OLEH:
“Bagi TUHAN tidak ada yang terlalu cepat, tidak ada yang
terlambat. Semua tepat waktu dan penuh berkat”
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect and application of the Problem Based
Instruction (PBI) learning model on the physics problem solving ability of high
school students. This type of research is a literature study or literature review
from the results of previous studies that are relevant to the topic of this
research where researchers conduct a literature study on learning models that
can involve students playing an active role in learning so as to improve
problem solving abilities. Problem Based Instruction (PBI) learning model
centered on problem solving by using problems related to real life problems.
Problem solving ability itself is a complex cognitive activity which includes the
ability to understand problems, determine problem solving through the physics
concepts that have been studied. Based on the results of the study that has been
carried out, it shows that the Problem Based Instruction (PBI) learning model
can improve high school physics problem solving abilities.
vi
KATA PENGANTAR
usaha sendiri, tetapi karena bantuan dari berbagai pihak dengan caranya
masing-masing baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu,
pada kesempatan ini dengan yang tulus penulis menyampaikan ucapan terima
dan arahan kepada penulis dari awal hingga rampungnya skripsi ini.
vii
4. Bapak Habel Bengu, Mama Tersia Mita, Kakak Marety S. Bengu, Kakak
Apriyanto Bengu, dan Adik Harris M. Bengu serta seluruh keluarga besarku
penulis
Tenggara Timur terutama Purna 2015 yang selalu mendoakan dan memotivasi
8. Seluruh keluarga besar KSF, para dosen dan alumni KSF yang tidak penulis
sebut satu per satu. Terima kasih untuk bantuan dan dukungannya. “Love
Physics, LovePeace”
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini, sehingga segala
kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis
harapkan.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
MOTTO ...................................................................................................... iv
ABSTRAK................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
ix
2.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................... 10
2.1.2 Tujuan Belajar .............................................................................. 11
2.1.3 Pengertian Pembelajaran ............................................................... 11
2.2 Hakikat Pembelajaran Fisika ................................................................... 14
2.3 Model Pembelajaran................................................................................ 19
2.4 Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)…. ....................... 21
2.4.1 Pengertian ..................................................................................... 21
2.4.2 Ciri-Ciri Problem Based Instruction (PBI) .................................... 21
2.4.3 Kriteria Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)................ 23
2.4.4 Tahap-Tahap Problem Based Instruction (PBI) ............................. 23
2.4.5 Langkah-Langkah Model Problem Based Instruction (PBI) .......... 25
2.4.6 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) ........................................................................... 26
2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................................... 27
2.5.1 Pengertian Pemecahan Masalah .................................................... 27
2.5.2 Strategi Pemecahan Masalah ......................................................... 28
2.5.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah .................................. 29
2.6 Hubungan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan
Kemampuan Pemecahan Masalah .. ........................................................ 31
2.7 Kerangka Berpikir ................................................................................... 33
x
4.1 Hasil Kajian ........................................................................................... 40
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 50
4.2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) 52
4.2.2 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) ..... 54
4.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah .................................. 56
LAMPIRAN ................................................................................................ 66
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
seutuhnya agar mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Hal
ini seperti yang dituangkan pada undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik
baik.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses
1
dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dan sumber belajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas akan terjadi
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa beraneka ragam. Misalnya metode
atau model pembelajaran mana yang dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran
sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar. Proses intraksi ini akan
berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan pendidiknya.
yang tidak hanya berisi teori dan rumus untuk dihafal, tetapi fisika memerlukan
mereka sendiri dengan cara berperan aktif dalam proses belajar mengajar (Bektiarso,
2000:12).
peserta didik untuk membelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
tentang proses ilmiah dan penerapan hasil pembelajaran fisika pada kehidupan sehari-
2
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus
dikuasai oleh siswa. Kemampuan tersebut merupakan salah satu kemampuan yang
kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi
dan bidang studi yang sesuai, salah satunya di bidang sains. Sebagaimana pendapat
Heller et al. 1992 (dalam Arimbawa 2013) bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran sains.
yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru. Menurut Nasution
(1998:121) metode pemecahan masalah yang dikenalkan oleh Jhon Dewey meliputi
atau keterampilan pemecahan masalah merupakan hal yang penting untuk diajarkan
3
siswa dalam kehidupan pendidikan, professional, dan pribadinya”. Keterampilan
Kenyataan pelajaran fisika masih memfokuskan pada hakikat produk saja dan
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi fisika yang di pelajari. Hal ini
berdasar hasil wawancara yang di lakukan oleh Junaidi dkk dengan guru mata
pelajaran fisika di SMA Negeri Tamanan Bondowoso pada bulan April 2016,
konsep tanpa memperhatikan cara konsep tersebut didapatkan sehingga proses ilmiah
untuk mendapatkan konsep tersebut menjadi terabaikan hal ini didukung oleh
siswa dalam pemecahan masalah. Tuntutan kurikulum dengan materi yang cukup
padat membuat guru cenderung hanya memberikan hafalan konsep dan latihan
ajarkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Samudra, et al, 2014). Pratiwi (2014)
siswa SMA masih termasuk kategori sedang sehingga pembelajaran guru perlu
4
menggunakan model pembeljaran yang dapat melatih siswa memecahkan masalah.
Oleh karena itu, perlu modifikasi pada proses pembelajaran sekaligus mampu melatih
keterampilan pemecahan masalahnya agar materi fisika tersebut dapat diterapkan oleh
masalah fisika siswa di dalam penyelesaian suatu masalah Fitra, dkk, (2016) dan
memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak hanya sekedar berpikir yang bersifat
konkret tetapi lebih dari itu terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks (Afrizon,
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Problem Based Instruction (PBI) menyajikan adanya situasi masalah autentik dan
5
penyelesaian masalah. Menurut Sanjaya (2008) terdapat tiga ciri utama dari Problem
Instruction (PBI) ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Based
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Based Instruction
(PBI) siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
metode berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris, yakni melalui tahap-tahap tertentu, dan berdasarkan pada data dan fakta yang
jelas.
baik didalam maupun diluar kelas sejauh itu di perlukan untuk pemecahan masalah,
aktivitas untuk mencari, memecahkan dan menemukan suatu konsep atau gagasan
sementara. Siswa bertindak aktif dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dan
menarik kesimpulan melalui proses berpikir secara ilmiah, kritis logis dan sistematis.
suatu permasalahan sendiri tanpa bantuan dari guru, guru hanyalah mengarahkan saja,
6
sehingga model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
masalah pada mata pelajaran Fisika siswa SMA sehingga dengan ini peneliti
7
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran pada skripsi ini, peneliti membatasi fokus
penelitian hanya pada model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan
variabel yang diteliti adalah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA.
siswa SMA.
8
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
atau gagasan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar adalah usaha atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar supaya
mengetahui atau dapat melakukan sesuatu. Hasil kegiatan belajar adalah perubahan
diri, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak melakukan sesuatu menjadi
melakukan sesuatu, dari tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan
belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman
para ilmuwan atau pakar sendiri dalam membelajarkan para peserta didiknya.
belajar maupun yang dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang
dipegang.
10
2.1.2 Tujuan Belajar
rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
“pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber ajar dalam suatu lingkungan belajar”. Menurut Wina Sanjaya pembelajaran
adalah suatu sistem, yang dimana dalam sistem ada karakteristik penting.
Karakteristik penting yang pertama adalah adanya tujuan yang menjadi arah yang
harus dicapai. Karakteristik dari sistem tersebut adalah adanya proses kegiatan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan. Karakteristik dari sistem yang kedua yaitu sistem
yaitu sarana, guru, peserta didik, Strategi atau metode merupakan salah satu
komponen yang penting dari sistem tersebut. Tanpa strategi atau metode yang tepat
11
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang
harus dilakukan oleh siswa, pengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh
guru sebagai pemberi pembelajaran. Kedua aspek ini akan dikolaborasi secara
terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa,
serta antara siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain
pengetahun-pengetahuan.
12
Dalam melakukan pembelajaran hendaknya seorang guru tidak hanya sekedar
pedagogik yaitu menggunakan ilmu seni atau ilmu mengajar sehingga materi subjek
yang merupakan bagian dari sains sekolah (scholl science) mudah dijangkau oleh
siswa.
memandang pelajaran fisika sebagai pelajaran fisika yang tidak menyenangkan, tidak
menarik dan bahkan mungkin membosankan. Dalam menanggulangi hal ini maka
salah satu faktor yang dapat dilakukan agar pembelajaran sains dapat menarik dan
dapat menghasilkan prestasi yang tinggi adalah dengan melibatkan secara aktif dalam
Dengan melibatkan siswa secara aktif dengan pembelajaran berarti guru sudah
menggunakan cara yang berbeda dari kegiatan pembelajaran yang bersifat tradisional
sehingga pembelajaran fisika akan lebih menarik dan siswa akan menjadi berminat
terhadap sains fisika. Dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu
bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap sains
13
2.2 Hakikat Pembelajaran Fisika
cara atau jalan berpikir(“a way of thinking”) dan cara untuk penyelidikan (“a way of
investigating”). Istilah lain yang digunakan untuk menyatakan hakikat IPA adalah
IPA sebagai produk untuk pengganti pernyataan IPA sebagai sebuah kumpulan
pengetahun (“a body of knowledge”), IPA sebagai sikap untuk pengganti pernyataan
IPA sebagai cara atau jalan pikir (“a way of thinking”), dan IPA sebagai proses untuk
investigating”).
Karena fisika merupakan bagian dari IPA atau sains, maka sampai pada tahap
ini kita dapat menyamakan presepsi bahwa hakikat fisika adalah sama dengan hakikat
IPA atau sains, hakikat fisika adalah sebagai produk (“a body of knowledge”), fisika
sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika sebagai proses (“a way of
investigating”). Berikut ini akan dikemukan lebih rinci mengenai hakikat fisika itu.
14
ilmiah, hasil-hasil menemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif
kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika, kumpulan
pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan
model.
a. Fakta
prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan
b. Konsep
lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value),
dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah warna,
intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap
15
anak. Menurut Heron dkk (dalam Sutrisno, 2006:4), konsep fisika dapat
dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun atribut yang diamati,
diamati, dan konsep yang tidak baik contoh maupun atribut yang tidak
dapat diamati.
dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau
bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta),
a. Rumus
prinsip, hukum, dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling
b. Teori
tidak dapat langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas,
atau fakta. Teori bersifat tentative sampai terbukti tidak benar dan
16
diperbaiki. Hawking (dalam Sutrisno, 2006) menyatakan bahwa ”kita
bahwa pada waktu yang datang hasilnya tidak akan kontradiksi dengan
suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang. Jadi,
hukum”.
c. Model
atom.
dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi. Ilmuwan lain banyak yang
17
menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan laboratorium atau
Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami
memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi dengan
18
dilakukan kegiatan-kegiatan ilmiah itu. pemikiran-pemikiran para ilmuwan
yang bergerak dalam bidang fisika itu menggambarkan, rasa ingin tahu dan
rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap
objektif, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain.
Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakikat fisika sebagai sikap atau
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran
approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management
19
Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru yang pada
dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai
tergantung dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan
kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa setiap model
yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam
pembelajaran tersebut.
metode, atau produser. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode, atau produser. Ciri-ciri tersebut antara lain: 1).
Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2).
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai); 3). Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4). Lingkungan belajar yang diperlukan agar
20
2.4 Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
2.4.1 Pengertian
Problem Based Instruction (PBI) adalah pembelajaran yang berbasis masalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk belajar.
orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan
adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan nalar
siswa, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal. Hal ini sangat
dimungkinkan karena dalam Problem Based Instruction (PBI), siswa dilatih untuk
(PBI) telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
21
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara
c. Penyelidikan Autentik
nyata.
produk tertentu dalam karya nyata. Produk tersebut dapat berupa laporan,
satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil.
22
2.4.3 Kriteria Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Ada kriteria khusus yang dikemukan oleh (Kurniasih Imas dan Berlin sani,
b. Materi yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,
d. Materi yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
e. Materi harus sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.
Problem Based Instruction (PBI) terdiri dari 5 langkah atau tahap utama yang
dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan
23
Tabel 2.1
Tahap-Tahap Problem Based Instruction (PBI)
Tahap-2
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
Mengorganisasi siswa untuk
dengan masalah tersebut
belajar
Tahap-4
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video
Mengembangkan dan menyajikan
serta membantu mereka terbagi tugas dengan temannya
hasil karya
Tahap-5
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
Menganalisis dan mengevaluasi
proses yang mereka gunakan
proses pemecahan masalah
Menurut Ibrahim di dalam kelas Problem Based Instruction (PBI), peran guru
berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di kelas Problem Based Instruction
24
b. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya melakukan
yang dipilih.
dll).
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
25
2.4.6 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI)
dengan sendirinya.
mandiri.
kelompok.
1.) Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
26
3.) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
belum pernah dijumpai. Menurut Slameto (Pamungkas & Maskudi, 2013) pemecahan
masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari jumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.
atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika
suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Polya (dalam Upu, 2003:31)
mengartikan pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai.
27
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa kemampuan
Pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan konsep fisika. Faktor yang
siswa yang memecahkan masalah dan karakter permasalahan (Chi dan Glaser, 1985).
Perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan rendah (novice) dan tinggi
masalah (deep feature), mengevaluasi solusi, dan cenderung menggunakan alat bantu
pembelajaran fisika melalui lima tahap. Pertama, visualize the problem. Pada langkah
28
ini, dilakukan visualisasi permasalahan dari kata-kata menjadi representasi visual,
membuat daftar variabel yang diketahui dan tidak diketahui, identifikasi konsep
dasar. Kedua, describe the problem in physics description. Pada langkah ini,
representasi visual diubah menjadi deskripsi fisika dengan membuat diagram benda
bebas dan memilih sistem koordinat. Ketiga, plan the solution, yaitu merencanakan
matematika. Kelima, check and evaluate, mengevalusi solusi yang didapatkan dengan
tingkat tinggi yang artikan diperlukan pemahaman yang dalam untuk menyelesaikan
memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. (5) Kemampuan
29
mengembangan strategi pemecahan masalah. (6) Kemampuan membuat dan
Tabel 2.2
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Tahap Indikator
Mengidentifikasi masalah
berdasarkan konsep dasar
30
menggunakan persamaan yang
terpilih
setiap fase dalam sintakmatiknya. Hal ini terbukti dari penilaian aktivitas siswa
melalui penilaian terhadap dokumentasi LKS siswa, yaitu mental activities dengan
aktivitas merumuskan masalah yang tinggi. Hal ini juga berlaku pada indikator
mengumpulkan data dan menganalisis data. Nilai rata-rata mnegumpulkan data yang
tinggi juga akan menimbulkan nilai rata-rata menganalisis data yang tinggi.
Instruction (PBI) di SMK Swasta Yapim Taruna” mengatakan bahwa Problem Based
31
aktifitas siswa. Peningkatan yang terjadi pada aktivitas siswa pada siklus I yaitu
66,4% dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II yaitu 79,9% dengan kriteria baik.
pada siklus I 34,3% dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II yaitu 74,3% dengan
pemecahan masalah siswa kelas XI-MIPA-7 di SMA Negeri 3 Banda Aceh dengan
Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah
dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI). Nilai rata-rata kelas
pada siklus I pertemuan 1 adalah 71,47 dengan ketuntasan 58,2%, sedangkan pada
siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 82,5 dengan ketuntasan 82,35%. Dan pada
32
2.7 Kerangka Berpikir
dalam kelompok ilmu pengetahuan alam yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
dikuasai oleh siswa. Kemampuan tersebuat merupakan salah satu kemampuan yang
kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi
dan bidang studi yang sesuai, salah satunya di bidang sains. Sebagaimana pendapat
merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran sains.
Kenyataan pelajaran fisika masih memfokuskan pada hakikat produk saja dan
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi fisika yang dipelajari. Hal ini
berdasar hasil wawancara yang dilakukan oleh Junaidi dkk dengan guru mata
pelajaran fisika di SMA Negeri Tamanan Bondowoso pada bulan April 2016,
konsep tanpa memperhatikan cara konsep tersebut didapatkan sehingga proses ilmiah
untuk mendapatkan konsep tersebut menjadi terabaikan hal ini didukung oleh
33
didalam pembelajaran fisika adalah lemahnya proses pembelajaran di kelas sehingga
siswa cenderung pasif dan kurang keterampilan siswa dalam pemecahan masalah.
dianalisis melalui model pembelajaran yang diterapkan pada siswa tersebut. Dalam
cara pembelajaran dimana pembelajaran itu dapat didorong pemahaman lebih dalam
dari materi daripada ulasan dangkal, dan juga orientasi masalah pembelajaran dimana
siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan ketika belajar, namun juga pengalaman
pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa
yang nyata, mengumpullkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri
34
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka, yaitu penelitian yang
dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya ilmiah yang berhubungan dengan
objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakan atau yang telah
dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada
Sebelum melakukan telaah pustaka, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu secara
pasti tentang dari sumber mana informasi ilmiah itu akan diperoleh. Adapun beberapa
sumber yang digunakan antara lain, buku-buku teks, jurnal ilmiah, refrensi statistik,
hasil-hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, desertasi dan internet serta sumber-
penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh
36
3.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data penelitian ini diambil dari sumber data,
yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan subjek penelitian atau
variabel penelitian. Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah jurnal-
jurnal penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun jurnal yang dikaji
SMA Negeri 3 Banda Aceh”. Asian Journal nal of Science Education, Vol. 3.
No. 1.
Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Usaha dan Energi di Kelas X MAN 2
37
4. Junaida, dkk (2016). “Implementasi model Problem Based Instruction pada
hasil yang benar dan tepat dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik
analisis isi (content analysis). Analisis konten (content analysis) merupakan sebuah
makna teks ataupun melalui prosedur yang dapat dipercayai (reliable), dapat
direprikabel atau diaplikasikan dalam konteks yang berbeda (replicable), serta sah.
kategori, yang pada akhirnya akan membangun sebuah model atau sistem
pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis dan tercetak dimedia
massa. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan
cara:
1. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
38
2. Organizing yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan kerangka
39
BAB IV
Hasil penelitian Kajian Pustaka atau library research ini diperoleh dengan
masalah dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk
terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA dan untuk menganalisis
kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA, dan untuk menghindari salah
penafsiran yang lebih meluas maka peneliti lebih memfokuskan variabel penelitian
yaitu terbatas pada kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa SMA. Dengan
demikian, maka beberapa hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari sumber-sumber data
yang relevan yaitu apa yang menjadi karakteristik dari pembelajaran Problem Based
Problem Based Instruction (PBI) pada setiap sumber dan bagaimana keterkaitan
40
Berdasarkan permasalahan dan tujuan dalam penulisan ini, penjabaran teori-
teori relevan serta hasil-hasil riset terdahulu, mengenai pengaruh dan penerapan
pemecahan masalah fisika siswa SMA dan hasil pengkajian oleh peneliti yaitu
sebagai berikut:
Fisika dengan Problem Based Instruction di SMK Swasta Yapim Taruna” oleh Ika
aktivitas siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
Instruction (PBI) di SMK Swasta Yapim Taruna. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas, dan dilakukan dengan menggunakan dua siklus untuk
Instrumen yang digunakan berjumlah 4 butir soal essai dan lembar observasi.
belajar dari sudut pandang kemampuan pemecahan masalah fisika, pada siklus 1
41
pembelajaran dilaksanakan sesuai sintaks model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) dimana sintaks model Problem Based Isntruction (PBI) dibagi
dalam beberapa tahap, yaitu: Tahap orientasi, siswa pada masalah guru terlebih
kepada siswa yang terdapat LKS 1 yang berisikan 4 butir soal essai. Tahap
kemampuan awal. Dalam 1 kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan kemampuan
yang heterogen artinya kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru mendorong
membentuk kelompok sesuai dengan yang diarahkan oleh guru. Tahap membimbing
yang mengalami kesulitan dalam memecahkan soal dalam bentuk LKS 1. Guru
menganalisis dan mengevaluasi guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap hasil kerja pada tiap-tiap kelompok dan berikan penjelasan kepada
siswa yang pengerjaannya masih kurang benar. Masing-masing kelompok ikut serta
dalam melakukan refleksi dan mengamati penjelasan guru di depan kelas. Diakhir
siklus 1, siswa diberikan tes kemampuan pemecahan masalah pada siklus 1 dari
42
materi yang telah dibahas yang dikerjakan secara individu. Dari tes kemampuan
pemecahan pada siklus 1 maka deskripsi nilai yang diperoleh siswa sebagai berikut:
Dari di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan 54,3%, dengan kriteria cukup baik,
dan artinya siklus II diterapkan. Hasil siklus I belum memadai, maka tim kembali
mempersiapkan siklus II, yaitu: Tahap orientasi siswa pada masalah guru terlebih
masalah kepada siswa yang terdapat dalam LKS 2 yang berisikan 4 butir soal essay.
tes kemampuan awal. Dalam 1 kelompok terdiri dari 5 orang dengan kemampuan
yang heterogen artinya kemapuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru mendorong tiap-
tiap kelompok mampu menyelesaikan soal dengan beberapa cara dan menyelesaikan
masalah yang baru. Masing-masing siswa duduk dan membentuk kelompok sesuai
dengan yang diarahkan oleh guru. Tahap membimbing kelompok guru mengamati
dalam memecahakan soal dalam LKS 2. Guru membimbing siswa untuk memberikan
43
menyajikan hasil kelompok guru mengarahkan masing-masing kelompok untuk
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil kerja pada
masih kurang benar. Masing-masing kelompok ikut serta dalam melakukan refleksi
dan mengamati penjelasan guru didepan kelas. Deskripsi nilai yang diperoleh siswa
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas dan ketuntasan secara klasikal
sudah melebihi indikator pencapaian ≥70%. Hal ini dilihat dari ketuntasan klasikal
yang telah diperoleh siswa mencapai 74.3%. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa
siswa. Selain kemampuan pemecahan masalah peneliti juga meneliti aktifitas siswa
pada model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), peningkatan yang terjadi
pada aktifitas siswa diperoleh dari hasil observasi aktifitas siswa pada siklus I yaitu
66.4% dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II yaitu 79.9% dengan kriteria baik.
44
Dengan demikian dapat disimpulkan PBI mampu meningkatkan kemampuan
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sri Suryawati yang berjudul “The
Ability on Mechanical Wave Material at Sma Negeri 3 Banda Aceh” penelitian ini
menerapkan model Problem Based Instruction (PBI) di siswa kelas XI-MIPA-7 pada
menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) pada siswa kelas XI-MIPA-7
SMA Negeri 3 Banda Aceh, dan untuk mengetahui respon siswa siswa kelas XI-
MIPA-7 SMA Negeri 3 Banda Aceh setelah menggunakan model Problem Based
Subjek penelitian adalah 34 siswa kelas XI-MIPA-7 SMA Negeri 3 Banda Aceh.
menerapkan model Problem Based Instruction (PBI). Nilai rata-rata kelas pada siklus
45
2 meningkat menjadi 82,5 dengan ketuntasan 82,35%. Dan pada siklus II nilai rata-
rata kelas adalah 85 dengan ketuntasan 94,11%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dan Muslimin yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Instruction Sertai
Audio-Visual Terhadap Kemampuan Masalah Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi
Di Kelas X MAN 2 Kota Palu” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi usaha dan energi di
kelas X MAN 2 kota palu. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kuantitatif
penelitian yang digunakan yaitu non equivalent pretest-postest kontrol group design.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan pemecahan
masalah. Instrumen tes tertulis berupa soal essai. Tes yang digunakan terdiri dari 3
masalah siswa untuk kelas eksperimen adalah 9,80 dan kelas kontrol adalah 9,50.
46
Adapun sebelum posttest dilakukan peneliti memberi perlakuan berbeda dikedua
Instruction (PBI) disertai media audio-visual dan kelas kontrol yang menggunakan
Adapun nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen adalah 16,72 dan kelas
kontrol 13,50. Nilai rata-rata pretest dan post-test kemampuan pemecahan masalah
perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu nilai rata-
47
rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sehingga dapat
siswa pada materi usaha dan energi di kelas X MAN 2 Kota Palu. Hal tersebut
dikarenakan pada model Problem Based Instruction (PBI) disertai media audio
visual, kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih melibatkan siswa dalam proses
itu, kegiatan pembelajaran ini juga lebih menekankan pada masalah kehidupan nyata
siswa sehingga masalah-masalah yang ada sebagian telah dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
sampel yang ditentukan melalui uji homogenitas terhadap populasi dan selanjutnya
dipilih dengan metode Cluster Random Sampling. Desain penelitian yang digunakan
adalah Post-Test Only Control Group Design perlakuan terhadap dua kelas sampel
48
menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah. Post-test yang
digunakan berupa tes keterampilan pemecahan masalah yang diukur saat materi telah
selesai diajarkan. Deskripsi hasil tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat
ditabel berikut:
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tes keterampilan
pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata tes
keterampilan menganalisis masalah. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas eksperimen
telah dilatih dalam menganalisis masalah pada fase orientasi siswa pada masalah
melalui aktifitas tanya jawab. Model Problem Based Instruction (PBI) juga
ini dinilai oleh observer. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar siswa telah
Siswa sudah dapat meminimalisir bantuan guru saat melaksanakan percobaan pada
49
saat melaksanakan percobaan pada pertemuan kedua. Model Problem Based
Instruction (PBI) juga memberikan kesempatan pada siswa untuk menyajikan hasil
pembelajaran pada fase menyajikan hasil pembelajaran pada fase menyajikan dan
hasil bahwa siswa yang aktif dalam kegiatan pemecahan masalah dalam proses
yang tidak aktif dalam kegiatan pemecahan masalah. Model Problem Based
memecahkan masalah melalui setiap fase dalam sistematiknya. Hal ini terbukti dari
penilaian aktivitas siswa melalui penilaian terhadap dokumentasi LKS siswa, yaitu
bahwa nilai rata-rata aktivitas merumuskan masalah yang tinggi juga menghasil nilai
rata-rata aktivitas merumuskan masalah yang tinggi juga menghasilkan nilai rata-rata
merumuskan kesimpulan yang tinggi. Hal ini juga berlaku pada indikator
mengumpulkan data dan menganalisis data. Nilai rata-rata mengumpulkan data yang
tinggi juga akan menimbulkan nilai rata-rata menganalisis data yang tinggi.
50
4.2 Pembahasan
langsung kelapangan dalam hal ini sekolah untuk memperoleh sumber data yang
hendak dikaji, tetapi melakukan penelitian dengan cara mengkaji hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Yang menjadi fokus penelitian dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan
variabel yang diteliti yaitu kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA.
Peneliti memilih jenis penelitian ini karena sesuai dengan kondisi dan keadaan yang
Instruction (PBI) menuntut siswa berinteraksi secara aktif baik secara individu
maupun kelompok.
Terdapat 4 hasil penelitian yang relevan yang dikaji oleh peneliti dalam
penelitian ini. Adapun beberapa hal yang dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini
yaitu karakteristik model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada setiap
jurnal atau sumber, sintaks model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan
pemecahan masalah fisika siswa SMA. Pengkajian terhadap ketiga hal ini
51
menggunakan teknik analisis data. Data yang diperoleh berupa jurnal, artikel, skripsi,
sumber yang relevan dengan penelitian ini diperoleh melalui tahap Editing,
Organizing, dan Penemuan hasil penelitian. Pada tahap Editing peneliti melakukan
pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan,
dan keselarasan makna. Pemeriksaan ini tentu saja berdasarkan apa yang menjadi
tujuan peneliti dalam penelitian ini dan hal apa yang hendak dikaji. Sehingga, pada
tahap ini peneliti mengecek kembali apa yang menjadi variabel bebas dan variabel
terikat dari penelitian yang dijadikan sumber data yang relevan, kemudian apakah ada
karakteristik dan sintaks model Problem Based Instruction (PBI) yang jelas dalam
setiap sumber yang relevan dan apakah terdapat pengaruh model Problem Based
Penelitian yang bersifat kualitatif berkembang sehingga dapat diganti sumbernya atau
ditambahkan hasil penelitian relevan yang dirasa cocok oleh peneliti. Selanjutnya
kerangka yang sudah diperlukan, dalam hal ini berdasarkan instrument-list yang
sudah dimuat dalam metode penelitian. kemudian pada tahap Penemuan hasil
akhir. Pada tahap ini peneliti dapat menentukan tercapai atau tidaknya peningkatan
kemampuan pemecahan masalah fisika siswa berdasarkan hal-hal yang telah dikaji.
52
4.2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
bahwa pada keempat jurnal yang telah diteliti memiliki karakteristik yang hampir
sama. Perbedaan terdapat pada letak dampak dari model Problem Based Instruction
(PBI). Adapun karakteristik dan dampak dari model pembelajaran Problem Based
Tabel 4.1
53
dalam kehidupan sehari-hari. memahami masalah dan
menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pada analisis jurnal atau sumber relevan yang terkait dengan
54
kemampuan pemecahan masalah siswa pada indikator ke empat dan kelima yakni,
peningkatan hal ini disebabkan karena siswa dapat menganalisis dan menyelesaikan
masalah-masalah yang disajikan dan siswa dapat memahami masalah dengan mudah
siswa, juga berdampak pada keaktifitas belajar siswa dalam hal merespon pertanyaan,
bertanya atau mengumpulkan informasi saat diskusi dalam kelompok, siswa juga
dapat berpikir tingkat tinggi dengan memecahkan masalah nyata yang sering
dijumpai dilingkungan dan juga terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada setiap jurnal atau sumber
memiliki sintaks yang jelas. Di mana model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah, 2)
55
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk
melibatkan dalam pemecahan masalah yang dipilih. Pada tahap ini setelah guru
Sehingga, siswa akan terangsang untuk membuka pikiran mengarah pada penemuan
masalah. Tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar guru membantu siswa untuk
masalah tersebut. Pada tahap ini setelah siswa menemukan masalah dengan dibantu
oleh guru untuk menemukan solusi dari masalah yang didapat. pada tahap
penjelasan dan pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa menggabungkan informasi
membuktikan dan memperjelas solusi yang didapat. pada tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyajikan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
Orientasi masalah dilakukan dengan menyajikan video yang dapat merangsang siswa
56
dalam merumuskan suatu permasalahan fisika yang sering terjadi dijumpai dalam
nyata siswa sehingga masalah-masalah yang ada sebagaian besar telah dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari media audio-visual ini digunakan sebagai salah satu alat
(PBI) dipadukan dengan materi fisika seperti usaha dan energi juga berdampak positif
terhadap sintaks yang ditetapkan. Metode PTK dengan bantuan materi pada
Instruction (PBI) yakni siswa termotivasi untuk lebih aktif mengikuti pembelajaran
siswa lebih aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat serta aktivitas dalam
model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) sangat bagus diterapkan pada
materi-materi fisika seperti Gelombang Mekanik dengan bantuan metode yang lain
57
4.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Terhadap
kognitif untuk mendapatkan informasi. melalui model ini juga dapat melatih
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang mempelajari
fenomena atau masalah yang ada disekitar kita dan menerangkan bagaimana
fenomena tersebut terjadi karena fisika tidak hanya berisi teori dan rumus untuk
menghafal materi yang disajikan tanpa memahami maknanya, siswa tidak dapat
menghubungkan pengetahuan dari apa yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata,
siswa juga sulit memahami konsep materi yang diajarkan ketika menggunakan
metode ceramah. Oleh sebab itu, siswa diharapkan aktif menganalisis dan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar konsep yang
58
dipelajarai digunakan dalam kehidupan nyata. Pada tingkat SMA peserta didik sudah
Didukung dari hasil kajian yang sudah dilakukan oleh peneliti terlihat bahwa
dari penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) tentu saja
berbeda-beda pada setiap jurnal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lain, metode yang digunakan, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2
Presentase
Perpaduan dengan
Jurnals Metode penelitian/teknik peningkatan/rata-
alternatif lain
rata gain
1 PTK Peningkatan
-
12,1%
2 PTK Peningkatan
-
22,20%
59
Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa model pembelajaran Problem Based
siswa dimana terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada setiap penelitian.
penelitian sebelumnya dan dari hasil pengkajian yang diperoleh maka dapat dikatakan
bahwa apa yang menjadi tujuan peneliti dalam penelitian ini tercapai.
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti
terhadap seluruh sumber data yang relevan berupa jurnal atau artikel mengenai
kemampuan pemecahan masalah fisika siswa SMA, maka disimpulkan bahwa model
pemecahan masalah fisika siswa SMA. Model Problem Based Instruction (PBI)
5.2 Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
A’la Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Jogjakarta: DIVA press
Adolphus, T., Alamina, J., Aderonmu, T. 2013. The effects of collaborative learning
on problem solving abilities among senior secondary scholl. Physics students
in simple harmonic motion. Journal of education and practce. Vol.4 (25): 95-
101. http://www.iiste.org/journals/index.php/JEP/article/download/9049/9276
Arends, R, I. 1997. Classroom Instruction and Manajemen. New York: McGraw Hill
Companies
Bilgin, I., Senocak, E. & Sozbilir, M. 2009. The Effects of Problem Based Learning
Instructuion on University Student’ Performance of Conceptual and
Quantitative Problem in Gas Concepts. Eurasia Juornal of Mathematic,
Science & Technologi Education. 2009, 5 (2) 153-164.
62
Hamdayana, J. 2016. Metodologi Pengajar. PT. Bumi aksara
Heller, P., Keith R., & Anderson, S. 1991. Teaching Problem Solving Through
Cooperative Grouping, Part 1 Group Versus Individual Problem Solving.
American journal of Physics, (online) 60 (7) 627-636
Junaidi, Bambang S., Rayendra W.R. 2016. Implementasi model Problem Based
Instruction pada pembelajaran Fisika di SMAN Tamanan Bondowoso, Jurnal
Pembelajaran Fisika. Vol. 5 No. 3, Desember 2016, hal 211 – 217
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Profesinalitas Guru. Bandung: Kata Pena
Mahardika, I. K., Maryani, dan Murti, S.C.C. 2012. Pengguna Model Pembelajaran
Creative Problem Solving disertai LKS Kartun Fisika pada Pembelajaran
Fisika di SMP. Vol. 1 (2) : 231-237.
http://library.unej.ac.id/elient/en_US/default/search/asset/492:jsessionid=EE8
400113CE5681507901FA555833C65?qu=BUM%2C+Candra%d=ent%3A%
2FSD_ASSET%2F0%2F492%7E%7E0%7EI&ic=true&ps=300
63
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo
Rumata, V. 2007. Analisis Isi Kualitatif Twiter “#Tax Amnesty” dan “#Amnesty
Pajak”. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. 18 (1), 1-8.
64
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivitas,
Konsep Landasan Teoritis Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka
65
LAMPIRAN
66
Daftar Sumber Data Kajian
No. Jurnal
Ika
1 Trisni Simangunsong. (2018). ”Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika dengan Problem Based Instruction di
SMK Swasta Yapim Taruna”. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
vol.24(2)(2018)
67