Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH MANAJEMEN DAN PERALATAN KONSTRUKSI

RESUME
CHAPTER 5: COMPACTION AND STABILIZATION EQUIPMENT

Oleh:
RICHIE GHIFARI 1906307656

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PARALEL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
FEBRUARI 2022
Compaction of Soil and Rock
Pemadatan adalah usaha secara mekanik untuk merapatkan butir-butir tanah. Terdapat
beberapa tujuan pemadatan tanah seperti meningkatkan kekuatan tanah, mengurangi permeabilitas
tanah, menaikan kuat geser tanah, dan mengurangi kompresibilitas tanah. Selain itu, peralatan
pemadatan harus dicocokan dengan jenis tanah yang akan dikerjakan.
Types of Compacting Equipment
Pada dasarnya dengan memberikan energi ke tanah dengan satu atau lebih metode, maka akan
menyebabkan pemadatan tanah tersebut. Beberapa caranya ialah pukulan tajam berdampak (impact),
berat tekanan statis (pressure), getaran-getaran (vibration), dan menguleni-maniulasi atau menata
ulang (kneeding). Metode pemadatan yang tepat berdasarkan busur jenis tanah yang diidentirfikasi
terdapat pada tabel di bawah ini.

Selain itu, terdapat pula tabel guna merangkum metode utama pemadatan untuk berbagai jenis
pemadat. Sebagai contoh bahwa tujuan utamanya adalah untuk membangun tanggul berkualitas dalam
waktu singkat dengan biaya paling rendah. Itu berarti peralatan pemadatan harus disesuaikan dengan
materialnya. Oleh karena itu, pekerjaan harus selalu diperiksa dengan cermat dan sampel diambil dari
bahan galian atau pinjaman. Peralatan penggalian dan pemadatan yang tepat tidak dapat dipilih sampai
tanah diidentifikasi. Contoh dari kasus tersebut adalah pada tabel di bawah ini.
Selanjutnya terdapat tabel untuk perkiraan pekerjaan pemadatan dari jenis materialnya.

Terdapat jenis-jenis alat pemadatan sesuai dengan metode dari tabel yang telah disebutkan
sebelumnya. Alat untuk pemadatan tersebut dijelaskan pada bagian di bawah ini.
• Sheep Foot Roller
Sheep Foot Roller cocok untuk memadatkan semua
material berbutir halus, tetapi umumnya tidak cocok untuk
digunakan pada material granular tanpa kohesi. Rol ini
memiliki roda baja yang dilengkapi dengan bantalan silinder
(atau kaki), biasanya panjangnya kurang dari 10 inci. Sheep
Foot Roller hanya dapat bekerja pada kecepatan dari 4
hingga 6 mph. Biasanya 6 hingga 10 lintasan akan
dibutuhkan untuk memadatkan tanah liat berukuran 8 inci.
• Tamping Roller
Alat Pemadat ini berfungsi memadatkan tanah
lempung atau campuran pasir dan lempung. Dalam
pengoperasiannya, tamping roller dapat bergerak sendiri
maupun ditarik oleh alat lain. Metode pemadatan yang
digunakan oleh alat ini adalah kneading action atau
peremasan. Tamping roller baik digunakan untuk jenis tanah
lempung berpasir dengan kedalaman efektif pemadatan
sekitar 15 sampai 25 cm. Dalam pengoperasiannya, setiap
pemadatan dilakukan secara overlap kurang lebih 30 cm.
• Vibrating Compactors
Getaran menciptakan gaya tumbukan, dan gaya ini
menghasilkan lebih banyak energi pemadatan daripada
beban statis yang setara. Jenis tanah tertentu seperti pasir,
kerikil, dan batuan yang relatif besar bereaksi cukup baik
terhadap pemadatan yang dihasilkan oleh kombinasi
tekanan dan getaran. Kecepatan kerja penting karena
menentukan berapa lama bagian tertentu dari timbunan
dipadatkan. Kecepatan kerja 2 hingga 4 mph memberikan
hasil terbaik saat menggunakan vibratory compactor.
• Smooth-Drum Vibratory
Pemadat drum halus, baik model drum tunggal atau
ganda, menghasilkan tiga gaya pemadatan, yaitu; tekanan,
benturan, getaran rol. Seperti pada Gambar paling efektif pada
material granular, dengan ukuran partikel mulai dari batu besar
hingga pasir halus. Mereka dapat digunakan pada tanah semi
kohesif dengan hingga sekitar 10% dari bahan yang memiliki PI
5 atau lebih besar.
• Padded-Drum Vibratory
Rol ini efektif pada tanah dengan hingga 50%
material yang memiliki PI 5 atau lebih besar. Ketebalan gaya
angkat khas untuk unit drum empuk pada tanah kohesif
adalah 12 hingga 18 inci. Unit ini terkadang dilengkapi
dengan pisau perata.
Tersedia rol getar kecil yang berjalan di
belakang/atau dikendalikan dari jarak jauh yang memiliki
lebar dalam kisaran 24 hingga 38 inci. Unit-unit ini
dirancang khusus untuk pekerjaan parit· atau untuk bekerja
di area terbatas. Drum roller melampaui sisi bodi roller,
sehingga pemadatan dapat dilakukan berdekatan dengan
dinding parit.
• Pneumatic-Tired Rollers
Alat ini biasa juga disebut dengan Universal Compactor,
roda-roda penggilasnya terdiri dari ban karet yang dipompa
(pneumatic). Penggilas dengan ban ini memiliki ciri khusus
dengan adanya kneading effect, dimana air dan udara dapat
ditekan keluar (pada tepi-tepi ban) yang segera akan menguap
pada keadaan udara yang kering. Penggunaan alat ini umumnya
untuk mendapatkan permukaan yang halus. Alat berat ini
digunakan pada penggilasan bahan yang ber granular, baik
digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas
antara”
• Compaction Wheels
Dalam menghindari bahaya pekerja laki-laki bekerja di
penggalian dengan dimensi terbatas, roda pemadatan yang dipasang
pada boom excavator sering digunakan untuk mencapai pemadatan
saat mengisi parit utilitas. Kaki pada roda ini dapat berbentuk seperti
kaki domba atau tamping. Roda dirancang untuk memadatkan semua
jenis tanah. Perubahan dari bucket excavator ke roda pemadatan
dapat dilakukan dengan cepat.
• Manually Operated Vibratory-Plate Compactors
Pada Gambar mengilustrasikan pemadat pelat getar gerak sendiri, yang
digunakan untuk memadatkan tanah berbutir, agregat pecah, dan beton aspal
Di lokasi di mana pemadat besar tidak dapat beroperasi. Banyak dari
compactor ini dapat dioperasikan baik secara manual sebagai unit berjalan di
belakang atau dengan remote control.
• Manually Operated Rammer Compacters
Alat ini digunakan untuk memadatkan tanah kohesif atau
tanah campuran di area terbatas. Unit-unit ini memiliki rentang
tumbukan dari 300 hingga 900 kaki-pon (ft-lb) per detik pada
tingkat tumbukan hingga 850 per menit, tergantung pada model
spesifik. Pemadat kecil seperti pelat getar yang didorong sendiri
atau dorongan yang kuat akan memberikan pemadatan yang
memadai jika; ketebalan angkat minimal (biasanya 3 hingga 4 inci), kadar air dikontrol dengan
hati-hati, serta cakupan cukup.
Roller Production Estimating
Pada proses pemadatan, peralatan pemadatan pada proyek harus memiliki kemampuan
produksi yang sesuai dengan peralatan penggalian, ataupun pengangkutan, dan penyebatan. Umumnya,
kemampuan ini menentukan produksi maksimum untuk pekerjaan. Dengan perhitungan ccy/hour pada
formula berikut ini.
𝑐𝑐𝑦 16,3 ∙ 𝑊 ∙ 𝑆 ∙ 𝐿 ∙ 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦
compacted cubic yard per hour ( ⁄ℎ𝑜𝑢𝑟 ) =
𝑛
dengan penjelasan:
W : lebar yang dipadatkan per lintasan roller (feet)
S : kecepatan rata-rata roller (mile/hour)
L : ketebalan pengangkatan yand dipadatkan (inci)
n : jumlah lintasan roller

Dynamic Compaction
Merupakan teknik pemadatan yang berulang kali dengna menjatuhkan beban berat ke
permukaan tanah. Proses ini biasanya juga disebut sebagai heavi tamping, impact densification,
dynamic consolidation, pounding, dan dynamic precompression. Secara singkat, pemadatan dinamis
memiliki tujuan yang sama yaitu memadatkan tanah, tetapi memiliki beberapa perbedaan dari segi
metode ataupun biaya yang dikeluarkan.
Soil Stabilization
Stabilitas tanah dilakukan untuk mengatasi perubahan volume tanah akibat berbagai faktor,
serta untuk meningkatkan kekuatan alami tanah. Stabilitas dapar diterapkan di tempat pada tanah
dalam posisi alaminya, ataupun pencampuran dapat dilakukan pada timbunan. Selain itu, stabilitas
dapat diterapkan di pabrik dan kemudian bahan campuran diangkut ke lokasi kerja untuk penempatan
dan pemadatan. Stabilitas tanah terbagi menjadi dua macam, yaitu:
• Stabilitasi mekanis, cara ini dilakukan dengan mencampur dua atau lebih macam tanah
dengan gradasi berbeda sehingga materialnya menjadi lebih baik, kuat dan memenuhi
syarat. Selain itu, dapat dilakukan dengan membongkar tanah di lokasi, kemudia
menggantinya dengan material yang lebih memenuhi syarat.
• Stabilisasi kimiawi, cara ini dilakukan dengan menambahkan stabilizing agents pada
tanah dasar yang akan ditingkatkan mutunya. Tambahan tersebut antara lain portland
cement, lime, bitumen, fly ash, dan lain-lain.
Alat yang biasa digunakan adalah Rotary Stabilizer yang merupakan peralatan ideal untuk
digunakan pada pencampuran dan aerasi tanah. Stabilizer terdiri dari bilah anakan berpuran yang
dipasang di belakang dan dapat dilepas serta ditutupi oleh kap yang bisa dilepas pula. Penggunaan
stabilizar terbatas pada material yang berdiameter kurang dari 4 inci. Serta bilah anakan dirancang
untuk menembus hingga 10 inci di bawah pemukaan tanah.

Rotary Stabilizer
Stabilizin Soils with Lime
Umumnya disebut sebagai stabilisasi tanah menggunakan kabur. Tanah merupakan ekspansi
dan penyusutan dan menghasilkan perubahan pada kadar air tanah. Stabilisasi pada tanah akan
mengurangi perubahan volume tanah serta meningkat kekuatan tanah. Terdapat dua metode stabilisasi
tanah yang sering digunakan, yaitu; mencampurkan kapur serta fly ash pada tanah dan mencampurkan
semen portland dengan atau tanpa fly ash. Dalam pemilihan dan penggunannya, kapur relatif lebih
mahal dan fly ash relatif lebih murah. Kapur mudah bereaksi dengan tanah lempung (fine-grained clay)
dengan nilai PI 10-50. Tanah lempung yang tidak dipadatkan akan menjadi lunak terutama jika terkena
air. Disini peran kapur Ca(OH)2 akan dengan cepat menyebabkan pertukaran kation dan
flokulasi/aglomerasi, asalkan tercampur dengan tanah.
Pada saat tanah dicampuri kapur akan terjadi reaksi pozzolan, kapur secara kimiawi bergabung
dengan konstituen silika dan alumina di dalam tanah yang akan mengikat tanah bersama-sama. Proses
pengikatan kapur dengan tanah lempung berlangsung lama, tetapi memberikan kebebasan manipulasi
pada tanah setelahnya. Terdapat prosedr konstruksi dalam melakukan stabilisasi menggunakan kapur,
yakni:
• Subgrade (Subbase) Stabilization; termasuk pemadatan tanah (fine-grained soils) pada
subbase tanah
• Base Stabilization; termasuk material plastik (clay-gravel) yang mengandung 50%
material kasar tertahan pada saringan No.40
• Lime Modification; termasuk meningkatkan (fine-grained soils) dengan sedikit kapur
sebesar 3% dari berat tanah.
Terdapat pula langkah-langkah yang dilakukan dalam pemadatan tanah guna mendapatkan
stabilisasi dengan menggunakan kapur. Langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penghancuran Tanah (Scarification and Pulverization), biasanya dilakukan dengan Rotary
Stabilizer
2. Penyebaran Kapur (Lime Spreading), tidak boleh dilakukan dalam kondisi berangin, kapur
disebar menggunakan Standard Water Distribution Trucks
3. Pencampuran Awal (Preliminary Mixing and Adding Water), pada saat rotary mixing antara
tanah dengan kapur, kadar air harus melebihi 5% batas optimum, sehingga dibutuhkan
penambahan air
4. Perawatan Awal (Preliminary Curing), campuran kapur-tanah akan bereaksi selama 24-48 jam
untuk memecah tanah lempung.
5. Pencampuran Tanah Akhir (Final Mixing and Pulverization), tanah harus dicampur/diaduk
hingga gumpalan tanah dapat melewati satingan No.4
6. Pemadatan (Compaction), campuran tanah akan dipadatkan sesuai spesifikasi
7. Perawatan Akhir (Final Curing), tanah yang telah dipadatkan akan terus dirawat hingga 3-7
hari sebelum menempatkan lapisan tanah berikutnya. Curing dapat dilakukan dengan
memberikan air ke lapisan tanah untuk menjaga tanah tetap lembab dan mempertahankan kadar
airnya.
Cement-Soil Stabilization
Stabilisasi tanah menggunakan semen. semen sendiri merupakan bahan anorganik halus yang
memiliki sifat mengikat kuat secara hidrolik bila dicampur dengan air untuk menghasilkan produk
yang stabil dan tahan lama. Ketika semen dicampur dengan tanah, reaksi utama yang terjadi adalah
reaksi semen dengan air dalam tanah yang mengarah pada pembentukan material yang bersifat semen
(cementitious material). Reaksi yang terjadi tidak tergantung dari sifat tanah dan untuk alasan tersebut
maka semen dapat digunakan untuk menstabilkan berbagai jenis tanah, kecuali untuk tanah organik
atau mengandung sulfat.
Menstabilkan tanah dengan semen portland adalah metode penguatan yang efektif, kandidat
untuk jenis stabilisasi ini adalah tanah dengan PI kurang dari 10. Jumlah semen yang dicampur dengan
tanah biasanya 3 sampai 7% dari berat kering tanah. Persentasi penggantian atas dasar bobot yang
sama atau rasio penggantian fly ash/semen portland 1,25 banding 1. Perlu adanya beberapa hal yang
diperhatikan dalam menerapkan metode ini, yaitu:
• Lokasi Proyek, saat memperkirakan semen tanah, konfigurasi area yang akan dirawat harus
diperhatikan. Ada banyak aspek dari proses yang dapat dipengaruhi oleh konfigurasi.
• Skarifikasi, melonggarkan tanah atau scarifying dapat membantu mengidentifikasi area
masalah. Scarifikasi juga dapat mengungkapkan area lunak, hasil atau basah dan bahan
organik yang tersembunyi.
• Penyeberan, selama operasi penyebaran, aplikasi massal (tingkat penyebaran) diperiksa
dan penyesuaian yang diperlukan dibuat. Pola penyebaran semen ditentukan oleh
konfigurasi lokasi.
Di luar ketiga hal tersebut terdapat langkah-langkah yang berbeda dari pencampuran tanah
menggunakan kapur dengan pencampuran tanah dengan semen portland.
• Pencampuran
Campuran tanah dan semen harus diperiksa untuk memastikan keseragaman campuran.
Prosedur pencampuran tanah-semen dilakukan secara down cut dengan menggunakan
tine-type mixing teeth (stabilisasi).
• Pemadatan
Pemadatan awal dilakukan dengan vibratory-pad foot roller segera mengikuti operasi
pencampuran. Kedalaman campuran, jenis tanah, dan kepadatan yang dibutuhkan adalah
faktor yang mengontrol jumlah lintasan roller yang dibutuhkan. Pemadat harus
mengimbangi operasi pencampuran.
• Curing
Ada beberapa metode yang dapat diterima untuk proses curing semen tanah. Beberapa
proyek akan menentukan penggunaan pengawetan aspal cair. Metode tersebut memiliki
kemungkinan dampak lingkungan dan material dapat dilacak ke jalan raya yang berdekatan,
yang memerlukan operasi pembersihan. Di banyak daerah, efek limpasan menjadi
perhatian besar, terutama untuk proyek-proyek yang terletak di dekat saluran air. Selama
operasi curing, area yang dirawat harus dijaga agar tidak membeku selama 7 hari.
Referensi:
Peurifoy, R. L., Schexnayder, C. J., AviadShapira, Schmitt, R.L., “Construction Planning,
Equipment and Methods, 9th Edition”. New York, McGraw-Hill, 201.

Anda mungkin juga menyukai