Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

PERUBAHAN PERAN PENARI GANDRUNG DI BANYUWANGI

PADA ERA 70-AN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah metode penelitian

Disusun oleh :

Ni Luh Putu Dewanti Lokita ( 2111958011)


Dewi Fadillah ( 2111951011)
Sangraka Mustofa Muchlis (2111988011)

JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKKAN

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................3


1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN..........................................................................................4
1.3 TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................................4
1.4 MANFAAT PENELITIAN....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6

BAB III METODE PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN


......................................................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyuwangi merupakan Kabupaten yang terletak pada ujung timur Pulau Jawa,
berbatasan langsung dengan Kabupaten situbondo di Utara, Selat Bali di sebelah timur,
Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah Barat. Banyuwangi memiliki karakter
khas dalam bidang seni pertunjukan. Sebagai wilayah paling Timur di pulau Jawa, daerah ini
sering mendapat sebutan sebagai tempat masyarakat Osing, yaitu etnis yang pertama kalinya
menempati wilayah Banyuwangi. Salah satu keberagaman seni-budaya yang dimiliki
Banyuwangi adalah Gandrungan.

Awal mula nya tari Gandrung itu bukan seperti “ Gandrung “ yang kita kenal seperti
saat ini. Berawal dari kata “ Gandrungan “ yang berarti orang yang bernyanyi tetapi sambil
menari tergila-gila ( tidak memiliki pakem ragam gerak dan motif ). Menurut catatan sejarah,
Gandrung merupakan salah satu hasil karya seni rakyat di Banyuwangi yang diperkirakan lahir
sejak tahun 1700an. Seni pertunjukan rakyat ini cenderung sederhana, bebas, dan tanpa aturan.
yang menjadi sarana untuk mengekspresikan keadaan batin masyarakat Banyuwangi pada masa
Belanda. Gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan
dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang
ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Syair-syair yang dibawakan dalam
gendhing-gendhing gandrung merupakan pesan-pesan yang mengisyaratkan perjuangan
masyarakat dalam mengusir penjajah. Gandrung pada masa penjajahan Belanda tahun 1767, asal
nya lelaki jejaka bernama Marsan itu memanfaatkan Gandrung sebagai alat komunikasi para
lascar Blambangan untuk mengetahui kekuatan musuh dengan istilah yang sering kita sebut
mata-mata, dengan cara ngamen di setiap markas-markas Belanda dengan memakai busana
gandrung ( lelaki yang berdadan menyerupai perempuan ). Dan sebagai penghargaan diberi
hadiah berupa beras yang di bawanya di dalam sebuah kantong. Kemudian dibagikan kepada
mereka korban perang yang kondisinya memprihatinkan, baik mereka yang mengungsi di
pedesaan, pedalaman dan di hutan. Mereka juga mengajak para korban tersebut untuk kembali ke
kampung halamanya dan sebagian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang
3
diprakarsai oleh bupati yang baru bernama Mas Alit. Setelah hutan tersebut selesai dibabad
kemudian dikenal dengan nama Banyuwangi. Dari situlah terlihat peran besar Tari Gandrung
yang sangat berpengaruh dalam sejarah berdirinya kota Banyuwangi. . (Gandroeng Van
Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”). Dahulu tari Gandrung memiliki durasi tari yang
sangat panjang dibawakan semalam suntuk, sejak pukul 21.00 malam hingga 04.00 shubuh.
Tetapi kini durasi tari Gandrung lebih pendek, disesuaikan dengan kebutuhan seperti festival
atau acara-acara resmi menyambut tamu.

Alasan kami mengangkat Perubahan Peran Penari Gandrung Di Banyuwangi Pada Era
70-AN, sebagai objek kajian penelitian kami karena terdapat perubahan peran penari Gandrung
di Banyuwangi masa lampau dan masa kini. Yang dahalunya Penari Gandrung biasa ditarikan
oleh penari lelaki, kini tari Gadrung ditarikan oleh penari perempuan. Perubahan peran inilah
yang membuat kami tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang objek ini.

1.2 Rumusan permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat ditarik dua rumusan masalah
yaitu :

1. Mengapa tari Gandrung tidak ditarikan lagi oleh laki-laki?


2. Apa yang menjadi penyebab tari gandrung ditarikan oleh penari perempuan?
3.
1.3 Tujuan Penelitian

berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka adapun tujuan penelitian secara umum dan
secara khusus. Secara umum adalah Mengetahui peran penari Gandrung di Banyuwangi, dan
mengetahui awal perubahan peran penari Gandrung di Banyuwangi. Secara khusus adalah
Mengetahui dampak hadirnya penari Gandrung perempuan,Mengindentifikasi penyebab
perubahan peran tari Gandrung di Banyuwangi yang tidak ditarikan lagi oleh laki-laki.

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka adapun manfaat penelitian teoritis dan
praktis. Teoritis adalah agar menjadi pijakan bagi masyarakat sekarang yang meneliti/

4
berminat pada tari Gandrung. Praktis adalah Supaya masyarakat sekarang mengenal peran
tari laki laki di tari Gandrung Banyuwangi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang perubahan peran tari
Gandrung di Banyuwangi. Tinjauan pustaka yang ada hubungannya dengan penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Mursid (2019) , Fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan Universitas PGRI Banyuwangi dengan judul “ Gandrung Seni
Pertunjukan Di Banyuwangi “. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan
Fungsi tari Gandrung . Gandrung merupakan pengembangan dari tari Seblang.
Hal ini terlihat dari gerak tari dari unsur tari lainnya, hanya perbedaannya
terlihat bahwa Seblang merupakan tari yang di sakralkan sedangkan tari
Gandrung merupakan tari hiburan atau tari pergaulan

b. Gender
Penelitian yang dilakukan oleh John M. Echols dan Hasan Shadily (1984 :
265) menjelaskan secara etimologis kata ‘gender’ berasal dari bahasa Inggris
yang berarti ‘Jenis kelamin’. Gender juga sering juga dipahami sebagai
pemberian Tuhan atau kodrat Illahi, padahal gender tidak semata-mata demikian.
Menurut Nasaruddin Umar (1999:4), Gender bisa juga sering dijadikan konsep
analisis yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu. Lebih tegas lagi
disebutkan dalam Women’s Studies Enscylopedia bahwa gender adalah suatu
konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan yang berkembang dalam masyarkat
(Siti Musdah Mulia, 2004:4). Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami
bahwa “Gender” adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengindentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial budaya,
nilai dan perilaku, mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya.
Hal ini bisa terlihat dari perubahan peran Tari Gandrung di Banyuwangi, yang
semula nya ditarikan oleh penari. Laki-laki jadi kini di tarikan oleh penari
perempuan.

6
BAB III

METODE PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diteliti, maka metode yang di pergunakan oleh
penelitian ini adalah studi deskriptif melalui pendekatan metode kualitatif. Kualitatif adalah
metode yang lebih mementingkan prosesnya, dan bisa direpresentasikan dalam bentuk kata-
kata dan kalimat, bukan angka sehingga tidak bisa dihitung.

[1] Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perubahan peran penari Gandrung di Banyuwangi
pada era 70-AN. Yang dahulu nya Penari Gandrung biasa ditarikan oleh penari lelaki, kini
tari Gadrung ditarikan oleh penari perempuan seperkembang nya masa ke masa.

[2] Situasi Sosial

Dalam penelitian ini adalah termpat nya di Banyuwangi yang merupakan Kabupaten
yang terletak pada ujung timur Pulau Jawa, berbatasan langsung dengan Kabupaten
situbondo di Utara, Selat Bali di sebelah timur, Kabupaten Jember dan Kabupaten
Bondowoso di sebelah Barat. Pelakunya pada penari- penari Gandrung di Banyuwangi dan
aktivitasnya adalah perubahan peran penari Gandrung di Banyuwangi pada era 70- AN.

[3] Sumber Data

Dalam penelitian ini adalah :

Dariharto. 2009. Kesenian Gandrung Banyuwangi. Banyuwangi : Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Desentara, KP. 2007. Penari Gandrung dan Gerak Sosial Banyuwangi. Depok : Desantara.

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1983.

Murgiyanto, Sal, TT. & Munardi, A.M. 1990/1991. Seblang dan Gandrung Dua Bentuk Tari
Tradisi di Banyuwangi. Jakarta : Proyek Pembinaan Media Kebudayaan Jakarta, Departemen
Pendidikam dan Kebudayaan.

7
Mulia, Siti Musdah. 2004

Shlote. John & Ottolander, T. 1927. Gandroeng Van Banjoewangi 1926. jakarta

Soelarko dan Ilmi, S. 1981. Kesenian Rakyat Gandrung dari Banyuwangi. Jakarta : Proyek
Pengembangan Media Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan. Umar Nasaruddin. 1999:4

B. Sistematika Pembahasan

BAB I. PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian.

BAB II. TINJUAN PUSTAKA


Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu terkait pada penelitian ini.

BAB III. METODE PENELITIAN


Memuat secara rinci metode penelitian penelitian yang digunakan peneliti beserta
justifikasi/alasannya, jenis penelitian, situasi sosial, dan sumber data.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dariharto. 2009. Kesenian Gandrung Banyuwangi. Banyuwangi : Dinas Kebudayaan dan


Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Desentara, KP. 2007. Penari Gandrung dan Gerak Sosial Banyuwangi. Depok : Desantara.

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1983.

Murgiyanto, Sal, TT. & Munardi, A.M. 1990/1991. Seblang dan Gandrung Dua Bentuk Tari
Tradisi di Banyuwangi. Jakarta : Proyek Pembinaan Media Kebudayaan Jakarta, Departemen
Pendidikam dan Kebudayaan.

Mulia, Siti Musdah. 2004

Shlote. John & Ottolander, T. 1927. Gandroeng Van Banjoewangi 1926. jakarta

Soelarko dan Ilmi, S. 1981. Kesenian Rakyat Gandrung dari Banyuwangi. Jakarta : Proyek
Pengembangan Media Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Umar Nasaruddin. 1999:4

Anda mungkin juga menyukai