Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia. Bencana dapat
berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas.
Bencana adalah gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang
menyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau kehilangan
penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping manusia itu sendiri
(International Strategy for Disaster Reduction [ISDR], 2009).
Bencana memiliki dampak yang sangat merugikan manusia.Rusaknya sarana dan prasarana
fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, pelayanan kesehatan, sekolah, tempat
ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah sebagian kecil dari dampak terjadinya.
Perawat IGD yang berperan penting dalam tim penyelamatan saat bencana, secara
terus menerus berjuang di garis depan operasi penanggulangan bencana.
Perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan situasi bencana.
Kompetensi berarti tindakan nyata pada peran tertentu dan situasi tertentu.
Menurut Ibrahim (2014) perawat yang tidak siap dalam memberikan pelayanan saat bencana
akan berdampak pada perawatan dan keselamatan pasien serta dapat meningkatkan angka
trauma dan kematian pada korban.
Kollek (2013) menyatakan perawat yang tidak siap untuk bekerja saat bencana
berdampak pada pelayanan rumah sakit yang menurun dalam memberi perawatan dan
beban kerja perawat semakin meningkat.
Selain itu, Phang & Sunshine (2010) menyatakan ketidaksiapan perawat dalam
memberikan perawatan akan berdampak pada perawatan kesehatan langsung pada
korban, menyebabkan trauma massal dan agen infeksius. Oleh karena itu, kesiapan
perawat penting untuk menghadapi kedaruratan bencana.
Kejadian bencana biasanya diikuti dengan timbulnya korban manusia maupun kerugian harta
benda. Terdapatnya korban manusia akan menyebabkan kerawanan status kesehatan pada
masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yang berada disekitar daerah bencana.
Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan bencana adalah
kurangnya sumber daya manusia kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan
krisis akibat bencana. sehingga upaya penanggulangan menjadi terhambat (Depkes, 2006).
KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN
ASPEK PSIKOLOGIS AKIBAT BENCANA ALAM: A LITERATURE
REVIEW
Muhammadiyah Yogyakarta
Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Bencana alam adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dapat
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Oleh karena itu, perlunya kesiapsiagaan perawat
terlebih khusus pada aspek psikologis disamping dari aspek fisik. Penulisan jurnal
ini menggunakan pendekatan studi literature dari beberapa database, yaitu PubMed
dan BioMedCentral (BMC) Psychiatry. Secara total, literature review terdiri dari 10
jurnal; 4 penelitian melaporkan hasil yang efektif diantaranya pengetahuan,
keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual, kerjasama, dan motivasi perlu
dipersiapkan untuk mendukung penanggulangan bencana, 5 penelitian melaporkan
bahwa perawat perlu mempersiapkan diri pada aspek psikologis berupa kognitif,
intelektual, minat, sikap, pendidikan keterampilan klinis dan pemahaman
penyelamatan dengan prinsip-prinsip dasar dukungan psikososial. Satu penelitian
melaporkan hasil bahwa perlunya pelatihan bagi administrator pada manajemen
rumah sakit dalam siaga bencana. Aspek psikologis sangat penting yang harus
disiapkan oleh tenaga perawat dalam menghadapi bencana alam, sehingga mencegah
timbulnya dampak psikologis.
ABSTRACT
Natural disasters are an event or series of events caused by natural phenomena such
as earthquakes, tsunamis, volcanoes, floods, droughts, hurricanes and landslides,
resulting in human casualties, environmental damage, property losses objects, and
psychological effects. Aim is know nurse preparedness in psychological aspect in
facing natural disaster. The writing of this journal uses a literature study approach
from several sources selected based on the criteria set by the author. The research
journal was obtained from several databases, namely PubMed and BioMedCentral
(BMC) Psychiatry. In total, the literature review consists of 10 journals, 4 studies
report effective outcomes including knowledge, skills, self-awareness, interest,
intellectual, cooperation, and motivation need to be prepared to support disaster
management, 5 research reports that nurses need to prepare themselves on the
psychological aspect in the form of cognitive, intellectual, interest, attitude,
clinical skills education and rescue comprehension with basic principles of
psychosocial support. Last 1 study reported the result that the need for training for
administrators on hospital management in disaster preparedness. The psychological
aspect is very important that must be prepared by the nurse in facing natural disaster,
thus preventing the occurrence of psychological impact.
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong rawan terhadap kejadian
bencana alam, Secara geografis dan samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan
timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau
Sumatera-Jawa- Nusa-Tenggara-Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik
dan dataran rendah yang sebagian besar didominasi oleh rawa – rawa. Kondisi tersebut
sangat berpotensi sekaligus terjadinya rawan bencana seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (Alzahrani & Kyratsis, 2017).Data
menunjukkan bahwaIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika
Serikat (Arnold, 1986 dalam Alzahrani & Kyratsis, 2017) Wilayah Indonesia terletak
di daerah iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan dengan
cirinya adanya cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti
ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam
baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur (Labrague,
Yboa, McEnroe-Petitte, Lobrino, & Brennan, 2016). Sebaliknya, kondisi ini dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan (Al-
rousan, Rubenstein, & Wallace, 2014). Bencana alam adalah peristiwa luar biasa yang
dapat menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi yang mengalaminya, hal
tersebut akan menimbulkan luka, cedera, dan dampak psikologis atau kejiwaan
(Chopra & Venkatesh, 2015).
METODE
Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penulisan. Studi
literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi, internet
dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah
bahan penulisan (Zed, 2008:3 dalam Nursalam 2016). Jenis penulisan yang
digunakan adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil penulisan
yang berkaitan dengan topik atau variabel penulisan Penulis melakukan studi literatur
ini dilakukan oleh penulis setelah mereka menentukan topik penulisan dan
ditetapkannya rumusan masalah, sebelum terjun ke lapangan untuk mengumpulkan
data yang diperlukan (Darmadi, 2011 dalam Nursalam, 2016).
Analisa data
Memulai dengan materi hasil penulisan yang secara sekuensi diperhatikan dari
yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara lain, misalnya dengan melihat
tahun penulisan (tahun 2013-2017). Membaca abstrak setiap jurnal terlebih dahulu
untuk memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang
hendak dipecahkan dalam suatu jurnal. Mencatat point-point penting dan relevansinya
dengan permasalahan penelitian, Untuk menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat,
penulis hendaknya juga mencatat sumber – sumber informasi dan mencantumkan daftar
pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penulisan orang lain.
Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara sistematis sehingga
penulisan dengan mudah dapat mencari kembali jika sewaktu-waktu diperlukan
(Darmadi, 2011 dalam Nursalam, 2016).
Setiap jurnal yang telah dipilih berdasarkan kriteria, dibuat sebuah kesimpulan yang
menggambarkan penjelasan terkait tentang kesiapsiagaan perawat jiwa pada aspek
psikologis dalam menghadapi bencana alam. Sebelum penulis membuat kesimpulan dari
beberapa hasil literatur, penulis akan mengidentifikasi dalam bentuk ringkasan secara
singkat berupa tabel yang beirisi nama penulis, tahun penulisan, rancangan studi, intervensi,
sampel, instrumen (alat ukur), hasil dan konflik teori. Setelah hasil penulisan dari
beberapa literatur sudah dikumpulkan, penulis akan menganalisa kesiapsiagaan apa saja
yang dilakukan oleh perawat jiwa pada aspek psikologi dalam menghadapi bencana alam
dalam bentuk pembahasan. Kriteria inklusi pada literature ini yaitu artikel bahasa inggris
dengan tanggal publikasi 5 tahun terakhir mulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017,
artikel dalam bentuk full teks. Kriteria ekslusi yaitu artikel publikasi tidak dalam bentuk
publikasi tidak asli seperti surat ke editor, abstrak saja dan buku.
Pada beberapa jurnal yang direview tersebut diatas, terdapat 4 jurnal yang
menyimpulkan bahwa pengetahuan, keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual,
kerjasama, dan motivasi perlu dipersiapkan untuk mendukung penanggulangan bencana
(Alzahrani & Kyratsis, 2017), (Labrague et al., 2016), (Tzeng et al., 2016), dan (Seyedin
et al., 2015). Sementara 5 jurnal (Rabiei et al., 2014), (Yu et al., 2013), (Berhanu et
al., 2016), (Yan et al., 2015), dan (Moghaddam et al.,2014) yang menyimpulkan
bahwa perawat perlu mempersiapkan diri pada aspek psikologis berupa kognitif,
intelektual, minat, sikap, pendidikan keterampilan klinis dan pemahaman penyelamatan
dengan prinsip-prinsip dasar dukungan psikososial. Sementara 1 jurnal (Shabanikiya et
al., 2016) yang menyimpulkan perlunya pelatihan bagi administrator pada manajemen
rumah sakit dalam siaga bencana.
1* 2* 3* 4*
Ardia Putra , Ratna Juwita , Risna , Rudi Alfiandi , Yuni
5* 6* 7*
Arnita , M. Iqbal , Ervina
ABSTRAK
Bencana diartikan sebagai peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Perawat sebagai profesi yang bersifat luwes dan mencakup
segala kondisi, diharapkan tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah
sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana.
Tujuan dari penelusuran kepustakaan ini adalah untuk mengidentifikasi peran dan
kepemimpinan perawat dalam manajemen bencana pada fase tanggap darurat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari literature yang diperoleh melalui internet berupa hasil
penelitian dari perpustakaan on-line baik lokal, nasional, maupun internasional. Peran
dan kepemimpinan perawat pada fase tanggap darurat secara umum akan
diidentifikasikan pada 6 aspek, termasuk pencarian dan penyelamatan, triase,
pertolongan pertama, proses pemindahan korban, perawatan di rumah sakit, dan rapid
health assessment. Oleh karena itu, situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan
normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik
dalam menghadapi kondisi seperti ini.
PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir di Indonesia terdapat peristiwa bencana yang
terjadi setiap tahun. Pasca meletusnya “Gunung Krakatau yang menimbulkan
Tsunami besar tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 Bencana Tsunami besar di
Indonesia selama hampir satu abad (1900- 1996)” Hajianto (2006). Bencana gempa
dan Tsunami besar yang terakhir terjadi pada bulan Desember tahun 2004 di Aceh dan
sebagian Sumatera Utara, “lebih dari 150.000 orang meninggal dunia.
Setelah gempa Aceh di akhir tahun 2004, pada tahun 2005 Pulau Nias dan sekitarnya
juga dilanda gempa, sekitar 1.000 orang menjadi korban, (Pusat data dan Analisa, 2006).
Pada tahun 2010 bencana beruntun menerjang Indonesia. Tsunami di
Mentawai, banjir dan longsor di Wasior, dan gunung meletus di Yogyakarta.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari literature yang diperoleh melalui internet berupa
hasil penelitian dari perpustakaan on-line baik lokal, nasional, maupun internasional
yang berjumlah 4 jurnal untuk mencari jurnal yang berhubungan, artikel, dan
laporan
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Menurut Syarief dan Kondoatle (2006) mengutip Carter (2001), manajemen resiko
Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan yang
mencari dengan melakukan observasi secara sistematis dan analisis bencana untuk
meningkatkan tindakan-tindakan (measure), terkait dengan pencegahan (preventif),
pengurangan (mitigasi), persiapan, prespon darurat dan pemulihan. Manajemen puncak
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (coordinating), kepemimpinan
(directing), dan pengendalian (controlling). Tujuan Manajemen Resiko
Bencana yaitu: 1) Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi
maupun jiwa yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara; 2)
Mengurangi penderitaan korban bencana; 3) Mempercepat pemulihan; dan 4) Memberikan
perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya
terancam.
KESIMPULAN
Putu Juni
Andika1 , Sri
Sundari2
Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta
Correspondence email:
putujuniandikadtd13@g
mail.com
Abstract. Indonesia has a very high level of disaster vulnerability. Earthquake disasters
can occur at any time without being predicted. It is important to implement disaster
management simulations in nursing learning to improve the knowledge and skills of
nursing students. This paper purpose to find out whether disaster simulation can improve
the knowledge and skills of nursing students. This literature uses inclusion and exclusion
criteria, articles obtained and reviewed from databases namely Google Scholar (2008 -
2018) and PubMed (2008 - 2018). The search strategy and terminology used in English
is as follows: simulation OR disaster or earthquake OR knowledge OR nursing student.
Ten articles were obtained from search results. Eight articles mention earthquake
disaster simulations significantly increasing student knowledge and skills. While the two
articles stated that disaster management simulation does not increase knowledge but
increases attitudes or familiarity in the team and satisfaction. Disaster simulation is one
of the methods and strategies in a learning system that has a positive impact, especially
in the f ield of nursing education, especially in response to earthquake management?
Keywords: Simulation, disaster earthquake,
knowledge, skills, nursing, literature review
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Tujuan
Kriteria inklusi berikut ini digunakan dalam pemilihan literatur riview ini:
Penelitian yang orisinil ( jurnal asli atau memang dilakukan oleh peneliti)
Full text.
Penelitian berkaitan dengan simulation disaster earthquake knwolegde dan skills
student nursing
Publikasi tidak asli seperti, surat ke editor, abtrak saja, dan editoral.
Diskusi
2016), simulasi manajemen bencana sebagai strategi metode pembelajaran yang baik untuk
mencapai kesiap siaga yang efektif (Sangkala and Gerdtz, 2018), VRS (virtual Reality
Simulation) adalah metode pembelajaran yang memperkuat sistem pembelajaran dan
meningkatkan retensi belajar mahasiswa (Farra et al.,
2013), Simulasi sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kerja tim,
pembelajaran aktif, penyelesaian masalah, tingkat kepuasan dan kepercayaan diri selama
pelatihan simulasi bencana gempa bumi pada mahasiswa keperawatan (Xia et al.,
peningkatan dalam aspeks lain: simulasi tidak ada peningkatan terhadap pengetahuan
tetapi meningkatkan
bumi di Cina, serta belum memahami tindakan apa yang akan dilakukan di lokasi bencana
gempa bumi, (Yan et al., 2015).
SIMPULAN
Bedasarkan hasil literatur review di ketahui bahwa efektivitas yang ditunjukkan oleh
metode pembelajaran simulasi disaster manajemen bencana gempa bumi sangat
berpengaruh dalam meninkakan pengeatahuan dan skill mahasiswa keperawatan. Metode
simulasi disaster manajemen bencana gemp[a bumi merupakan salah satu metode yang
sangat membantu dalam mencapai hasil, dimana metode ini adalah salah satu
pembelajaran yang memiliki kelebihan dalam praktek yang menarik dengan didukung oleh
fasilias dan sarana prasarana seperti Virtual-3D. Simulasi disaster manajemen bencana
gempa bumi memiliki ke kurangan yaitu informasi tentang bagaimana penanganan cedera
kimia, biologis, radiologis dan nuklir untuk dapat dalam disediakan pembelajaran
pembelajaran simulasi manajemen bencana, tetapi masalah ini tidak tercakup dalam
kegiatan simulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelghany Ibrahim, F.A., 2014. Nurses Knowledge, Attitudes, Practices and Familiarity
Regarding Disaster and Emergency Preparedness – Saudi Arabia. American Journal of
Nursing Science 3,
18. https://doi.org/10.11648/j.ajns.20140302.12
2018a. Investigating the Effect of Training With the Method of Simulation on the
Knowledge and Performance of Nursing Students in the Pre- Hospital Triage. Health in
Emergencies and Disasters Quarterly 3, 123–130. https://doi.org/10.29252/nrip.hdq.3.3.123
ELECTROCARDIOGRAF
• Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung
Seleksi saring
• Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring
bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5
Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring
bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat) diatur pada 40
Hz
• Dalam mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang
memungkinkan segmen ST yang akurat direkam. Penyaring bernilai rendah diatur
pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan EKG mode monitor
banyak tersaring daripada mode diagnostik
Sadapan ekstremitas
• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (hitam) di lengan kiri.
• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (hitam) di lengan kiri.
• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
Interval PR
• Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya
panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5
kotak kecil.
Gelombang T