Anda di halaman 1dari 22

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM BENCANA

Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia. Bencana dapat
berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas.

Bencana adalah gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang
menyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau kehilangan
penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping manusia itu sendiri
(International Strategy for Disaster Reduction [ISDR], 2009).

Bencana memiliki dampak yang sangat merugikan manusia.Rusaknya sarana dan prasarana
fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, pelayanan kesehatan, sekolah, tempat
ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah sebagian kecil dari dampak terjadinya.

 Perawat IGD yang berperan penting dalam tim penyelamatan saat bencana, secara
terus menerus berjuang di garis depan operasi penanggulangan bencana.

 Persiapan perencanaan penanggulangan bencana yang baik adalah kunci dari


penanggulangan bencana yang efektif.

 Derajat kesiapan perawat IGD dalam menghadapi bencana secara langsung


berhubungan dengan sukses atau tidaknya keperawatan bencana yang mana
berpengaruh besar terhadap respon dan penyembuhan korban bencana di rumah sakit
(Arbon dkk, 2013).

 Perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan situasi bencana.
Kompetensi berarti tindakan nyata pada peran tertentu dan situasi tertentu.

 Kompetensi dijelaskan juga sebagai kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan


perilaku yang dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan (Daily, Padjen & Birnbaum, 2010)

Menurut Ibrahim (2014) perawat yang tidak siap dalam memberikan pelayanan saat bencana
akan berdampak pada perawatan dan keselamatan pasien serta dapat meningkatkan angka
trauma dan kematian pada korban.

 Kollek (2013) menyatakan perawat yang tidak siap untuk bekerja saat bencana
berdampak pada pelayanan rumah sakit yang menurun dalam memberi perawatan dan
beban kerja perawat semakin meningkat.
 Selain itu, Phang & Sunshine (2010) menyatakan ketidaksiapan perawat dalam
memberikan perawatan akan berdampak pada perawatan kesehatan langsung pada
korban, menyebabkan trauma massal dan agen infeksius. Oleh karena itu, kesiapan
perawat penting untuk menghadapi kedaruratan bencana.

Kejadian bencana biasanya diikuti dengan timbulnya korban manusia maupun kerugian harta
benda. Terdapatnya korban manusia akan menyebabkan kerawanan status kesehatan pada
masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yang berada disekitar daerah bencana.

Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan bencana adalah
kurangnya sumber daya manusia kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan
krisis akibat bencana. sehingga upaya penanggulangan menjadi terhambat (Depkes, 2006).
KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN
ASPEK PSIKOLOGIS AKIBAT BENCANA ALAM: A LITERATURE
REVIEW

Nursing Provisions in Psychological Aspect Management of Natural


Disasters: A Literature Review

Arif Munandar1, Shanti Wardaningsih2

1 Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

2 Dosen Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DI


Yogyakarta 085253708078 e-mail: arifm96553@gmail.com

ABSTRAK

Bencana alam adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dapat
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Oleh karena itu, perlunya kesiapsiagaan perawat
terlebih khusus pada aspek psikologis disamping dari aspek fisik. Penulisan jurnal
ini menggunakan pendekatan studi literature dari beberapa database, yaitu PubMed
dan BioMedCentral (BMC) Psychiatry. Secara total, literature review terdiri dari 10
jurnal; 4 penelitian melaporkan hasil yang efektif diantaranya pengetahuan,
keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual, kerjasama, dan motivasi perlu
dipersiapkan untuk mendukung penanggulangan bencana, 5 penelitian melaporkan
bahwa perawat perlu mempersiapkan diri pada aspek psikologis berupa kognitif,
intelektual, minat, sikap, pendidikan keterampilan klinis dan pemahaman
penyelamatan dengan prinsip-prinsip dasar dukungan psikososial. Satu penelitian
melaporkan hasil bahwa perlunya pelatihan bagi administrator pada manajemen
rumah sakit dalam siaga bencana. Aspek psikologis sangat penting yang harus
disiapkan oleh tenaga perawat dalam menghadapi bencana alam, sehingga mencegah
timbulnya dampak psikologis.

Kata Kunci: Kesiapsiagaan perawat, aspek psikologis dan


bencana alam.

ABSTRACT
Natural disasters are an event or series of events caused by natural phenomena such
as earthquakes, tsunamis, volcanoes, floods, droughts, hurricanes and landslides,
resulting in human casualties, environmental damage, property losses objects, and
psychological effects. Aim is know nurse preparedness in psychological aspect in
facing natural disaster. The writing of this journal uses a literature study approach
from several sources selected based on the criteria set by the author. The research
journal was obtained from several databases, namely PubMed and BioMedCentral
(BMC) Psychiatry. In total, the literature review consists of 10 journals, 4 studies
report effective outcomes including knowledge, skills, self-awareness, interest,
intellectual, cooperation, and motivation need to be prepared to support disaster
management, 5 research reports that nurses need to prepare themselves on the
psychological aspect in the form of cognitive, intellectual, interest, attitude,
clinical skills education and rescue comprehension with basic principles of
psychosocial support. Last 1 study reported the result that the need for training for
administrators on hospital management in disaster preparedness. The psychological
aspect is very important that must be prepared by the nurse in facing natural disaster,
thus preventing the occurrence of psychological impact.

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong rawan terhadap kejadian
bencana alam, Secara geografis dan samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan
timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau
Sumatera-Jawa- Nusa-Tenggara-Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik
dan dataran rendah yang sebagian besar didominasi oleh rawa – rawa. Kondisi tersebut
sangat berpotensi sekaligus terjadinya rawan bencana seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (Alzahrani & Kyratsis, 2017).Data
menunjukkan bahwaIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika
Serikat (Arnold, 1986 dalam Alzahrani & Kyratsis, 2017) Wilayah Indonesia terletak
di daerah iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan dengan
cirinya adanya cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti
ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam
baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur (Labrague,
Yboa, McEnroe-Petitte, Lobrino, & Brennan, 2016). Sebaliknya, kondisi ini dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan (Al-
rousan, Rubenstein, & Wallace, 2014). Bencana alam adalah peristiwa luar biasa yang
dapat menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi yang mengalaminya, hal
tersebut akan menimbulkan luka, cedera, dan dampak psikologis atau kejiwaan
(Chopra & Venkatesh, 2015).

METODE

Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data atau sumber-
sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penulisan. Studi
literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi, internet
dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah
bahan penulisan (Zed, 2008:3 dalam Nursalam 2016). Jenis penulisan yang
digunakan adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil penulisan
yang berkaitan dengan topik atau variabel penulisan Penulis melakukan studi literatur
ini dilakukan oleh penulis setelah mereka menentukan topik penulisan dan
ditetapkannya rumusan masalah, sebelum terjun ke lapangan untuk mengumpulkan
data yang diperlukan (Darmadi, 2011 dalam Nursalam, 2016).

Analisa data

Memulai dengan materi hasil penulisan yang secara sekuensi diperhatikan dari
yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara lain, misalnya dengan melihat
tahun penulisan (tahun 2013-2017). Membaca abstrak setiap jurnal terlebih dahulu
untuk memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang
hendak dipecahkan dalam suatu jurnal. Mencatat point-point penting dan relevansinya
dengan permasalahan penelitian, Untuk menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat,
penulis hendaknya juga mencatat sumber – sumber informasi dan mencantumkan daftar
pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penulisan orang lain.
Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara sistematis sehingga
penulisan dengan mudah dapat mencari kembali jika sewaktu-waktu diperlukan
(Darmadi, 2011 dalam Nursalam, 2016).

Setiap jurnal yang telah dipilih berdasarkan kriteria, dibuat sebuah kesimpulan yang
menggambarkan penjelasan terkait tentang kesiapsiagaan perawat jiwa pada aspek
psikologis dalam menghadapi bencana alam. Sebelum penulis membuat kesimpulan dari
beberapa hasil literatur, penulis akan mengidentifikasi dalam bentuk ringkasan secara
singkat berupa tabel yang beirisi nama penulis, tahun penulisan, rancangan studi, intervensi,
sampel, instrumen (alat ukur), hasil dan konflik teori. Setelah hasil penulisan dari
beberapa literatur sudah dikumpulkan, penulis akan menganalisa kesiapsiagaan apa saja
yang dilakukan oleh perawat jiwa pada aspek psikologi dalam menghadapi bencana alam
dalam bentuk pembahasan. Kriteria inklusi pada literature ini yaitu artikel bahasa inggris
dengan tanggal publikasi 5 tahun terakhir mulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017,
artikel dalam bentuk full teks. Kriteria ekslusi yaitu artikel publikasi tidak dalam bentuk
publikasi tidak asli seperti surat ke editor, abstrak saja dan buku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada beberapa jurnal yang direview tersebut diatas, terdapat 4 jurnal yang
menyimpulkan bahwa pengetahuan, keterampilan, kesadaran diri, minat, intelektual,
kerjasama, dan motivasi perlu dipersiapkan untuk mendukung penanggulangan bencana
(Alzahrani & Kyratsis, 2017), (Labrague et al., 2016), (Tzeng et al., 2016), dan (Seyedin
et al., 2015). Sementara 5 jurnal (Rabiei et al., 2014), (Yu et al., 2013), (Berhanu et
al., 2016), (Yan et al., 2015), dan (Moghaddam et al.,2014) yang menyimpulkan
bahwa perawat perlu mempersiapkan diri pada aspek psikologis berupa kognitif,
intelektual, minat, sikap, pendidikan keterampilan klinis dan pemahaman penyelamatan
dengan prinsip-prinsip dasar dukungan psikososial. Sementara 1 jurnal (Shabanikiya et
al., 2016) yang menyimpulkan perlunya pelatihan bagi administrator pada manajemen
rumah sakit dalam siaga bencana.

PERAN DAN KEPEMIMPINAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN BENCANA


PADA FASE TANGGAP DARURAT

Nurses’ Role and Leadership in disaster management at the emergency response

1* 2* 3* 4*
Ardia Putra , Ratna Juwita , Risna , Rudi Alfiandi , Yuni
5* 6* 7*
Arnita , M. Iqbal , Ervina

1*Bidang Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan,

Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

2*Bidang Keilmuan Keperawatan Keluarga, Akademi Keperawatan Iskandar

Muda, Banda Aceh


3*Bidang Keilmuan Keperawatan Maternitas, Akademi Keperawatan

Jabbal Ghafur, Sigli

4*Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah

Kuala, Banda Aceh

5*Bidang Keilmuan Keperawatan Keluarga, Fakultas Keperawatan, Universitas

Syiah Kuala, Banda Aceh

6*Bidang Keilmuan Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama Aceh

7*Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Darussalam, Darul Islam, Sigli

ABSTRAK

Bencana diartikan sebagai peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Perawat sebagai profesi yang bersifat luwes dan mencakup
segala kondisi, diharapkan tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah
sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana.
Tujuan dari penelusuran kepustakaan ini adalah untuk mengidentifikasi peran dan
kepemimpinan perawat dalam manajemen bencana pada fase tanggap darurat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari literature yang diperoleh melalui internet berupa hasil
penelitian dari perpustakaan on-line baik lokal, nasional, maupun internasional. Peran
dan kepemimpinan perawat pada fase tanggap darurat secara umum akan
diidentifikasikan pada 6 aspek, termasuk pencarian dan penyelamatan, triase,
pertolongan pertama, proses pemindahan korban, perawatan di rumah sakit, dan rapid
health assessment. Oleh karena itu, situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan
normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik
dalam menghadapi kondisi seperti ini.

Kata kunci: peran, kepemimpinan, manajemen bencana, tanggap


darurat.

PENDAHULUAN
Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir di Indonesia terdapat peristiwa bencana yang
terjadi setiap tahun. Pasca meletusnya “Gunung Krakatau yang menimbulkan
Tsunami besar tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 Bencana Tsunami besar di
Indonesia selama hampir satu abad (1900- 1996)” Hajianto (2006). Bencana gempa
dan Tsunami besar yang terakhir terjadi pada bulan Desember tahun 2004 di Aceh dan
sebagian Sumatera Utara, “lebih dari 150.000 orang meninggal dunia.
Setelah gempa Aceh di akhir tahun 2004, pada tahun 2005 Pulau Nias dan sekitarnya
juga dilanda gempa, sekitar 1.000 orang menjadi korban, (Pusat data dan Analisa, 2006).
Pada tahun 2010 bencana beruntun menerjang Indonesia. Tsunami di
Mentawai, banjir dan longsor di Wasior, dan gunung meletus di Yogyakarta.

Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis (BNPB,2008).

Dalam situasi darurat bencana sering terjadi kegagapan penanganan dan


kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Sistem
koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, penyaluran bantuan, distribusi
logistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penangan tanggap darurat
kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti
itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja pos komando dan koordinasi
tanggap darurat bencana yang baik, terstruktur dan sistematis (Muhammadiyah Disaster
Manajemen Center, 2011). Secara umum manajemen siklus penaggulangan bencana
meliputi: 1) kejadian bencana (impact);

tanggap darurat (emergency response); 3) pemulihan (recovery); 4) pembangunan


(development); 5) pencegahan (preventation); 6) mitigasi (mitigation); 7) kesiapsiagaan
(preparedness), Kemenkes RI, (2006). Pengambilan keputusan yang efektif dan efisien
dalam merespon bencana mutlak ditopang oleh informasi yang didapat oleh pihak
pengambil keputusan. Jika informasi tidak benar, bisa dipastikan keputusan akan salah
dan intervensi yang dilakukan juga tidak tepat (tidak efektif), juga sangat
dimungkinkan menghambur-hamburkan sumberdaya dan sumber dana (tidak effisien).

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari literature yang diperoleh melalui internet berupa
hasil penelitian dari perpustakaan on-line baik lokal, nasional, maupun internasional
yang berjumlah 4 jurnal untuk mencari jurnal yang berhubungan, artikel, dan
laporan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Manajemen Resiko Bencana

Menurut Syarief dan Kondoatle (2006) mengutip Carter (2001), manajemen resiko
Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan yang
mencari dengan melakukan observasi secara sistematis dan analisis bencana untuk
meningkatkan tindakan-tindakan (measure), terkait dengan pencegahan (preventif),
pengurangan (mitigasi), persiapan, prespon darurat dan pemulihan. Manajemen puncak
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (coordinating), kepemimpinan
(directing), dan pengendalian (controlling). Tujuan Manajemen Resiko
Bencana yaitu: 1) Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi
maupun jiwa yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara; 2)
Mengurangi penderitaan korban bencana; 3) Mempercepat pemulihan; dan 4) Memberikan
perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya
terancam.

KESIMPULAN

Meningkatnya kejadian bencana di seluruh dunia membuat setiap negara untuk


siap menghadapi hal yang tidak terduga, termasuk bencana alam. Karena
itu, manajemen bencana yang tepat dalam kesiapsiagaan, respon dan fase
pemulihan sangat penting untuk dibentuk. Meskipun banyak disiplin ilmu yang
diperlukan untuk mendukung manajemen bencana, perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus disiapkan untuk menghadapi dan
menangani bencana alam. Dengan demikian, kesadaran sangat dibutuhkan dari
perawat yang bekerja di daerah berisiko tinggi dengan bencana.

Disamping itu, perawat perlu mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan


dasar serta keterampilan untuk menghadapi bencana. Dengan demikian, perawat
bertanggung jawab untuk mencapai peran dan kompetensi mereka dalam semua tahap
bencana, terutama pada fase respon atau tanggap darurat yang meliputi peringatan,
mobilisasi, dan evakuasi adalah tanggung jawab pertama yang dicapai.
Kemudian, menilai masalah kesehatan korban dan pelaporan data ke instansi pemerintah
terkait harus dilakukan dalam rangka untuk memberikan dan menstabilkan kondisi
kesehatan korban bencana.

Simulasi Manajemen Bencana Dapat Meningkatkan


Pengetahuan dan Skill Mahasiswa Keperawatan:
Literature Review

Putu Juni

Andika1 , Sri

Sundari2

1Mahasiswa Magister Keperawatan,

Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta

2Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Correspondence email:
putujuniandikadtd13@g
mail.com

Abstract. Indonesia has a very high level of disaster vulnerability. Earthquake disasters
can occur at any time without being predicted. It is important to implement disaster
management simulations in nursing learning to improve the knowledge and skills of
nursing students. This paper purpose to find out whether disaster simulation can improve
the knowledge and skills of nursing students. This literature uses inclusion and exclusion
criteria, articles obtained and reviewed from databases namely Google Scholar (2008 -
2018) and PubMed (2008 - 2018). The search strategy and terminology used in English
is as follows: simulation OR disaster or earthquake OR knowledge OR nursing student.
Ten articles were obtained from search results. Eight articles mention earthquake
disaster simulations significantly increasing student knowledge and skills. While the two
articles stated that disaster management simulation does not increase knowledge but
increases attitudes or familiarity in the team and satisfaction. Disaster simulation is one
of the methods and strategies in a learning system that has a positive impact, especially
in the f ield of nursing education, especially in response to earthquake management?
Keywords: Simulation, disaster earthquake,
knowledge, skills, nursing, literature review

PENDAHULUAN

Metode yang digunakan dalam pembelajaran simulasi manajemen bencan gempa


bumi, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan skill, Perawat memiliki peranan
penting dalam mempersiapkan manajemen bencana gempa bumi yang profesional untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas. Kesiapan terhadap bencana, termasuk penilaian
tingkat resiko dan strategi manajemen multi-disiplin disemua tingkatan sistem untuk
penyampian respon yang efektif terhadap kebutuhan jangka panjang, menengah dan pendek
dari populasi yang dilanda bencana (Yan et al., 2015).

Tujuan pembelajaran simulasi manajemen bencana gempa bumi adalah untuk


meningkatkan pengetahuan dan skill, desain simulasi efektif untuk praktik belajar
mahasiswa keperawatan. Sebagaian besar mahasiswa memerlukan banyak waktu untuk
memahami manajeman bencana (Xia et al., 2016). Simulasi sebagai strategi pengajaran
yang terbukti dan merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kerja tim dan
pembelajaran aktif.

Menurut Widodo (2015:82), pelatihan merupakan serangkaian aktivitas individu


dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis sehingga mampu memiliki
kinerja yang profesional di bidangnya. Pelatihan adalah proses pembelajaran yang
memungkinkan pegawai melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar.

METODE PENELITIAN

Tujuan

Paper ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode simulasi disaster


earthquake dapat meningkatkan pengetahuan dan skill mahasiswa keperawatan

Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi berikut ini digunakan dalam pemilihan literatur riview ini:

 Penelitian yang orisinil ( jurnal asli atau memang dilakukan oleh peneliti)

 Full text.
 Penelitian berkaitan dengan simulation disaster earthquake knwolegde dan skills
student nursing

 mengatakan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan skill

 Jurnal dimulai dari tahun 2008 sampai 2018

 Artikel/jurnal tersedia dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Kriteria ekslusi berikut digunakan dalam pemilihan

studi untuk literature ini:

 Publikasi tidak asli seperti, surat ke editor, abtrak saja, dan editoral.

Diskusi

Secara total literatur rieview diperoleh sepuluh. Delapan artikel tersebut


menyebutkan hasil yang signifikan antara lain: Simulasi bencana dalam triase secara
signifikan meningkatkan pengetahuan mahasiswa keprawatan (Farhadloo et al., 2018),
tingkat pengetahuanny sangat memuaskan di antara penyedia layanan kesehatan seperti
perawat dengan sikap, praktik, dan keakraban netral terkait kesiapan bencana. (Nofal et
al.,n.d., 2018), simulasi disaster manajeman dapat menjadi alat simulasi untuk mendorong
kesadaran masyarakat dan mahasiswa akan isu-isu bencana gempa bumi dalam
masyarakat (Raymond et al., n.d.,

2016), simulasi manajemen bencana sebagai strategi metode pembelajaran yang baik untuk
mencapai kesiap siaga yang efektif (Sangkala and Gerdtz, 2018), VRS (virtual Reality
Simulation) adalah metode pembelajaran yang memperkuat sistem pembelajaran dan
meningkatkan retensi belajar mahasiswa (Farra et al.,

2013), Simulasi sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kerja tim,
pembelajaran aktif, penyelesaian masalah, tingkat kepuasan dan kepercayaan diri selama
pelatihan simulasi bencana gempa bumi pada mahasiswa keperawatan (Xia et al.,

2016), Kegiatan pembelajaran simulasi akan

berdampak positif terhadap persepsi mahasiswa keperawatan tentang manajeman bencana


(Unver et al.,

2018), pembelajaran simulasi virtual dapat menjadi solusi untuk meningkatkan


pengetahuan dan skill

mahasisa keperawatan dalam menghadapi bencana gempa bumi (Foronda et al.,


2016), dua artikel
menyebutkan pendapat yang berbeda yaitu simulasi tidak meningkatkan
pengetahuan namun ada

peningkatan dalam aspeks lain: simulasi tidak ada peningkatan terhadap pengetahuan
tetapi meningkatkan

sikap yang signifikan mengenai kesiapsiagaan bencana

(Abdelghany Ibrahim, 2014), simulasi tidak meningkatkan pengetahuan karena


mahasiswa masih

belum siap siaga dalam menghadapi bencana gempa

bumi di Cina, serta belum memahami tindakan apa yang akan dilakukan di lokasi bencana
gempa bumi, (Yan et al., 2015).

SIMPULAN

Bedasarkan hasil literatur review di ketahui bahwa efektivitas yang ditunjukkan oleh
metode pembelajaran simulasi disaster manajemen bencana gempa bumi sangat
berpengaruh dalam meninkakan pengeatahuan dan skill mahasiswa keperawatan. Metode
simulasi disaster manajemen bencana gemp[a bumi merupakan salah satu metode yang
sangat membantu dalam mencapai hasil, dimana metode ini adalah salah satu
pembelajaran yang memiliki kelebihan dalam praktek yang menarik dengan didukung oleh
fasilias dan sarana prasarana seperti Virtual-3D. Simulasi disaster manajemen bencana
gempa bumi memiliki ke kurangan yaitu informasi tentang bagaimana penanganan cedera
kimia, biologis, radiologis dan nuklir untuk dapat dalam disediakan pembelajaran
pembelajaran simulasi manajemen bencana, tetapi masalah ini tidak tercakup dalam
kegiatan simulasi.

Analisis ini menunjukkan bahwa disaster manajemen mendukung dalam


peningkatan pengetahuan skill mahasiswa keperawatan. Diharapkan institusi dapat
mengembangkan metode simulasi manajemen bencana gempa bumi dalam proses belajar
mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelghany Ibrahim, F.A., 2014. Nurses Knowledge, Attitudes, Practices and Familiarity
Regarding Disaster and Emergency Preparedness – Saudi Arabia. American Journal of
Nursing Science 3,

18. https://doi.org/10.11648/j.ajns.20140302.12

Farhadloo, R., Department of Emergency Medicine, School of Medicine, Qom University of


Medical

Sciences, Qom, Iran., Kashani Nejad, M., Disaster


and Emergency Medicine Management Center, Qom University of Medical Sciences, Qom,
Iran., Haji Mohammad Hoseini, M., Department of Emergency Medicine, School of Medicine,
Qom University of Medical Sciences, Qom, Iran., Vahedian, M., Clinical Research
Development Center, Qom University of Medical Sciences, Qom, Iran., Parvaresh
Masoud, M., Department of Emergency Medicine, School of Medicine, Qom University of
Medical Sciences, Qom, Iran.,

2018a. Investigating the Effect of Training With the Method of Simulation on the
Knowledge and Performance of Nursing Students in the Pre- Hospital Triage. Health in
Emergencies and Disasters Quarterly 3, 123–130. https://doi.org/10.29252/nrip.hdq.3.3.123

ELECTROCARDIOGRAF

• Elektrokardiograf merupakan merupakan alat bantu dokter untuk mengetahui


aktivitas listrik jantung.

• Pemeriksaan EKG dilakukan dengan menempelkan lead (alat penerima impuls


listrik jantung) di beberapa lokasi yang telah ditentukan. Setelah itu, informasi
mengenai keadaan jantung dapat diketahui melalui pola grafik yang dihasilkan..

Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :

• Denyut dan irama jantung

• Penebalan otot jantung (hipertrofi).

• Kerusakan bagian jantung.

• Gangguan aliran darah di dalam jantung.

• Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung

Kertas perekam EKG

Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s,


meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas
EKG berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama
dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s
(200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per menit. 12 sadapan EKG berkualitas
diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal
"kalibrasi" harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus
menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.

Seleksi saring
• Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring
bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5
Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring
bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat) diatur pada 40
Hz

• Dalam mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang
memungkinkan segmen ST yang akurat direkam. Penyaring bernilai rendah diatur
pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan EKG mode monitor
banyak tersaring daripada mode diagnostik

Sadapan ekstremitas

• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (hitam) di lengan kiri.

• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.

• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.

• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (hitam) di lengan kiri.

• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.

• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.

Interval PR

• Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya
panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5
kotak kecil.

Gelombang T

• Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel


.

Anda mungkin juga menyukai