BAB I
PENDAHULUAN
Tak lama saat agresi militer I tahun 1947, pabrik kembali diambil alih
oleh Belanda pada April 1948 dan mulai berproduksi lagi sampai tahun 1958.
Pabrik berganti nama menjadi NV Padang Portland Cement Maatschappicj
(NVPPCM). Pada 5 Juli 1958, Badan Penyelenggara Perusahaan-Perusahaan
Industri dan Tambang (BAPPIT) menasionalisasikan semua perusahaan-
perusahaan Belanda termasuk Semen Padang. Tanggal tersebut dijadikan
tanggal bersejarah sebagai nasionalisasi PT. Semen Padang dimana
dinasionalisasi sebanyak 48 industri mesin dan listrik, 21 industri kimia, 21
industri grafik, dan 89 industri lainnya.Pada tahun 1961, Perusahaan mengalami
proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas
pabrik Indarung I menjadi sebesar 330.000 ton/tahun.
Mata kerbau kelihatan old (tua), gonjong dominan dan telinga terihat off
position. Pada logo baru disempurnakan menjadi, tanduk kerbau menjadi besar,
dan kokoh/melindungi, mata kelihatan tajam/tegas, gonjong menjadi sederhana
(crown), dan telinga pada posisi on (selalu mendengar). Logo baru ini memiliki
kriteria dan karakter yang kokoh (identitas semen), universal (tidak kedaerahan),
lebih simpel (mudah diingat), dan lebih konsisten (applicable dalam ukuran
terkecil). Gambar 1.2 merupakan gambar perubahan logo-logo PT Semen Padang.
Gambar 1.2 Perubahan Logo PT Semen Padang.
Dalam penentuan letak pabrik beserta unit peralatannya, PT. Semen Padang telah
memenuhi faktor-faktor berikut, yaitu:
a.Faktor primer yaitu faktor yang langsung mempengaruhi tujuan utama pabrik
seperti :
Pengangkutan
Tenaga kerja
5
Lingkungan
b.Faktor sekunder antara lain :
Pembangunan pabrik
pekerja Belanda, tunnel bawah tanah, penjara, dan bangunan lainnya. Pabrik
Indarung I saat ini lebih banyak digunakan sebagai spot foto untuk para pecinta
photografi.
Pabrik Indarung V adalah pabrik semen dengan sistem dan teknologi yang
terbaru, yaitu mempunyai sistem proses kering yang memiliki kiln dilengkapi
dengan suspension preheater dan precalciner (Separate Line Calsiner dan In Line
Calsiner) dengan kapasitas 7800 ton/hari.
Pada hari Senin, 26 Mei 2014 diadakan peletakan batu pertama (ground
breaking) pabrik Indarung VI PT Semen Padang oleh Menteri BUMN Dahlan
Iskan. Pabrik ini pada tahun 2016. Pabrik ini memproduksi kurang lebih 3 juta
ton/tahun yang mulai beroperasi pada tahun 2016. Teknologi canggih yang
digunakan diantaranya adalah penerapan dedusting system, yang merupakan
mekanisme untuk menangkap debu hasil produksi. Pabrik baru menggunakan Bag
7
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor yang penting dalam
keberhasilan dan kelangsungan pabrik karena dapat menaikkan daya guna dan
akan menghemat biaya produksi suatu pabrik. PT Semen Padang terletak di
Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatra Barat.
Departemen Keuangan
Departemen Sumber Daya Manusia dan Umum
a) Internal Audit
e) Departemen Pemeliharaan
a) Departemen Keuangan
Pada tahun 2018 jumlah tenaga kerja PT Semen Padang Sumatra Barat
mencapai 3750 orang. Karyawan terbagi atas 2 bagian, yaitu karyawan shift dan
karyawan non- shift. Karyawan non-shift memiliki 5 hari kerja dengan waktu
kerja dari jam 08.00 – 17.00 dan untuk karyawan shift Jadwal jam kerjanya,
yaitu shift I dari jam 07.00 – 15:00, shift II dari jam 15.00 – 23.00 dan shift III
dari jam 23.00 – 07.00.
4. PT Andalas Yasiga Perkasa, bergerak dalam bidang suplai tanah liat untuk
kebutuhan bahan mentah PT Semen Padang.
5. PT Bima Sepaja Abadi, merupakan perusahaan patungan dengan pihak
swasta, dengan kegiatan packing plant dan pendistribusian semen.
6. PT Sepatim Batamtama, merupakan perusahaan patungan untuk
pendistribusian semen di Batam-Riau.
7. PT Utara Perkasa Semen, merupakan perusahaan patungan untuk
pendistribusian di Sumatra Utara.
11
Batu silika merupakan sumber utama dari senyawa silika dengan rumus molekul
SiO2 yang terdapat bersama oksida logam lainnya. Pada umumnya batu silika
sekitar 10% dari total kebutuhan dasar semen yang diperlukan dalam pembuatan
semen dengan kadar SiO2 minimal 60% dalam batu silika. Pasir silika berguna
untuk meningkatkan kekuatan pada semen karena pembentukan dikalsium silikat
(C2S) dan trikalsium silikat (C3S). Pada umumnya batu silika mengandung
oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna batu
silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau cokelat,
79
disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Batu
silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%. Batu
Silika yang digunakan di PT. Semen Padang merupakan hasil dari penambangan
yang dilakukan di Bukit Ngalau dan Bukit Karang Putih.
Komposisi Al2O3 dalam tanah liat yang digunakan minimal 25%. Adapun
tugas dari tanah liat memasok alumina dan silika pada saat pembakaran di dalam
kiln dan menyeimbangkan kandungan CaCO3 yang terlalu tinggi pada limestone.
82
Gambar 2.4 Tanah Liat (Clay)
Selain itu, tanah liat juga berfungsi untuk mengurangi kadar vibrasi pada Vertikal
Raw Mill.Pada awalnya penambangan tanah liat dilakukan di bukit Ngalau,
namun karena jumlahnya semakin sedikit maka tanah liat dibeli dari pihak ketiga
yaitu PT Igasar dan PT Yasiga Andalas di Gunung Sarik .
a. Gypsum
Bahan aditif yang digunakan dalam proses pembuatan semen adalah
gypsum dengan rumus CaSO4.nH2O. Gypsum berfungsi sebagai retarder atau
83
memperlambat terjadinya proses pengerasan pada semen. Adapun karakteristik
dari gypsum adalah lembab dan tahan terhadap api. Gypsum yang digunakan
dalam pabrik Indarung IV dibagi menjadi 2 macam yaitu gypsum alam dan
gypsum sintetis. Gypsum alam diimpor dari Thailand dan Australia, sedangkan
untuk gypsum sintetis berasal dari PT. Petrokimia, Gresik.
b. Pozzolan
84
Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silica dan Alumina
dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, akan
tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka senyawa-
senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan Kalsium hidroksida
(senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk
senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen. Pozzolan
Indarung 4 didapatkan dari Lubuk Alung.
Kelas N : Pozzolan alam atau hasil pembakaran, pozzolan alam yang dapat
digolongkan didalam jenis ini seperti tanah diatomoic, opaline cherts dan
shales, tuff dan abu vulkanik atau pumicite, dimana bisa diproses melalui
pembakaran atau tidak. Selain itu juga berbagai material hasil pembakaran
yang mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Kelas C : Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilakan
dari pembakaran lignit atau sub-bitumen batubara.
Kelas F : Fly ash yang mngandung CaO kurang dari 10% yang dihasilakan
dari pembakaran lignit atau sub-bitumen batubara.
85
Tabel 2.11 Sifat Fisika Pozzolan
Parameter Sifat Fisika
Fasa Padat
Warna Putih keabu-abuan
Ukuran Material Max 3 inch
Bulk Density 1681,7 g/l (kasar), 1347 g/l
(gembur)
( Sumber : Laboratorium Proses Indarung IV,2022)
Tabel 2.12 Komposisi Kimia Pozzolan
Parameter Komposisi
CaO 0,37
SiO2 71,62
Al2O3 17,29
Fe2O3 1,46
MgO 0,59
H2O 16,95
(Sumber : Laboratorium Jaminan Kualitas, 2022)
2. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO 2 dan dalam
jumlah yang cukup banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang
menggumpal kualitasnya akan menurun karena bertambahnya Loss On Ignition
(LOI) dan menurunnya spesific gravity sehingga kekuatan semen menurun, waktu
pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya false set. Loss On
Ignition (hilang pijar) dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mineral
yang terurai pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada
batu setelah beberapa tahun kemudian.
3. Panas Hidrasi
4. Penyusutan
5. Kuat Tekan
Kuat tekan adalah kemampuan material menahan suatu beban. Kuat tekan
dipengaruhi oleh kandungan senyawa C3S, C2S, C3A, C4AF dalam semen, kadar
SO2, dan tingkat kehalusan semen. C3S berpengaruh terhadap kekuatan awal.C2S
berpengaruh terhadap kuat tekan dalam jangka panjang, C3A berpengaruh
terhadap kuat tekan hingga umur 28 hari, dan C4AF tidak berpengaruh pada kuat
tekan namun memberikan pengaruh terhadap pembentukan liquid phase di dalam
proses pembakaran di kiln.
Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian
ditekan sampai hancur. Contoh semen yang diuji dicampur dengan pasir silika
dengan perbandingan tertentu, kemudian dibentuk menjadi kubus-kubus
berukuran (5x5x5) cm. Setelah mengalami perawatan dengan perendaman benda
tersebut diuji kekuatan tekannya pada hari ke 3, 7, dan 28
6. Hidrasi Semen
Syarat ini hanya untuk semen dengan jenis HSRC (high sulfate resistance
cement).Daya tahan beton umumnya rendah terhadap asam, sehingga mudah
terdekomposisi oleh asam kuat.Asam dapat merubah senyawa semen yang tidak
larut dalam air menjadi senyawa yang larut dalam air. pH yang dapat merusak
yaitu dibawah 6, namun keasaman air akibat pelarutan CO2, pH di atas 6,5 juga
dapat merusak, karena CO2 bereaksi dengan Ca(OH)2 dalam semen membentuk
CaCO3 yang bereaksi kembali dengan CO2 membentuk Ca(HCO)3 yang
larut dalam air,Reaksi yang terjadi yaitu :
8. False Set
False set yaitu gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan
semen, mortar, beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala
tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. False set terjadi karena pada
operasi penggilingan klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu operasi yang
terlalu tinggi sehingga terjadi dehidrasi dari CaSO4.2H2O menjadi
CaSO4.1,5H2O.CaSO4.0,5H2O. Inilah yang menyebabkan terjadinyafalse set.
9. Soundness
90
Selama proses hidrasi, akan terjadi ekspansi abnormal yang menyebabkan
keretakan beton. Ekspansi terjadi apabila kadar free lime, MgO, Na 2O, dan K2O
terlalu tinggi atau gypsum yang terlalu banyak.
10. Konsistensi
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau
naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut
lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir
semen yang lewat ayakan No. 200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur
kehalusan semen digunakan turbidimeter dari Wagner atau air permeability dari
blaine .
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
91
kemampuan untuk mempertahankan volume setalah pengikatan terjadi.
Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas
yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam
campuran tersebut. Kapur bebas itu mengikat air dan kemudian menimbulkan
gaya-gaya ekspansi. Alat uji untuk menentukan nilai kekalan semen portland
adalah Autoclave Expansion of Portland Cement cara ASTM C-151 atau cara
Inggris, BS, Expansion by Le Chatellier.
3. Modulus Semen
Nilai ALM berkisar 1,5-2,5. Jika nilai ALM terlalu tinggi, maka nilai SIM
akan turun sehingga menurunkan setting time semen, namun jika nilai ALM
terlalu rendah akan menyebabkan viskositas fasa cair rendah, semen yang
dihasilkan tahan sulfat, namun kuat tekan awalnya rendah dan mudah dibakar .
ALM dihitung dengan menggunakan rumus:
Senyawa SO3 berasal dari gypsum dan bahan bakar pada pembentukan
klinker. Kadar SiO3 klinker sebaiknya 0,6%, jika lebih maka klinker akan susah
digiling. Fungsi senyawa SO3 adalah menghambat hidrasi mineral C3A dan
pengatur setting time semen. Apabila penambahan gypsum optimal, maka
senyawa SiO2 dapat membantu hidrasi C3S yang bermanfaat untuk menambah
kekuatan semen, mengurangi drying shrinkage dan meningkatkan kelenturan
(soundness) semen.
7. Magnesium Oksida
Senyawa MgO dalam semen berasal dari batu kapur setelah terjadinya
proses pembakaran klinker, senyawa MgO terdapat dalam bentuk glassy state.
Jika kadar MgO kurang dari 2% maka MgO akan berikatan dengan senyawa
klinker. Jika kadarnya lebih dari 2% maka akan membentuk MgO bebas
(periscale) yang akan berikatan dengan air membentuk Mg(OH)2 yang
mengakibatkan keretakan pada beton.
Freelime merupakan senyawa kapur yang tidak ikut bereaksi dalam proses
pembuatan klinker. Kadar free lime yang baik adalah dibawah 1%. Jika berlebih
94
maka beton yang dihasilkan akan mudah retak dikarenakan pemuaian volume
yang besar selama reaksi hidrasi semen.
Na2O dibatasi kadarnya 0,6%. Jika berlebih maka jumlah gypsum yang
dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan kelebihan K2O menjadikan klinker
mudah digiling.
95
BAB IIl
URAIAN PROSES
Bahan baku utama batu kapur dan batu silika ditambang sendiri oleh PT
Semen Padang di Bukit Karang Putih dan Bukit Ngalau, sedangkan pasir besi
didatangkan dari Kalimantan dan tanah liat dari anak perusahaan PT Semen
Padang yaitu PT Igasar dan PT Yasiga Andalas yang ditambang di Gunung Sarik.
Gambar 3.0 Metode windrow Stacking dan Penarikan Buicket Chain Ecovator
pada clay
e. Pengadaan Gypsum
f. Pengadaan Pozzolan
99
Pozzolan yang digunakan didatangkan dari Lubuk Alung. Pozzolan
merupakan bahan yang mengandung silika dan alumina yang tidak memiliki
sifat mengikat seperti semen tetapi dalam bentuk yang halus dan adanya air maka
senyawa-senyawa tersebut dapat menjadi material padat yang tidak dapat larut
dalam air. Pozzolan disimpan di storage yang sama dengan bahan baku aditif
lainnya, yaitu gypsum dan limestone high grade.
Pada pabrik Indarung IV, terdapat 5 buah hopper yang digunakan untuk
batu kapur, batu silika, dan pasir besi. Dua hopper digunakan untuk batu kapur,
dua hopper digunakan untuk batu silika, dan satu hopper untuk pasir besi.
Pada bagian outlet setiap hopper, terdapat sebuah alat yang disebut
dosimat feeder. Alat ini berfungsi untuk menghitung jumlah atau tonase bahan
baku yang keluar dari hopper menuju belt conveyor. Prinsp kerja dari alat ini
adalah ketika lamela menerima beban dari material yang jatuh dari hopper,
kecepatan dari lamela akan ditambah sesuai dengan set point bahan baku yang
10
0
dibutuhkan. Terdapat load cell pada bagian atas alat yang terhubung dengan sling
lamela yang berfungsi untuk mengetahui jumlah material yang jatuh keatas lamela
per meternya. Berbeda dengan batu kapur, batu silika, dan pasir besi, jumlah
tonase tanah liat diatur dengan kecepatan dari deep bucket excavator menuju belt
conveyor. Pengaturan kecepatan pada lamela dan deep bucket excavator ini
dilakukan dari Central Control Panel (CCP) Indarung IV PT Semen Padang.
Pada pabrik Indarung IV terdapat dua buah mill untuk menggiling bahan
baku. Mill pertama bertipe horizontal mill sedangkan mill yang kedua bertipe
vertical mill. Maka dari itu material bahan baku yang dibawa menuju tube mill
memiliki belt conveyor yang berbeda dengan material yang menuju vertical mill.
Material dari hopper batu kapur (4R1L02), hopper batu silika (4R1L03)
hopper pasir besi (4R1L01) dan storage tanah liat (4RJ08) akan tergabung di belt
conveyor (4R1J03) kemudian akan dibawa menuju tube mill (4R1) sedangkan
Material dari hopper batu kapur (4R2L02), hopper batu silika (4R2L03) hopper
pasir besi (4R1L01) dan storage tanah liat (4RJ08) akan tergabung di belt
conveyor (4R2J03) kemudian akan dibawa menuju vertical mill (4R2).
Sebelum memasukki tube mill, material bahan baku akan melewati double
gate terlebih dahulu. Double gate berfungsi agar udara tidak masuk kedalam mill
atau sebagai air lock yang mana ada 2 buah piston yang bergerak secara
bergantian sebelum masuk ke tube mill. Sedangkan pada vertical mill, material
bahan baku akan melewati rotary air lock terlebih dahulu. Tujuan dari rotary air
lock sama seperti double gate yaitu untuk mencegah adanya udara masuk kedalam
mill akan tetapi memiliki cara kerja yang berbeda. Rotary air lock berbentuk
seperti roda yang berputar sehingga dapat membuka dan menutup secara otomatis
sebelum masuk Vertical Mill. Udara luar atau false air yang masuk ke dalam mill
dapat menggangu proses pengeringan material di dalam mill sehingga proses
pengeringan menjadi tidak optimal.
Pada drying chamber dipasang lifter yang berfungsi untuk mengangkat dan
menghamburkan material sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan
efektif sehingga luas permukaan material yang kontak dengan gas panas
bertambah besar. Sebagai pemisah antara drying chamber dengan kompartmen I
digunakan open diaphragm.
Gas panas yang masih terdapat material halus, akan tertarik ke atas oleh
karena fan , dan dipisahkan oleh tiga buah cyclone antara gas panas dan material
yang halus, material yang halus akan dibawa menggunakan air slide menuju
Controlled Flow (CF) Silo sedangkan gas panas akan tertarik fan menuju
Electrostatic Precipitator (EP) untuk dipisahkan antara material yang masih halus
dan gas panas. Gas panas yang berisi udara bersihkan keluar menuju chimney
dan material halus hasil pemisahan pada Electrostatic Precipitator (EP) akan
dibawa menggunakan screw conveyor menuju Controlled Flow (CF) Silo.
10
4
Material yang tidak tertarik fan pada diapghram akan jatuh melewati
peripheral outlet dan dibawa menggunakan air slide menuju elevator kemudian
akan dibagi menggunakan dividing gate untuk dibawa ke masing-masing Grate
Separator¸ satu buah Grate Separator untuk memisahkan material kasar yang
akan dibawa menuju inlet tube mill sedangkan material halus menuju Controlled
Flow (CF) Silo. Satu buah Grate Separator lagi untuk memisahkan material kasar
yang akan dibawa menuju chamber dua Tube Mill dan material halusnya akan
dibawa menuju Controlled Flow (CF) Silo menggunakan air slide.
Di dalam
vertikal mill terdapat
empat proses yang
terjadi, yaitu proses
1. Proses Pengeringan
2. Proses Penggilingan
3. Proses Transport
10
5
Proses transport terjadi ketika material yang telah digiling terbawa
bersama gas panas menuju classifier akibat adanya tarikan dari mill fan.
4. Proses Pemisahan
Prinsip kerja vertikal mill yaitu dengan menggunakan gaya tekan yang
diberikan ke roller tyre terhadap grinding table. Material yang masuk melalui
rotary air lock akan jatuh ke bagian tengah grinding table dan bergerak kearah
tepi grinding table akibat putaran dari grinding table. Saat material bergerak
melewati roller tyre karena perputaran grinding table, roller tyre akan ikut
berputar karena bergesekan dengan material. Material akan tergiling karena
adanya gaya tekan yang diberikan ke roller tyre.
Di dalam vertical mill selain proses penggilingan bahan baku, juga terjadi
proses pengeringan menggunakan gas panas yang berasal dari suspension
preheater. Gas panas masuk ke vertical mill melalui louvre ring yang dibuat
dengan sudut kemiringan 45o agar kecepatan aliran gas panas dapat dikurangi
sehingga proses pengeringan berlangsung secara optimal.
10
6
Material yang telah digiling akan terbawa oleh gas panas akibat adanya
tarikan dari mill fan S20 menuju ke classifier. Pada bagian classifier, material
kasar yang ikut terbawa bersama gas panas akan terpisah dari material halus
karena adanya perputaran pada rotor classifier. Material akan melalui stator
classifier, kemudian material yang kasar akan jatuh karena berbenturan dengan
bagian rotor classifier ke tengah grinding table dan digiling kembali bersama
fresh feed sedangkan material halus akan tertarik ke atas bersama gas panas.
Pemisahan yang terjadi di classifier berdasarkan ukuran dari material dengan
parameter yang digunakan yaitu sieving residu, kecepatan putaran classifier, dan
kecepatan hisapan fan.
Material halus hasil penggilingan (raw mix) akan tetap terbawa bersama
gas panas menuju cyclone yang berjumlah empat buah untuk tiap mill. Cyclone
berfungsi untuk memisahkan material halus yang ikut terbawa bersama gas panas.
Gas panas masuk pada sisi samping cyclone dengan kecepatan tertentu secara
tangensial dan membentuk aliran vortex. Dibagian dalam cyclone terdapat center
tube yang mengakibatkan adanya gaya sentrifugal sehingga material akan terjatuh
ke bagian bawah cyclone menuju air slide, sedangkan gas panas akan diteruskan
menuju Bag House Filter (BHF).
Bag house filter (BHF) merupakan alat pemisah debu yang terdiri dari
kantong-kantong (bag) sebagai media pemisah antara debu dengan udara. Debu
yang menempel pada bag dibersihkan secara berkala dengan mengalirkan udara
yang berasal dari jet cleaning system. Udara akan memasuki setiap bag pada arah
yang berlawanan dengan udara yang mengandung debu dan menekan setiap bag
sehingga merontokkan debu yang menempel pada dinding bag. Debu berupa raw
mix akan dibawa menggunakan drag chain conveyor dan screw conveyor menuju
Controlled Flow (CF) Silo sedangkan udara bersih hasil dari Bag House Filter
(BHF) akan keluar ke lingkungan melalui chimney.
Raw mix dari bin akan diteruskan menuju elevator kiln menggunakan
fluxo slide melalui dua jalur pengeluaran yang berbeda. Pada fluxo slide terdapat
bottom gate dan proportional valve yang berfungsi untuk mengatur jumlah atau
tonase dari raw mix yang keluar menuju ke elevator kiln. Dibagian akhir fluxo
side terdapat schenk feeder yang berfungsi untuk menimbang raw mix yang keluar
dari CF-Silo.
Prinsip kerja dari schenk feeder ini adalah ketika raw mix jatuh dari fluxo
side, raw mix akan memberikan beban pada plat dengan kemiringan tertentu
dibagian dalam schenk feeder. Ketika beban yang diberikan oleh raw mix terbaca,
proportional valve akan terbuka dengan sesuai dengan set point yang telah
ditentukan. Proportional valve ini dapat dibuka 0-100% sesuai dengan kebutuhan
raw mix. Raw mix keluaran dari schenk feeder di transportasikan menuju ke
elevator kiln menggunakan fluxo slide untuk diumpankan ke suspension preheater
string A dan string B.
10
2.2.3 Proses Pembentukan Klinker (Unit Kiln) 8
Tahap pembentukan klinker terjadi pada unit kiln yang bertujuan untuk
mengubah raw mix menjadi klinker. Pada unit kiln dibagi menjadi tiga tahap
proses yaitu proses pemanasan awal (preheater), proses pembakaran dan proses
pendinginan (cooler). Sebelum terjadi proses pembakaran raw mix, hal yang perlu
dipersiapkan adalah pengadaan bahan bakar yang berupa batubara.
Pada Coal Mill 4K2 dan 4K3, batubara akan dibawa dari stock pile
batubara, kemudian dibawa menuju empat mini hopper untuk Coal Mill 4K2 dan
tiga mini hopper untuk Coal Mill 4K3. Masing-masing raw coal dari mini hopper
10
9
akan masuk ke dalam crusher, sebagai tahap penggilingan awal sebelum raw coal
masuk ke masing-masing Hopper Coal Mill dan digiling di Coal Mill.
Pada Coal Mill 4K2, memiliki prinsip kerja yang sama seperti Vertical
Raw Mill. Pada Coal Mill 4K2 akan terjadi proses pengeringan penggilingan dan
batubara. Raw coal akan masuk ke dalam hopper dan dibawa menggunakan drag
chain conveyor. Drag chain conveyor ini juga berfungsi sebagai pengatur jumlah
raw coal yang masuk menuju Coal Mill Kemudian akan terjadi pengeringan
batubara yang dilakukan dengan gas panas dari suspension preheater (SP) yang
masuk ke dalam Coal Mill 4K2. Sedangkan pada proses penggilingan batubara,
raw coal akan jatuh ke grinding table yang berputar dan akan tergiling oleh
karena dua buah roller tyre. Material hasil penggilingan tersebut akan terangkat
menuju Cyclone oleh karena hisapan fan S05, fine coal dari Cyclone akan
dijatuhkan ke screw conveyor sedangkan gas panas akan disaring kembali di
Electrostatic Precipitator sebelum keluar melalui chimney, fine coal hasil
Electrostatic Precipitator dijatuhkan dan dibawa menggunakan screw conveyor
menuju Bin Calciner dan Bin Kiln.
Pada proses pengumpanan fine coal dari coal bin untuk proses
pembakaran, menggunakan sistem pneumatic moving dengan menggunakan alat
yang disebut coriolis. Coriolis ini berfungsi untuk mengatur jumlah fine coal
yang akan digunakan pada dua bagian pembakaran raw mix yaitu kiln dan
Calciner. Coriolis terbagi menjadi 3 komponen yaitu agitator, multicell dan
multicore. Pada bagian dalam coal bin terdapat sebuah agitator yang digunakan
untuk pencampuran dan menggemburkan fine coal di dalam bin dengan bantuan
aerasi. Tepat di bagian bawah bin fine coal, terdapat dua buah prehopper sebagai
tempat penyimpanan fine coal sebelum di distribusikan ke Kiln dan Calciner.
Setiap prehopper di lengkapi dengan agitator, multicell dan multicore.
Saat memproduksi klinker, agar dapat terjadi proses klinkerisasi, raw mix
harus dipanaskan hingga ± 1450oC. Proses kimia-fisika yang terjadi adalah
dehidrasi mineral tanah liat, dekomposisi senyawa karbonat (kalsinasi), liquid
phasa, dan kristalisasi.
Pada string A material akan jatuh menuju Cyclone A52 kemudian akan
terjadi proses pemisahan antara gas panas dan material. Material yang jatuh dari
bottom Cyclone A52 akan menuju Cyclone A54 sedangkan gas panas bersama
material yang tersisa akan tertarik menuju Cyclone A51 dan A61. Pada aliran
Cyclone A51 dan A61, material akan jatuh kebawah menuju Cyclone A53
11
4
sedangkan gas panas beserta material yang tersisa akan tertarik oleh fan ke atas
menuju Gas Conditioning Tower (GCT) 4J1.
Di Cyclone A54 material akan menuju Riser Duct, sedangkan gas panas Cyclone
A54 akan tertarik menuju Cyclone A53. Pada Cyclone A53 material akan
dipisahkan menggunakan dividing gate, 70% menuju B55 dan 30% lagi menuju
Inlet Kiln melalui Riser Duct sedangkan gas panas dari Cyclone A53 akan dibawa
menuju Cyclone A52.
H2O(l)→ H2O(g)
Pada temperature 500-700oC terjadi pelepasan air hidrat pada tanah liat
2. Proses Pembakaran
Pada duoflex burner ini, di bagian pusat burner terdapat saluran untuk
bahan bakar yang dikelilingi oleh dua saluran primary air. Saluran primary air
yang pertama digunakan untuk udara radial dan saluran yang satunya digunakan
untuk udara aksial. Dua aliran tersebut akan bercampur sebelum di
injeksikan menggunakan conical air nozzle. Udara yang keluar melalui conical
air nozzle akan membentuk swirl air yang disebabkan karena adanya baling-
baling yang terletak pada bagian hulu nozzle. Bentuk dari aliran udara yang keluar
akan mempengaruhi karakteristik dan bentuk flame.
Pada dinding kiln dilapisi dengan batu tahan api atau fire brick yang
berfungsi untuk melindungi shell kiln dari panas agar tidak mengalami perubahan
bentuk atau deformasi saat proses pembakaran. Di dalam kiln proses yang terjadi
terbagi menjadi beberapa zona, yaitu:
Pada zona transisi, FeO mulai mengikat campuran CaO dan Al2O3
membentuk campuran C2AF. Karena terus meningkatnya temperatur di dalam
kiln, maka CaO bergabung dengan CaO. Al2O3 dan C2AF membentuk C3A dan
C4AF. Pembentukan C3A dan C4AF terjadi pada temperatur 1100-
1250°C. Zona transisi ditandai dengan adanya pembentukan coating yang tidak
stabil karena pada zona transisi ini terjadi peralihan fasa pada sebagian material.
Bagian inlet daerah transisi disebut safety zone dan dilapisi oleh refractory dengan
jenis alumina rich brick dengan kandungan Al2O3 50-60% sedangkan bagian
yang berada didekat dengan sintering zone digunakan synthetic material atau
magnesia-chrome brick dengan kandungan MgO 69- 70%.
Zona sintering atau juga sering disebut dengan burning zone merupakan
zona tempat terjadinya proses klinkerisasi. Klinkerisasi merupakan proses
pengikatan antara oksida-oksida yang terkandung didalam material untuk
membentuk senyawa C3S, C2S, C3A, dan C4AF. Pada zona ini campuran
11
8
kalsium alumina ferrit (C4AF) yang terbentuk pada suhu 1100-1250oC berubah
fasa menjadi cair pada temperatur 1250-1450oC. Pada zona sintering, temperatur
operasi akan terus meningkat hingga mencapai 1450oC sehingga memperbesar
persentase fasa cair sekitar 20- 30%. Fasa cair sangat dibutuhkan karena reaksi
klinkerisasi lebih mudah berlangsung pada fase cair. Perubahan fase ini juga
berguna untuk pembentukan coating yang berfungsi sebagai isolator pada fire
brick. Oleh karena itu, zona sintering ini ditandai dengan adanya coating yang
merata menutupi fire brick.
Jumlah fase cair tersebut tergantung dengan komposisi kimia pada raw
mix design yaitu SIM (Silika Modulus), ALM (Alumina modulus), alkali dan
magnesium oksida (MgO). Nilai silika modulus mempengaruhi proses
pembakaran material. Jika nilai silika modulus terlalu tinggi maka material di
dalam kiln akan sulit terbakar sehingga akan membutuhkan temperatur
pembakaran yang lebih tinggi. Selain itu, dengan sulit terbakar nya material akan
mengkibatkan rendahnya fase cair sehingga kadar abu dan CaO bebas material
akan meningkat sedangkan kandungan magnesium oksida dan alkali pada material
akan akan meningkat sedangkan kandungan magnesium oksida dan alkali pada
material akan menyebabkan kenaikan viskositas cairan. Pada temperatur ini, sisa
unsur CaO akan mengikat dikalsium silikat (C2S) untuk membentuk campuran
kristal trikalsium silikat (C3S).
c. Proses Pendinginan
Pada proses pembuatan semen, klinker yang sudah di proses di rotary kiln
dengan temperatur ±1450oC akan diturunkan temperaturnya hingga klinker
bertemperatur 90-100oC di dalam cooler. Jenis cooler yang dipakai di Pabrik
Indarung IV PT Semen Padang yaitu grate cooler. Udara panas dari grate cooler
dapat dimanfaatkan kembali pada kiln sebagai secondary air dan pada suspension
preheater sebagai tertiary air.Prinsip kerja dari grate cooler dimulai dari klinker
panas yang masuk dari kilnke dalam grate. Pada bagian inlet grate cooler
terdapat bluster air pada dindingnya dan kemiringan pada alasnya guna untuk
membantu transport liquid yang mengeras akibat overheating sehingga dapat
mencegah terbentuknya snowman.
Proses awal grate cooler terjadi saat klinker keluar dari cooling zone di
kiln menuju ke grate cooler, klinker akan mengalami proses quenching.
Quenching merupakan pendinginan secara mendadak agar tidak terjadinya reaksi
reverse atau penguraian kembali C3S menjadi C2S sehingga mendapatkan
kualitas klinker yang baik. C3S ini merupakan penentu dari kualitas semen yang
diproduksi karena C3S berperan dalam pemberian kuat tekan awal pada semen.
12
0
Pada proses pendinginan di dalam grate cooler, laju udara pendinginan
sangat diperhatikan. Udara dingin yang masuk ke dalam grate cooler
dihembuskan dengan 18 buah fan menembus bed klinker di atas grate plate
sehingga terjadi perpindahan panas secara cross current antara material dengan
udara. Klinker dibawa ke ujung cooler dengan grate plate yang terdiri dari fix dan
movable plate. Movable plate inilah yang akan memindahkan klinker dari grate 1
ke grate 2 dan grate 3.
Grate plate memiliki lubang - lubang kecil yang berfungsi sebagai tempat
masuknya udara pendingin yang di tembakan oleh cooling fan, serta lubang -
lubang pada grate plate juga berfungsi sebagai tempat lewatnya klinker yang
berukuran halus yang tidak terbawa oleh dorongan cooling fan ke dalam grate
cooler. Klinker yang lolos melewati lubang pada grate plate tersebut akan di
tampung pada chamber di bagian bawah grate cooler .didalam chamber
tersebut.
terdapat LSH (Level Sensor Height), yang mana LSH (Level Sensor
Height) tersebut berfungsi sebagai sensor apabila tumpukan material di dalam
chamber sudah penuh dan menyentuh bagian dari LSH (Level Sensor Hight)
tersebut, maka gate pada bagian bottom chamber tersebut akan terbuka secara
otomatis dan material akan langsung jatuh ke appron conveyoryang kemudian
akan di transportasikan menggunakan appron conveyor menuju DBC(Deep
Bucket Conveyor).
12
1
Grate cooler terdiri dari berupa rangkaian grate plate yang tersusun dalam
beberapa barisan dan terdiri atas bagian yang fix dan movable. Pergerakan
movable plate dikontrol oleh piston yang berada di sisi kanan dan kiri setiap
plate.Posisi plate didalam grate cooler dibagi menjadi 3 grate, yaitu grate 1, grate
II, dan grate III. Grate I memiliki 32 baris, grate II memiliki 33 baris, dan grate
III memiliki 45 baris plate. Setiap baris pada masing – masing grate terdiri atas 12
plate.
3. Penyimpanan Klinker
12
2
Klinker yang telah didinginkan di grate cooler dan di hancurkan oleh
hammer crusher dibawa menuju ke silo menggunakan DBC (Deep Bucket
Conveyor) menuju silo klinker Intermediate Silo, IIIB, dan IIIC. Intermediate
Silo merupakan tempat penampungan klinker apabila klinker yang dihasilkan
tidak sesuai standar dan juga sebagai tempat apabila adanya pemintaan ekspor
klinker atau sebagai silo cadangan apabila silo IIIB dan IIICpenuh atau silo
cadangan apabila terjadi suatu permasalahan di silo pabrik Indarung lain.
Silo utama penyimpanan utama klinker yaituIIIB dan IIIC, silo klinker yang
kemudian akan dibawa dan diproses di cement mill hingga menjadi semen.
Bahan yang digunakan untuk membuat semen terdiri dari klinker dan
material ketiga seperti gypsum, pozzolan, dan limestone high grade. Klinker
yang disimpan pada silo klinker akan diumpankan menggunakan appron
conveyor. Klinker akan dibawa menggunakan appron conveyor menuju hopper
klinker menggunakan belt conveyor J05.
Untuk material ketiga seperti gyspum, pozzolan dan limestone high grade
di simpan dari storage yang sama akan di umpankan menggunakan loader
menuju ke dumping hopper untuk di transportasikan mengunakan belt comveyor
menuju masing - masing hopper yang diatur secara bergantian untuk pengisian
masing – masing hopper tersebut.
Setelah melewati roller press, klinker pipih dibawa menuju cement mill
menggunakan belt conveyor J02 untuk cement mill 4Z1 dan belt conveyor A05
untuk cement mil 4Z2, bersama dengan bahan aditif seperti gypsum, pozzoland,
dan limestone high grade yang sudah di transport menggunakan belt conveyor
dari storage menuju ke masing-masing hopper sesuai dengan komposisi dan jenis
semen yang ingin diproduksi. Setelah itu, campuran bahan-bahan tersebut
diumpankan menuju cement mill yang sebelumnya telah ditambahkan dengan
Chemical Grinding Aid (CGA) yang terletak di Belt Conveyor.
Pada chamber 1, karena adanya rotasi pada mill yang cukup tinggi dan
ukuran grinding media yang cukup besar jika dibandingkan dengan grinding ball
di chamber 2. Grinding media tersebut akan terangkat hingga kemiringan ±60o,
sehingga saat grinding ball terjatuh akan menumbuk material. Pengangkatan
grinding media pada mill juga dibantu oleh liner yang berjenis step liner pada
chamber 1. Pada chamber 2, pergerakan yang terjadi pergerakan grinding media
12
6
yang lebih rendah seolah mengalir dan berputar sehingga terjadi gesekan antara
grinding media dengan material yang menyebabkan terjadinya penggerusan. Liner
yang digunakan pada dinding chamber 2 berjenis classifying liner. Classifiying
liner dapat mengklasifikasikan material berdasarkan ukurannya dimana semakin
mendekati outlet mill ukuran material semakin kecil.
Material kasar akan masuk dari atas sisi kanan dan kiri atas O Sepa
kemudian terjatuh ke rotor dari O Sepa dan terjadi proses pemisahan oleh karena
perputaran rotor, material halus akan masuk melalui stator dan terbawa menuju
BHF untuk disaring sedangkan material kasar akan terjatuh kebawah untuk
digiling kembali di tube mill , udara yang ditarik dari EP fan akan membawa
material halus ke EP dan disaring untuk memisahkan material dan udara,
kemudian udara akan dikeluarkan melalui chimney sedangkan material hasil
penyaringan akan dijatuhkan menuju screw conveyor dan dibawa menggunakan
belt conveyor ke Cement Silo.
Sedangkan pada Cement Mill 4Z2 semen hasil penggilingan keluar melalui
bagian bawah untuk diteruskan menuju Sepax Separator dan material halus akan
ditarik EP fan. Material akan masuk melalui pinggang sepax separator kemudian
akan memisahkan material kasar dan halus. Udara yang masuk dari bawah
separator membawa material yang ringan menuju ke stator. Material yang kasar
12
8
akan terlempar oleh stator dan jatuh kebagian usus buntu sepax. Material yang
lolos melewati sepax selanjutnya akan diklasifikasikan kembali oleh rotor.
Material kasar akan jatuh melalui bagian reject cone pada sepax separator
kemudian menuju air slide untuk digiling kembali di Tube Mill,sedangkan
material halus akan dipisahkan melalui empat buah Cyclone, udara dari Cyclone
kemudian akan ditarik oleh fan S25 dan dihembuskan menuju sepax separator
kembali untuk proses pemisahan, sedangkan material dari Cyclone akan jatuh ke
air slide kemudian dibawa melalui screw conveyor menuju Cement Silo.
Fine product dari sepax separator dan telah dipisahkan dengan gas di
cyclone selanjutnya akan dialirkan ke silo cement menggunakan air slide dan
dilanjutkan dengan bucket chain elevator untuk dialirkan ke silo berdasarkan
tipenya. Sedangkan produk semen yang tertangkap EP dibawa oleh screw
conveyer dan jatuh ke air slide yang sama dengan fine product dari sepax
separator dan dialirkan bersama menuju silo cement.
12
9
Spesifikasi Peralatan
1. Peralatan Utama
Alat utama pada proses pembuatan semen di PT. Semen Padang yaitu Raw
mill, Coal Mill, Kiln, Grate Cooler, dan Cement Mill. Adapun spesifikasinya
adalah sebagai berikut.
a. Raw Mill
Raw Mill III B (4R1)
Type : Horizontal Mill LM 41.4
Produsen : Walcanagar
Type : Tube Mill
Kapasitas : 160 ton/jam
Drive System : Double Drive
Power Steam : 2 x 1500 KW
Jumlah Kompartemen : 1 Drying + 2 Grinding
Sistem : Close System
Jenis grinding media : Steel Ball
Produsen : Loesche
Kapasitas design : 240 ton/jam
Type Mill : LM 38.40
Jumlah Roller : 4 buah
d.Grate Cooler
Kemiringan :5o
Diameter : 5,6 m
e. Cement Mill
Produsen : Walcanagar
c. Electrostatic Precipitator
Udara yang masuk dari bawah separator membawa material yang ringan
menuju ke stator. Didalam classifier terdapat guide fan dan rotor. Material yang
kasar akan terlempar oleh plat guide fan dan jatuh kebagian usus buntu sepax.
Material yang lolos melewati sepax selanjutnya akan diklsifikasikan kembali oleh
rotor yang terletak setelah guide fan. Material yang gagal melewati rotor masuk
ke reject cone sebagai tailing sepax.
6. Cerobong (Chimney)
1.Side Reclaimer
14
0
Side Reclaimer merupakan alat penarikan material yang dilengkapi dengan
blade chain yang digunakan untuk menarik material. Side Reclaimer bergerak di
jalur rel yang terletak di sepanjang pile atau tumpukan material. Side Reclaimer ini
digunakan di storage limestone dan silica stone Alat ini juga dilengkapi dengan
sebuah sensor yan digunakan sebagai pembatas pergerakan penarikan material
yang disebut limit switch.
Bucket Chain Excavator didesain untuk material yang sticky bulk material.
Bucket Chain Excavator digunakan pada storage clay. Storage clay terdiri dari dua
atau lebih longitudinal stock pile yang ditumpuk dengan metode windrow. Ketika
satu pile sedang ditumpuk, pile yang lainnya ditarik dengan delivery bridge A dan
delivery bridge B yang masing-masing terletak pada ujung storage. Kemudian
material di discharge ke upper conveyor dan dilanjutkan dengan lower conveyor
yang bergerak bolak-balik dengan arah longitudinal sesuai metodewindrow.
Alat Transpor
1. Belt Conveyor
PGC atau Air Slide adalah box memanjang yang digunakan sebagai
pengangkutan material halus berbentuk powder dengan adanya gradient
kemiringan tertentu (6-12o). Terdapat dua bagian pada air slide yaitu aeration box
pada bagian bawah tempat aliran udara dan bagian aliran material dimana diantara
bagian tersebut terdapat porous membrane yang terbuat dari canvas atau keramik.
14
Gambar 4.13 Pneumatic Gravity Conveyor 3
Prinsip kerja air slide adalah mengalirkan material powder kering bersuhu
yang dapat diterima canvas, dan udara ditiupkan ke arah canvas dengan blower
dan membawa material dengan bantuan adanya gradient kemiringan tersebut
sehingga material dipindahkan dengan prinsip fluidization (fluida akibat
hembusan udara) sehingga material dapat mengalir. Maka dari itu, sebelum
melewati air slide biasanya terdapat air sluice guna untuk menahan udara agar
proses dapat berjalan dengan efisien.
3. Screw Conveyor
4.Drag Chain
14
4
Drag chain digunakan untuk membawa material berbentuk powder dan
granular pada jarak pendek dan tahan terhadap material dengan temperatur tinggi
hingga 650oC. Drag chain biasanya dipasangkan casing tertutup sehingga lebih
cocok untuk penggunaan material berupa powder. Tetapi, alat ini memiliki sifat
yang mudah aus karena sering terjadi gesekan baik antara material dengan chain,
chain dengan bottom liner dan wear block atau rail. Penggunaan chain biasanya
pada material dengan densitas yang lebih rendah
5.Bucket Elevator
Alat Sensor
2. Level Sensor
3. Temperature Sensor
14
6
Terdapat beberapa jenis temperature sensor pada industri semen seperti
thermocouple sensor dan RTD sensor. Thermocouple sensor digunakan untuk
monitoring temperature dari proses produksi, biasanya yang memiliki
temperature yang sangat tinggi seperti kiln, sedangkan RTD sensor digunakan
untuk monitoring temperature dari peralatan atau mesin bertujuan melindungi
perlatan tersebut dari temperatur yang berlebihan, contohnya pada aplikasi sensor
untuk monitoring temperature bearing fan.
4.Pressure Sensor
5. Vibration Sensor
6.Flame Detector
7. Sound Sensor
14
Sound sensor digunakan untuk monitoring suara dari penggunaan 7
alat.
Pada industri semen, sensor ini biasa gitunakan pada tube/horizontal mill seperti
cement mill untuk mendeteksi volume material, apabila suara pada alat nyaring
mengindikasikan volume material yang sedikit hingga kosong.
14
BAB V 8
TUGAS KHUSUS
5.1 Judul
a. Kekuatan Semen
c. Grindability Clinker
5.3 Tujuan
1. Menganalisa kerja Grate Cooler pada Industri semen.
2. Mengetahui cara kerja grtae cooler dan efisiensi cara kerja grate cooler
5.4 Manfaat
1. Dapat memberikan ilmu mengenai indutri semen
2. Dapat memberikan pengetahuan kerja alat Grate Cooler
3. sebagai referensi di dunia kerja mengenai proses industri semen
5.5 Tinjauan Pustaka
Dalam konstruksinya pada masing- masing kompartemen grate cooler, di
lantainya terdapat grate plate yang berbentuk lubang- lubang untuk meniupkan
udara dari fan. Grate plate mempunyai dua tipe yaitu moving grate plate yang
berfungsi untuk mentransport atau memindahkan klinker, dan yang lkainnya
fixed. Grate plate bergerak maju dan mundur agar klinker panas mengalir. Luaran
15
0
dari grate cooler, terdapat klinker crusher untuk memecahkan klinker yang
berukurasn besar menjadi lebih kecil, sehingga memudahkan untuk diproses lebih
lanjut. Selanjutnya klinker diangkut menggunakan apron conveyor dan dikirim
menuju silo.
a. Casing
Lining casing luar cooler terbuat dari konstruksi baja/plate dan rip langit-
langit diperkuat dengan beam. Plate untuk dinding dilapisi dengan isolasi dan batu
tahan api castable, untuk mengurangi kehilangan radiasi panas.Keadaan bagian
dalam cooler dapat dilihat melalui inspection hole yang tgersedia pada bagian ats
dan samping cooler.
b. Cooling Grate
Cooling grate terdiri dari beberapa baris grate plate yang disusun sejajar
dengan kemiringan 10℃ . Grate plate terdiri dari movable grate dan stationary
grate yang disusun longitudinal terhadap arah cooler. Stationary grate dipasang
pada support bracket plate dan center support dihubungkan ke center beam.
Movable grate dipasang pada support frame dan dihubungkan ke moving frame.
Grate memiliki lubang pendingin. Stationary grate plate tidak sama bentuknya
dengan movable grate plate, sehingga tidak dapat ditukar pemasangannya.
c. Hydraulic Drive
d. Carrying Axle
Carrying Axle/ running axle disupport oleh dua buah internal roller dan
satu buah guide roller yang mempunyai flange/guide untuk mengarahkan gerakan
movable frame.
e. Hammer Breaker
15
1
Cooler dilengkapi dengan dua buah unit hammer breaker yang terdiri dari
breaker rotor casing special wear lining yang ditumpu olrh dus bush besring
hausing. Pelumas pada bearing diberikan secara ototmatis central lubricantion
lube dan grease pump. Breaker rotor, digerakkan oleh motor listrik yang
dihubungkan V-belt. Hammer dipasang pada rotor disc,sedangkan casing rotor
dapat diangkat dengan hoist untuk mempermudah perbaikan.
f. Hopper\
Hopper digunakan untuk menampung debu yang lolos dari lubang grate
plate, sedangkan pengeluaran hopper diatur olehg double tiping valve.
Drag chain biasanya digunakan untuk membawa butir debu material yang
lolos melewati kubang- lubang grate cooler.
Dengan didinginkan oleh udara yang bersumber dari fan undergrate tiap
kompartemennya clinker bergerak ke ujung cooler dengan suhu turun menjadi
sekitar 1000℃ . Clinker yang telah didinginkan selanjutnya diperkecil ukurannya
dengan clinker breaker dengan maksud untuk memperluas area clinker yang
terkena udara, sehingga mempercepat pendinginan secara alami dalam perjalanan
dengan mekanisme ban berjalan ke klinker silo untuk disimpan. Debu dari
pemecahan klinker dan debu selama proses pendinginan akan dihisap melalui fan
dan direduksi oleh EP untuk mengurangi partikel yang akan menyebabkan
pencemaran udra sebelum dilepas ke atmosfer.
Bahan mentah yang telah digiring di raw mill selanjutnya akan masuk ke
homogenizing silo dan selanjutnya diberikan proses pemanasan awal sehingga
suhunya menjadi 800℃ sebelum masuk ke rotary kiln yang bersuhu sekitar 1400
℃ ini kemudian masuk ke unit cooler untuk pendinginan sehingga suhu klinker
menjadi sekitar 100℃ .Clinker dengan suhu tertinggi akan jatuh pada cooler dan
didistribusikan secara seragam ke area kompartemen sesuai dengan lebar
gratenya. Dikarenakan suhu material akan berubah menurun jarak,maka pendingin
15
2
klinker dibagi menjadi beberapa kompartemen dimana semakin dekat dengan kiln
maka kompartemen semakin panjang.
Udara yang telah melewati material bersuhu sekitar 200℃ akan dihisap
untuk kemudian digunakan untuk meminimalkan energy yang hilang
kelingkungan sekitar kiln serta yang berarti pula menghemat biaya. Volume
jatuhan clinker ini akan selalu dimonitir oleh sebuah transmitter tekanan yang
dipasang di undergrate. Jika volume curahan terak dari kiln melebihi atau kurang
dari nilai yang telah disetkan maka transmitter tekanan akan mengirim sinyal ke
pengontrol tekanan sehingga akan segera mengolah data tersebut yang selnjutnya
data tersebut akan dikirim ke pengontrol kecepatan motor akan bergerak lebih
cepat dengan tujuan untuk mengecilkan bed depth dan sebaliknya. Data dari
pengontrol tekanan juga akan dikirim ke pengontrol katup fan kompartemen
pertama. Nilai bed depth yang besar akan menyebabkan laju kecepatan aliran
udara yang kecil tidak cukup kuat untuk menembus clinker yang akan
didinginkan.
a. Air
b. Udara
Konduksi adalah perpindahan panas dari satu bagian ke bagian yang lain
tanpa ada partikel yang ikut berpindah. Laju perpindahan secara konduksi
dipengaruhi oleh luas penampang perpindahan panas, konduktivitas thermal dan
perbedaan temperature(Grankoplis,1993). Perpindahan panas secara konduksi
yang terjadi di dalam grate cooler adalah perpindahan panas antara sesame
permukaan clinker.
15
b. Perpindahan panas secara konveksi 4
Konveksi adalah perpindahan panas dari satu bagian ke bagian lain yang
disertai dengsn partikelnya ikut berpindah. Di dalam proses pendinginan di grate
cooler perpindahan panas secara konveksi terjadi antara gas dengan partikel
clinkernya. Perpindahan panas secara konveksi antara gas dengan partikel clinker
yang terjadi di dalam grate cooler merupakan konveksi transient, artinya
temperature gas dan partikel berubah sepanjang waktu perjalanan aliran.
Mekanisme perpindahan panas konveksi yang terjadi dalam grate cooler, dimana
temperature partikel lebih tinggi daripada temperature gas sehingga panas
berpindah dari partikel lebih tinggi daripada temperature gas sehingga panas
berpindah dari partikel ke fluida gas. Perpindahan panas dari partikel ke gas
dengan menghasilkan koefisien perpindahan panas dan mengnggap unggun
fluidisasi berlaku sebagai system satu fasa.
Nilai untuk kerja clinker cooler dapat dicari dengan menghitung efisiensi
panas reaksi dari clinker cooler, yaitu perbandingan antara jumlah panas untuk
reaksi dengan jumlah pans yang disediakan. Efisiensi panas reaksi merupakan
indicator baik atau tidaknya untuk kerja dan pengoperasian clinker cooler.
Dalamm proses pembuatan semen, setelah terjadi proses pembakaran (burning
process).maka untuk tahap selanjutnya adalah proses pendinginan material yang
dilakukan oleh clinker cooler.
15
Sifat Kimia Klinker 5
Untuk menjaga agar kualitas hasil produk yang diperoleh sesuai dengan
target raw meal desain yang telah ditetapkan sebelumnya.
Parameter dari LSF,SIM dan ALM adalah untuk memnuhi standar kualitas
klinker dan untuk menjaga kekonsistensinya mutu pada jenis dan tipe semen yang
diproduksi. Parameter kulaitas klinker yang sudah ditetapkan oleh PT. Semen
Padang dapat dilihat pada tabel
Metode Diskusi
Metode Literatur
5.8 Pembahasan
Dari harga efisiensi thermal cooler, maka efisiensi ini sudah mengalami
penurunan. Penurunan efisiensi tersebut merupakan hal yang sangat wajar
mengingat alat tersebut sudah beroperasi selama bertahun- tahun. Efisiensi yang
tidak mencapai harga maksimal ini disebabkan oleh adanya panas yang hilang ke
lingkungan, kehilangan panas disebabkan oleh :
Pada unit cooler besarnya efisiensi thermal yaitu sebesar 57,1 %. Hal ini
menunjukan bahwa alat grate cooler sudah mengalami penurunan yang sangat
jauh namun unit kerja masih bisa di gunakan.
5.9 kesimpulan
Dari hasil analisa dan perhitungan neraca massa dan neraca panas yang
telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan :
1. Alat kerja Grate cooler mengalami loss heat yang mempengaruhi efisiensi
Thermal
Maka dengsn nilai efisiensi thermal cooler tsb, memberikan kesimpulan bshwa
kerja alat grate cooler mengalami penurunan diakibatkan heat loss yang sangat
tinggi namun masih layak digunakan.
15
8
15
9
16
0
16
1
16
2
16
3
16
4
16
5
16
6
16
7
16
8
16
9
1.3.1 Portland Cement
Konstruksi yang menuntut kuat tekan awal tinggi pada fasa permulaan
setelah pengikatan terjadi. Kegunaan semen ini untuk pembuatan jalan beton,
landasan lapangan udara, bangunan bertingkat yang tinggi, bangunan dalam
air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
BAB II
URAIAN PROSES
Secara kimia, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan semen harus
mengandung senyawa Kalsium Karbonat (CaCO 3), Oksida Aluminium (Al2O3),
Silika (SiO2), dan Besi (Fe2O3). Bahan baku pembuatan semen dikelompokkan
menjadi dua, yaitu bahan baku utama, bahan baku tambahan (Aditif).
Batu silika merupakan sumber utama dari senyawa silika dengan rumus
molekul SiO2 yang terdapat bersama oksida logam lainnya. Pada umumnya batu
silika sekitar 10% dari total kebutuhan dasar semen yang diperlukan dalam
pembuatan semen dengan kadar SiO2 minimal 60% dalam batu silika. Pasir silika
berguna untuk meningkatkan kekuatan pada semen karena pembentukan
dikalsium silikat (C2S) dan trikalsium silikat (C3S). Pada umumnya batu silika
17
5
mengandung oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih
warna batu silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah
atau cokelat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya
yang tinggi. Batu silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar
SiO2 ± 90%. Batu Silika yang digunakan di PT. Semen Padang merupakan hasil
dari penambangan yang dilakukan di Bukit Ngalau dan Bukit Karang Putih.
Parameter Komposisi
CaO 2,50
SiO2 47,03
Al2O3 24,25
Fe2O3 9,20
MgO 0,67
H2O 30,85
SO3 0,02
(Sumber : Laboratorium Proses Indarung IV, 2021)
a. Gypsum
Parameter Komposisi
CaSO4 30,50
NaCl 0,006
MgO 1,29
H2O 0,58
SO3 43,92
CaO 31,96
(Sumber : Laboratorium Jaminan Kualitas, 2021)
b. Pozzolan
Kelas N : Pozzolan alam atau hasil pembakaran, pozzolan alam yang dapat
digolongkan didalam jenis ini seperti tanah diatomoic, opaline cherts dan
shales, tuff dan abu vulkanik atau pumicite, dimana bisa diproses melalui
18
0
pembakaran atau tidak. Selain itu juga berbagai material hasil pembakaran
yang mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Kelas C : Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilakan
dari pembakaran lignit atau sub-bitumen batubara.
Kelas F : Fly ash yang mngandung CaO kurang dari 10% yang dihasilakan
dari pembakaran lignit atau sub-bitumen batubara
Pada tahapan berikutnya, pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada
yang lemah, namun suhu tidak dapat dibentuk ( unworkable). Kondisi ini disebut
initial set, sedangkan waktu mulai dibentuk ( ditambah air) sampai kondisi initial
set disebut initial setting time ( waktu pengikatan awal ). Tahapan berikutnya
pasta melanjutkan kekuatannya sehingga didapat padatan yg utuh dan biasa
disebut hardened cement pasta. Kondisi ini disebuty final setting time ( waktu
pengikatan akhir). Proses pengerasan berjalan terus berjalan seiring dengan waktu
akan diperoleh kekuatan proses ini dikenal dengan nama hardening.
2. kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dan dalam
jumlah yg cukup banayak sehingga terjadi penggympalan. Semen yang
menggumpal kualitasnya akan menurun karena bertambahnya Loss On Ignition
(LOI) dan menurunnya specific gravity sehingga kekuatan semen menurun, waktu
pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya false set. Loss On
Ignition ( hilang Pijar) dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral mineral
18
2
yang terurai pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada
batu setelah beberapa tahun kemudian.
3. Panas Hidrasi
4. Penyusutan
5. kuat Tekan
Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortat yang kemudian
ditekan sampai hancur. Contoh seemen yang diuji decampur dengaan pasir silica
dengan perbandingan tertentu, kemudian dibentuk menjadi kubus – kubus
berukuran ( 5x5x5) cm. Setelah mengalami perawatan dengan perendaman benda
tersebut diuji kekuatan tekannya pada hri ke 3,7 , dan 28
18
3
6. Hidrasi Semen
Hidrasi semen terjadi akibat adanya kontak anatara mineral semen dengan
air. Faktor yang mempengaruhi hidrasi semen antara lain :
b. Temperatur
c. Bahan Aditif
d. kehalusan Semen
Syarat ini hanya untuk semen dengan jenis HSRC ( High Sulfate
Resistance cement). Daya tahan beton umumnya rendah terhadap asam, sehingga
mudah terdekomposisi oleh asam kuat. Asam dapat merubah senyawa semen yang
tidak alrut dalam air menjadik senyawa yang tidak larut dalam air menjadi
senyawa yang larut dalam air. PH yang dapat merusak yaitu dibawah 6, namun
keasaman air akibat pelarutan CO2, PH di atas 6,5 juga dapat merusak, karena
CO2 bereaksi dengan Ca(OH)2 dalam semen membentuk CaCO3 yang bereaksi
kembali dengan CO2 membentuk Ca( HCO)3 yang larut dalam air, reaksi yang
terjadi yaitu:
18
4
8. False Set
False Set yaitu gejala terajdinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan
semen, mortat, beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyk. Gejala
tersebut akan hilang dan sifat palstis akan dicapai kembali bila dilakukan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahna air. False set terjadi karena pada
operasi yang terlalu tinggi sehingga terjadi dehidrasi dari CaSO4. 2H2O menjadi
CaSO4. 1,5H2O. CaSO4. 0,5H2O. Inilah yang menyebakan terjadinya false set.
9. Soundness
10. Konsistensi
akan memudahkan penyerapan air dan CO2. Oleh karena itu, ukuran partikel
dijaga pada blaine ±3.500 cm /gr.
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan – bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.
Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas
yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam
campuran tersebut. Kapur bebas itu mengikat air dan kemudian menimbulkan
gaya – gaya ekspansi. Alat uji untuk menentukan nilai kekekalan semen portlnd
adalah Autoclave Expansion of Portland Cement cara ASTM C-15 atau cara
inggris, BS, Expansion by Le Chatellier.
Sifat- sifat semen Portland sangat dipengaruhi oleh susunan ikatan oksida
– oksida serta bahan bahn pengotor lainnya. Pemeriksaan secara berkala perlu
dilakukan, baik pada saat pemprosesan, saat menjadi bubuk seen maupun setelah
menjadi pasta semen.Pemeriksaan semen dilakukan sesuai dengan standar ASTM
( American Society For Testing and Material) C-150 dan British Standard (BS-
12). Sedangkan di Indonesia menggunakan standar Industri Indonesia ( SII-
0013_81) yang mengadopsi ASTM C-150-80 yang kini telah diperbarui menjadi
SNI.
senyawa di dalam gypsum, dari SiO2 yang tidak terikat dalam klinker dan dari
senyawa di dalam organic seperti humus yang terkadang masih terbawa di
limestone dan batuan lainnya. Jumlahnya yang kecil tidak mempengaruhi mutu /
kualitas semen.
3. Modulus Semen
Nilai ALM berkisar 1,5-2,5. Jika nilai ALM terlalu tinggi, maka nilai SIM
akan turun sehingga menurunkan setting time semen, namun jika nilai ALM
terlalu rendah akan menyebabkan viskositas fasa cair rendah, semen yang
dihasilkan tahan sulfat, namun kuat tekan awalnya rendah dan mudah dibakar.
ALM dihitung dengan menggunakan rumus :
18
7
Nilai SIM berkisar antara 1,9-3,2 dan yang diinginkan itu antara 2,2- 2,6.
Dicari menggunakan rumus :
LSF adalah jumlah bagian CaO yang diperlukan untuk mengikat satu
bagian oksida- oksida yang lain (SiO2, Al2O3 dan Fe2O3). Kelebihan CaO dari
LSDF akan membentuk CaO bebas ( free lime) didalam klinker. Akibat LSF tang
tinggi adalah CaO bebas akan semakin tinggi, burnability semakin tinggi sehingga
kuat tekan awal dan panas hidrasi semakin tinggi, kebutuhan panas dan
temperature kiln akan meningkat karena burnability yang semakin tinggi dan
coating sulit terbentuk sehingga panas radiasi meningkat.
Senyawa SO3 berasal dari gypsum dan bahan bakar pada pembentukan
klinker . Kadar SiO3 klinker sebaiknya 0,6%, jika lebih maka klinker akan susah
digiling. Fungsi senyawa SO3 adalah menghambat hidrasi mineral C#A dan
18
8
5. Magnesium Oksida
Senyawa MgO dalam semen berasal dari batu kapur setelah terjadinya
proses pembakaran klinker, senyawa MgO terdapat dalam bentuk glassy state.
Jika kadar MgO kurang dari 2% maka MgO akan berikatan dengan senyawa
klinker. Jika kadarnya lebih dari 2% maka akan membentuk MgO bebas
( Periscale) yang akan berikatan dengan air membnetuk MG(OH)2 yang
mengakibatkan keretakan pada beton.
Na2O dibatsi kadarnya 0,6%. Jika berlebih maka jumlah gypsum yang dibutuhkan
akan lebih banyak . Sedangkan kelebihan K2O menjadikan klinker mudad
digiling.
Bahan baku utama batu kapur dan batu silika ditambang sendiri oleh
PT.Semen Padng di Bukit Karang Putih dan Bukit Ngalau, sedangkan pasir besi
didatangkan dari Kalimantan dan tanah liat dari anak perusahaan PT. Semen
Padang yaitu PT.Igasar dan PT. Yasiga Andalas yang ditambang di Gunung Sarik.
yang baru dibentuk berdekatan dengan cone sebelumnya. Proses ini terus berlnjut
dalam arah membujur storage hingga stockpie penuh.
Bahan baku batu silika diambil dari penambangan Bukit Karang Putih dan
dilakukan hamper sama dengan melakukan penambangan batu kapuir, namun
perbedaannya pada penambangan batu silika tidak dilakuknnya proses peledakan,
tetapi diruntuhkan dengan trackvator dan dibwa ke crusher dengan dump truck
lalu dibawa menuju storage dengan menggunakan belt convenyore.
Tanah liat yang merupakan sumber dari feO dan AlO dibeli dari PT Igasar
dan PT Yasiga Andalas dari Gunung Sarik, kuranji, kota padang. Tahapan
penambangan yaitu land clearing, stripping, drigging, loading, dan hauling,. Truk
yang berisi tanah liat di dumping pada mini hopper caly sebelum dihancurkan
terlebih dahulu menggunakan crusher. Selanjutnya material yang telah
dihancurkan dibawa menggunakan belt conveyor menuju clay storage.
Pada metode ini, material ditumpuk melintg secara parallel selebar tempat
yang tersedia sehingga membentuk tumpukan bukit. Metode ini digunakn untuk
mencegah terjadinya pemisahan atau segregation dan diharapkan pendistribusian
partikel halus dan kasar yang merata. Proses penumpukan material menggunkan
stackrer yang bergerak secara mebujur dan melintang pada bagian atas sehingg
membnetuyk pola parallel serta barisan membujur yang bertingkat. Setelah proses
19
1
e. Pengadaan Gypsum
Selain pasir besi, gypsum dengan rumus kimia CaSO4. 2H2O juga
didatangkan dari luar. Kebutuhan gypsum untuk PT. Semen Padang dibawa dari
PT.Petrokimia. Gresik dan juga diimport dari negara Australia dan Thailand.
Sebelum disimpan di dalam storage. Dilakukan pengujian kualitas terlebih dahulu
di laboratorium jaminan dan kualitas PT Seemen Padang.
19
2
f. Pengadaan Pozzolan
Pada pabrik Indarung IV, terdapat 5 buah Hopper yang digunakan untuk
batu kapur, batu silika, dan pasir besi. Dua hopper digunkan untuk batu kapur, dua
hopper digunakan untuk batu silika, dan satu hopper untuk pasir besi.
Pada bagian outlet setiap hopper, terdapat sebuah alat yang disebut
dosimat feeder. Alat ini berfungsi untuk menghitung jumlah atau tonase bahan
baku yang keluar dari hopper menujuj belt conveyor. Prinsip kerja dari alat ini
adalah ketika lamella menerima beban dari material yang jatuh dari hopper,
kecepatan dari lamella akan ditambah sesuai dengan set point bahan baku yang
dibutuhkan. Terdapat load cell pada bagian atas alat yang terhubung dengan sling
19
3
lamella yang berfungsi untuk mengetahui jumlah material yang jatuh keatas
lamella per meternya. Berbeda dengan batu kapur, batu silika, dan pasir besi,
jumlah tonase tanah liat diatur dengan kecepatan dari deep bucket excavator
menuju belt conveyor. Pengaturan kecepatan pada lamella dan deep bucket
excavator ini dilakukan dari Central Control Panel (CCP) Indarung IV PT Semen
Padang.
Pada pabrik Indarung IV terdapat dua buah mill untuk mengiling bahan
baku. Mill pertama bertipe horizontal mill sedangkan mill yang kedua bertipe
vertical mill. Maka dari itu material bahan baku yang dibawa menuju tube mill
memiliki belt conveyor yang berbeda dengan material yang menuju vertical mill.
Material dari hopper batu kapur (4R1L02), hoper batu silika (4R1L03)
hopper pasir besi (4R1L01) dan storage tanah liat (4RJ08) akan tergabung di belt
conveyor ( 4RJ03) kemudian akan dibawa menuju tube mill(4R1) sedangkan
material dari hopper batu kapur (4R2L02), hopper batu silika (4R2L03) hopper
pasir besi (4R1L01) dan storage tanah liat (4RJ08) akan tergabung di belt
conveyor (4R2J03) kemudian akan dibawa menuju vertical mill (4R2).
Sebelum memasuki tube mill, material bahan baku akan melewati double
gate terlebih dahulu. Double gate berfungsi agar udara ridak masuk kedalam mill
atau sebagai air lock yang mana ada 2 buah piston yang bergerak secara
bergantian sebelum masuk ke dalam tube mil. Sedangkan pada vertical mill,
material bahan baku akan melewati rotary air lock terlebih dahulu. Tujuan dari
rotary air lock sama seperti double gate yaitu untuk mencegah adanya udara
masuk kedalam mill akan tetapi memiliki cara kerja yang berbeda. Rotary air lock
berbentuk seperti roda yang berputar sehingga dapat membuka dan menutup
secara otomatis sebelum masuk vertical mill. Udara luar atau false air yang masuk
19
4
Tube mill merupakan alat yang digunakan untuk menggiing material hingga
menjadi raw mix dengan cara berotasi. Pada tube mill material akan dimasukkan
bersamaan dengan aliran udara panas Material yang akan digiling dimasukkan bersaman
dengan aliran udara pans yang bersal dari suspension preheater (SP) yang ditarik oleh
mill fan,sehingga di dalam tube mill selain terjadi proses penggilingan juga terjadi proses
pengeringan. Tube mill pada unit raw mill ini terdiri dari 3 ruangan,yaitu drying chamber,
kompartmen I dan kompartmen II.
Gas panas yang masih terdapat material halus, akan tertarik ke atas oleh
fan, dan dipisahkan oleh tiga buah cyclone antara gas panas dan material yang
halus, material yag halus akan dibawa menggunakan air slide menuju Controlled
Flow (CF) silo sedangkan gas panas akan tertarik fan menuju Electrostatic
Precipitator (EP) untuk dipisahkan antara material yang masih halus dan gas
19
5
panas. Gas panas yang berisi udara bersihkan keluar menuju chimney dan material
halus hasil pemisahan pada Electrostatic Precipitator (EP) akan dibawa
menggunkan screw conveyor menuju Controlled Flow (CF) silo.
Material yang tidak tertarik fan pada diapghram akan jatuh melewati
peripheral oulet dab dibawa menggunakan air slide menuju elevator kemudian
akan dibagi menggunakan air slide menuju elevator kemudian akan dibagi
menggunakan dividing gate untuk dibawa ke masing-masing Grate Separator, satu
buah Grate Separator untuk memisahkan material kasar yang akan dibawa menuju
inlet tube mill sedangkan material kasar yang akan dibawa menuju inlet tube mill
sedangkan material halus menuju Controlled Flow (CF) silo. Satu buah Grate
Separator lagi untuk memisahkan material kasar yang akan dibawa menuju
Controlled Flow (CF) silo menggunakan air slide.
Di dalam vertical mill terdapat empat proses yang terjadi, yaitu proses
pengeringan, penggilingan, transport dan pemisahan. Berikut penjelasan singkat
mengenai proses- proses yang terjadi di dalam vertical mill :
1.Proses Pengeringan
2.Proses Penggilingan
Proses penggilingan terjadi pada saat material dihancurkan di atas grinding table
yang berputar dengan menggunakan roller yang diberikan tekanan dengan besaran
tertentu.
3.Proses Transport
Proses transport terjadi ketika material yang telah digiling terbawa bersama gas
panas menuju calsifier akibat adanya tarikan dari mill fan.
4.Proses Pemisahan
19
6
Proses pemisahan di dalam vertikal mill terjadi pada bagian classifier. Material
kasar akan terpisah dan jatuh ke grinding table, sedangkan material halus akan
ikut terbawa bersama gas panas menuju ke cyclone.
Prinsip Kerja vertikal mill yaitu dengan menggunkan gaya tekan yang
diberikan ke roller tyre terhadap grinding table. Material yang masuk melalui
rotary air lock akan jatuh ke bagian tengah grinding table. Saat material bergerak
melewati roller tyre karena perputaran grinding table, roller tyre akan ikut
berputar karena bergesekan dengan material. Material akan tergiling karena
adanya gaya tekan yang diberikan ke roller tyre.
Di dalam vertical mill selain proses penggilingan bahan baku, juga terjadi
proses pengeringan menggunakn gas panas yang berasal dari suspension
preheater. Gas panas masuk ke vertical mill melalui louvre ring yang dibuat
dengan sudut kemiringan 45° agar kecepatan aliran gas panas dapat dikurangi
sehingga proses pengeringan berlangsung secara optimal.
Material yang telah digiling akan terbawa bersama gas panas akibat
adanya tarikan dari mill fan S20 menuju ke classifier. Pada bagian classifier,
material kasar yang ikut terbawa gas panas akan terpisah dari material halus
karena adanya perputaran pada rotor classifier. Material akan melalui stator
classifier, kemudian material yang kasar akan jatuh karena berbenturan dengan
bagian rotor classifier ke tengah grinding table dan digiling kembali bersama fresh
feed sedangkan material halus akan tertarik keatas bersama gas panas. Pemisahan
yang terjadi di classifier berdasarkan ukuran dari material dengan parameter yang
digunakan yaitu sleving residu, kecepatan putaran classifier , dan kecepatan
hisapan fan.
Material halus hasil penggilingan ( raw mix) akan tetap terbawa bersama
gas panas menuju cyclone yang berjumlah empat buah untuk tiap mill. Cylcone
berfungsi untuk memisahkan material halus yang ikut terbawa bersama gas
panas.Gas panas masuk pada sisi samping cyclone dengan kecepatan tertentu
secara tangensial dan membentuk aliran vortex. Dibagian dalam cyclone terdapat
center tube yang mengakibatkan adanya gaya sentrifugal sehingga material akan
19
7
terjatuh ke bagian bawah cyclone menuju air slide, sedangkan gas panas akan
diteruskan menuju Bag House Filter ( BHF).
Bag House Filter (BHF) merupakan alat pemisah debu yang terdiri dari
kantong- kantong ( bag) sebagai media pemisah antara debu dengan udara. Debu
yang menempel pada bag dibersihkan secara berkala dengan mengalirkan udara
yang berasal dari jet cleaning system. Udara akan mengandung setiap bag pada
arah yang berlawanan dengan udara yang mengandung debu dan menekan setiap
bag. Debu berupa raw mix akan dibawa menggunakan drag chain conveyor dan
screw conveyor menuju controlled flow (CF) silo sedangkan udara bersih hasil
dari Bag House Filter (BHF) akan keluar ke lingkungan melalui chimney.
Prinsip kerja dari schenk feeder ini adalah ketika raw mix jatuh dari fluxo
side, raw mix akan memberikan beban pada plat dengan kemiringan tertentu
dibagian dalam schenk feeder. Ketika beban yang diberikan oleh raw mix terbaca,
proportional valve akan terbuka dengan sesuai dengan set point yang telah
ditentukan. Proportional valve ini dapat dibuka 0-100% sesuai dengan kebutuhan
raw mix. Raw mix keluaran dari schenk feeder do transportasikan menuju ke
19
8
Tahap pembentukan klinker terjadi pada unit kiln yang bertujuan untuk
mengubah raw mix menjadi klinker. Pada unit kiln dibagi menjadi tiga tahap
proses yaitu proses pemanasan awal (preheater), proses pembakaran dan proses
pendinginan (cooler). Sebelum terjadi proses pembakaran raw mix, hal yang perlu
dipersiapkan adalah pengadaan bahan bakar yang berupa batubara.
sebagai tahap penggilingan awal sebelum raw coal masuk ke masing- masing
hopper coal mill dan digiling di Coal Mill.
Pada Coal Mill 4K2, memiliki prinsip kerja yang sama seperti Vertical
Raw Mill. Pada Coal Mill 4K2 akan terjadi proses pengeringan penggilingan dan
batubara. Raw coal akan masuk ke dalam hopper dan dibawa menggunakan drag
chain conveyor. Drag chain conveyor ini juga berfungsi sebagai pengatur jumlah
raw coal yang masuk menuju Coal Mill kemudian akan terjadi pengeringan
batubara yang dilakukan dengan gas panas dari suspension preheater (SP) yang
masuk ke dalam Coal Mill 4K2. Sedangkan pada proses penggilingan batubara,
raw coal akan jatuh ke grinding table yang berputar dan akan tergiling oleh karena
dua buah roller tyre. Material hasil penggilingan tersebut akan terangkat menuju
cyclone oleh karena hisapan fan S05, fine coal dari cyclone akan dijatukan ke
screw conveyor sedangkan gas panas akan disaring kembali di Electrostatic
precipitator sebelum keluar melalui chimney, fine coal hasil Electrostatic
Precipitator dijatuhkan dan dibawa menggunakan screw conveyor menuju Bin
Calciner dan Bin Kiln.
dengan pressure set point yang diberikan, kemudian material akan diumpankan
secara continue melalui aliran udara dari blower.
Pada proses pengumpanan fine coal dari coal bin untuk proses
pembakaran, menggunakan system pneumatic moving dengan menggunakan alat
yang disebut Coriolis, Coriolis ini berfungsi untuk mengatur jumlah fine coal
yang akan digunakan pada dua bagian pembakaran raw mix yaitu Kiln dan
Calciner. Coriolis terabagi menjadi 3 komponen yaitu agitator, multicell dan
multicore. Pada bagian dalam coal bin terdapat sebuah agitator yang digunakan
untuk pencampuran dan menggemburkan fine coal di dalam bin dengan bantuan
aerasi. Tepat di bagian bawah bin fine coal, terdapat dua buah prehopper sebagai
tempat penyimpanan fine coal sebelum di distribusikan ke Kiln dan Calciner.
Setiap prehopper di lengkapi dengan agitator multicell dan multicore.
Multicell memiliki prinsip kerja yang hamper mirip dengan revolver speed
perputaran rotor dari multicell dapat diubah sesuai dengan kebutuhan fine coal.
Semakin cepat putaran multicell semakin banyak fine coal yang masuk ke
multicore. Multicore merupakan alat yang digunakan untuk mendistribusikan
finecoal akan diukur dan ditimbang menggunakan load cekk multicore sesuai
dengan kebutuhan pada masing-masing tempat pembakaran. Multicore ini
berputar dengan kecepatan yang konstan dan terukur tidak seperti multicell yang
bisa diatur kecepatan putarannya. Setelah fine coal ditimbang, fine coal akan
didistribusikan menggunakan rotary blower untuk Kiln dan Calciner.
Saat memproduksi klinker, agar dapat terjadi proses klinkerisasi, raw mix
harus dipanaskan hingga ± 1450℃ . Proses kimia-fisika yang terjadi adalah
dehidrasi mineral tanah liat, dekomposisi senyawa karbonat ( kalsinasi), liquid,
phasa, dan kristalisasi.
kiln untuk proses kalsinasi sudah berkurang dan tidak memakan waktu yang lama.
Suspension Preheater yang digunakan di pabrik Indarung IV PT Semen Padang
terdiri dari 4 stage cyclone dan 1 Calciner. Dengan adanya peralatan Calcinet ini ,
maka proses kalsinasi yang dahulunya terjadi di dalam kiln berlaih ke dalam
kalsiner sehingga proses kalsinasi yang akan terjadi di kiln tinggal sedikit. Proses
kalsinasi pada kalsiner terjadi 95^ sehingga pada kiln hanya tinggal 5 % lagi.
Suspension preheater yang digunakan terdiri dari dua string yaitu string A
dan string B. Masing-masing string terdiri dari empat buah cyclone separator yang
berfungsi untuk memisahkan antara material dengan gas dari satu buah Calciner.
Gas panas pada Calciner berasal dari TAD (Terriery Air Duct) yang dihisap dari
Grate Cooler sedangkan panasnya diperoleh dari proses pembakaran finecoal.
Pembagian material dari string A yang masuk ke Calciner sebanyak 70%
sedangkan ke Inlet Kiln sebanyak 30 %. Hal ini dilakukan karena derajat kalsinasi
yang terjadi di Calciner lebih besar dibandingkan Inlet Kiln yaitu 95% yang
kemudian akan disempurnakan di Inlet kiln.
Pada string A material akan jatuh menuju cyclone A52 kemudian akan
terjadi proses pemisahan anatar gas panas dan material. Material yang jatuh dari
bottom cyclone A52 akan menuju cyclone A54 sedangkan gas panas bersama
material yang tersisa akan tertarik menuju cyclone A51 danA61. Pada aliran
cyclone A51 dan A61, material akan jatuh jebawah menuju cyclone A53
sedangkan gas panas beserta material yang tersisa akan tertarik oleh fan ke atas
menuju Gas Conditioning Tower (CGT) 4J1.
Di cyclone A54 material akan menuju Riser Duct, sedangkan gas panas
Cyclone A54 akan tertarik menuju Cyclone a53. Pada Cyclone A53 material akan
dipisahkan menggunakan dividing gate, 70% menuju B55 dan 30% lagi menuju
Inlet Kiln melalui Riser Duct sedangkan gas panas dari Cyclone A53 akan dibaa
menuju Cyclone A52.
20
2
Gas panas yang keluar dari Suspension Preheater (SP) dipertahankan pada
suhu 300℃ - 400℃ . Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan proses karena
apabila terlalu panas dapat merusak blade fan dan bearing.
2. Proses Pembakaran
ambient oleh primary fan dan secondary air dari grate cooler. Tipe dari burner
yang digunakan di pabrik Indarung IV adalah duoflex burner.
Pada duoflex burner ini, di bagian pusat burner terdapat saluran untuk
bahan bakar yang dikelilingi oleh dua saluran primary air. Saluran primary air
yang pertama digunakan untuk udara radial dan saluran yang satunya digunakan
untuk udara aksial. Dua aliran tersebut akan bercampur sebelum di injeksikan
menggunakan conical air nozzle. Udara yang keluar melalui conical air nozzle
akan membentuk swirl air yang disebabkan karena adanya baling-baling yang
terletak pada bagian hulu nozzle. Bentuk dari aliran udara yang keluar akan
mempengaruhi karakteristik dan bentuk flame.
Pada dinding kiln dilapisi dengan batu tahan api atau fire brick yang
berfungsi untuk melindungi sheel kiln dari panas agar tidak mengalami perubahan
bentuk atau deformasi saat proses pembakaran. Di dalam kiln proses yang terjadi
terbagi menjadi beberapa zona, yaitu:
Pada zona transisi, FeO mulai mengikat campuran CaO dan Al2O3
membentuk campuran C2AF. Karena terus meningkatnya temperatur di dalam
kiln, maka CaO bergabung dengan CaO. Al2O3 dan C2AF membentuk C3A dan
C4AF. Pembentukan C3A dan C4AF terjadi pada temperatur 1100-1250°C.
Zona transisi ditandai dengan adanya pembentukan coating yang tidak stabil
karena pada zona transisi ini terjadi peralihan fasa pada sebagian material. Bagian
inlet daerah transisi disebut safety zone dan dilapisi oleh refractory dengan jenis
20
4
alumina rich brick dengan kandungan Al2O3 50-60% sedangkan bagian yang
berada didekat dengan sintering zone digunakan synthetic material atau
magnesia-chrome brick dengan kandungan MgO 69- 70%.
c. Proses Pendinginan
Pada proses pembuatan semen, klinker yang sudah di proses di rotary kiln
dengan temperature ± 1450℃ akan diturunkan temperaturnya hingga klinkert
bertemperatur 90-100℃ di dalam cooler. Jenis cooler yang dipakai di Pabrik
Indarung IV Pt Semen Padang yaitu grate cooler. Udara panas dari grate cooler
dapat dimanfaatkan kembali pada kiuln sebagai secondary air dan pada
suspension preheater (SP) sebagai tertiary air.
Prinsip kerja dari grate cooler dimulai dari klinker panas yang masuk dari
kiln ke dalam grate. Pada bagian inlet grate cooler terdpat bluster air pada
dindingnya dan kemiringan pada alasnya guna untuk membantu transport liquid
yang menegeras akibat overheating sehingga dapat mencegah terbentuknya
snowman.
Proses awal grate cooler terjadi saat klinker keluar dari cooling zone di
kiln menuju ke grate cooler,klimker akan mengalami proses quenching,
Quenching merupakan pendinginan secara mendadak agar tidak terjadinya reaksi
reverse atau penguraian kembali C3S menjadi C2S sehingga mendapatkan
kualitas klinker yang baik. C3S ini merupakan penentu dari kualitas semen yang
diproduksi karena C3S berperan dalam pemberian kuat tekan awal pada semen.
lubang pada grate plate juga berfungsi sebagai tyempat lewatnya klinker yang
berukuran halus yang tidak terbawa oleh dorongan cooling fan ke dalam grate
cooler. Klinker yang lolos melewati lubang pada grate palte akan di tamping pada
chamber di bagian bawah grate cooler. Di di dalam chamber tersebut terdapat
LSH( Level Sensor Height),yang mana LSH tersebut berfungsi sebagai sensor
apabila tumpukan di dalam chamber sudah penuh dan menyentuh bagian dari
LSH (Level Sensor Height)_ tersebut, maka gate pada bagian bottom chamber
tersebut akan terbuka secara otomatis dan material akan langsung jatuh ke apron
conveyor yang kemudian akan ditransportasikan menggunakan apron conveyor
menuju DBC (Deep Bucket Conveyor).
3. Penyimpanan Klinker
cadangan apabila silo IIIB dan IIIC penuh atau silo cadangan apabila tyerjadi
suatu permasalahan si silo pabrik Indarung lain.
Silo utama penyimpanan utama klinker yaitu IIIB dan IIIC , silo klinker
yang kemudian akan dibawa dan diproses di cement mill hingga menjadi semen.
Proses penggilingan klinker menjadi semen dilakukan pada unit cement mill. Unit
cement mill pada Indarug IV terdiri dari dua buah cement mill yang memiliki tipe
mill yang sama yaitu tube mill. Tahapan proses yang terjadi dalam cement mill
adalah proses pengimpanan material, proses penggilingan awal di roller presss,
proses penggilingan di dalam cement mill, proses pemisahan di sepax separator,
p;roses pemisahan di O-Sepa dan penyimpanan semen di dalam silo cement.
Bahan yang digunakan untuk membuat semen terdiri dari klinker dan
material ketiga seperti gypsum,pozzolan,dan limestone high grade. Klinker yang
disimpan pada silo klinker akan diumpankan menggunakan appron conveyor.
Klinker akan dibawa menggunakan apron conveyor menuju hopper klinker
menggunakan belt conveyor J05.
Setelah melewati roller press, klinker pipih dibawa menuju cement mill
menggunakan belt conveyor J02 untuk cement mill $Z1 dan belt conveyor A05
untuk cement mill 4Z2, bersama dengan bahan aditif seperti gypsum, pozzolan,
dan limestone high grade yang sudah di transport menggunakan belt conveyor
dari storage menuju ke masing-masing hopper sesuai dengan komposisi dan jenis
semen yang ingin diproduksi. Setelah itu, campuran bahan-bahan tersebut
20
9
Pada Cement Mill terdapat dua buah chamber yang merupakan tempat
terjdinya proses penggilingan. Pada chamber 1 menggunakan gaya impact untuk
proses penggilingannya, sedangkan pada chamber 2 yaitu fine grinding yang
menggunakan gaya gesek untuk penggilingannya, sedangkan pada chamber 2
yaitu fine grinding yang menggunakan gaya gesek untuk penggilingannya
sehingga material akan tergerus oleh grinding ball. Chamber 2 lebih panjang
dibandingkan dengan chamber 1 karena proses penggilingan di dalam chamber 2
membutuhkan waktu yang lebih lama. Di dalam chamber 1 grinding ball yang
digunakan berdiameter 60-8- mm dan untuk di chamber 2, grinding ball yang
digunakan berdiamter 17-50 mm.
Pada chamber 1, karena adanya rotasi pada mill yang cukup tinggi dan
ukuran grinding media yang cukup besar jika dibandingkan dengan grinding ball
di chamber 2. Grinding media tersebut akan terangkat hingga kemiringan ± 60° ,
sehingga saat grinding ball terjatuh akan menumbuk material. Pengangkatan
grinding media pada mill juga dibantu oleh liner yang berjenis step pada liner
pada chamber 1. Pada chamber 2, pergerakan yang terjadi pergerakan grinding
media yang lebih rendah seolah mengalir dan berputar sehingga terjadi gesekan
antara grinding media dengan material yang menyebabkan terjadinya
21
0
Pada Cement Mill ini terdapat Discharge Arrangement yang berjenis End
Discharge yang memiliki dua keluaran yaitu gas melalui bagian atas yang ditarik
menuju Electrostatic Precipitator dan semen hasil penggilingan keluar melalui
bagian bawah untuk diteruskan menuju O Sepa. Prinsip kerja O Sepa yaitu dengan
memisahkan material berupa semen yang kasar dan yang halus.
Material kasar akan masuk dari atas sisi kanan dan kiri atas O Sepa
kemudian terjatuh ke rotor dari O Sepa dan terjadi proses pemisahan oleh karena
perputaran rotor, material halus akan masuk melalui stator dan terbawa menuju
BHF untuk disaring sedangkan material kasar akan terjatuh kebawah untuk
digiling kembali di tube mill , udara yang ditarik dari EP fan akan membawa
material halus ke EP dan disaring untuk memisahkan material dan udara,
kemudian udara akan dikeluarkan melalui chimney sedangkan material hasil
penyaringan akan dijatuhkan menuju screw conveyor dan dibawa menggunakan
belt conveyor ke Cement Silo.
21
1
Sedangkan pada Cement Mill 4Z2 semen hasil penggilingan keluar melalui
bagian bawah untuk diteruskan menuju Sepax Separator dan material halus akan
ditarik EP fan. Material akan masuk melalui pinggang sepax separator kemudian
akan memisahkan material kasar dan halus. Udara yang masuk dari bawah
separator membawa material yang ringan menuju ke stator. Material yang kasar
akan terlempar oleh stator dan jatuh kebagian usus buntu sepax. Material yang
lolos melewati sepax selanjutnya akan diklasifikasikan kembali oleh rotor.
Material kasar akan jatuh melalui bagian reject cone pada sepax separator
kemudian menuju air slide untuk digiling kembali di Tube Mill,sedangkan
material halus akan dipisahkan melalui empat buah Cyclone, udara dari Cyclone
kemudian akan ditarik oleh fan S25 dan dihembuskan menuju sepax separator
kembali untuk proses pemisahan, sedangkan material dari Cyclone akan jatuh ke
air slide kemudian dibawa melalui screw conveyor menuju Cement Silo.
Fine product dari sepax separator dan telah dipisahkan dengan gas di
cyclone selanjutnya akan dialirkan ke silo cement menggunakan air slide dan
dilanjutkan dengan bucket chain elevator untuk dialirkan ke silo berdasarkan
tipenya. Sedangkan produk semen yang tertangkap EP dibawa oleh screw
conveyer dan jatuh ke air slide yang sama dengan fine product dari sepax
separator dan dialirkan bersama menuju silo cement.
Gambar 2.37 Diagram Alir Proses Pembuatan Semen Pabrik Indarung IV( Sumber:
Central Control Panel,2022)
2.3 Utilitas
Penyediaan Air
hingga ukuran mikro. Sehingga air hasil saringan ini belum bisa langsung
dimanfaatkan sebagai air domestik karena bekum bebeas dari bakteri dan
pengotor yang tersuspeni yang masih mengotori air.
Kebutuhan Listrik
PLTA yang digunakan ada dua yaitu PLTA kuranji dan PLTA Rasak
Bungo,PLTA kuranji, berlokasi 5,2 km dari pabrik. Memiliki tiga unit generator
dan juga tiga unit turbin. Media air yang digunakan sebagai pembangkit adalah air
sungai padang jernih yang kemudian pada tahun 1929 dibendung dan pada tahun
21
5
1994 diperbarui kembali. Hingga saat ini listrik yang dihasilkan masih digunakan
untuk membantu jalnnya proses produksi.
21
6
21
7
21
8
21
9
22
0
22
1
.