Abstrak: Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non Farmakologi Bagi Seorang Perawat.
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan strategi penyembuhan nyeri tanpa menggunakan obat-
obatan tetapi lebih kepada perilaku caring. Untuk itu, tenaga medis yang dominan berperan adalah
para perawat karena bersentuhan langsung dengan tugas keperawatan. Dalam kenyataannya
managemen nyeri non farmakologi bukanlah menjadi pekerjaan yang mudah bagi para perawat. Hal
ini terutama berkaitan dengan persepsi yang berbeda dari para pasien tentang nyeri yang sedang
dialaminya. Perbedaan inilah yang cenderung menyulitkan perawat untuk mendiagnosa dan
menangani rasa nyeri dari pasien. Oleh karena itu, salah satu hal yang perlu bagi perawat dalam
menangani rasa nyeri pasien adalah mengembangkan kompetensi dan pemahaman yang terus
menerus tentang management nyeri non farmakologi. Terdapat beberapa jenis mangemen non
farmakologis antara lain: teknik relaksasi, distraksi masase, terapi es dan panas, stimulasi saraf
elektris transkutan, hipnosis, guided imagery dan musik.
35
36 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni
2016
Hakikat Nyeri
Budaya dan etnisitas mempunyai misalnya pda kulit mukosa), deep pain,
pengaruh pada bagaimana seseorang (nyeri yang terasa pada permukaan
berespon terhadap nyeri, namun tubuh yang lebih dalam atau pada
budaya dan etnik tidak mempengaruhi organ-organ tubuh visceral), Refered
persepsi nyeri. Nilai-nilai budaya pain (nyeri dalam yang disebakan oleh
perawat dapat berbeda dengan nilai- penyakit organ/struktur dalam tubuh
nilai budaya pasien dari budaya lain. yang ditransmisikan kebagian tubuh
Harapan dan nilai-nilai budaya perawat didaerah yang berbeda bukan derah
dapat mencakup menghindarai ekpresi asal nyeri), dan central pain (nyeri yang
terjadi kerena perangsangan pada
nyeri yang berlebihan seperti meringis
sistem saraf pusat, spinal cord, batang
atau menangis, mencari pereda nyeri
otak dan thalamus). Sedangkan
dengan segera dan memberikan
berdasarkan sifatnya, nyeri terbagi ke
deskripsi lengkap tentang nyeri.
dalam incidental pain (nyeri yang timbul
Kategori Nyeri sewaktu-waktu lalu menghilang), steady
pain (nyeri yang timbul dan menetap
Smeltzer mengkategorikan nyeri serta dirasakan dalam waktu yang
ke dalam dua jenis yakni nyeri akut lama), dan paroxymal pain (nyeri yang
dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya dirasakan berintensitas tinggi dan
awitannya tiba-tiba dan umumnya kuatsekali dan biasanya menetap
berkaitan dengan cedera spesifik yang kurang lebih 10 sampai dengan
berlangsung dari beberapa detik hingga 15 menit, lalu menghilang kemudian
enam bulan. Nyeri akut timbul lagi).
mengindikasikan bahwa kerusakan atau Selanjutnya, Muttaqin (2009)
cedera telah terjadi. Sementara itu, nyeri mengklasifikasi nyeri menggunakan
kronis adalah nyeri konstan atau metode PQRST (Provoking incindent,
intermiten yang menetap sepanjang Quality of pain, Region, Severity, Time).
suatu periode waktu, nyeri ini Metode ini juga akan membantu untuk
berlangsung diluar mengumpulkan informasi vital yang
waktupenyembuhanyang diperkirakan berkaitan dengan proses nyeri pasien.
dan sering tidak dapat dikaitkan Provoking incident: apakah ada peristiwa
dengan penyebab atau cedera spesifik, menjadi faktor penyebab nyeri, apakah
nyeri ini berlangsung selama enam nyeri berkurang dengan beristirahat,
bulan atau lebih, (Smeltzer 2001:213). apakah nyeri bertambah berat bila
beraktifitas. Quality of pain: seperti apa
Menurut Asmadi (2008) nyeri nyeri yang dirasakan atau digambarkan
juga dapat diklasifikasikan ke dalam klien, sifat nyeri, karakter nyeri. Region:
beberapa golongan berdasarkan tempat lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan
dan sifat nyeri. Berdasarkan tempatnya, tepat oleh pasien. Severity (scale of pain):
nyeri terdiri atas: pheriperal pain (nyeri seberapa berat nyeri yang dirasakan
yang tersa pada permukaan tubuh klien dan seberapa mengganggu nyeri
40 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni
2016
yang dirasakan klien, dan klien dapat 2. Verbal Rating Scale (VRS)
menjelaskan nyeri yang dirasakan FRS adalah skala ordinal yang
menggunakan skala nyeri. Time: kapan biasanya digambarkan menggunakan 4-6
dan berapa lama nyeri berlangsung kata sifat untuk menggambarkan
peningkatan intensitas nyeri. Pasien
Intensitas Nyeri
diminta untuk memilih kata yang
Intensitas nyeri adalah gambaran menggambarkan tingkat nyeri yang
tentang seberapa parah nyeri dirasakan dirasakan. Metode ini mudah dipahimi oleh
individu. Individu merupakan penilai pasien dengan gangguan non kognitif
terbaik dari nyeri yang dialaminya namun tidak memiliki akurasi dan
sensivitas.
dan karenanya harus diminta untuk
menggambarkan dan membuat
tingkatannya. Penggunaan skala
intensitas nyeri adalah metode yang
mudah dan reliabel dalam menentukan
intensitas nyeri. Sebagian skala
Gambar 4 Verbal Rating Scale (VRS) (Smeltzer, 2001:218)
menggunakan kisaran 0-10 dengan 0
3. Numeric Rating Scale (NRS)
menandakan “tanpa nyeri” dan angka
tertinggi menandakan “kemungkinan NRS digunakan untuk menilai
nyeri terburuk” untuk individu tersebut intensitas dan memberi kebebasan
(Smeltzer, 2001:217). penuh klien untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri (Potter & Perry 2005).
1. Face Pain Scale (FPS)
Krebs, Carey, & Weinberger (2007)
FPS dimaksuskan untuk mengukur
mengkategorikan skor NRS 1-3 (nyeri
bagaimana tingkat nyeri pasien yang
ringan), 4-6 (nyeri sedang), dan 7-10
mereka rasakan. Setiap tampilan ekspresi
(nyeri berat).
wajah menunjukkan hubungan dengan
nyeri yang dirasakan. Versi terbaru dari
FPS menampilkan gambar 6 wajah bergaris
disajikan dalam orientasi horizontal. Pasien
diinstruksikan untuk menunjuk ke wajah
yang paling mencirikan intensitas nyeri
yang mereka rasakan.
Gambar 5 Numeric Rating Scale
(NRS) (Krebs, et al. 2007)
4. Visual Analog Scale (VAS)
pada garis yang menunjukkan letak nyeri Smeltzer (2001) bahwa penatalaksanaan
terjadi di sepanjang rentang tersebut. Ujung nyeri yang efektif juga dengan
kiri biasanya menandakan “tidak ada” mengombinasian antara penatalaksaan
atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan farmakologis dan nonfarmakologis
menandakan “berat” atau “nyeri yang yang mana pendekatan ini diseleksi
paling buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penggaris diletakkan sepanjang garis dan
pasien secara individu keberhasilan
jarak yang dibuat pasien pada garis dari
terbesar sering dicapai jika intervensi
“tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam
tersebut dilakukan secara simultan.
sentimeter (Smeltzer, 2001:218).
Manajemen nyeri non farmakologi
merupakan upaya-upaya yang
dilakukan untuk mengatasi atau
menghilangkan nyeri dengan
Gambar 6 Visual Analog Scale (VAS) (Smeltzer, 2001:218)
pendekatan non farmakologi (Smeltzer,
Efek Nyeri 2001:223). Tindakan non farmakologis
dapat digunakan sebagai pelengkap
Nyeri yang tidak diatasi secara
dalam pemberian analgesik, tetapi
adekuat mempunyai efek yang memba-
tindakan non farmakologis tidak
hayakan diluar ketidaknyamanan yang
ditujukan sebagai pengganti analgesik
disebabkannya. Selain merasakan keti-
(Urden, 2009:145).
daknyamanan dan mengganggu, nyeri
akut yang tidak reda dapat mempen- Terdapat beberapa jenis tindakan
garuhi sistem pulmonary, kardiovaskul- non farmakologis antara lain: teknik
er, gastrointestinal, endokrin dan immu- relaksasi, distraksi masase, terapi es
nologic. Nyeri kronis juga mempunyai dan panas, dan stimulasi saraf elektris
efek yang merugikan, supresi fungsi transkutan.
imun yang berkaitan dengan nyeri kro- Relaksasi.
nis dapat meningkatkan pertumbuhan
tumor, juga dapat menyebabkan de- Relaksasi adalah metode pengenda-
presi dan ketidakmampuan (Smeltzer, lian nyeri non farmakologik yang paling
2001:214). sering digunakan di Inggris. Metode ini
menggunakan pendidikan dan latihan per-
nafasan dengan prinsip dapat mengurangi
PEMAHAMAN MANAJEMEN nyeri dengan cara mengurangi sensasi nyeri
NYERI NON FARMAKOLOGI dan mengontrol intensitas reaksi terhadap
nyeri, relaksasi dapat dilakukan dengan
Manajemen nyeri yang efektif cara ciptakan lingkungan yang tenang,
tidak hanya memberikan obat yang tentukan posisi yang nyaman, konsentrasi
tepat pada waktu yang tepat, seperti pada suatu obyek atau bayangan visual,
dan melepas- kan ketegangan, (Smeltzer,
yang dikatakan
2001: 232).
42 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni
2016