Anda di halaman 1dari 15

MINANGKABAU

Budaya Minangkabau adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat 


Minangkabau dan berkembang di seluruh kawasan berikut daerah
perantauan Minangkabau. Budaya ini merupakan salah satu dari dua
kebudayaan besar di Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh.
Budaya ini memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik, yang menjadi anti-
tesis bagi kebudayaan besar lainnya, yakni budaya Jawa yang
bersifat feodal dan sinkretik.

Wilayah Budaya Minangkabau

Saat ini wilayah budaya Minangkabau meliputi Sumatera Barat, anggota barat


Riau (Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu), pesisir barat Sumatera Utara
(Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus), anggota barat Jambi (Kerinci, Bungo),
anggota utara Bengkulu (Mukomuko), anggota barat daya Aceh (Aceh Barat
Daya, Aceh Selatan, Aceh, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh
Tenggara), hingga Negeri Sembilan di Malaysia.

Suku Minangkabau

Suku Minang berada di Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang


terletak di sepanjang pesisir pulau Sumatera. Padang sebagai ibu kota
Sumatera Barat dikenal dengan masakannya yang khas dan dominan bumbu
asli dari rempah-rempah Indonesia. Dalam percakapan awam, orang Minang
sering kali disamakan sebagai orang Padang. Hal ini merujuk pada nama ibu
kota provinsi Sumatra Barat, yaitu Kota Padang. Namun, mereka biasanya
akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak yang dimaksudkan
sama dengan orang Minang itu sendiri.

Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai


profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris dari tradisi
lama Kerajaaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan
dinamis. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini
berada dalam perantauan. Diaspora Minang pada umumnya bermukim di
kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, Bandar
Lampung, dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang
terkonsentrasi di Kuala
Lumpur, Seramban, Singapura, Jeddah, sydney dan Melbourne. Masyarakat
Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan
padang yang sangat digemari di Indonesia bahkan mancanegara.

Bagi orang Minangkabau, suku merupakan sub-klan yang diturunkan dari


garis ibu, tidak patrilineal seperti aturan marga pada suku Batak atau suku-
suku lain di Indonesia. Bagi orang Batak atau Mandailing, kalau mereka
berasal dari marga yang sama, misalnya sama-sama Sitorus atau Nasution,
berarti bersaudara. Atas dasar yang tidak jauh berbeda, pada masyarakat
Minangkabau, sesama suku tidak diperkenankan untuk menikah.
Dalam kaitannya dengan penamaan, ada sebagian keluarga Minang yang
mengangkat nama suku sebagai nama belakang anak mereka,
seperti Koto, Piliang, Caniago, Tanjung, Sikumbang, dan lain-lain. Namun,
sebagian lain beranggapan, memakai nama suku atau marga akan
menghilangkan identitas Minangnya, karena meniru-niru kebiasaan orang
Batak yang memakai marga di belakang nama lahirnya. Oleh sebab itu,
penamaan semacam ini tidak populer di kalangan masyarakat Minangkabau.

Kebudayaan Minangkabau
Kebudayaan Minangkabau merupakan hasil pemikiran orang Minangkabau
yang dituangkan menjadi tradisi yang terus dipertahankan hingga saat ini.
Kebudayaan Minangkabau tersebut mencakup berbagai hal, seperti rumah
adat, seni tradisi, lagu-lagu Minangkabau, alat musik tradisional, dan
sebagainya.

Rumah Gadang

Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang


merupakan Rumah tradisional dan banyak di jumpai di Provinsi Sumatra
Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat
setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut
dengan nama Rumah Baanjuang.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Sumatra Barat, Namun tidak
semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini,
hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah
Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut
dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh
para perantau Minangkabau.

Fungsi
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-
ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan
yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah
bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-
anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh
kamar bersama di ujung yang lain.

Arsitektur

Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk


puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya
dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun, namun
belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Rumah Gadang
ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian,
muka dan belakang. Bagian depan dari Rumah Gadang biasanya penuh
dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta
bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi
dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang,
bangunan rumah dibuat besar ke atas, tetapi tidak mudah rebah oleh
goncangan, dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna
tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya
masyarakat setempat.
Ukiran

Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan
bagian belakang dari bahan bamboo. Papan dinding dipasang vertikal,
sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai
diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran.
Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada
dinding Rumah Gadang.
Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi
bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi. Motifnya
umumnya tumbuhan merambat,akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.
Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan,
berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar
berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.
Disamping motif akar, motif lain yang dijumpai adalah motif geometri, bersegi
tiga, empat dan genjang. Motif daun bunga atau buah dapat juga diukir
tersendiri atau secara berjajaran.

Proses pembuatan
Menurut tradisinya, tiang utama Rumah Gadang yang disebut tonggak
tuo yang berjumlah empat buah/batang diambil dari hutan secara gotong
royong oleh anak nagari, terutama kaum kerabat, dan melibatkan puluhan
orang. Batang pohon yang ditebang biasanya adalah pohon juha yang sudah
tua dan lurus dengan diameter antara 40 cm hingga 60 cm. Pohon juha
terkenal keras dan kuat. Setelah di bawa ke dalam nagari pohon tersebut tidak
langsung di pakai, tetapi direndam dulu di kolam milik kaum atau keluarga
besar selama bertahun-tahun.
Setelah cukup waktu batang pohon tersebut diangkat atau dibangkit untuk
dipakai sebagai tonggak tuo. Prosesi mengangkat/membangkit pohon
tersebut disebut juga sebagai mambangkik batang tarandam (membangkitkan
pohon yang direndam), lalu proses pembangunan Rumah Gadang berlanjut ke
prosesi berikutnya, mendirikan tonggak tuo atau tiang utama sebanyak empat
buah, yang dipandang sebagai menegakkan kebesaran.
Batang pohon yang sudah direndam selama bertahun-tahun tersebut
kemudian menjadi sangat keras dan tak bisa dimakan rayap, sehingga bisa
bertahan sebagai tonggak tuo atau tiang utama selama ratusan tahun.
Perendaman batang pohon yang akan dijadikan tonggak tuo selama bertahun-
tahun tersebut merupakan salah satu kunci yang membuat Rumah Gadang
tradisional mampu bertahan hingga ratusan tahun melintasi zaman.

Alat-Alat Musik Minangkabau

Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau. Orang
Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang
berasal dari talang jemuran kain atau talang hanyut yang ditemukan di sungai.
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana
pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang.
Panjang saluang kira – krang 40 – 60 cm, dengan diameter 3 – 4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk pembuatan lamang (lemang),
salah satu makan tradisional Minangkabau.

Dalam membuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan
bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau
saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian ruas
bambu. Pada bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45
derajat sesuai dengan ketebalan bambu.

Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari
ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan lugang
kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkar bambu. Untuk besar lubang
agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah dibuat dengan garis tengah 0,5
cm.

Bansi
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana
pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang.
Panjang saluang kira – krang 40 – 60 cm, dengan diameter 3 – 4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk pembuatan lamang (lemang),
salah satu makan tradisional Minangkabau.

Dalam membuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan
bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau
saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian ruas
bambu. Pada bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45
derajat sesuai dengan ketebalan bambu.

Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari
ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan lugang
kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkar bambu. Untuk besar lubang
agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah dibuat dengan garis tengah 0,5
cm.

Talempong

Talempong (atau dikenal sebagai Cak Lempong di Malaysia) adalah


sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya
hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan.
Talempong dapat terbuat dari kuningan, tetapi ada pula yang terbuat
dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak
digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter,
pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat
bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk
dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan
dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau
penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, Tari Alang
Suntiang Pangulu dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk
melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya
butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan
si.Talempong biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik
sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya.
Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, serunai dan instrumen
tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama talempong.
Di Negeri Sembilan, Malaysia, Talempong dikenali dengan nama Caklempong.
Negeri Sembilan telah didatangi oleh suku Minangkabau yang bermigrasi
dari Sumatra Barat pada abad ke 15 Masehi dan satu-satunya negara bagian di
Malaysia yang mengamalkan sistem Lareh Bodi Caniago.
Canang
Canang Canang Gayo adalah salah satu alat musik tradisional yang dimiliki
oleh suku Gayo secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang
dipukul menggunakan kayu yang dibungkus dengan kain atau busa, terbuat
dari kuningan menyerupai Gong yang dibunyikan dengan cara dipukul
berirama.

Pada masa dahulu instrumen canang ini lebih banyak digunakan sebagai alat
untuk pemberitahuan kepada masyarakat seperti: pelaksanaan gontong
royong, turun ke sawah, kerja sosial dan sebagainya. Dalam perkembanganya
sekarang, instrumen canang lebih banyak digunakan sebagai alat musik yang
difungsikan sebagai ’bas’ dalam suatu orkestra Minangkabau, seperti
penggunaan dalam pengolahan karawitan yang bermotif kreasi baru.

Gandang

Istilah Gandang berasal dari bahasa Minang yang berarti Gendang. Bentuk
Gandang sama menyerupai Gendang yang berasal dari daerah lain, seperti
Melayu, Batak, Jawa, dan lain-lain.

Cara memainkan Gandang sama juga dengan Gendang pada umumnya, yaitu
dengan memukul antara masing-masing daerah yang berbeda.

Rabab Minangkau

Alat musim tradisional yang dikenal di wilayah pasisia atau pesisir


Minagkabau, Sumater Barat. Rabab terbuat dari tempurung kelapa. Umumnya,
Rabab didentifikasikan dengan cerita nagari atau yang dikenal dengan istilah
Kaba. Bentuk Rabab hampir mirip dengan biola. Cara memainkan Rabab pun
sama pula, yaitu dengan cara digesek.

Randai
Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang
dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian
melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam
bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan
seni lagu,, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.

Randai dipimpin oleh satu orang disebut panggoreh. Gerakan randai disebut
legaran. Panggoreh mengeluarkan triakan khas misalnya hep tah tih.
Tujuannya untuk mengatur tempo dalam randai.

Tujuan randai adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang berisi pesan dan
nasehat. Konon randai pertama kali dimainkan masyarakat pariangan, tanah
datar ketika mereka berhasil mengkap rusa dari laut. Contoh cerita randai
seperti cindua mato dan malin deman. Pada awalnya randai permainan
komunal yang dimainkan oleh pemuda halaman surau pada malam menjelang
pagi.

Musik dalam randai

Alat musik dalam randai contohnya saluang, bansi, talempong, canang,


gandang, dan rebab.

Makna/Hubungan musik untuk pertunjukan randai;

1. Sebagai partner galombang randai (pola ritme dan melodi)


2. Sebagai latar belakang gerakan tokoh cerita randai
3. Memberi ilistrasi suasana adegan sesuai dengan aspek-aspek dramatis
yang dalam cerita randai

Musikal penggarapan alat-alat musik dalam randai ada 3 cara;

1. Menghitung jumlah ketukan pada setiap pegulangan


2. Gerakan galombang yang tidak mempunyai ritme (bebas) yang tidak
dapat ditentukan ketukannya.
3. Apabila terjadi perubahan baik pada gerakan galombang maupun
gerakan music, harus dengan memberi kode-kode tertentu.
Fungsi music dalam randai ;

 Ekspresi emosional
 Kenikmatan estetik
 Hiburan
 Komunikasi
 Representasi simbolis

Kostum/Busana dalam randai

- Celana Galembing

Untuk celana, penari randai menggunakan celana Galembong. Galembong


atau Galambuk adalah celana khas yang digunakan oleh penari randai laki-
laki. Model celana ini lebih longgar yang membuatnya nyaman digunakan saak
pentas.

- Pakaiaan Gunting cino

Gunting cino merupakan busana yang umum dikenakan penari randai laki-
laki. Baju ini memiliki model yang mirip dengan baju muslim koko, tetapi
tidak memiliki kerah dan saku dengan model lengan panjang dan agak
longgar.

- Cawek songket

Cawek songket merupakan kain seperti selendang yang dipakai diluar


celana penari laki-laki dengan batas sampai lutut saja. kostum ini memiliki
makna bahwa laki-laki harus pandai dalam melaksanakan perannya
sebagai pemimpin.

- Busana Anak Daro


Baju anak daro adalah baju adat perempuan Minangkabau yang biasanya
digunakan dalam kesenian tari.

- Kain Kodek

Kain kodek merupakan bawahan baju anak daro. Cara memakainya pun cukup
mudah, seperti cara memakai sarung. Bahan yang digunakan untuk membuat
kodek biasanya menggunakan kain songket atau menggunakan bahan yang
sama dengan baju anak daro.

- Sandang

Sandang merupakan kain berwarna merah yang diikatkan pada pinggang


penari laki-laki.Sandang memiliki filosofi yang bermakna bahwa laki-laki
Minangkabau harus tunduk terhadap hukum adat yang berlaku.

- Deta

Deta atau juga dikenal dengan destar adalah penutup kepala khas kesenian
randai yang dibuat menggunakan kain berbentuk persegi yang dilipat. Deta
biasa digunakan oleh penari laki-laki

- Suntiang

Suntiang adalah mahkota yang biasa dikenakan oleh penari perempuan.


Suntiang biasanya menggunakan warna emas ataupun perak.

Ragam Gerakan Tari Randai


Tari randai memiliki banyak variasi gerakan. Total setidaknya terdapat 11
gerakan utama dalam tarian ini. Berikut diantaranya.

1. Gerakan Jatuh Bangun

Gerakan ini digunakan pada saat langkah injak baro. Setelah menjatuhkan
tubuh, penari akan bangun lagi dengan tempo cepat.

2. Gerakan Vibrasi

Vibrasi atau bergetar merupakan gerakan yang memanfaatkan semua bagian


tubuh. Gerakan ini biasanya digunakan pada saat penyusunan gerak tupai
bugalui ataupun balah karambia.

3. Gerakan Berputar

Gerak berputar dilakukan oleh seluruh tubuh ke kanan dan ke kiri. Level
kecepatan putaran tergatung dengan tempo atau ritme musik.

4. Gerakan Mengayun

Penari mengayukan tangan dan diikuti seluruh tubuh seolah dirinya sedang
menimang-nimang bayi. Gerakan ini jika berulang akan menjadi pola gerakan
bandul jam.

5. Gerakan Patah-patah

Gerakan patah patah staccato berfungsi membuat karakter yang kuat, tajam
dan dinamis.

6. Gerakan Tegang Kendor


Gerakan ini berfungsi sebagai penyambung beberapa fase gerak. Gerakannya
harus bisa dikontrol oleh penari agar tidak terjadi miss.

7. Gerakan Lokomotor

Gerakan ini sebagai simbol gerakan menyerang dan menangkin yang khas
pencak silat Minangkabau. Gerakan ini berfokus pada kecepatan tinggi.

8. Gerakan Mengalir

Gerakan ini sebagai simbol emosi yang stabil dan tidak meluap-luap. Sehingga
gerakannya akan terlihat mengalir begitu saja, tanpa adanya awalan atau
bentuk akhir, yang terlihat hanya kontinuitas yang menonjol.

9. Gerakan Menahan

Gerak menahan dilakukan pada saat melompat di udara, kemudian penari


berusaha untuk tetap bertahan di udara.

10. Gerakan Membumi

Untuk melakukan gerakan ini, posisi kaki harus dalam keadaan kuda kuda.
Sehingg posisi badan akan sedikit lebih rendah mengikuti gravitasi bumi.

Gerakan ini dapat memberikan kesan emosi nan dramatis dalam tarian randai.

11. Gerakan Melayang

Gerakan ini bertujuan untuk mengakhiri gerakan membumi. Gerakannya bisa


seperti melompat atau yang lainnya.
Tabuik

Tabuik (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka


memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang
dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatra Barat,
khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan
kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan
drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang
dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan
upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain
yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu
dikenal pula dengan nama Tabot.
Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun
di periaman pada 10 Muharram sejak 1831.  Upacara ini diperkenalkan di
daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi`ah  dari India, yang ditempatkan di
sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatra bagian
barat.

Tahapan

Ritual pembuatan tabuik dimulai dengan pengambilan tanah dari sungai pada
tanggal 1 Muharram. Tanah tersebut diletakkan dalam periuk tanah dan
dibungkus dengan kain putih, kemudian disimpan dalam lalaga yang terdapat
di halaman rumah tabuik. Lalaga adalah tempat berukuran 3x3 meter yang
dipagari dengan parupuk, sejenis bambu kecil. Tanah yang dibungkus dengan
kain putih adalah perumpamaan kuburan Husain. Tempat Ini akan diatapi
dengan kain putih berbentuk kubah. Tanah tersebut akan dibiarkan disana
sampai dimasukkan ke dalam tabuik pada tanggal Muharram.
Pada tanggal 5 Muharram dilakukan proses menebang batang pisang dengan
cara sekali tebas pada malam hari. Ini melambangkan perumpamaan
keberanian salah satu putra Imam Husain yang menuntut balas kematian
bapaknya. Prosesi dilanjutkan pada tanggal 7 dan 8 muharram yang disebut
Maatam dan Maarak sorban. Maatam merupakan personifikasi membawa jari-
jari Husain yang berserakan ditebas pasukan Raja Yazid. Sedangkan Maarak
Sorban melambangkan diaraknya bekas sorban untuk menyiarkan keberanian
Husain memerangi musuh.
Pada tanggal 10 Muharram pagi, diadakan prosesi Tabuik naik pangkat, yaitu
pemasangan bagian atas tabuik. Kemudian Tabuik diarak hingga akhirnya
dibuang ke laut.

Festival Tabuik
Festival Tabuik merupakan bagian dari cara masyarakat merayakan tradisi
Tabuik secara tahunan. Ketika upacara adat ini sudah diakui oleh pemerintah
sebagai bagian berharga dari kehidupan berbangsa, maka festival Tabuik pun
menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Festival Tabuik sudah berlangsung
sejak puluhan tahun, disebutkan bahwa festival ini sudah berlangsung sejak
abad ke-19 Masehi. Festival Tabuik ini kini tidak hanya menjadi bagian dari
adat masyarakat setempat semata melainkan juga menjadi salah satu bagian
dari komoditas pariwisata daerah. Fetival Tabuik dilaksanakan dalam satu
rangkaian untuk menghormati atau sebagai hari perayaan peringatan
wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yang bernama Hussein bin Ali.
Peringatan ini selalu dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sesuai dengan
hari wafatnya cucu nabi Muhammad SAW Hussein Bin Ali yang meninggal
dalam perang di padang Karbala.

Prosesi Upacara dan Makna


Dalam setiap upacara adat di Indonesia, pasti ada makna di balik setiap
rangkaian upacaranya. Rangakaian upacara Tabuik memiliki prosesi atau
ritual yang disebut dengan Maarak Jari-jari. Makna dari ritual ini pernah
dijelaskan oleh tokoh tetua Tabuik Nagari Subarang Nasrun Jon
Travel.Tempo.co. Dikutip dari sumber, makna dari ritual Maarak Jari-Jari ialah
pengumpamaan jasad cucu Nabi Muhammad SAW yang wafat karena
terbunuh. Dalam prosesi tersebut diadakan replika atau bentuk tiruan jari-jari
manusia yang dimasukkan ke dalam panja atau wajah. Tiruan ini kemudian
diarak ke seluruh wilayah kota. Upacara ini dilanjutkan dengan upacara
pertemuan atau prosesi yang disebut dengan ritual Basalisiah. Acara ini
merupakan pertemuan kedua belah pihak antar pelaksana Tabuik.
jadi, dalam pelaksanaan ritual Tabuik akan ada dua belah pihak, katakanlah
pihak selatan dan utara dari satu wilayah. Keduanya akan saling bertarung
dalam saat Basalisiah berlangsung. Kedua kubu akan saling menyerang,
mereka melemparkan gendang tasa sampai terjadi bentrokan. Tradisi ini
sebagai pengingat perang yang pernah terjadi dan menewaskan Hussein bin
Ali cucu Nabi Muhammad SAW. Dalam pelaksanaan Basiliah sekilas seolah-
olah masyarakat saling mendendam karena terjadi bentrokan. Sesungguhnya
tidaklah demikian, karena pelaksanaannya hanyalah bagian dari upacara
untuk menggambarkan cerita kematian Hussein. Sebelum Ritual Maarak Jari-
jari dilaksanakan, sehari sebelumnya dilaksanakan Prosesi ritual maradai.
Prosesi ini berisikan kegiatan masyarakat dalam meminta sumbangan. Dalam
ritual ini masyarakat Tabuik akan melibatkan masyarakat untuk memberikan
sumbangan seikhlasnya. Sumbangan yang didapatkan kemudian digunakan
untuk pelaksanaan acara sampai selesai.

Anda mungkin juga menyukai