Anda di halaman 1dari 5

Sempat Tarik Usulan 537 Formasi, Kini Brebes Ajukan 1285 Formasi ASN

PPPK Tahun 2022


BREBES, derapguru.com – Sempat menarik kembali usulan 537 formasi ASN
PPPK tahun 2022 yang membuat guru-guru Prioritas I terpukul dan menangis.
Kini, Pemkab Brebes kembali menyusun ulang pengajuan formasi, tidak hanya
537 formasi guru seperti jumlah formasi yang sempat ditarik sebelumnya, tapi
akan ditingkatkan menjadi 1285 formasi guru pada ASN PPPK tahun 2022 ini.
“Pemerintah Kabupaten Brebes sudah meminta waktu pada MenpanRB. Besok
pagi, Pemkab Brebes didampingi PGRI Kabupaten Brebes akan ke Jakarta untuk
mengusulkan formasi susulan dari Kabupaten Brebes. Jumlahnya usulannya tidak
lagi 537 formasi, tapi ditambah menjadi 1285 formasi,” tutur Ketua PGRI
Kabupaten Brebes, Drs Sutikno MPd, saat melaporkan perkembangan polemik
usulan formasi ASN PPPK pada pimpinan PGRI Provinsi Jawa Tengah, Senin 7
November 2022.
Sutikno menambahkan, Pemkab Brebes sangat sigap ketika masalah usulan
formasi yang ditarik ini menjadi polemik di level nasional. Pemkab langsung
berkonsolidasi dengan jajaran pemangku kebijakan lain, dan mengajak serta PGRI
Kabupaten Brebres untuk membahas masalah tersebut. Hasil dari koordinasi
tersebut Pemkab Brebes tidak lagi mengusulkan 537 formasi seperti yanhg
diusulkan sebelumnya, melainkan akan menaikkannya menjadi 1258 formasi pada
seleksi ASN PPPK tahun 2022.
“Yang diusulkan sebelumnya hanya 537 formasi. Bila jumlah guru Prioritas I itu
sebanyak 587 orang maka formasi itu akan habis untuk guru formasi Prioritas I
saja. Itu pun masih menyisakan beberapa guru Prioritas I. Tapi dengan
ditambahnya jumlah usulan menjadi 1258 formasi, semua prioritas akan masuk,
mulai Prioritas I, Prioritas II, maupun Prioritas III. Semua ada,” tutur Sutikno.
Sekadar informasi, pagi sampai siang tadi, perwakilan guru Prioritas I didampingi
PGRI Kabupaten Brebes bertemu langsung dengan Pemkab Brebes. Dalam
pertemuan tersebut, segala permasalahan terkait dengan usulan formasi ASN
PPPK tahun 2022 dipecahkan bersama. Pembahasan tersebut kemudian
dilanjutkan dengan informasi bahwa Pemkab Brebes didampingi PGRI Kabupaten
Brebes akan berangkat menyusulkan daftar usulan terbaru ke MenpanRB.
“Dengan usulan formasi terbaru, semua guru Prioritas I akan langsung masuk
semua dalam seleksi kali ini. Selain itu, bagi guru-guru atau calon pendidikan
yang bukan Prioitas I juga bisa mengikuti seleksi karena masih ada separuh lebih
formasi yang dapat diperebutkan,” tutur Sutikno.
Sebagimana telah diberitakan sebelumnya, Pemkab Brebes menjadi sorotan dalam
rapat Kemendikbud dengan Komisi X DPR RI terkait penarikan kembali usulan
637 formasi ASN PPPK tahun 2022. Penarikan tersebut membuat peluang guru-
guru Prioritas I—yang hanya tinggal pemberkasan—untukn dalams seleksi ASN
PPPK tahun 2022 hilang. Pemkab Brebes mengaku menarik usulan tersebut
karena mereka diminta mengusulkan 1258 formasi, sedangkan kemampuan
Pemkab Brebes hanya 537 formasi. Setelah berkonsolidasi, akhirnya Pemkab
Brebes akan mengusulkan 1258 formasi pada seleksi ASN PPPK tahun 2022.
Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr Muhdi, mengapresiasi gerak cepat Pemkab
Kabupaten Brebes dan PGRI Kabupaten Brebes dalam menyikapi polemik usulan
formasi yang sempat mengemukan dalam rapat di Komisi X DPR RI. Gerak-gerak
cepat inilah yang diharapkan akan membuat masalah-masalah pendidikan akan
lebih cepat tuntas tertangani secara maksimal. Oleh karena itu, Dr Muhdi meminta
supaya PGRI Kabupaten Brebes selalu berkoordinasi dengan PGRI Provinsi Jawa
Tengah terkait dengan masalah ini.
“Luar biasa. Apresiasi dan rasa terima kasih kami ucapkan pada Ibu Bupati dan
jajaran DPRD Kabupaten Brebes atas kesigapannya mengatasi masalah ini. Kami
berdoa semoga urusan di Jakarta nanti akan dimudahkan. PGRI Jawa Tengah
sebagai organisasi guru akan terus melihat dan mencermati perkembangan
masalah usulan formasi ASN PPPK 2022 ini sampai tuntas,” tandas Dr Muhdi.
(za)
Ngajari Piano Sambil Mengusap Punggungnya, Lama-lama Meraba

KEDU, derapguru.com – Banyak kasus pelecahan seksual di sekolah yang


terjadi akhir-akhir ini. Para guru dan pengelola sekolah harus waspada pada
perilaku-perilaku menyimpang seperti ini. Tidak hanya pelecehan seksual yang
dilakukan guru terhadap siswa, pelecehan seksual sesama guru, atau pelecehan
seksual lain di lingkungan sekolah harus disapu bersih.
“Guru musik ngajari piano sambil mengusap punggungnya, lama-lama meraba.
Pelecehan seksual seperti ini tidak boleh terjadi di sekolah kita. Sekarang lagi tren
pelaporannya. Ini memprihatinkan sekali,” tutur Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr
Muhdi, saat mengisi acara Sosialisasi Hukum Bagi Guru dan Kepala Sekolah di
lingkungan eks-Krasidenan Kedu, Senin 7 November 2022.
Lebih lanjut Dr Muhdi menuturkan, kasus pelecehan seksual lainnya yang bisa
saja terjadi, misalnya guru olahraga ada melatih koprol. Ketika koprol terus
dipegangi, padahal tanpa dipegangi juga bisa. Ini perilaku-perilaku yang potensial
mengarah pada pelecehan seksual, harus dihindari bila tidak ingin terjerat masalah
hukum.
“Tidak menyentuh, tapi memperhatikan secara berlebihan, yang di situ ada unsur
seksualnya. Itu juga termasuk pelecehan seksual. Pelecehan seksual ini menjadi
kasus paling banyak menjadi perhatian pada waktu belakangan ini,” tutur Dr
Muhdi.
Lebih lanjut Dr Muhdi menuturkan, dalam melaksanakan tugas profesinya, pata
guru ini rawan terhadap tuntutan hukum. Bukan hanya tuntutan hukum karena
pelecehan seksual, tuntutan hukum karena punishment pun banyak terjadi. Pada
kasus punishment biasanya guru terlalu berlebihan dalam memberikan hukuman
pada siswa.
“Ya benar, guru memang punya hak untuk memberi nilai ataupun memberikan
punishment, tapi ya jangan berlebihan. Punishment itu diberikan dalam kerangka
besar mendidik, bukan untuk menganiaya. Ada guru menjewer tapi roman
mukanya terlihat marah, ini kan tidak boleh. Harus ingat dasarnya, untuk
mendidik,” tandas Dr Muhdi.
Terkait dengan kasus-kasus hukum, Dr Muhdi menghimbau supaya guru-guru di
Jawa Tengah senantiasa berkoordinasi dengan PGRI Jawa Tengah. Bila terjadi
kasus-kasus hukum saat menjalankan profesi, LKBH PGRI Jateng siap sedia
untuk memberikan bantuan hukum secara gratis. (za)
Meski Tugas Manajerial, Kepala Sekolah Juga Bisa Kena Hukum

KEDU, derapguru.com – Guru memang lebih memang potensial terkena jeratan


hukum karena langsung berinteraksi dengan peserta didik. Tapi ini bukan berarti
kepala sekolah yang menjalankan tugas manajerial tidak berpotensi terkena
jeratan hukum. Ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menjerat kepala sekolah
dalam urusan hukum.
“Kepala sekolah juga bisa kena jeratan hukum. Misal, kepala sekolah tersangkut
kasus korupsi. Bukan karena dirinya niat korupsi, tapi kadang karena sistem yang
korup, ini juga bisa menyeret kepala sekolah dalam jeratan hukum,” tutur Ketua
LKBH PGRI Jateng, Dr Sapto Budoyo, dalam “Sosialisasi Hukum Bagi Guru dan
Kepala Sekolah” di eks-Krasidenan Kedu, Senin 7 November 2022.
Lebih lanjut Dr Sapto menuturkan, selain masalah korupsi, LKBH PGRI Jateng
juga pernah menangani beberapa kasus hukum unik yang menjerat kepala sekolah.
Salah satunya adalah kepala sekolah yang terkena jeratan hukum karena menjadi
pengepul arisan motor. Dia mengumpulkan duit dari anak buahnya. Duit lalu
disetor pihak ketiga. Ternyata pihak ketiga membawa lari uangnya.
“Sebenarnya kepala sekolah ini hanya memanage saja. Yang mengurusi arisan
pihak ketiga. Tapi ternyata pihak ketiga ini itikadnya tidak baik. Uangnya dibawa
lari sehingga arisan sepeda motor tidak terealisasi. Kepala sekolah ini kena jeratan
hukum, kategorinya tipu muslihat,” tutur Dr Sapto.
Dalam urusan hukum, Dr Sapto mengingatkan, hukum tidak melihat apa yang ada
di dalam hati seseorang, tapi hanya melihat perbuatan yang dilakukan seseorang.
Niatnya menghukum lari untuk mendidik, tapi karena peserta didik belum sarapan
lalu pingsan, ini juga membuat guru terjerat masalah hukum. Semua harus
dilakukan secara hati-hati dan jangan berlebihan.
“Segala sesuatu yang berpotensi menjerat guru dalam masalah hukum sebaiknya
dihindari betul, jangan sampai dilakukan. Karena sekali lagi, hukum tidak pernah
melihat niat seseorang, tapi hukum melihat apa yang dilakukan oleh seseorang,”
tandas Dr Sapto.
Kendati demikian, Dr Sapto menegaskan, apabila ada guru yang terkena jeratan
hukum, entah guru itu dalam posisi benar atau salah, diminta untuk menghubungi
LKBH PGRI Jawa Tengah. Lembaga bantuan hukum milik PGRI Jawa Tengah
ini akan membela guru secara gratis.
“Guru yang salah pun akan kami dampingi. Bukan untuk membela yang salah.
Tapi untuk memastikan guru tersebut tidak dihukum melampaui apa yang
dilakukannya,” tandas Dr Sapto. (za)
4 tahun 20 tahun, singkat 1 tahun, 50-1M

Sedang Mengajar,

Anda mungkin juga menyukai