Suku Minangkabau
Kebudayaan Minangkabau
Kebudayaan Minangkabau merupakan hasil pemikiran orang Minangkabau
yang dituangkan menjadi tradisi yang terus dipertahankan hingga saat ini.
Kebudayaan Minangkabau tersebut mencakup berbagai hal, seperti rumah
adat, seni tradisi, lagu-lagu Minangkabau, alat musik tradisional, dan
sebagainya.
Rumah Gadang
Fungsi
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-
ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan
yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah
bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-
anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh
kamar bersama di ujung yang lain.
Arsitektur
Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan
bagian belakang dari bahan bamboo. Papan dinding dipasang vertikal,
sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai
diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran.
Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada
dinding Rumah Gadang.
Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi
bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi. Motifnya
umumnya tumbuhan merambat,akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.
Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan,
berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar
berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.
Disamping motif akar, motif lain yang dijumpai adalah motif geometri, bersegi
tiga, empat dan genjang. Motif daun bunga atau buah dapat juga diukir
tersendiri atau secara berjajaran.
Proses pembuatan
Menurut tradisinya, tiang utama Rumah Gadang yang disebut tonggak
tuo yang berjumlah empat buah/batang diambil dari hutan secara gotong
royong oleh anak nagari, terutama kaum kerabat, dan melibatkan puluhan
orang. Batang pohon yang ditebang biasanya adalah pohon juha yang sudah
tua dan lurus dengan diameter antara 40 cm hingga 60 cm. Pohon juha
terkenal keras dan kuat. Setelah di bawa ke dalam nagari pohon tersebut tidak
langsung di pakai, tetapi direndam dulu di kolam milik kaum atau keluarga
besar selama bertahun-tahun.
Setelah cukup waktu batang pohon tersebut diangkat atau dibangkit untuk
dipakai sebagai tonggak tuo. Prosesi mengangkat/membangkit pohon
tersebut disebut juga sebagai mambangkik batang tarandam (membangkitkan
pohon yang direndam), lalu proses pembangunan Rumah Gadang berlanjut ke
prosesi berikutnya, mendirikan tonggak tuo atau tiang utama sebanyak empat
buah, yang dipandang sebagai menegakkan kebesaran.
Batang pohon yang sudah direndam selama bertahun-tahun tersebut
kemudian menjadi sangat keras dan tak bisa dimakan rayap, sehingga bisa
bertahan sebagai tonggak tuo atau tiang utama selama ratusan tahun.
Perendaman batang pohon yang akan dijadikan tonggak tuo selama bertahun-
tahun tersebut merupakan salah satu kunci yang membuat Rumah Gadang
tradisional mampu bertahan hingga ratusan tahun melintasi zaman.
Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau. Orang
Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang
berasal dari talang jemuran kain atau talang hanyut yang ditemukan di sungai.
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana
pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang.
Panjang saluang kira – krang 40 – 60 cm, dengan diameter 3 – 4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk pembuatan lamang (lemang),
salah satu makan tradisional Minangkabau.
Dalam membuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan
bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau
saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian ruas
bambu. Pada bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45
derajat sesuai dengan ketebalan bambu.
Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari
ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan lugang
kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkar bambu. Untuk besar lubang
agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah dibuat dengan garis tengah 0,5
cm.
Bansi
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana
pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang.
Panjang saluang kira – krang 40 – 60 cm, dengan diameter 3 – 4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk pembuatan lamang (lemang),
salah satu makan tradisional Minangkabau.
Dalam membuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan
bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau
saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian ruas
bambu. Pada bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45
derajat sesuai dengan ketebalan bambu.
Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari
ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan lugang
kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkar bambu. Untuk besar lubang
agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah dibuat dengan garis tengah 0,5
cm.
Talempong
Pada masa dahulu instrumen canang ini lebih banyak digunakan sebagai alat
untuk pemberitahuan kepada masyarakat seperti: pelaksanaan gontong
royong, turun ke sawah, kerja sosial dan sebagainya. Dalam perkembanganya
sekarang, instrumen canang lebih banyak digunakan sebagai alat musik yang
difungsikan sebagai ’bas’ dalam suatu orkestra Minangkabau, seperti
penggunaan dalam pengolahan karawitan yang bermotif kreasi baru.
Gandang
Istilah Gandang berasal dari bahasa Minang yang berarti Gendang. Bentuk
Gandang sama menyerupai Gendang yang berasal dari daerah lain, seperti
Melayu, Batak, Jawa, dan lain-lain.
Cara memainkan Gandang sama juga dengan Gendang pada umumnya, yaitu
dengan memukul antara masing-masing daerah yang berbeda.
Rabab Minangkau
Randai
Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang
dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian
melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam
bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan
seni lagu,, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.
Randai dipimpin oleh satu orang disebut panggoreh. Gerakan randai disebut
legaran. Panggoreh mengeluarkan triakan khas misalnya hep tah tih.
Tujuannya untuk mengatur tempo dalam randai.
Tujuan randai adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang berisi pesan dan
nasehat. Konon randai pertama kali dimainkan masyarakat pariangan, tanah
datar ketika mereka berhasil mengkap rusa dari laut. Contoh cerita randai
seperti cindua mato dan malin deman. Pada awalnya randai permainan
komunal yang dimainkan oleh pemuda halaman surau pada malam menjelang
pagi.
Ekspresi emosional
Kenikmatan estetik
Hiburan
Komunikasi
Representasi simbolis
- Celana Galembing
Gunting cino merupakan busana yang umum dikenakan penari randai laki-
laki. Baju ini memiliki model yang mirip dengan baju muslim koko, tetapi
tidak memiliki kerah dan saku dengan model lengan panjang dan agak
longgar.
- Cawek songket
- Kain Kodek
Kain kodek merupakan bawahan baju anak daro. Cara memakainya pun cukup
mudah, seperti cara memakai sarung. Bahan yang digunakan untuk membuat
kodek biasanya menggunakan kain songket atau menggunakan bahan yang
sama dengan baju anak daro.
- Sandang
- Deta
Deta atau juga dikenal dengan destar adalah penutup kepala khas kesenian
randai yang dibuat menggunakan kain berbentuk persegi yang dilipat. Deta
biasa digunakan oleh penari laki-laki
- Suntiang
Gerakan ini digunakan pada saat langkah injak baro. Setelah menjatuhkan
tubuh, penari akan bangun lagi dengan tempo cepat.
2. Gerakan Vibrasi
3. Gerakan Berputar
Gerak berputar dilakukan oleh seluruh tubuh ke kanan dan ke kiri. Level
kecepatan putaran tergatung dengan tempo atau ritme musik.
4. Gerakan Mengayun
Penari mengayukan tangan dan diikuti seluruh tubuh seolah dirinya sedang
menimang-nimang bayi. Gerakan ini jika berulang akan menjadi pola gerakan
bandul jam.
5. Gerakan Patah-patah
Gerakan patah patah staccato berfungsi membuat karakter yang kuat, tajam
dan dinamis.
7. Gerakan Lokomotor
Gerakan ini sebagai simbol gerakan menyerang dan menangkin yang khas
pencak silat Minangkabau. Gerakan ini berfokus pada kecepatan tinggi.
8. Gerakan Mengalir
Gerakan ini sebagai simbol emosi yang stabil dan tidak meluap-luap. Sehingga
gerakannya akan terlihat mengalir begitu saja, tanpa adanya awalan atau
bentuk akhir, yang terlihat hanya kontinuitas yang menonjol.
9. Gerakan Menahan
Untuk melakukan gerakan ini, posisi kaki harus dalam keadaan kuda kuda.
Sehingg posisi badan akan sedikit lebih rendah mengikuti gravitasi bumi.
Gerakan ini dapat memberikan kesan emosi nan dramatis dalam tarian randai.
Tahapan
Ritual pembuatan tabuik dimulai dengan pengambilan tanah dari sungai pada
tanggal 1 Muharram. Tanah tersebut diletakkan dalam periuk tanah dan
dibungkus dengan kain putih, kemudian disimpan dalam lalaga yang terdapat
di halaman rumah tabuik. Lalaga adalah tempat berukuran 3x3 meter yang
dipagari dengan parupuk, sejenis bambu kecil. Tanah yang dibungkus dengan
kain putih adalah perumpamaan kuburan Husain. Tempat Ini akan diatapi
dengan kain putih berbentuk kubah. Tanah tersebut akan dibiarkan disana
sampai dimasukkan ke dalam tabuik pada tanggal Muharram.
Pada tanggal 5 Muharram dilakukan proses menebang batang pisang dengan
cara sekali tebas pada malam hari. Ini melambangkan perumpamaan
keberanian salah satu putra Imam Husain yang menuntut balas kematian
bapaknya. Prosesi dilanjutkan pada tanggal 7 dan 8 muharram yang disebut
Maatam dan Maarak sorban. Maatam merupakan personifikasi membawa jari-
jari Husain yang berserakan ditebas pasukan Raja Yazid. Sedangkan Maarak
Sorban melambangkan diaraknya bekas sorban untuk menyiarkan keberanian
Husain memerangi musuh.
Pada tanggal 10 Muharram pagi, diadakan prosesi Tabuik naik pangkat, yaitu
pemasangan bagian atas tabuik. Kemudian Tabuik diarak hingga akhirnya
dibuang ke laut.
Festival Tabuik
Festival Tabuik merupakan bagian dari cara masyarakat merayakan tradisi
Tabuik secara tahunan. Ketika upacara adat ini sudah diakui oleh pemerintah
sebagai bagian berharga dari kehidupan berbangsa, maka festival Tabuik pun
menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Festival Tabuik sudah berlangsung
sejak puluhan tahun, disebutkan bahwa festival ini sudah berlangsung sejak
abad ke-19 Masehi. Festival Tabuik ini kini tidak hanya menjadi bagian dari
adat masyarakat setempat semata melainkan juga menjadi salah satu bagian
dari komoditas pariwisata daerah. Fetival Tabuik dilaksanakan dalam satu
rangkaian untuk menghormati atau sebagai hari perayaan peringatan
wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yang bernama Hussein bin Ali.
Peringatan ini selalu dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sesuai dengan
hari wafatnya cucu nabi Muhammad SAW Hussein Bin Ali yang meninggal
dalam perang di padang Karbala.