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang
yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut. Sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, untuk itu sampel yang
43
Ibid, hal. 6.
44
Prof. Dr. Sugioyo, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, CV.
ALFABETA, 2008, hal. 80-81.
Kecamatan Berastagi dan terdaftar sebagai pemilih pada pemilihan kepala daerah
Kabupaten Karo.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 6808 orang. 45 Alasan
memilih etnis Batak Toba sebagai populasi karena skripsi ini akan meneliti
faktor diatas salah satu pasangan calon ada yang berasal dari suku Batak Toba
yang bersaing secara terbuka pada pemilihan umum Kepala Daerah dan yang
N
n=
N .d 2 + 1
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Maka dengan rumus diatas sampel dalam penelitian ini dicapai sebagai
6808
berikut: n=
6808.(0.1) + 1
2
45
KPUD Kab. Karo
6808
n=
69.08
n = 98.55
masyarakat etnis Batak Toba sudah mempunyai sejarah yang lama sejak jaman
kolonial Belanda, etnis Batak Toba tersebut sudah ada dan membaur dengan
etnis Batak Toba, Karo, Jawa, Melayu, Nias dan sebagainya dengan bidang
pekerjaan yang berbeda pula baik petani, pedagang, buruh tani, guru, pegawai
sebagai berikut:
responden.
Dalam penelitian ini digunakan adalah jenis analisa data kualitatif, dimana
analisa data seperti ini banyak dipergunakan dalam penelitaian deskriktif, yaitu :
suatu metode yang lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci
skripsi ini, maka penulis membagi dalam empat (4) bab. Untuk itu disusun
46
Hadari Nawawi, ibid, hal. 40
Bab ini berisi penyajian data-data yang telah diperoleh dari lapangan dan
juga analisa dari data-data tersebut. Bab ini terdiri dari mekanisme dan sistem
proses konflik dalam pilkada, dampak konflik bagi masyarakat serta pemerintahan
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan yang diperoleh
dari hasil penelitian serta tedapat saran-saran yang terdapat didalamnya setelah
melakukan penelitian.